ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam dan juga
yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta memberikan
manusia akal yang berbeda dari makhluk yang lainnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Penerapan Pendekatan Konseling
Kelompok Realita Terhadap Perilaku Terlambat Pada Sisawa SMK Tri Karya
Sunggal Tahun Ajaran 2012/2013 ”, dengan sempurna dan tepat pada waktunya,
sebagai salah satu syarat untuk memproleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Medan.
Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi penulis meskipun
dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari banyak kekurangan dari
apa yang diharapakan.
Selama menulis skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,
motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas
Negeri Medan
2. Bapak Drs. Nasrun Nasution, M.S sebagai Dekan FIP, Bapak Prof. Dr.
Yusnadi,MS sebagai Pembantu Dekan 1,
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd sebagai Ketua Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan yang banyak memberi saran kepada penulis
dalam penyusunan skripsi dan kepada Ibu. Dra Nurajani,M.Pd sebagai
Serketaris Jurusan
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Munir, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing Skripsi
iii
kritik, serta ketabahan dan kesabaran dalam membimbing penulis dari
awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Anita Yus, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik yang banyak
membimbing penulis dari segi akademik sejak penulis belajar di semsester
satu. Terima kasih atas segala pengorbanan ibu.
6. Ibu Dr. Anita Yus, M.Pd, Ibu Dra. Pastiria Sembiring M. Pd Kons, dan ibu
Dra. Rahmulyani, M.Pd Kons selaku penguji yang telah banyak
memberikan masukan dan saran-saran untuk skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang
telah memberikan banyak ilmu, bimbingan dan motivasi kepada peneliti
semenjak mengikuti pendidikan Bimbingan dan Konseling.
8. Seluruh staf dan Pegawai Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Medan atas kerja sama dan bantuan yang diberikan kepada peneliti.
9. Kepala Sekolah SMK TRI KARYA yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian di sekolah SMK TRI KARYA.
10.Ibu Nurhalimah dan Ibu Isma selaku guru BK dan bapak/ibu guru- guru,
beserta siswa SMK TRI KARYA yang membantu dan mempermudah
penulis dalam mendapatkan data SMK TRI KARYA.
11.Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Bapak Miswan dan Ibu
Wagiyem yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, dukungan, dan
materi kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang
merupakan persyaratan untuk menjadi sarjana di Universitas Negeri
Medan. Semoga selalu diberikan rahmat, taufik, hidayah dan umur
iv
12.Kepada Seluruh Keluargaku yang selalu memberi semangat kepada
Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.Teman-teman Pendidikan Bimbingan dan Konseling angkatan 2009 kelas
A, B dan Ekstensi. Teman-teman teristimewa saya Elfaria Silaban,Nurul
F Khairani, Raudah Zaimah.D, Riza Oktavia, dan Sumi Lestari yang
selalu memberikan inspirasi dan motivasi kepada penulis. Serta Teman
Terbaik saya Bang Veman yang selalu memberikan semangat dan
motivasi serta membantu saya baik dari segi moral dan materi
Semoga bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari yang Tuhan Yang Maha esa. Penulis menyadari masih
banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi sempurnanya skripsi
ini. Kiranya isi skirpsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya ilmu
pendidikan bidang bimbingan dan konseling. Akhirnya penulis mengucapkan
terima kasih, semoga skripsi ini berguna bagi kita semua khususnya para pembaca
Medan, Agustus 2013
i
ABSTRAK
SRI NURHAYATI, NIM : 109151059, “ Pengaruh Penerapan Pendekatan Konseling Kelompok Realita Terhadap Perilaku Terlambat Pada Siswa SMK TRI KARYA Tahun Ajaran 2012/2013
Tujan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh setelah diberi layanan konseling kelompok realita terhadap perilaku terlambat siswa. Dalam penerapan konseling kelompok realita ini menggunakan intervensi model WDEP yang terdiri dari 4 tahap yaitu: Tahap ekplorasi kebutuhan (Want), Tahap tindakan (Doing), Tahap Evaluasi (Evaluation), Tahap Perencanaan
(Planning). Penelitian ini termasuk jenis Pre test – Post Tes One Group Design.
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah Blangko Observasi keterlambatan siswa untuk mendapatkan data siswa-siswi yang datang terlambat. Subjek dalam penelitian ini adalah 8 siswa SMK Tri Karya yang selama masa observasi selama dua minggu datang terlambat minimal tiga kali. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik non parametik dengan menggunakanDefendant sample t test. Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa ad a n ya p e nuru na n sko r k et er la mbat a n s is iw a s et e la h d ib er ik a n la ya na n ko nse lin g ke lo mpo k r ea lit a dengan menggunakan intervensi model WDEP dimana thitung = 2,094 > ttabel = 1,895 dengan menggunakan tingkat kepercayaan (0,975) atau level alfa 0,05 two tails dan df = 7 maka diperolehlah ttabel 1,895.
Nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel , maka Ho ditolak. Jadi ada perbedaan rata-rata perilaku terlambat siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan konseling kelompok realita.
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1: Data Pre-Test ... 47
vii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN ... 62
1.
Lampiran 1 ... 63
2.
Lampiran 2 ... 64
3.
Lampiran 3 ... 65
4.
Lampiran 4 ... 67
5.
Lampiran 5 ... 69
6.
Lampiran 6 ... 72
7.
Lampiran 7 ... 73
8.
Lampiran 8 ... 76
9.
Lampiran 9 ... 79
10.
Lampiran 10 ... 82
11.
Lampiran 11 ... 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Institusi sekolah erat kaitannya dengan disiplin, kedisipilinan merupakan
bagian penting dalam pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal.
Disiplin merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin “ discipline ”, yang
pada dasarnya berarti pelajaran, belajar, patuh pada guru, patuh pada atasan,
patuh pada peraturan dan hukum, pengendalian diri atau pengawasan. Dalam
perspektif ini, ada dua unsur penting sebagai karakteristik disiplin, yaitu: (1)
keinginan akan adanya keteraturan diri dan (2) keinginan adanya pengendalian
diri.
Kedisiplinan hendaknya dipandang sebagai sebuah kekuatan positif dan
konstruktif, yang memungkinkan terwujudnya berbagai piranti untuk
membentuk konsistensi, prediktabilitas, keamanan, dan lingkungan yang benar
guna pembelajaran dan pendidikan
Biasanya sekolah-sekolah yang dianggap baik karena peraturan yang ketat
dan disiplin yang tinggi. Banyak pihak sekolah yang masih menghubungkan
penegakan disiplin di sekolah dengan menghukum siswa. Padahal penegakan
disiplin dengan hukuman tidak saling berhubungan, Karena terbukti penegakan
disiplin dengan hukuman hanya akan membuahkan sikap disiplin yang semu
yang lahir karena ketakutan bukan karena lahirnya kesadaran akan perbaikan
2
Dalam mengatasi masalah terlambat penulis mempumyai contoh kasus yang
dialami semasa penulis SMA dulu, dimana pihak sekolah memilih mengunci
pintu gerbangnya setiap hari jam 07.15 pagi. Siswa yang terlambat akan
kesulitan untuk masuk ke sekolah karena pintu gerbang sekolah sudah terkunci.
Setiap hari ada sekitar 5-15 siswa yang tertahan diluar karena terlambat. Di SMK
TRI KARYA yang akan dijadikan tempat penelitian oleh penulis siswa yang
terlambat kurang lebih 34%. Di hari senin siswa yang terlambat mencapai 40
orang siswa.
Alasan mengunci gerbang untuk penegakan disiplin oleh sekolah mungkin
bisa diterima, untuk membuat siswa menjadi sadar akan pentingnya datang tepat
waktu, tetapi tindakan pihak sekolah tidak memperbolehkan siswa untuk masuk
ke sekolah dapat mempermalukan harga diri siswa.
Saat sekolah hendak menegakkan disiplin ada jalan tengah antara displin
dan menghukum yaitu konsekuensi, dimana siswa ditempatkan sebagai subjek
yang berarti diberikan tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan, karena
biasanya hukuman yang diberikan oleh Guru cenderung memberi cap buruk bagi
anak yang sering melanggar, Jenisnya tergantung guru, apabila hati guru sedang
senang maka siswa terlambat pun tidak akan dikunci diluar, Tidak boleh ada pihak
yang tidak setuju, semua pihak harus setuju. Jadi sifatnya memaksa, dan Bisa
dijatuhkan berlipat-lipat derajatnya terutama bagi siswa yang sering melanggar
peraturan sedangkan konsekuensi diberikan pada perbuatan yang terjadi dan
berdasarkan pada aturan yang telah disepakati, membuat siswa lebih bertanggung
jawab pada pilihannya, dan menghindari memberi cap pada anak, karena
3
pribadi yang berperilaku buruk untuk selama-lamanya. Dengan demikian harga
diri siswa terjaga, siswa lebih bertanggung jawab atas segala tindakan yang
dilakukannya, dan menjadi sadar bahwa tindakan yang dilakukan adalah salah.
Savage (1991) mengemukakan bahwa individu dengan pengendalian diri
tinggi sangat memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berprilaku dalam situasi
yang bervariasi. Pada hakikatnya disiplin adalah pengendalian diri (self control),
yang didasarkan pada keinginan untuk memnumbuhkan keteraturan diri, ketaatan
pada peraturan/tata tertib yang muncul dari kesadaran internal individu.
Pengendalian diri dimaksudkan sebagai suatu keadaan sadar akan pikiran-pikiran
dan perasaan-perasaannya bukan merupakan pilihan yang dipaksakan dari luar.
Perilakunya lebih reponsif terhadap petunjuk situasional, lebih fleksibel, berusaha
untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mengabaikan tanggung jawab,
norma/aturan-aturanyang ada. Individu ini memiliki kemampuan dalam
menahan keinginan yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai
dengan norma-norma sosial. Sebaliknya individu dengan pengendalian diri
rendah, cenderung bertingkah laku yang tidak sesuai atau perilakunya
meyimpang dari kaidah atau norma-norma dan aturan-aturan yang ada,
termasuk diantaranya adalah melanggar tata tertib sekolah, individu kurang
memiliki kemampuan dalam menahan dorongan atau keinginan untuk
bertingkah laku positif atau yang sesuai dengan norma sosial. Rachlin (1995)
& Bailey (2004) juga mengungkapkan bahwa tidak adanya pengendalian diri,
kehidupan seseorang akan cenderung diombang-ambingkan oleh keinginan
4
dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa keinginan-keinginan yang mendukung
untuk berperilaku menyimpang/ berperilaku tidak disiplin.
Beberapa pengertian perilaku tidak disiplin di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku tidak displin adalah kegagalan siswa dalam mematuhi peraturan-peraturan
di sekolah, dalam bentuk perilaku melanggar tata tertib seperti terlambat dating ke
sekolah. Perilaku tersebut tidak dapat diterima, karena mengurangi makna belajar,
menganggu ketertiban dan keamanan orang lain serta lingkungan sekolah,
menganggu kegiatan guru atau beberapa siswa lain selama beberapa saat
Konsep disiplin menurut pandangan reality therapy merujuk pada
model pribadi yang ideal/sehat. Pribadi yang ideal/sehat secara umum adalah
orang yang dapat mengembangkan identitas sukses, relatif dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya; cinta-mencintai, dan kebergunaan serta harga diri, tanpa
mengabaikan prinsip 3R (right, responsibility, dan reality). Oleh karena itu
pribadi yang sehat selalu bertindak dalam memenuhi kebutuhannya secara
bertanggung jawab, tidak merugikan atau melanggar hak-hak orang lain,
serta mempunyai disiplin diri
Individu yang sehat juga dapat membedakan baik buruk, benar-salah
secara tegas, dan bertingkah laku menurut aturan atau norma yang ada.
Selalu mengadakan penilaian atas kualitas perilakunya. Dalam konteks sekolah,
perilaku disiplin tampak dalam bentuk perilaku, seperti: tertib sekolah (tidak
membolos dan terlambat ), tertib dalam belajar di kelas, dan menghargai
teman ataupun guru dan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Sebaliknya perilaku
tidak disiplin (tidak sehat/tidak ideal) adalah perilaku yang cenderung
5
Secara sederhana, perilaku tidak sehat ini digambarkan sebagai individu yang
kurang terlibat dengan orang lain, kehilangan kontak dengan realitas
obiektif, tidak dapat berbuat berdasarkan prinsip 3R, perilakunya cenderung
tidak disiplin (indisipliner), dan tidak mampu bertingkah laku yang dilandasi
kebenaran, tanggung jawab, dan realitas. (Hansen 1982, Fauzan 2004).
DeRoche (1985), Emmer (1990) & Gorton (1986) secara tegas mengemukakan
bahwa masalah disiplin yang menggejala dalam bentuk perilaku, seperti
berkelahi, merokok, mengkonsumsi obat-obat terlarang, mencuri, membolos,
terlambat kesekolah, tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas-tugas di
sekolah, menyontek, kurang menghargai orang lain dan kurang menghargai
peraturan sekolah merupakan pola perilaku yang secara nyata mengabaikan
adanya prinsip 3 R, yaitu melanggar aturan/norma yang berlaku di sekolah
(melanggar: right), perilaku yang tidak bertanggung jawab (melanggar:
responsibility) dan perilaku yang mengabaikan realitas masyarakat (melanggar:
reality).
Merujuk fenomena perilaku tidak sehat di atas, maka pendekatan
konseling realitas disinyalir dapat dijadikan sebagai salah satu model strategi
intervensi dalam membantu mengatasi persoalan perilaku disiplin siswa di
sekolah. Melalui intervensi ini, siswa yang berperilaku melanggar akan sampai
pada sebuah kesadaran diri (self-awareness), bahwa apa yang dilakukan
itu merugikan dirinya dan dapat membawa kepada identitas gagal. William
Glasser (Corey 2005).Terapi dengan pendekatan ini, diharapkan dapat menjadi
model efektif guna menolong individu mengontrol hidupnya agar menjadi
6
yang rasional. Dalam proses tersebut, konselor dituntut mampu menciptakan
suasana yang hangat, penuh pengertian,dan yang paling penting adalah
menumbuhkan pengertian konseli, bahwa dia harus mampu bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri dan menjauhkan diri dari perilaku yang tidak
sehat, yaitu perilaku yang cenderung mengabaikan prinsip 3 R, yaitu Right,
Responsibility, dan Reality.
1.2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun masalah yang ditemukan adalah :
1. Banyak siswa-siswi yang sering datang terlambat setiap harinya ke sekolah
karena berbagai alasan ;
2. Siswa-siswi yang sering terlambat biasanya adalah sama dari hari ke hari ?
3. Hukuman yang diberikan kepada siswa terkadang tidak efektif.
4. Keterlambatan seakan sudah menjadi tradisi di hampir semua sekolah.
5. Banyaknya faktor yang melatarbelakangi siswa-siswi terlambat datang ke
sekolah baik dari internal, maupun eksternal.
6. Belum pernah dilakukan Konseling Realita untuk mengubah prilaku siswa
terlambat.
1.3.
Batasan Masalah
Sesuai dengan judul penelitian dan permasalahan yang hendak diulas dalam
penelitian ini serta untuk menghindari timbulnya penafsiran yang berbeda-beda
7
membatasi masalah penelitian ini hanya pada “ Pengaruh Penerapan Pendekatan
Konseling Realita Terhadap Prilaku Terlambat Pada Siswa SMK TRI KARYA “
1.4.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas permasalahan umum penelitian ini adalah:
“Apakah Penerapan Pendekatan konseling Realitas dapat Mengurangi Perilaku
Terlambat Pada Siswa SMA Sultan Iskandar Muda Tahun Pembelajran
2012/2013”
1.5.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah: “Untuk mengetahui apakah ada Pengaruh
Penerapan Pendekatan Konseling Realitas Terhadap Prilaku Terlambat Pada
Siswa SMK TRI KARYA TA 2012/2013”
1.6.
Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini diharapkan sebagai berikut :
A. Bagi Siswa
1. Siswa dapat hidup disiplin dengan mematuhi peraturan yang ditetapkan
sekolah, terutama pada saat masuk jam pelajaran pertama.
2. Siswa dapat mengatur waktu pada semua aktivitas yang dihadapinya, baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
B. Bagi Guru
Guru dapat melaksanakan kegiatan mengajar pada saat pelajaran pertama
8
C. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian
terutama yang berhubungan dengan masalah siswa yang datang terlambat ke
sekolah.
D. Bagi Sekolah
Dapat menumbuhkan citra sekolah yang tertib dan disiplin dalam
58
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. Berdasarkan hasil Penelitian yang diuraikan pada bab IV, maka dapat
disimpulkan Bahwa layanan konseling kelompok realita dengan teknik WDEP
berpengaruh untuk mengurangi perilaku terlambat pada siswa SMK TRI
KARYA Tahun ajaran 2012/2013. Hal ini ditunjukan dengan uji t yang
diperoleh dari perhitungan dengan hasil thitung = 2,049 > ttabel = 1,895 yang
berarti hipotesis yang diajukan ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa ada perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pemberian
layanan konseling kelompok realita.
b. Layanan Konseling kelompok Realita teknik WDEP dapat digunakan dalam
59
59 5.2 Saran- saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti
menyarankan beberapa hal yaitu sebagai berikut:
a. Sekolah perlu memperhatikan masalah keterlambatan dengan lebih bertindak
tegas kepada siswa-siswi yang datang terlambat agar tidak berpengaruh pada
proses belajar mengajar di dalam kelas, juga pada prestasi belajarnya.
b. Guru BK dapat menggunakan layanan konseling kelompok realita dengan
teknik WDEP sebagai alternatif yang tepat dalam mengurangi permasalahan
khususnya masaah tentang keterlambatan.
c. Peneliti selanjutnya yang berminat terhadap masalah yang sama hendaknya
memperhatikan masalah keterlambatan dengan meneliti faktor-faktor yang
menyebabkan siswa datang terlambat dan bagaimana sikap siswa yang datang
terlambat tersebut.
d. Diharapkan siswa mampu mengurangi perilaku terlambat setelah mengikuti
kegiatan konseling kelompok realita dan mau melaksanakan konseling
60
60
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerarld. 1988. Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. Bandung:
Eresco.
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Ernawati. 2010. Pengertian Perilaku. Jurnal Pendidikan, (Online), dalam
(http//www.social-sciences/psychology-pengertian-perilaku), di akses 20
Januari 2013.
Gibson, Robert L. & Mariana H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Glasser, W. 1965. Reality Therapy, helper & Row, New York.
Glasser, W. 1969. School without failure, helper & Row, New York
Glasser, W, & L Zunin.1973. Reality Therapy. In R.corsini (Ed.), current psycho
therapies. Peacock , Itasca, I11.
Maxwell, John C. 2001. Sukses Dibangun Setiap Hari. Jakarta: Mitra Media.
Noor, Juliansyah. 2012. Metodologi spenelitian skripsi, tesis, disertasi, dan karya
ilmiah. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Prayitno. 1999. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Rineka cipta.
Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita. Padang: IKIP Padang.
Racman, Maman. 1959. Pengertian Perilaku Terlambat. Jurnal Pendidikan, ( Online)
dalam
61
61
Suboyo, Pangestu. Dan Djarwanto. 2011. Statistik Induktif. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta
Trihendradi, C. 2013. Langkah Praktis Menguasai Statistic Untuk Ilmu Social
Dan Kesehatan – Konsep Dan Penerapannya Menggunakan SPSS.
Yogyakarta: Andi Offset
Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang:
Unnes Press.
Widodo. 2012. Cerdik Menyusun Proposal penelitian Skripsi, Tesis, & Disertasi.
Jakarta:Magna Script Publishing
Widodo, Bernandus .2006. Keefektivan Konseling Kelompok Realita Mengatasi
Persoalan Perilaku Disiplin Siswa di Sekolah. Madiun: Universitas Katolik
Widya Mandala Madiun, (Online), dalam
(http://id.google.skripsikonselingrealitauntukdisiplin), di akses 20 Januari
2013
Wilmore T.J. 1959. Pengertian disiplin dan Pengertian Terlambat. Jurnal Pendidikan,