• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADAPTASI ORANG JAWA; STUDI PERUBAHAN UPACARA PANGGIH DALAM PERKAWINAN JAWA DI KELURAHAN DADIMULYO KISARAN BARAT KABUPATEN ASAHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ADAPTASI ORANG JAWA; STUDI PERUBAHAN UPACARA PANGGIH DALAM PERKAWINAN JAWA DI KELURAHAN DADIMULYO KISARAN BARAT KABUPATEN ASAHAN."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

T E S I S

ADAPTASI ORANG JAWA;

STUDI PERUBAHAN UPACARA PANGGIH DALAM PERKAWINAN JAWA DI KELURAHAN DADIMULYO KISARAN BARAT

KABUPATEN ASAHAN

Disusun Oleh :

S U R I A N I

NIM : 8116152007

Di ajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains Program Studi Antropologi Sosial

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

T E S I S

ADAPTASI ORANG JAWA;

STUDI PERUBAHAN UPACARA PANGGIH DALAM PERKAWINAN JAWA DI KELURAHAN DADIMULYO KISARAN BARAT

KABUPATEN ASAHAN

Disusun Oleh :

S U R I A N I

NIM : 8116152007

Di ajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains Program Studi Antropologi Sosial

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)

ABSTRACT

Suriani : Adaptation of Java people; science that change the panggih ceremony in Java marriage in Dadimulyo, West Kisaran, Asahan.

This study discusses the Java adaptation to social change, perspektif a change in the panggih ceremony aims to describe the adaptation of Java people to social change, knowing a change of Panggih ceremony before and after the 2000 and to know the factor of a change of Panggih ceremony in the culture of java people relate marriage in Dadimulyo, West Kisaran. Supporting the theory in this research is the adaptation theory, social change theory, culture change theory, and the theory of cultural ecology. The method that is used in this research is a field research with qualitative descriptive approach, and accumulation data that is gotten from the field by observation and interviews as well as literature.

Adaptation Javanese people against social change in Dadimulyo, change the Java mindset that for the last time had been worked in the estate , be varied. Adaptation is the adjustment of Java against social change and the environment in which they live. Javanese people's views on social change in terms of livelihood,

arts, religion, education, shelter and the way to get along with many cultures that there’re in West Kisaran

can be received by java people. However Javanese people already 60 years out of the estate since the 1950's still behind and looked social inequalities in education and employment. Implement of Panggih ceremony of java marriage was held in order to launch Java daughters wedding on the Java community in the Dadimulyo. Panggih ceremony is a second sacred ceremony after ijab qabul for the first, the life cycle of the Java community. Changes that occur in a panggih ceremony at Dadimulyo is an adjustment to the

new environment after the 2000’s. In the social and cultural life, the shape changes in panggih ceremony of Java marriage is depicted in panggih ceremony before and after the year 2000. Where did it happen transition oncein abbot 21. In life cultural social, since years 1990s the Java community of Dadimulyo no more do their fields for planted rice because environmental changes in which fields and river dry out switching become plantation land. The Java community of Dadimulyo switch resource from farmer become craftsmen each merge in fill up for chance employment available. Prior to the 2000s there was no Malay traditional ceremony of java marriage , both before and after . After the 2000s occurred acculturation with the local culture in the west Kisaran, the Java community of Dadimulyo implement ceremony of java marriage at once implement malay traditional ceremony. Order Form of panggih

ceremony is to be complicated, there’s in a ceremony that added and there’s the ceremony that disappear.

(6)

ABSTRAK

Suriani : Adaptasi Orang Jawa; Studi Perubahan Upacara Panggih Dalam Perkawinan Jawa di Kelurahan Dadimulyo Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan

rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun sebagai salah satu

persyaratan untuk menyelesaikan studi di Program Studi Antropologi Sosial, Sekolah

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari begitu banyak yang memberikan dukungan, bimbingan,

bantuan moril maupun materil dan kemudahan dari berbagai pihak, sehingga tesis ini

dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dr. Hidayat, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan

bimbingan serta arahan terhadap proses penyelesaian tesis ini.

2. Dr. Pujiati, M.Soc selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan serta arahan terhadap proses penyelesaian tesis ini.

3. Direktur Sekolah Pascasarjana UNIMED dan Civitas Akademika

4. Dr. Phil Ichwan Azhari, MS selaku Ketua Program Studi Antropologi Sosial

Sekolah Pascasarjana UNIMED.

5. Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik moril

maupun materil selama penulis mengikuti pendidikan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, untuk itu

diharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih dan semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, Juni 2014

(8)

DAFTAR ISI

2.7 Faktor Pendorong Terjadi Perubahan Sosial ……… 27

2.8 Kerangka Berfikir ……….... 33

BAB IV Gambaran Wilayah Penelitian ….……… 39

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Dadimulyo ……….. 39

4.1.1 Kondisi Demografi ………. 40

4.1.1.1 Pola Pemukiman ……… 43

4.1.1.2 Komposisi Penduduk Menurut Suku ……… 44

(9)

4.1.1.4 Komposisi Penduduk Menurut Agama ………. 46

4.1.1.5 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan .. 47

4.1.1.6 Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencahrian ….. 47

4.1.2 Sarana dan Prasarana Publik ……… 49

4.1.2.1 Sarana Pendidikan ……….. 49

4.1.2.2 Sarana Transportasi ……… 49

4.1.2.3 Sarana Ibadah ……….. 50

4.2 Sejarah Migrasi Orang Jawa di Dadimulyo Kisaran Barat ………. 50

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan….……….. 54

5.1 Adaptasi Orang Jawa Terhadap Perubahan Sosial di Dadimulyo … 54 5.2 Perubahan Upacara Panggih Dalam Perkawinan Jawa Sebelum …. dan Sesudah Tahun 2000 ………. 60

5.2.1 Perubahan Upacara Panggih Sebelum Tahun 2000 ……….. 63

5.2.2 Perubahan Upacara Panggih Sesudah Tahun 2000 ……….. 80

5.2.2.A Profil Keluarga Bapak H. Seno & Ibu Wagirah… 83 5.2.2.B Profil Keluarga Bapak Budiasto & Ibu Tukinem.. 92

5.2.2.C Profil Keluarga Bapak Swarisno & Ibu Jinem….. 98

5.2.2.D Profil Keluarga Bapak Kamto & Ibu Suliem…… 105

5.3 Matriks ……….. 116

5.3.1 Pelaksanaan Upacara Panggih Tahun 2013 - 2014………… 116

5.3.2 Perubahan Upacara Panggih Sebelum/Sesudah Tahun 2000.. 125

5.3.3 Makna Upacara Panggih ……….. 135

5.3.4 Analisis Perubahan Upacara Panggih……….. 144

5.4 Faktor-Faktor Perubahan Upacara Panggih Pada Perkawinan Jawa di Keluarahan Dadimulyo ……… 147

5.4.1 Faktor Internal ………. 147

5.4.2 Faktor Eksternal ……….. 154

5.4.3 Dampak Perubahan Upacara Panggih ………. 158

5.4.4 Analisis Faktor-Faktor Perubahan Upacara Panggih …….. 160

5.4.5 Matriks ……… 165

5.4.5.A Pasangan Fauziah, SE dan Dika, Amd………… 165

5.4.5.B Pasangan Irma dan Abdi ……… 167

5.4.5.C Pasangan Hari Kurnia dan Handri Susandi……. 169

5.4.5.D Pasangan Nopiana, S.Pd dan Herdy……… 172

BAB VI Kesimpulan dan Saran….……… 174

6.1 Kesimpulan ……… 174

6.2 Saran-saran ……… 176

Daftar Pustaka ………... 178

Riwayat Hidup ……….. 183

Lampiran 1 Peta Wilayah Kecamatan Kisaran Barat ……… 184

Lampiran 2 Peta Wilayah Kelurahan Dadimulyo……….. 185

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Dengan Masyarakat Umum Dadimulyo ……… 186

(10)

Lampiran 5 Daftar Informan ……… 192

Lampiran 6 Daftar Gambar ……… 194

Lampiran 7 - Bahan/ Poperti dalam Upacara Panggih ……… 196

- Bahan/Poperti dalam Upacara Tepung Tawar ……… 197

- Kumpulan Kosa Kata, Istilah dalam Wejangan ………. 198

Lampiran 8 - Surat Izin Penelitian dari PPs Unimed ……… 204

- Surat Keterangan Izin Penelitian ……… 205

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.1 Deskripsi Penggunaan Lahan di Kelurahan Dadimulyo ………. 42

Tabel 4.1.1.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku ……… 45

Tabel 4.1.1.3 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur ……….. 46

Tabel 4.1.1.4 Komposisi Penduduk Menurut Agama ……….. 46

Tabel 4.1.1.5 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ………. 47

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.2.1 Profil Pelaksanaan Upacara Panggih Keluarga Bapak Gimen………. 63

Gambar 5.2.2.A Profil Pelaksanaan Upacara Panggih Keluarga Bapak H. Seno…… 83

Gambar 5.2.2.B Profil Pelaksanaan Upacara Panggih Keluarga Bapak Budiasto……. 92

Gambar 5.2.2.C Profil Pelaksanaan Upacara Panggih Keluarga Bapak Swarisno….. 98

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta Wilayah Kecamatan Kisaran Barat ……… 184

Lampiran 2 Peta Wilayah Kelurahan Dadimulyo……….. 185

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Dengan Masyarakat Umum Dadimulyo ……… 186

Lampiran 4 Pedoman Wawancara dengan Informan……… 187

Lampiran 5 Daftar Informan ……… 192

Lampiran 6 Daftar Gambar ……… 194

Lampiran 7 - Bahan/ Poperti dalam Upacara Panggih ……… 196

- Bahan/Poperti dalam Upacara Tepung Tawar ……… 197

- Kumpulan Kosa Kata, Istilah dalam Wejangan ………. 198

Lampiran 8 - Surat Izin Penelitian dari PPs Unimed ……… 204

- Surat Keterangan Izin Penelitian ……… 205

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera

Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

Kisaran terbagi menjadi dua Kecamatan yakni Kecamatan Kisaran Timur dan

Kecamatan Kisaran Barat. Kisaran selain dilintasi oleh jalan raya lintas Sumatera

juga terletak dijalur Kereta Api Sumatera bagian utara. Menelusuri catatan sejarah

Kota Kisaran-Asahan salah satunya adalah didatangkannya Orang Jawa di Sumatera

pada masa kolonial Belanda. Sumatera Utara saat itu dikenal dengan Sumatera Timur

Tanah Kekuasaan Raja-Raja Melayu. Daerah yang merupakan bagian Sumatera

Timur yakni : Tanah Deli (kawasan Medan), Langkat, Deli Serdang, Batubara,

Asahan, sampai dengan Labuhan Batu. Sumatera Timur dikenal dengan daerah

perkebunan tembakau dan karet. Tepat pada tanggal 22 September Tahun 1865

Kesultanan Asahan berhasil dikuasai Belanda, sejak saat itu kekuasaan pemerintahan

dipegang oleh Belanda sampai dibukanya kawasan perkebunan di tanah Asahan.

Kisaran Barat didiami oleh banyak suku yakni ada Melayu, Batak, Jawa,

Minang, Banjar, Aceh, Cina dan Hindia. Jumlah suku terbesar didominasi oleh

Orang Jawa yang terdapat di Kelurahan Dadimulyo Kecamatan Kisaran Barat hingga

mencapai 96,67 %. Menelusuri sejarah kedatangan Orang Jawa di Kota Kisaran

khususnya Kisaran Barat tidak dapat dilepaskan dari gelombang migrasi ke Sumatera

Timur dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja pada industri

(15)

“ Kehadiran industri perkebunan menarik puluhan ribu buruh dari berbagai daerah Sumatera Utara, pada mulanya penduduk asli tapi menolak, kemudian merekut orang Cina dari negeri Cina, tapi mempunyai dampak politik karena sebahagian besar buruh sudah Cina. Untuk mengatasi hal ini kemudian direkut orang Jawa dari pulau Jawa, jumlah orang Jawa yang dijadikan buruh terus membesar sampai akhirnya melebihi orang Cina. Jika sebelumnya Orang Cina menjadi mayoritas buruh, diawal abad ke-20 buruh Jawa menjadi mayoritas buruh dikantong-kantong perkebunan”.

Orang Jawa direkut dari Pulau Jawa berasal dari desa-desa miskin di Jawa

Tengah dan Jawa Timur, Orang Jawa datang ke Sumatera membawa serta

kebudayaan yang dimilikinya sebagai bentuk identitas diri Orang Jawa yang berasal

dari tanah Jawa diekspresikan melalui upacara adat-istiadat. Seperti telah

diungkapkan oleh Koentjaraningrat (1970) bahwa sifat khas suatu kebudayaan dapat

dimanifestasikan dalam unsur-unsur terbatas, terutama melalui bahasa, kesenian dan

upacara. Unsur-unsur lainnya sulit untuk menonjolkan sifat-sifat khas kebudayaan

suatu bangsa atau suku bangsa. Penanda identitas dari kebudayaan suatu kelompok

suku dapat dilihat dari adat istiadat yang secara bersama disepakati dan dijalankan.

Berdasarkan konsep yang dikemukakan Koentjaraningrat dan Maunati

(2004), maka upacara dalam suatu kebudayaan kelompok suku menjadi bagian

penting dalam mengekspresikan kesukuannya, seperti upacara-upacara yang

dilakukan Orang Jawa dikonsepsikan sebagai upacara lingkaran hidup (rites of the

lifecycle), yang meliputi upacara kelahiran, upacara perkawinan dan upacara

kematian. Masyarakat Jawa tidak dapat melepaskan diri dari upacara tradisi yang

diyakini sebagai warisan leluhur nenek moyang dan diaktualisikan dalam siklus

kehidupan.

Adaptasi Orang Jawa di Dadimulyo Kisaran Barat merupakan penyesuaian

terhadap lingkungan (KBBI, 2001) juga sebagai perubahan didalam unsur-unsur

(16)

pola-pola sosial budaya yang diwariskan oleh nenek moyang akan dipertahankan dan

apakah Orang Jawa akan mengadaptasikan dirinya dengan pola-pola sosial budaya

lingkungan setempat. Bila Orang Jawa sebagai pendatang ingin hidup survive

diitempat yang baru, biasanya mereka akan mengadaptasikan dirinya dengan

lingkungan sosial budaya setempat. Dan suku bangsa setempat akan

mempertahankan budayanya dari jamahan atau pengaruh kebudayaan dari luar

khususnya unsur budaya yang bersifat negatif.

Pandangan Orang Jawa di Dadimulyo Kisaran Barat terhadap mata

pencaharian, kesenian, perkawinan, agama, pendidikan dan tempat tinggal ingin

selalu menjaga harmoni keserasian dan menghindari konflik mestipun itu mengejar

kompetisi perebutan sumber daya dalam hal mata pencaharian, pendidikan maupun

tempat tinggal. Orang Jawa di Dadimulyo 100 % beragama Islam dan tidak ada lagi

Orang Jawa yang beragama Kejawen. Orang Jawa Dadimulyo tidak lagi sepenuhnya

menjalankan dan mematuhi unsur-unsur kebudayaan yang mengikat kehidupan.

Orang Jawa di Dadimulyo memandang perkawinan anak perempuan suatu hal yang

masih diagungkan mestipun sudah melalui proses akulturasi dan terbentuk menjadi

budaya Jawa-Melayu lebih dikenal dengan Jawa Asahan.

Pandangan Orang Jawa tentang perkawinan, merupakan peristiwa yang

sangat penting dan sakral. Dalam istilah Jawa disebut kepanggihan (pertemuan)

Dalam hal ini upacara perkawinan Jawa merupakan budaya warisan yang sarat

makna juga penyatuan dua keluarga besar yang didasari unsur pelestarian tradisi.

Perkawinan merupakan suatu kewajiban bagi semua orangtua untuk

menyelenggarakan pesta besar bagi setiap anak perempuannya (Geertz,1981).

(17)

peleburan menyamping tali ikatan antara dua kelompok himpunan yang tidak

bersaudara (Geertz,1985). Selain itu perkawinan merupakan penyelenggaraan suatu

hajatan, dimana pelakunya memperlihatkan dihadapan khalayak ramai bagaimana

pasangan pengantin sudah memasuki masa dewasa, yang merupakan pameran

dimuka umum mengenai arti suatu model ideal dari perkawinan.

Masyarakat Jawa di Kisaran Barat Kelurahan Dadimulyo merupakan jumlah

penduduk terbesar kini pelan tapi pasti telah mengalami perubahan dari aspek sosial

budaya bahkan unsur yang mengikat Orang Jawa telah ditinggalkan dalam kehidupan

sehari-hari, ini dapat dirasakan dengan melunturnya nilai budaya Jawa sebagai

warisan leluhur yang dibawa Orang Jawa dari Pulau Jawa. Kisaran Barat

membawahi 13 Kelurahan, penduduknya secara keseluruhan berjumlah 57.395 jiwa

dan Orang Jawa berjumlah 26.760 jiwa. Data Profil Kelurahan Dadimulyo Tahun

2013, menunjukkan bahwa Orang Jawa yang ada di Kelurahan Dadimulyo berjumlah

4159 jiwa (96,67 %) dari jumlah penduduk keseluruhannya adalah 4302 jiwa.

Perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya Jawa dalam pelaksanaan prosesi

upacara panggih dalam perkawinan Jawa terjadi searah dengan perubahan

masyarakat Jawa dalam berbagai aspek kehidupan. Apapun alasannya, cepat atau

lambat kebudayaan akan selalu berubah. Perubahan nilai-nilai budaya Jawa dalam

upacara panggih sesuai dengan proses adaptasi masyarakat Jawa yang dinamis

terhadap perubahan zaman.

Perubahan sosial tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya

yakni faktor internal dan faktor ekternal (Pelly,1994). Perubahan internal, perubahan

dalam masyarakat Jawa itu sendiri, meliputi faktor ekonomi, pendidikan, agama dan

(18)

meliputi budaya lingkungan setempat, trend mode, dan peralihan abad 21 era

globalisasi.

Tradisi upacara perkawinan Jawa yang ada mempunyai makna tersendiri,

begitu pula tidak kalah pentingnya dengan pelaksanaan upacara panggih. Adapun

nilai-nilai yang terkandung didalam prosesi upacara panggih berhubungan dengan

siklus kehidupan Orang Jawa sebagai bentuk dari penghormatan, pelestarian dan

keyakinan terhadap leluhur mereka juga sebagai pendidikan kepada pasangan

pengantin dalam memulai kehidupan baru.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan

diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

(1) Bagaimana adaptasi Orang Jawa terhadap perubahan sosial di Kelurahan

Dadimulyo ?

(2) Bagaimana perubahan upacara panggih dalam perkawinan Jawa sebelum dan

sesudah tahun 2000 di Kelurahan Dadimulyo ?

(3) Apakah faktor-faktor penyebab perubahan upacara panggih dalam

perkawinan Jawa di Kelurahan Dadimulyo?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :

(1) Untuk mendeskripsikan adaptasi Orang Jawa terhadap perubahan sosial

di Kelurahan Dadimulyo.

(2) Untuk mengetahui perubahan upacara panggih dalam perkawinan Jawa

di Kelurahan Dadimulyo.

(3) Untuk mengetahui faktor - faktor perubahan upacara panggih dalam

(19)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan kontribusi ilmiah untuk memperkaya khazanah

ilmu antropologi budaya berkembang. Ingin mengetahui konsep dan teori berkaitan

dengan adaptasi Orang Jawa, studi perubahan upacara panggih dalam perkawinan

Jawa dan faktor terjadinya perubahan upacara panggih di Kelurahan Dadimulyo

Kisaran Barat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para

pengambil kebijakan khususnya Pemerintah setempat, dalam menyusun Program

Pengembangan yang berkaitan dengan penemuan sekarang bahwa lunturnya tradisi

Jawa ini disebabkan kurangnya minat generasi muda Orang Jawa di Kisaran Barat

(20)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah dikemukakan terdahulu, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Adaptasi Orang Jawa terhadap perubahan sosial di Kelurahan Dadimulyo,

merubah cara pandang, pola pikir Orang Jawa yang dulunya pernah bekerja

di perkebunan menjadi bekerja ditempat lainnya dengan berbagai bidang profesi.

Adaptasi merupakan penyesuaian diri Orang Jawa terhadap perubahan sosial dan

lingkungan dimana mereka tinggal. Pandangan Orang Jawa terhadap perubahan

sosial dalam hal mata pencaharian, kesenian, agama, pendidikan, tempat tinggal

dan cara bergaul dengan multi etnik yang ada di Kisaran Barat dapat membaur

dengan baik. Sudah 60 tahun orang Jawa tidak lagi bekerja di perkebunan sejak

tahun 1950-an, namun demikian tampak kesenjangan sosial dalam pemerataan

pendidikan dan lapangan kerja. Sejak tahun 1990-an orang Jawa di Dadimulyo

tidak lagi mengerjakan sawah-sawah mereka untuk ditanami padi dikarenakan

perubahan alam dimana sawah dan sungai mengering beralih fungsi menjadi

tanah perkebunan. Masyarakat Jawa di Dadimulyo beralih profesi dari seorang

petani menjadi pengrajin batu bata, dalam mengisi peluang lapangan kerja yang

tersedia. Adapun dalam hal perkawinan, pelaksanaan upacara panggih dalam

perkawinan Jawa tetap diselenggarakan dalam rangka peresmian pernikahan anak

perempuan. Upacara panggih merupakan upacara sakral kedua setelah ijab qabul.

Dalam siklus kehidupan masyarakat Jawa, upacara adat perkawinan sebagai

penghormatan terhadap leluhur dan pendidikan kedua pasangan pengantin.

(21)

di Kelurahan Dadimulyo. Prosesi upacara panggih dimulai dari arakan pengantin

laki-laki, sayembara, lempar sirih, salaman, wejangan, injak telur, cuci kaki,

kepyok, sembah, tukar kembar mayang, ubengan, gendong manten, sungkem,

dulangan orangtua kepada pasangan pengantin, dan dulangan sesama pengantin.

2. Perubahan yang terjadi pada upacara panggih di Kelurahan Dadimulyo

merupakan penyesuaian terhadap lingkungan baru sesudah tahun 2000-an. Dalam

kehidupan sosial budaya, dimana adat istiadat dan hal-hal yang mengikat orang

Jawa dengan daerah asalnya tidak lagi seluruhnya dapat di laksanakan. Bentuk

perubahan upacara panggih pada perkawinan adat Jawa tergambar pada upacara

panggih sebelum tahun 2000 dan sesudah tahun an. Sebelum tahun

2000-an tidak ada upacara adat melayu didalam upacara perkawin2000-an adat Jawa baik

sebelum maupun sesudah panggih. Sesudah tahun 2000-an terjadi akulturasi

dengan budaya lingkungan setempat yang ada di Kisaran Barat, masyarakat Jawa

Dadimulyo menjalankan upacara adat Jawa sekaligus menjalankan upacara adat

Melayu. Perubahan menggejolak setelah adanya peralihan era globalisasi di abad

21, baik perubahan dari luar panggih maupun tata urutan di dalamnya. Prosesi

upacara panggih menjadi terbalik-balik ada upacara yang ditambah seiring

perkembangan model dekorasi pelaminan, ada pula upacara yang hilang.

Masyarakat Jawa tidak lagi mengenal upacara mbubak (memberi bekal) dan

pecah kendil (membuka jalan) pada upacara perkawian anak perempuan pertama

atau pertama kali keluarga ngentasake (mengakhiri masa gadis) anak perempuan.

3. Faktor terjadinya perubahan upacara panggih dalam perkawinan Jawa

di Kelurahan Dadimulyo disebabkan oleh dua faktor yakni faktor internal dan

(22)

Jawa Dadimulyo itu sendiri (Pelly, 1994). ada faktor pendidikan, ekonomi,

agama dan ideologi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari

luar masyarakat Jawa, ada faktor budaya lingkungan setempat, trend mode dan

peralihan era globalisasi di abad 21. Adapun faktor-faktor tersebut telah merubah

pola pikir, cara pandang dan gaya hidup masyarakat Jawa Dadimulyo dalam

memahami persoalan lingkungan hidup dalam perspektif budaya atau sebaliknya

memahami kebudayaan dalam perspektif lingkungan hidup tentang pelaksanaan

upacara panggih pada perkawinan Jawa.

1.2 Saran – Saran

Setelah melakukan penelitian tentang adaptasi Orang Jawa; studi perubahan

upacara panggih dalam perkawinan Jawa di Kelurahan Dadimulyo. Kemudian

diperoleh data-data serta informasi sesuai yang dibutuhkan dalam tujuan penelitian.

Penulis membuat suatu gambaran berupa saran agar perubahan upacara panggih

tidak terlalu jauh bergeser dari aturan yang sebenarnya, dan mudah-mudahan saja

saran penulis dapat berguna bagi perkembangan pemikiran dan demi lancarnya

prosesi upacara panggih dalam perkawinan Jawa diantaranya :

1. Bagi masyarakat Jawa di Kelurahan Dadimulyo terutama generasi penerus Jawa,

tetap menjalankan upacara panggih dalam pertemuan pengantin Jawa tanpa

menghilangkan unsur-unsur yang merupakan bagian dari kebudayaan Jawa guna

membangkitkan kembali nilai-nilai yang terkandung didalam warisan leluhur

sebagai kearifan lokal (nilai-nilai yang terangkum pada folklore sebagian lisan)

dalam pelestarian budaya Jawa, menciptakan kedamaian dan meningkatkan

(23)

2. Harusnya masyarakat Jawa Dadimulyo menyadari benar, betapa pentingnya

menjaga dan melestarikan budaya Jawa dalam upacara panggih pada perkawinan

Jawa sebagai warisan dan penghormatan terhadap leluhur. Masyarakat Jawa

Kisaran Barat khususnya Dadimulyo patut berbangga hati, bahwasannya Orang

Jawa sudah mempunyai kedudukan sama dengan orang-orang lokal dan suku

lainnya yang ada di Kota Kisaran. Semua suku yang ada di Kota Kisaran dapat

hidup berdampingan, bersama-sama membangun Kota Kisaran dalam mencapai

Visi -Misi Kabupaten Asahan yakni :

“Terwujudnya Asahan yang relegius, sehat, cerdas dan mandiri serta mengelola

kemajemukan masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai budaya dan memelihara kearifan lokal guna mendukung proses pembangunan yang berwawasan lingkungan.

3. Harusnya masyarakat Jawa Dadimulyo juga menyadari betapa penting hadirnya

paguyuban Jawa yang pernah ada, sebagai wadah berkumpulnya orang-orang

yang berketurunan Jawa untuk pelestarian budaya sosial masyarakat Jawa

di Sumatera. Paguyuban Jawa merupakan sebuah organisasi yang murni tanpa

mengharapkan pamrih, paguyuban Jawa diharapkan dapat mengembangkan

nilai-nilai budaya dan leluhur yang baik. Dan pembangunan rumah Joglo merupakan

kebanggaan bagi orang Jawa dibangun diatas tanah Pemerintah Kabupaten

Asahan segera rampung sebagai bukti cinta terhadap budaya Jawa agar generasi

penerus Jawa tidak kehilangan identitas dirinya sebagai orang Jawa. Dan orang

Jawa patutlah menjalani hidup ini tidak lari dari falsapah Jawa dalam

menanamkan dan melestarikan budaya Jawa, etika dan nilai-nilai yang

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Alqur’an, Surat. Ar-Ruum : 21

Agustono, Budi, 2001. Demokratisasi Otonomi Daerah Dan Konflik Etnis

Di Sumatera Utara. Jakarta : Konperensi Nasional Sejarah VII

Artati, Agoes, 2001. Kiat Sukses Menyelenggarakan Pesta Perkawinan Adat Jawa

Gaya Surakarta. Yogyakarta : PT . Gramedia Pustaka Utama

Burner, dalam Salim, 2001. Metode Etnografi Yogyakarta. PT. Tiara Wacana

Ember, Ember, 1999. Beberapa Anggapan Dasar Mengenai Kebudayaan Dalam

Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Danajaya,1984.Penelitian Kependidikan Prosedur & Srategi, Bandung : Bumi Aksara

Davis, Kingsley, 1960. Human Sosiety. The Mac Millan Company : Newyork

Geertz Clifford, 1981. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta :

Pustaka Jaya

____________ , 1981. The Religion of Java. Los Angeles : University of Chicago

Press

Geertz, Hildred, 1981. Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia. Jakarta : Yayasan

Ilmu-Ilmu Sosial & FIS UI

Geertz, Hildred, 1985. Keluarga Jawa ( terjemahan) Jakarta : Grafiti Pers

Havilan, William A, 1985. Antropologi Jilid 1 dan 2, Jakarta : Erlangga

Herusatoto, Budiono, 2003. Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Yogyakarta PT :

Hanindita Graha Widya.

Herkovist, MJ, Alfred, AK, 1984. Man and His Work New York, Terjemahan

Aisyah

Kaplan, David. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Koentjaraningrat, 1970. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Jakatra : UI Press

_____________, 1981. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta : Dian Rakyat

(25)

_____________, 1994. Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta

_____________ , 2002. Pengantar Ilmu Antropologi, cetakan kedelapan. Jakarta :

Rineka Cipta

______________ , 2003. Pengantar Antropologi Jilid 1. Jakarta : Rineka Cipta

______________,2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mansyurdin, T, 1994. Sosiologi Suatu Pengenalan Awal, Fak. Hukum USU :

Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat

Maleong, J, Lexy, 2000. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Javanologi Surabaya : Prestasi Pustaka Publisher

Pelly Usman, 1994. Menanti Asih Teori-Teori Sosial Budaya, Jakarta : DIKTI

__________, 1994. Urbanisasi dan Adaptasi Peranan Misi Budaya Minang Kabau dan Mandailing, Jakarta : LP3ES.

Purwadi, 2007. Hidup, Mistik, Ramalan Jayabaya : Yogyakarta : Ragam Media

Poerwanto, 2000. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif Antropologi,

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Salim, Agus, 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara

Kencana.

Santrock, John W, 2002. Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup,

Edisi 5, Jilid 1 Jakarta : Elangga.

Syani, Abdul, 1995. Sosiologi dan Perubahan Masyarakat. Jakarta : PT. Dunia

(26)

Simanjuntak, Bungaran Antonius 2009. Metode Penelitian Sosial, Medan : Bina

Media Perintis.

Sumarsono, 2007. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa, Jakarta : PT Buku Kita

Sunjata, Pantja, Wahyudi, 1997. Upacara Tradisional Jawa. Yogyakarta : Andi offset

Sutrisno, 1985. Kebudayaan Jawa, Yogyakarta : Andi Offset

Suseno SJ, Magniz, Franz, 1985. Etika Jawa, Jakarta : Gramedia

Suparlan, Supardi, 1984. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan. Jakarta : FE UI

Soekanto, Soerjono, 1983. Teori Sosiologi Tentang Perubahan Sosial, Jakarta :

Ghalia Indonesia.

Soekanto, Soerjono, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Press

Soemarjan, Selo, 1986. Perubahan Sosial, Yogyakarta : YIIS

Sibarani, Robert, 2012. Kearifan Lokal, Assosiasi Tradisi Lisan (ATL)

Umar, Abu,Imron, 1992. Sunan Kalijogo Demak, Kudus : Menara Kudus.

Watni, 2011 Mutiara Kota Kerang Tanjung Balai Asahan. CV Jabal Rahmat

William, Walter, L, 1995, Mozaik Kehidupan Orang Jawa Yogyakarta : PT. Pustaka

(27)

Ahmad Rifki Hidayat, Simbolisme Perkawinan Jawa, Kecamatan Juhar Kabupaten Karo. Program Pascasarjana Unimed.

Profil Kelurahan Dadimulyo Tahun 2013

Pelly Usman, 1998. Makalah. Pendayagunaan Potensi Etnis Dalam Perencanaan Daerah Sumatera Utara.

Pulung, Sumantri, 2012. Tesis Adaptasi Sosial Budaya Etnis Bali di Kecamatan

Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara Program Pascasarjana Unimed.

Zulkarnaen, 2009. Tesis. Upacara Tradisi Kematian Suatu Studi Antropologis

Pada Masyarakat Jawa di Tebing Tinggi, Program Pascasarjana Unimed.

Mohammad Bastomi, 2012, Makalah.

Upacara Panggih Kemanten Desa Kalangbret, Universitas Islam Negeri

Pendidikan seni dalam kaitannya dengan kepariwisataan. Seminar dalam peringatan hari jadi jurusan pendidikan sendratasik ke-10 FPBS IKIP Yogyakarta, 12 Februari 1995

Siban, 2013. Wawancara “dukun temoan” sebelum tahun 2000-an di Kelurahan

Dadimulyo : Kisaran Barat

Silam, 2013. Wawancara “perangkai kembar mayang” sebelum dan sesudah

(28)

Meswan, 2013. Wawancara “dukun temoan” sesudah tahun 2000-an

di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat

Juman, 2014. Wawancara “dukun temoan” sesudah tahun 2000-an di Kelurahan

Dadimulyo : Kisaran Barat

Kasmen, 2014. Wawancara “dukun temoan” sesudah tahun 2000-an di Kelurahan

Dadimulyo : Kisaran Barat

Lastri, 2013. Perias Pengantin Jawa di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat

Murni, 2014. Perias Pengantin Jawa di Kelurahan Dadimulyo : Kisaran Barat

Gambar

Tabel 4.1.1 Deskripsi Penggunaan Lahan di Kelurahan Dadimulyo ……………….
Gambar 5.2.1

Referensi

Dokumen terkait

Namun perlu dipertimbangkan lagi kebijakan pelaksanaanya, mengingat, masih banyaknya sekolah-sekolah di pedesaan atau pedalaman yang tidak ditunjang oleh fasilitas

Penelitian ini bertujuan untuk menguji 1) Pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar siswa ekonomi kelas XI di SMA Semen Padang, 2) Pengaruh kemandirian dalam mengerjakan

[r]

Masalah yang melatar belakangi penelitian ini adalah belum adanya media yang mendukung sebagai sarana penyampaian informasi, pendidikan dan promosi secara cepat di sekolah

Pada penelitian ini akan melayani VoIP pada Open IMS Core, memadukan antara Open IMS Core dengan server ENUM yang dikombinasikan dengan menggunakan jaringan wireless LAN

Metode penelitian ini menggunakan Research & Development (R&D) dengan metode pengumpulan data berupa wawancara pada pakar materi, pakar media, dan guru biologi, dan

Untuk menghitung konsumsi Solar & LNG yang akurat untuk dijadikan acuan pedoman dalam operasi mobil tangki, diperlukan data yang cukup untuk dianalisa

Menurut pendapat kami, laporan keuangan konsolidasi yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan komitmen serta kontinjensi