PEMANFAATAN AMPAS TEBU DAN AMPAS TEH SEBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L.) DITINJAU DARI INTENSITAS
PENYIRAMAN AIR TEH
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Progam Studi Pendidikan Biologi
Disusun Oleh:
FAJAR RONGGO ASEPTYO A 420 090 143
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. A. Yani Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp. (0271) 717417, Fax : 7151448 Surakarta 57102Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan ini pembimbing skripsi/tugas akhir :
Nama : Dra. Hj. Aminah Asngad, M. Si
NIP/NIK : 227
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama : Fajar Ronggo Aseptyo
NIM : A 420 090 143
Program Studi : Pendidikan Biologi Judul Skripsi :
”Pemanfaatan Ampas Tebu Dan Ampas Teh Sebagai Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai Merah Keriting (Capsicum Annum
L.) Ditinjau Dari Intensitas Penyiraman Air Teh”
Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
PEMANFAATAN AMPAS TEBU DAN AMPAS TEH SEBAGAI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN
CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L.) DITINJAU DARI INTENSITAS
PENYIRAMAN AIR TEH
Fajar Ronggo Aseptyo
Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UMS
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi antara media tanam ampas tebu dan ampas teh dengan intensitas penyiraman air teh terhadap pertumbuhan Cabai merah keriting (Capsicum annum L.). Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan dua faktor tiga kali ulangan. Dari data pengamatan dianalisis dengan analisis varians (ANAVA) dua jalur dan dilanjutkan dengan uji membandingkan rata-rata setiap perlakuan atau
Estimated Marginal Means. Hasil penelitian tinggi batang pada minggu I F hitung
4,230 > F tabel 2,508; minggu II F hitung 6,091 > F tabel 2,508; minggu III F
hitung 5,446 > F tabel 2,508; minggu IV F hitung 6,606 > F tabel 2,508. Dan diperoleh hasil jumlah daun F hitung 2,879 > F tabel 2,508. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh media tanam ampas tebu dan ampas teh berpengaruh terhadap pertumbuhan Cabai merah keriting (Capsicum annum L) ditinjau dari intensitas penyiraman air teh. Penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan yang paling optimal terjadi pada tanaman cabai merah keriting dengan perlakuan media tanam 2 (1 ampas tebu : 3 ampas teh) dan intensitas penyiraman air teh yang paling efektif pada perlakuan penyiraman1x4 hari.
Kata kunci: Media tanam ampas tebu dan ampas teh, intensitas penyiraman air teh,
I. PENDAHULUAN
Cabai merupakan komoditas sayuran yang digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu cabai besar, cabai kecil dan cabai hias. Cabai besar merupakan sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi, terdiri dari cabai merah keriting dan cabai merah besar. Cabai merah keriting memiliki kulit permukaan yang lebih kasar dibandingkan cabai merah besar, dan memiliki rasa yang lebih pedas dibandingkan cabai merah besar. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin, di antaranya kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1 dan vitamin C (Dalimartha, 2000).
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menyediakan unsur hara. Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, salah satunya tidak terlalu padat, sehingga dapat membantu pembentukan dan perkembangan akar tanaman. Selain itu, juga mampu menyimpan air dan unsur hara secara baik, mempunyai aerase yang baik, tidak menjadi sumber penyakit serta mudah didapat dengan harga yang relatif murah.
Ampas tebu (bagasse) merupakan sisa bagian batang tebu dalam proses ekstraksi tebu yang memiliki kadar air berkisar 46-52%, kadar serat 43- 52% dan padatan terlarut sekitar 2-6%. Komposisi kimia ampas tebu meliputi: zat arang atau karbon (C) 23,7%, hidrogen (H) 2%, oksigen (O) 20%, air (H2O) 50% dan gula 3%. Pada prinsipnya serat ampas tebu terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin. Komposisi ketiga komponen bisa bervariasi pada varietas tebu yang berbeda. Pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan organik dapat berpotensi untuk menjadi media tanam yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman (Andriyanti, 2011).
magnesium (Mg) 10%, dan kalsium 13% kandungan tersebut dapat membantu pertumbuhan tanaman. Dalam ampas teh juga terkandung serat kasar, selulosa dan lignin yang dapat digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhanya (Ningrum, 2010).
Air sisa teh yang dibuang dapat menjadi limbah rumah tangga. Berdasarkan pengalaman di lapangan air sisa teh dapat menyuburkan tanaman ketika dibuang di samping tanaman. Tanaman yang disiram dengan air teh pertumbuhannya lebih baik dibandingkan dengan yang tidak diberi air teh. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai limbah rumah tangga, air teh dapat dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman. Kandungan hara atau mineral air teh cukup beragam, baik unsur makro maupun mikro (Nadya, 2008).
Menurut hasil penelitian Atri Gustiana (2008), bahwa pemberian ampas teh berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.). Konsentrasi ampas teh yang digunakan yaitu 0 gr, 10 gr, 20 gr, 30 gr, dan 40 gr. Konsentrasi ampas teh 30 gr memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. Menurut hasil penelitian Yuliani (2009) bahwa media jerami, blotong dan ampas tebu dengan berbagai frekwensi penyiraman berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur merang (Volvariella volvaceae). Perlakuan campuran ampas tebu dengan blotong dengan frekwensi penyiraman dua kali yang diaplikasikan secara tunggal maupun kombinasi memberikan pertumbuhan terbaik dan produktivitas jamur merang tertinggi. Berdasarkan hal tersebut
maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Ampas Tebu
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri 2 faktor.
Faktor 1{media tanam Cabai merah keriting (Capsicum annum L.)}: M1 = media ampas tebu dan ampas teh (3:1).
M2 = media ampas tebu dan ampas teh (1:3). M3 = media ampas tebu dan ampas teh (1:1). Faktor 2 (penyiraman air teh):
P0 = penyiraman air biasa (sebagai kontrol). P1 = penyiraman air teh 1x1 hari.
P2 = penyiraman air teh 1x4 hari. P3 = penyiraman air teh 1x7 hari.
Adapun unit percobaannya sebagai berikut :
Penelitian ini diulang sebanyak 3 ulangan, sehingga unit percobaanya adalah 3 x 4 x 3 = 36.
Analisis data dari penelitian ini menggunakan analisis varian (anava) dua jalur karena terdapat dua faktor. Ini digunakan untuk menganalisis pertumbuhan Cabai merah keriting (Capsicum annum L.) dan intensitas penyiraman air teh. Jika ada pengaruh diantara perlakuan maka diuji lanjut dengan uji beda nyata DMRT atau Estimated Marginal Means (Hanafi, 2001).
III.HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN
1. Tinggi Tanaman a. Minggu Ke-1
Tabel 3.1. Hasil uji anava dua jalur tinggi tanaman pada minggu ke-1
Sumber variasi Db JK KT F hit F table
Dari Tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa nilai sig. pada media adalah 0,025 yang kemudian dibandingkan dengan taraf signifikansi 0,05 maka nilai sig. 0,025 < 0,05. Hal ini juga dapat dilihat pada F hitung media > F tabel pada taraf signifikan 5%, yaitu 4,339 > 3,403 artinya signifikan penggunaan media tanam ampas tebu dan ampas teh berpengaruh terhadap pertumbuhan cabai merah keriting. Nilai sig. pada penyiraman adalah 0,008 yang kemudian dibandingkan dengan taraf signifikan 0,05 maka nilai sig 0,008 < 0,05. Hal ini juga dapat dilihat pada F hitung penyiraman > F tabel pada taraf signifikan 5%, yaitu 4,954 > 3,009 artinya intensitas penyiraman air teh berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting. Nilai sig pada interaksi adalah 0,005 yang kemudian dibandingkan dengan taraf signifikansi 0,05 maka nilai sig 0,005 < 0,05. Hal ini juga dapat dilihat pada F hitung interaksi > F tabel pada taraf signifikan 5% yaitu 4,230 > 2,508 artinya ada interaksi antara media tanam dan intensitas penyiraman air teh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting.
b. Minggu Ke-2
Tabel 3.2. Hasil uji anava dua jalur tinggi tanaman pada minggu ke-2
Sumber variasi Db JK KT F hit F table
Keterangan: * Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5%
sig. pada penyiraman adalah 0,046 yang kemudian dibandingkan dengan taraf signifikan 0,05 maka nilai sig. 0,046 < 0,05. Hal ini juga dapat dilihat pada F hitung penyiraman > F tabel pada taraf signifikan 5%, yaitu 3,103 > 3,009 artinya signifikan intensitas penyiraman air teh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting. Nilai sig. interaksi adalah 0,001 yang kemudian dibandingkan dengan taraf signifikan 0,05 maka nilai sig. 0,001 < 0,05. Hal ini juga dapat dilihat pada F hitung interaksi > F tabel pada taraf signifikan 5%, yaitu 6,091 > 2,508 artinya ada interaksi penggunaan media tanam dan intensitas penyiraman air teh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting.
c. Minggu Ke-3
Tabel 3.3. Hasil uji anava dua jalur tinggi tanaman pada minggu ke-3
Sumber variasi Db JK KT F hit F table
Keterangan: * Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5%
signifikan 0,05 maka nilai sig. 0,001 < 0,05. Hal ini juga dapat dilihat pada F hitung interaksi > F tabel pada taraf signifikan 5%, yaitu 5,446 > 2,508 artinya ada interaksi penggunaan media tanam dan intensitas penyiraman air teh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting.
d. Minggu Ke-4
Tabel 3.4. Hasil uji anava dua jalur tinggi tanaman pada minggu ke-4
Sumber variasi Db JK KT F hit F table
Keterangan: * Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5%
2. Jumlah Daun
Tabel 3.5. Hasil uji anava dua jalur jumlah daun pada minggu ke-0 sampai ke- 4
Sumber variasi Db JK KT F hit F table
5 % Sig Keputusan
A = Media 2 7,389 3,694 12,091 3,403 0,000 H0 ditolak
B = Penyiraman 3 68,972 22,991 75,242* 3,009 0,000 H0 ditolak
AB = Interaksi 6 5,278 0,880 2,879 2,508 0,029 H0 ditolak
Galat 24 7,333 0,306
Total 35 88,972
Keterangan: * Berbeda secara nyata pada taraf signifikansi 5%
B. PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman
Pada minggu pertama pengamatan, tanaman dengan pertumbuhan terbaik terlihat pada media 1 dengan perlakuan kontrol yaitu penyiraman menggunakan air biasa. Penyiraman menggunakan air biasa memberikan hasil tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan penyiraman menggunakan air teh. Pertumbuhan tinggi batang tidak hanya karena pengaruh media tanam dan penyiraman air teh, tetapi adanya faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan batang adalah suhu dan intensitas cahaya (Lakitan, 1996).
Pada minggu kedua, perlakuan yang paling baik terdapat pada intensitas penyiraman air teh 1x4 hari, hal ini disebabkan karena air teh berinteraksi dengan baik pada masing-masing media tanam. Pertumbuhan tinggi tanaman paling baik terdapat pada media 2 (1 ampas tebu : 1 ampas teh) karena unsur hara yang terkandung di dalamnya paling banyak adalah Nitrogen (N), Fosfat, dan Kalium (K2O) yang berasal dari ampas teh, sehingga berbeda dengan media 1 dan media 3 yang hanya mengandung Karbon (C) dan Fosfat saja. Nitrogen (N) berfungsi untuk merangsang pertunasan dan penambahan tinggi tanaman, selain itu nitrogen dalam jumlah yang cukup berperan dalam mempercepat pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang dan daun. Bersama fosfor nitrogen digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, Yuliarti dan Redaksi Agromedia (2007). Kalium (K2O) tidak disintesis menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga unsur ini tetap sebagai ion di dalam tumbuhan yang berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi serta enzim yang berperan dalam sintesis pati dan protein (Lakitan, 2007).
perlakuan intensitas penyiraman air teh 1x4 hari. Kandungan unsur hara pada media 2 yang lebih banyak mengandung ampas teh menyediakan unsur hara makro maupun mikro yang cukup sehingga tanaman dapat tumbuh dengan subur. Rerata pertumbuhan tanaman cabai merah keriting dari minggu ke minggu semakin tinggi. Hal ini terjadi karena tanaman mengandung unsur hara yang berasal dari media ampas tebu dan ampas teh serta berasal dari intensitas penyiraman teh. Tanaman menjadi segar, daun berwarna hijau tua, dan pertumbuhan sangat optimal karena tanaman banyak mengandung unsur hara, baik dari media tanam maupun dari air teh. Tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup menyebabkan kegiatan metabolisme dari tanaman akan meningkat.
Pada minggu keempat, pertumbuhan tanaman cabai merah keriting hampir didominasi oleh perlakuan intensitas penyiraman air teh 1x4 hari pada semua media tanam kecuali pada media 1 yang menunjukan peningkatan rata-rata pertumbuhan tanaman pada perlakuan tersebut. Perlakuan intensitas penyiraman air teh 1x4 ini memberikan pertumbuhan yang cepat dan optimal karena kebutuhan akan unsur hara yang dibutuhkan tanaman jumlahnya tepat. Tanaman dapat dengan cepat mengolah zat-zat pada saat proses fotosintesis. 2. Jumlah Daun
dibandingkan dengan media lain sehingga memberikan pertumbuhan jumlah daun yang berbeda nyata antara perlakuan satu dengan yang lain. Lakitan (2007), mengemukakan bahwa unsur hara yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah Nitrogen (N). Konsentrasi Nitrogen (N) yang tinggi menghasilkan daun yang lebih besar dan banyak. Karena Nitrogen (N) yang tersimpan merupakan unsur penting dalam protoplasma dan membantu pembentukan daun dan batang pada tanaman cabai merah keriting, maka pada setiap perlakuan tingkat kandungan Nitrogen (N) yang paling tinggi dapat memperoleh tingkat pertumbuhan jumlah daun yang paling optimal.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh penggunaan media tanam ampas tebu dan ampas the dengan intensitas penyiraman air teh terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah keriting (Capsicum annum L). Media tanam yang paling efektif pada media 2 (1 ampas tebu : 3 ampas teh), dan intensitas penyiraman air teh yang paling efektif pada perlakuan penyiraman 1x4 hari.
B. SARAN
1. Air teh yang digunakan untuk penyiraman disarankan untuk memperhatikan jenis teh yang sama.
2. Usahakan dalam meletakkan media tanam memperhatikan intensitas cahaya matahari, untuk menghindari pertumbuhan secara etiolasi.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyanti, Wiwien. 2011. Optimasi Pembuatan Selulosa dari Ampas Tebu sebagai Dasar Pembuatan Polimer Superabsorben. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Atri Gustiana. 2008. Pengaruh Pemberian Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.). Skripsi. Fakultas Pertanian: UNIMED.
Dalimartha, Setiawan. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Fahrudin, Fuat. 2009. Budidaya Caisim (Brassica Juncea L.) Menggunakan Ekstrak Teh Dan Pupuk Kascing. Skripsi. Fakultas Pertanian: UNS.
Lakitan, Benyamin. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ningrum, F.G.K. 2010. Efektivitas Air Kelapa dan Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Pada Media Tanam yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan: Universitas Muhammadiyah Surakarta.