• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nota Keuangan RAPBN 2014 – K3D KEBUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nota Keuangan RAPBN 2014 – K3D KEBUMEN"

Copied!
494
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Halaman Daftar Isi ...

Daftar Tabel ... Daftar Graik ... Daftar Gambar ... Daftar Boks ... Daftar Bagan ... Daftar Matriks ... Daftar Singkatan ...

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Umum ... 1.2 Dasar Hukum Penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN 2014 ... 1.3 Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2014 ... 1.4 Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal ... 1.5 Ringkasan Postur RAPBN 2014 ... 1.6 Uraian Singkat Isi Tiap-Tiap Bab ...

BAB 2 KINERJA EKONOMI MAKRO

2.1 Umum ... 2.2 Perkembangan Ekonomi 2008–2013 ... 2.2.1 Evaluasi Kinerja Ekonomi 2008–2012 ... 2.2.2 Proyeksi Ekonomi 2013 ... 2.2.2.1 Perekonomian Dunia dan Regional ... 2.2.2.2 Perekonomian Nasional ... 2.2.2.3 Inlasi ... 2.2.2.4 Suku Bunga SPN 3 Bulan ... 2.2.2.5 Nilai Tukar ... 2.2.2.6 Harga Minyak Mentah Indonesia ... 2.2.2.7 Lifting Minyak dan Gas Bumi ...

2.3 Tantangan dan Sasaran Kebijakan Ekonomi Makro 2014 ... 2.3.1 Tantangan Kebijakan Ekonomi Makro ...

DAFTAR ISI

i vii x xvi xvii xviii xix

xx

1-1 1-5 1-5 1-7 1-10 1-11

(3)

Halaman 2.3.2 Sasaran Kebijakan Ekonomi Makro ...

2.3.2.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 2.3.2.2 Nilai Tukar Rupiah ... 2.3.2.3 Inlasi ... 2.3.2.4 Suku Bunga SPN 3 Bulan ... 2.3.2.5 Harga Minyak Mentah Indonesia ... 2.3.2.6 Lifting Minyak dan Gas Bumi ...

BAB 3 PENDAPATAN NEGARA

3.1 Umum ... 3.2 Perkembangan Pendapatan Negara Tahun 2008-2012 dan Perkiraan

Pendapatan Negara Tahun 2013 ... 3.2.1 Pendapatan Dalam Negeri ... 3.2.1.1 Penerimaan Perpajakan ... 3.2.1.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ... 3.2.2 Penerimaan Hibah ... 3.3 Tantangan dan Peluang Kebijakan Pendapatan Negara ... 3.4 Sasaran Pendapatan Negara Tahun 2014 ... 3.4.1 Pendapatan Dalam Negeri ... 3.4.1.1 Penerimaan Perpajakan ... 3.4.1.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak ... 3.4.2 Penerimaan Hibah ...

BAB 4 ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT

4.1 Umum ... 4.2 Perkembangan Kebijakan dan Pelaksanaan Anggaran Belanja

Pemerintah Pusat, 2008–2013 ... 4.2.1 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

Menurut Fungsi ... 4.2.2 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

Menurut Organisasi ... 4.2.2.1 Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga ...

2-33 2-33 2-41 2-42 2-42 2-43

2-43

3-1

3-2 3-3 3-4 3-15 3-25 3-25 3-26 3-27 3-28 3-31 3-40

4-1

4-4

4-6

(4)

Halaman 4.2.2.2 Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara ...

4.2.3 Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis ... 4.3 Pokok-Pokok Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014 ... 4.4 Kebijakan dan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat RAPBN Tahun 2014 4.4.1 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi ... 4.4.2 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi ... 4.4.2.1 Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga ... 4.4.2.2 Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara ... 4.4.3 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis ...

BAB 5 KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL

5.1 Umum ... 5.2 Perkembangan Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal Tahun 2008-2013 ... 5.2.1 Pelaksanaan Kebijakan Transfer ke Daerah ... 5.2.2 Pelaksanaan Anggaran Transfer ke Daerah ... 5.2.3 Pelaksanaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ... 5.2.3.1 Pengawasan ... 5.2.3.2 Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan menjadi

Pajak Daerah ... 5.2.3.3 Kebijakan Pajak Rokok ... 5.2.4 Pelaksanaan Kebijakan Pinjaman, Hibah, dan Investasi ke Daerah ... 5.2.4.1 Kebijakan Pinjaman Daerah ... 5.2.4.2 Kebijakan Hibah ke Daerah ... 5.2.4.3 Kebijakan Investasi Daerah ... 5.3 Permasalahan dan Tantangan Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal ... 5.3.1 Pelaksanaan APBD ... 5.3.2 Peningkatan Kualitas Pengelolaan Keuangan Daerah ... 5.3.3 Implikasi terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah ... 5.4 Anggaran Transfer ke Daerah Tahun 2014 ... 5.4.1 Kebijakan Anggaran Transfer ke Daerah RAPBN 2014 ...

4-40

4-41 4-59 4-68 4-69 4-79 4-79 4-93 4-96

5-1 5-2 5-2 5-4 5-8 5-8

(5)

Halaman 5.4.1.1 Dana Perimbangan ...

5.4.1.1.1 Dana Bagi Hasil ... 5.4.1.1.1.1 DBH Pajak ... 5.4.1.1.1.2 DBH Sumber Daya Alam ... 5.4.1.1.2 Dana Alokasi Umum ... 5.4.1.1.3 Dana Alokasi Khusus ... 5.4.1.2 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian ... 5.4.1.2.1 Dana Otonomi Khusus ... 5.4.1.2.2 Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ... 5.4.1.2.3 Dana Penyesuaian ... 5.4.1.2.3.1 Tunjangan Profesi Guru PNSD ... 5.4.1.2.3.2 Tambahan Penghasilan Guru PNSD ... 5.4.1.2.3.3 Bantuan Operasional Sekolah ... 5.4.1.2.3.4 Dana Insentif Daerah ... 5.4.1.2.3.5 Dana Proyek Pemerintah Daerah dan Desentralisasi ...

BAB 6 DEFISIT, PEMBIAYAAN ANGGARAN, DAN RISIKO FISKAL 6.1 Umum ... 6.2 Perkembangan Deisit dan Pembiayaan Anggaran Tahun 2008-2013 ... 6.2.1 Deisit Anggaran... 6.2.2 Pembiayaan Anggaran ... 6.2.2.1 Pembiayaan Nonutang ... 6.2.2.1.1 Perbankan Dalam Negeri... 6.2.2.1.2 Nonperbankan Dalam Negeri... 6.2.2.2 Pembiayaan Utang ... 6.2.2.2.1 Surat Berharga Negara (SBN) ... 6.2.2.2.2 Pinjaman Luar Negeri... 6.2.2.2.3 Pinjaman Dalam Negeri... 6.2.2.3 Perkembangan Portofolio Utang Pemerintah ... 6.3 Deisit dan Pembiayaan Anggaran RAPBN 2014 ...

5-23 5-23 5-24 5-25 5-26 5-28 5-39 5-39 5-39 5-40 5-40 5-41 5-41 5-41

5-42

(6)

Halaman 6.3.1 Deisit Anggaran ...

6.3.2 Pembiayaan Anggaran ... 6.3.2.1 Pembiayaan Nonutang ... 6.3.2.1.1 Perbankan Dalam Negeri... 6.3.2.1.2 Nonperbankan Dalam Negeri ... 6.3.2.2 Pembiayaan Utang ... 6.3.2.2.1 Strategi Umum Pengelolaan Utang... 6.3.2.2.2 Kebijakan Pembiayaan Utang Tahun 2014... 6.4 Risiko Fiskal ... 6.4.1 Risiko Asumsi Dasar Ekonomi Makro ... 6.4.1.1 Sensitivitas Deisit RAPBN 2014 terhadap Perubahan Asumsi Dasar

Ekonomi Makro ... 6.4.1.2 Sensitivitas Risiko Fiskal BUMN terhadap Perubahan Variabel Asumsi

Dasar Ekonomi Makro ... 6.4.2 Risiko Utang Pemerintah Pusat... 6.4.2.1 Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk) ...... 6.4.2.2 Risiko Nilai Tukar (Exchange Rate Risk) ...... 6.4.2.3 Risiko Pembiayaan Kembali (Reinancing Risk) ... 6.4.3 Kewajiban Kontijensi Pemerintah Pusat ... 6.4.3.1 Dukungan dan/atau Jaminan Pemerintah pada Proyek Pembangunan

Infrastruktur ... 6.4.3.1.1 Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik 10.000

MW Tahap I ... 6.4.3.1.2 Proyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik 10.000

MW Tahap II ... 6.4.3.1.3 Percepatan Penyediaan Air Minum ... 6.4.3.1.4 Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur ... 6.4.3.1.5 Penyediaan Fasilitas Penjaminan Infrastruktur melalui PT Penjaminan

Infrastruktur Indonesia (Persero) ... 6.4.3.2 Jaminan Sosial ... 6.4.3.2.1 Program Jaminan Sosial Nasional ...

6-25 6-25 6-25 6-26 6-27 6-34 6-34 6-37 6-41 6-42

6-42

6-44 6-49 6-50 6-50 6-51 6-51

6-51

6-52

6-53 6-53

6-54

(7)

Halaman 6.4.3.2.2 Program Pensiun dan Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri ...

6.4.3.3 Kewajiban menjaga Modal Minimum Lembaga Keuangan Tertentu ... 6.4.3.3.1 Bank Indonesia ... 6.4.3.3.2 Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ... 6.4.3.3.3 Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) ... 6.4.3.4 Tuntutan Hukum kepada Pemerintah ... 6.4.3.5 Bencana Alam ... 6.4.4 Pengeluaran Negara yang Dimandatkan/Diwajibkan (Mandatory

Spending) ...

BAB 7 PROYEKSI APBN JANGKA MENENGAH

7.1 Umum ... 7.2 Proyeksi APBN Jangka Menengah ... 7.2.1 Proyeksi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Jangka Menengah ... 7.2.2 Proyeksi Pendapatan Negara ... 7.2.3 Proyeksi Belanja Negara ... 7.2.4 Proyeksi Pembiayaan Anggaran ... 7.3 Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah ... 7.3.1 Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) 2015-2017... 7.3.2 Perkembangan Penetapan Pagu Anggaran dan Proyeksi KPJM TA 2014

6-57 6-58 6-58 6-59 6-60 6-61 6-61

6-62

(8)

Halaman

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Asumsi Dasar Ekonomi Makro, 2008-2014 ... Tabel 1.2 Perkembangan APBN, 2008-2014 ... Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor, 2008-2012 ... Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Penggunaan dan Lapangan Usaha,

2012-2013 ... Tabel 2.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia, 2013-2014 ... Tabel 2.4 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Penggunaan dan Lapangan

Usaha, 2013-2014 ... Tabel 3.1 Perkembangan Pendapatan Negara, 2008-2013 ... Tabel 3.2 Perkembangan Pendapatan PPh Migas, 2008-2013 ... Tabel 3.3 Perkembangan Pendapatan PPh Nonmigas, 2008-2013 ... Tabel 3.4 Perkembangan Pendapatan PPN dan PPnBM, 2008-2013 ... Tabel 3.5 Perkembangan Pendapatan PBB, 2008-2013 ... Tabel 3.6 Perkembangan Realisasi Pendapatan Cukai, 2008-2013 ... Tabel 3.7 Perkembangan Pendapatan Pajak Lainnya, 2008-2013 ... Tabel 3.8 Perkembangan PNBP 7 K/L Besar, 2008-2013 ... Tabel 3.9 Pendapatan Negara, 2013-2014 ... Tabel 3.10 PNBP 7 K/L Besar, 2013-2014 ... Tabel 4.1 Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi, 2008 - 2013 ... Tabel 4.2 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat, 2008 - 2013 ... Tabel 4.3 Kebijakan Belanja Pegawai, 2008-2013 ... Tabel 4.4 Perkembangan Pembayaran Bunga Utang, 2008-2013 ... Tabel 4.5 Perkembangan Harga Eceran BBM Bersubsidi Tahun 2006-2013 ... Tabel 4.6 Program-Program Prioritas Belanja Bantuan Sosial, 2008-2013 ... Tabel 4.7 Belanja Pemerintah Pusat (BPP) Menurut Fungsi, 2013-2014 ... Tabel 4.8 Anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga, 2013-2014 ... Tabel 4.9 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat, 2013-2014 ... Tabel 4.10 Pembayaran Bunga Utang, 2013-2014 ... Tabel 4.11 Subsidi BBM, BBN, LPG Tabung 3 Kg dan LGV, 2013-2014 ... Tabel 4.12 Subsidi Listrik, 2013-2014 ... Tabel 4.13 Subsidi Nonenergi, 2013-2014 ...

1-7 1-10 2-8

2-19 2-29

(9)

Halaman Tabel 4.14 Anggaran Belanja Kementerian Negara/Lembaga Menurut Sumber

Dana ... Tabel 5.1 Perkembangan Transfer ke Daerah, Tahun 2008-2013 ... Tabel 5.2 Hibah ke Daerah, Tahun 2011-2013 ... Tabel 5.3 APBD Provinsi Per Jenis Belanja, Tahun 2008-2013 ... Tabel 5.4 APBD Kabupaten dan Kota Per Jenis Belanja Tahun 2008-2013 ... Tabel 5.5 Rasio APBD Provinsi Per Jenis Belanja Tahun 2008-2013 ... Tabel 5.6 Rasio APBD Kabupaten dan Kota Per Jenis Belanja Tahun 2008-2013 Tabel 5.7 Perkembangan Realisasi Investasi di Indonesia, 2008-2012 ... Tabel 5.8 Perbandingan Pendapatan APBD Per Kapita dengan Indikator

Kesejahteraan Masyarakat Tahun 2010-2012 ... Tabel 5.9 Laju Inlasi Tahunan di 66 Kota Tahun 2009-2012 ... Tabel 5.10 Daerah Otonom Baru Tahun 2012 ... Tabel 5.11 Daerah Otonom Baru Tahun 2013 ... Tabel 5.12 Transfer ke Daerah, 2013-2014 ... Tabel 6.1 Perkembangan Deisit dan Pembiayaan Anggaran, 2008-2013 ... Tabel 6.2 Perkembangan Pembiayaan Nonutang, 2008 - 2013 ... Tabel 6.3 Perkembangan PMN kepada BUMN, 2008-2013 ... Tabel 6.4 Perkembangan PMN kepada Organisasi/LKI, 2011-2013 ... Tabel 6.5 Perkembangan PMN Lainnya, 2010-2013 ... Tabel 6.6 Perkembangan Alokasi Dana Kewajiban Penjaminan Pemerintah,

2008-2013 ... Tabel 6.7 Perkembangan Pembiayaan Utang, 2008-2013 ... Tabel 6.8 Perkembangan Realisasi Penerbitan SBN, 2008-2013 ... Tabel 6.9 Perkembangan Kepemilikan SBN Tradable, 2008-2013 ...

Tabel 6.10 Perkembangan Outstanding Utang Pemerintah Berdasarkan Mata

Uang, 2008-2013 ... Tabel 6.11 Perkembangan Outstanding Utang Pemerintah Berdasarkan Jenis

Instrumen, 2008-2013 ... Tabel 6.12 Deisit dan Pembiayaan Anggaran, 2013-2014 ... Tabel 6.13 Pembiayaan Nonutang, 2013-2014 ... Tabel 6.14 Dana Investasi Pemerintah, 2013-2014 ...

4-114 5-4 5-13 5-15 5-16 5-16 5-17 5-19

5-21 5-22 5-38 5-38 5-43 6-3 6-5 6-10 6-13 6-13

6-16 6-17 6-20 6-20

6-24

(10)

Halaman Tabel 6.15 PMN kepada BUMN, 2013-2014 ...

Tabel 6.16 PMN kepada Organisasi/LKI, 2013-2014 ... Tabel 6.17 Penyertaan Modal Negara Lainnya, 2013-2014 ... Tabel 6.18 Dana Bergulir, 2013-2014 ... Tabel 6.19 Kewajiban Penjaminan Pemerintah, 2013-2014 ... Tabel 6.20 Pembiayaan Utang, 2013-2014 ... Tabel 6.21 Rincian Penerusan Pinjaman, 2013-2014 ... Tabel 6.22 Komitmen Pinjaman Siaga ... Tabel 6.23 Perkembangan Selisih Antara Asumsi Dasar Ekonomi Makro dan

Realisasinya, 2008-2013 ... Tabel 6.24 Sensitivitas Deisit RAPBN 2014 terhadap Perubahan Asumsi Dasar

Ekonomi Makro ... Tabel 6.25 Analisis Skenario Risiko Fiskal BUMN Agregasi Posisi Transaksi Fiskal

dengan BUMN, 2014-2016 ... Tabel 6.26 Stress Test Perubahan Nilai Tukar, Harga Minyak, Suku Bunga, dan

Pertumbuhan Ekonomi terhadap Risiko Fiskal BUMN, 2014-2016 ... Tabel 6.27 Perkembangan Indikator Risiko Portofolio Utang, 2009-2013 ... Tabel 6.28 Daftar Proyek yang Telah Memperoleh Jaminan Pemerintah Terkait

Proyek PT PLN... Tabel 6.29 Daftar Proyek yang Telah Memperoleh Jaminan Pemerintah Terkait Proyek PDAM ... Tabel 7.1 APBNP 2013, RAPBN 2014 dan Prakiraan Maju 2015-2017 ... Tabel 7.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro RAPBN 2014 dan Jangka Menengah,

2015-2017 ... Tabel 7.3 Daftar Rincian Alokasi Anggaran K/L (Baseline), 2015-2017 Menurut

Fungsi ... Tabel 7.4 Daftar Rincian Alokasi Anggaran (Baseline), 2015-2017 Menurut

Organisasi (K/L) ... Tabel 7.5 Asumsi Dasar Ekonomi Makro: RAPBN 2014 dan KPJM 2014 ... Tabel 7.6 Rekonsiliasi Postur APBN: KPJM 2014 dan RAPBN 2014 ... Tabel 7.7 Rekonsiliasi Belanja Negara ...

6-26 6-29 6-31 6-32 6-33 6-37 6-40 6-41

6-42

6-44

6-46

6-47 6-50

6-53

6-54 7-4

7-7

7-23

(11)

Halaman

DAFTAR GRAFIK

Graik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia, 2008-2012 ... Graik 2.2 Pertumbuhan Volume Perdagangan Dunia, 2008-2012 ... Graik 2.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2008-2012 ... Graik 2.4 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Pengeluaran, 2008-2012 ... Graik 2.5 Perkembangan Inlasi, 2008-2012 ... Graik 2.6 Perkembangan Suku Bunga SPN 3 Bulan, 2011-2012 ... Graik 2.7 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS, 2008-2012 .... Grafik 2.8 Perkembangan Produksi, Konsumsi dan Harga Minyak Mentah

Internasional, 2009-2012 ... Graik 2.9 Lifting Minyak dan Gas Bumi, 2008-2012 ...

Graik 2.10 Perkembangan Indeks Dow Jones dan IHSG selama QE1, QE2, dan QE3 ... Graik 2.11 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Indonesia ... Graik 2.12 Perkembangan Nilai Tukar Petani, 2008-2013 ... Graik 2.13 Perkembangan Koeisien Gini Indonesia, 2002-2012 ... Graik 2.14 Rata-Rata Koeisien Gini Beberapa Negara, 2008-2012 ... Graik 2.15 Perkembangan Suku Bunga SPN 3 Bulan, 2013 ... Graik 2.16 Produksi, Konsumsi, dan Harga Minyak Mentah Dunia 2013 ... Graik 2.17 Perkembangan Lifting Migas Bumi, 2013 ...

Graik 2.18 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011-2014 ... Graik 2.19 Struktur Demograi Penduduk Indonesia 2010 dan 2025 ... Graik 3.1 Perkembangan Penerimaan Perpajakan, 2008-2013 ... Graik 3.2 Pertumbuhan Pendapatan Pajak Dalam Negeri, 2008-2013 ... Graik 3.3 Kontribusi Rata-Rata Penerimaan Pajak Dalam Negeri, 2008-2012 .... Graik 3.4 Perkembangan Rata-Rata Tarif MFN dan Kerja sama Perdagangan

Internasional, 2008-2012 ... Graik 3.5 Perkembangan Harga CPO Internasional dan Pendapatan Bea Keluar, 2008-2012 ... Graik 3.6 Perubahan Kontribusi Volume Ekspor CPO dan Produk Turunannya,

2010-2012 ... Graik 3.7 Perkembangan Pendapatan SDA Migas, 2008-2013 ... Graik 3.8 Perkembangan Pendapatan SDA Nonmigas, 2008-2013 ...

2-2 2-3 2-4 2-5 2-9 2-11 2-11

2-13 2-14

2-16 2-21 2-23 2-24 2-24 2-27 2-28 2-28 2-33 2-34 3-4 3-7 3-8

3-13

3-14

(12)

Halaman Graik 3.9 Kinerja Keuangan BUMN 2008-2012 ...

Graik 3.10 Kontribusi BUMN Terhadap APBN, 2008-2012 ... Graik 3.11 Perkembangan Pendapatan Bagian Laba BUMN, 2008-2013 ... Graik 3.12 Perkembangan PNBP Lainnya, 2008-2013 ... Graik 3.13 Perkembangan PNBP Kemenkominfo, 2008-2013 ... Graik 3.14 Perkembangan PNBP Kemendikbud, 2008-2013 ... Graik 3.15 Perkembangan PNBP Kemenkes, 2008-2013 ... Graik 3.16 Perkembangan PNBP Polri, 2008-2013 ... Graik 3.17 Perkembangan PNBP Kemenkumham, 2008-2013 ... Graik 3.18 Perkembangan PNBP BPN, 2008-2013 ... Graik 3.19 Perkembangan PNBP Kemenhub, 2008-2013 ... Graik 3.20 Perkembangan Pendapatan BLU, 2008-2013 ... Graik 3.21 Perkembangan Penerimaan Hibah, 2008-2013 ... Graik 3.22 Perkembangan PNBP SDA Migas, 2013-2014 ... Graik 3.23 Perkembangan PNBP SDA Nonmigas, 2013-2014 ... Graik 3.24 Pendapatan Bagian Laba BUMN, 2013-2014 ... Graik 3.25 Perkembangan PNBP Lainnya, 2013-2014 ... Graik 3.26 PNBP Kemenkominfo, 2013-2014 ... Graik 3.27 PNBP Kemendikbud, 2013-2014 ... Graik 3.28 PNBP Kemenkes, 2013-2014 ... Graik 3.29 PNBP Polri, 2013-2014 ... Graik 3.30 PNBP Kemenkumham, 2013-2014 ... Graik 3.31 PNBP BPN, 2013-2014 ... Graik 3.32 PNBP Kemenhub, 2013-2014 ... Graik 3.33 Pendapatan BLU, 2013-2014 ... Graik 3.34 Penerimaan Hibah, 2013-2014 ... Graik 4.1 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi, 2008-2013 Graik 4.2 Belanja Fungsi Pelayanan Umum, 2008-2013 ... Graik 4.3 Belanja Fungsi Pertahanan, 2008-2013 ... Graik 4.4 Belanja Fungsi Ketertiban dan Keamanan, 2008-2013 ...

(13)

Halaman Graik 4.5 Belanja Fungsi Ekonomi, 2008-2013 ...

Graik 4.6 Belanja Fungsi Lingkungan Hidup, 2008-2013 ... Graik 4.7 Belanja Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum, 2008-2013 ... Graik 4.8 Belanja Fungsi Kesehatan, 2008-2013 ... Graik 4.9 Belanja Fungsi Pariwisata dan budaya, 2008-2013 ... Graik 4.10 Belanja Fungsi Agama, 2008-2013 ... Graik 4.11 Belanja Fungsi Pendidikan, 2008-2013 ... Graik 4.12 Belanja Fungsi Perlindungan Sosial, 2008-2013 ... Graik 4.13 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat, 2008-2013 ... Graik 4.14 Perkembangan Belanja K/L, 2008-2013 ... Graik 4.15 Penyerapan Belanja K/L, 2008-2013 ... Graik 4.16 Perkembangan Belanja K/L Bidang Perekonomian, 2008-2013 ... Graik 4.17 Perkembangan Belanja K/L Bidang Polhukam, 2008-2013 ... Graik 4.18 Perkembangan Belanja K/L Bidang Kesra, 2008-2013 ... Graik 4.19 Perkembangan Belanja Kementerian Pertahanan, 2008-2013 ... Graik 4.20 Perkembangan Belanja Kementerian Pekerjaan Umum, 2008-2013 .... Graik 4.21 Perkembangan Belanja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

2008-2013 ... Graik 4.22 Perkembangan Belanja Polri, 2008-2013 ... Graik 4.23 Perkembangan Belanja Kementerian Agama, 2008-2013 ... Graik 4.24 Perkembangan Belanja Kementerian Kesehatan, 2008-2013 ... Graik 4.25 Perkembangan Belanja Kementerian Perhubungan, 2008-2013 ... Graik 4.26 Perkembangan Belanja Kementerian Keuangan, 2008-2013 ... Graik 4.27 Perkembangan Belanja Kementerian ESDM, 2008-2013 ... Graik 4.28 Perkembangan Belanja Kementerian Pertanian, 2008-2013 ... Graik 4.29 Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis, 2008-2013 ... Graik 4.30 Perkembangan Belanja Pegawai, 2008-2013 ... Graik 4.31 Perkembangan Take Home Pay Terendah Aparatur Negara, 2008-2013

Graik 4.32 Perkembangan Belanja Barang, 2008-2013 ... Graik 4.33 Perkembangan Belanja Modal, 2008-2013 ...

4-13 4-14 4-15 4-16 4-17 4-18 4-19 4-20 4-21 4-22 4-22 4-23 4-23 4-23 4-25 4-26

(14)

Halaman Graik 4.34 Perkembangan Weighted Average Yield (WAY) Lelang SPN 3 Bulan,

2011-2013 ... Graik 4.35 Perkembangan Pembayaran Bunga Utang Terhadap Total Belanja

Negara, 2008-2013 ... Graik 4.36 Porsi Pembayaran Bunga Utang Berdasarkan Instrumen, 2008-2013 Graik 4.37 Perkembangan Belanja Pembayaran Bunga Utang, 2008-2013 ... Graik 4.38 Perkembangan Subsidi, 2008-2013 ... Graik 4.39 Perkembangan Subsidi Energi, 2008-2013 ... Graik 4.40 Perkembangan Volume Konsumsi BBM, 2008-2013 ... Graik 4.41 Perkembangan Subsidi Non-Energi, 2008-2013 ... Graik 4.42 Perkembangan Bantuan Sosial, 2008-2013 ... Graik 4.43 Perkembangan Belanja Lain-lain, 2008-2013 ... Graik 4.44 Perkembangan Anggaran Belanja K/L, Tahun 2008-2014 ... Graik 4.45 Anggaran Belanja 10 K/L Terbesar, 2014 ... Graik 4.46 Komposisi Anggaran Belanja K/L, Tahun 2014 ... Graik 4.47 Komposisi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis Belanja, 2014 .... Graik 4.48 Komposisi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Kategori Wajib/Tidak

Wajib, 2014 ... Graik 4.49 Perkembangan Belanja Subsidi ... Graik 4.50 Komposisi Belanja Subsidi 2014 ... Graik 5.1 Perkembangan Transfer ke Daerah, Tahun 2008-2013 ... Graik 5.2 Dana Alokasi Umum Se-Provinsi di Indonesia Tahun 2012-2013 ... Graik 5.3 Dana Bagi Hasil Pajak Per Provinsi di Indonesia Tahun 2012-2013 ... Graik 5.4 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Daerah Per Provinsi di Indonesia

Tahun 2012-2013 ... Graik 5.5 Dana Alokasi Khusus Se-Provinsi di Indonesia, Tahun 2012-2013 ... Graik 5.6 Perkembangan Dana Otsus dan Penyesuaian, Tahun 2008-2013 ... Graik 5.7 Gambaran Umum Investasi Daerah Tahun 2008-2013 ... Graik 5.8 Rasio Ketergantungan Fiskal Nasional, Tahun 2008-2013 ... Graik 5.9 Pertumbuhan Ekonomi 2011 ... Graik 5.10 Pertumbuhan Ekonomi 2012 ...

4-45

4-46 4-48 4-48 4-49 4-49 4-50 4-52 4-55 4-58 4-79 4-81 4-81 4-96

4-96 4-102 4-102 5-4 5-5 5-6

(15)

Halaman Graik 6.1 Perkembangan Deisit Anggaran, 2008-2013 ...

Graik 6.2 Perkembangan Pembiayaan Anggaran, 2008-2013 ... Graik 6.3 Perkembangan Penerimaan Privatisasi BUMN, 2008-2013 ... Graik 6.4 Perkembangan Hasil Pengelolaan Aset, 2008-2013 ... Graik 6.5 Perkembangan Dana Investasi Pemerintah, 2008-2013 ... Graik 6.6 Perkembangan Realisasi Dana PIP, 2009-2013 ... Graik 6.7 Perkembangan Penyertaan Modal Negara, 2008-2013 ... Graik 6.8 Perkembangan Total Aktiva, Ekuitas, dan Penjualan BUMN, 2008-2012 Graik 6.9 Kinerja Laba, Dividen, dan Pajak BUMN, 2008-2012 ... Graik 6.10 Perbandingan Pertumbuhan Aset BUMN dan Pertumbuhan PDB,

2009-2012 ... Graik 6.11 Perkembangan Alokasi Pembiayaan untuk Dana Bergulir, 2009-2013 Graik 6.12 Perkembangan Alokasi Pembiayaan DPPN, 2010-2013 ... Graik 6.13 Perkembangan Penerbitan SBN Neto, 2008-2013 ... Graik 6.14 Perkembangan Penerbitan SBN Neto dan Outstanding SBN Domestik,

2008-2013 ... Graik 6.15 Perkembangan Penerbitan SBN Valas dan Outstanding SBN Valas,

2008-2013 ... Graik 6.16 Perkembangan Penarikan Pinjaman Luar Negeri, 2008-2013 ... Graik 6.17 Perkembangan Penarikan Penerusan Pinjaman, 2009-2013 ... Graik 6.18 Perkembangan Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, 2008-2013 ... Graik 6.19 Perkembangan Penarikan Pinjaman Dalam Negeri, 2010-2013 ... Graik 6.20 Perkembangan Rasio Utang Pemerintah Terhadap PDB, 2008-2013 ... Graik 6.21 Perkembangan Penerimaan dari BUMN, 2008-2012 ... Graik 6.22 Perkembangan PSO melalui BUMN, 2008-2013 ... Graik 6.23 Perkembangan Nilai Utang Bersih BUMN, 2008-2013 ... Graik 6.24 Perkembangan Capital Expenditure dan Selisih Utang Jangka Panjang

BUMN, 2008-2013 ... Graik 6.25 Perkembangan Pembayaran Manfaat Pensiun Pegawai Negeri ... Graik 6.26 Perkembangan Modal dan Rasio Modal Bank Indonesia ... Graik 6.27 Perkembangan Jumlah Dana Simpanan yang Dijamin, Modal LPS, dan

6-2 6-3 6-5 6-6 6-7 6-8 6-8 6-11 6-11

6-12 6-14 6-14 6-17

6-18

6-19 6-21 6-22

6-22 6-23 6-23 6-44 6-44 6-45

(16)

Halaman Cadangan Klaim Penjaminan, 2008-2014 ...

Graik 6.28 Perkembangan Kegiatan Pembiayaan Ekspor dan Posisi Permodalan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia 2008-2014 ... Graik 6.29 Perkembangan Dana Kontijensi Bencana Alam Tahun 2008-2013 ... Graik 6.30 Perkembangan Mandatory Spending, 2008-2013 ...

Grafik 6.31 Perkembangan Komposisi Belanja Negara Mengikat dan Tidak Mengikat, 2008-2013 ... Graik 7.1 Perkembangan dan Proyeksi Penerimaan Perpajakan, 2008-2017 ... Graik 7.2 Perkembangan dan Proyeksi PNBP, 2008-2017 ... Graik 7.3 Perkembangan dan Proyeksi Penerimaan Hibah, 2008-2017 ... Graik 7.4 Perkembangan dan Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat, 2008-2017 .... Graik 7.5 Perkembangan dan Proyeksi Transfer ke Daerah, 2008-2017 ... Graik 7.6 Perkembangan dan Proyeksi Pembiayaan Anggaran, 2008-2017 ... Graik 7.7 Rasio Utang Terhadap PDB, 2008-2017 ...

6-59

6-60 6-62 6-62

(17)

Halaman

DAFTAR GAMBAR

(18)

Halaman

DAFTAR BOKS

Boks 4.1 Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Program Jaminan Kesehatan Tahun 2014 ... Boks 6.1 Risiko Fiskal Beberapa BUMN Terbesar ... Boks 6.2 Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Pengadaan

Infrastruktur ...

4-110 6-48

(19)

Halaman

DAFTAR BAGAN

Bagan 6.1 Pangsa Pasar BUMN pada Beberapa Sektor Utama ... Bagan 7.1 Tujuan dan Landasan KPJM ...

(20)

Halaman

DAFTAR MATRIKS

Matriks 4.1 Ringkasan Program, Indikator Kinerja, dan Outcome Kementerian

(21)

1. ADB : Asian Development Bank

2. AIF : ASEAN Infrastructure Fund

3. ALM : Asset Liability Management

4. Almatsus : Alat Material Khusus 5. Alutsista : Alat Utama Sistem Senjata

6. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 7. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

8. APBNP : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 9. ASEAN : The Association of Southeast Asian Nations

10. ATM : Average Time to Maturity

11. ATR : Average Time to Reix

12. BBM : Bahan Bakar Minyak 13. BI : Bank Indonesia

14. BLBI : Bantuan Likuiditas Bank Indonesia 15. BLU : Badan Layanan Umum

16. BLUP3H : BLU Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan 17. BLUPPP : BLU Pusat Pembiayaan Perumahan

18. BMP : Batas Maksimal Pinjaman Luar Negeri 19. BMP SBSN : Batas Maksimal Penerbitan SBSN 20. BOG : Board of Governor

21. BPD : Bank Pembangunan Daerah

22. BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 23. BPJT : Badan Pengatur Jalan Tol

24. BPK RI : Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 25. BPKP : Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan 26. BPPN : Badan Penyehatan Perbankan Nasional

27. BSF : Bond Stabilization Framework

28. BUMN : Badan Usaha Milik Negara

29. BUMNIS : Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis 30. BUN : Bendahara Umum Negara

(22)

31. BUPI : Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur 32. CDS : Credit Default Swap

33. CGIF : Credit Guarantee and Investment Facility

34. CJPP : Central Java Power Plant

35. CMP : Crisis Management Protocol

36. COD : Commercial Operation Date

37. CPO : Crude Price Oil

38. DAU : Dana Alokasi Umum 39. DBH : Dana Bagi Hasil

40. DJKN : Direktorat Jenderal Kekayaan Negara 41. DPD : Dewan Pertimbangan Daerah

42. DPPN : Dana Pengembangan Pendidikan Nasional 43. DPR RI : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 44. DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

45. EBA : Efek Beragun Aset

46. ESDM : Energi dan Sumber Daya Mieneral

47. EUR : Euro

48. FDG : Fasilitas Dana Geothermal

49. FLPP : Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan 50. FR : Fixed Rate

51. Frek-RHS : Frekuensi – Right Hand Side

52. GCI : General Capital Increase

53. GMTN : Global Medium Term Note

54. HMETD : Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu 55. HPA : Hasil Pengelolaan Aset

56. IBRD : International Bank for Reconstruction and Development

57. ICD : The Islamic Corporation for the Development of Private Sector

58. ICP : Indonesian Crude Oil Price

59. IDA : International Development Association

(23)

61. IDR : Indonesian Rupiah

62. IFAD : International Fund for Agricultural Development

63. IFC : International Finance Corporation

64. IICE : Indonesia Infrastructure Conference and Exhibition

65. IJP : Imbal Jasa Penjaminan 66. IJR : Ijarah Fixed Rate

67. IMF : International Monetary Fund

68. IPA : Imbalan Pengelolaan Aset 69. IPK : Imbalan Pengelolaan Kinerja 70. IPP : Independent Power Producer

71. IRCo : International Rubber Consortium Company Limited

72. JBIC : Japan Bank for International Cooperation

73. JPY : Japanese Yen

74. K/L : Kementerian Negara/Lembaga 75. KIP : Kredit Investasi Pemerintah 76. KMK : Keputusan Menteri Keuangan 77. KPR : Kredit Perumahan Rakyat 78. KPS : Kontrak Production Sharing

79. KUMKM : Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 80. KUR : Kredit Usaha Rakyat

81. LKI : Lembaga Keuangan Internasional 82. LKPP : Laporan Keuangan Pemerintah Pusat 83. LPDB : Lembaga Pengelola Dana Bergulir

84. LPDB KUMKM : Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

85. LPDP : Lembaga Pengelola Dana Pendidikan 86. LPEI : Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia 87. LPS : Lembaga Penjaminan Simpanan

88. LRF : Land Revolving Fund

89. mboepd : million barrel oil equivalent per day, satuan lifting gas setara dengan

(24)

90. MBR : Masyarakat Berpenghasilan Rendah 91. MDGs : Millenium Development Goals

92. MEF : Minimum Essential Force

93. migas : minyak bumi dan gas alam 94. MK : Mahkamah Konstitusi

95. MP3EI : Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia

96. MP3KI : Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia

97. MPR : Majelis Permusyawaratan Rakyat 98. MTBF : Medium Term Budget Framework

99. MTEF : Medium-Term Expenditure Framework

100. NOL : No Objection Letter

101. NPG : Non Performing Guarantee

102. NRW : Non Revenue Water

103. ON : Obligasi Negara 104. ORI : Obligasi Negara Ritel 105. OVOP : One Vilage One Product

106. PBB : Pajak Bumi dan Bangunan 107. PBK : Penganggaran Berbasis Kinerja 108. PBS : Project Based Sukuk

109. PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum 110. PDB : Produk Domestik Bruto

111. PDF : Project Development Facility

112. PDN : Pinjaman Dalam Negeri 113. PDS : Project Development Services

114. Pemda : Pemerintah Daerah 115. Perpres : Peraturan Presiden

116. PIP : Pusat Investasi Pemerintah

(25)

119. PLTA : Pembangkit Listrik Tenaga Air

120. PLTP : Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi 121. PLTU : Pembangkit Listrik Tenaga Uap

122. PMK : Peraturan Menteri Keuangan 123. PMN : Penyertaan Modal Negara

124. PMTB : Pembentukan Modal Tetap Bruto 125. PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak 126. PNS : Pegawai Negeri Sipil

127. Polri : Kepolisian Negara Republik Indonesia 128. POPB : Per Orang Per Bulan

129. PP : Peraturan Pemerintah 130. PPh : Pajak Penghasilan

131. PPK : Perusahaan Penjamin KUR 132. PPN : Pajak Pertambahan Nilai

133. PPP : Public Private Partnership / Kerjasama Pemerintah-Swasta

134. PSO : Public Service Obligation

135. PT : Perseroan Terbatas

136. PT BPUI : PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia 137. PT DI : PT Dirgantara Indonesia

138. PT HK : PT Hutama Karya

139. PT Inalum : PT Indonesia Asahan Aluminium

140. PT PII : PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) 141. PT PLN (Persero) : PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

142. PT PPA (Persero) : PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) 143. PT SMF : PT Sarana Multigriya Finansial

144. PT SMI : PT Sarana Multi Infrastuktur 145. PUPN : Panitia Urusan Piutang Negara

146. RAPBN : Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 147. Rasio Utang FX : Rasio Utang Foreign Exchange

(26)

150. RKAKL : Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga 151. RKP : Rencana Kerja Pemerintah

152. Rp : Rupiah

153. RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 154. RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 155. RUU : Rancangan Undang-undang

156. SAL : Saldo Anggaran Lebih 157. Satker : Satuan Kerja

158. SBN : Surat Berharga Negara

159. SBSN : Surat Berharga Syariah Negara 160. SCI : Selected Capital Increase

161. SDHI : Sukuk Dana Haji Indonesia

162. SEC : Securities and Exchange Commission

163. SiKPA : Sisa Kurang Pembiayaan Anggaran 164. SiLPA : Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 165. SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional 166. SLA : Subsidiary Loan Agreement

167. SPAM : Sistem Penyediaan Air Minum 168 SPN : Surat Perbendaharaan Negara

169. SPNS : Surat Perbendaharaan Negara Syariah 170. SUKRI : Sukuk Ritel

171. SUP : Surat Utang Pemerintah 172. TA : Tahun Anggaran

173. THT : Tabungan Hari Tua

174. TNI : Tentara Nasional Indonesia 175. TUN : Tata Usaha Negara

176. UKM : Usaha Kecil dan Menengah

177. UMKM : Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 178. UPSL : Unfunded Past Service Liability

179. USD : United States Dollar

(27)

181. UUD 1945 : Undang-undang Dasar 1945 182. Valas : Valuta Asing

183. VGF : Viability Gap Fund

184. VR : Variable Rate

(28)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Umum

Sejarah mengajarkan bahwa pencapaian cita-cita dan tujuan bernegara membutuhkan perjuangan, kerja keras, dan doa. Selayaknya setiap bangsa yang merdeka, bangsa Indonesia memiliki cita-cita dan tujuan, yaitu untuk menjadi bangsa yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Seperti yang telah dituangkan oleh para pendahulu kita dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, cita-cita tersebut adalah untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita tersebut, Pemerintah telah menyusun berbagai target dan sasaran yang terangkum dalam suatu kerangka pembangunan nasional. Upaya pencapaian tujuan dan cita-cita tersebut direncanakan dan dilaksanakan dalam berbagai tahap, yakni jangka panjang, jangka menengah, hingga jangka pendek (tahunan). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005—2025 menggariskan bahwa visi Indonesia tahun 2025 adalah Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur, yang pelaksanaannya dibagi ke dalam 4 (empat) tahapan pembangunan jangka menengah. Tahapan kedua dari empat tahap tersebut adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010—2014 dengan visi Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan. Tahun anggaran 2014 merupakan babak akhir dari pelaksanaan pembangunan jangka menengah tahap kedua. Sehubungan dengan itu, telah dilakukan evaluasi paruh waktu pelaksanaan RPJMN 2010—2014 dalam rangka mengetahui perkembangan hasil dan kesesuaian arah antara pencapaian visi, misi, dan sasaran prioritas pembangunan nasional yang akan dicapai. Evaluasi tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan RPJMN 2010—2014 sampai dengan saat ini telah memberikan hasil pembangunan yang cukup baik. Jika dibandingkan dengan kondisi awal 2009, saat ini Indonesia telah menjadi negara yang lebih sejahtera dan lebih demokratis. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat baik secara kuantitas maupun kualitas antara lain ditunjukkan oleh meningkatnya indeks pembangunan manusia, penurunan angka kemiskinan, serta peningkatan akses dan kualitas pendidikan. Hal tersebut tidak terlepas dari berbagai upaya yang bermuara antara lain pada pencapaian pertumbuhan ekonomi. Pencapaian tersebut patut disyukuri di tengah kondisi ekonomi dunia yang melemah. Pengakuan dunia internasional yang menempatkan Indonesia sebagai negara terbesar ketiga, setelah India dan Amerika Serikat, dalam hal demokrasi adalah bukti keberhasilan Indonesia dalam pembangunan politik.

(29)

surplus beras 10 juta ton, dan peningkatan produksi jagung, kedelai, gula, dan daging, diversiikasi pemanfaatan energi, dan percepatan pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Sementara itu, peningkatan kesejahteraan rakyat dilakukan antara lain melalui pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan, penurunan angka kematian ibu dan bayi, peningkatan akses air minum dan sanitasi layak, perluasan program keluarga harapan, pengembangan penghidupan penduduk miskin dan rentan, serta mitigasi bencana. Di lain pihak, pemeliharaan stabilitas sosial dan politik dilakukan melalui percepatan pembangunan alutsista menuju pemenuhan minimum essential force (MEF), pemantapan keamanan dalam negeri dan pemberantasan terorisme, serta pelaksanaan Pemilu 2014.

Untuk mendukung pencapaian tema tersebut, dalam RKP 2014 ditetapkan 11 Prioritas Pembangunan Nasional dan 3 prioritas nasional lainnya, yaitu (1) reformasi birokrasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5) ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan iklim usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup dan pengelolaan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonlik; dan (11) kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi. Selanjutnya tiga prioritas nasional lainnya meliputi: (1) prioritas bidang politik, hukum, dan keamanan; (2) prioritas bidang perekonomian; dan (3) prioritas bidang kesejahteraan rakyat.

Sejalan dengan itu, kebijakan pembangunan dalam RKP 2014 dibagi dalam tiga bagian, yaitu pertama, kebijakan yang diarahkan untuk mencapai sasaran prioritas pembangunan nasional; kedua, kebijakan untuk memperkuat pembangunan di berbagai bidang; serta ketiga

kebijakan untuk memperkokoh kesatuan wilayah pembangunan seluruh Indonesia. Dalam tahap selanjutnya, prioritas pembangunan nasional dalam RKP 2014 tersebut dan kesepakatan antara Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dalam rangka pembicaraan pendahuluan penyusunan RAPBN 2014 digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RAPBN 2014.

Secara umum, RAPBN 2014 mempunyai peran strategis untuk melaksanakan tiga fungsi ekonomi Pemerintah, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi. Untuk itu, RAPBN 2014 didesain sesuai dengan penetapan tiga fungsi tersebut. Fungsi alokasi berkaitan dengan alokasi anggaran Pemerintah untuk tujuan pembangunan nasional, terutama dalam melayani kebutuhan masyarakat dan mendukung penciptaan akselerasi pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas. Fungsi distribusi berkaitan dengan distribusi pendapatan dan subsidi dalam upaya peningkatan kesejahteraan rakyat, sedangkan fungsi stabilisasi berkaitan dengan upaya untuk menjaga stabilitas dan akselerasi kinerja ekonomi sehingga perekonomian tetap pada kondisi yang produktif, eisien, dan stabil.

(30)

Dari sisi klasiikasi ekonomi, alokasi RAPBN 2014 terdiri atas belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja lain-lain.

Penerapan fungsi distribusi Pemerintah dalam RAPBN 2014 dijalankan dalam kaitannya dengan upaya pemerataan kesejahteraan masyarakat. Beberapa mekanisme dalam RAPBN 2014 yang digunakan untuk melaksanakan fungsi distribusi di antaranya (1) fungsi DAU sebagai alat untuk meminimalkan ketimpangan iskal antardaerah dan dimaksudkan sebagai alat untuk pemerataan kemampuan keuangan antardaerah guna mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi; (2) subsidi yang dibayarkan oleh Pemerintah dalam membuat suatu barang/jasa menjadi lebih murah untuk dibeli, digunakan, atau dihasilkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat; (3) bantuan sosial yang merupakan pemberian bantuan berupa uang/barang dari Pemerintah kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif, yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Pemberian bantuan sosial ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan Pemerintah dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat, dan (4) penerapan PPh orang pribadi dengan tarif progresif, yaitu semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi tarif pajak yang harus dibayarkan.

Fungsi stabilisasi dalam RAPBN 2014 ditetapkan terkait dengan upaya menciptakan stabilitas ekonomi dengan meminimalisasi volatilitas atau fluktuasi dalam perekonomian melalui instrumen iskal dan moneter. Dengan peran stabilisasinya, APBN dipandang merupakan salah satu alat yang efektif untuk memperkecil siklus bisnis. Sejarah APBN Indonesia menunjukkan bukti tersebut selama krisis ekonomi tahun 2009. Kebijakan ekspansi iskal melalui pengalokasian stimulus iskal dalam tahun 2009 telah mampu menahan ekonomi Indonesia dari dampak krisis, bahkan mampu membuat ekonomi tumbuh positif di tengah kondisi melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Sejalan dengan itu, stabilitas ekonomi dapat terjaga, dan kesehatan iskal dapat diwujudkan.

Selanjutnya, kondisi APBN tahun tertentu dipengaruhi oleh (1) indikator-indikator ekonomi yang ditetapkan sebagai asumsi dasar ekonomi makro yaitu pertumbuhan ekonomi, tingkat inlasi, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP), lifting

minyak dan lifting gas, dan parameter ekonomi penting seperti volume konsumsi energi bersubsidi, serta target penurunan tingkat kemiskinan, dan tingkat pengangguran; (2) langkah-langkah kebijakan (policy measures) dan administratif (administrative measures) yang ditempuh baik dari sisi pendapatan negara, belanja negara, maupun pembiayaan anggaran; (3) berbagai peraturan dan regulasi serta keputusan hukum yang berlaku; (4) berbagai langkah antisipasi terhadap ketidakpastian ekonomi, kondisi darurat dan bencana alam; serta (5) kebijakan kerja sama internasional baik di bidang ekonomi maupun nonekonomi.

(31)

Dalam tahun 2013, bangsa Indonesia dihadapkan pada persoalan tingginya harga minyak mentah dunia yang mengakibatkan beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang makin meningkat. Peningkatan beban subsidi BBM tersebut akan mengganggu keberlanjutan iskal Pemerintah yang pada gilirannya dapat mengancam stabilitas perekonomian dan mengurangi kepercayaan terhadap ekonomi Indonesia. Peningkatan beban subsidi BBM juga akan membawa akibat kepada pengurangan anggaran Pemerintah untuk berbagai program penting bagi kesejahteraan rakyat, seperti alokasi untuk kemiskinan dan infrastruktur. Alokasi seperti ini tidak mencerminkan aspek keadilan sehingga Pemerintah mengambil keputusan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Dalam tahun 2014, perekonomian dunia diperkirakan akan berjalan lebih baik dari kondisinya dalam tahun 2013 meskipun masih terdapat beberapa potensi risiko. Sejalan dengan itu, kinerja perekonomian nasional diperkirakan akan berjalan lebih baik. Pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2014 diperkirakan dapat lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhannya dalam tahun 2013. Di sisi lain, peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut juga akan didukung oleh stabilitas ekonomi makro yaitu dengan terkendalinya laju inlasi dan stabilnya kondisi nilai tukar rupiah. Selanjutnya, momentum membaiknya kinerja perekonomian nasional ke depan akan diarahkan pada peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi terutama yang tercermin pada penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran. Terkait dengan faktor kebijakan, tahun 2014 merupakan awal dimulainya pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) untuk program jaminan kesehatan. SJSN merupakan suatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya secara layak berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial yang dilakukan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Arah perlindungan kesehatan ini bersifat semesta, termasuk untuk kelompok fakir miskin dan tidak mampu sehingga Pemerintah secara bertahap mendaftarkan fakir miskin dan orang tidak mampu beserta anggota keluarganya sebagai peserta BPJS yang iurannya dibayar oleh Pemerintah. Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan dalam bentuk pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan. Untuk mendukung beroperasinya BPJS Kesehatan pada awal tahun 2014, Pemerintah telah mengalokasikan dukungan anggaran dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) pada tahun 2013, peningkatan kapasitas puskesmas-puskemas dan rumah sakit-rumah sakit Pemerintah terutama untuk penambahan tempat tidur kelas III, serta penyediaan tenaga medis yang memadai. Selanjutnya, dalam RAPBN 2014 dukungan anggaran diberikan untuk pemenuhan kewajiban Pemerintah bagi kelompok Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan, serta kewajiban-kewajiban yang lain menurut Peraturan Perundangan.

(32)

Selain itu, dalam RAPBN 2014, ditempuh beberapa kebijakan antara lain (1) Pemerintah tetap menjaga alokasi anggaran pendidikan sekurang-kurangnya sebesar 20 persen dari APBN, sebagaimana yang diamanatkan dalam Amendemen keempat UUD 1945 Pasal 31 ayat (4), yang akan digunakan untuk meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan, dan efisien; (2) peningkatan anggaran infrastruktur dalam rangka mendukung MP3EI untuk pembangunan infrastruktur pada enam koridor ekonomi, domestic connectivity, serta ketahanan energi dan ketahanan pangan. Peningkatan tersebut dilakukan untuk menaikkan daya saing dan kapasitas produksi yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja; (3) peningkatan program perlindungan sosial dan sinergi empat klaster penanggulangan kemiskinan; (4) peningkatan alokasi belanja produktif antara lain untuk mendukung transportasi publik di kota-kota besar; (5) perbaikan penghasilan dan kesejahteraan pegawai negeri sipil, anggota TNI/Polri, dan para pensiunan, melalui kenaikan gaji pokok bagi PNS dan TNI/Polri, kenaikan pensiun pokok, serta pemberian gaji dan pensiun bulan ke-13; dan (6) perbaikan perencanaan dan pelaksanaan anggaran untuk mengoptimalkan penyerapan belanja negara dan meningkatkan kualitas pembangunan. Berbagai kebijakan tersebut, akan mendasari penyusunan postur RAPBN 2014.

1.2 Dasar Hukum Penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN

2014

Penyusunan RAPBN tahun 2014 merupakan wujud pelaksanaan amanat Pasal 23 Undang– Undang Dasar (UUD) 1945 Amendemen Keempat, yang berbunyi: “(1) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang–undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar–besarnya kemakmuran rakyat; (2) Rancangan Undang–Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah; (3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu”. Proses dan mekanisme penyiapan, penyusunan, dan pembahasan RAPBN 2014 mengacu pada Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

Selanjutnya, siklus dan mekanisme APBN meliputi (1) tahap penyusunan RAPBN oleh Pemerintah; (2) tahap pembahasan dan penetapan RAPBN dan RUU APBN menjadi APBN dan UU APBN dengan Dewan Perwakilan Rakyat; (3) tahap pelaksanaan APBN; (4) tahap pemeriksaan atas pelaksanaan APBN oleh instansi yang berwenang; dan (5) tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Siklus APBN 2014 akan berakhir pada saat Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) disahkan oleh DPR.

1.3 Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2014

(33)

1. Perekonomian nasional dalam tahun 2014 diperkirakan mampu tumbuh lebih baik jika dibandingkan kondisinya dalam tahun 2013. Hal tersebut seiring dengan kondisi perekonomian global yang diperkirakan akan kembali membaik dan volume perdagangan dunia juga diperkirakan akan meningkat. Pada gilirannya, meningkatnya permintaan dunia akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama dari sisi ekspor-impor. Sektor industri akan bergerak untuk memenuhi permintaan dunia. Di samping itu, permintaan domestik juga diperkirakan meningkat didukung oleh meningkatnya daya beli masyarakat dan adanya penyelenggaraan Pemilu 2014.

2. Tekanan inlasi dalam tahun 2014 diperkirakan akan mereda seiring dengan kecenderungan penurunan tekanan harga-harga komoditas dan energi di pasar internasional. Perbaikan aktivitas produksi di berbagai negara diperkirakan mendorong peningkatan pasokan bahan pangan di pasar global. Pada saat yang sama, pasokan minyak mentah di pasar dunia juga diperkirakan meningkat, baik oleh OPEC maupun nonOPEC, yang diperkirakan berdampak pada penurunan harga minyak dunia, meskipun peningkatan harga komoditas logam diperkirakan akan terjadi akibat meningkatnya kebutuhan produksi. Makin meningkatnya kegiatan produksi dan aktivitas perekonomian nasional, serta kelancaran arus distribusi barang/jasa, akan mendorong terjaminnya pasokan kebutuhan yang memadai. Selanjutnya, harga bahan pangan domestik diperkirakan masih tetap terjaga seiring dengan perbaikan kebijakan di bidang ketahanan pangan. Di samping itu, makin membaiknya koordinasi antara kebijakan iskal dan moneter, serta peran aktif pemerintah daerah untuk menjaga laju inlasi di tiap-tiap wilayahnya akan memberi kontribusi positif bagi stabilitas harga nasional.

3. Rata–rata nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam tahun 2014 diperkirakan relatif lebih stabil. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tahun 2014 masih akan dipengaruhi oleh bauran berbagai faktor yang berasal dari dalam dan luar negeri. Peningkatan impor, khususnya impor bahan baku, barang modal, serta komoditas energi dalam rangka mendukung aktivitas ekonomi dan investasi nasional merupakan salah satu faktor pendorong depresiasi nilai tukar. Di samping itu, risiko pelemahan juga dapat dipengaruhi skenario pilihan kebijakan harga BBM dalam negeri yang juga akan memengaruhi besaran impor bahan bakar minyak untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Pada saat yang sama, kinerja ekspor Indonesia diperkirakan akan kembali meningkat seiring dengan perbaikan pertumbuhan dan permintaan ekonomi dunia dan beberapa mitra dagang utama Indonesia. Kondisi itu merupakan faktor positif untuk mendorong apresiasi nilai tukar rupiah.

(34)

5. Rata–rata harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) di pasar internasional dalam tahun 2014 diperkirakan bergerak tidak jauh dari harga di tahun 2013. Proyeksi tersebut diperkirakan mengikuti pola dalam periode sebelumnya, yaitu pergerakan ICP akan mengikuti pergerakan harga minyak mentah dunia lainnya. Dengan memperhatikan perkiraan harga minyak mentah dunia, ICP juga diperkirakan akan menurun. Namun, Pemerintah masih tetap perlu mempertimbangkan potensi risiko lain yang dapat menyebabkan peningkatan harga minyak dunia dan ICP.

6. Lifting minyak dan gas bumi Indonesia dalam tahun 2014 diperkirakan mengalami peningkatan. Proyeksi ini didasarkan pada upaya Pemerintah untuk melakukan langkah-langkah kebijakan peningkatan lifting migas seperti yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2012 tentang Peningkatan Produksi Minyak Bumi Nasional melalui optimalisasi perolehan minyak dari cadangan minyak yang ada pada lapangan-lapangan yang telah beroperasi dengan cara (a) peningkatan manajemen cadangan minyak; (b) melakukan percepatan lapangan baru; (c) melakukan percepatan produksi di lapangan-lapangan penemuan baru dan lama; (d) meningkatkan kehandalan fasilitas produksi dan sarana penunjang untuk meningkatkan eisiensi dan menurunkan frekuensi

unplanned shutdown sehingga dapat menurunkan kehilangan peluang produksi minyak; (e) mengupayakan peningkatan cadangan melalui kegiatan eksplorasi dan penerapan

Enhanced Oil Recovery (EOR); serta (f) meningkatkan koordinasi antarinstansi untuk

mendukung operasi hulu migas dalam rangka memfasilitasi percepatan proses pembebasan lahan yang akan digunakan untuk kegiatan operasi.

Perkembangan realisasi beberapa indikator ekonomi makro yang dijadikan sebagai asumsi dasar ekonomi makro 2008–2012 dan proyeksinya dalam tahun 2013–2014 disajikan dalam Tabel 1.1.

1.4 Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal

Sebagai salah satu pilar penting dalam pengelolaan ekonomi makro, kebijakan iskal mempunyai peran strategis dalam menentukan arah kebijakan pembangunan ekonomi nasional. Sejalan dengan tema pembangunan nasional, arah kebijakan iskal dalam RAPBN 2014 ditetapkan sebagai berikut: “Memperkuat Pertumbuhan Ekonomi Yang Inklusif, Berkualitas dan Berkelanjutan melalui Pelaksanaan Kebijakan Fiskal yang Sehat dan Efektif”.

2013 2014

(APBNP) (RAPBN) 1. Pertumbuhan Ekonomi (%) 6,0 4,6 6,2 6,5 6,2 6,3 6,4 2. Inflasi (%) 11,1 2,8 7,0 3,8 4,3 7,2 4,5 3. Nilai Tukar (Rp/US$1) 9.691 10.408 9.087 8.779 9.384 9.600 9.750 4. Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) 9,3 7,6 6,6 4,8 3,2 5,0 5,5 5. Harga Minyak (US$/barel) 97,0 61,6 79,4 111,6 112,7 108,0 106,0

6. Lifting Minyak (ribu barel/hari) 930,9 943,9 953,9 898,5 860,6 840,0 870,0

7. Lifting Gas (mboepd) - - - - - 1.240,0 1.240,0

Sumber: Kementerian Keuangan

TABEL 1.1

No. Indikator Ekonomi

ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO, 2008-2014

(35)

Oleh karena itu, strategi yang ditempuh dalam perumusan kebijakan iskal diarahkan untuk tetap memberikan ruang bagi ditempuhnya kebijakan stimulus iskal secara terukur guna mendorong upaya akselerasi pertumbuhan ekonomi sekaligus perbaikan pemerataan hasil pembangunan nasional dengan tetap menjaga kesinambungan iskal. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang akan ditempuh adalah (1) memberikan insentif iskal untuk kegiatan ekonomi strategis; (2) mendorong pembangunan infrastruktur; (3) meningkatkan kinerja BUMN dalam mendukung pembangunan infrastruktur, pemberdayaan koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah (KUMKM); serta (4) memanfaatkan utang untuk belanja produktif.

Secara umum, kebijakan iskal tahun 2014 masih bersifat ekspansif dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan dengan tetap mengendalikan deisit dalam batas aman. Kebijakan tersebut diwujudkan melalui (1) kebijakan pendapatan negara; (2) kebijakan belanja negara; dan (3) kebijakan deisit dan pembiayaan anggaran. Pengelolaan kebijakan iskal yang sehat dan berkesinambungan diharapkan dapat menjaga sentimen positif para pelaku pasar dan mendorong peningkatan eisiensi dan efektivitas belanja negara sehingga memberikan dampak

multiplier yang positif bagi perekonomian nasional.

Kebijakan pendapatan negara tahun 2014 akan diarahkan untuk mengoptimalkan penerimaan dari bidang perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Di bidang perpajakan, kebijakan dan langkah penting yang akan ditempuh dalam tahun 2014, antara lain (1) penyempurnaan peraturan perpajakan untuk lebih memberi kepastian hukum serta perlakuan yang adil dan wajar; (2) penyempurnaan kebijakan insentif perpajakan untuk mendukung iklim usaha dan investasi; (3) penyempurnaan sistem administrasi perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak; (4) perluasan basis pajak dan penyesuaian tarif; serta (5) penguatan penegakan hukum bagi penyelundup pajak (tax evation). Sementara itu, kebijakan di bidang kepabeanan dan cukai antara lain terdiri dari: (1) ekstensiikasi barang kena cukai; dan (2) penyesuaian tarif cukai hasil tembakau. Selanjutnya, pokok-pokok kebijakan PNBP di tahun 2014 antara lain: (1) peningkatan PNBP migas dan nonmigas; (2) peningkatan kinerja badan usaha milik negara (BUMN) agar dapat berkontribusi lebih besar dalam dividen BUMN; serta (3) terus melakukan upaya inventarisasi, intensiikasi, dan ekstensiikasi PNBP K/L. Optimalisasi PNBP tersebut juga akan disertai dengan optimalisasi pendapatan badan layanan umum (BLU). Kebijakan belanja negara dalam tahun 2014 diharapkan mampu menstimulasi perekonomian dengan tetap mengendalikan deisit dalam batas aman, mengendalikan keseimbangan primer (primary balance) sekaligus menjaga kesinambungan iskal. Prioritas pembangunan yang

akan dilaksanakan Pemerintah diharapkan dapat memantapkan perekonomian nasional bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan RKP 2014, pelaksanaan kebijakan belanja negara tahun 2014 secara substansial dan konsisten tetap diarahkan pada empat pilar yaitu: (1) mendukung terjaganya pertumbuhan ekonomi pada level yang cukup tinggi (pro growth); (2) meningkatkan produktivitas dalam kerangka perluasan kesempatan kerja (pro job); (3) meningkatkan dan memperluas program pengentasan kemiskinan (pro poor); dan (4) mendukung pembangunan yang berwawasan lingkungan (pro environment).

(36)

(4) menyusun kebijakan subsidi yang lebih tepat sasaran serta pengembangan energi baru dan terbarukan; (5) melaksanakan pendidikan yang berkualitas serta meningkatkan kemudahan akses pendidikan dan terjangkau bagi masyarakat; (6) mendukung pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional; dan (7) mendukung pelaksanaan Pemilu 2014 yang lancar, demokratis, dan aman untuk menjaga stabilitas nasional. Sementara itu, arah kebijakan transfer ke daerah tahun 2014 antara lain meliputi (1) meningkatkan kapasitas iskal daerah serta mengurangi kesenjangan iskal antara pusat dan daerah serta antardaerah; (2) meningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan mengurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah; dan (3) meningkatkan perhatian terhadap pembangunan di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan. Selanjutnya, untuk mendukung arah dan kebijakan belanja Pemerintah Pusat dalam RAPBN 2014, Pemerintah terus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas belanja (quality of spending). Langkah utama yang ditempuh adalah melalui peningkatan efisiensi dan

efektivitas belanja negara, yang dilakukan melalui perbaikan struktur belanja negara agar menjadi lebih produktif serta eisien dalam mendukung pencapaian target secara optimal. Beberapa kebijakan yang ditempuh untuk meningkatkan efisiensi di antaranya adalah (1) eisiensi subsidi BBM melalui pengendalian konsumsi BBM bersubsidi, peningkatan program konversi BBM, program pembangunan/pengembangan gas kota, dan pemakaian bahan bakar nabati (BBN); (2) eisiensi belanja perjalanan dinas, seminar, dan konsinyering; serta (3) penerapan kebijakan lat policy belanja barang operasional. Sementara itu, peningkatan efektivitas dilakukan dengan memperbesar alokasi belanja yang produktif dan mengendalikan belanja yang bersifat konsumtif. Dalam rangka peningkatan efektivitas, Pemerintah terus berkomitmen meningkatkan alokasi belanja produktif untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan daya saing dan kapasitas produksi. Melalui peningkatan produktivitas diharapkan dapat menciptakan nilai tambah (value added), meningkatkan kapasitas perekonomian, dan perluasan kesempatan kerja yang pada gilirannya dapat mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Sejalan dengan itu, kebijakan deisit anggaran dalam tahun 2014 ditempuh dalam rangka menjaga momentum pertumbuhan ekonomi melalui pemberian stimulus fiskal secara terukur dengan tetap menjaga kesinambungan fiskal. Untuk membiayai defisit RAPBN tahun 2014, Pemerintah akan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari utang dan nonutang. Kebijakan pembiayaan dalam RAPBN 2014 di antaranya adalah (1) mengupayakan rasio utang terhadap PDB berkisar 22—23 persen pada akhir tahun 2014; (2) memanfaatkan SAL sebagai iscal buffer untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis khususnya pada pasar SBN; (3) memanfaatkan pinjaman luar negeri secara selektif dan mempertahankan kebijakan negative net low; (4) mengarahkan pemanfaatan utang untuk kegiatan produktif antara lain melalui penerbitan sukuk yang berbasis proyek; dan (5) mengalokasikan dana investasi Pemerintah dalam rangka pemberian PMN kepada BUMN/ lembaga untuk percepatan pembangunan infrastruktur, penjaminan KUR, dan peningkatan kapasitas usaha BUMN/lembaga.

(37)

1.5 Ringkasan Postur RAPBN 2014

Postur RAPBN 2014 disusun dengan kaidah ekonomi publik yang terdiri atas sumber-sumber pendapatan negara, pengeluaran belanja negara, dan ketersediaan pembiayaan anggaran. Selain mempertimbangkan asumsi dasar ekonomi makro, penetapan berbagai besaran postur RAPBN 2014 juga memperhatikan kebutuhan untuk penyelenggaraan pemerintahan negara, kebijakan yang akan dilakukan ke depan, serta perkembangan realisasi APBN pada periode sebelumnya. Berdasarkan arah dan strategi kebijakan iskal, postur RAPBN 2014 akan meliputi pokok-pokok besaran sebagai berikut:

1. Pendapatan negara direncanakan mencapai Rp1.662,5 triliun, terdiri atas penerimaan perpajakan Rp1.310,2 triliun, PNBP Rp350,9 triliun, dan penerimaan hibah Rp1,4 triliun. 2. Belanja negara direncanakan sebesar Rp1.816,7 triliun, terdiri atas belanja Pemerintah

Pusat Rp1.230,3 triliun dan transfer ke daerah Rp586,4 triliun.

3. Deisit anggaran diperkirakan sebesar Rp154,2 triliun (1,49 persen terhadap PDB). 4. Pembiayaan deisit RAPBN 2014 direncanakan berasal dari sumber pembiayaan dalam

negeri sebesar Rp173,2 triliun, dan pembiayaan luar negeri (neto) sebesar negatif Rp19,0 triliun.

Perkembangan realisasi APBN 2008—2012 dan proyeksinya dalam tahun 2013 dan 2014 disajikan dalam Tabel 1.2.

2013 2014

(APBNP) (RAPBN) A. PENDAPATAN NEGARA 981,6 848,8 995,3 1.210,6 1.338,1 1.502,0 1.662,5 I. Penerimaan Dalam Negeri 979,3 847,1 992,2 1.205,3 1.332,3 1.497,5 1.661,1

1. Penerimaan perpajakan 658,7 619,9 723,3 873,9 980,5 1.148,4 1.310,2

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 320,6 227,2 268,9 331,5 351,8 349,2 350,9

II. Penerimaan Hibah 2,3 1,7 3,0 5,3 5,8 4,5 1,4 B. BELANJA NEGARA 985,7 937,4 1.042,1 1.295,0 1.491,4 1.726,2 1.816,7 I. Belanja Pemerintah Pusat 693,4 628,8 697,4 883,7 1.010,6 1.196,8 1.230,3

1. Belanja Kementerian Negara/Lembaga 259,7 307,0 332,9 417,6 489,4 622,0 612,7 2. Belanja Non Kementerian Negara/Lembaga 433,7 321,8 364,5 466,1 521,1 574,8 617,7

II. Transfer ke Daerah 292,4 308,6 344,7 411,3 480,6 529,4 586,4

1. Dana Perimbangan 278,7 287,3 316,7 347,2 411,3 445,5 481,8 2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 13,7 21,3 28,0 64,1 69,4 83,8 104,6

C. KESEIMBANGAN PRIMER 84,3 5,2 41,5 8,9 (52,8) (111,7) (34,7) D. SURPLUS/(DEFISIT) ANGGARAN (4,1) (88,6) (46,8) (84,4) (153,3) (224,2) (154,2) % defisit terhadap PDB (0,08) (1,58) (0,73) (1,14) (1,86) (2,38) (1,49) E. PEMBIAYAAN 84,1 112,6 91,6 130,9 175,2 224,2 154,2

I. Pembiayaan Dalam Negeri 102,5 128,1 96,1 148,7 198,6 241,1 173,2

1. Perbankan dalam negeri 16,2 41,1 22,2 48,9 62,7 34,6 4,3 2. Non perbankan dalam negeri 86,3 87,1 73,9 99,8 135,9 206,5 168,9

II. Pembiayaan Luar Negeri (Neto) (18,4) (15,5) (4,6) (17,8) (23,5) (16,9) (19,0)

1. Penarikan pinjaman LN (bruto) 50,2 58,7 54,8 33,7 31,4 49,0 43,2 2. Penerusan Pinjaman (SLA) (5,2) (6,2) (8,7) (4,2) (3,8) (6,7) (5,3) 3. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri (63,4) (68,0) (50,6) (47,3) (51,1) (59,2) (56,9)

Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan 80,0 24,0 44,7 46,5 21,9 0,0 0,0

Sumber : Kementerian Keuangan

URAIAN

PERKEMBANGAN APBN, 2008–2014 TABEL 1.2

(Triliun Rupiah)

(38)

1.6 Uraian Singkat Isi Tiap-Tiap Bab

Nota Keuangan dan RAPBN 2014 terdiri atas 7 (tujuh) bab, yaitu sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan menguraikan gambaran umum, yang di dalamnya mencakup ulasan ringkas mengenai RKP, dasar hukum penyusunan Nota Keuangan dan RAPBN 2014, asumsi dasar ekonomi makro 2014, pokok-pokok kebijakan iskal, ringkasan postur RAPBN 2014, dan uraian singkat isi tiap-tiap bab dalam Nota Keuangan.

Bab 2 Kinerja Ekonomi Makro menjelaskan perkembangan ekonomi terkini tahun 2008– 2012 dan proyeksi ekonomi tahun 2013 yang akan menjadi dasar prakiraan prospek ekonomi tahun 2014, tantangan dan sasaran kebijakan ekonomi makro tahun 2014, dan ditutup dengan asumsi dasar ekonomi makro RAPBN 2014.

Bab 3 Pendapatan Negara membahas perkembangan realisasi pendapatan negara terkini tahun 2008–2012 dan perkiraan pendapatan negara tahun 2013, tantangan dan peluang kebijakan pendapatan negara, serta sasaran pendapatan negara tahun 2014, yang di dalamnya mencakup pendapatan dalam negeri dan penerimaan hibah.

Bab 4 Belanja Pemerintah Pusat membahas perkembangan kebijakan dan pelaksanaan anggaran belanja Pemerintah pusat tahun 2008–2013, pokok-pokok RKP tahun 2014, serta kebijakan dan anggaran belanja Pemerintah pusat dalam RAPBN 2014, yang diuraikan menurut fungsi, organisasi, dan jenis.

Bab 5 Kebijakan Desentralisasi Fiskal menguraikan perkembangan pelaksanaan desentralisasi iskal tahun 2008–2013; permasalahan dan tantangan pelaksanaan desentralisasi iskal; serta anggaran transfer ke daerah tahun 2014.

Bab 6 Deisit, Pembiayaan Anggaran, dan Risiko Fiskal menguraikan perkembangan

deisit dan pembiayaan anggaran tahun 2008–2013, serta rencana pembiayaan anggaran tahun 2014, yang mencakup sumber pembiayaan nonutang dan utang. Selain itu, di dalam bab ini juga dibahas mengenai risiko iskal.

(39)

BAB 2

KINERJA EKONOMI MAKRO

2.1 Umum

Proses pemulihan ekonomi dunia tidak berjalan sesuai harapan, dalam arti lebih lambat dari perkiraaan semula. Fase ekspansi ekonomi dunia yang diharapkan berjalan pada tahun 2013 pada kenyataannya meleset dari perkiraan semula dan cenderung mengalami revisi ke bawah serta masih diliputi risiko ketidakpastian. Kondisi tersebut antara lain dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama, laju pertumbuhan yang masih mengecewakan di negara berkembang mencerminkan sejumlah kendala, yaitu hambatan infrastruktur dan keterbatasan kapasitas produksi, melambatnya pertumbuhan permintaan eksternal, lebih rendahnya harga komoditas, kekhawatiran stabilitas keuangan, dan untuk beberapa negara, kapasitas dukungan kebijakan yang melemah. Kedua, resesi di kawasan Eropa lebih parah dari yang diperkirakan akibat rendahnya permintaan, turunnya kepercayaan, dan pelemahan neraca perdagangan yang secara keseluruhan berinteraksi memperburuk efek terhadap pertumbuhan akibat dampak dari

kondisi iskal dan keuangan yang ketat. Ketiga, perekonomian AS tumbuh lebih lambat akibat kontraksi iskal yang lebih kuat dari perkiraan. Kontraksi iskal juga menghambat peningkatan

permintaan swasta.

Dalam tahun 2014, kinerja ekonomi global secara umum diperkirakan akan mengalami perbaikan, walaupun masih diwarnai berbagai tantangan dan risiko yang relatif berat. Beberapa potensi risiko tersebut meliputi kemungkinan perlambatan pertumbuhan yang lebih lama di negara berkembang, kredit yang melambat, dan kondisi keuangan yang lebih ketat akibat

antisipasi berakhirnya stimulus kebijakan moneter (quantitative easing) Federal Reserve di

Amerika Serikat yang dapat menyebabkan pembalikan arus modal.

Perekonomian nasional dalam tahun 2014 akan menghadapi tantangan yang semakin kompleks baik dari eksternal maupun domestik. Beberapa tantangan global ke depan antara lain (a) risiko lambatnya pemulihan pertumbuhan ekonomi global, termasuk beberapa negara mitra dagang utama; (b) potensi peningkatan persaingan likuiditas global seiring perubahan arah kebijakan moneter yang lebih ketat di banyak negara; (c) potensi volatilitas harga komoditas dunia, khususnya minyak, yang sangat rentan terhadap faktor-faktor seperti iklim, kondisi geopolitik,

dan keamanan. Sementara itu, tantangan dari sisi domestik meliputi (a) ketahanan pangan;

(b) ketersediaan infrastruktur dan energi listrik; dan (c) perbaikan iklim investasi.

Faktor lain yang perlu dicermati adalah perkembangan harga minyak dunia mengingat

dampaknya terhadap postur APBN terutama pengaruhnya terhadap penerimaan migas dan

subsidi cukup krusial. Harga minyak dunia, khususnya Brent, diperkirakan masih stabil berada

di atas US$100 per barel dan masih terdapat risiko instabilitas geopolitik. Sejalan dengan

pergerakan harga minyak mentah dunia, harga minyak mentah Indonesia (ICP) baik dalam tahun

2013 maupun pada tahun 2014 diperkirakan masih berada pada kisaran di atas US$100 per

barel. Pada sisi lain, peningkatan lifting migas Indonesia masih sangat terbatas. Kendala teknis

(40)

Berbagai perkembangan ekonomi terkini, baik dari sisi global maupun domestik tersebut, digunakan sebagai dasar untuk menyusun asumsi dasar ekonomi makro, yang selanjutnya

dijadikan dasar perhitungan postur RAPBN 2014.

2.2 Perkembangan Ekonomi 2008–2013

2.2.1 Evaluasi Kinerja Ekonomi 2008–2012

Perekonomian Dunia dan Regional

Perkembangan ekonomi global sepanjang periode 2008 hingga 2012 diwarnai dengan gejolak perekonomian terutama yang berlangsung di negara-negara

kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Krisis

subprime mortgage di Amerika Serikat

(AS) pada periode 2008-2009 menjadi

catatan peristiwa ekonomi penting dalam perkembangan perekonomian dunia hingga saat ini. Krisis tersebut cukup mengguncang pasar keuangan dunia dan berimbas ke negara-negara lainnya di berbagai kawasan. Krisis tersebut berlanjut hingga menyebabkan ekonomi global mengalami kontraksi. Laju pertumbuhan ekonomi global yang pada tahun 2007 mencapai 5,4 persen, kemudian mulai melambat pada tahun 2008 menjadi 2,8 persen, dan akhirnya

tumbuh negatif 0,6 persen pada tahun 2009. Respon kebijakan yang diambil baik secara

individual maupun kolektif di berbagai kawasan, mampu mendorong pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2010, sehingga tumbuh 5,2 persen.

Namun, paket kebijakan stimulus yang diluncurkan sebagai respon terhadap krisis tahun 2008-2009, tidak disertai dengan pengelolaan iskal secara hati-hati sehingga negara-negara di

kawasan Eropa menghadapi beban utang pemerinah yang tinggi. Permasalahan utang negara-negara di kawasan Eropa kembali membawa perekonomian dunia menghadapi risiko pelemahan ekonomi global. Pada saat yang sama, negara-negara utama dunia lainnya juga dihadapkan

pada tantangan ekonomi masing-masing. Paket kebijakan stimulus di Amerika Serikat belum mampu memberikan dampak peningkatan pertumbuhan yang memadai. Sementara itu,

Jepang pada tahun 2011 dilanda bencana tsunami dan reaktor nuklir yang telah mengganggu aktivitas produksi dan perdagangan sehingga mengalami kontraksi ekonomi. Kondisi tersebut mengakibatkan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 20

Gambar

GRAFIK 2.3 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,
GRAFIK 2.4PERTUMBUHAN EKONOMI MENURUT PENGELUARAN,
PERTUMBUHAN EKONOMI MENURUT SEKTORTABEL 2.1
GRAFIK 2.5PERKEMBANGAN INFLASI, 2008—2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan pada penelitian ini adalah penerapan model Kooperatif Script meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran sosiologi kelas X IPS 1 SMA

LEGENDA KI AGENG BANYI^IRU dan JOKO TINGKIR 13.. karena Sultan Trenggana tidak menyetujui hubungan tersebut dimana seorang putri raja memadu kasih dengan seorang tamtama yang hanya

Hal ini disebabkan karena alginat akan memperbaiki struktur ikatan silang di dalam gel tetapi alginat sendiri memiliki sifat meyerap air sehingga pada saat

Sehubungan dengan telah dilakukan Evaluasi Penawaran dan Evaluasi Kualifikasi oleh Pokja 443 Biro Administrasi Pembangunan dan Pengadaan Barang/Jasa Sekretariat Daerah Provinsi

Mengetahui jumlah berita yang melanggar Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 dan Pasal 5 dalam pemberitaan di rubrik Siantar Raya pada harian Siantar 24 Jam edisi Januari 2013..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengendalian Internal terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui penerapan Peraturan Pemerintah No. Landasan utama

Diperoleh hasil berupa lima kategori konsepsi mereka tentang IPA (ilmu tentang alam, kumpulan pengetahuan atau konsep; metode penelitian, kebenaran tunggal, untuk mengagungkan

Secara keseluruhan Amos merupakan nabi yang tampil dan menentang para penguasa “orang-orang terkemuka” yang hidup berfoya-foya sampai menggunakan apa yang dikhususkan untuk