PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA
SISWA KELAS VIII MTs NU SIHEPENG
1
Raimah, 2Sri Utami Kholilla Mora Siregar 3Eni Sumanti Nasution 1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2
Dosen Program Studi Pendidikan Fisika 3
Dosen Program Studi Pendidikan Fisika
Email : [email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas VIII MTs NU Sihepeng. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 27 orang. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, tes hasil belajar dan dokumentasi.
Hasil penelitian adalah Hasil belajar siswa dengan menggunakan penerapan Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VIII MTs NU Sihepeng.
Kata Kunci : Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL), Hasil Belajar ABSTRACT
This study aims to analyze the application of Contextual Teaching and Learning (CTL) Learning to Improve Physics Learning Outcomes in Class VIII Students of MTs NU Sihepeng. This type of research is a classroom action research with 27 research subjects. The instruments used in this study were observation sheets, learning outcomes tests and documentation.
The results of the study are student learning outcomes using the application of Contextual Teaching Learning (CTL) can improve learning outcomes in class VIII students of MTs NU Sihepeng.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam menjalani hidup bermasyarakat. Sebab tanpa pendidikan, manusia tidak akan pernah mengubah strata sosialnya untuk menjadi lebih baik. Masalah terbesar dalam dunia pendidikan saat ini adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, dan menjadikan sebuah pelajaran tersebut menjadi bermakna. Proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoretis, akan tetapi mereka miskin aplikasi. Dalam proses pembelajaran guru belum berusaha untuk mengaktifkan kemampuan pemahaman konsep secara maksimal. Pada hal kemampuan pemahaman konsep ini dimiliki oleh semua orang, tinggal bagaimana memanfaatkannya. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Mulbar (2008) bahwa saat ini guru dalam mengevaluasi hasil belajar hanya memberikan penekanan pada tujuan kognitif tanpa memperhatikan dimensi proses kognitifnya, khususnya pemahaman konsep dan keterampilan praktikum fisikanya. Akibatnya upaya-upaya untuk memperkenalkan kedua dimensi ini sangat kurang atau bahkan diabaikan. Memperhatikan kondisi yang terjadi di atas penulis menganggap untuk diadakan pembaruan, inovasi ataupun gerakan perubahan Mind Set ke arah pencapaian tujuan pendidikan di atas. Pembelajaran fisika hendaknya menggunakan model yang
bervariasi guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam keberhasilan peserta didik mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna tercapainya iklim pembelajaran aktif yang bermakna adalah tuntutan yang mesti dipenuhi bagi para guru.
Berdasarkan hasil observasi awal di MTs Nu Sihepeng diperoleh data sebagai berikut: Pertama, fisika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa, fisika terlalu banyak menghafal rumus dan sedikit menyentuh kehidupan sehari-hari sehingga membuat siswa kurang berminat terhadap mata pelajaran fisika dan menyebabkan hasil belajar siswa kelas VIII masih rendah. Hal tersebut terlihat dari rata-rata Nilai Akhir Semester (NAS) mencapai 66,42 sedangkan ketuntasan klasikalnya 52,63% dengan KKM 70. Kedua, kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang disebabkan penggunaan metode ceramah oleh guru. Ketiga, siswa jarang praktikum di laboratorium karena keterbatasan waktu mengajar dan sarana prasarana yang kurang memadai, seperti banyaknya alat yang rusak dan jumlah alat yang sedikit, sehingga peralatan di laboratorium jarang dimanfaatkan. Keempat, pada kegiatan pembelajaran fisika jarang sekali diadakan kerja kelompok dan diskusi untuk menemukan dan memahami konsep-konsep materi yang diajarkan. Sehingga dalam pembelajaran masyarakat belajar perlu dikembangkan dan hasil belajar siswa yang masih rendah perlu ditingkatkan .
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, hendaknya guru dapat membuat inovasi metode dalam pembelajaran fisika yang lebih melibatkan peran siswa melalui kerjasama dalam kelompok. Salah satu metode atau strategi pembelajaran yang
dapat digunakan adalah pendekatan CTL. Pendekatan CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2007).
Pendekatan CTL merupakan pendekatan belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Agus Suprijono, 2009) dalam Hasnawati (2006). Dengan konsep itu belajar diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa mengalami, bukan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Oleh karena siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dalam status mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti.
Hasil belajar dapat diperoleh ketika dilakukan suatu kegiatan pembelajaran. Aspek yang terdapat dalam hasil belajar terdiri dari afektif, kognitif dan psikomotorik (Nasution,2019).
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan Qisthy, dkk (2012) menunjukkan bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil dan efektifitas belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Cilacap. Faozah (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media powerpoint terhadap hasil belajar siswa. Kusdwiutomo (2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh serta adanya interaksi antara pembelajaran fisika dengan media
powerpoint disertai animasi, modul dilengkapi alat peraga dan kreativitas siswa. Penelitian lain oleh Rahmawati (2009) menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan terdapat perbedaan yang signifikan.
KAJIAN PUSTAKA Hakekat Belajar
Belajar menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang disadari atau disengaja. Aktivitas ini menunjuk pada keaktifan seseorang dalam melakukan aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian, dapat dipahami juga bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan baik apabila intensitas keaktifan jasmani maupun mental seseorang semakin tinggi. Sebaliknya meskipun seseorang dikatakan belajar, namun jika keaktifan jasmaniah dan mentalnya rendah berarti kegiatan belajar tersebut tidak secara nyata memahami bahwa dirinya melakukan kegiatan belajar (Ainurrahman:2013).
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil atau tidaknya pencapaian pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Sebagai landasan dari pengertian belajar, ada beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah: 1) Hilgard dan Bower (Theories of Learning, 1975): “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang (contoh: kelelahan, pengaruh obat, dan lainnya) ”, kemudian 2) Gagne (The Conditions of Learning, 1977):
“Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”, 3) Morgan (Introduction to Psychology, 1978): “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”, dan 4) Witherington (Educational Psychology): “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. ” Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah: 1) Faktor Intern: Jasmaniah, Psikologis, Kelelahan (Jasmani dan Rohani), dan 2) Faktor Ekstern: Keluarga, Sekolah, Masyarakat
Model Pembelajaran
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menunjang proses pelaksanaan pembelajaran, sebelum menentukan model pembelajaran yang digunakan terlebih dahulu mengetahui pengertian model pembelajaran, berikut pengertian model pembelajaran menurut para ahli.
Model Pembelajaran menurut Trianto (2011), menyatakan bahwa: Model Pembelajaran adalah salah satu pendekatan yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural yang tersetruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.
Sedangkan menurut Ngalimun (2012) berpendapat : Model Pembelajaran adalah suatu rancangan atau pola yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran di kelas.Artinya model pembelajaran adalah
suatu rancangan yang digunakan guru untuk melakukan pengajaran di kelas.
Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual atau CTL bukan merupakan suatu konsep baru. Penerapan pembelajaran kontekstual di kelas-kelas Amerika pertama-tama diusulkan oleh Dawey pada tahun 1961, Dawey (dalam Sumiati dan Asra, 2009) mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang berkaitan dengan minat dan pengalaman siswa, sehingga muncullah berbagai teori mengenal model pembelajaran CTL.
Jhonson (2006) CTL sebuah sistem yang menyeluruh CTL terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Jika bagianbagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Komalasari (2010) mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupan
Suprijono (2009) CTL merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperolah dari usaha siswa mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar Nurhadi (dalam Muslich, 2011). Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalahmasalah dunia nyata yang
berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga warga negara, siswa dan tenaga kerja (Trianto, 2009). Sanjaya (2006) CTL adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa CTL adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata yang saling terhubung dan terjadi disekitar siswa sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang dipelajari dan mengambil manfaatnya serta dapat menerapkannya dalam kehidupan. Sintaks Model Pembelajaran CTL
Pelaksanaan pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran CTL dapat dilaksanakan dengan baik apabila memperhatikan langkahlangkah yang tepat (Trianto, 2009) secara garis besar, mengemukakan langkah-langkah pembelajaran CTL adalah sebagai berikut : 1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang dipilih secara acak dengan menciptakan masyarakat belajar serta menemukan sendiri dan mendapatkan keterampilan baru dan pengetahuan baru. 2) Siswa membaca dan mengidentifikasi LKS serta media yang diberikan oleh guru untuk menemukan pengetahuan baru dan menambah pengalaman siswa. 3) Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi dan kelompok lain diberi kesempatan mengomentari. 4) Guru memberikan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah dipelajari.
Indikator ketercapaian dalam penelitian ini yaitu siswa diharapkan mampu
(a) saling bekerja sama dalam diskusi atau belajar kelompok, (b) membaca dan mempelajari materi yang diberikan guru untuk menemukan informasi, (c) bertanggung jawab atas materi yang mereka pelajari dan juga 16 bertanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusi, (d) mengerjakan tes formatif secara individual yang mencakup semua materi yang telah dipelajari
Model pembelajaran CTL memiliki sintak yang terdiri dari 6 tahap. Menurut Julianto, dkk (2011) sintaks model pembelajaran CTL yaitu:
1. Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik;
2. Mengembangkan sikap ingin tahu; 3. Menciptakan masyarakat belajar; 4. Menghadirkan model;
5. Melakukan refleksi;
6. Melakukan penilaian yang sebenarnya. Dalam proses pembelajaran terdapat tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai setiap siswa setelah mengikuti pembelajaran.
Johnson dalam Rusman (2012) mengungkapkan bahwa pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media, dan lain sebagainya, yang memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata.
Menurut Rusman (2012) langkah-langkah CTL sebagai berikut:
1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna, apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya. 2. Melaksanakan sejauh mungkin
kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
4. Menciptakan masyarakat belajar,seperti melalui kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya. 5. Menghadirkan model sebagai
contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.
6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.
Hasil Belajar
Menurut Dimyati (2002) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari siswa hasil belajar merupakan perolehan nilai dari proses evaluasi hasil belajar. Selanjutnya Bloom (dalam Suprijono, 2009) mengatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Domain afektif yaitu sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi, dan karakterisasi. Sedangkan domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinezed. Ada empat aspek ranah psikomotorik yaitu menirukan, memanipulasi, pengalamiahan dan
artikulasi. Sedangkan menurut Anitah (2009) hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Jadi hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar yang kesemuanya itu dapat dinyatakan dengan adanya perubahan tingkah laku dan dapat dinyatakan dengan angka.
Menurut pendapat Winkel (1983) Menyatakan bahwa aktivitas belajar atau kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai. Abdurahman (dalam Nazhar, 2006: 34) menyatakan bahwa aktifitas belajar adalah seluruh kegiatan siswa meliputi kegiatan jasmani maupun kegiatan rohani yang mendukung keberhasilan belajar.
Hasil belajar mencakup tiga ranah menurut Mulyadi (2010) yaitu:
1) Ranah Kognitif
Adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkup aktivitas otak adalah termasuk ranah kognitif. Menurut Bloom, ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berfikir yaitu: knowledge (pengetahuan/hafalan/ingatan), compherehension (pemahaman), application (penerapan), analysis (analisis), syntetis(sintetis), evaluation (penilaian).
2) Ranah afektif
Taksonomi untuk daerah afektif dikeluarkan mula-mula oleh David R.Krathwohl dan kawan-kawan dalam buku yang diberi judul taxsonomy of educational objective: affective domain. Ranah afektif adalah ranah yang berkenaan dengan sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif akan
Nampak pada murid dalam berbagai tingkahlakuseperti: perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasan belajar dan hubungan sosial.
3) Ranah psikomotorik.
Hasil belajar psikomotor dikemukakan oleh simpson. Hasil belajar ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni: gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), keterampilan pada gerakgerak sadar, kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motorik dan lain-laian, kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketetapan, gerakan-gerakan skill, mulai keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang komplek, kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi nondecursive, seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
METODE PENELITIAN
Tempat penelitian di MTs NU Sihepeng. Penelitian ini dilaksanakan secara terstruktur dan sistematis pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021. Waktu penelitian akan dilaksanakan kurang lebih dua bulan.
Dari keseluruhan siswa kelas VIII MTs NU Sihepeng sebanyak 2 kelas dengan jumlah siswa adalah 54 orang dan memakai kelas VIII 1 sebanyak 27 orang. Objek penelitian ini adalah tindakan sebagai upaya meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau disebut Classroom Action Reaserch yang bersifat
reflektif, partisipatif, dan kolaboratif dengan metode siklus.
Instrument menggunakan tes tertulis dengan pilihan ganda. Komponen-masing komponen analisis data tersebut data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Penyederhanaan dengan cara menyeleksi, memfokuskan dan mengabstraksikan tes dan aktivitas guru dalam menerapkan pembelajaran CTL menjadi informasi yang bermakna. (2) Penyajian data atau paparan data,
menampilkan tes siswa secara sederhana dan naratif
(3) Penyimpulan data atau verifikasi data, merupakan tindakan peneliti dalam menginterverifikasikan data. Proses pengampilan intisari dari sajian tes setelah diorganisasikan, singkat namun mengandung pengetian yang luas. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian ketika dilaksanakan Pra Siklus diperoleh bahwa nilai skor minimal 20, skor maksimum 70, rata-rata 46.30, nilai tengah 50, nilai terbanyak atau modus 50 dan standar deviasi 12.14.
Data ketuntasan Pra Siklus diatas diperoleh bahwa berdasarkan KKM dari sekolah adalah 70. Dari data Tabel hasil penelitian diperoleh bahwa nilai siswa yang mencapai tuntas sebanyak 2 orang (7%) dan yang tidak tuntas 25 orang ( 93%). Dari data tersebut maka langkah selanjutnya dilanjutkan dengan siklus I.
Hasil penelitian pada siklus I diperoleh nilai minimum adalah 40, nilai maksimum adalah 90, sementara nilai rata-rata adalah 64,81 nilai median dan modus 70, serta simpangan bakunya adalah 12.82
Tingkat ketuntasan masih 55,56 % dan yang belum tuntas 44,44 % maka langkah
selanjutnya adalah dilakukan dengan melanjutkan siklus II.
Hasil penelitian diperoleh pada siklus II adalah nilai minum, 60, maksimum 100, rata-rata 84,81, nilai median dan modus 90 dan standar deviasi 11,22.
Data ketuntasan pada tabel diatas diperoleh nilai ketuntasan adalah 93,75 % atau sebanya 25 orang dan tidak tuntas 6,25 % atau 2 orang. Dari hasil ini maka nilai ketuntasan hasil belajar sudah diatas 70 % maka siklus II dinyatakan berhasil dan tidak perlu melanjutnya ke siklus berikutnya.
Setelah di peroleh data hasil belajar pada pra siklus, siklus 1 dan siklus II maka diperoleh nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Adapun perbandingan nilai hasil belajar dapat dilihat pada gambar 1 berikut :
Gambar 1 Diagram Perbandingan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan gambar 1 diatas diperoleh bahwa nilai siswa dari pra siklus (46,3) meningkat pada siklus I (64.81) dan terus mengalami peningkatan pada siklus II (84,81) yang sudah mencapai nilai KKM sekolah. Dari data tersebut maka dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teacher Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar hal ini karena siswa dapat berinteraksi dengan lingkungan untuk
mendapatkan perubahan dalam perilakunya, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pendekatan CTL merupakan pendekatan belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Agus Suprijono, 2009) dalam Hasnawati (2006). Hal ini juga sependapat dengan Qisthy, dkk (2012) menunjukkan bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil dan efektifitas belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Cilacap. Faozah (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media powerpoint terhadap hasil belajar siswa.
Setelah mengetahui perbandingan hasil belajar maka terdapat juga peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari pra siklus, siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 2 berikut :
Gambar 2 Diagram Jumlah Ketuntasana Siswa
Dari gambar diagram diatas diperoleh bahwa terjadi ketuntasan hasil belajar dari Pra siklus (2 orang), Siklus I (15 orang) dan siklus II (25 orang). Dari data tersebut maka diperoleh bahwa terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa.
Dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teacher Learning (CTL) maka dalam pembelajaran siswa akan 2 15 25 0 10 20 30 Pra Siklus Siklus I Siklus II Jumlah Siswa Tuntas 2 15 25 0 5 10 15 20 25 30 Pra Siklus Siklus I Siklus II Jumlah Siswa Tuntas
mengalami pengalami dari proses belajar-mengajar sehingga akan tertanam erat dalam memori siswa hal ini sesuai dengan pendapat dari Trianto (2007) yang menyatakan bahwa pendekatan CTL menurut pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa, materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena pendekatan CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri .
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
1. Hasil belajar siswa dengan menggunakan penerapan Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas VIII MTs NU Sihepeng.
2. Hasil Belajar siswa meningkat dari Pra Siklus, Siklus I dan siklus II yaitu dilihat dari nilai rata-rata pra siklus (46,3) meningkat pada siklus I (64.81) dan terus mengalami peningkatan pada siklus II (84,81) dan ketuntasan hasil belajar Pra siklus (2 orang), Siklus I (15 orang) dan siklus II (25 orang).
Saran
Berdasarkan temuan penelitian tindakan kelas ini maka dalam usaha peningkatan hasil belajar siswa kelas VII MTs NU Sihepeng, khususnya mata pelajaran IPA diajukan beberapa saran diantaranya :
1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL, dapat meningkatkan hasil belajar siswa, oleh karena itu pembelajaran CTL, ini dapat digunakan oleh guru sebagai alternative dalam proses pembelajaran. 2. Bagi para guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam disarankan agar dalam mengajarkan materi-materi Ilmu Pengetahuan Alam dapat menerapkan berbagai metode, strategi, serta media sehingga dapat membuat siswa menjadi termotivasi, tidak bosan dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa memahami materi yang diajarkan dan hasil belajar siswa meningkat menjadi lebih baik.
3. Bagi siswa, diharapkan dapat memiliki motivasi dan aktif dalam proses pembelajaran.
4. Bagi peneliti, dapat menjadi motivasi dari hasil penelitian ini dalam mengajar ketika menjadi guru untuk dapat menerapkan metode, strategi serta media yang bervariasi dalam proses pembelajaran.
5. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sama disarankan untuk melakukan penelitian ini dengan subjek dan sekolah yang berbeda. Agar diperoleh hasil penelitian yang lebih luas dan bermanfaat sebagai bahan informasi bagi dunia pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka Pelajar Anitah, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di
SD. Universitas Terbuka. Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Eneng Diana Putri Latipah, Ekasatya Aldila
Afriansyah. 2018. Analisis Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Menggunakan Pendekatan Pembelajaran CTL dan RME. Jurnal Matematika Vol. 17, No. 1.
Faozah, F. N 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menggunakan Media Powerpoint Terhadap Hasil Belajar Kimia. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.
Hasnawati. 2006. Pendekatan contextual teaching and learning hubungannya dengan evaluasi pembelajaran. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. 3 (1): 53-62.
Johnson, Doyle Paul, 1988, Sociological Theory Classical Founders and Contemporary Perspectives, Jakarta : PT. Gramedia.
Kasmawati, Nur Khalisah Latuconsina, Andi Ika Prasati Abrar. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 5 No. 2. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran
Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.
M. Fayakun, P. Joko. 2015. Efektivitas Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Kontekstual (Ctl) Dengan Metodepredict, Observe, Explain Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (1) : 49-58. Mulyadi, 2010. Evaluasi Pendidikan
Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan Agama Di Sekolah, UIN-Maliki Press,
Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nasution, Eni Sumanti. 2019. Peningkatan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Melalui Melalui Pembelajaran Teams Games Tournament. PeTeKa (Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Pembelajaran) Vol 2(2) : 59-66
Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja Pressindo
Permatasari, Indah , Drs. Jamzuri, M.Pd., Daru Wahyuningsih, S.Si, M.Pd.. 2013. Penerapan Media Mind Mapping Programpada Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas XI.A2 SMA Negeri 4 Surakarta. Jurnal Pendidikan Fisika Vol.1 No.2. Qisthy, F. M. A., Fx. Sukardi dan T. Tarmudji. 2012. Efektifitas pendekatan contextual teaching and learning (CTL) pokok bahasan permintaan, penawaran dan terbentuknya harga pasar terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII SMP negeri 5 Cilacap tahun pelajaran 2011/2012. Economic Education Analysis Journal. 1 (2): 1-6.
Rangkuti, Freddy. 2013. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT Cara Perhitungan Bobot, Rating, dan OCAI. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Rahmawati, Tutut. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Ctl Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafido Persada
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Trianto. (2009). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara Trianto.(2011). Model Pembelajaran
Terpadu Konsep Strategi Dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Sumiati dan Asra, 2009. Metode
Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima
Supratno, Haris. 2008. Pendidikan dan Pelatihan Guru/ PLPG 2008. Surabaya: Departemen Unesa.
Winkel, W.S. 1983. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.