• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN BANK SAMPAH BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN BANK SAMPAH BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA DENPASAR"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN BANK SAMPAH BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT

DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA DENPASAR

I Gusti Ayu Winda Purnama Astuti 1 Ketut Sri Swatiningsih2 I Wayan Mirta 3 Department Public Administration, Faculty Of Social and Political Science

Warmadewa University, Denpasar, Bali mirta@warmadewa.ac.id

Abstract

Speaking of garbage problem, almost become a classic problem in every city in Indonesia, not least in Denpasar City. Garbage produced per day in Denpasar City + / _ 4000m³ with 70% composition of organic waste and the rest is inorganic, where 11% plastic waste is difficult to decompose by nature. The issue of waste in the city of Denpasar is not only a matter of collecting, separating the types of waste and recycling again, but also continue to arouse public awareness. One of the efforts made by the government in overcoming and managing the waste problem is the formulation of Law Number 18 Year 2008 on waste management and supplemented by Government Regulation Number 81 Year 2012 on Waste Management of Household and Garbage of Household Garbage. To implement both laws and regulations, especially on household waste management, the Ministry of Environment then issued the Regulation of the Minister of Environment No. 13/2012 on Guidelines for Implementing Reduce, reuse, recycle through Waste Bank. Through Garbage Bank, communities are asked to take responsibility for the waste they produce by asking people to sort organic waste with inorganic in their respective homes and deliver it to the Garbage Bank. From the research results obtained that the application of 3R, public participation either directly or indirectly in waste management in Denpasar City has been well in accordance with the principle of Bank Trash. From this research can be concluded that the role of Garbage Bank based on community participation in waste management in Denpasar is very big in accordance with the principle of Bank Trash itself. But supporting facilities and infrastructure in waste management in Denpasar are still lacking. Suggestions that the author can give is better government to regularly socialize routinely about waste management to the community, especially to each environment of households stairs.

Keywords: Garbage, Managemen, Nature.

PENDAHULUAN

Persoalan sampah merupakan masalah umat manusia, khususnya di perkotaan. Bagi masyarakat pedesaan sampah masih bisa dikelola dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, diantaranya adalah untuk pupuk dalam upaya menyuburkan lahan pertanian.

Tetapi bagi perkotaan justru sebaliknya. Sampah selain dianggap sumber penyakit, juga mencemarkan lingkungan dengan bau busuk yang menyengat.

Berbicara masalah sampah, hampir menjadi permasalahan yang klasik di setiap kota di Indonesia, tak terkecuali di Kota Denpasar. Denpasar yang

(2)

berkembang menjadi Kota Metropolitan dan menyandang status sebagai Ibu Kota Provinsi Bali menanggung beban yang amat berat. Setelah status Denpasar menjadi kota besar, akan lebih banyak masalah yang dihadapinya. Pertama, penataan ruang kota yang didesain untuk menghadapi modernisasi, bertambahnya penduduk, dan citra pariwisata Bali yang terkenal. Kedua, masalah kependudukan, baik urbanisasi maupun limpahan penduduk transmigrasi dari daerah lain beserta perangkat aturannya yang selalu menjadi masalah sosial utama kota besar. Ketiga, masalah lingkungan yang sering dihadapi seperti sampah, kualitas udara, sumber air yang layak untuk kehidupan, kebutuhan konsumsi bahan bakar, listrik dan pemukiman yang layak. Diantara ketiga masalah besar yang dihadapi hampir sama di semua kota besar, yaitu sampah. Penanganan masalah sampah di kota besar merupakan masalah yang klasik sekaligus rumit. Kota besar yang dikatakan “berkelas” salah satunya kota yang mampu menangani sampah secara baik dan ramah terhadap lingkungan. Sebaliknya, kota yang dikatakan “gagal” adalah kota yang tidak bisa menangani sampah dan membiarkan sebagian ruang publiknya yang penting menjadi tempat sampah.

Kota Denpasar sebagai salah satu kota besar yang ada di Indonesia yang sarat dengan kompleksitas masyarakat dan

modernisasi, sayangnya tidak memiliki lingkungan yang cukup bersih. Sampah yang dihasilkan per hari di Kota Denpasar 4.695 kubik dengan komposisi 70% sampah organik dan sisanya sampah unorganik yang mana 11% sampah plastik yang susah terurai dengan alam (Pemerintah Kota Denpasar, 2014). Sementara itu, rendahnya pengetahuan, kesadaran, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah menjadi suatu permasalahan yang perlu mendapat perhatian dalam pengelolaan lingkungan bersih dan sehat.

Dalam data Dinas Kebersihan dan Pertamanan tahun 1995 dinyatakan bahwa Kota Denpasar tidak akan berubah keluasan wilayahnya, yaitu seluas 123,98 km2, tetapi penduduknya akan berubah terus dan cenderung untuk meningkat jumlahnya. Konsumsi penduduk dimungkinkan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, artinya dimungkinkan pula volume dan keragaman sampah yang dihasilkan juga meningkat. Jika Kota Denpasar hanya mengandalkan kesadaran masyarakatnya sepenuhnya, mungkin suatu hal yang sulit terwujud. Maka tumpuan harapan terbesar untuk mengelola dan mengolah sampah hanya pada lembaga-lembaga pemerintah, lembaga swasta atau lemabaga kemasyarakatan yang peduli menangani sampah.

(3)

Pengelolaan sampah tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah saja. Masyarakat dan pelaku usaha sebagai penghasil sampah juga harus bertanggung jawab menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Ini berarti harus ada kerja sama yang baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat dalam mengatasi permasalahan sampah. Mengacu pada Undang-Undang Pengelolaan Sampah, untuk mengatasi masalah dibutuhkan program-program pengelolaan sampah agar tidak hanya menjadi timbunan sampah di Tempat Pembuangan Akhir, tetapi menjadi sesuatu barang yang memiliki nilai guna dan nilai jual.

Salah satu alternatif yang sudah dicanangkan untuk mengatasi masalah tentang sampah di berbagai daerah di Indonesia adalah Bank Sampah. Konsep dasar bank sampah terdiri atas 5M, yang merupakan kepanjangan dari Mengurangi Sampah, Memilah Sampah, Memanfaatkan Sampah, Mendaur ulang Sampah, dan Menabung Sampah. Dari konsep Bank Sampah tersebut terlihat jelas bahwa pengelolaan sampah ini tidak dapat dilakukan hanya oleh satu pihak. Adanya partisipasi masyarakat untuk turut berperan dalam menggerakkan pengelolaan sampah merupakan hal yang penting demi keberlanjutan organisasi pengelola sampah. Kelahiran Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang

Pengelolaan Sampah, yang kemudian dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang “Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga” merupakan tonggak sejarah pengelolaan sampah di Indonesia, karena mencakup regulasi tentang hak dan kewajiban semua pemangku kepentingan terkait dengan pengelolaan sampah (Diskusi Bulanan KLH, 2012) Khusus tentang pengelolaan sampah rumah tangga, terdapat pada pasal 19 sampai dengan pasal 22 UU Nomor 18 Tahun 2008 yang berbunyi, Pasal 19: “Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pasal 20: “Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah; pendaur ulang sampah; dan atau pemanfaatan kembali sampah.” Pasal 22: “Sedangkan penanganan sampah meliputi pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan atau sifat sampah”.

Dalam pelaksanaan program Bank Sampah pasti ada berbagai kendala yang dihadapi, namun pasti ada pula solusi untuk mengatasi berbagai kendala tersebut. Disamping itu, ada faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program Bank Sampah. Hal inilah yang menarik peneliti untuk mengangkat

(4)

judul Peranan Bank Sampah Berbasis Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah.

KAJIAN PUSTAKA

Bank sampah pertama di Indonesia adalah bank sampah yang didirikan oleh masyarakat Dusun Bandegan, Bantul DI Yogyakarta dengan nama Gemah Ripah menjadi pelopor bank sampah di Indonesia. Bank sampah bekerjasama dengan pengepul barang-barang plastik, kardus dan lain-lain, untuk bisa merupiahkan tabungan sampah masyarakat. Juga dengan pengolah pupuk organik untuk menyalurkan sampah organik yang ditabungkan (Rustanto, Bambang 2013).

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga, yang dimaksud dengan sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga pertama-tama dapat dikelola dengan cara dipilah. Pemilahan yang

dimaksud adalah kegiatan

mengelompokkan sampah menjadi sedikitnya lima jenis sampah yang terdiri atas:

a. sampah yang mengandung bahan berbahaya;

b. sampah yang mudah terurai;

c. sampah yang dapat digunakan kembali; d. sampah yang dapat didaur ulang; dan e. sampah lainnya.

Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 845) “peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilksanakan”. Soekanto (1984: 237) “Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status)”. Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 tahapan kegiatan, yakni pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Alfiandra (2009), menggambarkan secara sederhana tahapan-tahapan dari proses kegiatan dalam pengelolaan sampah ialah (a) pengumpulan, diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah, bak sampah, peti kemas sampah, gerobak dorong, atau tempat pembuangan sementara. Untuk melakukan pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu; (b) pengangkutan, yaitu

(5)

mengangkut sampah dengan menggunakan sarana bantuan berupa alat transportasi tertentu ke tempat pembuangan akhir/pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode waktu tertentu mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara ke Tempat Pembuangan Akhir; (c) pembuangan akhir, di mana sampah akan mengalami pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis hingga tuntas penyelesaian seluruh proses.

Yuliastuti (2013), menambahkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat berupa partisipasi secara tidak langsung. Yang dimaksud dengan partisipasi tidak langsung ini adalah keterlibatan masyarakat dalam masalah keuangan, yaitu partisipasi dalam pengelolaan sampah dengan cara melakukan pembayaran retribusi pelayanan persampahan melalui dinas terkait yang secara langsung memberikan pelayanan dalam kebersihan.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik cluster random

sampling. Dalam penelitian ini diambil 8

Bank Sampah sebagai sampel supaya setiap Kecamatan di Kota Denpasar

terwakili dengan masing-masing 2 Bank Sampah. Dalam penelitian ini, jumlah Bank Sampah di Kota Denpasar adalah 45 Bank Sampah, terdiri dari 43 Bank Sampah dibawah binaan Bali Wastu Lestari dan 2 Bank Sampah Mandiri. Dari 8 Bank Sampah yang dijadikan sampel terdiri dari 6 Bank Sampah binaan Bali Wastu Lestari dan 2 Bank Sampah Mandiri yang tersebar di empat Kecamatan di Kota Denpasar. Dimana dua Bank Sampah Mandiri terletak di Kecamatan Denpasar Timur dan Kecamatan Denpasar Selatan, jadi di Kecamatan Denpasar Timur diambil satu Bank Sampah binaan Bali Wastu Lestari begitu juga di Kecamatan Denpasar Selatan. Sedangkan di Kecamatan Denpasar Utara diambil dua Bank Sampah binaan Bali Wastu Lestari dan di Kecamatan Denpasar Barat juga diambil dua Bank Sampah binaan Bali Wastu Lestari.

Masing-masing Kecamatan di Denpasar terwakili dengan dua Bank Sampah tersebut. Karena berdasarkan SK Walikota Denpasar ada dua Bank Sampah Mandiri di Kota Denpasar. Dari 8 Bank Sampah yang dijadikan sampel diambil 3 orang responden yaitu nasabah dari Bank Sampah yang bersangkutan dan 1 orang informan yaitu pengelola Bank Sampah.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lembaga Bali Wastu Lestari adalah Bank Sampah yang bertindak sebagai pengepul dari bank sampah yang dibentuknya atau yang berada dibawah binaannya. Atas inisiatif sendiri membantu mengangkut sampah RT warga melalui penjemputan langsung ke rumah ke TPA

sehingga tidak lagi menumpuk di sudut-sudut jalan, awalnya hanya warga yang tidak mendapatkan akses pelayanan DKP yang bergabung tetapi seiring waktu banyak masyarakat yang tertarik untuk bergabung baik menjadi pengelola maupun

nasabah Bank Sampah.

sampah yang menitikberatkan pada pengurangan sampah dari sumbernya. Salah satu program dalam pengelolaan sampah yang menggunakan prinsip 3R adalah Bank Sampah.

Pengetahuan dalam hal pengelolaan sampah adalah pemahaman

responden mengenai pengelolaan sampah khususnya prinsip 3R yang diperoleh dari informasi yang diterima. Variabel ini diukur dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang hasilnya dinilai sesuai dengan jawaban responden, seperti dalam tabel 1 berikut ini:

Tabel 1

Pengetahuan tentang Penerapan 3R dari 24 Responden

No Pertanyaan Jawaban Jumlah %

Benar % Salah %

1

2

3

Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah dengan prinsip 3R adalah reduce, reuse, recycle. Yang tidak termasuk manfaat dari pengelolaan sampah dengan prinsip 3R adalah menambah lama waktu pengelolaan sampah

Yang termasuk ke dalam kategori sampah organik adalah daun-daunan, sisa makanan, sisa sayuran 22 22 24 92 92 10 2 2 0 8 8 0 24 24 24 100 100 100

Sumber : Jawaban Responden yang diolah Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan tentang penerapan prinsip 3R dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar adalah sudah baik. Ini

terlihat dari pemahaman dari responden tentang:

1) Pengetahun tentang pengelolaan sampah dengan prinsip 3R adalah reduce,

(7)

reuse, recycle, sebanyak 92% responden

yang sudah memahaminya.

a) Reduce (reduksi sampah), upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan.

b) Reuse, menggunakan kembali bahan agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengolahan)

c) Recycle, mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna menjadi bahan lain atau barang yang baru setelah melalui proses pengolahan

2) Pengetahuan tentang sampah yang tidak termasuk manfaat dari pengelolaan sampah dengan prinsip 3R adalah

menambah lama waktu pengelolaan sampah rumah tangga, juga sudah 92% responden yang sudah memahaminya. 3) Pengetahuan tentang sampah yang termasuk kategori sampah organik adalah daun-daunan, sisa makanan, sisa sayuran, sudah semua responden (100%) yang sudah memahaminnya.

Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami oleh responden. Dalam hal ini, pengalaman dalam mengelola sampah berarti responden pernah mengelola sampah. Variabel ini diukur dengan menilai tahapan kegiatan pengelolaan sampah yang telah dilakukan oleh responden.

Tabel 2

Pengalaman tentang Penerapan 3R dari 24 Responden

No Pernyataan Jumlah % 1 2 3 4 5 6 7 8

Mengolah sampah menjadi kompos Membuat kerajinan dari barang bekas Memilah sampah organik dan anorganik Menabung di Bank Sampah

Memindahkan sampah ke TPS

Kerja bakti membersihkan lingkungan

Mengikuti kegiatan/pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga yang mengelola sampah rumah tangga

Mengikuti sosialisasi/penyuluhan mengenai pengelolaan sampah rumah tangga 12 9 23 24 23 22 17 21 50 38 96 100 96 92 71 86

Sumber : Jawaban Responden yang diolah Dari tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa pengalaman tentang penerapan 3R dalam pengelolaan sampah dilihat dari 8

(delapan) kegiatan yang pernah dilakukan responden di kota Denpasar. Pengalaman

(8)

sesuai dengan prosentase masing-masing dari 24 responden sebagai berikut:

1) Menabung di Bank Sampah (100%) 2) Memilah sampah organik dan anorganik (96%)

3) Memindahkan sampah ke TPS (96%) 4) Kerja bakti membersihkan lingkungan (92%)

5) Mengikuti kegiatan/pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga yang mengelola sampah rumah tangga (86%) 6) Mengikuti sosialisasi/penyuluhan mengenai pengelolaan sampah rumah tangga (71%)

7) Mengolah sampah menjadi kompos (50%)

8) Membuat kerajinan dari barang bekas (38%)

Partisipasi secara langsung adalah keterlibatan masyarakat secara langsung dalam proses pengelolaan sampah. Tingkat partisipasi masyarakat akan diukur dengan mengajukan pernyataan-pernyataan yang merupakan penjabaran dari bentuk-bentuk pengelolaan sampah yang telah dipaparkan sebelumnya. Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah secara langsung yang dimaksud dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini.

Tabel 3

Analisis Indikator Partisipasi Langsung

No Pernyataan Pilihan Jawaban

TP % J % S % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Memilah sampah organik dan anorganik Membawa wadah sendiri ketika berbelanja Menghemat penggunaan plastik

Menggunakan kertas pada kedua sisinya Membawa sampah ke TPS

Menabung di Bank Sampah

Memanfaatkan kembali botol/kaleng yang masih dapat digunakan

Membuat kerajinan dari barang bekas Mendaur ulang sampah menjadi pupuk Mengikuti kegiatan kebersihan seperti kerja bakti 0 5 1 16 1 0 3 12 12 0 0 21 4 67 4 0 12 50 50 0 1 15 14 6 2 4 12 6 6 1 4 62 58 25 8 17 50 25 25 4 23 4 9 2 21 20 9 6 6 23 96 17 38 8 88 83 38 25 25 96

Sumber : Jawaban Responden yang diolah. Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa partisipasi masyarakat dalam

pengelolaan sampah secara langsung di Kota Denpasar sebagian kegiatan

(9)

mendekati 100%. Urutan sesuai dengan prosentase masing-masing kegiatan dari 24 responden, yang melaksanakan kegiatan: a. Memilah sampah organik dan anorganik, sudah 100%

b. Mengikuti kegiatan kebersihan seperti kerja bakti, sudah 100%.

c. Menabung di Bank Sampah, sudah 100%

d. Membawa sampah ke TPS, sudah 96%.

e. Menghemat penggunaan plastik, sudah 96 %

f. Memanfaatkan kembali

botol/kaleng yang masih, sudah 88 % g. Membawa wadah sendiri ketika berbelanja, sudah 79 %

h. Membuat kerajinan dari barang bekas, baru 50 %

i. Mendaur ulang sampah menjadi pupuk, baru 50%

j. Menggunakan kertas pada kedua sisinya, hanya 33 %

Partisipasi secara tidak langsung adalah keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang tidak mewajibkan masyarakat bersentuhan secara langsung dengan sampah yang dikelola. Bentuk partisipasi masyarkat dalam pengelolaan sampah secara tidak langsung Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah secara langsung yang dimaksud dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini.

Tabel 4

Analisis Indikator Partisipasi Secara Tidak Langsung

No Pernyataan Pilihan Jawaban

TP % J % S % 1 2 3 4 5

Memberikan saran/kritik mengenai pengelolaan sampah rumah tangga kepada pengurus Rt/RW

Mendiskusikan tentang pengelolaan sampah rumah tangga bersama warga yang lainnya

Mengikuti penyuluhan atau sosialisasi mengenai pengelolaan sampah rumah tangga

Mengikuti pelatihan mengenai pengelolaan sampah rumah tangga

Membayar biaya retribusi untuk meningkatkan fasilitas pengelolaan sampah 2 1 0 3 1 8 4 0 13 4 10 11 9 8 3 42 46 38 33 13 12 12 15 13 20 50 50 62 54 83

(10)

Dari tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah secara tidak langsung di Kota Denpasar sudah hampir 100% dalam semua kegiatan. Urutan sesuai dengan prosentase masing-masing kegiatan dari 24 responden, yang melaksanakan kegiatan:

a. Mengikuti penyuluhan atau sosialisasi mengenai pengelolaan sampah rumah tangga, sudah 100%

b. Membayar biaya retribusi untuk meningkatkan fasilitas pengelolaan sampah, sudah 96%

c. Mendiskusikan tentang pengelolaan sampah rumah tangga bersama warga yang lainnya, sudah 96%

d. Memberikan saran/kritik mengenai pengelolaan sampah rumah tangga kepada pengurus RT/RW, sudah 92%

e. Mengikuti pelatihan mengenai pengelolaan sampah rumah tangga, sudah 87%

Selain pengumpulan data melalui kuesioner, dilakukan juga wawancara kepada informan yang terkait dengan penelitian ini. Untuk menambah agar data yang disimpulkan lebih komprehensif maka jumlah populasi dan sampel tersebut di atas dikembangkan lagi dengan jalan menetapkan 8 orang informan yang ditentukan secara purposive atau tujuan khusus. Informan tersebut adalah pengelola Bank Sampah di masing-masing Kecamatan di Kota Denpasar yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Peran pemerintah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah/tokoh masyarakat dalam mengimbau masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah. Kegiatan ini dapat berupa ajakan, sosialisasi maupun pelatihan mengenai pengelolaan sampah kepada masyarakat. Lebih lanjut mengenai peran pemerintah dalam penelitian ini dapat dilihat padal tabel 5 berikut ini.

(11)

Tabel 5

Peran Pemerintah dalam Pengelolaan Sampah

No Pertanyaan Jawaban Jumlah

Ya Tidak 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Apakah pernah ada sosialisasi oleh pihak pemerintah mengenai pengelolaan sampah rumah tangga di daerah Anda tinggal? Apakah sosialisasi tersebut diadakan secara rutin

Apakah pernah ada pelatihan mengenai pengelolaan sampah rumah tangga oleh pihak pemerintah di daerah Anda tinggal? Apakah pelatihan tersebut diadakan secara rutin?

Apakah tokoh masyarakat memberikan contoh kepada masyarakat untuk melaksanakan pengelolaan sampah rumah tangga?

Apakah tokoh masyarakat mengimbau masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah rumah tangga?

Apakah tokoh masyarakat mengajak untuk berdiskusi mengenai masalah persampahan?

Apakah tokoh masyarakat menegur ketika ada warga yang membuang sampah sembarangan?

Apakah masyarakat saling mengingatkan untuk melakukan pengelolaan sampah rumah tangga?

7 4 6 4 7 8 8 8 7 1 4 2 4 1 0 0 0 1 8 8 8 8 8 8 8 8 8

Sumber : Hasil Wawancara kepada Informan Dari tabel 5 di atas dapat dilihat peran pemerintah dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar. Urutan sesuai dengan prosentase masing-masing pendapat dari 8(delapan) informan seperti berikut ini.

a. Pemerintah sangat berperan dilihat dari pendapat informan tentang masing-masing pernyataan, dimana yang memilih adalah di atas 50% seperti:

1) Peran pemerintah dalam mengimbau masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah rumah tangga, sudah 100%.

2) Peran pemerintah dalam mengajak untuk berdiskusi mengenai masalah persampahan, sudah 100%.

3) Peran pemerintah dalam menegur ketika ada warga yang membuang sampah sembarangan, sudah 100%.

4) Ada sosialisasi oleh pihak pemerintah mengenai pengelolaan sampah rumah

(12)

tangga di lingkungan tempat tinggal, sudah 86%

5) pemerintah memberikan contoh kepada masyarakat untuk melaksanakan pengelolaan sampah rumah tangga, sudah 86%.

6) Masyarakat saling mengingatkan untuk melakukan pengelolaan sampah rumah tangga, sudah 86%.

7) Ada pelatihan mengenai pengelolaan sampah rumah tangga oleh pihak

pemerintah di lingkungan tempat tinggal, sudah 75%.

b. Pemerintah kurang berperan dilihat dari pendapat informan tentang masing-masing pernyataan, dimana yang memilih adalah 50% ke bawah, seperti:

1) Sosialisasi oleh pihak pemerintah mengenai pengelolaan sampah rumah tangga diadakan secara rutin, hanya 50%. 2) Pelatihan mengenai pengelolaan sampah rumah tangga oleh pihak pemerintah diadakan secara rutin, hanya 50%.

Sarana dan Prasarana adalah fasilitas yang disediakan oleh pemerintah di dalam lingkungan tempat tinggal masyarakat untuk mendukung terlaksananya pengelolaan sampah. Sarana yang dimaksud dapat berupa tong sampah yang sudah memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik, bank sampah, maupun jasa pengangkutan sampah ke tempat pembuangan sementara.

Tabel 6

Sarana Prasarana sebagai Faktor Pendukung dalam Pengelolaan Sampah

No Pertanyaan Jawaban Jumlah

Ya Tidak 1 2 3 4 5

Apakah di lingkungan tempat tinggal Anda tersedia tong sampah yang memisahkan antara sampah organik dan sampah

anorganik?

Apakah tong sampah yang tersedia di lingkungan tempat tinggal Anda jumlahnya mencukupi?

Apakah di lingkungan tempat tinggal Anda terdapat fasilitas untuk mengolah sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos? Apakah di lingkungan tempat tinggal Anda terdapat jasa

pengangkutan sampah rumah tangga secara rutin?

Apakah di lingkungan tempat tinggal Anda terdapat tempat pembuangan sampah terpadu?

7 3 4 8 4 1 5 4 0 4 8 8 8 8 8

(13)

6 Apakah di lingkungan tempat tinggal Anda terdapat lembaga yang khusus bergerak di bidang pengelolaan sampah rumah tangga?

4 4 8

Jumlah 30 18 48

Sumber : Hasil Wawancara kepada Informan Dari tabel 6 di atas, dapat dilihat sarana dan prasarana di Kota Denpasar sebagai pendukung dalam pengelolaan sampah. Urutan sesuai dengan prosentase masing-masing pendapat dari 8 informan seperti berikut ini.

a. Sarana prasarana yang sangat mendukung, dilihat dari pendapat informan di atas 50%, seperti:

1) Di lingkungan tempat tinggal terdapat jasa pengangkutan sampah rumah tangga secara rutin, sudah 100%.

2) Di lingkungan tempat tinggal tersedia tong sampah yang memisahkan antara sampah organik dan sampah anorganik, sudah 86%.

b. Sarana prasarana yang kurang mendukung, dilihat dari pendapat informan 50% ke bawah, seperti:

1) Di lingkungan tempat tinggal terdapat fasilitas untuk mengolah sampah rumah tangga menjadi pupuk kompos, hanya 50% 2) Di lingkungan tempat tinggal terdapat tempat pembuangan sampah terpadu, hanya 50%.

3) Di lingkungan tempat tinggal terdapat lembaga yang khusus bergerak di bidang

pengelolaan sampah rumah tangga, hanya 50%.

4) Tong sampah yang tersedia di lingkungan tempat tinggal jumlahnya mencukupi, hanya 34%.

Dalam setiap program yang dijalankan pasti ada kendala yang dihadapi, begitu juga pasti ada solusi untuk mengatasi kendala yang dihadapi. Dalam program Bank Sampah ada beberapa kendala yang dihadapi, adapun dari hasil wawancara terhadap pengelola Bank Sampah di Kota Denpasar (yang dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2015) selaku informan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam paparan di bawah ini. 1. Kendala dalam Program Bank Sampah

a. Adanya beberapa masyarakat yang memang tidak mendukung program Bank Sampah.

b. Kesadaran masyarakat masih kurang untuk menabungkan sampah mereka ke Bank Sampah. Mereka justru lebih memilih menjual langsung ke pemulung. c. Ada beberapa masyarakat yang yang kesadarannya masih rendah/enggan dalam melakukan 3R. Mereka kebanyakan masih

(14)

menabungkan sampahnya dalam keadaan tercampur.

d. Tidak adanya lahan yang cukup untuk memilah sampah.

e. Masih kurangnya sosialisasi yang berkelanjutan mengenai pentingnya memilah sampah.

f. Harga sampah yang tidak stabil.

g. Tidak ada fasilitas (kendaraan) untuk melakukan pengangkutan ke rumah masyarakat yang akan menabungkan sampah mereka ke Bank Sampah.

h. Kekurangan tenaga kerja dalam melakukan pemilahan sampah dan pengiriman barang.

2. Solusi dalam mengatasi kendala tersebut

a. Memberikan sosialisasi ke masing-masing lingkungan RT perlunya memilah sampah mengingat kondisi saat ini bahwa permasalahan utama dalam rumah tangga adalah sampah khususnya Kota Denpasar b. Rutin mengadakan sosialisasi masalah pengelolaan sampah kepada masyarakat. c. Komunikasi dengan masyarakat atau nasabah Bank Sampah mengenai pentingnya keberadaan Bank Sampah. d. Karena tidak tersedia lahan, maka dalam sehari barang harus sudah selesai dipilah dan dibersihkan dan siap untuk diambil oleh pengepul.

e. Ketika harga mengalami penurunan, maka pengiriman barang ditunda untuk

sementara. Jika mendesak, barang tetap dijual meski mengalami kerugian.

f. Karena tidak ada kendaraan yang mencukupi, dalam pengangkutan barang nasabah dilakukan beberapa kali angkut. 3. Peranan Bank Sampah dalam Pengelolaan Sampah

Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa Bank Sampah di Kota Denpasar mempunyai peranan yang besar dalam pengelolaan sampah, hal ini diketahui dari hasil wawancara terhadap informan yang mengatakan bahwa dengan berdirinya Bank Sampah, jumlah sampah yang dibawa oleh masyarakat ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) berkurang setiap harinya karena mereka telah memilah antara sampah organik dengan sampah anorganik, dimana sampah anorganiknya seperti plastik, botol plastik, kaleng, kertas-kertas mereka kumpulkan untuk ditabung ke Bank Sampah. Jadi mereka yang telah menjadi nasabah dari Bank Sampah hanya membuang sampah organik yang memang sudah tidak dapat dimanfaatkan kembali ke TPS. Melalui hal inilah nasabah dari Bank Sampah memberikan kontribusi dalam pengelolaan sampah melalui pemilahan sampah dan menabungkan sampah. Jadi Bank Sampah mempunyai peranan yang besar dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar.

(15)

PENUTUP

Dari analisis data yang dilakukan dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari analisis indikator penerapan 3R dalam peranan Bank Sampah berbasis partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar :

a. Pengetahuan tentang penerapan 3R dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar adalah sudah baik. Ini terlihat dari responden sebanyak 92% sudah memahaminya.

b. Pengalaman tentang penerapan 3R dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar sudah baik. Ini terlihat dari pengalaman dengan prosentase masing-masing dari 24 responden rata-rata di atas 50%.

2. Dari indikator partisipasi masyarakat secara langsung dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar, partisipasi masyarakat sudah baik. Dapat dilihat dari jawaban kuesioner tentang partisipasi secara langsung dalam pengelolaan sampah, dimana kegiatan yang termasuk partisipasi secara langsung sudah dilakukan responden mendekati 100%.

3. Dalam indikator partisipasi masyarakat secara tidak langsung dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar sudah baik. Hal ini terlihat dari jawaban kuesioner partisipasi masyarakat secara

tidak langsung dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar sudah hampir mendekati 100% dalam semua kegiatan.

4. Dari temuan melalui pengelola Bank Sampah dalam Peranan Bank Sampah Berbasis Partisipasi Masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar, peranan pemerintah sudah baik. Hal ini terlihat dari jawaban informan bahwa hampir 100% kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah sudah dilakukan pemerintah/tokoh masyarakat di Kota Denpasar.

5. Dari temuan melalui pengelola Bank Sampah dalam Peranan Bank Sampah Berbasis partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar, sarana dan prasarana faktor pendukung dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar belum cukup mendukung. Hal ini terlihat dari hasil jawaban informan bahwa sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah yang tersedia dibawah 50%.

6. Dari hasil wawancara terhadap informan mengenai peranan Bank Sampah berbasis partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar, masih banyak kendala yang dihadapi dalam menjalankan program Bank Sampah, salah satunya yang paling utama adalah kesadaran masyarakat akan kebersihan dan pengelolaan sampah masih kurang.

(16)

7. Dari hasil wawancara terhadap informan mengenai peranan Bank sampah berbasis partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar, adapun solusi untuk kendala yang dihadapi adalah perlu dilakukan sosialisasi secara rutin mengenai pengelolaan sampah. 8. Dari hasil wawancara terhadap informan mengenai peranan Bank Sampah berbasis partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar, Bank sampah mempunyai peranan yang besar dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar.

B. Saran

Dari analisa data yang telah dilakukan, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Dari analisa data dapat diketahui bahwa indikator penerapan prinsip 3R, partisipasi masyarakat secara langsung dan partisipasi masyarakat secara tidak langsung dalam pengelolaan sampah di Kota Denpasar sudah baik, maka sosialisasi mengenai penerapan prinsip 3R perlu ditingkatkan lagi dan diadakan secara rutin di masyarakat, bila perlu diadakan ke masing-masing lingkungan RT untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kebersihan serta partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

2. Dari hasil temuan melalui pengelola Bank Sampah di Kota Denpasar, sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah kurang mendukung, maka pemerintah perlu meningkatkan kontribusinya dalam penyediaan sarana dan prasaran pendukung untuk pengelolaan sampah. Sehingga jumlah sarana dan prasarana yang tersedia untuk pengelolaan sampah sebanding dengan jumlah sampah yang dihasilkan di Kota Denpasar.

3. Dari hasil penelitian ini, untuk dapat mencapai apa yang menjadi tujuan dari program Bank Sampah maka kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat sangat diperlukan. Karena masalah sampah ini merupakan masalah bersama, tidak bisa diselesaikan hanya melalui satu pihak saja.

DAFTAR PUSTAKA

Alfiandra. 2009. Kajian Partisipasi Masyarakat yang Melakukan Pengelolaan Persampahan 3R di Kelurahan Ngaliyan dan Kalipancur Kota Semarang [tesis]. Semarang

(ID): Universitas Diponegoro. [Internet].

Astuti, N.H. 2013. Bank Sampah. Diakses pukul 10.00 WIB/ 11/ oktober/2014 oleh:

http://nurulhanifahastuti.blogspot.co m/2013/02/bank-sampah.htmls

(17)

Budiardjo M. Dasar-Dasar Manajemen. 1988. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Budiman RA, Saam Z, Thamrin. 2013.

Partisipasi dan Persepsi Masyarakat dalam Upaya Menjaga Mengelola Lingkungan Hidup dan Mempertahankan Predikat Kota Bersih. Jurnal Ilmu Lingkungan

[Internet].

http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JI L/article/download/1498/ 1473. Candra I. 2012. Partisipasi Masyarakat

dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi kasus di Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan Pontianak Utara). Sociodev-Jurnal

Ilmu Sosiatri [internet]. [Tersedia pada: http:// jurnalmahasiswa. fisip.untan.ac.id/index.php/jurnalsosi atri/article/view/140.

Koentjaraningrat. 1991. Metode-Metode

Penelitian Masyarakat. Jakarta (ID):

Gramedia.

Muhammad Hatta. 1960 Pengantar ke

Jalan Ilmu dan Pengetahuan, PT.

Pembangunan, Jakarta.

Mulyadi A, Siregar SH, Saam Z. 2010.

Perilaku Masyarakat dan Peran Serta Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Sampah di Kota Tembilahan. Jurnal Ilmu Lingkungan [Internet]. Tersedia pada:http://ejournal.unri.ac.id/ index.php/JIL/article/view/329

Rustanto, Bambang. 2013. Bank Sampah. Diakses pukul 14.10 WIB/ 11/ oktober/2014 oleh: http://bambang-rustanto.blogspot.com/2013/08/bank -sampah.html

Singarimbun Masri dan Sofian Effendi. (Tanpa Tahun). Metode Penelitian

Survey, LP3ES, Jakarta.

Surachman Winarno, 1982, Pengantar

Penelitian Ilmiah. Tarsito : Bandung.

Sutrisno Hadi, 1991, Bimbingan Menulis

Skripsi, Penerbit UGM, Yogyakarta.

Sutrisno Hadi, 1981, Cara Menulis

Skripsi, Thesis, UGM, Yogykarta.

Winardi, 1976, Pengantar Metodelogi

Research Sosial, Alumni Bandung.

Yolarita E. 2011. Pengelolaan Sampah

dengan Prinsip 3R di Kota Solok

[tesis]. Bandung (ID): Universitas Padjajaran. [Internet]. Tersedia pada: http://pustaka.unpad.ac.id/archives/1 19693.

Yuliastuti IAN, Yasa INM, Jember IM. 2013. Partisipasi Masyarakat dalam

Pengelolaan Sampah di Kabupaten Badung. Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana [Internet].

Tersedia pada:

http://ojs.unud.ac.id/index. php/EEB/ article/download/5380/4152.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan anugerahNya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang

Sesi terakhir kegiatan training, setelah penyampaian materi dari narasumber dan praktek langsung oleh peserta, dilanjutkan dengan diskusi untuk menyusun kegiatan aksi apa

Dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Batang, terdapat mata pelajaran sejarah wajib atau sejarah Indonesia dan mata pelajaran sejarah pilihan yaitu sejarah

Selanjutnya PP Nomor 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga pada pasal 1 (1) menjelaskan sampah rumah tangga

Perubahan cara berpikir masyarakat mengenai pengelolaan sampah rumah tangga untuk mengurangi sampah di sumber melalui partisipasi warga harus diintegrasikan ke

Mahsiswa dapat memahami dan mengerti tentang pandangan hidup, cita-cita, kebajikan, keyakinan, usaha atau perjuangan, langkah- langkah pandangan hidup serta kaitannya dengan

Dengan dilaksanakannya model pendekatan taktis pada pembelajaran sepak takraw diharapkan sebagai bahan masukan, alternatif pembelajaran dan informasi yang dibutuhkan oleh

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Kemampuan penalaran matematik dengan metode Problem Solving lebih baik daripada konvensional; (2) Kemampuan penalaran