• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) DI CV. SHOFA MARWAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) DI CV. SHOFA MARWAH"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DALAM

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

DI CV. SHOFA MARWAH

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

SHINTA KUMALA SARI

NIM E 0007210

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum ( Skripsi )

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DALAM

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

DI CV. SHOFA MARWAH

Oleh

SHINTA KUMALA SARI

NIM E 0007210

Disetujui untuk dipertahankan di depan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukkum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lego Karjoko, S.H., M.H

(3)

commit to user

iii

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama: Shinta Kumala Sari

NIM: E 0007210

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA

WAKTU TERTENTU (PKWT) DI CV. SHOFA MARWAH betul-betul karya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi

tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti

pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari

penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Juni 2011

Yang membuat pernyataan

Shinta Kumala Sari

(5)

commit to user

v ABSTRAK

SHINTA KUMALA SARI. E 0007210, PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) DI CV. SHOFA MARWAH Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan Hukum (Skripsi). 2011.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah perlindungan pekerja dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu pada CV. Shofa Marwah memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penelitian ini memberi saran bagaimana seharusnya mengenai 3 (tiga) peristiwa konkrit atau fakta hukum yaitu mengenai jenis pekerjaan yang menjadi obyek perjanjian, jangka waktu perjanjian kerja dan apakah hak-hak pekerja sudah mendapat perlindungan hukum di CV. Shofa Marwah.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yang bersifat preskriptif dengan pendekatan perundang-undangan. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, serta bahan hukum tersier atau penunjang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari data sekunder. Analisis data yang dipergunakan adalah teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode silogisme dan intepretasi dengan menggunakan pola berpikir deduktif.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ini diperoleh simpulan sebagai berikut. Pertama, jenis pekerjaan yang menjadi objek dalam perjanjian kerja waktu tertentu di CV.Shofa Marwah tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, jangka waktu perjanjian kerja waktu tertentu di CV. Shofa Marwah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketiga, sebagian perlindungan pekerja pada CV. Shofa Marwah tidak sesuai dengan perundang-undangan yang ada. Peraturan perundang-undangan yang terkait yaitu Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-100/MEN/X/2004 yang mengatur tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

SHINTA KUMALA SARI. E 0007210, LAW PROTECTION FOR THE LABOR IN CERTAIN TIME WORK AGREEMENT IN CV. SHOFA MARWAH Law Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. Thesis. 2011.

The objective of research is to find out whether or not the labor protection in Certain Time Work Agreement in CV. Shofa Marwah meets the enacted legislation. This research recommends about how should be happen with 3 (three) concrete events or law fact including the type of work to be the object of agreement, duration of work agreement and whether or not the worker rights have received law protection in CV. Shofa Marwah.

This study belongs to a normative law research that is prescriptive in nature using statutory approach. The type of data used was secondary data deriving from the primary, secondary and tertiary or supporting law materials. Technique of collecting data used in this research was the library study, the one by studying the secondary data. The data analysis techniques used was syllogism and interpretation methods using deductive thinking pattern.

Considering the discussion of research result, it can be concluded as follows. Firstly, the type of work becoming object in certain work agreement in CV. Shofa Marwah is not consistent with the enacted legislation. Secondly, the duration of certain time work agreement in CV. Shofa Marwah has been consistent with the legislation enacted. Thirdly, some labor protections in CV. Shofa Marwah are not consistent with the existing legislation. The related legislations include the Act Number 13 of 2003 and the Manpower and Transmigration Minister’s Decree Number KEP-100/MEN/X/2004 governing about the Provision of Certain Time Work Agreement Implementation.

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas limpahan kasih, pertolongan dan karunianyaNya sehingga penulis

dapat menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) dengan judul

“PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) DI CV. SHOFA MARWAH”. Penulisan Hukum ini merupakan salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana di bidang ilmu hukum di bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulisan Hukkum (Skripsi) ini tak lepas dari bantuan dan bimbingan

berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu, membimbing, memotivasi dan

mendoakan sehingga penulisan hukum ini dapat selesai, yaitu kepada :

1. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Pius Triwahyudi, S.H., M.Si., selaku ketua Bagian Hukum Administrasi

Negara yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyelesaikan

penulisan hukum.

3. Lego Karjoko, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Penulisan Hukum

(Skripsi) yang telah memberikan bantuan, bimbingan, masukan dan

motivasi kepada penulis dalam penyusunan penulisan hukum (skripsi) ini.

4. Th. Kussunaryatun, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta, atas bantuan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis

selama masa perkuliahan.

6. Kedua Orang tua Penulis, yaitu Bapak Sunarto, Ibu Susi Nurhayati, B.A.,

yang tak pernah lelah memberikan doa, perhatian, nilai-nilai kehidupan,

motivasi dan kasih kepada Penulis.

7. Kakak Penulis Faisal Hermawan, saudara kembar Penulis Alfian Hafid,

(8)

commit to user

viii

8. Semua teman-teman penulis, Nurul Dwita Sari dan Sari Tyaswikaning Aji.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam

Penulisan Hukum (Skripsi) ini.

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACK... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metode Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ... 11

1. Tinjauan Umum Tentang Konsepsi Perlindungan pekerja ... 11

a. Perlindungan bagi perempuan ... 14

b. Perlindungan waktu kerja ... 15

c. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) .. 18

d. Pengupahan ... 19

e. Kesejahteraan/ Jaminan Sosial Tenaga Kerja ... 24

2. Tinjauan Umum Tentang Hubungan Kerja ... 25

(10)

commit to user

x

b. Pengertian Perjanjian Kerja ... 26

3. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu . 29

a. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ... 29

b. Syarat-syarat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ... 31

B. Kerangka Pemikiran ... 33

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Tentang Perusahaan Pengadaan Barang dan

Jasa CV. Shofa Marwah ... 36

B. Jenis Pekerjaan yang Menjadi Obyek Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu di Perusahaan Pengadaan barang dan jasa CV. Shofa

Marwah ... 38

C. Jangka Waktu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di Perusahaan

Pengadaan barang dan jasa CV. Shofa Marwah ... 43

D. Pemenuhan Hak-hak Pekerja di Perusahaan Pengadaan barang

dan jasa CV. Shofa Marwah ... 43

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ... 55

B. Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA

(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

(13)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki jumlah penduduk

terbanyak di dunia. Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 Negara Republik

Indonesia, tujuan bangsa Indonesia diantaranya adalah melindungi segenap

bangsa Indonesian dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dalam rangka

mewujudkan tujuan Negara, terutama untuk memajukan kesejahteraan umum dan

mewujudkan masyarakat yang lebih makmur maka Negara menjalankan

pembangunan nasional.

Pembangunan merupakan upaya yang diarahkan untuk memperoleh taraf

hidup yang lebih baik. ( N.H.T Siahaan, 2004: 19 ). Pembangunan merupakan

sarana bagi mencapai kesejahteraan manusia. Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang

Dasar 1945 berisi tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan. Sebagai wujud realisasi Pasal tersebut maka

pemerintah membentuk Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyatakan, Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan setelah selesainya masa

hubungan kerja. Tenaga kerja adalah objek, yaitu setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa, untuk kebutuhan

sendiri dan orang lain. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain

(14)

commit to user

2

kerja adalah orang perseorangan atau badan hukum yang mempekerjakan orang

lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Setiap perusahaan yang membutuhkan pekerja memberikan syarat-syarat

yang cukup sulit untuk dipenuhi oleh calon pekerja yang mengajukan lamaran.

Perusahaan-perusahaan berusaha untuk mendapatkan hasil maksimal dalam

memajukan keefektivitasan perusahaan. Hal ini mereka lakukan salah satunya

dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Tingginya kualitas

sumber daya manusia dapat mempengaruhi kualitas pekerjaan yang dapat

dihasilkan.

Di era globalisasi dan persaingan bisnis yang ketat saat ini, perusahaan

dituntut untuk dapat meningkatkan kinerja usahanya melalui pengelolaan

organiasai yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan adalah

dengan memperkerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat memberi

kontribusi maksimal sesuai dengan tuntutan perusahaan. Untuk itu perusahaan

berupaya fokus menangani pekerjaan dan mendaya gunakan tenaga pekerja

kontrak dalam melaksanakan kegiatan perusahaan.

Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) terkadang melanggar

akan pemenuhan hak-hak pekerja yang biasa disebut dengan pekerja kontrak. Hal

ini disebabkan karena pekerja kontrak ada pada pihak yang lemah. Hubungan

kerja PKWT dilaksanakan berdasarkan suatu perjanjian yang dibuat secara tertulis

akan tetapi yang sering terjadi adalah perjanjian antara pekerja dengan perusahaan

dengan lisan yang dianggap remeh oleh pekerja. Sesuai dengan syarat-syarat

perjanjian kerja yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan yaitu pada Pasal 51-54 terdapat ketentuan bahwa dalam

membuat surat perjanjian haruslah ada itikad baik yang melandasi setiap

perjanjian sehingga isi perjanjian kerja tersebut mencerminkan adanya

keseimbangan antara hak dan kewajiban masing-masing pihak. Dalam praktek

pelaksanaan pendaya gunaan pekerja berdasar Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

lebih merugikan pihak pekerja seperti misal pengajuan target-target pekerjaan

(15)

commit to user

dari UMK, ketidak dapatannya pekerja untuk ikut serta dalam serikat pekerja

dikarenakan status pekerjaannya sebagai pekerja tidak tetap.

Dalam peraturan perundang-undangan, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

sudah diatur pada Pasal 50-59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan. Peraturan pelaksanaannya diatur dalam Keputusan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-100/MEN/X/2004 yang mengatur

tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Praktek

pelaksanaan PKWT banyak terjadi penyimpangan dari perusahaan, terutama

dalam pemenuhan perlindungan hukum bagi pekerja tidak tetap atau pekerja

kontrak yang seharusnya memenuhi kriteria-kriteria yang telah disebutkan dalam

perundang-undangan sebagai landasan hukum. Penyimpangan ini tidak ditanggapi

serius oleh para pengusaha. Hal ini menjadi bukti bahwa hukum dapat dikalahkan

dengan kepentingan perekonomian.

Berdasarkan dengan uraian di atas maka penting untuk dilakukannya kajian

lebih mendalam akan seluk beluk akan perlindungan pekerja yang berdasar

Perjanjian Waktu Tertentu sehingga dapat dimengerti benar akan hak-hak dan

kewajiban apa saja yang harus dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait dalam

kegiatan hubungan kerja berdasarkan perjanjian kerja khususnya yang terdapat

dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di CV. Shofa Marwah. Oleh karena itu

penulis memilih judul : “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA

DALAM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) DI CV.

SHOFA MARWAH”

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah diperlukan guna identifikasi dan spesifikasi

permasalahan yang hendak diteliti dan dibahas agar masalah menjadi jelas dan

terarah serta dapat mencapai sasaran yang diinginkan, sehingga memudahkan

dalam penyusunan dan pencarian data-data guna menghasilkan Penelitian skripsi

yang baik. Dari uraiian tersebut, maka dalam penulisan hukum ini dapat

(16)

commit to user

4

1.Apakah jenis pekerjaan yang menjadi objek dalam Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu di CV. Shofa Marwah sudah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku?

2.Apakah jangka waktu dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di CV. Shofa

Marwah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

3.Apakah pemenuhan hak-hak pekerja dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di

CV. Shofa Marwah sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai oleh penulis melalui penulisan ini, yaitu

sebagai berikut:

1. Tujuan Obyektif

Tujuan obyektif penelitian hukum ini antara lain :

a.Kesesuaian akan jenis pekerjaan yang menjadi objek dalam Perjanjian Kerja

Waktu Tertentu di CV. Shofa Marwah terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

b.Kesesuaian akan jangka waktu dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu di

CV. Shofa Marwah terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c.Kesesuaian akan pemenuhan hak-hak pekerja dalam Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu di CV. Shofa Marwah terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperluas, mengembangkan, dan menambah pengetahuan serta

pengalaman dan pemahaman aspek hukum dalam teori maupun praktek di

lapangan.

b. Memberikan informasi, gambaran, serta sumbangan ilmu pengetahuan

hukum tentang perlindungan hukum pekerja kontrak.

c. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar Strata 1

(S1) dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas

(17)

commit to user D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian hukum ini Penulis mengharapkan dapat memberikan

manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini, yaitu bagi penulis,

pembaca, dan pihak-pihak yang terkait dengan topik utama penelitian ini. Adapun

manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah khasanah kepustakaan di bidang ilmu pengetahuan yaitu

dalam ilmu hukum pada umumnya dan hukum administrasi Negara pada

khususnya yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap pekerja

kontrak;

b. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan

referensi karya ilmiah yang bertujuan untuk dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan hukum ketenagakerjaan;

2. Manfaat Praktis

a. Dapat dipergunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan langsung dengan Penelitian ini khususnya untuk pekerja

kontrak dalam mengetahui lebih lanjut akan hak-hak dan kewajiban apa

saja yang harus dipahami betul;

b. Dapat dipergunakan untuk memberikan jawaban praktis mengenai

permasalahan-permasalahan yang timbul dalam hubungan kerja

berdasarkan kontrak;

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum menurut Peter Mahmud Marzuki adalah suatu proses

untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin

hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Hasil yang akan diperoleh

dalam Penelitian hukum adalah argumentasi, teori atau konsep baru yang

digunakan sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter

Mahmud Marzuki, 2005:35).

Dalam Penelitian ini penulis menggunakan metode Penelitian sebagai

(18)

commit to user

6

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang penullis guanakan dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan, yaitu

penelitian yang dilakukan dengan mempelajari bahan-bahan kepustakaan atau

disebut juga data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan hukum disusun

secara sistematis dan juga dikaji untuk selanjutnya dapat ditarik kesimpulan

atas apa yang telah diperoleh.

2. Sifat Penelitian

Penelitian hukum ini bersifat preskriptif dan terapan. Ilmu yang bersifat

preskriptif yaitu ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan,

validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum

(Peter Mahmud Marzuki, 2005:22). Ilmu hukum sebagai ilmu terapan,

preskripsi yang diberikan dalam Penelitian hukum harus dapat dan mungkin

untuk diterapkan. Preskripsi yang diberikan bukan merupakan sesuatu yang

telah diterapkan atau yang sudah ada. Hasil Penelitian hukum bukan asas

hukum yang baru atau teori yang baru tapi dapat berupa argumentasi yang

baru (Peter Mahmud Marzuki, 2005:206).

3. Pendekatan Penelitian

Menurut Peter Mahmud Marzuki pendekatan (approach) yang

digunakan dalam suatu Penelitian normatif dibagi dalam beberapa

pendekatan. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam Penelitian hukum

normatif adalah pendekatan Undang-Undang (statute approach), pendekatan

kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan

komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual

approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2008:93).

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perUndang-Undangan

(statute approach). Pendekatan perUndang-Undangan mengkaji suatu

permasalahan/isu hukum dengan menggunakan undang-undang sebagai

acuan dengan memperhatikan asas-asas dalam peraturan

(19)

commit to user 4. Jenis Data

Dalam penelitian hukum normatif ini yang digunakan yaitu data

sekunder. Data sekunder adalah data yang merupakan bahan kepustakaan

berupa buku-buku, jurnal, arsip-arsip, dan sumber-sumber tertulis lainnya

yang memuat keterangan yang diperlukan.

5. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder, dan bahan hukum tersier. Sumber penelitian yang penulis gunakan

dalam penulisan hukum ini yaitu:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer dapat terdiri dari peraturan

undangan, catatan resmi, risalah pembuatan peraturan

perundang-undangan, serta putusan hakim yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penulisan hukum

normatif ini, antara lain adalah sebagai berikut :

1) Peraturan Dasar yang digunakan, yaitu Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Peraturan Perundang-undangan yang digunakan, yaitu

Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2000 Tentang

SerikatPekerja/Serikat Buruh; Peraturan pelaksanaannya diatur dalam

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

KEP-100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian kerja

Waktu Tertentu.

3) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan publikasi tentang hukum yang

bukan merupakan dokumen-dokumen resmi (Peter Mahmud Marzuki,

2005:41). Bahan hukum sekunder berupa buku-buku, jurnal hukum,

(20)

commit to user

8

massa dan internet, serta bahan lain yang terdapat keterkaitan dengan

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.

c. Bahan hukum tersier.

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberi petunjuk

atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

yaitu dapat berupa Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia,

kamus hukum, dan ensiklopedia.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian hukum ini

adalah studi kepustakaan, yaitu dengan cara pengumpulan data yang relevan

dan dilanjutkan dengan melalui membaca, mempelajari, mengkaji, serta

menganalisis bahan-bahan dari peraturan perundang-undangan, buku-buku,

jurnal hukum, skripsi, makalah, serta artikel media massa baik dari media

cetak maupun dari internet.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan tahap lanjutan untuk memperoleh hasil

Penelitian. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan metode silogisme dan intepretasi dengan menggunakan pola berpikir

deduktif. Pola berpikir deduktif yaitu berpangkal dari prinsip-prinsip dasar

untuk kemudian memberikan objek yang akan diteliti. Sedangkan metode

silogisme yang menggunakan pendekatan deduktif menurut Aristoteles

berpangkal dari pengajuan premis mayor. Kemudian diajukan premis minor,

dari kedua premis ini kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion

(Peter Mahmud Marzuki, 2005:46).

Peter Mahmud membedakan interpretasi menjadi beberapa macam,

yaitu interpretasi berdasar kehendak pembentuk Undang-Undang, interpretasi

sistematis, interpretasi historis, interpretasi teologis, interpretasi antisipatoris,

dan interpretasi modern (Peter Mahmud Marzuki, 2005:106-107).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode interpretasi antara

(21)

commit to user a. Interpretasi berdasarkan kata undang-undang.

Interpretasi ini berdasarkan kata-kata yang terdapat dalam

undang-undang. Interpretasi ini akan dapat dilakukan terhadap kata-kata dalam

undang-undang yang singkat, padat, tajam, dan akurat mengenai apa

yang dimaksud oleh undang-undang tersebut dan tidak mengandung kata

yang multi tafsir atau arti yang bermacam-macam. Hal ini sesuai dengan

karakteristik dari undang-undang sebagai perintah maupun larangan

(Peter Mahmud Marzuki, 2005:112).

b. Interpretasi sistematis.

Interpretasi yang menilik keterkaitan antara Undang-Undang yang

satu dengan peraturan perundang-undangan yang lain yang memiliki

hubungan saling ketergantungan asas yang mendasarinya satu sama lain.

Landasan pemikiran interpretasi sistematis adalah undang-undang

merupakan suatu kesatuan dan tidak satupun ketentuan dalam

Undang-Undang merupakan aturan yang berdiri sendiri (Peter Mahmud Marzuki,

2005:112).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan dalam Penulisan Hukum hukum ini disajikan untuk

memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai sistematika penulisan hukum

sebagai karya ilmiah yang disesuaikan dengan kaidah-kaidah baku penuisan suatu

karya ilmiah. Penulisan hukum ini terdiri dari 4 bab, yaitu Pendahuluan, Tinjauan

Pustaka, Pembahasan, dan Penutup disertakan pula Daftar Pustaka yang

dilengkapi dengan lampiran-lampiran dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I merupakan bab pendahuluan yang menyajikan latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan hukum, menfaat penulisan

hukum, metode penulisan hukum, dan sistematika penulisan hukum.

Bab II merupakan bab tinjauan pustaka memberikan penjelasan

secara teoritik yang bersumber dari sumber kepustakaan yang digunakan

(22)

commit to user

10

mengenai persoalan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti oleh

penulis. Tinjauan pustaka dibagi menjadi dua (2), yaitu:

1.Kerangka Teori, yang berisikan tinjauan mengenai perlindungan pekerja

yang berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu.

2.Kerangka pemikiran, yang berisikan gambar alur berpikir dari penulis

berupa konsep yang akan dibahas dalam penulisan hukum ini.

Bab III merupakan bab pembahasan yang berisi tentang hasil

penulisan hukum dan pembahasan ini merupakan titik temu dari suatu

kaidah perundang-undangan yang berlaku dan keadaan atau realitas yang

terjadi disuatu wilayah dan/atau permasalahan tertentu. Oleh karena itu

dalam bab ini penulis akan membahas pokok permasalahan, yaitu, jenis

pekerjaan yang menjadi objek dari perjanjian kerja waktu tertentu di CV.

Shofa Marwah, jangka waktu perjanjian kerja waktu tertentu di CV.Shofa

Marwah dan perlindungan hukum pekerja berdasar perjanjian kerja waktu

tertentu di CV. Shofa Marwah.

Bab IV merupakan penutup, yang mana pada ada bab ini, penulis

menyimpulkan hasil penulisan hukum dan pembahasan serta memberikan

saran-saran sebagai evaluasi terutama terhadap temuan-temuan selama

(23)

commit to user

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan umum tentang Konsepsi Perlindungan Pekerja

Menurut Imam Soepomo perlindungan pekerja terdapat adanya

pemisahan perlindungan terhadap pemerasan perlindungan sosial atau

perlindungan buruh dalam arti sempit (protection) dan perlindungan terhadap

bahaya kecelakaan sebagai perlindungan teknis atau perlindungan keselamatan

kerja yang disingkat keselamatan kerja (safety). Perlindungan dalam arti kata

sempit adalah penjagaan yang layak untuk kemanusiaan yang mana ditujukan

tidak hanya untuk majikan/pengusaha tapi juga kepada buruh/ pekerja itu

sendiri (Imam Soepomo, 1968 : 115).

Menurut Sendjun Manulang, S.H tenaga kerja memiliki peran penting

bagi pembangunan, sehingga sudah wajar jika diadakannya perlindungan

hukum bagi pekerja melalui perlindungan, pemeliharaan, dan pengembangan

terhadap kesejahteraannya (Sendjun H. Manulang, 1987 : 129).

Rachmad Budiono S.H., M.H perlindungan pekerja erat kaitannya

dengan peraturan kesehatan kerja yang berisi aturan-aturan dan usaha-usaha

untuk menjaga buruh/pekerja dari kejadian yang dapat merugikan kesehataan

kesesuaian dalam melaksanakan hubungan kerja. Sehingga dapat dimengerti

bahwa bidang kesehatan kerja memberi perlindungan buruh/pekerja dalam arti

kata sempit (Rachmad Budiono, 1995 : 188).

Pendapat para ahli yang memberikan gambaran akan apa yang

dimaksud dengan perlindungan pekerja dapat dimengerti bahwa perlindungan

pekerja ditujukan bukan hanya untuk pengusaha saja atua pekerja saja akan

tetapi untuk semua pihak yang terkait dalam suatu hubungan kerja.

The employment contract is the outcome of a transaction wich

encompasses both the entitltments and the obligations of thr employee. In the

contemporary context it is easy to forget that collective bargaining may

(24)

commit to user

12

obligations placed on employees as workloads and job descriptions.

Bargaining aver work obligations is bargaining over the control of work. We

turn to a thirty year historical perspective to underfine how the regulation of

this aspect of the employment contract has changed (William Brown, 2000 :

7).

Kontrak kerja adalah hasil dari suatu transaksi yang meliputi hak dan

kewajiban karyawan. Dalam konteks kontemporer perundingan bersama dapat

mengatur tidak hanya hak-hak seperti kita membayar dan tunjangan, tetapi

juga kewajiban ditempatkan pada karyawan sebagai beban kerja dan deskripsi

pekerjaan. Kewajiban membuktikan Perundingan kerja adalah tawar-menawar

atas kontrol pekerjaan. Kita beralih ke perspektif sejarah tiga puluh tahun atas

bagaimana pengaturan aspek kontrak kerja telah berubah (William Brown,

2000 : 7).

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dalam penulisan hukum yang ditulis

oleh Romy yang berjudul Pengaturan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dari

Perspektif Kepastian Hukum dan Prospeknya ke Depan, menyatakan (Romy,

2009: 8):

Perjanjian Kerja Waktu Terakhir sebagai salah satu wujud konkrit

konsep fleksibilitas ketenagakerjaan merupakan produk hukum liberal yang

menghendaki terwujudnya keseimbangan posisi (bargaining position) antara

pengusaha (majikan) dengan pekerja. Dihapuskannya peran serta negara

dalam dunia ketenagakerjaan merupakan sasaran akhir yang dituju oleh

konsep ini.

One of the most significant failures of the law governing unions and

collective bargaining is the catastrophic underenforcement of the statutory

right of employees to bargain. About half of all newly certified or recognized

unions are not able to persuade the employer to agree to a collective

bargaining agreement (Catherine Fisk, 2010 : 2)

Salah satu kegagalan yang paling signifikan dari hukum yang mengatur

serikat pekerja dan perundingan bersama adalah pengaturan hak hukum

(25)

commit to user

disertifikasi atau diakui tidak mampu membujuk majikan untuk menyetujui

kesepakatan tawar-menawar kolektif (Catherine Fisk, 2010: 2)

The point is that a contribution like the good governance fee could be

used to help improve a struggling legal system as well as a significant

percentage of the population. And, if such a fee is directed towards particular

projects (like increasing the number of judges and courtrooms), the effects

could directly serve the interests of the foreign investors themselves. The

critical question is whether the Americans engaged in outsourcing would

agree to this proposal. Recall that at least in terms of legal outsourcing

companies, firms like Intellevate are free from any tax obligations for the next

several years (Jayanth K. Krishnan, 2006:45).

Intinya adalah bahwa kontribusi seperti biaya tata pemerintahan yang

baik dapat digunakan untuk membantu memperbaiki sistem hukum berjuang

serta persentase yang signifikan dari populasi. Dan, jika seperti biaya

diarahkan proyek-proyek tertentu (seperti meningkatkan jumlah hakim dan

ruang sidang), efek langsung dapat melayani kepentingan investor asing

sendiri. Pertanyaan kritis adalah apakah Amerika terlibat dalam outsourcing

akan setuju dengan proposal ini. Ingat bahwa setidaknya dalam hal

outsourcing perusahaan hukum, perusahaan seperti Intellevate bebas dari

segala kewajiban pajak untuk beberapa tahun ke depan (Jayanth K. Krishnan,

2006:45).

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

memberikan batasan-batasan perlindungan hukum bagi pekerja. Perlindungan

hukum bagi pekerja dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan meliputi perlindungan bagi penyandang cacat, perlindungan

bagi pekerja anak, perlindungan bagi perempuan, perlindungan waktu kerja,

Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), pengupahan,

Kesejahteraan/Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Program Jamsostek).

Perlindungan pekerja dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan yang terkait

(26)

commit to user

14

a. Perlindungan bagi Perempuan

Pekerjaan wanita/perempuan di malam hari diatur dalam Pasal 76

merangkan bahwa pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18

(delapan belas) Tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai

pukul 07.00. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh

perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi

kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya, apabila

bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. Pengusaha yang

mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai

dengan pukul 07.00 wajib:

1) memberikan makanan dan minuman bergizi; dan

2) menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.

Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi

pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul

23.00 sampai dengan pukul 05.00.

Untuk pekerja wanita, terdapat beberapa hak khusus sesuai dengan

kodrat kewanitaannya, yaitu :

1) Pekerja wanita yang mengambil cuti haid tidak wajib bekerja pada hari

pertama dan kedua (Pasal 81 ayat (1))

2) Pekerja wanita berhak memperoleh istirahat selama 1,5 bulan sebelum

saatnya melahirkan dan 1,5 bulan sesudah melahirkan menurut

perhitungan dokter kandungan/bidan (Pasal 82 ayat (1))

3) Pekerja wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak

memperoleh istirahat 1,5 bulan sesuai ketentuan dokter

kandungan/bidan (Pasal 82 (2))

4) Pekerja wanita yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan

sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan

selama waktu kerja (Pasal 83)

5) Pekerja wanita yang mengambil cuti hamil berhak mendapat upah

(27)

commit to user b. Perlindungan Waktu Kerja

Ketentuan mengenai perlindungan waktu kerja diatur dalam

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal

77-85. Dalam Pasal 77 ayat (1), setiap pengusaha wajib melaksanakan

ketentuan waktu kerja. Selanjutnya menurut ayat 2 waktu kerja

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :

1) 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu

untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

2) 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu

untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak

berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu yang mana diatur dengan

Keputusan Menteri. Menurut Pasal 78 Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan, pengusaha yang mempekerjakan

pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal

77 ayat (2) harus memenuhi syarat:

1) ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan

2) waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam

dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.

Menurut Pasal 78 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan, pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh

melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib

membayar upah kerja lembur. Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi sektor usaha atau

pekerjaan tertentu. Ketentuan mengenai waktu kerja lembur dan upah

kerja lembur sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur

dengan Keputusan Menteri.

Dalam ketentuan Pasal 79 ayat (1) pengusaha wajib memberi waktu

istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh. Pada ayat (2) waktu istirahat dan

(28)

commit to user

16

istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah

bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut

tidak termasuk jam kerja;

1) istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1

(satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)

minggu;

2) cuti Tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah

pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan

secara terus menerus; dan

3) istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan

pada Tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi

pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) Tahun secara

terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh

tersebut tidak berhak lagi atas istirahat Tahunannya dalam 2 (dua)

Tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa

kerja 6 (enam) Tahun.

Menurut Pasal 79 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan pelaksanaan waktu istirahat Tahunan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c diatur dalam perjanjian

kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Pada Pasal

79 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan hak istirahat panjang sebagaimana dimaksud dalam

ayat (2) huruf d hanya berlaku bagi pekerja/buruh yang bekerja pada

perusahaan tertentu. Perusahaan tertentu sebagaimana dimaksud dalam

ayat (4) diatur dengan Keputusan Menteri.

Pada Pasal 80 pengusaha wajib memberikan kesempatan yang

secukupnya kepada pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah yang

diwajibkan oleh agamanya.

Pasal 81, pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid

merasakan sakit dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib

(29)

commit to user

ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau

perjanjian kerja bersama.

Setiap pekerja/buruh yang menggunakan hak waktu istirahat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 yang menjelaskan bahwa setiap

pekerja/buruh yang menggunakan hak waktu istirahat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c, dan d, Pasal 80, dan Pasal

82 yang mana pada Pasal 79 ayat (2) huruf b menjelaskan bahwa

istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1

(satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)

minggu. Pasal 79 ayat (2) huruf c yaitu cuti tahunan,

sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang

bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus

dan pada Pasal 79 ayat (2) huruf d yaitu istirahat panjang

sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan

kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah

bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan

yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi

atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya

berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun. Pada Pasal

80 menjelaskan bahwa pengusaha wajib memberikan kesempatan yang

secukupnya kepada pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah yang

diwajibkan oleh agamanya, serta pada Pasal 82 ayat (1) dan (2) yang

menjelaskan pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat

selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan

1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan

dokter kandungan atau bidan serta pekerja/buruh perempuan yang

mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5

(30)

commit to user

18

kandungan atau bidan. Pada pasal yang dicantumkan dalam Pasal 84

tersebut diatas berhak untuk mendaptkan upah penuh.

Pasal 85 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan ayat (1) pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada

hari-hari libur resmi. Pada Pasal 85 ayat (2) pengusaha dapat

mempekerjakan pekerja/buruh untuk bekerja pada hari-hari libur resmi

apabila jenis dan sifat pekerjaan tersebut harus dilaksanakan atau

dijalankan secara terus menerus atau pada keadaan lain berdasarkan

kesepakatan antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Pasal 85 ayat (3)

menjelaskan bahwa pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh

yang melakukan pekerjaan pada hari libur resmi sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) wajib membayar upah kerja lembur.

Ketentuan mengenai jenis dan sifat pekerjaan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.

c. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Dalam Pasal 86 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak

untuk memperoleh perlindungan atas:

1) keselamatan dan kesehatan kerja;

2) moral dan kesusilaan; dan

3) perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta

nilai-nilai agama.

Pasal 86 ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa untuk melindungi

keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang

optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen

(31)

commit to user

manajemen perusahaan. Ketentuan mengenai penerapan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pengaturan keselamatan kerja juga terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Dalam

Undang-Undang Keselamatan Kerja mewajibkan bagi pengusaha

untuk mencegah adanya kecelakaan kerja yang mana dapat terjadi

sewaktu-waktu.

d. Pengupahan

Pada Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima

dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha

atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan

dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan

perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan

keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan

dilakukan.

Pada Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan bahwa setiap pekerja/buruh berhak

memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan. Selanjutnya menurut Pasal 88 ayat (2) menjelaskan

bahwa Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi

pekerja/buruh.

Pada Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa Upah minimum

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a dapat terdiri

atas :

(32)

commit to user

20

2)upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau

kabupaten/kota;

Selanjutnya menurut Pasal 88 ayat (2) Upah minimum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan kepada pencapaian

kebutuhan hidup layak. Menurut Pasal 88 ayat (3) Upah minimum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur dengan

memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi

dan/atau Bupati/Walikota. Menurut Pasal 88 ayat (4) menjelaskan

bahwa komponen serta pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan

hidup layak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan

Keputusan Menteri.

Pasal 90 ayat (1) Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan pengusaha dilarang membayar upah lebih

rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89.

Selanjutnya menurut Pasal 90 ayat (2) bagi pengusaha yang tidak

mampu membayar upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal

89 dapat dilakukan penangguhan. Menurut Pasal 90 ayat (3)

menjelaskan bahwa tata cara penangguhan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) diatur dengan Keputusan Menteri.

Pasal 91 ayat (1) Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa pengaturan pengupahan

yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh

atau serikat pekerja/serikat buruh tidak boleh lebih rendah dari

ketentuan pengupahan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku ditamnah dengan ketentuan dalam ayat (2) bahwa dalam

hal kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih rendah atau

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesepakatan

tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah

pekerja/buruh menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 92 ayat (1) Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003

(33)

commit to user

struktur dan skala upah dengan memperhatikan golongan, jabatan,

masa kerja, pendidikan, dan kompetensi, pada ayat (2) menambahkan

bahwa pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan

memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas. Pada Pasal

92 ayat (3) Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan ketentuan mengenai struktur dan skala upah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Keputusan

Menteri.

Pasal 93 ayat (1) Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa upah tidak dibayar

apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan, ayat (2) menjelaskan

bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku,

dan pengusaha wajib membayar upah apabila :

1)pekerja/buruh sakit termasuk pekerja/buruh perempuan yang sakit

pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat

melakukan pekerjaan;

2)pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena pekerja/buruh menikah,

menikahkan, mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri

melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri atau anak

atau menantu atau orang tua atau mertua atau anggota keluarga

dalam satu rumah meninggal dunia;

3)pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena sedang

menjalankan kewajiban terhadap negara;

4)pekerja/buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya karena

menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;

5)pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan

tetapi pengusaha tidak mempekerjakannya, baik karena kesalahan

sendiri maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari

pengusaha;

(34)

commit to user

22

7)pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat pekerja/serikat buruh atas

persetujuan pengusaha; dan

8)pekerja/buruh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan.

Pada Pasal 93 ayat (3) upah yang dibayarkan kepada

pekerja/buruh yang sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a

sebagai berikut :

1)untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100% (seratus perseratus)

dari upah;

2)untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% (tujuh puluh lima

perseratus) dari upah;

3)untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% (lima puluh perseratus)

dari upah; dan

4)untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua puluh lima perseratus)

dari upah sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh

pengusaha.

Pada Pasal 93 ayat (4) upah yang dibayarkan kepada

pekerja/buruh yang tidak masuk bekerja sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b sebagai berikut :

1)pekerja/buruh menikah, dibayar untuk selama 3 (tiga) hari;

2)menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;

3)mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;

4)membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;

5)isteri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2

(dua) hari;

6)suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal

dunia, dibayar untuk selama 2 (dua) hari; dan

7)anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk

selama 1 (satu) hari.

Pada Pasal 93 ayat (5) menjelaskan bahwa pengaturan pelaksanaan

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam

(35)

commit to user

Menurut Pasal 94 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa dalam hal komponen

upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka besarnya upah

pokok sedikit – dikitnya 75 % ( tujuh puluh lima perseratus ) dari

jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.

Menurut Pasal 95 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh

pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya dapat dikenakan

denda. Selanjutnya menurut ayat (2) pengusaha yang karena

kesengajaan atau kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan

pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu

dari upah pekerja/buruh. Pada ayat (3) menjelaskan bahwa pemerintah

mengatur pengenaan denda kepada pengusaha dan/atau pekerja/buruh,

dalam pembayaran upah. Ditambah dengan penjelasan pada ayat (4)

bahwa dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah

dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang

didahulukan pembayarannya.

Menurut Pasal 96 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan menjelaskan bahwa tuntutan pembayaran

upah pekerja/buruh dan segala pembayaran yang timbul dari hubungan

kerja menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 2 (dua)

tahun sejak timbulnya hak.

Menurut Pasal 97 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan memberikan penjelasan tentang ketentuan

mengenai penghasilan yang layak, kebijakan pengupahan, kebutuhan

hidup layak, dan perlindungan pengupahan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 88, penetapan upah minimum sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 89, dan pengenaan denda sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 95 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan

(36)

commit to user

24

Menurut Pasal 98 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan ayat (1) bahwa untuk memberikan saran,

pertimbangan, dan merumuskan kebijakan pengupahan yang akan

ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk pengembangan sistem

pengupahan nasional dibentuk Dewan Pengupahan Nasional, Provinsi,

dan Kabupaten/Kota. Selanjutnya dalam ayat (2) Keanggotaan Dewan

Pengupahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur

pemerintah, organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh,

perguruan tinggi, dan pakar, ayat (3) Keanggotaan Dewan Pengupahan

tingkat Nasional diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, sedangkan

keanggotaan Dewan Pengupahan Provinsi, Kabupaten/Kota diangkat

dan diberhentikan oleh Gubenur/Bupati/ Walikota. Pada Pasal 98 ayat

(4) ketentuan mengenai tata cara pembentukan, komposisi

keanggotaan, tata cara pengangkatan dan pemberhentian keanggotaan,

serta tugas dan tata kerja Dewan Pengupahan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan Keputusan Presiden.

e. Kesejahteraan/Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Program Jamsostek)

Dalam melindungi kesejahteraan pekerja Negara membuat suatu

program yang disebut dengan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Program

Jamsostek). Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Program Jamsostek)

merupakan suatu program dalam bentuk perlindungan ekonomis dan

perlindungan sosial yang mana memberikan perlindungan dalam

bentuk santunan berupa uang atas berkurangnya penghasilan dan

perlindungan dalam bentuk pelayanan dan perawatan/pengobatan pada

saat seorang pekerja tertimpa risiko-risiko tertentu.

Penyelenggaraan Program Jamsostek diwajibkan bagi pengusaha

yang memiliki tenaga kerja minimal 10 (sepuluh) orang. Program

Jamsostek meliputi Jaminan Kematian, Jaminan Kecelakaan Kerja,

Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

Jaminan Sosial Tenaga Kerja diatur dalam Undang Nomor 13

(37)

commit to user

terdapat pada ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992

tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) serta aturan

pelaksanaannya yaitu PP Nomor 14 Tahun 1993, PP No, 64 Tahun

2005 tentang perubahan ke empat atas PP No, 14 Tahun 1993 tentang

Penyelenggaraan Jamsostek.

2. Tinjauan Tentang Hubungan Kerja

a. Pengertian Hubungan Kerja

Sebelum membahas lebih lanjut tentang perjanjian kerja, akan kita

bahas sekilas tentang adanya hubungan kerja. Hubungan kerja menurut

Undang-Undang Nomor13 Tahun 2003 disebutkan yaitu adalah hubungan

antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang

mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah (Lalu Husni, 2005:53).

Hubungan kerja menurut Imam Soepomo merupakan suatu hubungan

antara seorang buruh dan seorang majikan , hubungan kerja terjadi setelah ada

perjanjian kerja antara kedua belah pihak. Majikan dan buruh terikat dalam

suatu perjanjian, pekerja bersedia menerima upah dan pengusaha

mempekerjakan buruh atau pekerja dengan memberi upah (Abdul Khakim,

2003:25)

Whimbo Pitoyo menjelaskan bahwa hubungan kerja menurut

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang dimaksud

dengan hubungan kerja merupakan hubungan antara pengusaha dengan

pekerja berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur-unsur yaitu

(Whimbo Pitoyo, 2010: 7):

1)Pekerjaan

Pekerjaan merupakan objek perjanjian yang menjadi faktor utama

timbulnya perjanjian kerja, maka jika pekerjaan yang dijanjikan tidak ada

maka perjanjian kerja batal demi hukum.

2)Upah

Upah merupakan hak pekerja yang diterima dalam bentuk uang atas suatu

(38)

commit to user

26

3)Perintah

Perintah adalah hak pemberi kerja dan merupakan kewajiban pekerja

untuk dilaksanakan seperti yang diinginkan pengusaha.

Hubungan kerja adalah hubungan yang timbul antara pekerja dengan

pengusaha setelah adanya perjanjian kerja. Suatu hubungan dapat disebut

dengan kerja apabila terdapat perjanjian kerja yang mengikat pihak-pihak

tersebut.

b. Pengertian Perjanjian Kerja

Perjanjian kerja menurut Imam Soepomo mengenai perjanjian kerja

pada intinya adalah suatu pejanjian yang diadakan oleh satu atau lebih serikat

pekerja yang telah didaftarkan ke Departemen Perburuhan/ketenegakerjaan

dengan seorang atau lebih majikan/pengusaha yang mana terdapat beberapa

syarat ketenagakerjaan yang harus diperhatikan dalam suatu perjanjian

perburuhan/ketenagakerjaan. Perjanjian kerja bukanlah perjanjian Kerja

Bersama atau perjanjian Kerja Kolektif, perjanjian kerja merupakan hasil dari

rundingan antara pihak berkepentingan, yang berisi mendekati keinginan

buruh/pekerja dan majikan/pengusaha, sedangkan peraturan

majikan/pengusaha dalam perjanjian kerja pengusaha tidak dapat memasukkan

apa yang ia kehendaki yang mana dapat merugikan pekerja (Imam Soepomo,

1968:60).

Perjanjian kerja dapat dibuat dengan jangka waktu tertentu. Ada

beberapa kalangan yang berpendapat bahwa keika seseorang sudah menjadi

karyawan tetap, maka tidak perlu perjanjian kerja lagi. Pendapat tersebut

menurut Whimbo Pitoyo keliru karena di dalam perjanjian kerja diatur

syarat-syarat, hak, dan kewajiban kedua belah pihak, baik secara umum maupun

ketentuan khusus. Oleh karena itu perjanjian kerja waktu tertentu sangat perlu

dibuat.

Pengertian perjanjian dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Pasal 1313 yang berbunyi :“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana

satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu atau lebih lainnya”.

(39)

commit to user

sebagai berikut:“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya”. Perjanjian ini tidak dapat

ditarik kembali, kecuali ada kesepakatan kedua belah pihak atau alasan-alasan

lain oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu.

Pembagian perjanjian menurut Pasal 1601 KUH Perdata adalah :

1) Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu ialah suatu perjanjian di

mana 1 (satu) pihak menghendaki dari pihak lainnya agar dilakukan suatu

perjanjian guna mencapai suatu tujuan, untuk itu salah satu pihak bersedia

membayar honorarium atau upah.

2) Perjanjian kerja ialah perjanjian antara seorang buruh dan seorang

majikan, perjanjian mana ditandai dengan ciri adanya suatu upah atau gaji

tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan diperatas

(dienstverhoeding), di mana pihak majikan berhak memberikan

perintah-perintah yang harus ditaati oleh pihak lain.

3) Perjanjian pemborongan kerja, ialah suatu perjanjian antara pihak yang

satu dan pihak yang lain, di mana pihak yang satu (yang memborongkan

pekerjaan) menghendaki sesuatu hasil pekerjaan yang disanggupi oleh

pihak lain, atas pembayaran suatu uang tertentu sebagai harga

pemborongan.

Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1601 a, yang

dimaksud dengan perjanjian kerja yang dalam bahasa Belanda disebut

arbeidsoverencom yaitu:“Suatu perjanjian di mana pihak kesatu ( si buruh),

mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain, si majikan

untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah.”

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal

1 angka 14 memberikan pengertian “Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian

antara pekerja/buruh dan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat

syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak”.

Unsur-unsur yang terdapat dalam suatu perjanjian kerja, antara lain

adalah (Lalu Husni, 2005 : 55) :

(40)

commit to user

28

2) Adanya unsur perintah

3) Adanya upah

Unsur-unsur dari ketentuan Pasal 1 angka 14 UU Nomor 13 Tahun

2003:

1) Subyek hukum perjanjian kerja terdiri dari pekerja/buruh dengan

pengusaha atau pemberi kerja.

2) Obyek perjanjian kerja adalah syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para

pihak.

Unsur- unsur pada ketentuan Pasal 1 angka 15 jo Pasal 50- Pasal 66 UU

Nomor 13 Tahun 2003, yaitu:

1) Subyek hukum perjanjian kerja adalah pengusaha dengan pekerja/buruh.

2) Obyek hukum perjanjian kerja adalah pekerjaan, upah, dan perintah.

Syarat sahnya suatu perjanjian kerja menurut Pasal 52 ayat (1) yang

menjelaskan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar :

1)kesepakatan kedua belah pihak;

2)kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;

3)adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan

4)pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,

kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan dan pada ayat (2) diyatakan

bahwa perjanjian kerja yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku

Membuat suatu perjanjian adalah melakukan suatu hubungan hukum

untuk menyepakati hal-hal yang menjadi objek perjanjian. Dalam perjanjian,

kedua belah pihak akan saling terikat satu sama lain. Perjanjian kerja menjadi

salah satu hal penting dalam melakuka hubungan kerja. Subyek dan obyek

dalam perjanjian kerja terdapat pada ketentuan Pasal 1 angka 14

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Pasal 1 angka 15 UU Nomor 13 Tahun

(41)

commit to user

Dalam ketentuan Pasal 54 Undang-Undang Nomor13 Tahun 2003,

perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis memuat sekurang-kurangnya :

1) Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha

2) Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja

3) Jabatan atau jenis pekerjaan

4) Tempat pekerjaan

5) Besarnya upah dan cara pembayarannya

6) Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan

pekerja

7)Mulai dan jangka waktu berlaku perjanjian kerja

8) Tempat, tanggal perjanjian

9) Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja

3. Tinjauan Tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

a. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) merupakan suatu bentuk

perjanjian yang didasarkan pada hal-hal tertentu. Sebagaimana yang dijelaskan

dalam Pasal 56 ayat 2 Undamg-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa perjanjian kerjsa waktu tertentu

didasarkan pada dua hal, yaitu: jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan.

Suatu perjanjian kerja dapat disebut sebagai perjanjian kerja waktu

tertentu jika terdapat ketentuan akan jangka waktu atau selesainya suatu

pekerjaan tertentu.

Berbeda dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Perjanjian kerja untuk

Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) merupakan perjanjian kerja yang tidak

ditentukan waktunya – bersifat tetap dan berlaku untuk selamanya sampai

terjadi PHK. Selain tertulis, PKWTT dapat juga dibuat secara lisan. Jika

PKWTT dibuat secara lisan, maka hubungan kerja yang mengatur mereka

(pengusaha dan kekerja) adalah UU Ketenagakerjaan – Pengusaha dan pekerja

dianggap menyetujui seluruh isi Undang-Undang Ketenagakerjaan sebagai

(42)

commit to user

30

pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi pekerja yang

bersangkutan (http://legalakses.com/?p=134).

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk

pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya

akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu (Pasal 59 ayat 1 Undang-Undang

Ketenagakerjaan):

1)pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;

2)pekerjaaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak

terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;

3)pekerjaan yang bersifat musiman; atau

4)pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau

5)produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

Undang-Undang Ketenagakerjaan pada Pasal 59 ayat 4 sampai 6 juga

menjelaskan bahwa perjanjian kerja waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk

pekerjaan tetap dan tidak ada masa percobaan. Pekerjaan yang bersifat tetap

menurut penjelasan Pasal 59 ayat (2) Undang-Undang Ketenagakerjaan adalah

Ayat (2) adalah pekerjaan yang sifatnya terus menerus, tidak terputus-putus,

tidak dibatasi waktu dan merupakan bagian dari suatu proses produksi dalam

satu perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman.

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau

diperbaharui, dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh

diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

Apabila terdapat peerpanjangan perjanjian kerja waktu tertentu tersebut,

paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir

telah memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pekerja/buruh yang

bersangkutan. Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat

diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari

berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama, pembaruan perjanjian

kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling lama 2

Gambar

Gambar : Kerangka Pemikiran .......................................................
  Grafika.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian terhadap 14 sampel minuman Ice Coffee Blended yang beredar di dua kelurahan yang ada di Kecamatan Samarinda Ulu yaitu Kelurahan Gunung

Ditinjau dari hasil pengukuran parameter lingkungan yang diperoleh pada masing - masing stasiun pengambilan sampel, parameter lingkungan menunjukkan bahwa pertumbuhan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi variasi jumlah bakteri coliform pada sistem sungai permukaan Daerah Tangkapan Air Pindul secara temporal, (2)

jumlah koloni dibanding wilayah lain disebabkan letak sumur yang tidak begitu dekat dengan sungai, sehingga cemaran bakteri Coliform dari limbah yang dibuang ke sungai

Dalam menjawab problematika dan tantangan yang dihadapi pendidikan Islam, maka ada beberapa solusi alternatif yang bisa dilakukan, antara lain paradigma baru pendidikan

Sejumlah permasalahan perubahan iklim yang berdampak pada kegiatan melaut nelayan dan kondisi lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat sebagaimana telah

Mahasiswa kimia yang menga mbil program harus mengambil opsi matakuliah pilihan kimia sesuai dengan yang tertulis pada opsi 2 yang tertera pada bagian Kurikulum

Dari hasil penelitian ditinjau dari masing-masing kriteria pada pemeriksaan menggunakan kriteria Amsel didapatkan bahwa ditemukannya clue cells pada pemeriksaan