1.1. LATAR BELAKANG
Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat (UU 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah). Timbulan sampah tidak akan berkurang atau habis bahkan akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan populasi manusia serta semakin tinggi dan kompleksnya kegiatan manusia. Timbulan sampah yang semakin besar dari hari ke hari akan mengurangi ruang dan mengganggu aktivitas manusia sehingga tujuan manusia untuk meningkatkan kualitas hidup justru membuat kualitas hidupnya menurun karena permasalahan timbulan sampah.
Sampah yang tidak tertangani dengan baik dapat mengganggu estetika lingkungan, menimbulkan bau serta mengakibatkan berkembangnya penyakit. Gangguan lingkungan oleh sampah dapat timbul mulai dari sumber sampah, dimana penghasil sampah tidak melakukan penanganan sampah dengan baik. Hal ini dapat terjadi pada penghasil sampah yang misalnya tidak mau menyediakan tempat sampah di rumahnya dan lebih suka membuang sampah dengan seenaknya ke saluran air atau membakarnya sehingga mencemari lingkungan sekitarnya. Kebiasaan membakar sampah bisa dikatakan telah membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hampir seluruh masyarakat mengetahui dampak pembakaran sampah yang sebagian besar negatif tetapi mereka tetap melakukan aktivitas ini dan menjadikannya sebagai sebuah rutinitas (Setyawan, 2014).
menciptakan suatu lingkungan yang bersih, baik dan sehat. Volume timbulan sampah penduduk Kabupaten Semarang yang terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Blondo, Bawen pada tahun 2013 adalah sebesar 109.263 m3 atau 299.3 m3/hr (DPU Kabupaten Semarang, 2014). Dengan luas TPA Blondo yang hanya 5 ha, apabila tidak dilakukan pengurangan terhadap volume timbulan sampah maka diperkirakan pada tahun 2016 TPA sudah dalam kondisi penuh dan tidak bisa dioperasionalkan lagi. Di Indonesia, diperkirakan hanya sekitar 60 % sampah kota-kota besar di Indonesia yang dapat terangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), yang operasi utamanya sebesar 80.235,87 ton setiap hari, penanganan sampah yang diangkut dan dibuang ke TPA adalah sebesar 4,2 %, yang dibakar sebesar 37,6 % ,yang dibuang ke sungai 4,9 % dan tidak tertangani sebesar 53,3 %. (Dirjen Cipta Karya, 2006)
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah suatu pendekatan pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat, direncanakan, dilaksanakan (jika feasible), dikontrol dan dievaluasi bersama masyarakat (Dirjen Cipta Karya, 2006). Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan perwujudan dari prinsip pencemar membayar (polluters pay principle) dari UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dimana masyarakat adalah penghasil sampah utama sehingga mereka harus bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan. Konsep penanganan sampah yang baik adalah penanganan sampah yang dimulai di sumber. Semakin dekat dengan sumbernya maka semakin besar rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab orang untuk mengelola sampahnya.
Konsep 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) adalah paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi dengan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan sampah yang berorientasi pada pencegahan timbulan sampah, minimasi limbah dengan mendorong produksi barang yang dapat digunakan lagi dan dapat didekomposisi secara biologi (biodegradable) dan penerapan pembuangan sampah yang ramah lingkungan. Pelaksanaan 3R tidak hanya menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan pola pikir menuju masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan tetapi juga menyangkut pengaturan (manajemen) yang tepat dalam pelaksanaannya. (Dirjen Cipta Karya, 2013)
Berdasarkan penelitian Faizah (2008), pengelolaan sampah berbasis masyarakat sesungguhnya bukan lagi berupa konsep yang sulit dilaksanakan karena ternyata prinsip 3R melalui proses pemilahan sampah telah berhasil dilakukan oleh warga masyarakat Gondolayu Lor, Yogyakarta. Hal yang sama juga diperoleh dari penelitian Artiningsih (2008), menyatakan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang dilakukan oleh warga masyarakat Kelurahan Sampangan dan Kelurahan Jomblang, Kota Semarang telah berhasil mereduksi timbulan sampah yang dibuang ke TPA meskipun pada praktiknya belum optimal dilaksanakan karena keterbatasan sarana dan prasarana. Diperkuat oleh Alfiandra (2010) yang melakukan penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah secara 3R di Kelurahan Kalipancur dan Kelurahan Ngaliyan, Kota Semarang, menyatakan bahwa dengan adanya pengelolaan sampah secara 3R, warga masyarakat memilah dan mendaur ulang sampah sehingga mengakibatkan berkurangnya tumpukan sampah di Kelurahan Kalipancur dan Kelurahan Ngaliyan.
kg/org/hr, Bank Sampah Muarageulis sebesar 0,105 kg/org/hr dan Bank Sampah Wargi Manglayang sebesar 0,0706 kg/org/hr.
Penelitian yang sekarang dilakukan ini bersifat melanjutkan penelitian-penelitian sebelumnya. Faizah (2008), Artiningsih (2008), Alfiandra (2010) dan Astuti (2011) melakukan penelitian tentang pengelolaan sampah berbasis masyarakat secara umum namun belum dikhususkan pada bank sampah sebagai salah satu pendekatannya. Permanasari (2011) meneliti tentang efektivitas bank sampah sebagai salah satu pendekatan pengelolaan sampah berbasis masyarakat namun belum melihat berdasarkan 5 aspek pengelolaan sampah serta dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang diakibatkan. Harapannya, dengan mengetahui nilai potensi sampah yang bisa dimanfaatkan kembali, kemudahan dalam melaksanakan program bank sampah dan dampak-dampak positif sebagai akibat adanya bank sampah bisa menjadi pemacu semangat masyarakat untuk mengadakan program bank sampah di lingkungan masing-masing dan memacu semangat dari Pemerintah Daerah untuk mereplikasi bank sampah yang sudah ada ini ke lingkungan permukiman-permukiman yang lain khususnya di wilayah Kabupaten Semarang.
Penelitian ini dilakukan di Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Alasan dilakukan penelitian adalah karena pada umumnya permasalahan sampah masih dipandang sebelah mata oleh sebagian besar masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya sampah yang mengotori sungai-sungai di Indonesia tidak terkecuali di Kabupaten Semarang. Temuan dari BLH Kabupaten Semarang mengindikasikan bahwa di beberapa titik sungai yang bermuara di Rawa Pening sudah menjadi semacam kubangan sampah. Indikasinya, sampah-sampah tersebut dibawa oleh aliran sungai yang mengalir membelah permukiman-permukiman yang ada di daerah hulu seperti Kecamatan Bandungan dan Kecamatan Sumowono. Paradigma Kumpul-Angkut-Buang dipadukan dengan NIMBY (Not in My Backyard) masih terasa kental di sini padahal sesungguhnya sampah masih
cenderung menganggap masalah sampah sebagai sesuatu yang tidak seksi dan menarik. Salah satu inidikatornya bisa dilihat dari persentase anggaran belanja sanitasi, apabila dihitung selain yang bersumber dari bantuan Provinsi dan DAK, proporsi belanja sanitasi Kabupaten Semarang rata-rata hanya 1,5% dengan besaran belanja sanitasi per kapita baru mencapai Rp 10.259,-, masih jauh dari belanja sanitasi ideal sebesar Rp 47.000,- per orang per tahun (PPSP Kabupaten Semarang, 2013). Melalui bank sampah, diharapkan ada solusi untuk “memaksa” masyarakat untuk memilah sampah. Dengan menyamakan sampah secara uang atau barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya terdidik untuk menghargai sampah sesuai jenis dan nilainya sehingga mereka mau memilah sampah. Dengan berkurangnya volume sampah rumah tangga yang dibuang ke TPS akan mengurangi volume sampah yang diproses di TPA Blondo Kabupaten Semarang sehingga bisa menambah umur pakai operasional dari TPA Blondo.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hal-hal terebut di atas maka dapat permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana pengelolaan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo?
b. Bagaimana dampak sosial, ekonomi dan lingkungan dari Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo?
c. Bagaimana strategi pengembangan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk:
a. Menganalisis pengelolaan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo.
b. Menganalisis dampak sosial, ekonomi dan lingkungan program Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo.
c. Merumuskan strategi pengembangan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi Kelurahan Sidomulyo
1.4. MANFAAT PENELITIAN
a. Sebagai bahan referensi Pemerintah Kabupaten Semarang untuk mengembangkan program Bank Sampah di Kabupaten Semarang.
1.5. PENELITIAN TERDAHULU tangga berbasis masyarakat yang ada di Kota Yogyakarta
2. Menginventarisir problematika pada pengelolaan sampah
rumah tangga berbasis
masyarakat yang ada di Kota Yogyakarta
3. Memberikan rekomendasi untuk menyempurnakan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di Kota Yogyakarta
1. Pilot project Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat di Gondolayu Lor, Kota Yogyakarta, telah berhasil dilaksanakan dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) melalui proses pemilahan sampah. 2. Problematika utama dari penerapan
model ini adalah pada soal bagaimana merubah paradigma dari membuang
sampah menjadi memanfaatkan
sampah..
3. Peran pengurus RT/RW sangat besar
dalam membantu mewujudkan
terlaksananya program dan menjembatani komunikasi antara pemerintah daerah dengan masyarakat.
2. Ni Komang Ayu
Artiningsih, 2008, Peran Serta Masyarakat Dalam
Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga (Studi Kasus di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang)
Lokasi penelitian:
Kelurahan Sampangan dan Kelurahan Jomblang, Kota Semarang
1. Memperoleh gambaran peran serta masyarakat beserta
permasalahannya dalam
pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang telah berjalan di Kelurahan
Sampangan dan Kelurahan
Jomblang.
2. Menginventarisir tantangan dan peluang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan mengidentifikasi kontribusinya dalam mengurangi volume sampah.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis masyarakat di Sampangan dan Jomblang dapat mereduksi timbulan sampah yang dibuang ke TPA, namun belum optimal dilaksanakan baik dalam pemilahan dan atau dalam pengomposan karena keterbatasan sarana dan
Kelurahan Ngaliyan dan
Untuk mengkaji partisipasi
masyarakat dalam sistem
pengelolaan persampahan di Kelurahan Ngaliyan dan Kelurahan Kalipancur
1.Dengan adanya pengelolaan sampah 3R, terjadi perbaikan atau peningkatan
dalam pengelolaan sampah,
pengelolaannya semakin baik
Kelurahan Kalipancur, Kota Semarang
Kelurahan Ngaliyan dan Kalipancur dapat berkurang.
2. Partisipasi masyarakat dalam program 3R di Kelurahan Ngaliyan dan Kalipancur terdapat 4 jenis partisipasi yaitu: partisipasi legitimasi dan eksekusi, partisipasi langsung dan tidak langsung, partisipasi horizontal dan vertikal, dan partisipasi individual dan kolektif.
4. Devita Permanasari, 2011, Studi Efektivitas Bank Sampah Sebagai Salah Satu Pendekatan Dalam Pengelolaan Sampah yang Berbasis Masyarakat Lokasi penelitian: Bank
Sampah Muarageulis,
Bank Sampah Wargi
Manglayang dan Bank Sampah RW 14 Tamansari Atas, Bandung
1. Untuk mengkaji efektivitas bank
sampah sebagai metode
pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
1. Sistem pengelolaan sampah dengan metode bank sampah dapat diterima
Masyarakat (Studi Kasus di Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya)
Lokasi: Kecamatan
Wonocolo Kota Surabaya
1. Menghitung potensi reduksi sampah domestik skala rumah tangga.
2. Mengkaji peran serta masyarakat
dan kelembagaan dalam
penerapan sistem penerapan reduksi sampah.
3. Menentukan model pemilahan dan daur ulang sampah yang tepat untuk diterapkan
1. Potensi reduksi sampah rumah tangga di Kecamatan Wonocolo adalah 84,99% dari total timbulan sampah sebesar 184,49 m3/hr.