• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI “BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT” DI DUSUN BADEGAN BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI “BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT” DI DUSUN BADEGAN BANTUL"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN

SAMPAH MELALUI “BENGKEL KERJA KESEHATAN

LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT”

DI DUSUN BADEGAN BANTUL

OLEH :

ALIEDHA NOORRAFISA PUTRI

D 0306018

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan panitia penguji skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pembimbing

(3)

commit to user iv

MOTTO

· Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan

tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,agar mereka kembali (ke jalan yang benar)

(QS Arruum : 41)

· Maka sesungguhnya dibalik kesukaran terdapat kemudahan yang menyertai.

Sungguh beserta kesukaran terdapat kemudahan yang menyertai

(QS Al Insyiroh :4-5)

· Jangan belajar untuk menjadi sukses, tapi belajarlah untuk membesarkan jiwa.

Kejarlah kesempurnaan, maka kesuksesan akan menghampiri.

(3 idiots movie, 2009)

· Belajarlah untuk melihat dunia dengan kacamata positif, karena dengan begitu

seburuk apapun yang terjadi akan selalu ada hal ‘baik’ yang dapat dipetik

(4)

commit to user v

HALAMAN PERESEMBAHAN

Kagem ibuku, ibuku, ibuku juga bapakku, terimakasih untuk do’a, cinta kasih tak terhingga dan motivasi tanpa tandingan. Robbighfirlii waliwalidayya

warhamhumaa kamaa robbayanii shoghiroo

Adek-adek tercinta, untuk support dan doa tak tergantikan

(5)

commit to user KATA PENGANTAR

Sembah syukur tak terkira kepada Allah Ta’ala atas segala nikmat serta karunia

sehingga penulis dapat menyelesaikan tahapan demi tahapan dalam penyusunan

skripsi ini. Sungguh tanpa kasih-Nya penulis tidak akan akan mampu menyelesaikan

karya sederhana berjudul :

“ PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (BKKLBM)”

Skripsi ini disusun dan dipersiapkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar

sarjana di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sebelas Maret.

Berbagai pihak telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan

skripsi ini, maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Seluruh dosen Jurusan Sosiologi FISIP UNS atas ilmu dan pengetahuan yang

telah diberikan kepada penulis selama ini.

5. Seluruh staff pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sebelas Maret untuk pelayanan yang sangat memudahkan penulis.

6. Kepada Bapak Bambang Suwerda, SST, M.Si beserta segenap Kru

BKKLBM. Terimakasih untuk pembelajaran yang sangat berharga selama

(6)

commit to user

7. Keluarga Bapak Harjono dan Ibu Widowati atas kesediaan menampung

penulis selama bermukim di Dusun Badegan. Serta seluruh warga masyarakat

Dusun Badegan yang telah menyediakan ruang bagi penulis untuk belajar.

8. Bapak dan Ibu tercinta, untuk support, doa serta segala fasilitas yang

disediakan untuk memudahkan penulis. Terimakasih untuk kasih sayang yang

luar biasa.

9. Elsyafa Azizun Nisa dan Alfaini Husna Fie, untuk support, doa dan bantuan

selama pengerjaan skripsi ini.

10. Keluarga besar Mutiara Permata Bangsa.

11. Sahabat terbaik Putri, Desta, Dila, serta seluruh teman-teman Sosiologi 2006

yang tidak dapat penulis sebut satu per satu

12. HIMASOS beserta seluruh awaknya, terima kasih untuk kesempatan bagi

penulis berproses dan bejalar.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu selama proses penulisan skripsi ini berlangsung

Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan

dalam penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan

guna perbaikan penelitian selanjutnya hingga menjadi lebih baik. Akhirnya penulis

hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, memberikan sumbangan

pemikiran dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca sekalian.

Surakarta, September 2010

(7)

commit to user

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR BAGAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

1.5. Tinjauan Pustaka ... 8

1.6. Konsep Yang Digunakan ... 15

1.7. Kerangka Berpikir ... 18

1.8.Metodologi Penelitian ... 20

1.8.1. Jenis penelitian ... 20

1.8.2. Lokasi Penelitian ... 21

1.8.3. Jenis Data ... 21

1.8.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22

(8)

commit to user

xi

BAB II DESKRIPSI LOKASI

2.1.Deskripsi Dusun Badegan ... 35

2.1.1. Letak dan Batas Wilayah ... 35

2.1.2. Demografi Dusun ... 36

2.1.3. Potensi Dusun ... 36

2.2.Profil BKKLBM ... 39

2.2.1. Latar Belakang Berdiri ... 40

2.2.2. Tujuan BKKLBM ... 40

2.2.3. Visi BKKLBM ... 41

2.2.4. Misi BKKLBM ... 41

2.2.5. Kelembagaan dan Sistem Manajemen ... 41

2.2.6. Hubungan Kelembagaan ... 44

2.2.7. Program Kerja ... 35

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.Profil Informan ... 46

3.2.Budaya dan Perilaku Masyarakat Tehadap Sampah... 49

3.3.Partisipasi Perempuan dalam Pengelolaan Sampah ... 62

3.4.Peran BKLBM ... 77

3.4.1. Peran dalam Pemberdayaan Perempuan ... 78

3.4.2. Peran dalam Pengelolaan Lingkungan ... 86

(9)

commit to user

xii

BAB VI KESIMPILAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan ... 108

4.2.Saran ... 110

(10)

commit to user

viii

Aliedha Noorrafisa Putri D0306018 PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM

PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI “BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN” DI DUSUN BADEGAN BANTUL Jurusan Sosiologi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah rumah tangga melalui sebuah lembaga masyarakat yakni Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan (BKKLBM) di Dusun Badegan Bantul serta bagaimana BKKLBM berperan dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penelitian skripsi ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus dipilih karena biasa digunakan untuk meneliti fenomena kontemporer dalam kehidupan nyata, kasus yang spesifik serta memiliki batasan yang jelas. Proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yakni observasi partisipatoris, wawancara serta penelaahan dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan dengan studi ini. Penulis menggunakan teknik

pengambilan sampel purposive sampling dan snowball sampling, sehingga sampel

yang diambil penulis benar-benar representatif serta mengetahui secara pasti apa yang penulis butuhkan. Informan dalam penelitian ini berasal dari pihak perempuan/masyarakat partisipan BKKLBM, pengelola BKKLBM, serta pemerintah dusun dan kelurahan setempat. Hal ini difungsikan sebagai trianggulasi konstruk yang dalam penelitian studi kasus digunakan sebagai uji validitas data.

Partisipasi perempuan dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga masing-masing dapat terbilang baik. Hal ni diperoleh dari wawancara dengan penduduk setempat serta dicocokkan dengan data yang dimiliki oleh BKKLBM. Partisipasi tersebut berupa pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, menabung sampah di Bank Sampah milik BKKLBM, membuat kerajinan dari sampah, dan sebagainya. Adapun peran BKKLBM sendiri sebagai fasilitator pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan adalah dengan menstimulus perempuan untuk peduli dengan sampah dan mencintai lingkungan. Peran dalam pengelolaan lingkungan dirintis BKKLBM mulai dari hal kecil dan sederhana namun tepat guna, seperti pengelolaan air sederhana, pembuatan kompos, biopori, serta daur ulang sampah yang sudah mulai digeluti secara professional.

(11)

commit to user

ix

Aliedha Noorrafisa Putri D0306018 WOMAN PARTICIPATION IN WASTE

MANAGEMENT TROUGH “BENGKEL KERJA KESEHATAN

LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT” IN BADEGAN VILLAGE BANTUL Department of Sociology, Faculty of Social Science and Political

Science, Sebelas Maret University

The aims of this research are not only to know how woman participation in household waste management trough a community organization named Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat ( BKKLBM) in Badegan Village Bantul but also to know how BKKLBM play a part in empowering of woman and management of environment. This is a qualitative research by using case study method. Case study method selected because it commonly use to check contemporary phenomenon in reality life, specific case and also have clear limit. Process of data collecting conducted with several techniques, which are participative observation, interview and also observation of documentations related to this study. The writer use purposive sampling technique and snowball sampling technique to take some samples for this research, so that the samples taken by the writer is really representatives and also knowing better what the writer needs for this research. Informants of this research had been taken from woman or participants of BKKLBM, organizers of BKKLBM and also government of local sun-district (kelurahan) and village government. This matter is functioned as construct triangulation which in case study method used as data validity test.

(12)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tuhan menciptakan lingkungan sebagai bagian dari kehidupan manusia

yang dapat dimanfaatkan dan dijaga kelestariannya. Lingkungan hidup manusia

mencakup segala macam sumber daya alam yang ada di sekitar manusia. Sebagai

satu kesatuan, manusia dan lingkungan hidup (yang termasuk di dalamnya

tumbuhan, hewan, jasad renik dan sebagainya) hidup berdampingan dan

berinteraksi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya demi kelangsungan hidup

mereka.

Dewasa ini, persoalan tentang lingkungan hidup mulai lebih banyak

mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, baik akademisi pemerhati

lingkungan, politisi maupun masyarakat awam. Hal ini disebabkan semakin

memburuknya kondisi bumi dalam beberapa dekade terakhir. Menipisnya lapisan

ozon, lahan hutan yang banyak berkurang serta tingkat emisi gas yang tinggi yang

dihasilkan oleh negara-negara industri ditengarai menjadi penyebab meningkatnya

suhu permukaan bumi. Suhu permukaan bumi yang semakin panas menyebabkan

es di kutub utara dan selatan mencair, akibatnya permukaan air laut terus

meningkat. Bila permukaan air laut terus meningkat maka lambat laun

(13)

commit to user

Di Indonesia kerusakan lingkungan secara luas dan massif terjadi sejak tiga

dekade terakhir yan ditandai dengan lahirnya tiga UU yang membuka peluang

eksploitasi sumber daya alam Indonesia secara besar-besaran. Ketiga UU tersebut

adalah UU Kehutanan tahun 1967 (diubah tahun 1999), UU Pertambangan tahun

1967, serta UU Penanaman Modal Dalam dan Luar Negeri tahun 1967. Sejak

adanya UU tersebut berturut-turut masuklah investor asing untuk mengeruk

sumber daya alam Indonesia tanpa peduli dengan akibat dari eksploitasi yang

dilakukan. Sejak saat itu pula kerusakan-kerusakan lingkungan hidup di Indonesia

terjadi dan terus meluas, dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Kondisi tersebut

diperparah dengan keadaan di masa itu di mana aturan perlindungan lingkungan

dan kesadaran lingkungan belum berkembang seperti sekarang. Kerusakan

lingkungan terus dibiarkan hingga tahun 1980-an.1 Namun demikian, kini mulai

muncul upaya penyelamatan lingkungan, dengan disahkannya UU Lingkungan

Hidup yang telah diperbaharui yakni UU No. 32 Tahun 2009.

Berbicara mengenai lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan dari peranan

perempuan. Sejatinya perempuan berpotensi besar dalam penanganan atau

pelestarian lingkungan hidup. Namun, posisi perempuan yang masih belum juga

menguntungkan membuat perempuan acapkali dipandang sebelah mata.

Rentannya posisi perempuan ini diantaranya diakibatkan oleh kuatnya dominasi

budaya patriarki yang telah mengakar di masyarakat, sehingga hal ini membuat

posisi perempuan semakin lemah. Prinsip kesetaraan gender yang akhir-akhir ini

1

Arimbi Heroepoetri, dalam artikel Sekilas Masalah Lingkungan di Indonesia yang dimuat dalam kumpulan artikel Gender, Lingkungan dan Pengurangan Kemiskinan diterbitkan oleh kerja sama DFID British Council Link Program Team, University of Brighton UK, dan Program Kajian Wanita Pasca Sarjan UI, 2003.

(14)

commit to user

marak diusung oleh beberapa kalangan ternyata masih belum sepenuhnya mampu

mengangkat perempuan dari ketertindasan, eksploitasi dan keterpurukan.

Ketika terjadi kerusakan lingkungan yang merupakan akibat dari

penggunaan sumber daya alam yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan,

maka perempuan menjadi pihak yang paling beresiko terkena dampak dari

kerusakan lingkungan tersebut. Kehidupan perempuan sebagian besar memang

bersentuhan langsung dengan alam, mulai dari kegiatan rumah tangga, produksi,

konsumsi hingga kegiatan sosial perempuan, pendek kata perempuan lebih sering

berhubungan langsung dengan alam ketimbang laki-laki.

Peran perempuan dalam melestarikan lingkungan memang belum banyak,

namun bukan berarti tidak ada. Ruang untuk keterlibatan perempuan secara lebih

mendalam juga dirasa belum memadai. Perempuan sering tidak dilibatkan dalam

sebagian besar kebijakan dan kontrol terhadap sumber daya alam yang menopang

kehidupan mereka. Padahal pada target capaian Millenium Development Goals

(MDG’s) pada tahun 2015, mensyaratkan pentingnya keterlibatan perempuan

pada semua tujuan yang akan di capai. Mengikutsertakan perempuan dalam

pengelolaan lingkungan adalah agar perempuan memahami betapa pentingnya

lingkungan sehingga perempuan akan menjaga, memelihara lingkungan, dengan

demikian perempuan akan mempunyai andil besar untuk menjaga, memelihara

lingkungan dengan baik dan juga dapat menjaga kebersihan lingkungan dari

lingkup yang paling kecil.2

2

(15)

commit to user

Sejauh ini tercatat ada 18 perempuan-perempuan perkasa pemerhati

lingkungan dari sembilan propinsi di Indonesia penerima penghargaan Kalpataru

selama kurun waktu 1980 sampai 2008.3 Jumlah tersebut dirasa masih sangat

minim. Di samping itu, masih banyak ibu rumah tangga kita yang belum

memahami betul pentingnya menjaga lingkungan, mereka tidak memilah sampah

rumah tangga, melakukan pemborosan dalam penggunaan plastik, dan

sebagainya. Padahal dampak kerusakan lingkungan lebih sering dirasakan oleh

perempuan, seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya. Contoh sederhana

adalah ketersediaan air. Berkurangnya ketersediaan air lebih dirasakan kaum

perempuan karena mereka merupakan pemakai air terbesar dalam rumah tangga.

Perempuan yang belum terlibat dalam pelestarian lingkunga tersebut bukan berarti

mereka tidak tergerak atau acuh terhadap permasalahan lingkungan, namun bisa

jadi arena keterbatasan pengetahuan dan akses yang mereka miliki.

Kedekatan antara perempuan dan lingkungan menumbuhkan paham

ecofeminisme. Paham ecofemisme muncul pertama kali pada tahun 70-an. Adalah

Francoisc d’Eaubonne seorang feminis Prancis yang memperkenalkan

ecofeminisme. Dalam karangannya yang berjudul Le Feminisme ou la Mort (1974)

ia mengemukakan bahwa kontrol lelaki terhadap produksi dan seksualitas

perempuan telah mengakibatkan kerusakan ganda pada lingkungan melalui

surplus produksi dan kelebihan populasi melalui surplus kelahiran. Menurut

D’Eaubonne, pertalian antara perempuan/keperempuanan dan sikap ramah tamah

3

(16)

commit to user

terhadap alam dunia dalam mencari perubahan sosial akan mengatasi masalah dan

memperlihatkan kkedekatan dengan alam, dibandingkan dengan lelaki.4

Di belahan dunia selatan, gerakan ecofeminisme dipelopori oleh Vandana

Shiva. Shiva mengungkapkan adanya gendered nature atau alam memiliki

dimensi gender. Ekofeminisme menurut Vandana Shiva adalah keseluruhan cara

pandang dunia yang lebih dari sekadar menggabungkan penyelamatan lingkungan

dengan perjuangan hak-hak perempuan, melainkan juga meliputi seluruh

kompleks persoalan yang dihadapi manusia, dari kemiskinan, kelaparan,

penolakan privatisasi air, penghapusan utang, perdamaian dunia, antirekayasa

genetika dan plasma nuftah, dan gongnya adalah menolak pasar bebas.5

Gadis Arivia dalam artikel Ekofeminisme: Lingkungan Hidup Berurusan

dengan Perempuan mengungkapkan jika perempuan dan alam mempunyai

kesamaan simbolik karena sama-sama ditindas oleh manusia yang berciri

maskulin. Dalam praktek-paktek yang berkaitan dengan lingkungan hidup ada

hubungan kekuasaan yang tidak adil, memarginalisasikan perempuan dan merusak

lingkungan. Misalnya di masyarakat pedesaan di negara yang sedang

berkembang, relasi kekuasaan yang tidak seimbang antara perempuan dan

laki-laki mempengaruhi jenis tanaman apa yang akan ditanam.6

Permasalahan lingkungan hidup termasuk di dalamnya permasalahan

tentang sampah yang hingga kini masih belum juga ditemukan solusinya secara

global. Penanganan sampah yang ada selama ini selalu bertumpu pada pendekatan

4

Mary Mellor dalam artikel berjudul Pemikiran Ekofeminis (1997) yang dimuat dalam kumpulan artikel Gender, Lingkungan dan Pengurangan Kemiskinan, ibid, 2003.

5 www.ccde.com diakses tanggal 13 Februari 2010 pukul 11:56:38

6

(17)

commit to user

akhir (end of pipe), yakni memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat yang

lain (TPS/TPA). Penanganan sampah yang demikian sama halnya dengan

memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat yang lain. Bila hal ini terus

menerus dilakukan maka dalam beberapa dekade ke depan bumi tercinta ini akan

penuh dengan timbunan sampah.

Merespon kondisi tersebut, pemerintah mengeluarkan UU Pengelolaan

Sampah no 18 tahun 2008. Dalam UU tersebut tersebut pemerintah mendorong

adanya pengelolaan sampah langsung dari sumbernya. Sumber sampah

berdasarkan UU tersebut adalah asal dari timbulan sampah, seperti rumah tangga,

industri, pusat perbelanjaan, perkantoran dan sebagainya. UU Pengelolaan

Sampah tersebut juga menjelaskan pentingnya kegiatan 3R (Re-use, Reduce, &

Recycle) 7 agar volume sampah tidak terus bertambah.

Maka melibatkan perempuan dalam hal pengelolaan sampah adalah salah

satu cara terbaik yang dapat ditempuh demi terciptanya lingkungan hidup yang

lebih baik di masa mendatang. Namun seringkali perempuan belum memiliki

pemahaman yang cukup tentang penglolaan sampah, khususnya sampah rumah

tangga. Perempuan memiliki andil yang sangat besar di kehidupan rumah tangga

masing-masing, sehingga perempuan akan lebih mudah mengorganisir

gerakan-gerakan pro lingkungan di lingkup rumah tangga masing-masing. Selain itu,

7 Reduce : mengurangi atau meminimalisir barang atau material yang menimbulkan sampah, seperti mengurangi penggunaan kantong plastik

Reuse : memakai kembali , menggunakan barang yang dapat dipakai berulang-ulang serta menghindari barang atau material sekali pakai, buang. Seperti menggunakan kotak makan ketika membeli makanan ketimbang menggunakan bungkus styrofoam

(18)

commit to user

faktor kedekatan perempuan dengan lingkungan hidup juga menjadi salah satu

alasan yang kuat, ketika keseimbangan alam terganggu akibat adanya timbunan

sampah, perempuanlah yang akan merasakan dampaknya pertama kali.

Berangkat dari kesadaran tersebut, maka di Dusun Badegan Bantul

dibentuklah sebuah Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat –

selanjutnya penulis singkat dengan BKKLBM- yang memiliki program unggulan

salah satunya adalah Bank Sampah Gemah Ripah (Gerakan Memilah dan

Me-reuse Sampah). Bambang Suwerda, SST,M.Si salah seorang warga Dusun

Badegan yang mencetuskan ide pembentukan BKKLBM. Berawal dari

keprihatinan melihat kondisi lingkungan yang ada ditambah pula musibah gempa

yang melanda Bantul di tahun 2006 lalu, terbentuklah lembaga tersebut.

BKKLBM menjawab krisis lingkungan dengan tidakan nyata serta melibatkan

masyarakat, khususnya perempuan, bukan mengabaikan atau memandang

perempuan sebelah mata.

Salah satu program pokok dalam pelestarian lingkungan adalah pengelolaan

sampah yang berbasis masyarakat. Sampah yang dikelola di BKKLBM paling

banyak berasal dari sampah rumah tangga. Dengan demikian secara tidak

langsung BKKLBM telah membantu meningkatkan kualitas perempuan dalam hal

pengelolaan sampah. Perempuan, ibu-ibu rumah tangga di Dusun Badegan Bantul

dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan rumah tangga. Di samping itu,

BKKLBM juga memberikan pembelajaran baru bagi perempuan dan masyarakat

luas di Dusun Badegan Bantul tentang pengelolaan sampah dan lingkungan yang

(19)

commit to user

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dibuat untuk memfokuskan kajian dalam penelitian ini

sehingga, mempermudah proses pengambilan data dan pelaporan hasil penelitian.

Oleh karena itu pada penelitian ini pun dibuat rumusan masalah, yaitu :

1. Bagaimana partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah melalui

Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat?

2. Bagaimana peran Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis

Masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan

di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah

melalui Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di

Dusun Badegan Bantul Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui peran Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis

Masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan sampah di

(20)

commit to user

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bagaimana partisipasi perempuan

dalam pengelolaan sampah, serta peran BKKLBM dalam pemberdayaan

perempuan dan pengelolan sampah.

2. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, serta

memperluas khasanah ilmu terutama kajian-kajian sosiologis yang

berhubungan dengan partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah

serta tentang peran LSM/Ormas dalam hal pemberdayaan perempuan dan

pengelolaan lingkungan.

E. TINJAUAN PUSTAKA

Persoalan lingkungan hidup, pengelolaan sampah dan limbah tidak dapat

dilepaskan begitu saja dari campur tangan masyarakat. Masyarakat dengan

individu-individu di dalamnya sebagai komponen terpenting dalam upaya

menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

Masyarakat merupakan objek ilmu sosiologi. Sosiologi berasal dari bahasa

Yunani socio dan logos yang secara harfiah berarti ilmu tentang masayarakat.

Beberapa tokoh memberikan definisi sosiologi yang berbeda-beda, meskipun

substansinya tetap sama yakni mempelajari masyarakat. Pitirim A Sorokin

mendefinisikannya sebagai berikut :

(21)

commit to user

ekonomi dengan agama, dsb); antara gejala sosial dengan gejala non-sosial; serta mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial. ” 8

Selo Soemardjan dan Solaeman Sumardi memberikan definisi sosiologi sebagai

berikut :

“ Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.”9

Selain kedua tokoh tersebut, Roucek dan Warren juga mengemukakan definisi

sosiologi sebagai :

“ …ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. “10

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sosiologi

mempelajari masyarakat dengan melihat hubungan timbal balik antara manusia

dengan lingkungan sekitarnya, termasuk didalamnya proses-proses sosial, struktur

sosial, gejala sosial atau non-sosial serta perubahan sosial yang terjadi.

Permasalahan masyarakat terus berkembang seiring dengan perkembangan

zaman. Masyarakat bergerak dan berubah, perubahan-perubahan tersebut dapat

dianalisis dengan berbagai macam teori dan paradigma yang ada di dalam ilmu

sosiologi. George Ritzer dalam bukunya Sosiologi Ilmu Pengetahuan

Berparadima Ganda menyebutkan, terdapat tiga paradigma yang digunakan dalam

Sosiologi, yaitu Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Definisi Sosial dan

8 Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,2006, hlm 19 9 Ibid,hlm 20

10

(22)

commit to user

Paradigma Perilaku Sosial. Pada penelitian ini penulis menggunakan paradigma

perilaku sosial yang sesuai dengan permasalahan yang akan penulis kaji.

Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan

antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud terdiri dari

dari :

a. Bermacam-macam objek sosial

b. Bermacam-macam objek non sosial

Prinsip yang menguasai antar hubungan individu dengan objek sosial adalah

sama dengan prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan objek

non-sosial. Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku

indiviu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang

menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan

menimbulkan perubahan terhadap perilaku. Jadi terdapat hubungan yang

fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi di lingkungan

aktor.11

Teori-teori yang terdapat dalam paradigma ini adalah Teori Behaviorial

Sociology dan Teori Exchange. Sesuai dengan issue yang penulis angkat, maka

teori yang digunakan adalah teori behavioral sociology.

Behavioral sociology dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prisip

psikologi perilaku ke dalam sosiologi. Teori ini memusatkan perhatiannya pada

hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor

11

(23)

commit to user

dengan tingkah laku aktor. Teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang

terjadi melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. 12

Berbicara tentang partisipasi masyarakat, sedikit banyak tentu akan

berkaitan dengan konsep Community Development. Partisipasi merupakan salah

satu unsur terpenting dalam konsep communitydevelopment. Seperti dikutip dari

Hasim dan Remiswai, Community Development merupakan satu pendekatan

pekerjaan sosial yang bekerja dengan komunitas dan melibatkan partisipasi aktif

dari komunitas terutama komunitas lokal dalam memenuhi kebutuhan dan

menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan menggunakan

sumber-sumber yang tersedia di dalamnya. 13

Partisipasi menjadi salah satu faktor terpenting agar terciptanya lingkungan

hidup yang lebih baik. Sherry Arnstein mendefinisikan strategi partisipasi yang

didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat (komunitas) dengan

badan pemerintah (agency). Dengan pernyataannya bahwa partisipasi masyarakat

identik dengan kekuasaan masyarakat (citizen partisipation is citizen power).14

Arnstein kemudian mengelompokkan partisipasi dalam beberapa tipe yang

mewakili proses-proses partisipasi yang berbeda-beda, yang didasarkan pada

distribusi kekuasaan. Tipe-tipe partisipasi tersebut lebih dikenal dengan 8 tangga

partisipasi Arnstein. Arnstein menggunakan anak tangga karena masing-masing

anak tangga merupakan tahapan-tahapan partisipasi yang memiliki karakter

masing-masing.

12 Ibid, hlm 74

13 Dr Hasim, M.Si, dkk, Community Development Berbasis Ekosistem, 2009, hlm 47

14

(24)

commit to user

Bagan Tangga partisipasi menurut Arnstein15

Tangga terbawah merepresentasikan kondisi tanpa partisipasi (non

participation), meliputi: (1) manipulasi (manipulation) dan (2) terapi (therapy).

Kemudian diikuti dengan tangga (3) menginformasikan (informing), (4)

konsultasi (consultation), dan (5) penentraman (placation), dimana ketiga tangga

itu digambarkan sebagai tingkatan tokenisme (degree of tokenism). Tokenisme

dapat diartikan sebagai kebijakan sekadarnya, berupa upaya superfisial (dangkal,

pada permukaan) atau tindakan simbolis dalam pencapaian suatu tujuan. Jadi

sekadar menggugurkan kewajiban belaka dan bukannya usaha sungguh-sungguh

untuk melibatkan masyarakat secara bermakna. Tangga selanjutnya adalah (6)

15

(25)

commit to user

kemitraan (partnership), (7) pendelegasian wewenang / kekuasaan (delegated

power), dan (8) pengendalian masyarakat (citizen control). Tiga tangga terakhir

ini menggambarkan perubahan dalam keseimbangan kekuasaan yang oleh

Arnstein dianggap sebagai bentuk sesungguhnya dari partisipasi masyarakat.16

Pada tataran pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan,

konsep-konsep tersebut menurut penulis sangat dapat diterapkan. Manajemen sampah

yang selama ini diberlakukan hanyalah memindahkan sampah dari rumah ke

tempat sampah tingkat desa atau kelurahan kemudian dipindah lagi ke tempat

pembuangan akhir milik pemkot, pemkab ataupun pemprov. Hal ini tentu bukan

penyelesaian yang solutif. Memindahkan sampah dari satu TPS ke TPS lain

kemudian ke TPA sama halnya dengan memindahkan masalah. Sehingga

diperlukan sistem pengelolaan sampah yang berbasis partisipasi masyarakat agar

masyarakat menyadari akan pentingnya menjaga lingkungan dengan tidak

memusuhi sampah, namun dengan mendayagunakan atau mendaur-ulang sampah.

Volume sampah yang terus bertambah seiring dengan semakin banyaknya

tingkat konsumsi masyarakat menjadikan permasalahan sampah semakin

kompleks. Mengurangi konsumsi sampah bisa dijadikan salah satu cara untuk

mengurangi timbulan sampah, namun hal tersebut tentu berpengaruh pada

perekonomian, dimana hal tesebut dapat menurunkan minat konsumsi masyarakat

pada barang-barang tertentu. Hal ini membuktikan bahwa sampah merupakan

permasalah yang berkaitan dengan semua bidang, kesehatan. Lingkungan, social,

(26)

commit to user

budaya dan perekonomian. PB Anand dalam jurnalnya Waste Management in

Madras Revisited menyebutkan

“ Waste is an inevitable by-product (for some, a consequence) of economic development; in per capita terms, the greater the GNP, the greater the quantity of waste produced each day. We also know that as low or middle-income countries pursue economic growth, their urban populations grow: the greater the GNP per capita, the greater the percentage of population living in urban areas. At the same time, in most cities, external costs are not internalized – for example, the become sustainable, such cities would have to stop “ freeloading” and would have to pay the long-term marginal costs for consuming the resources. Deciding on what the city should pay is one thing; translating this into costs for citizens and businesses (as user charges) is another. Research into issues of how citizens value these improvements and what institutional arrangements they prefer gains relevance in such a context.”17

Dalam tulisan tersebut disebutkan sampah merupakan produk tidak

terelakkan sebagai konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi. Semakin besar GNP

suatu Negara, semakin besar pula sampah yang dihasilkan setiap hari.

Negara-negara berkembang pun juga mengupayakan pertumbuhan ekonomi, populasi di

perkotaan tumbuh dengan pesat, semakin besar GNP per kapita maka akan

semakin besar pula populasi penduduk di perkotaan. Pada saat yang bersamaan, di

banyak kota, pengeluaran biaya tidak diinternalisasikan, seperti biaya untuk

penyediaan air bersih, polusi sungai dan sebagainya. Sementara tingkat polusi

limbah juga meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Jurnal tersebut

secara jelas menyebutkan keterkaitan pertubuhan ekonomi dengan volume

(27)

commit to user

sampah setipa hari. Bila hal yang demikian tidak tertangani maka akan sangat

berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia.

Mengelola atau mendaur-ulang sampah dapat menjadi salah satu pilihan

cerdas demi kelangsungan bumi ini. Mengelola sampah, terutama sampah rumah

tangga sehingga bernilai ekonomis bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Bagi

seorang ibu rumah tangga kegiatan memilah, memilih dan mengolah sampah ini

secara tidak langsung menjadi program pemberdayaan bagi mereka.

Pengelolaan sampah dan pengelolaan lingkungan yang baik membutuhkan

partisipasi perempuan disamping juga peran dari stake holder, dalam hal ini

BKKLBM (sebagai organisasi masyarakat), serta instansi pemerintah yang

memang berkaitan. Hal ini sebagaiman tercantum dalam jurnal Partnerships in

urban environmental management: an approach to solving environmental

problems in Nakuru, Kenya yang ditulis oleh Samson Wokabi Mwangi.

Disebutkan dalam jurnal tersebut

“ ...urban environmental management cannot successfully be achieved or sustained without cooperative and collective action between different actors. The potential role of partnership will not easily be realized unless a number steps are taken changes in attitude occur.”18

Manajemen lingkungan yang baik dan berkelanjutan tidak akan tercapai

tanpa adanya tindakan bersama antar aktor. Peran-peran yang potensial tidak akan

terwujud bila tidak adanya perubahan dalam perilaku atau sikap. Senada dengan

hal tersebut, Bambang Suwerda melalui BKKLBM nya, seolah ingin mengubah

18

(28)

commit to user

perilaku masyarakat serta menyadarkan perempuan untuk sebuah tujuan yang

bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.

Keterlibatan masyarakat khususnya perempuan dalam pengelolaan sampah

merupakan salah satu cara efektif untuk menggulangi permasalahan sampah,

khususnya sampah rumah tangga. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan

Budi Gunarto dalam penelitian skripsi mengenai Rancangan Model Managemen

Pengelolaan Sampah Kota Berbasis Pada Partisipasi Kaum Perempuan Khusunya

Ibu Rumah Tangga di Pemukiman dan Optimaslisasi Peran Pemulung di Kota

Surakarta pada tahun 2002. Penelitian Gunarto ini dilandasi akan permasalahan

sampah di berbagai kota. Penanganan sampah yang hanya menggunakan

pendekatan end of pipe tidak memberikan solusi melainkan justru mendatangkan

permasalahan baru, seperti TPA Akhir yang mulai penuh, bermunculannnya

penyakit yang disebabkan timbunan sampah, banjir dan sebagainya. Penelitian

yang diadakan pada 8 tahun silam tersebut membuktikan bahwa permasalahan

sampah dari dulu hingga sekarang masih belum tertangani dengan baik. Secara

umum pemerintah masih menggunakan pendekatan end of pipe. Penanganan

sampah setelah sampai di TPA pun hanya dengan metode open dumping maupun

sanitary landfill. Meskipun pada prakteknya di beberapa TPA lebih sering

digunakan metode open dumping. Seperti disebutkan Gunarto dalam

penelitiannya, Reduce, Reuse dan Recycle adalah model relatif aplikatif dan

bernilai ekonomis yang dapat diterapkan pada skala kawasan sehingga

memperkecil kuantitas dan kompleksitas sampah. Kini metode tersebut dirasa

(29)

commit to user

skala rumah tangga misalnya seperti yang dirintis oleh Bambang Suwerda, S.ST,

M.Si di Badegan Bantul. Meskipun menggunakan model yang sama, pengelolaan

sampah di Dusun Bantul lebih terpadu dengan mengandalkan komunitas

masyarakat serta terorganisasi lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya

pembentukan BKKLBM beserta divisi-divisinya. Penelitian yang dilakukan oleh

Gunarto lebih menitikberatkan pada peran pemulung dan ibu rumah tangga di

sekitar TPA Putri Cempo Mojosongo sedangkan yang terjadi di Dusun Badegan

Bantul adalah justru bertujuan mengurangi keberadaan pemulung di TPA

Piyungan maupun di Dusun Badegan khusunya.

F. KONSEP YANG DIGUNAKAN

1) Lingkungan hidup

Lingkungan hidup merupakan sistem kehidupan dimana terdapat campur

tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Otto Sumarwoto

mendefinisikan lingkungan hidup sebagai ruang yang ditempati suatu

makhluk hidup dengan benda hidup dan benda tak hidup. 19 Istilah

Lingkungan hidup dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup

di alam yang ada di bumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi secara

alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. 20

Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup

19 Otto Sumarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan,2004: 23 20

(30)

commit to user

termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan hidup,

hubungan yang terjalin diantaranya merupakan hubungan resiprositas,

dimana manusia dan lingkungan sama-sama saling membutuhkan satu

sama lain.

2) Pengelolaan Sampah

Berdasarkan kamus istilah lingkungan (1994)21, Sampah adalah bahan

yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau

utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat

dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau

buangan. Sampah merupakan sisa atau materi yang tidak lagi digunakan

dan memang harus dibuang. Persoalan sampah menjadi persaoalan yang

sangat serius mengingat jumlah sampah yang kian hari kian menumpuk.

Indonesia termasuk negeri dengan penanganan sampah yang buruk.

Banyak perusahaan-perusahaan industri besar yang menghasilkan

sampah kimia beracun namun tidak mengolahnya sesuai standar.

Pengelolaan sampah secara tepat dan berkelanjutan sangat diperlukan

demi terciptanya lingkungan yang bebas sampah. Ensiklopedi bebas

Wikipedia mengartikan Pengelolaan sampah adalah pengaturan yang

berhubungan dengan pengendalian timbunan sampah, penyimpanan,

pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan sampah. Pengelolaan

21

(31)

commit to user

sampah yang tepat akan berdampak positif bagi lingkungan. Idealnya,

pengelolaan sampah juga melibatkan warga masyarakat, dengan begitu

masyarakat akan mengerti bahwa sampah bisa menjadi bahaya yang

mengancam setiap saat bila tidak tertangani dengan tepat. Adapun untuk

membatasi kajian dalam penelitian ini, pengelolaan sampah yang penulis

maksudkan disini adalah pengelolaan sampah rumah tangga.

3) Partisipasi Perempuan

Partisipasi merupakan sebuah konsep yang dewasa ini semakin sering

digunakan dalam pemberdayaan masyarakat. Partisipasi memungkinkan

masyarakat untuk turut serta ambil bagian dan berperan aktif dalam

kegiatan-kegiatan maupun kebijakan yang akan diterapkan pada

masyarakat. Partisispasi sering diartikan dalam kaitannya dengan

pembangunan sebagai pembangunan masyarakat yang mandiri,

perwakilan, mobilisasi sosial, pembagian sosial yang merata terhadap

hasil-hasil pembangunan, penetapan kelembagaan khusus, demokrasi

politik dan sosial, reformasi sosial, atau bahkan yang disebut revolusi

rakyat.

4)Pemberdayaan Perempuan

Konsep Pemberdayaan sebagai terjemahan empowerment mengandung

dua pengertian yaitu (1) to give power or authority, mengalihkan

kekuatan atau mendelegasikan ke pihak yang lain, (2) to give ability to

(32)

commit to user

memberdayakan.22 Menurut Y Sugeng pemberdayaan merupakan alat

penting dan strategis untuk memperbaiki, memperbaharui dan

meningkatkan kinerja organisasi baik organsasi yang bergerak dalam

kegiatan pemerintahan maupun organisasi yang bergerak dalam kegiatan

dunia usaha/swasta.23 Pemberdayaan perempuan merupakan suatu

uasaha, proses yang bertujuan memberikan kemampuan bagi perempuan

sehingga perempuan dapat lebih banyak berperan dalam masyarakat.

Perempuan tidak lagi pasif serta tidak lagi tertinggal.

G. KERANGKA BERPIKIR

Manusia dan alam, merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Manusia hidup berdampingan dengan alam. Kajian tentang hubungan manusia

dan alam/lingkungan hidup telah ada sejak tahun 1980. Bermula dari adanya

kajian psikologi mengenai kesadaran ekologi (ecological awareness). Sosiologi

sendiri termasuk salah satu bidang ilmu yang juga memberikan perhatian pada

bidang lingkungan. Sosiologi lingkungan dicanangkan keberadaannya oleh Riley

Dunlap dan William Cotton di tahun 1978. 24 Sejak saat itu kajian mengenai

sosiologi lingkungan terus berkembang.

Kesadaran manusia akan pentingnya menjaga lingkungan dirasa mulai

pudar. Berbagai macam kecanggihan teknologi dan industri yang kini dinikmai

seluruh umat manusia di dunia harus dibayar mahal dengan rusaknya ekosistem

22 Randy R Wrihnatolo et all, Manajemen Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat, 2007:115-116

23 Drs.Y. Sugeng, SU, MM, Pemberdayaan Masyarakat, 2008, hlm 1 24

(33)

commit to user

alami. Hutan-hutan gundul, permasalahan sampah, air yang tercemar, polusi udara

dan suara adalah beberapa diantara sekian banyak persoalan lingkungan sebagai

dampak dari perbuatan manusia. Selama ini, manusia cenderung mengeksploitasi

alam dengan kandungan di dalamnya secara besar-besaran tanpa peduli dengan

kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Manusia modern merupakan representasi

paham antroposentrisme. Paham ini memandang alam sebagai alat untuk

menunjang dan memenuhi kebutuhan manusia. Mengutip Susilo, orientasi

manusia kepada alam tidak diletakkan sebagai tujuan tindakan sosial manusia,

melainkan alam haya sebatas sebagai alat bagi kepentingan manusia. Mental

manusia antroposentris terwujud dalam bentuk manusia berkarakter pembuka dan

pendobrak lahan baru. 25 Karakteristik manusia seperti ini sangat identik dengan

kehidupan manusia sekarang. Manusia selalu mencari cara agar terus maju dan

mangeksploitasi alam untuk mengeruk semua kekayaan alam.

Lambat laun, budaya yang tercipta di lingkungan masyarakat menjadi

budaya yang tidak mencintai lingkungan. Membuang sampah dan limbah rumah

tangga di sungai, terbiasa memakai plastik, styrofoam dan bahan yang sulit diurai

tanah yang lain dianggap sebagai suatu hal yang lumrah. Masyarakat kita tanpa

sadar telah “turut andil” dalam membuat kerusakan di bumi. Indonesia

menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya yang belum tertangani dengan

(34)

commit to user

Memberikan edukasi yang benar tentang sampah menjadi pe-er besar bagi

pemerintah. Pemahaman dan cara pandang masyarakat tentang sampah perlu

diubah. Salah satu caranya adalah dengan melibatkan masyarakat dalam

pengelolaan sampah di lingkup yang kecil. Hal ini tentu bukan perkara mudah.

Banyak pihak terkait yang harus dilibatkan misalnya, Pemda, NGO, Ormas dan

sebagainya.

Menyediakan ruang partisipasi bagi masyarakat terutama perempuan dalam

pengelolaan sampah, terutama sampah rumah tangga secara tidak langsung juga

dapat dikatakan sebagai upaya pemberdayaan. Perempuan diajak untuk lebih

proaktif dalam menangani kasus-kasus mengenai lingkungan di wilayah mereka.

Dengan adanya konsep partisipasi yang dikembangkan oleh BKKLBM, maka

perempuan secara tidak langsung telah diberdayakan untuk memahami dan

mencintai lingkungan. Pemberdayaan ini bukan berarti mengeksploitasi

perempuan namun untuk memberikan pengetahuan serta meningkatkan kapasitas

perempuan di Dusun Badegan agar lebih memahami lingkungannya demi masa

depan yang lebih baik.

H. METODOLOGI

1. Jenis Penelitian,

Penelitian ini menggunakan metode penelitan kualitatif. Penelitian

kualitatif menurut Denzin dan Lincoln (1994) adalah sebagai kajian yang

(35)

commit to user

its subjek matter” 27 Untuk mempermudah pendefinisian dari konsep

penelitian kualitatif maka dirumuskan karakteristik penelitian kualitatif.

Berikut, karakteristik penelitian kualitatif

a. Data penelitian diperoleh secara langsung dari lapangan bukan dari

laboratorium atau penelitian yang terkontrol.

b. Penggalian data dilakukan secara alamiah, melakukan kunjungan pada

situasi alamiah subyek

c. Untuk memperoleh makna baru dalam bentuk kategori-kategori

jawaban, periset wajib mengembangkan situasi dialogis sebagai situasi

yang alamiah28

Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi dasar bahwa realitas sosial

tidak mempunyai makna didalam dirinya sendiri melainkan sangat

tergantung pada interpretasi atau arti yang diberikan oleh seorang individu

kepadanya.

Untuk mendesain kerangka penelitian ini peneliti akan menggunakan

strategi penelitian studi kasus. Sesuai dengan rumusan masalah penelitian

ini. Studi kasus di gunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana atau

mengapa (how or why).29

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambi lokasi di Dusun Badegan Kelurahan Bantul,

Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul Yogyakarta dengan pertimbangan

BKKLBM berada di dusun tersebut.

27 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, 2006:4. 28 Ibid hlm 25

29

(36)

commit to user

3. Jenis Data

Penulis dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data, yakni :

a. Data Primer

Sumber data primer diperoleh dari key informan, yang menjadi

informan kunci sekaligus membukakan peta kondisi lapangan untuk

kemudian diperoleh subjek penelitian (informan) lain yang dibutuhkan

peneliti. Data primer ini sendiri di peroleh dari hasil wawancara

dengan informan yang merupakan tokoh masyarakat Dusun Badegan,

ibu rumah tangga nasabah Bank Sampah, pengelola Bank Sampah dan

sebagainya.

b. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari secara tidak langsung.

Data sekunder biasanya diperoleh dari data-data tertulis, seperti arsip,

buku, hasil-hasil penelitian sebelumnya, dan sebagainya yang dapat

mendukung peneliti dalam menganalisis masalah. Dalam hal ini,

referensi atau data tertulis dapat diperoleh dari dokumen-dokumen

milik BKKLBM ataupun data lain yang dapat mendukung penelitian

ini.

4. Teknik Pengumpulan Data,

Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus

memiliki enam teknik dalam pengumpulan data atau sumber bukti, yakni

(37)

commit to user

partisipasan serta perangkat-perangkat fisik. 30 Penulis menggunakan tiga

teknik pengumpulan data, yakni:

a. Observasi partisipatoris

Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat

nonverbal. Pada observasi partisipastoris, peneliti terlibat secara

langsung di dalam kegiatan-kegiatan yang sedang diamati. Dalam

hal ini peneliti memeliki peranan ganda, yaitu sebagai peneliti dan

pelaku kegiatan.31

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan wawancara dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh

pewawancara. 32 Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk

menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai

para pribadi, peristiwa, aktifitas, organisasi, perasaan, motivasi,

tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan

sebagainya, untuk merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai

bagian dari pengalaman masa lampau dan memproyeksikan hal-hal

itu dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan

datang. 33 Peneliti menggunakan teknik wawancara open-ended yang

30

Ibid, hlm101

31

Y.Slamet, Metode Penelitian Sosial, 2006:85-86

32 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 2005:168 33

(38)

commit to user

lazim digunakan pada penelitian studi kasus, dimana peneliti dapat

bertanya kepada informan kunci mengenai fakta-fakta suatu

peristiwa serta opini mereka mengenai peristiwa yang ada.34

Wawancara dilakukan dengan cara semi-formal, sehingga informan

lebih leluasa dalam menjawab, tidak kaku, namun tetap beracuan

pada daftar pertanyaan yang telah penulis buat sebelum melakukan

wawancara agar informasi yang diperoleh tidak terlalu melebar,

meskipun pada pelakasanannya, daftar pertanyaan tersebut

berkembang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

c. Dokumentasi

Pada penelitian ini penulis juga menggunakan data-data yang

diperoleh dari sumber dokumentasi yang dapat berupa hasil

penelitian, dokumen-dokumen administratif, artikel, dan buku yang

dapat mendukung penelitan ini. Dokumen-dokumen tersebut

diperoleh dari BKKLBM maupun dari sumber-sumber yang lain.

Peneliti juga melakukan pendokumentasian selama melakukan

observasi berupa foto, rekaman wawancara, serta fieldnote.

5. Teknik Pengambilan Sampel,

Pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif memiliki fungsi

yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Sampling dalam penelitian

kualitatif sering juga dinyatakan sebagai internal sampling. Sampling yang

34

(39)

commit to user

bersifat internal, sampel diambil untuk mewakili informasinya, dengan

kelengkapan dan kedalaman datanya.35

Dalam penelitian ini pengambilan sampel tidak dilaksanakan secara

kaku, melainkan lentur sesuai dengan kebutuhan penelitian. Teknik untuk

pengambilan sampel pada penelitian ini akan menggunakan teknik

purposive sampling yaitu pengambilan sample yang didasarkan atas

berbagai pertimbangan tertentu. Purposive sampling memiliki

kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap

mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan data

dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam

pelaksanaan pengumpulan data pilihan informan dapat berkembang sesuai

dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam meperoleh data. Teknik

yang digunakan adalah Snowball Sampling. Snowball Sampling adalah

penarikan sampel secara bertahap yang semakin lama jumlah inforannya

semakin banyak.36 Adapun jumlah informan yang penulis wawancarai

dalam penelitian ini sebanyak 10 orang dan 1 orang informan kunci

dengan rincian sebagai berikut :

· Penggagas BKKLBM : 1 orang

· Pengelola BKKLBM : 2 orang

· PKK/Dasawisma : 2 orang

· Partisipan BKKLBM/Masyarakat : 4 orang

· Tokoh Masyarakat : 1 orang

35

HB Sutopo,Metode Penelitian Kualitatif, 2005:54-55 36

(40)

commit to user · Pemerintah Kelurahan : 1 orang

Selain informan tersebut penulis juga dibantu oleh pemandu lapangan

yang disediakan oleh BKKLBM agar memudahkan penulis untuk masuk

ke dalam komunitas masyarakat Dusun Badegan. Adapun penggunaan

Snowball Sampling penulis gambarkan pada bagan di bawah ini

Pak Bambang

Mbak Yuni Pak Taufiq

Ibu Kemin Pak Panut

Ibu Tatik Ibu Ari Pak Agus Ibu Ismi

Ibu Sri

6. Validitas Data,

Validitas data diperlukan dalam suatu penelitian untuk menguji

kesahihan data yang diperoleh selama melakukan penelitian. Penilitian ini

menggunakan uji validitas yang memang relevan digunakan untuk studi

(41)

commit to user

Validitas konstruk dilakukan untuk menerapkan ukuran operasional

yang benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti. Ada tiga taktik yang

bisa dipakai untuk meningkatkan validitas konstruk, yaitu:

1) Penggunaan multi sumber bukti

2) Membangun rangkaian bukti selama pengumpulan data.

3) Meminta informan kunci meninjau ulang laporan studi

kasusnya.37

7. Teknik Analisis Data

a. Analisis Digram Venn PRA

Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif

Kondisi Pedesaan (PRA) adalah pendekatan dan metode yang

memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah

kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara

nyata. Metode PRA dicetuskan oleh Robert Chambers.

Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan diakui kegunaannya

ketika paradigma pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai

landasan pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Dalam

paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti

dalam proses pembangunan. Manusia dalam proses pembangunan tidak

hanya sebagai penonton tetapi mereka harus secara aktif ikut serta dalam

perencanaa, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati hasil pembangunan.

37

(42)

commit to user

Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam metode PRA antara lain

adalah : saling belajar dan berbagi pengalaman, keterlibatan semua

anggota kelompok dan informasi, orang luar sebagai fasilitator, konsep

triangulasi, serta optimalisasi hasil, orientasi praktis dan keberlanjutan

program. 38

Pada penelitian ini penulis memang tidak menggunakan teknik PRA

sebagai teknik penelitian, penulis hanya meminjam salah satu teknik yag

ada di dalam PRA untuk analisis antar lembaga yakni Diagram Venn.

Diagram venn dapat menggambrakan hubungan antar lembaga

berdasarkan peran serta kepentingan lembaga tersebut yang digambarkan

dalam lingkaran dengan ukuran yang berbeda, dimana lingkaran tersebut

saling berhubungan satu sama lain secara simbolis.

Diagram venn digunakan untuk menggambarkan perasaan di

kalangan peserta, kalangan organisasiatau kelompok setempat. Besarnya

pancake atau chapatti berbeda-beda satu sama lain, menggambarka bobot

berbeda yang dialokasikan pada organisasi atau kelompok dari sudut

pandang peserta. 39

b. Analisis Gender

Analisis Gender muncul karena adanya perbedaan kehidupan antara

laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut memicu timbulnya

ketidakadilan pada perempuan. Budaya-budaya patriarkhi yang banyak

dianut masyarakat menjadikan posisi perempuan dipandang sebelah mata

38 Robert Chambers seperti dikutip dari buku Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan oleh Britha Mikkelsen, 2001:21

39

(43)

commit to user

dibandingkan laki-laki. Tujuan dari analisis gender adalah adanya keadilan

bagi perempuan, bukan persamaan antara laki-laki dan perempuan.

Melalui teknik analisis gender berbagai kesenjangan maupun isu

gender yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungan akan dapat

teridentifikasi. Ketidakpahaman mengenai isu gender sangat

mempengaruhi kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang berdampak

merugikan aspirasi dan kepentingan perempuan.40

Dalam teknik Analisis Gender, terdapat tujuh kerangka kerja.

Namun dalam penelitian-penelitian sosiologis kerangka kerja yang lazim

digunakan terdapa empat, yakni Kerangka Kerja Harvard, Mosser

(Perencanaan Gender), Longwee (Pemberdayaan Perempuan), dan Kabeer

(Hubungan Sosial).

Adapun kerangka kerja yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah Kerangka Kerja Harvard. Kerangka kerja Harvard merupakan

kerangka kerja yang paling sederhana. Kerangka ini merupakan satu

jaringan (atau matriks) untuk mengumpulkan data di tingkat mikro

(komunitas atau rumah tangga).41 Kerangka analitis Harvard memiliki tiga

komponen utama, yakni :

v Profil Kegiatan

Mengidentifikasikan seluruh tugas produktif dan reproduktif serta

mengajukan pertanyaan : siapa melakukan apa?

v Profil Akses dan Kontrol

40

Dra Trisakti Handayani, et all, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, 2008:159

(44)

commit to user

Profil ini memperlihatkan siapa yang mempunyai akses terhadap

sumber daya dan kontrol atas penggunaannya. Siapa punya apa?

v Analisis Faktor dan Tren

Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh serta kecenderungan yang

terjadi.

Bagaimana kegiatan, akses, dan pola kontrol ditentukan oleh faktor

struktural (demografi, ekonomi, hukum, dan institusi) serta faktor

budaya, agama dan sikap. Apa konteks sosial dan ekonominya?

Tabel Profil Aktifitas

Aktifitas Produksi Laki-laki Perempuan

Dewasa Anak Dewasa Anak

Aktifitas 1

Aktifitas 2

Aktifitas 3

Aktifitas Reproduksi

Aktifitas 1

Aktifitas 2

(45)

commit to user

Tabel Akses dan Kontrol

Tabel Analisis Faktor dan Tren

Faktor-faktor

Dampak Kesempatan Kendala

Lk Pr Lk Pr Lk Pr

Faktor 1

Faktor 2

Faktor 3

Sumberdaya Laki-laki Perempuan

Akses Kontrol Akses Kontrol

Sumberdaya 1

Sumberdaya 2

Sumberdaya 3

Manfaat

Manfaat 1

Manfaat 2

(46)

commit to user

BAB III

HASIL PENELITIAN

Lingkungan, sampah dan masyarakat, ketiganya merupakan hal yang tidak

dapat dipisahkan dan saling berkaitan satu sama lain. Lingkungan akan sehat bila

sampah dikelola dengan baik, sampah dapat dikelola dengan baik bila masyarakat

yang menghasilkan sampah memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian

lingkungan. Pada bab ini, penulis akan memaparkan hasil penelitian dan pengamatan

penulis secara langsung di Dusun Badegan selama kurang lebih 6 minggu. Tulisan

pada bab ini didesain untuk memberikan jawaban atas pertanyaan pada rumusan

masalah yang penulis paparkan pada pendahuluan.

3.1. Profil Informan

Pada penelitian ini penulis dibantu oleh 10 orang informan dan 1 orang

informan kunci. Bertindak sebagai informan kunci adalah Bapak Bambang Suwerda,

SST, M.Si (44 tahun), yakni penggagas berdirinya BKKLBM yang juga merangkap

sebagai penasehat. Beliau adalah dosen atau staff pengajar di Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan DIY, jurusan Kesehatan Lingkungan. Beliau menjadikan

BKKLBM sebagai bentuk pengabdiannya bagi masyarakat luas di bidang kesehatan

(47)

commit to user

Adapun informan yang lain adalah sebagai berikut :

· Pengelola

1. Bapak Agus Sugiantoro, SH (45 tahun)

Direktur BKKLBM yang juga merupakan kakak ipar dari Bapak

Bambang Suwerda. Pekerjaan utama beliau sebagai seorang pengusaha

rental mobil. Meskipun kurang bisa begitu aktif dalam kegiatan

BKKLBM dikarenakan kesibukannya, namun beliau tetap

memonitoring dan memberikan masukan-masukan pada saat ada

permasalah, baik secara formal maupun informan.

2. Bapak Panut Susanto (55 tahun)

Direktur Bank Sampah Gemah Ripah yang juga ketua RT 12 Dusun

Badegan. Beliau memilih fokus untuk membesarkan Bank Sampah,

meskipun income yang diperoleh tidak seberapa besar. Jabatan sebagai

ketua RT membuat beliau lebih mudah melakukan pendekatan kepada

warga, hasilnya 95% warga RT 12 telah bergabung dengan BKKLBM

melalui Bank Sampahnya.

· Partisipan/Masyarakat

1. Ibu Sri (36 tahun)

Ibu rumah tangga partisipan BKKLBM serta merangkap sebagai

(48)

commit to user

sampah plastik karena karena dapat memberikan penghasilan tambahan

bagi keluarga serta menambah wawasan.

2. Ibu Ismiyati (45 tahun)

Ibu rumah tangga, seorang single parent yang menjadi pengrajin daur

ulang sampah plastik sekaligus staff teller Bank Sampah. Masih

memiliki hubungan persaudaraan dengan Bapak Panut dan Mbak Yuni

3. Ibu Ari (37 tahun)

Ibu rumah tangga, partisipan BKKLM yang sudah aktif sejak awal

berdirinya BKKLBM. Memiliki keterampilan menjahit kerajinan

berbahan sampah plastik tetapi enggan untuk menjadi pengrajin. Ibu

Ari juga merupakan pengurus PKK tingkat RT.

4. Mbak Yuni (20 tahun)

Mbak Yuni adalah Staff Teller Bank Sampah Gemah Ripah. Lulusan

SMK Negeri 3 Bantul yang juga seorang santri kalong1 di pesantren

yang letaknya bersebelahan dengan Dusun Badegan. Selain mengaji di

pesantren , kegiatan utama Mbak Yuni adalah mengurus BKKLBM.

· PKK/UPGK/Dasawisma

1. Ibu Kemin (60 tahun)

Ketua UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) Dusun Badegan.

Mantan tenaga kesehatan di sebuah rumah sakit yang juga aktif

(49)

commit to user

mengajar PAUD milik PKK Dusun Badegan ini tertarik pada kegiatan

BKKLBM karena ajakan Bapak Bambang.

2. Ibu Tatik Ruslan (50 tahun)

Merupakan kader PKK Dusun Badegan dan Dasawisma RT 11. Beliau

menaruh perhatian yang sangat besar pada pemberantasan Deam

Berdarah di Dusun Badegan. Karena merasa memiliki kesamaan

pendapat mengenai kesehatan lingkungan dengan BKKLBM, beliau

memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan BKKLBM.

· Tokoh Masyarakat

Bapak Taufiq Santosa (45 tahun)

Bapak Taufiq adalah Kepala Dusun Badegan yang belum ada 1 tahun

dilantik. Sebelum menjadi Kepala Dusun beliau termasuk sebagai salah

satu tokoh masyarakat di Dusun Badegan.

· Pemerintah Kelurahan

Bapak Sasmito (38 tahun)

Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan (Ka.Ur Ekbang) Kelurahan

(50)

commit to user

3.2. Budaya dan Perilaku Masyarakat Terhadap Sampah

Dusun Badegan, merupakan sebuah wilayah yang masih banyak memiliki lahan

untuk penghijuan. Seperti layaknya pemukiman desa yang hijau, sebagian besar

rumah-rumah penduduk Dusun Badegan memiliki halaman depan yang luas dan

dipenuhi dengan berbagai macam tumbuhan. Gempa bumi yang melanda propinsi

DIY di tahun 2006 silam membuat sebagian besar rumah penduduk Dusun Badegan

roboh bahkan tidak jarang rata dengan tanah. Gempa bumi meluluhlantakkan

bangunan rumah permanen milik warga, menyisakan puing-puing yang berserak.

Meskipun kini kehidupan penduduk Dusun Badegan telah kembali normal dengan

rumah-rumah baru yang mereka bangun pasca gempa, namun masih terdapat bencana

lain yang mengancam mereka, yakni bencana lingkungan. Lingkungan dusun yang

sebenarnya asri dan hijau terancam akibat ulah penduduk Dusun Badegan sendiri.

Pasca gempa, banyak sekali puing-puing bangunan yang terongok begitu saja,

sampah-sampah berserakan tidak diatasi dengan baik. TPS-TPS liar bertebaran di

beberapa sudut Dusun Badegan. Persoalan sampah tidak dapat disepelekan begitu

saja, karena penanganan sampah yang tidak tepat akan menimbulkan banyak dampak

negatif bagi masyarakat.

Keberadaan sampah tidak terlepas dari kehidupan manusia. Segala bentuk

aktifitas manusia menghasilkan sampah. Volume dan jenis sampah berbanding lurus

dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang-barang yang digunakan

(51)

commit to user

dihasilkan. Berdasarkan kamus istilah lingkungan tahun1994 "Sampah adalah bahan

yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama

dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan

manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan”2

Kondisi lingkungan di Dusun Badegan sebenarnya masih terbilang asri, banyak

pepohonan serta sawah yang terhampar luas. Di sekitar dusun juga belum banyak

pabrik-pabrik industri sehingga kondisi udara masih relatif bersih. Pencemaran

lingkungan justru seringkali dilakukan oleh penduduk Dusun Badegan sendiri. Hal ini

disebabkan karena sebagian besar penduduk Dusun Badegan masih sangat awam

tentang pengelolaan lingkungan dan pengelolaan sampah.

Sejatinya, permasalahan sampah tidak dapat diselesaikan secara individu,

karena permasalahan sampah merupakan permasalahan bersama masyarakat.

Individu-individu di dalam masyarakat yang hidup berdampingan terus memproduksi

sampah. Setiap tahunnya sampah yang dihasilkan oleh masyarakat terus meningkat

berdasarkan dengan tingkat konsumsi masyarakat. Semakin banyak tingkat konsumsi

masyarakat, akan semakin banyak pula sampah yang dihasilkan.

Penangan sampah pada skala masyarakat sangat tergantung dengan pola pikir,

budaya serta perilaku masyarakat terhadap sampah. Pola pikir tentang pengelolaan

sampah yang dianggap benar oleh masyarakat akan mempengaruhi perilaku

Gambar

Tabel Analisis Faktor dan Tren
Tabel1. Profil Aktifitas
Tabel Profil Akses dan Kontrol/Manfaat
Tabel tersebut terdiri dari akses dan kontrol terhadap sumber daya
+2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah bayi lahir massase uterus dengan arah gerakan circular atau maju mundur sampai uterus menjadi keras dan berkontraksi dengan baik.massase yang berlebihan

:DQJNR 3HQJDUXK 6WUDWHJL %DXUDQ« Nilai b4 yang merupakan koefisien regresi dari variabel X 4 (promosi) sebesar 0,248 mempunyai arti bahwa apabila tempat bertambah atau mengalami

SILIKA GEL DENGAN TEMBAGA(II) KLORIDA SEBAGAI DESIKAN ” belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan

Maharaja Sri Jayasakti adalah seseorang yang mempunyai kedudukan sebagai raja pada masa pemerintahan kerajaan Bali Kuno yang berkisar dari tahun 1055 M sampai tahun 1072

Perlakuan kimia untuk detoksifikasi mikotoksin OTA dengan bahan adsorben antara lain adalah menggunakan cholestyramine, sodium dan kalsium aluminium silikat (disebut

Penelitian ini memiliki fokus berupa bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menjaga akuntabilitas keuangan khususnya Desa Mojorejo Kecamatan Modo Kabupaten

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, mengenai pokok bahasan faktor-faktor perilaku konsumen yang mempengaruhi dalam keputusan pembelian

Menetapkan apakah sistem telah didesain untuk sesuai dengan kebijakan operasional dan pelaporan, perencanaan, prosedur, hukum, dan peraturan yang berlaku.. Melakukan