commit to user
PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN
SAMPAH MELALUI “BENGKEL KERJA KESEHATAN
LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT”
DI DUSUN BADEGAN BANTUL
OLEH :
ALIEDHA NOORRAFISA PUTRI
D 0306018
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan dihadapan panitia penguji skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing
commit to user iv
MOTTO
· Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Alloh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,agar mereka kembali (ke jalan yang benar)
(QS Arruum : 41)
· Maka sesungguhnya dibalik kesukaran terdapat kemudahan yang menyertai.
Sungguh beserta kesukaran terdapat kemudahan yang menyertai
(QS Al Insyiroh :4-5)
· Jangan belajar untuk menjadi sukses, tapi belajarlah untuk membesarkan jiwa.
Kejarlah kesempurnaan, maka kesuksesan akan menghampiri.
(3 idiots movie, 2009)
· Belajarlah untuk melihat dunia dengan kacamata positif, karena dengan begitu
seburuk apapun yang terjadi akan selalu ada hal ‘baik’ yang dapat dipetik
commit to user v
HALAMAN PERESEMBAHAN
Kagem ibuku, ibuku, ibuku juga bapakku, terimakasih untuk do’a, cinta kasih tak terhingga dan motivasi tanpa tandingan. Robbighfirlii waliwalidayya
warhamhumaa kamaa robbayanii shoghiroo
Adek-adek tercinta, untuk support dan doa tak tergantikan
commit to user KATA PENGANTAR
Sembah syukur tak terkira kepada Allah Ta’ala atas segala nikmat serta karunia
sehingga penulis dapat menyelesaikan tahapan demi tahapan dalam penyusunan
skripsi ini. Sungguh tanpa kasih-Nya penulis tidak akan akan mampu menyelesaikan
karya sederhana berjudul :
“ PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (BKKLBM)”
Skripsi ini disusun dan dipersiapkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret.
Berbagai pihak telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penyusunan
skripsi ini, maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Seluruh dosen Jurusan Sosiologi FISIP UNS atas ilmu dan pengetahuan yang
telah diberikan kepada penulis selama ini.
5. Seluruh staff pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret untuk pelayanan yang sangat memudahkan penulis.
6. Kepada Bapak Bambang Suwerda, SST, M.Si beserta segenap Kru
BKKLBM. Terimakasih untuk pembelajaran yang sangat berharga selama
commit to user
7. Keluarga Bapak Harjono dan Ibu Widowati atas kesediaan menampung
penulis selama bermukim di Dusun Badegan. Serta seluruh warga masyarakat
Dusun Badegan yang telah menyediakan ruang bagi penulis untuk belajar.
8. Bapak dan Ibu tercinta, untuk support, doa serta segala fasilitas yang
disediakan untuk memudahkan penulis. Terimakasih untuk kasih sayang yang
luar biasa.
9. Elsyafa Azizun Nisa dan Alfaini Husna Fie, untuk support, doa dan bantuan
selama pengerjaan skripsi ini.
10. Keluarga besar Mutiara Permata Bangsa.
11. Sahabat terbaik Putri, Desta, Dila, serta seluruh teman-teman Sosiologi 2006
yang tidak dapat penulis sebut satu per satu
12. HIMASOS beserta seluruh awaknya, terima kasih untuk kesempatan bagi
penulis berproses dan bejalar.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu selama proses penulisan skripsi ini berlangsung
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
dalam penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
guna perbaikan penelitian selanjutnya hingga menjadi lebih baik. Akhirnya penulis
hanya bisa berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, memberikan sumbangan
pemikiran dan menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pembaca sekalian.
Surakarta, September 2010
commit to user
x
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR BAGAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
1.5. Tinjauan Pustaka ... 8
1.6. Konsep Yang Digunakan ... 15
1.7. Kerangka Berpikir ... 18
1.8.Metodologi Penelitian ... 20
1.8.1. Jenis penelitian ... 20
1.8.2. Lokasi Penelitian ... 21
1.8.3. Jenis Data ... 21
1.8.4. Teknik Pengumpulan Data ... 22
commit to user
xi
BAB II DESKRIPSI LOKASI
2.1.Deskripsi Dusun Badegan ... 35
2.1.1. Letak dan Batas Wilayah ... 35
2.1.2. Demografi Dusun ... 36
2.1.3. Potensi Dusun ... 36
2.2.Profil BKKLBM ... 39
2.2.1. Latar Belakang Berdiri ... 40
2.2.2. Tujuan BKKLBM ... 40
2.2.3. Visi BKKLBM ... 41
2.2.4. Misi BKKLBM ... 41
2.2.5. Kelembagaan dan Sistem Manajemen ... 41
2.2.6. Hubungan Kelembagaan ... 44
2.2.7. Program Kerja ... 35
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1.Profil Informan ... 46
3.2.Budaya dan Perilaku Masyarakat Tehadap Sampah... 49
3.3.Partisipasi Perempuan dalam Pengelolaan Sampah ... 62
3.4.Peran BKLBM ... 77
3.4.1. Peran dalam Pemberdayaan Perempuan ... 78
3.4.2. Peran dalam Pengelolaan Lingkungan ... 86
commit to user
xii
BAB VI KESIMPILAN DAN SARAN
4.1.Kesimpulan ... 108
4.2.Saran ... 110
commit to user
viii
Aliedha Noorrafisa Putri D0306018 PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM
PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI “BENGKEL KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN” DI DUSUN BADEGAN BANTUL Jurusan Sosiologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah rumah tangga melalui sebuah lembaga masyarakat yakni Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan (BKKLBM) di Dusun Badegan Bantul serta bagaimana BKKLBM berperan dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan hidup. Penelitian skripsi ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus dipilih karena biasa digunakan untuk meneliti fenomena kontemporer dalam kehidupan nyata, kasus yang spesifik serta memiliki batasan yang jelas. Proses pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yakni observasi partisipatoris, wawancara serta penelaahan dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan dengan studi ini. Penulis menggunakan teknik
pengambilan sampel purposive sampling dan snowball sampling, sehingga sampel
yang diambil penulis benar-benar representatif serta mengetahui secara pasti apa yang penulis butuhkan. Informan dalam penelitian ini berasal dari pihak perempuan/masyarakat partisipan BKKLBM, pengelola BKKLBM, serta pemerintah dusun dan kelurahan setempat. Hal ini difungsikan sebagai trianggulasi konstruk yang dalam penelitian studi kasus digunakan sebagai uji validitas data.
Partisipasi perempuan dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga masing-masing dapat terbilang baik. Hal ni diperoleh dari wawancara dengan penduduk setempat serta dicocokkan dengan data yang dimiliki oleh BKKLBM. Partisipasi tersebut berupa pemilahan sampah berdasarkan jenisnya, menabung sampah di Bank Sampah milik BKKLBM, membuat kerajinan dari sampah, dan sebagainya. Adapun peran BKKLBM sendiri sebagai fasilitator pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan adalah dengan menstimulus perempuan untuk peduli dengan sampah dan mencintai lingkungan. Peran dalam pengelolaan lingkungan dirintis BKKLBM mulai dari hal kecil dan sederhana namun tepat guna, seperti pengelolaan air sederhana, pembuatan kompos, biopori, serta daur ulang sampah yang sudah mulai digeluti secara professional.
commit to user
ix
Aliedha Noorrafisa Putri D0306018 WOMAN PARTICIPATION IN WASTE
MANAGEMENT TROUGH “BENGKEL KERJA KESEHATAN
LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT” IN BADEGAN VILLAGE BANTUL Department of Sociology, Faculty of Social Science and Political
Science, Sebelas Maret University
The aims of this research are not only to know how woman participation in household waste management trough a community organization named Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat ( BKKLBM) in Badegan Village Bantul but also to know how BKKLBM play a part in empowering of woman and management of environment. This is a qualitative research by using case study method. Case study method selected because it commonly use to check contemporary phenomenon in reality life, specific case and also have clear limit. Process of data collecting conducted with several techniques, which are participative observation, interview and also observation of documentations related to this study. The writer use purposive sampling technique and snowball sampling technique to take some samples for this research, so that the samples taken by the writer is really representatives and also knowing better what the writer needs for this research. Informants of this research had been taken from woman or participants of BKKLBM, organizers of BKKLBM and also government of local sun-district (kelurahan) and village government. This matter is functioned as construct triangulation which in case study method used as data validity test.
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tuhan menciptakan lingkungan sebagai bagian dari kehidupan manusia
yang dapat dimanfaatkan dan dijaga kelestariannya. Lingkungan hidup manusia
mencakup segala macam sumber daya alam yang ada di sekitar manusia. Sebagai
satu kesatuan, manusia dan lingkungan hidup (yang termasuk di dalamnya
tumbuhan, hewan, jasad renik dan sebagainya) hidup berdampingan dan
berinteraksi untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya demi kelangsungan hidup
mereka.
Dewasa ini, persoalan tentang lingkungan hidup mulai lebih banyak
mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan, baik akademisi pemerhati
lingkungan, politisi maupun masyarakat awam. Hal ini disebabkan semakin
memburuknya kondisi bumi dalam beberapa dekade terakhir. Menipisnya lapisan
ozon, lahan hutan yang banyak berkurang serta tingkat emisi gas yang tinggi yang
dihasilkan oleh negara-negara industri ditengarai menjadi penyebab meningkatnya
suhu permukaan bumi. Suhu permukaan bumi yang semakin panas menyebabkan
es di kutub utara dan selatan mencair, akibatnya permukaan air laut terus
meningkat. Bila permukaan air laut terus meningkat maka lambat laun
commit to user
Di Indonesia kerusakan lingkungan secara luas dan massif terjadi sejak tiga
dekade terakhir yan ditandai dengan lahirnya tiga UU yang membuka peluang
eksploitasi sumber daya alam Indonesia secara besar-besaran. Ketiga UU tersebut
adalah UU Kehutanan tahun 1967 (diubah tahun 1999), UU Pertambangan tahun
1967, serta UU Penanaman Modal Dalam dan Luar Negeri tahun 1967. Sejak
adanya UU tersebut berturut-turut masuklah investor asing untuk mengeruk
sumber daya alam Indonesia tanpa peduli dengan akibat dari eksploitasi yang
dilakukan. Sejak saat itu pula kerusakan-kerusakan lingkungan hidup di Indonesia
terjadi dan terus meluas, dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Kondisi tersebut
diperparah dengan keadaan di masa itu di mana aturan perlindungan lingkungan
dan kesadaran lingkungan belum berkembang seperti sekarang. Kerusakan
lingkungan terus dibiarkan hingga tahun 1980-an.1 Namun demikian, kini mulai
muncul upaya penyelamatan lingkungan, dengan disahkannya UU Lingkungan
Hidup yang telah diperbaharui yakni UU No. 32 Tahun 2009.
Berbicara mengenai lingkungan hidup tidak dapat dipisahkan dari peranan
perempuan. Sejatinya perempuan berpotensi besar dalam penanganan atau
pelestarian lingkungan hidup. Namun, posisi perempuan yang masih belum juga
menguntungkan membuat perempuan acapkali dipandang sebelah mata.
Rentannya posisi perempuan ini diantaranya diakibatkan oleh kuatnya dominasi
budaya patriarki yang telah mengakar di masyarakat, sehingga hal ini membuat
posisi perempuan semakin lemah. Prinsip kesetaraan gender yang akhir-akhir ini
1
Arimbi Heroepoetri, dalam artikel Sekilas Masalah Lingkungan di Indonesia yang dimuat dalam kumpulan artikel Gender, Lingkungan dan Pengurangan Kemiskinan diterbitkan oleh kerja sama DFID British Council Link Program Team, University of Brighton UK, dan Program Kajian Wanita Pasca Sarjan UI, 2003.
commit to user
marak diusung oleh beberapa kalangan ternyata masih belum sepenuhnya mampu
mengangkat perempuan dari ketertindasan, eksploitasi dan keterpurukan.
Ketika terjadi kerusakan lingkungan yang merupakan akibat dari
penggunaan sumber daya alam yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan,
maka perempuan menjadi pihak yang paling beresiko terkena dampak dari
kerusakan lingkungan tersebut. Kehidupan perempuan sebagian besar memang
bersentuhan langsung dengan alam, mulai dari kegiatan rumah tangga, produksi,
konsumsi hingga kegiatan sosial perempuan, pendek kata perempuan lebih sering
berhubungan langsung dengan alam ketimbang laki-laki.
Peran perempuan dalam melestarikan lingkungan memang belum banyak,
namun bukan berarti tidak ada. Ruang untuk keterlibatan perempuan secara lebih
mendalam juga dirasa belum memadai. Perempuan sering tidak dilibatkan dalam
sebagian besar kebijakan dan kontrol terhadap sumber daya alam yang menopang
kehidupan mereka. Padahal pada target capaian Millenium Development Goals
(MDG’s) pada tahun 2015, mensyaratkan pentingnya keterlibatan perempuan
pada semua tujuan yang akan di capai. Mengikutsertakan perempuan dalam
pengelolaan lingkungan adalah agar perempuan memahami betapa pentingnya
lingkungan sehingga perempuan akan menjaga, memelihara lingkungan, dengan
demikian perempuan akan mempunyai andil besar untuk menjaga, memelihara
lingkungan dengan baik dan juga dapat menjaga kebersihan lingkungan dari
lingkup yang paling kecil.2
2
commit to user
Sejauh ini tercatat ada 18 perempuan-perempuan perkasa pemerhati
lingkungan dari sembilan propinsi di Indonesia penerima penghargaan Kalpataru
selama kurun waktu 1980 sampai 2008.3 Jumlah tersebut dirasa masih sangat
minim. Di samping itu, masih banyak ibu rumah tangga kita yang belum
memahami betul pentingnya menjaga lingkungan, mereka tidak memilah sampah
rumah tangga, melakukan pemborosan dalam penggunaan plastik, dan
sebagainya. Padahal dampak kerusakan lingkungan lebih sering dirasakan oleh
perempuan, seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya. Contoh sederhana
adalah ketersediaan air. Berkurangnya ketersediaan air lebih dirasakan kaum
perempuan karena mereka merupakan pemakai air terbesar dalam rumah tangga.
Perempuan yang belum terlibat dalam pelestarian lingkunga tersebut bukan berarti
mereka tidak tergerak atau acuh terhadap permasalahan lingkungan, namun bisa
jadi arena keterbatasan pengetahuan dan akses yang mereka miliki.
Kedekatan antara perempuan dan lingkungan menumbuhkan paham
ecofeminisme. Paham ecofemisme muncul pertama kali pada tahun 70-an. Adalah
Francoisc d’Eaubonne seorang feminis Prancis yang memperkenalkan
ecofeminisme. Dalam karangannya yang berjudul Le Feminisme ou la Mort (1974)
ia mengemukakan bahwa kontrol lelaki terhadap produksi dan seksualitas
perempuan telah mengakibatkan kerusakan ganda pada lingkungan melalui
surplus produksi dan kelebihan populasi melalui surplus kelahiran. Menurut
D’Eaubonne, pertalian antara perempuan/keperempuanan dan sikap ramah tamah
3
commit to user
terhadap alam dunia dalam mencari perubahan sosial akan mengatasi masalah dan
memperlihatkan kkedekatan dengan alam, dibandingkan dengan lelaki.4
Di belahan dunia selatan, gerakan ecofeminisme dipelopori oleh Vandana
Shiva. Shiva mengungkapkan adanya gendered nature atau alam memiliki
dimensi gender. Ekofeminisme menurut Vandana Shiva adalah keseluruhan cara
pandang dunia yang lebih dari sekadar menggabungkan penyelamatan lingkungan
dengan perjuangan hak-hak perempuan, melainkan juga meliputi seluruh
kompleks persoalan yang dihadapi manusia, dari kemiskinan, kelaparan,
penolakan privatisasi air, penghapusan utang, perdamaian dunia, antirekayasa
genetika dan plasma nuftah, dan gongnya adalah menolak pasar bebas.5
Gadis Arivia dalam artikel Ekofeminisme: Lingkungan Hidup Berurusan
dengan Perempuan mengungkapkan jika perempuan dan alam mempunyai
kesamaan simbolik karena sama-sama ditindas oleh manusia yang berciri
maskulin. Dalam praktek-paktek yang berkaitan dengan lingkungan hidup ada
hubungan kekuasaan yang tidak adil, memarginalisasikan perempuan dan merusak
lingkungan. Misalnya di masyarakat pedesaan di negara yang sedang
berkembang, relasi kekuasaan yang tidak seimbang antara perempuan dan
laki-laki mempengaruhi jenis tanaman apa yang akan ditanam.6
Permasalahan lingkungan hidup termasuk di dalamnya permasalahan
tentang sampah yang hingga kini masih belum juga ditemukan solusinya secara
global. Penanganan sampah yang ada selama ini selalu bertumpu pada pendekatan
4
Mary Mellor dalam artikel berjudul Pemikiran Ekofeminis (1997) yang dimuat dalam kumpulan artikel Gender, Lingkungan dan Pengurangan Kemiskinan, ibid, 2003.
5 www.ccde.com diakses tanggal 13 Februari 2010 pukul 11:56:38
6
commit to user
akhir (end of pipe), yakni memindahkan sampah dari satu tempat ke tempat yang
lain (TPS/TPA). Penanganan sampah yang demikian sama halnya dengan
memindahkan masalah dari satu tempat ke tempat yang lain. Bila hal ini terus
menerus dilakukan maka dalam beberapa dekade ke depan bumi tercinta ini akan
penuh dengan timbunan sampah.
Merespon kondisi tersebut, pemerintah mengeluarkan UU Pengelolaan
Sampah no 18 tahun 2008. Dalam UU tersebut tersebut pemerintah mendorong
adanya pengelolaan sampah langsung dari sumbernya. Sumber sampah
berdasarkan UU tersebut adalah asal dari timbulan sampah, seperti rumah tangga,
industri, pusat perbelanjaan, perkantoran dan sebagainya. UU Pengelolaan
Sampah tersebut juga menjelaskan pentingnya kegiatan 3R (Re-use, Reduce, &
Recycle) 7 agar volume sampah tidak terus bertambah.
Maka melibatkan perempuan dalam hal pengelolaan sampah adalah salah
satu cara terbaik yang dapat ditempuh demi terciptanya lingkungan hidup yang
lebih baik di masa mendatang. Namun seringkali perempuan belum memiliki
pemahaman yang cukup tentang penglolaan sampah, khususnya sampah rumah
tangga. Perempuan memiliki andil yang sangat besar di kehidupan rumah tangga
masing-masing, sehingga perempuan akan lebih mudah mengorganisir
gerakan-gerakan pro lingkungan di lingkup rumah tangga masing-masing. Selain itu,
7 Reduce : mengurangi atau meminimalisir barang atau material yang menimbulkan sampah, seperti mengurangi penggunaan kantong plastik
Reuse : memakai kembali , menggunakan barang yang dapat dipakai berulang-ulang serta menghindari barang atau material sekali pakai, buang. Seperti menggunakan kotak makan ketika membeli makanan ketimbang menggunakan bungkus styrofoam
commit to user
faktor kedekatan perempuan dengan lingkungan hidup juga menjadi salah satu
alasan yang kuat, ketika keseimbangan alam terganggu akibat adanya timbunan
sampah, perempuanlah yang akan merasakan dampaknya pertama kali.
Berangkat dari kesadaran tersebut, maka di Dusun Badegan Bantul
dibentuklah sebuah Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat –
selanjutnya penulis singkat dengan BKKLBM- yang memiliki program unggulan
salah satunya adalah Bank Sampah Gemah Ripah (Gerakan Memilah dan
Me-reuse Sampah). Bambang Suwerda, SST,M.Si salah seorang warga Dusun
Badegan yang mencetuskan ide pembentukan BKKLBM. Berawal dari
keprihatinan melihat kondisi lingkungan yang ada ditambah pula musibah gempa
yang melanda Bantul di tahun 2006 lalu, terbentuklah lembaga tersebut.
BKKLBM menjawab krisis lingkungan dengan tidakan nyata serta melibatkan
masyarakat, khususnya perempuan, bukan mengabaikan atau memandang
perempuan sebelah mata.
Salah satu program pokok dalam pelestarian lingkungan adalah pengelolaan
sampah yang berbasis masyarakat. Sampah yang dikelola di BKKLBM paling
banyak berasal dari sampah rumah tangga. Dengan demikian secara tidak
langsung BKKLBM telah membantu meningkatkan kualitas perempuan dalam hal
pengelolaan sampah. Perempuan, ibu-ibu rumah tangga di Dusun Badegan Bantul
dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan rumah tangga. Di samping itu,
BKKLBM juga memberikan pembelajaran baru bagi perempuan dan masyarakat
luas di Dusun Badegan Bantul tentang pengelolaan sampah dan lingkungan yang
commit to user
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dibuat untuk memfokuskan kajian dalam penelitian ini
sehingga, mempermudah proses pengambilan data dan pelaporan hasil penelitian.
Oleh karena itu pada penelitian ini pun dibuat rumusan masalah, yaitu :
1. Bagaimana partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah melalui
Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat?
2. Bagaimana peran Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan lingkungan
di Dusun Badegan Bantul Yogyakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah
melalui Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di
Dusun Badegan Bantul Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui peran Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan Berbasis
Masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan pengelolaan sampah di
commit to user
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Praktis
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bagaimana partisipasi perempuan
dalam pengelolaan sampah, serta peran BKKLBM dalam pemberdayaan
perempuan dan pengelolan sampah.
2. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, serta
memperluas khasanah ilmu terutama kajian-kajian sosiologis yang
berhubungan dengan partisipasi perempuan dalam pengelolaan sampah
serta tentang peran LSM/Ormas dalam hal pemberdayaan perempuan dan
pengelolaan lingkungan.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Persoalan lingkungan hidup, pengelolaan sampah dan limbah tidak dapat
dilepaskan begitu saja dari campur tangan masyarakat. Masyarakat dengan
individu-individu di dalamnya sebagai komponen terpenting dalam upaya
menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.
Masyarakat merupakan objek ilmu sosiologi. Sosiologi berasal dari bahasa
Yunani socio dan logos yang secara harfiah berarti ilmu tentang masayarakat.
Beberapa tokoh memberikan definisi sosiologi yang berbeda-beda, meskipun
substansinya tetap sama yakni mempelajari masyarakat. Pitirim A Sorokin
mendefinisikannya sebagai berikut :
commit to user
ekonomi dengan agama, dsb); antara gejala sosial dengan gejala non-sosial; serta mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial. ” 8
Selo Soemardjan dan Solaeman Sumardi memberikan definisi sosiologi sebagai
berikut :
“ Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.”9
Selain kedua tokoh tersebut, Roucek dan Warren juga mengemukakan definisi
sosiologi sebagai :
“ …ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. “10
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sosiologi
mempelajari masyarakat dengan melihat hubungan timbal balik antara manusia
dengan lingkungan sekitarnya, termasuk didalamnya proses-proses sosial, struktur
sosial, gejala sosial atau non-sosial serta perubahan sosial yang terjadi.
Permasalahan masyarakat terus berkembang seiring dengan perkembangan
zaman. Masyarakat bergerak dan berubah, perubahan-perubahan tersebut dapat
dianalisis dengan berbagai macam teori dan paradigma yang ada di dalam ilmu
sosiologi. George Ritzer dalam bukunya Sosiologi Ilmu Pengetahuan
Berparadima Ganda menyebutkan, terdapat tiga paradigma yang digunakan dalam
Sosiologi, yaitu Paradigma Fakta Sosial, Paradigma Definisi Sosial dan
8 Soerjono Soekanto,Sosiologi Suatu Pengantar,2006, hlm 19 9 Ibid,hlm 20
10
commit to user
Paradigma Perilaku Sosial. Pada penelitian ini penulis menggunakan paradigma
perilaku sosial yang sesuai dengan permasalahan yang akan penulis kaji.
Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan
antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud terdiri dari
dari :
a. Bermacam-macam objek sosial
b. Bermacam-macam objek non sosial
Prinsip yang menguasai antar hubungan individu dengan objek sosial adalah
sama dengan prinsip yang menguasai hubungan antara individu dengan objek
non-sosial. Pokok persoalan sosiologi menurut paradigma ini adalah tingkah laku
indiviu yang berlangsung dalam hubungannya dengan faktor lingkungan yang
menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan
menimbulkan perubahan terhadap perilaku. Jadi terdapat hubungan yang
fungsional antara tingkah laku dengan perubahan yang terjadi di lingkungan
aktor.11
Teori-teori yang terdapat dalam paradigma ini adalah Teori Behaviorial
Sociology dan Teori Exchange. Sesuai dengan issue yang penulis angkat, maka
teori yang digunakan adalah teori behavioral sociology.
Behavioral sociology dibangun dalam rangka menerapkan prinsip-prisip
psikologi perilaku ke dalam sosiologi. Teori ini memusatkan perhatiannya pada
hubungan antara akibat dari tingkah laku yang terjadi di dalam lingkungan aktor
11
commit to user
dengan tingkah laku aktor. Teori ini berusaha menerangkan tingkah laku yang
terjadi melalui akibat-akibat yang mengikutinya kemudian. 12
Berbicara tentang partisipasi masyarakat, sedikit banyak tentu akan
berkaitan dengan konsep Community Development. Partisipasi merupakan salah
satu unsur terpenting dalam konsep communitydevelopment. Seperti dikutip dari
Hasim dan Remiswai, Community Development merupakan satu pendekatan
pekerjaan sosial yang bekerja dengan komunitas dan melibatkan partisipasi aktif
dari komunitas terutama komunitas lokal dalam memenuhi kebutuhan dan
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dengan menggunakan
sumber-sumber yang tersedia di dalamnya. 13
Partisipasi menjadi salah satu faktor terpenting agar terciptanya lingkungan
hidup yang lebih baik. Sherry Arnstein mendefinisikan strategi partisipasi yang
didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat (komunitas) dengan
badan pemerintah (agency). Dengan pernyataannya bahwa partisipasi masyarakat
identik dengan kekuasaan masyarakat (citizen partisipation is citizen power).14
Arnstein kemudian mengelompokkan partisipasi dalam beberapa tipe yang
mewakili proses-proses partisipasi yang berbeda-beda, yang didasarkan pada
distribusi kekuasaan. Tipe-tipe partisipasi tersebut lebih dikenal dengan 8 tangga
partisipasi Arnstein. Arnstein menggunakan anak tangga karena masing-masing
anak tangga merupakan tahapan-tahapan partisipasi yang memiliki karakter
masing-masing.
12 Ibid, hlm 74
13 Dr Hasim, M.Si, dkk, Community Development Berbasis Ekosistem, 2009, hlm 47
14
commit to user
Bagan Tangga partisipasi menurut Arnstein15
Tangga terbawah merepresentasikan kondisi tanpa partisipasi (non
participation), meliputi: (1) manipulasi (manipulation) dan (2) terapi (therapy).
Kemudian diikuti dengan tangga (3) menginformasikan (informing), (4)
konsultasi (consultation), dan (5) penentraman (placation), dimana ketiga tangga
itu digambarkan sebagai tingkatan tokenisme (degree of tokenism). Tokenisme
dapat diartikan sebagai kebijakan sekadarnya, berupa upaya superfisial (dangkal,
pada permukaan) atau tindakan simbolis dalam pencapaian suatu tujuan. Jadi
sekadar menggugurkan kewajiban belaka dan bukannya usaha sungguh-sungguh
untuk melibatkan masyarakat secara bermakna. Tangga selanjutnya adalah (6)
15
commit to user
kemitraan (partnership), (7) pendelegasian wewenang / kekuasaan (delegated
power), dan (8) pengendalian masyarakat (citizen control). Tiga tangga terakhir
ini menggambarkan perubahan dalam keseimbangan kekuasaan yang oleh
Arnstein dianggap sebagai bentuk sesungguhnya dari partisipasi masyarakat.16
Pada tataran pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan,
konsep-konsep tersebut menurut penulis sangat dapat diterapkan. Manajemen sampah
yang selama ini diberlakukan hanyalah memindahkan sampah dari rumah ke
tempat sampah tingkat desa atau kelurahan kemudian dipindah lagi ke tempat
pembuangan akhir milik pemkot, pemkab ataupun pemprov. Hal ini tentu bukan
penyelesaian yang solutif. Memindahkan sampah dari satu TPS ke TPS lain
kemudian ke TPA sama halnya dengan memindahkan masalah. Sehingga
diperlukan sistem pengelolaan sampah yang berbasis partisipasi masyarakat agar
masyarakat menyadari akan pentingnya menjaga lingkungan dengan tidak
memusuhi sampah, namun dengan mendayagunakan atau mendaur-ulang sampah.
Volume sampah yang terus bertambah seiring dengan semakin banyaknya
tingkat konsumsi masyarakat menjadikan permasalahan sampah semakin
kompleks. Mengurangi konsumsi sampah bisa dijadikan salah satu cara untuk
mengurangi timbulan sampah, namun hal tersebut tentu berpengaruh pada
perekonomian, dimana hal tesebut dapat menurunkan minat konsumsi masyarakat
pada barang-barang tertentu. Hal ini membuktikan bahwa sampah merupakan
permasalah yang berkaitan dengan semua bidang, kesehatan. Lingkungan, social,
commit to user
budaya dan perekonomian. PB Anand dalam jurnalnya Waste Management in
Madras Revisited menyebutkan
“ Waste is an inevitable by-product (for some, a consequence) of economic development; in per capita terms, the greater the GNP, the greater the quantity of waste produced each day. We also know that as low or middle-income countries pursue economic growth, their urban populations grow: the greater the GNP per capita, the greater the percentage of population living in urban areas. At the same time, in most cities, external costs are not internalized – for example, the become sustainable, such cities would have to stop “ freeloading” and would have to pay the long-term marginal costs for consuming the resources. Deciding on what the city should pay is one thing; translating this into costs for citizens and businesses (as user charges) is another. Research into issues of how citizens value these improvements and what institutional arrangements they prefer gains relevance in such a context.”17
Dalam tulisan tersebut disebutkan sampah merupakan produk tidak
terelakkan sebagai konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi. Semakin besar GNP
suatu Negara, semakin besar pula sampah yang dihasilkan setiap hari.
Negara-negara berkembang pun juga mengupayakan pertumbuhan ekonomi, populasi di
perkotaan tumbuh dengan pesat, semakin besar GNP per kapita maka akan
semakin besar pula populasi penduduk di perkotaan. Pada saat yang bersamaan, di
banyak kota, pengeluaran biaya tidak diinternalisasikan, seperti biaya untuk
penyediaan air bersih, polusi sungai dan sebagainya. Sementara tingkat polusi
limbah juga meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Jurnal tersebut
secara jelas menyebutkan keterkaitan pertubuhan ekonomi dengan volume
commit to user
sampah setipa hari. Bila hal yang demikian tidak tertangani maka akan sangat
berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia.
Mengelola atau mendaur-ulang sampah dapat menjadi salah satu pilihan
cerdas demi kelangsungan bumi ini. Mengelola sampah, terutama sampah rumah
tangga sehingga bernilai ekonomis bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Bagi
seorang ibu rumah tangga kegiatan memilah, memilih dan mengolah sampah ini
secara tidak langsung menjadi program pemberdayaan bagi mereka.
Pengelolaan sampah dan pengelolaan lingkungan yang baik membutuhkan
partisipasi perempuan disamping juga peran dari stake holder, dalam hal ini
BKKLBM (sebagai organisasi masyarakat), serta instansi pemerintah yang
memang berkaitan. Hal ini sebagaiman tercantum dalam jurnal Partnerships in
urban environmental management: an approach to solving environmental
problems in Nakuru, Kenya yang ditulis oleh Samson Wokabi Mwangi.
Disebutkan dalam jurnal tersebut
“ ...urban environmental management cannot successfully be achieved or sustained without cooperative and collective action between different actors. The potential role of partnership will not easily be realized unless a number steps are taken changes in attitude occur.”18
Manajemen lingkungan yang baik dan berkelanjutan tidak akan tercapai
tanpa adanya tindakan bersama antar aktor. Peran-peran yang potensial tidak akan
terwujud bila tidak adanya perubahan dalam perilaku atau sikap. Senada dengan
hal tersebut, Bambang Suwerda melalui BKKLBM nya, seolah ingin mengubah
18
commit to user
perilaku masyarakat serta menyadarkan perempuan untuk sebuah tujuan yang
bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia.
Keterlibatan masyarakat khususnya perempuan dalam pengelolaan sampah
merupakan salah satu cara efektif untuk menggulangi permasalahan sampah,
khususnya sampah rumah tangga. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan
Budi Gunarto dalam penelitian skripsi mengenai Rancangan Model Managemen
Pengelolaan Sampah Kota Berbasis Pada Partisipasi Kaum Perempuan Khusunya
Ibu Rumah Tangga di Pemukiman dan Optimaslisasi Peran Pemulung di Kota
Surakarta pada tahun 2002. Penelitian Gunarto ini dilandasi akan permasalahan
sampah di berbagai kota. Penanganan sampah yang hanya menggunakan
pendekatan end of pipe tidak memberikan solusi melainkan justru mendatangkan
permasalahan baru, seperti TPA Akhir yang mulai penuh, bermunculannnya
penyakit yang disebabkan timbunan sampah, banjir dan sebagainya. Penelitian
yang diadakan pada 8 tahun silam tersebut membuktikan bahwa permasalahan
sampah dari dulu hingga sekarang masih belum tertangani dengan baik. Secara
umum pemerintah masih menggunakan pendekatan end of pipe. Penanganan
sampah setelah sampai di TPA pun hanya dengan metode open dumping maupun
sanitary landfill. Meskipun pada prakteknya di beberapa TPA lebih sering
digunakan metode open dumping. Seperti disebutkan Gunarto dalam
penelitiannya, Reduce, Reuse dan Recycle adalah model relatif aplikatif dan
bernilai ekonomis yang dapat diterapkan pada skala kawasan sehingga
memperkecil kuantitas dan kompleksitas sampah. Kini metode tersebut dirasa
commit to user
skala rumah tangga misalnya seperti yang dirintis oleh Bambang Suwerda, S.ST,
M.Si di Badegan Bantul. Meskipun menggunakan model yang sama, pengelolaan
sampah di Dusun Bantul lebih terpadu dengan mengandalkan komunitas
masyarakat serta terorganisasi lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya
pembentukan BKKLBM beserta divisi-divisinya. Penelitian yang dilakukan oleh
Gunarto lebih menitikberatkan pada peran pemulung dan ibu rumah tangga di
sekitar TPA Putri Cempo Mojosongo sedangkan yang terjadi di Dusun Badegan
Bantul adalah justru bertujuan mengurangi keberadaan pemulung di TPA
Piyungan maupun di Dusun Badegan khusunya.
F. KONSEP YANG DIGUNAKAN
1) Lingkungan hidup
Lingkungan hidup merupakan sistem kehidupan dimana terdapat campur
tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Otto Sumarwoto
mendefinisikan lingkungan hidup sebagai ruang yang ditempati suatu
makhluk hidup dengan benda hidup dan benda tak hidup. 19 Istilah
Lingkungan hidup dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup
di alam yang ada di bumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi secara
alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. 20
Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup
19 Otto Sumarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan,2004: 23 20
commit to user
termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan hidup,
hubungan yang terjalin diantaranya merupakan hubungan resiprositas,
dimana manusia dan lingkungan sama-sama saling membutuhkan satu
sama lain.
2) Pengelolaan Sampah
Berdasarkan kamus istilah lingkungan (1994)21, Sampah adalah bahan
yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau
utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat
dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau
buangan. Sampah merupakan sisa atau materi yang tidak lagi digunakan
dan memang harus dibuang. Persoalan sampah menjadi persaoalan yang
sangat serius mengingat jumlah sampah yang kian hari kian menumpuk.
Indonesia termasuk negeri dengan penanganan sampah yang buruk.
Banyak perusahaan-perusahaan industri besar yang menghasilkan
sampah kimia beracun namun tidak mengolahnya sesuai standar.
Pengelolaan sampah secara tepat dan berkelanjutan sangat diperlukan
demi terciptanya lingkungan yang bebas sampah. Ensiklopedi bebas
Wikipedia mengartikan Pengelolaan sampah adalah pengaturan yang
berhubungan dengan pengendalian timbunan sampah, penyimpanan,
pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan sampah. Pengelolaan
21
commit to user
sampah yang tepat akan berdampak positif bagi lingkungan. Idealnya,
pengelolaan sampah juga melibatkan warga masyarakat, dengan begitu
masyarakat akan mengerti bahwa sampah bisa menjadi bahaya yang
mengancam setiap saat bila tidak tertangani dengan tepat. Adapun untuk
membatasi kajian dalam penelitian ini, pengelolaan sampah yang penulis
maksudkan disini adalah pengelolaan sampah rumah tangga.
3) Partisipasi Perempuan
Partisipasi merupakan sebuah konsep yang dewasa ini semakin sering
digunakan dalam pemberdayaan masyarakat. Partisipasi memungkinkan
masyarakat untuk turut serta ambil bagian dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan maupun kebijakan yang akan diterapkan pada
masyarakat. Partisispasi sering diartikan dalam kaitannya dengan
pembangunan sebagai pembangunan masyarakat yang mandiri,
perwakilan, mobilisasi sosial, pembagian sosial yang merata terhadap
hasil-hasil pembangunan, penetapan kelembagaan khusus, demokrasi
politik dan sosial, reformasi sosial, atau bahkan yang disebut revolusi
rakyat.
4)Pemberdayaan Perempuan
Konsep Pemberdayaan sebagai terjemahan empowerment mengandung
dua pengertian yaitu (1) to give power or authority, mengalihkan
kekuatan atau mendelegasikan ke pihak yang lain, (2) to give ability to
commit to user
memberdayakan.22 Menurut Y Sugeng pemberdayaan merupakan alat
penting dan strategis untuk memperbaiki, memperbaharui dan
meningkatkan kinerja organisasi baik organsasi yang bergerak dalam
kegiatan pemerintahan maupun organisasi yang bergerak dalam kegiatan
dunia usaha/swasta.23 Pemberdayaan perempuan merupakan suatu
uasaha, proses yang bertujuan memberikan kemampuan bagi perempuan
sehingga perempuan dapat lebih banyak berperan dalam masyarakat.
Perempuan tidak lagi pasif serta tidak lagi tertinggal.
G. KERANGKA BERPIKIR
Manusia dan alam, merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Manusia hidup berdampingan dengan alam. Kajian tentang hubungan manusia
dan alam/lingkungan hidup telah ada sejak tahun 1980. Bermula dari adanya
kajian psikologi mengenai kesadaran ekologi (ecological awareness). Sosiologi
sendiri termasuk salah satu bidang ilmu yang juga memberikan perhatian pada
bidang lingkungan. Sosiologi lingkungan dicanangkan keberadaannya oleh Riley
Dunlap dan William Cotton di tahun 1978. 24 Sejak saat itu kajian mengenai
sosiologi lingkungan terus berkembang.
Kesadaran manusia akan pentingnya menjaga lingkungan dirasa mulai
pudar. Berbagai macam kecanggihan teknologi dan industri yang kini dinikmai
seluruh umat manusia di dunia harus dibayar mahal dengan rusaknya ekosistem
22 Randy R Wrihnatolo et all, Manajemen Pemberdayaan, Sebuah Pengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat, 2007:115-116
23 Drs.Y. Sugeng, SU, MM, Pemberdayaan Masyarakat, 2008, hlm 1 24
commit to user
alami. Hutan-hutan gundul, permasalahan sampah, air yang tercemar, polusi udara
dan suara adalah beberapa diantara sekian banyak persoalan lingkungan sebagai
dampak dari perbuatan manusia. Selama ini, manusia cenderung mengeksploitasi
alam dengan kandungan di dalamnya secara besar-besaran tanpa peduli dengan
kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Manusia modern merupakan representasi
paham antroposentrisme. Paham ini memandang alam sebagai alat untuk
menunjang dan memenuhi kebutuhan manusia. Mengutip Susilo, orientasi
manusia kepada alam tidak diletakkan sebagai tujuan tindakan sosial manusia,
melainkan alam haya sebatas sebagai alat bagi kepentingan manusia. Mental
manusia antroposentris terwujud dalam bentuk manusia berkarakter pembuka dan
pendobrak lahan baru. 25 Karakteristik manusia seperti ini sangat identik dengan
kehidupan manusia sekarang. Manusia selalu mencari cara agar terus maju dan
mangeksploitasi alam untuk mengeruk semua kekayaan alam.
Lambat laun, budaya yang tercipta di lingkungan masyarakat menjadi
budaya yang tidak mencintai lingkungan. Membuang sampah dan limbah rumah
tangga di sungai, terbiasa memakai plastik, styrofoam dan bahan yang sulit diurai
tanah yang lain dianggap sebagai suatu hal yang lumrah. Masyarakat kita tanpa
sadar telah “turut andil” dalam membuat kerusakan di bumi. Indonesia
menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya yang belum tertangani dengan
commit to user
Memberikan edukasi yang benar tentang sampah menjadi pe-er besar bagi
pemerintah. Pemahaman dan cara pandang masyarakat tentang sampah perlu
diubah. Salah satu caranya adalah dengan melibatkan masyarakat dalam
pengelolaan sampah di lingkup yang kecil. Hal ini tentu bukan perkara mudah.
Banyak pihak terkait yang harus dilibatkan misalnya, Pemda, NGO, Ormas dan
sebagainya.
Menyediakan ruang partisipasi bagi masyarakat terutama perempuan dalam
pengelolaan sampah, terutama sampah rumah tangga secara tidak langsung juga
dapat dikatakan sebagai upaya pemberdayaan. Perempuan diajak untuk lebih
proaktif dalam menangani kasus-kasus mengenai lingkungan di wilayah mereka.
Dengan adanya konsep partisipasi yang dikembangkan oleh BKKLBM, maka
perempuan secara tidak langsung telah diberdayakan untuk memahami dan
mencintai lingkungan. Pemberdayaan ini bukan berarti mengeksploitasi
perempuan namun untuk memberikan pengetahuan serta meningkatkan kapasitas
perempuan di Dusun Badegan agar lebih memahami lingkungannya demi masa
depan yang lebih baik.
H. METODOLOGI
1. Jenis Penelitian,
Penelitian ini menggunakan metode penelitan kualitatif. Penelitian
kualitatif menurut Denzin dan Lincoln (1994) adalah sebagai kajian yang
commit to user
its subjek matter” 27 Untuk mempermudah pendefinisian dari konsep
penelitian kualitatif maka dirumuskan karakteristik penelitian kualitatif.
Berikut, karakteristik penelitian kualitatif
a. Data penelitian diperoleh secara langsung dari lapangan bukan dari
laboratorium atau penelitian yang terkontrol.
b. Penggalian data dilakukan secara alamiah, melakukan kunjungan pada
situasi alamiah subyek
c. Untuk memperoleh makna baru dalam bentuk kategori-kategori
jawaban, periset wajib mengembangkan situasi dialogis sebagai situasi
yang alamiah28
Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi dasar bahwa realitas sosial
tidak mempunyai makna didalam dirinya sendiri melainkan sangat
tergantung pada interpretasi atau arti yang diberikan oleh seorang individu
kepadanya.
Untuk mendesain kerangka penelitian ini peneliti akan menggunakan
strategi penelitian studi kasus. Sesuai dengan rumusan masalah penelitian
ini. Studi kasus di gunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana atau
mengapa (how or why).29
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambi lokasi di Dusun Badegan Kelurahan Bantul,
Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul Yogyakarta dengan pertimbangan
BKKLBM berada di dusun tersebut.
27 Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, 2006:4. 28 Ibid hlm 25
29
commit to user
3. Jenis Data
Penulis dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data, yakni :
a. Data Primer
Sumber data primer diperoleh dari key informan, yang menjadi
informan kunci sekaligus membukakan peta kondisi lapangan untuk
kemudian diperoleh subjek penelitian (informan) lain yang dibutuhkan
peneliti. Data primer ini sendiri di peroleh dari hasil wawancara
dengan informan yang merupakan tokoh masyarakat Dusun Badegan,
ibu rumah tangga nasabah Bank Sampah, pengelola Bank Sampah dan
sebagainya.
b. Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari secara tidak langsung.
Data sekunder biasanya diperoleh dari data-data tertulis, seperti arsip,
buku, hasil-hasil penelitian sebelumnya, dan sebagainya yang dapat
mendukung peneliti dalam menganalisis masalah. Dalam hal ini,
referensi atau data tertulis dapat diperoleh dari dokumen-dokumen
milik BKKLBM ataupun data lain yang dapat mendukung penelitian
ini.
4. Teknik Pengumpulan Data,
Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus
memiliki enam teknik dalam pengumpulan data atau sumber bukti, yakni
commit to user
partisipasan serta perangkat-perangkat fisik. 30 Penulis menggunakan tiga
teknik pengumpulan data, yakni:
a. Observasi partisipatoris
Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat
nonverbal. Pada observasi partisipastoris, peneliti terlibat secara
langsung di dalam kegiatan-kegiatan yang sedang diamati. Dalam
hal ini peneliti memeliki peranan ganda, yaitu sebagai peneliti dan
pelaku kegiatan.31
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan wawancara dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh
pewawancara. 32 Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk
menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai
para pribadi, peristiwa, aktifitas, organisasi, perasaan, motivasi,
tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan
sebagainya, untuk merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai
bagian dari pengalaman masa lampau dan memproyeksikan hal-hal
itu dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan
datang. 33 Peneliti menggunakan teknik wawancara open-ended yang
30
Ibid, hlm101
31
Y.Slamet, Metode Penelitian Sosial, 2006:85-86
32 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, 2005:168 33
commit to user
lazim digunakan pada penelitian studi kasus, dimana peneliti dapat
bertanya kepada informan kunci mengenai fakta-fakta suatu
peristiwa serta opini mereka mengenai peristiwa yang ada.34
Wawancara dilakukan dengan cara semi-formal, sehingga informan
lebih leluasa dalam menjawab, tidak kaku, namun tetap beracuan
pada daftar pertanyaan yang telah penulis buat sebelum melakukan
wawancara agar informasi yang diperoleh tidak terlalu melebar,
meskipun pada pelakasanannya, daftar pertanyaan tersebut
berkembang sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.
c. Dokumentasi
Pada penelitian ini penulis juga menggunakan data-data yang
diperoleh dari sumber dokumentasi yang dapat berupa hasil
penelitian, dokumen-dokumen administratif, artikel, dan buku yang
dapat mendukung penelitan ini. Dokumen-dokumen tersebut
diperoleh dari BKKLBM maupun dari sumber-sumber yang lain.
Peneliti juga melakukan pendokumentasian selama melakukan
observasi berupa foto, rekaman wawancara, serta fieldnote.
5. Teknik Pengambilan Sampel,
Pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif memiliki fungsi
yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Sampling dalam penelitian
kualitatif sering juga dinyatakan sebagai internal sampling. Sampling yang
34
commit to user
bersifat internal, sampel diambil untuk mewakili informasinya, dengan
kelengkapan dan kedalaman datanya.35
Dalam penelitian ini pengambilan sampel tidak dilaksanakan secara
kaku, melainkan lentur sesuai dengan kebutuhan penelitian. Teknik untuk
pengambilan sampel pada penelitian ini akan menggunakan teknik
purposive sampling yaitu pengambilan sample yang didasarkan atas
berbagai pertimbangan tertentu. Purposive sampling memiliki
kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap
mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan data
dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam
pelaksanaan pengumpulan data pilihan informan dapat berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam meperoleh data. Teknik
yang digunakan adalah Snowball Sampling. Snowball Sampling adalah
penarikan sampel secara bertahap yang semakin lama jumlah inforannya
semakin banyak.36 Adapun jumlah informan yang penulis wawancarai
dalam penelitian ini sebanyak 10 orang dan 1 orang informan kunci
dengan rincian sebagai berikut :
· Penggagas BKKLBM : 1 orang
· Pengelola BKKLBM : 2 orang
· PKK/Dasawisma : 2 orang
· Partisipan BKKLBM/Masyarakat : 4 orang
· Tokoh Masyarakat : 1 orang
35
HB Sutopo,Metode Penelitian Kualitatif, 2005:54-55 36
commit to user · Pemerintah Kelurahan : 1 orang
Selain informan tersebut penulis juga dibantu oleh pemandu lapangan
yang disediakan oleh BKKLBM agar memudahkan penulis untuk masuk
ke dalam komunitas masyarakat Dusun Badegan. Adapun penggunaan
Snowball Sampling penulis gambarkan pada bagan di bawah ini
Pak Bambang
Mbak Yuni Pak Taufiq
Ibu Kemin Pak Panut
Ibu Tatik Ibu Ari Pak Agus Ibu Ismi
Ibu Sri
6. Validitas Data,
Validitas data diperlukan dalam suatu penelitian untuk menguji
kesahihan data yang diperoleh selama melakukan penelitian. Penilitian ini
menggunakan uji validitas yang memang relevan digunakan untuk studi
commit to user
Validitas konstruk dilakukan untuk menerapkan ukuran operasional
yang benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti. Ada tiga taktik yang
bisa dipakai untuk meningkatkan validitas konstruk, yaitu:
1) Penggunaan multi sumber bukti
2) Membangun rangkaian bukti selama pengumpulan data.
3) Meminta informan kunci meninjau ulang laporan studi
kasusnya.37
7. Teknik Analisis Data
a. Analisis Digram Venn PRA
Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif
Kondisi Pedesaan (PRA) adalah pendekatan dan metode yang
memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah
kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara
nyata. Metode PRA dicetuskan oleh Robert Chambers.
Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan diakui kegunaannya
ketika paradigma pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai
landasan pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Dalam
paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti
dalam proses pembangunan. Manusia dalam proses pembangunan tidak
hanya sebagai penonton tetapi mereka harus secara aktif ikut serta dalam
perencanaa, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati hasil pembangunan.
37
commit to user
Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam metode PRA antara lain
adalah : saling belajar dan berbagi pengalaman, keterlibatan semua
anggota kelompok dan informasi, orang luar sebagai fasilitator, konsep
triangulasi, serta optimalisasi hasil, orientasi praktis dan keberlanjutan
program. 38
Pada penelitian ini penulis memang tidak menggunakan teknik PRA
sebagai teknik penelitian, penulis hanya meminjam salah satu teknik yag
ada di dalam PRA untuk analisis antar lembaga yakni Diagram Venn.
Diagram venn dapat menggambrakan hubungan antar lembaga
berdasarkan peran serta kepentingan lembaga tersebut yang digambarkan
dalam lingkaran dengan ukuran yang berbeda, dimana lingkaran tersebut
saling berhubungan satu sama lain secara simbolis.
Diagram venn digunakan untuk menggambarkan perasaan di
kalangan peserta, kalangan organisasiatau kelompok setempat. Besarnya
pancake atau chapatti berbeda-beda satu sama lain, menggambarka bobot
berbeda yang dialokasikan pada organisasi atau kelompok dari sudut
pandang peserta. 39
b. Analisis Gender
Analisis Gender muncul karena adanya perbedaan kehidupan antara
laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut memicu timbulnya
ketidakadilan pada perempuan. Budaya-budaya patriarkhi yang banyak
dianut masyarakat menjadikan posisi perempuan dipandang sebelah mata
38 Robert Chambers seperti dikutip dari buku Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan oleh Britha Mikkelsen, 2001:21
39
commit to user
dibandingkan laki-laki. Tujuan dari analisis gender adalah adanya keadilan
bagi perempuan, bukan persamaan antara laki-laki dan perempuan.
Melalui teknik analisis gender berbagai kesenjangan maupun isu
gender yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungan akan dapat
teridentifikasi. Ketidakpahaman mengenai isu gender sangat
mempengaruhi kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang berdampak
merugikan aspirasi dan kepentingan perempuan.40
Dalam teknik Analisis Gender, terdapat tujuh kerangka kerja.
Namun dalam penelitian-penelitian sosiologis kerangka kerja yang lazim
digunakan terdapa empat, yakni Kerangka Kerja Harvard, Mosser
(Perencanaan Gender), Longwee (Pemberdayaan Perempuan), dan Kabeer
(Hubungan Sosial).
Adapun kerangka kerja yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah Kerangka Kerja Harvard. Kerangka kerja Harvard merupakan
kerangka kerja yang paling sederhana. Kerangka ini merupakan satu
jaringan (atau matriks) untuk mengumpulkan data di tingkat mikro
(komunitas atau rumah tangga).41 Kerangka analitis Harvard memiliki tiga
komponen utama, yakni :
v Profil Kegiatan
Mengidentifikasikan seluruh tugas produktif dan reproduktif serta
mengajukan pertanyaan : siapa melakukan apa?
v Profil Akses dan Kontrol
40
Dra Trisakti Handayani, et all, Konsep dan Teknik Penelitian Gender, 2008:159
commit to user
Profil ini memperlihatkan siapa yang mempunyai akses terhadap
sumber daya dan kontrol atas penggunaannya. Siapa punya apa?
v Analisis Faktor dan Tren
Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh serta kecenderungan yang
terjadi.
Bagaimana kegiatan, akses, dan pola kontrol ditentukan oleh faktor
struktural (demografi, ekonomi, hukum, dan institusi) serta faktor
budaya, agama dan sikap. Apa konteks sosial dan ekonominya?
Tabel Profil Aktifitas
Aktifitas Produksi Laki-laki Perempuan
Dewasa Anak Dewasa Anak
Aktifitas 1
Aktifitas 2
Aktifitas 3
Aktifitas Reproduksi
Aktifitas 1
Aktifitas 2
commit to user
Tabel Akses dan Kontrol
Tabel Analisis Faktor dan Tren
Faktor-faktor
Dampak Kesempatan Kendala
Lk Pr Lk Pr Lk Pr
Faktor 1
Faktor 2
Faktor 3
Sumberdaya Laki-laki Perempuan
Akses Kontrol Akses Kontrol
Sumberdaya 1
Sumberdaya 2
Sumberdaya 3
Manfaat
Manfaat 1
Manfaat 2
commit to user
BAB III
HASIL PENELITIAN
Lingkungan, sampah dan masyarakat, ketiganya merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan dan saling berkaitan satu sama lain. Lingkungan akan sehat bila
sampah dikelola dengan baik, sampah dapat dikelola dengan baik bila masyarakat
yang menghasilkan sampah memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan. Pada bab ini, penulis akan memaparkan hasil penelitian dan pengamatan
penulis secara langsung di Dusun Badegan selama kurang lebih 6 minggu. Tulisan
pada bab ini didesain untuk memberikan jawaban atas pertanyaan pada rumusan
masalah yang penulis paparkan pada pendahuluan.
3.1. Profil Informan
Pada penelitian ini penulis dibantu oleh 10 orang informan dan 1 orang
informan kunci. Bertindak sebagai informan kunci adalah Bapak Bambang Suwerda,
SST, M.Si (44 tahun), yakni penggagas berdirinya BKKLBM yang juga merangkap
sebagai penasehat. Beliau adalah dosen atau staff pengajar di Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan DIY, jurusan Kesehatan Lingkungan. Beliau menjadikan
BKKLBM sebagai bentuk pengabdiannya bagi masyarakat luas di bidang kesehatan
commit to user
Adapun informan yang lain adalah sebagai berikut :
· Pengelola
1. Bapak Agus Sugiantoro, SH (45 tahun)
Direktur BKKLBM yang juga merupakan kakak ipar dari Bapak
Bambang Suwerda. Pekerjaan utama beliau sebagai seorang pengusaha
rental mobil. Meskipun kurang bisa begitu aktif dalam kegiatan
BKKLBM dikarenakan kesibukannya, namun beliau tetap
memonitoring dan memberikan masukan-masukan pada saat ada
permasalah, baik secara formal maupun informan.
2. Bapak Panut Susanto (55 tahun)
Direktur Bank Sampah Gemah Ripah yang juga ketua RT 12 Dusun
Badegan. Beliau memilih fokus untuk membesarkan Bank Sampah,
meskipun income yang diperoleh tidak seberapa besar. Jabatan sebagai
ketua RT membuat beliau lebih mudah melakukan pendekatan kepada
warga, hasilnya 95% warga RT 12 telah bergabung dengan BKKLBM
melalui Bank Sampahnya.
· Partisipan/Masyarakat
1. Ibu Sri (36 tahun)
Ibu rumah tangga partisipan BKKLBM serta merangkap sebagai
commit to user
sampah plastik karena karena dapat memberikan penghasilan tambahan
bagi keluarga serta menambah wawasan.
2. Ibu Ismiyati (45 tahun)
Ibu rumah tangga, seorang single parent yang menjadi pengrajin daur
ulang sampah plastik sekaligus staff teller Bank Sampah. Masih
memiliki hubungan persaudaraan dengan Bapak Panut dan Mbak Yuni
3. Ibu Ari (37 tahun)
Ibu rumah tangga, partisipan BKKLM yang sudah aktif sejak awal
berdirinya BKKLBM. Memiliki keterampilan menjahit kerajinan
berbahan sampah plastik tetapi enggan untuk menjadi pengrajin. Ibu
Ari juga merupakan pengurus PKK tingkat RT.
4. Mbak Yuni (20 tahun)
Mbak Yuni adalah Staff Teller Bank Sampah Gemah Ripah. Lulusan
SMK Negeri 3 Bantul yang juga seorang santri kalong1 di pesantren
yang letaknya bersebelahan dengan Dusun Badegan. Selain mengaji di
pesantren , kegiatan utama Mbak Yuni adalah mengurus BKKLBM.
· PKK/UPGK/Dasawisma
1. Ibu Kemin (60 tahun)
Ketua UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga) Dusun Badegan.
Mantan tenaga kesehatan di sebuah rumah sakit yang juga aktif
commit to user
mengajar PAUD milik PKK Dusun Badegan ini tertarik pada kegiatan
BKKLBM karena ajakan Bapak Bambang.
2. Ibu Tatik Ruslan (50 tahun)
Merupakan kader PKK Dusun Badegan dan Dasawisma RT 11. Beliau
menaruh perhatian yang sangat besar pada pemberantasan Deam
Berdarah di Dusun Badegan. Karena merasa memiliki kesamaan
pendapat mengenai kesehatan lingkungan dengan BKKLBM, beliau
memutuskan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan BKKLBM.
· Tokoh Masyarakat
Bapak Taufiq Santosa (45 tahun)
Bapak Taufiq adalah Kepala Dusun Badegan yang belum ada 1 tahun
dilantik. Sebelum menjadi Kepala Dusun beliau termasuk sebagai salah
satu tokoh masyarakat di Dusun Badegan.
· Pemerintah Kelurahan
Bapak Sasmito (38 tahun)
Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan (Ka.Ur Ekbang) Kelurahan
commit to user
3.2. Budaya dan Perilaku Masyarakat Terhadap Sampah
Dusun Badegan, merupakan sebuah wilayah yang masih banyak memiliki lahan
untuk penghijuan. Seperti layaknya pemukiman desa yang hijau, sebagian besar
rumah-rumah penduduk Dusun Badegan memiliki halaman depan yang luas dan
dipenuhi dengan berbagai macam tumbuhan. Gempa bumi yang melanda propinsi
DIY di tahun 2006 silam membuat sebagian besar rumah penduduk Dusun Badegan
roboh bahkan tidak jarang rata dengan tanah. Gempa bumi meluluhlantakkan
bangunan rumah permanen milik warga, menyisakan puing-puing yang berserak.
Meskipun kini kehidupan penduduk Dusun Badegan telah kembali normal dengan
rumah-rumah baru yang mereka bangun pasca gempa, namun masih terdapat bencana
lain yang mengancam mereka, yakni bencana lingkungan. Lingkungan dusun yang
sebenarnya asri dan hijau terancam akibat ulah penduduk Dusun Badegan sendiri.
Pasca gempa, banyak sekali puing-puing bangunan yang terongok begitu saja,
sampah-sampah berserakan tidak diatasi dengan baik. TPS-TPS liar bertebaran di
beberapa sudut Dusun Badegan. Persoalan sampah tidak dapat disepelekan begitu
saja, karena penanganan sampah yang tidak tepat akan menimbulkan banyak dampak
negatif bagi masyarakat.
Keberadaan sampah tidak terlepas dari kehidupan manusia. Segala bentuk
aktifitas manusia menghasilkan sampah. Volume dan jenis sampah berbanding lurus
dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang-barang yang digunakan
commit to user
dihasilkan. Berdasarkan kamus istilah lingkungan tahun1994 "Sampah adalah bahan
yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama
dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembikinan
manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan”2
Kondisi lingkungan di Dusun Badegan sebenarnya masih terbilang asri, banyak
pepohonan serta sawah yang terhampar luas. Di sekitar dusun juga belum banyak
pabrik-pabrik industri sehingga kondisi udara masih relatif bersih. Pencemaran
lingkungan justru seringkali dilakukan oleh penduduk Dusun Badegan sendiri. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar penduduk Dusun Badegan masih sangat awam
tentang pengelolaan lingkungan dan pengelolaan sampah.
Sejatinya, permasalahan sampah tidak dapat diselesaikan secara individu,
karena permasalahan sampah merupakan permasalahan bersama masyarakat.
Individu-individu di dalam masyarakat yang hidup berdampingan terus memproduksi
sampah. Setiap tahunnya sampah yang dihasilkan oleh masyarakat terus meningkat
berdasarkan dengan tingkat konsumsi masyarakat. Semakin banyak tingkat konsumsi
masyarakat, akan semakin banyak pula sampah yang dihasilkan.
Penangan sampah pada skala masyarakat sangat tergantung dengan pola pikir,
budaya serta perilaku masyarakat terhadap sampah. Pola pikir tentang pengelolaan
sampah yang dianggap benar oleh masyarakat akan mempengaruhi perilaku