PERANAN GAMELAN SEBAGAI PENGIRING WAYANG KULIT DI GROUP KRIDO LARAS KOTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Helen Kurnia Sitinjak
NIM 071222510062
JURUSAN SENI MUSIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Helen Kurnia Sitinjak, NIM. 071222510062. Peranan Gamelan Sebagai Pengiring Wayang Kulit Di Group Krido Laras Kota Medan. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan gamelan sebagai pengiring wayang kulit di Group Krido Laras Kota Medan.
Penelitian ini berdasarkan landasan teoritis yang menjelaskan teori tentang musik pengiring, pengenalan alat-alat musik dan penyajian musik. Teori ini bertujuan untuk memperkuat peneliti untuk mendapatkan hasil. Dapat dikatakan bahwa peranan gamelan sebagai pengiring wayang kulit di Group Krido Laras dalam suatu pagelaran sangatlah penting dan tidak bisa dipisahkan karena gamelan merupakan jati diri sanggar musik tersebut dalam pagelaran wayang kulit yang membedakannya dengan sanggar musik lain yang sudah menggunakan teknologi modern.
Penelitian ini dilaksanakan di Sanggar Musik Campursari Krido Laras yang berada di Jalan Bromo No. 26 Kota Medan. Waktu penelitian dan proses penelitian pada bulan Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. Populasi penelitian ini berjumlah 17 orang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa gamelan memiliki peranan penting bagi Sanggar Musik Campursari Krido Laras walaupun kemajuan teknologi secara tidak langsung dapat memusnahkan alat musik gamelan tetapi terbukti dalam penelitian ini kalau Sanggar Musik Campursari Krido Laras masih melestarikan alat musik gamelan di Sumatera Utara khususnya di Kota Medan. Pelestarian alat musik ini dilakukan dengan cara kemanapun Group Krido Laras diminta untuk tampil dan dalam acara apapun khususnya sebagai pengiring wayang kulit pasti Group Krido Laras selalu dan masih menggunakan alat musik gamelan dalam setiap pertunjukkan. Maka dari itu penelitian ini dilaksanakan dengan maksud meningkatkan semangat anggota Group Krido Laras untuk tetap mempertahankan eksistensi mereka dalam menggunakan alat musik gamelan sebagai alat musik utama mereka di dalam Sanggar Musik Campursari Krido Laras Kota Medan.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Peranan Gamelan Sebagai Pengiring Wayang Kulit Di Group Krido Laras Kota Medan”.
Penulisan skripsi ini bermaksud untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan bagi mahasiswa program S1 pada Pogram Studi Pendidikan Seni Musik, Jurusan Sendratasik, Universitas Negeri Medan.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari tidak terlepas dari hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikannya. Namun berkat rahmatNya dan bantuan semua pihak serta usaha yang maksimal sesuai kemampuan penulis, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor di Universitas Negeri Medan. 2. Ibu Dr. Isda Pramuniati, M.Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa Dan Seni
Universitas Negeri Medan.
3. Ibu Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
4. Bapak Panji Suroso, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi II penulis, yang telah banyak membantu dan memberikan saran pada penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Uyuni Widiastuti M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah banyak memberikan bimbingan berupa kritikan dan saran kepada penulis mulai pengangkatan judul sampai selesainya skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.
7. Bapak Sunardi Rediguno selaku pendiri dan pemilik Group Krido Laras sekaligus narasumber penulis, yang telah banyak membantu penulis selama berjalannya pelaksanaan penelitian.
8. Buat anggota Group Krido Laras yang telah bayak membantu serta memberi kesempatan kepada penulis untuk meneliti group musik tersebut.
iii
10. Buat Uda ku Tigor Sitinjak yang sudah menjadi papaku selama ini dan juga buat Inaguda ku Erinta Sinaga (+) yang menjadi mama kedua buatku.. Uda I Love You dan buat Inaguda I Miss You Forever.
11. Buat Kak Asima Sitinjak, Buat Kak Nelly Sitinjak (Mama Eas) dan Abang Iwan Situmorang (Bapak Eas), buat Abang Wanri Sitinjak, buat sistaku Ronauly Sitinjak,S.Pd, buat adekku Delima Sitinjak, Gomgom Sitinjak, buat Andreas Situmorang pudannya tante dan semua keluarga yang telah banyak membantu dan senantiasa mendukung penulis dalam doa selama penyusunan skripsi ini. Kiranya Tuhan Yesus selalu menyertai kita sekeluarga.
12. Buat semua keluargaku dari keluarga besar Sitinjak dan juga dari keluarga besar Siregar yang senantiasa mendukung penulis dalam doa. Terima kasih banyak. God Bless Our Families.
13. Terkhusus buat seseorang yang kukasihi Erold Eben Haezer Situmorang, S.Sos yang telah banyak memberikan bantuan, semangat, doa, dukungan dan kebersamaan kita selama ini. Makasih banyak ya sayang. I love you.
14. Buat teman-teman seperjuanganku Juliana Ompusunggu, Annisa Khoirani, Ivo Andriani, adek-adek stambuk 2008 dan stambuk 2009 dan lain-lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
15. Buat semua teman-temanku stambuk 2007 makasih banyak buat kebersamaaan kita selama perkuliahan. Banyak kenangan yang tak terlupakan. Semoga kita sukses ya teman-teman. I miss you so much.
Medan, Agustus 2013
Penulis
iv
BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL .. 11
A. Landasan Teoritis ... 11
1. Pengertian Peranan ... 12
2. Pengertian Musik ... 13
3. Pengertian Musik Pengiring ... 14
4. Pengertian Alat Musik... 14
5. Pengertian Gamelan ... 18
6. Pengertian Penyajian. ... 20
7. Pengertian Wayang Kulit ... 22
B. Kerangka Konseptual ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25
v
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 33
A. Letak Geografis Kota Medan ... 33
B. Sejarah Group Krido Laras Kota Medan ... 35
C. Peranan Gamelan Sebagai Pengiring Wayang Kulit Di Group Krido Laras... 40
D. Alat Musik Gamelan Yang Digunakan Serta Fungsinya Sebagai Pengiring Wayang Kulit Di Group Krido Laras Kota Medan ... 43
E. Penyajian Musik Gamelan Dalam Iringan Wayang Kulit Di Group Krido Laras... 55
F. Faktor Penghambat Gamelan Sebagai Pengiring Wayang Kulit Di Group Krido Laras ... 64
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 68
BIODATA INFORMAN ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 72
vi
Gambar 4.2 Penulis Saat Wawancara Dengan Bapak Sunardi Rediguno (Pimpinan Krido Laras) Selaku Narasumber ... 36
Gambar 4.3 Anggota Group Krido Laras Saat Latihan Gamelan Sebagai Pengiring Wayang Kulit ... 42
Gambar 4.15 Panggung Wayang Kulit Sebelum Pagelaran Dimulai ... 56
Gambar 4.16 Dalang (Ki Sunardi Rediguno) Saat Berdialog Pada Saat Memainkan babak I ... 58
Gambar 4.17 Dalang (Ki Sunardi Rediguno) Saat Memainkan Tokoh Wayang Pada Babak II ... 61
Gambar 4.18 Dalang (Ki Sunardi Rediguno) Saat Berdialog Sekaligus Memberi Wejangan-Wejangan Dari Semua Inti Cerita Wayang Kulit Pada Babak III ... 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai
Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia
sebagai bangsa yang kaya akan keanekaragaman budaya. Indonesia memiliki
beraneka ragam bentuk budaya yang lahir melalui pemikiran-pemikiran dan
kebiasaan–kebiasaan serta kondisi lingkungan dimana suku bangsa itu berada.
Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di
seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang
berbeda, beberapa kebudayaan Indonesia berdasarkan jenisnya yaitu seperti
rumah adat, pakaian adat, makanan dan kesenian. Kesenian merupakan suatu hal
yang mempunyai peranan penting dalam suatu kebudayaan setiap suku dan tidak
dapat dipisahkan. Kehadiran kesenian bukan hanya sebagai hiburan semata namun
juga sebagai ungkapan suatu kehidupan yang sangat sarat dengan makna dan
simbol-simbol dari setiap suku ataupun cerminan dari setiap suku.
Hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai kesenian tradisional yang
khas dan unik. Keunikan tersebut bisa terlihat dari teknik permainannya,
penyajiannya maupun bentuk instrumen musiknya. Banyak kesenian-kesenian
tradisional yang hampir terkubur dan terpendam ditengah-tengah kemodrenan
yang dipengaruhi oleh budaya asing. Kesenian tradisional pada umumnya
2
diajarkan oleh para leluhur terhadap generasi atau keturunannya untuk
mewariskan kekayaan yang telah diciptakan oleh para leluhur.
Sumatera Utara adalah salah satu pulau yang ada di Indonesia, yang
didalamnya memiliki banyak suku, baik suku asli maupun suku pendatang yang
masing-masing suku menghadirkan beraneka ragam bentuk kesenian yang
mencerminkan jati diri suku-suku tersebut. Salah satu suku pendatang yang ada
di Sumatera Utara adalah suku Jawa. Suku Jawa adalah suku yang banyak
menyebar di Sumatera Utara. Keberadaan suku Jawa di Sumatera Utara terjadi
karena perpindahan secara besar-besaran sebagai pekerja kuli kontrak bersama
dengan orang Tionghoa untuk bekerja dalam perkebunan dan pertambangan milik
Kolonial Belanda. Pada masa orde baru yaitu pada masa pemerintahan Soeharto,
perpindahan suku Jawa dilaksanakan dalam rangka kebijakan transmigrasi yang
ditanggung oleh pemerintah mereka ditempatkan di Sumatera (Sumatera Utara,
Jambi dan Aceh), Kalimantan (Kalimantan Barat), Sulawesi dan Papua.
Transmigrasi ini dilakukan karena pulau Jawa adalah salah satu pulau di
Indonesia yang berpenduduk terpadat, akibatnya lahan pertanian semakin sedikit,
kemiskinan meningkat dan peningkatan penduduk tidak merata. Selain itu pada
gelombang berikutnya kedatangan orang Jawa di Sumatera Utara dikarenakan atas
alasan dinas dalam pekerjaan dan juga kemauan sendiri sebagai perantau karena
alasan ingin mencari peruntungan hidup serta merubah nasib dengan menjadi
pedagang, petani, pegawai swasta, PNS , buruh di pabrik dan perkebunan dan
3
Suku Jawa di Sumatera Utara saat ini merupakan salah satu suku
pendatang yang jumlahnya cukup banyak sesudah suku Melayu dan suku Batak.
Suku Jawa pada hakekatnya mempunyai watak yang berusaha menyesuaikan diri
dengan orang dilingkungannya dan mementingkan keharmonisan tetapi tidak
pernah melupakan adat dan istiadat yang mereka miliki. Seiring dengan
perpindahan secara besar-besaran tersebut secara tidak langsung suku Jawa juga
membawa kebudayaan dan kesenian tradisonal Jawa ketempat dimana mereka
tinggal seperti : Wayang Wong (wayang orang), Gamelan, Wayang Golek,
Wayang Kulit, Kuda Lumping, Ronggeng Jawa, Ludruk, Ketoprak, musik
Campursari dan masih banyak lagi.
Mereka sering mengadakan pertunjukkan kesenian tradisional tersebut
sekedar sebagai pengobat rindu terhadap kampung halamannya dan juga
memperkenalkan kesenian tradisional itu kepada anak dan cucu mereka agar tidak
lupa terhadap kesenian leluhur mereka. Untuk melestarikan kesenian tradisional
Jawa dan menjaga kekerabatan antara mereka, mereka membuat suatu wadah
untuk tempat berkumpul yang biasa disebut Paguyuban Pujakesuma (Putra Jawa
Kelahiran Sumatera). Paguyuban ini berdiri sebagai wadah atau tempat
berkumpulnya orang-orang berketurunan Jawa yang lahir di Sumatera ataupun
diluar pulau Jawa. Selain itu terdapat juga salah satu sanggar kesenian tradisional
Jawa yang hingga saat ini sanggar tersebut masih aktif melestarikan kesenian
tradisional Jawa seperti wayang kulit, gamelan, musik campursari dan tarian-
tarian tradisional Jawa lainnya. Sanggar yang didirikan oleh Bapak Sunardi
4
nama Sanggar Musik Campursari Group Krido Laras. Group Krido Laras adalah
salah satu group atau sanggar seni yang menjadi perintis dalam memperkenalkan
wayang kulit, gamelan, musik campursari dan tarian tradisional Jawa di kota
Medan. Group ini juga menyediakan jasa untuk melakukan pertunjukkan wayang
kulit yang diiringi gamelan sebagai pengisi di acara adat perkawinan dan acara
hiburan lainnya. Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama
berkembang di Jawa.
Dalam pertunjukkan wayang kulit digunakan seperangkat gamelan sebagai
pengiring yang mempunyai fungsi dan peran masing–masing. Gamelan lengkap
dengan penabuhnya yang biasa disebut niyaga serta wayang kulit merupakan satu
unsur pokok yang tidak dapat dipisahkan, karena wayang merupakan alat peraga
(simbolisme manusia) maka gamelan merupakan perlambang irama hidup atau
situasi dan kondisi yang selalu mengiringi setiap kehidupan di atas jagad raya
termasuk didalam situasi yang menyenangkan, sedih, haus, lapar dan keperluan
lainnya. Gending (lagu) gamelan ada patokannya tersendiri sesuai kebutuhan
adegannya situasi seperti apa dan bagaimana dibunyikan atas dasar kode kata-kata
dari dalang. Pertunjukan wayang bisa dilakukan pada siang maupun malam hari
atau sehari semalam. Lama pertunjukan untuk satu lakon adalah sekitar 7 sampai
8 jam. Instrumen musik yang digunakan dalam mengiringi pertunjukan wayang
secara lengkap adalah gamelan Jawa pelog dan slendro, tetapi bila tidak lengkap
yang biasa digunakan adalah dan jenis slendro saja.
Gamelan dapat dimainkan sebagai sebuah pertunjukkan musik tersendiri
5
ketoprak. Sebagai sebuah pertunjukkan tersendiri, musik gamelan biasanya
dipadukan dengan suara para penyanyi (penyanyi pria disebut wiraswara dan
penyanyi wanita disebut waranggana). Seperangkat gamelan biasanya terdiri
dari beberapa alat musik. Dalam sebuah gamelan biasanya terdapat minimal 15
instrumen yang berbeda. Alat-alat musik tersebut ada yang terbuat dari logam,
besi, perunggu, kayu, bambu, dan kulit binatang. Berbagai jenis gamelan yang
saat ini digunakan untuk mengiringi pagelaran wayang adalah kendang (besar,
sedang, kecil atau ketipung), rebab (instrumen gesek), gender (dapat dua buah)
demung (semacam gender besar), gambang (instrument pukul dari kayu), suling
(satu-satunya instrument tiup), siter (kordofon), kempyang atau kemong
(tergantung laras gamelannya), ketuk, kempul, saron (dua buah), saron kecil
(peking), saron besar (slentem), bonang (dapat dua buah) dan gong.
Dalam pagelaran wayang kulit, niyaga ini harus duduk bersila semalam
suntuk tidak boleh tidur dan membunyikan alat (ricikan gamelan) yang menjadi
tanggung jawabnya. Niyaga harus mahir memainkan dan menghafal puluhan
hingga ratusan gending (lagu). Ditinjau dari tingkat kesulitan dan tanggung jawab
maka, niyaga yang memegang ricikan kendang, gender dan rebab memiliki kelas
tersendiri dibanding lainnya. Penabuh kendang atau yang sering disebut
pengendang memiliki peran yang utama dalam pergelaran wayang. Hidup dan
tidaknya suatu pergelaran wayang juga ditentukan oleh kualitas pengendangnya.
Bahkan dalang-dalang sekarang sudah mempunyai pasangan khusus atau
pengendang khusus untuk kebutuhan gerak wayangnya. Kemahiran niyaga
6
dengan berjalannya waktu sangat sulit mencari seorang niyaga yang mahir dalam
memainkan gending gamelan.
Dari uraian diatas dan ketertarikan peneliti terhadap gamelan yang
menjadi pengiring dalam wayang kulit maka peneliti mengangkat tulisan tersebut
kedalam tulisan karya ilmiah yang berjudul “ Peranan Gamelan sebagai Pengiring Wayang Kulit di Group Krido Laras Kota Medan. “
B. Identifikasi Masalah
Latar belakang masalah telah memaparkan apa yang ingin diteliti oleh
peneliti, oleh karena itu agar semua cakupan masalah dapat terbagi dengan teliti
dalam penelitian nantinya, maka dari itu diperlukan adanya identifikasi masalah
supaya penelitian yang dilakukan menjadi terarah dan lebih terkendali.
Identifikasi masalahnya yaitu :
1. Bagaimanakah peranan gamelan sebagai pengiring wayang kulit di Group
Krido Laras kota Medan?
2. Apa saja alat musik gamelan yang digunakan sebagai pengiring wayang
kulit di Group Krido Laras di kota Medan?
3. Bagaimana penyajian musik gamelan sebagai pengiring wayang kulit di
Group Krido Laras kota Medan?
4. Bagaimana pendapat masyarakat terhadap pertunjukkan wayang kulit yang
7
5. Faktor apa saja yang menjadi penghambat gamelan sebagai pengiring
dalam wayang kulit di Group Krido Laras kota Medan?
C. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi cakupan masalah yang terlalu luas, maka diperlukan
adanya pembatasan masalah dikarenakan kelemahan peneliti dan keterbatasan
waktu dan materi. Pembatasan masalah bertujuan untuk mempersempit ruang
lingkup permasalahan agar topik yang akan dibahas menjadi terfokus dan menjaga
agar permasalahannya tidak melebar. Untuk itu, peneliti membatasi masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peranan gamelan sebagai pengiring wayang kulit di Group
Krido Laras kota Medan?
2. Apa saja alat musik gamelan yang digunakan sebagai pengiring wayang
kulit di Group Krido Laras di kota Medan?
3. Bagaimana penyajian musik gamelan sebagai pengiring wayang kulit di
Group Krido Laras kota Medan?
4. Faktor apa saja yang menjadi penghambat gamelan sebagai pengiring
8
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di
atas maka peneliti perlu menentukan rumusan masalah agar dapat terfokus dalam
masalah yang dibahas, seperti yang dinyatakan Bungin (2007:45) menyatakan
bahwa :
“Apabila rumusan masalah ditujukan bagi desain penelitian kualitatif, maka fenomena penelitian diformulasikan agar dapat memenuhi persyaratan sebagai masalah kualitatif. Jadi rumusan masalah kulitatif merumuskan substansi kategorisasi, substansi struktur dan substansi model dalam suatu permasalahan penelitian.”
Berdasarkan pendapat di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah “Peranan Gamelan sebagai Pengiring Wayang Kulit
di Group Krido Laras Kota Medan.”
E. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian karya ilmiah ini kegiatan yang akan dilakukan dalam
penelitiannya senantiasa berorientasi kepada tujuan, tanpa ada tujuan yang jelas
maka arah kegiatan yang akan dilakukan tidaklah terarah dan tidak terfokus pada
latar belakang dan rumusan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Bungin
(2007:75) mengatakan bahwa :
“Membuat tujuan penelitian kualitatif sama mudahnya dengan
9
sedangkan tujuan penelitian dibuat untuk mengungkapkan keinginan dalam suatu penelitian.”
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian
adalah suatu misi yang akan dijalankan selama melaksanakan penelitian dan
mencari pemecahan masalah yang telah dipaparkan di pembatasan dan rumusan
masalah. Maka dari itu tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui peranan gamelan sebagai pengiring wayang kulit di
Group Krido Laras kota Medan.
2. Untuk mengetahui alat musik gamelan yang digunakan sebagai pengiring
wayang kulit di Group Krido Laras kota Medan.
3. Untuk mengetahui penyajian musik gamelan sebagai pengiring wayang
kulit di Group Krido Laras kota Medan.
4. Untuk mengetahui penghambat gamelan sebagai pengiring dalam wayang
kulit di Group Krido Laras kota Medan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah kegunaan dari penelitian yang merupakan
sumber informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya.
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan peneliti, diharapkan dapat
10
1. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai kesenian tradisional Jawa terkhusus terhadap gamelan
dan wayang kulit.
2. Sebagai bahan informasi kepada setiap pembaca dalam mengetahui dan
mengenal kesenian tradisional Jawa terkhusus terhadap gamelan dan
wayang kulit.
3. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi penelitian berikutnya yang relevan
di kemudian hari.
4. Sebagai bahan motivasi bagi setiap pembaca dalam meningkatkan rasa
keingintahuan serta dalam memelihara kelestarian kesenian tradisional
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian BAB IV dapat diambil kesimpulan dari hasil
penelitian ini. Kesimpulan tersebut untuk menjawab pokok permasalahan yaitu
mengenai peranan gamelan sebagai pengiring wayang kulit di Group Krido Laras.
Peneliti dapat menarik kesimpulan antara lain :
1. Peranan gamelan sebagai pengiring wayang kulit di Group Krido Laras
membuat Sanggar Musik Campursri Krido Laras ini menjadi sanggar
musik yang lain daripada yang lain karena Group Krido Laras masih
mempertahankan penggunaan alat musik gamelan secara lengkap untuk
mengiringi suatu pagelaran wayang kulit.
2. Alat musik gamelan yang digunakan Group Krido Laras tergolong lengkap
untuk mengiringi suatu pagelaran wayang kulit. Fungsi alat musik tersebut
juga bervariasi sehingga menjadikan pagelaran wayang kulit tersebut
menjadi sangat lengkap jadi apabila menonton pagelaran wayang kulit
yang dipertunjukkan oleh Group krido Laras seolah-olah para penonton
berada di pulau Jawa.
67
3. Pagelaran wayang kulit pada zaman sekarang ini tidak lagi dilakukan
semalam suntuk tetapi berdasarkan permintaan. Pagelaran wayang seperti
itu disebut pagelaran wayangan padat tetapi walaupun begitu alat musik
gamelan yang dipakai sama juga dengan alat musik gamelan yang
digunakan untuk mengiringi wayang semalam suntuk perbedaannya hanya
terletak pada gending yang dimainkan dan cerita yang dilakonkan. Pada
wayangan padat gending-gending yang dipakai hanya sebagian saja sesuai
dengan kesepakatan antara Ki Sunardi Rediguno dan anggota Group Krido
Laras pada saat latihan.
4. Faktor yang menjadi penghambat gamelan sebagai pengiring wayang kulit
adalah karena kemajuan teknolgi yang menggantikan peranan perangkat
gamelan dengan alat musik yang lebih modern yaitu keyboard sehingga
membuat alat musik gamelan menghilang secara perlahan-lahan
5. Faktor yang dialami para pemain gamelan (niyaga) adalah karena tidak
adanya regenerasi pemain niyaga yang mengakibatkan semakin sedikit
jumlahnya pemain gamelan (niyaga) yang disebabkan kurangnya minat
68
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan diatas dapat mengajukan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Group Krido Laras harus tetap mempertahankan penggunaan alat musik
gamelan sebagai pengiring wayang kulit sampai kapanpun agar kesenian
Jawa di Sumatera Utara khususnya di Kota Medan tidak akan menghilang
seiring berjalannya waktu.
2. Kepada masyarakat Jawa maupun masyarakat lainnya kita harus tetap
melestarikan alat musik tradisional karena itu akan menjadi bekal kita
untuk dikenal di seluruh dunia dan menjadi ciri khas suku Jawa.
3. Walaupun sekarang ini pagelaran wayang kulit tidak dilaksanakan
semalam suntuk lagi tetapi melalui pagelaran wayangan padat juga dapat
menumbuhkan rasa cinta kita khususnya masyarakat Jawa terhadap
kesenian tradisional Jawa yang akan punah seiring berjalannya waktu kalu
tidak diperhatikan lagi.
4. Kemajuan teknolgi memang sangat penting tetapi janganlah kita
mengganti alat musik tradisional kita dengan kemajuan teknologi
walaupun kemajuan teknologi membuat semuanya menjadi mudah tetapi
kesannya akan tetap berbeda daripada alat musik tradisional yang asli.
5. Perlunya kesadaran setiap para remaja atau pemuda untuk dapat mencintai
alat musik tradisional serta kesenian tradisional sendiri. Kita dapat
mencintainya dengan cara kita peduli dan mempelajari alat musik dan
72
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara
Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Djohan. 2005. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik
Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika: Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukkan Indonesia
Handayani, Putri. 2012. “Peranan Musik pada Resepsi Pernikahan Etnis Jawa di Desa Dalu Sepuluh B Kecamatan Tanjung Morawa Medan Kajian Terhadap Bentuk dan Fungsi.”. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Hurd, Michael. 1979. The Oxford Illustrated Dictionary of Music. Wellington: Oxford University Press
Ilyas Noor, Muhammad., B.A. Sofyan Naparin., HS, M. Noor. 1987. Buku Seni Suara Dan Teori Musik Praktis. Jakarta: Pustaka Pedoman
Kesuma, Handi. 2009. “Keberadaan Kelompok Musik Campursari pada Lembaga
Pusat Pengembangan Kebudayaan Jawa di Medan”. Skripsi. Medan:
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Luckman Sinar, Tengku. 2007. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Melayu. Serdang-Medan: Yayasan Kesultanan
Purba, Suhendro. 2013. “Keberadaan Musik Gamelan Jawa di Kelurahan Aek
Kanopan Kabupaten Labuhan Batu Utara”. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Rustopo.1980. Pengetahuan Membuat Gamelan. Surakarta: Proyek Pengembangan IKI Sub Bagian Proyek ASKI Surakarta
Sugiyono.2008.Metode Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara
Surjodiningrat Wasisto, M.Sc., P.J. Sudarjana,Ir., Adhisusanto, M.Sc. 1969. Penyelidikan dalam Pengukuran Nada Gamelan – Gamelan Jawa Terkemuka di Yogyakarta dan Surakarta. Yogyakarta: Laboratorium Akustik
73
Surjodiningrat, Wasisto., Sudarjana P.J., Susanto, Adhi. 1969. Tone Measurements Of Outstanding Javanese Gamelans In Yogyakarta and Surakarta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Utomo, Sari. 2009. “Keberadaan kegiatan Latihan Gamelan Manula (Manusia Lanjut Usia) di Keluarga Besar Daerah Istimewa Yogyakarta Medan
Helvetia Sumatera Utara”. Skripsi. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Yudoyono, Bambang. 1984. Gamelan Jawa: Awal Mula, Makna dan Masa Depannya. Jakarta: PT.Karya Unipress
Wasisto Surjodiningrat, R.M. 1996. An Introduction To Javanese Gamelan Music. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
http://artikata.com/arti-331055-iring.html Diakses pada tanggal 06 Juni 2013
http://artikata.com/arti-341706-musik.html Diakses pada tanggal 08 Juni 2013
http://artikata.com/arti-376343-penyajian.html Diakses pada tanggal 06 Juni 2013
http://artikata.com/arti-373678-peranan.html Diakses pada tanggal 06 Juni 2013
http://carapedia.com/pengertian_definisi_musik_info2091.html Diakses pada tanggal 01 Mei 2013
http://denbagusduwe.blogspot.com/2013/03/seni-musik_1.html Diakses pada tanggal 04 Juni 2013
http://lorongteatersubang.blogspot.com/2012/12/drama-menurut-herman-j-waluyo-kata-ini.html Diakses pada tanggal 04 Juni 2013
http://lintang-lawu.blogspot.com/ Diakses 05 Juli 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_kulit Diakses pada tanggal 16 Mei 2013
http://www.phyruhize.com/2012/07/mengenal-jenis-jenis-alat-musik.html Diakses pada tanggal 04 Juni 2013