• Tidak ada hasil yang ditemukan

perdarahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "perdarahan"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN A.

A. Latar BelakangLatar Belakang

Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang membutuhkan Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang membutuhkan  pertolongan

 pertolongan segera segera karena karena apabila apabila tidak tidak mendapamendapatkan tkan pertolongan pertolongan dengan dengan segera segera maka maka dapatdapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan permanen. Keadaan gawat darurat yang sering mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan permanen. Keadaan gawat darurat yang sering terjadi di masyarakat antara lain keadaan seseorang yang mengalami henti napas, henti jantung, terjadi di masyarakat antara lain keadaan seseorang yang mengalami henti napas, henti jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan, cedera, misalnya patah tulang, kasus stroke, kejang, keracunan, tidak sadarkan diri, kecelakaan, cedera, misalnya patah tulang, kasus stroke, kejang, keracunan, dan korban bencana. Unsur penyebab kejadian gawat darurat antara lain karena terjadinya dan korban bencana. Unsur penyebab kejadian gawat darurat antara lain karena terjadinya kecelakaan lalu lintas, penyakit, kebakaran maupun bencana alam. Kasus gawat darurat karena kecelakaan lalu lintas, penyakit, kebakaran maupun bencana alam. Kasus gawat darurat karena kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian utama d daerah perkotaan ( Media kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian utama d daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ).

Aeculapius, 2007 ).

Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007), keadaan gawat Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007), keadaan gawat darurat adalah suatu kondisi dimana berdasarkan respon dari pasien, keluarga pasien, atau siapa darurat adalah suatu kondisi dimana berdasarkan respon dari pasien, keluarga pasien, atau siapa  pun

 pun yang yang berpendapaberpendapat t pentingnya pentingnya membawmembawa a pasien pasien ke ke rumah rumah sakit sakit untuk untuk diberidiberi  perhatian/tindaka

 perhatian/tindakan n medis medis dengan dengan segera. segera. Kondisi Kondisi yang yang demikian demikian berlanjut berlanjut hingga hingga adanyaadanya keputusan yang dibuat oleh pelayanan kesehatan yang profesional bahwa pasien berada dalam keputusan yang dibuat oleh pelayanan kesehatan yang profesional bahwa pasien berada dalam kondisi yang baik dan tidak dalam kondisi mengancam jiwa. Penderita gawat darurat adalah kondisi yang baik dan tidak dalam kondisi mengancam jiwa. Penderita gawat darurat adalah  penderita

 penderita yang yang oleh oleh karena karena suatu suatu penyebab penyebab (penyakit, (penyakit, trauma, trauma, kecelakaakecelakaan, n, tindakan tindakan anestesi)anestesi) yang bila tidak segera ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal yang bila tidak segera ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal (Sudjito, 2007).

(Sudjito, 2007).

Dalam suatu kejadian gawat darurat kemungkinan akan ditemukannya suatu perdarahan atau Dalam suatu kejadian gawat darurat kemungkinan akan ditemukannya suatu perdarahan atau luka pada pasien gawat darurat. Perdarahan merupakan keluarnya darah dari pembuluh darah luka pada pasien gawat darurat. Perdarahan merupakan keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan atau robekan pembuluh darah. Ada 2 tipe perdarahan, yaitu perdarahan yang akibat kerusakan atau robekan pembuluh darah. Ada 2 tipe perdarahan, yaitu perdarahan yang  berasal

 berasal dari dari pembuluh pembuluh darah darah vena vena dan dan perdarahan perdarahan yang yang berasal berasal dari dari pembuluh pembuluh darah darah arteri.arteri. Perdarahan pada pembuluh darah vena berwarna agak gelap dan mengalir secara spontan. Perdarahan pada pembuluh darah vena berwarna agak gelap dan mengalir secara spontan. Sedangkan perdarahan dari pembuluh darah arteri warnanya lebih terang dan alirannya Sedangkan perdarahan dari pembuluh darah arteri warnanya lebih terang dan alirannya memancar dari tubuh yang terluka. Perdarahan pada arteri dapat menyebabkan kondisi kritis, memancar dari tubuh yang terluka. Perdarahan pada arteri dapat menyebabkan kondisi kritis, sebab darah yang terpompa keluar dengan kecepatan melebihi rata-rata. Akibatnya, korban akan sebab darah yang terpompa keluar dengan kecepatan melebihi rata-rata. Akibatnya, korban akan  banyak ke

 banyak kehilangan darah.hilangan darah.

B.

B. TujuanTujuan

a.

a. Tujuan UmumTujuan Umum

Untuk mengetahui proses

Untuk mengetahui proses perdarahaperdarahan serta n serta penatalaksapenatalaksanaannya dan untuk naannya dan untuk mengetahui prosesmengetahui proses

 – 

 –  proses peradangan dan proses penyembuhan luka secara makroskopis dan mikropis. proses peradangan dan proses penyembuhan luka secara makroskopis dan mikropis.

 b.

 b. Tujuan KhususTujuan Khusus 1.

(2)

2.

2. Untuk mengetahui jenis Untuk mengetahui jenis perdarahan.perdarahan. 3.

3. Untuk mengetahui penatalaksanaan perdarahan.Untuk mengetahui penatalaksanaan perdarahan. 4.

4. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi secara makroskopis pada proses peradangan.Untuk mengetahui perubahan yang terjadi secara makroskopis pada proses peradangan. 5.

5. Untuk mengetahui perubahan yang tUntuk mengetahui perubahan yang terjadi secara mikroskopis pada erjadi secara mikroskopis pada proses peradangaproses peradangann 6.

6. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi secara makroskopis pada proses penyembuhanUntuk mengetahui perubahan yang terjadi secara makroskopis pada proses penyembuhan luka.

luka. 7.

7. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi secara mikroskopis pada proses penyembuhanUntuk mengetahui perubahan yang terjadi secara mikroskopis pada proses penyembuhan luka.

(3)

2.

2. Untuk mengetahui jenis Untuk mengetahui jenis perdarahan.perdarahan. 3.

3. Untuk mengetahui penatalaksanaan perdarahan.Untuk mengetahui penatalaksanaan perdarahan. 4.

4. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi secara makroskopis pada proses peradangan.Untuk mengetahui perubahan yang terjadi secara makroskopis pada proses peradangan. 5.

5. Untuk mengetahui perubahan yang tUntuk mengetahui perubahan yang terjadi secara mikroskopis pada erjadi secara mikroskopis pada proses peradangaproses peradangann 6.

6. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi secara makroskopis pada proses penyembuhanUntuk mengetahui perubahan yang terjadi secara makroskopis pada proses penyembuhan luka.

luka. 7.

7. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi secara mikroskopis pada proses penyembuhanUntuk mengetahui perubahan yang terjadi secara mikroskopis pada proses penyembuhan luka.

(4)

BAB II BAB II

TINJAUAN TEORI TINJAUAN TEORI

A.

A. Proses PerdarahanProses Perdarahan a.

a. Pengertian PendarahanPengertian Pendarahan

Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh dara akibat kerusakan (robekan) Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh dara akibat kerusakan (robekan)  pembuluh

 pembuluh darah. darah. Kehilangan Kehilangan darah darah bisa bisa disebabkan disebabkan perdarahan perdarahan internal internal dan dan eksternal.eksternal. Perdarahan internal lebih sulit diidentifikasi. Jika pembuluh darah terluka maka akan segera Perdarahan internal lebih sulit diidentifikasi. Jika pembuluh darah terluka maka akan segera terjadi kontriksi dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat berkurang. Platelet terjadi kontriksi dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat berkurang. Platelet mulai menempel pada tepi yang kasar sampai bentuk sumbatan.

mulai menempel pada tepi yang kasar sampai bentuk sumbatan.

Gangguan perdarahan adalah istilah umum untuk berbagai masalah medis yang Gangguan perdarahan adalah istilah umum untuk berbagai masalah medis yang mengarah ke pembekuan darah miskin dan perdarahan terus-menerus. Dokter juga menyebut mengarah ke pembekuan darah miskin dan perdarahan terus-menerus. Dokter juga menyebut mereka istilah-istilah seperti koagulopati,

mereka istilah-istilah seperti koagulopati, perdarahaperdarahan dan n dan gangguan pembekuan darah.gangguan pembekuan darah.

Ketika seseorang memiliki kelainan pendarahan mereka memiliki kecenderungan Ketika seseorang memiliki kelainan pendarahan mereka memiliki kecenderungan untuk berdarah lagi. Kelainan dapat disebabkan oleh cacat pada pembuluh darah atau dari untuk berdarah lagi. Kelainan dapat disebabkan oleh cacat pada pembuluh darah atau dari kelainan dalam darah itu sendiri. Mungkin kelainan pada faktor pembekuan darah atau kelainan dalam darah itu sendiri. Mungkin kelainan pada faktor pembekuan darah atau  platelet.

 platelet.

Pembekuan darah, atau koagulasi, adalah proses yang mengendalikan perdarahan. Pembekuan darah, atau koagulasi, adalah proses yang mengendalikan perdarahan. Berubah darah dari cair ke padat. Ini adalah proses kompleks yang melibatkan sebanyak 20 Berubah darah dari cair ke padat. Ini adalah proses kompleks yang melibatkan sebanyak 20  protein

 protein plasma plasma yang yang berbeda, berbeda, atau atau faktor faktor pembekpembekuan uan darah. darah. Biasanya, Biasanya, proses proses kimia kimia yangyang kompleks terjadi menggunakan faktor pembekuan ini untuk membentuk suatu zat yang kompleks terjadi menggunakan faktor pembekuan ini untuk membentuk suatu zat yang disebut fibrin yang berhenti berdarah. Ketika faktor-faktor koagulasi tertentu yang kurang disebut fibrin yang berhenti berdarah. Ketika faktor-faktor koagulasi tertentu yang kurang atau hilang, proses ini

atau hilang, proses ini tidak terjadi secara normal. Pendarahan Gangguan Pembekuan Ilustrasitidak terjadi secara normal. Pendarahan Gangguan Pembekuan Ilustrasi

b.

b. Jenis perdarahanJenis perdarahan

Berdasarka

Berdasarkan letak n letak keluarnya darh:keluarnya darh: I.

I. Perdarahan luarPerdarahan luar

Ada 3 macam perdarahan: Ada 3 macam perdarahan: 1.

1. PerdarahaPerdarahan dari n dari pembuluh rambut (kapiler)pembuluh rambut (kapiler) Tanda-tandanya:

Tanda-tandanya:

a). Perdarahan tiak hebat a). Perdarahan tiak hebat  b). Keluar per

 b). Keluar perlahan-lahan blahan-lahan berupa remerupa rembesanbesan

c). Biasanya perdarahan berhenti sendiri walaupun tidak diobati c). Biasanya perdarahan berhenti sendiri walaupun tidak diobati d). Mudah untuk

d). Mudah untuk menghentikamenghentikan dengan perawatan luka biasan dengan perawatan luka biasa 2. Perdarahan dari pembuluh darah balik

2. Perdarahan dari pembuluh darah balik (vena)(vena) Tanda-tandanya:

(5)

a). Warna darah merah tua

 b). Pancaran darah tidak begitu hebat dibandingkan perdarahan arteri

c).Perdarahan mudah untuk dihentikan dengan cara menekan dan meninggikan anggota badan yang luka lebih tinggi dari jantung.

3. Perdarahan dari pembuluh nadi (arteri) Tanda-tandanya:

a). Warna darah merah muda

 b). Keluar secara memancar sesuai irama jantung c). Biasanya perdarahan sukar untuk dihentikan

II. Perdarahan dalam

Perdarahan dalam adalah perdarahan yang terjadi di dalam rongga dada, rongga tengkorak dan rongga perut. Biasanya tidak tampak darah mengalir keluar, tapi terkadang dapat juga darah keluar melalui lubang hidung, telinga, dan mulut. Penyebabnya:

a). Pukulan keras, terbentur hebat  b). Luka tusuk

c). Luka tembak

d). Pecahnya pembuluh darah karena suatu penyakit

e). Robeknya pembuluh darah akibat terkena ujung tulang yang patah.

c. Penyebab dan CaraMengatasi Perdarahan

Penanganan cidera dinilai melalui tingkatan cedera berdasarkan adanya perdarahan lokal. 1. Akut (0-24 jam)

Kejadian cedera antara saat kejadian sampai proses perdarahan berhenti, biasanya 24 jam,  pertolongan yang benar dapat mempersingkat periode ini.

2. Sub-akut (24-48 jam)

Masa akot telah berakhir, perdarahan telah berhenti, tetapi bisa berdarah lagi. Bila  pertolongan tidak benar akan kembali ke tingkat akut, berdarah lagi.

3. Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)

Pedarahan telah berhenti, kecil kemungkinan kembali ke tingkat akut, penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan yang baik masa ini dapat dipersingkat, Perdarahan  bawah kuku

Pendarahan ini dapat terjadi apabila kuku terjepit pintu, terpukul martil dan sebagainya sehingga warna kuku menjadi merah dan terasa sakit. Apabila hal ini terjadi kompreslah kuku dengan es. Setelah itu, lubangi sedikit bagian kuku yang  berdarah tadi untuk memungkinkan darah yang berada di bawah kuku keluar

(6)

Perdarahan pada pelatih harus sangat mahir dalam hal ini agar tahu kapan harus meminta  pertolongan dokter.

Perdarahan pada umumnya

1. hidung (mimisan)

Epistaksis atau perdarahan hidung sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan hampir 90% dapat berhenti sendiri. Perdarahan ini terjadi mungkin karena:

a. Seringkali tanpa sebab, sepontan terjadi mimisan.

 b. Benturan ringan misalnya ketika mengorek ingus terlalu kuat, bersin terlalu kuat, atau benturan kuat seperti terjatuh, terpukul dll.

c. Infeksi: sinusitis, rhintis atau penyakit infeksi lain seperti sifilis, atau lepra. d.  Neoplasma/tumor: kasinoma atau tumor ganas lainnya.

e. Kelainan bawaan.

f. Penyakit kardiovaskuler: tekanan darah tinggi dan kelainan pembuluh darah. g. Kelainan darah: hemofili, leukemia dan trombositopenia (keguguran

trombosit).

h. Infeksi sistemik: demam berdarah, demam tifoid, influensa, dan lain-lain. i. Perubahan tekanan atmosfer: peyakit akibat menyelam sehingga terjadi

 perbedaan tekanan yang tinggi dan mendadak sehingga sering terjadi mimisan.

 j. Gangguan endokren: menarche (haid pertama kali) atau menopause.

Hal yang harus dilakukan untuk mengatasi perdarahan adalah:

a. Untuk membantu korban maka dudukkan dia dengan kepala menunduk, hal ini untuk mencegah agar darah tidak terhisap paru-paru.

 b. Pencet hidung kanan kiri selama 10 menit.

(7)

c. Selanjutnya masukkan segulungan kain kasa ke dalam hidung (druk). Kain kasa lebih baik lagi di basahi dengan hidrogen peroksida. Untuk beberapa waktu (20-30 menit) mintalah korban untuk membuka mulutnya dan katakan  padanya untuk sementara waktu tidak menelan ludah.

d. Bisa juga memasukkan gulungan daun sirih ke dalam lubang hidung yang  berdarah. Karena daun sirih mengandung minyak atsiri (kadinen, kavikol,  sineol, eugenol, kariovilen, karvakrol, tarpinen, seskuiterpen). Kandungan

ini dapat membantu menyempitkan pembuluh darah.

e. Selain itu, untuk sementara waktu korban tidak boleh mendengus atau membuang ingus.

2. Perdarahan pada telinga

Terjadinya perdarahan pada telinga ini bisa jadi disebabkan oleh tusukan  benda tajam, mungkin juga karena tulan kepala retak, atau dapat pula di akibatkan

oleh adanya ledakan yang keras. Untuk membantu korban maka hal yang harus dilakukan adalah dengan mengirim dia segera ke rumah sakit. Jangan tetesi telinga korban dengan obat tetes telinga dan jangan berusaha membersihkan gumpalan darah  pada lubang telinga.

3. Perdarahan pada waktu hamil

Perdarahan pada ibu hamil merupakan hal yang perlu diwaspadai, karena dapat terjadi tiba-tiba bahkan kadang terjadi tanpa sebab ataupun tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Hal yang terpenting adalah bagaimana memberikan  pertolongan pertama pada ibu, mengantisipasi keadaan yang lebih buruk akibat

kehilangan cairan dan mencegah shock.

Perdarahan pada waktu hamil, secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu  perdarahan pada kehamilan muda (di bawah 5 bulan) dan perdarahan pada kehamilan

lanjut/tua (di atas 6 atau 7 bulan).

Perdarahan pada kehamilan muda diakibatkan oleh: keguguran (abortus), kehamilan di luar kandungan (kehamilan di luar rahim) dan kehamilan anggur (mola), yaitu kehamilan yang tidak berisi janin tetapi berisi gelembung-gelembung yang berwarna seperti anggur. Perdarahan pada kehamilan tua/lanjut disebabkan oleh lepasnya plasenta/ari-ari sebelum bayi lahir atau perdarahan pada plasenta dan karena jalan lahir tertutup plasenta.

a. Perdarahan pada kehamilan muda 1) Keguguran atau abortus

(8)

a) Pengeluaran darah mulai hanya berupa bercak atau sedang hingga hebat (gumpalan darah) pada usia kehamilan di bawah 5 bulan.

 b) Terjadinya kram atau nyeri/ mulas pada perut bagian bawah.

Cara penaganannya adalah dengan

a) Bila perdarhan/bercak sedikit segera istirahat baring total di tempat tidur, dan tidak melakukan aktifitas apapun.

 b) Bantu semua keperluan makan-minum, mandi, dan lain-lain keperluan sehari-hari.

c) Istirahat yang cukup dan beri support mental/psikologis.

d) Bila perdarahan banyak segera periksa ke dokter kandungan atu rujuk ke rumah sakit.

2) Kehamilan di luar kandungan

Tanda-tanda kehamilan di luar kandungan adalah:

a)  Nyeri perut bagian bawah yang sangat, bahkan hingga limbung/pingsan.

 b) Pengeluaran darah bercak hingga sedang. c) Penderita tampak pucat.

d) Terdapat tanda-tanda shock. Cara penanganannya adalah dengan:

Penderita segera di rujuk ke rumah sakit/dokter kandungan. 3) Kehamilan anggur atau mola.

Tanda-tanda mola adalah:

a) Pengeluaran darh berwarna coklat disertai jaringan yang  bergelembung-gelembung seperti anggur.

 b) Mual dan muntah berlebihan.

c) Kram atau nyeri/mulas pada perut bagian bawah. d) Perut tampak lebih besar dari usia kehamilannya. Cara penanganannya adalah dengan:

Penderita segera di rujuk ke rumah sakit/dokter kandungan.  b. Perdarahan pada kehamilan tua/lanjut

1) Perdarahan karena lepasnya plasenta (ari-ari)

Tanda-tanda perdarahan karena lepasnya plasenta adalah:

a) Kelur darah berwarna merah tua agak kehitaman pada umur kehamilan lebih dari 6 atau 7 bulan.

 b) Biasanya terdapat faktor penyebab sebelumnya, misalnya jatuh,  penyakit/infeksi, tekanan darah tinggi, dan sebagainya.

(9)

Cara penanganannya adalah dengan:

Penderita segera di rujuk ke rumah sakit/dokter kandungan. 2) Perdarhan karena jalan lahir tertutup plasenta (ari-ari)

Tanda-tanda perdarhan karena jalan lahir tertutup plasenta adalah:

a) Pengeluaran darah ringan atau berupa bercak hingga banyak,  berwarna merah segar pada kehamilan di atas 6-7 bulan.

 b) Perdarahan umumnya berhenti secara spontan.

c) Tidak ada penyebab sebelumnya, kadang-kadang terjadi pada waktu  bangun tidur.

Cara penanganannya adalah dengan:

Penderita segera di rujuk ke rumah sakit/dokter kandungan. 4. Perdarahan pada rongga perut

Perdarahan pada rongga perut yang diakibatkan oleh luka terbuka mudah diketahui. Tetapi rongga perot dapat juga terjadi tanpa luka terbuka, misalnya yang di timbulkan oleh pukulan yang keras oleh benda tumpul ke arah perut. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, hal semacam ini tidak j arang di jumpai.

Bahay perdarahan rongga perut selain infeksi (bila ada luka terbuka), juga shock dan kematian cepat menyusul.

Tanda-tanda perdarahan rongga perut tanpa luka terbuka ialah: penderita merasa kesakitan yang hebat pada di daerah perut. Dinding perut menegang (kadang-kadang sampai sekeras papan). Bila dipegan atau ditekan perutnya penderita akan merasa kesakitan. Mual dan muntah yang kadang-kadang berdarah merupakan salah satu tanda-tandanya. Kemudian akan cepat menjadi shock dan meninggal.Tindakan  pertongan pertama:

a. Bila ada luka terbuka:

a) Tutup lukanya dengan  snelverband . Jika tidak ada  snelverband, tutuplah dengan setumpuk tebal kasa steril. Siramlah kasa seteril dengan cairan steril (aquadest  steril atau larutan garam steril).

 b) Apabila ada usus yang nampak keluar, jangan berusaha untuk memasukkannya kembali.

c) Balutlah luka tersebut dengan balutan yang menekan.

d) Jangan dfiberi minum atau makanan apa pun. Jika penderita merasa haus, cukup basahi bibirnya dengan air.

e) Kirim segera ke rumah sakit.

 b. Tanpa luka terbuka (akibat pukulan atau ledakan): a) Jangan diberi minum atau makan apa pun.  b) Balut perut dengan balutan menekan.

(10)

c) Kirim segera ke rumah sakit.

5. Perdarahan di kepala

Kulit kepala mempunyai jaringa pembuluh darah yang sangat banyak  jumlahnya. Sehingga luka yang dangkalpun banyak mengalirkan darah. Perdaran di kepala akan lebih berbahaya jika terjadi di atas telinga atau di belakang kepala. Tindakan pertolongan:

a) Perhatikan mungkin ada tulang kepala yang retak (perdarahan lewat te linga dan hidung)

 b) Perhatikan pula tulang kepala yang pecah dan mungkin ada gangguan pada otak. Jika tidak ada tanda-tanda patah tulang kepala atau gangguan pada otak. Hentikanlah pendarahan dengan cara menekan langsung pada luka.

c) Luka ditutup dengan kasa steril dan diberi b alutan menekan.

Jika tidak ada tanda-tanda patah tulang kepala atau gangguan pada otak: tekanan langsung pada luka akan lebih berbahaya. Yang harus dikerjakan ialah: Mencoba menghentikan perdarahan dengan menekan nadi yang mengalirkan darah ke kulit kepala. Cara melakukannya yaitu dengan cara menggunakan tiga jari tangan, nadi leher di tekan ke belakang. Ibu jari tangan yang menekan diletakkan di tengkuk. Jadi nadi ditekan ke arah ibu jari, jangan ke arah tenggorokan. Nadi yang di tekan adalah nadi yang terletak pada sisi yang sama dengan tempat  perdarahan. Penekanan dilakukan lebih rendah dari jakun.

Kemudian tindakan pertolongan pertama yang harus dilakukan jika terjadi luka terbuka di kepala tanpa disertai patah tulang kepala adalah:

a) Gunting rambut sekitar luka.

 b) Bersihkan luka dengan cairan steril.

c) Tutup luka dengan kasa steril lalu di balut d) Bawa penerita ke dokter

(11)

Gmbar 2 Balutan perdarahan di pelipis

6. Perdarahan di selaput otak

Kecelakaan di kepala mungkin tidak mengakibatkan apa-apa di luarnya. Tetapi pembuluh darah selaput otak mungkin pecah. Dalam hal ini biasanya  penderita tidak merasa apa-apa kecuali sedikit pusing setelah kecelakaan. Tetapi semakin lama darah yang mengumpul di rongga otak semakin banyak dan semakin menekan otak. Oleh sebab itu penderita akan merasa semakin pusing, muntah-muntah dan pingsan. Tindakan pertolongan pertama yang harus di lakukan adalah:

a) Setiap korban kecelakaan yang yang diduga mengalami benturan di kepala harus diperlakukan sebagai penderita gegar otak.

 b) Meskipun tetap sadar, penderita tetap harus berbaring dengan kepala dialasi  bantal.

c) Setiap 15 atu 30 menit kesadaran penderita harus diperiksa. Jika perlu  penderita harus dibangunkan jika tertidur. Kesadaran yang menghilang

sementara ia tertidur akan lebih sulit diketahui.

d) Apabila kesadaran menurun, atau kepala semakin pusing, atau muntah-muntah semakin banyak, penderita harus segera di bawa ke rumah sakit dalam keadaan tetap berbaring.

7. Perdarahan di mata

Kelilip yang tajam atau tusukan benda tajam dapat melukai mata.Tindakan  pertolongan yang harus dilakukan:Penderita harus segera diusung ke rumah sakit

(12)

8. Perdarahan pembuluh nadi

Pembuluh nadi bertugas membawa darah segar dari jantung ke seluruh bagian tubuh. Kebanyakan pembuluh nadi ini tersimpan dalam di bawah jaringan tubuh, dan hanya beberapa saja yang dekat permukaan ke kulit. Tanda-tanda pendarahan pembuluh nadi adalah: darah keluar menyembur sesuai dengan denyut jantung. Darah yang keluar  berwarna merah segar.

Tindakan pertolongan harus segera diberikan karena penderita akan cepat kehilangan darah dan terjadi shock . Ada tiga cara penghentian perdarahan nadi:

1. Tekanan di tempat perdarahan

Cara ini adalah yang terbaik untuk perdarahan nadi pada umumnya. Caranya adalah dengan menggunakan setumpuk kasa steril (kain bersih biasa), tempat  perdarahan itu ditekan. Tekanan tersebut harus dipertahankan sampai terhenti atau

sampai pertolongan yang lebih lanjut (pertolongan oleh tenaga medis) dapat di  berikan. Penekanan ini dilakukan selama 15-20 menit atau sampai terfiksasi sehingga

tidak ada lagi perdarahan.

Kasa boleh dilepas apabila kasa sudah terlalu basah oleh darah dan perlu diganti dengan yang baru. Kemudian kasa tersebut di tutup dengan dengan balutan yang menekan, dan bawa penderita ke rumah sakit. Selama perjalanan, bagian yang mengalami perdarahan diangkat lebih tinggi dari letak jantung.

Gambar 3

2. Tekanan pada tempat-tempat tertentu

Tempat-tempat yang di tekan adalah hulu (pangkal) pembuluh nadi yang terbuka. Jadi tujuan dari penekanan ini adalah untuk menghentikan aliran darah yang menuju ke  pembuluh nadi yang cidera.

Perhatikan gambar berikut, garis – garis panah menunjukkan arah aliran darah di dalam

(13)

a) untuk pedarahan di daerah muka;  b) untuk perdarahan muka dan kepala;

c) untuk perdarahan di kaki;

d) untuk perdarahan di daerah bawah lutut; e) untuk perdarahan di lengan;

f) untuk perdarahan di bawah siku;

g) untuk perdarahan di pundak dan sepanjang lengan; h) untuk perdarahan kulit kepala dan kepala bagian atas.

Gambar 4 Tempat-tempat untuk penekanan perdarahan pembuluh nadi.

Selain itu penekanan juga bisa dilakukan pada pembuluh darah yang menjadi sumber  perdarahan.

Letak pembuluh darah diatas tulang, dibawah kulit. Pada separuh badan terdapat 6 titik dimana pembuluh darah dapat ditekan.

1. Arteri Tempolaris superficial

Untuk perdarahan pada kulit kepala dan kepala atas. Tempat penekanan: pada  pelpis +- 1 cm depan lubang telinga luar.

(14)

2. Arteri facialis

Untuk perdarahan daerah muka. Tempat penekanan: pada rahang bawah +- 1 cm depan sendi rahang.

3. Arteri carotis communis

Untuk perdarahan daerah leher, kepala, muka. Tempat penenkanan: pada sisi leher

4. Arteri sub clavia

Untuk perdarahan seluruh lengan. Tempat penekanan: pada bagian bawah  pertengahan tulang selangka

5. Arteri bracialis

Untuk perdarahan seluruh lengan. Tempat penekanan: pada bagian dalam lengan atas +- 5 jari dari ketiak.

6. Arteri femoralis

Untuk perdarahan seluruh tungkai bawah. Tempat penekanan: pada pertengahan lipat paha.

3. Tekanan dengan torniket (torniquet)

Torniket adalah bulatan yang menjepit sehingga aliran darah di bawahnya terhenti sama sekali. Sehelai pita kain yang lebar, pembalut segitiga yang di lipat-lipat, atau sepotong ban dalam sepeda dapat digunakan untuk keperluan ini. Panjang torniket harus cukup untuk dua kali melilit bagian yang hendak di balut. Tempat yang  paling baik untuk memasang torniket ini adalah lima jari di bawah ketiak (untuk  perdrahan di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki).

Cara menggunakan torniket ini adalah:

a) Lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki. Lebih bagus lagi apabila sebelumnya dialasi dengan kain atau kain kasa untuk mencegah timbulnya lecet pada kulit yang terkena torniket langsung.

 b) Apabila menggunakan kain maka ikatkan dengan sebuah simpul hidup, kemudian selipkan sebatang kayu di atas simpul tersebut. Selanjutnya diikat lagi dengan simpul air untuk mengencangkan torniket, tetapi jangan diputar terlalu keras, karena dapat melukai jaringan-jaringan di bawahnya.

c) Tanda-tanda apabila torniket ini sudah dapat memperkecil denyut nadi bagian tubuh yang berada di bawah torniket, akan terlihat dari warna kulit di sekitar daerah tersebut menjadi kekuningan.

d) Untuk memudahkan pengusungan, perlihatkan torniket, jangan di tutup dengan selimut. Selain itu setiap 10 menit torniket harus dikendurkan selama 30 detik, untuk memberi kesempatan darah memberi makanan-makanan ke

(15)

 jaringan di bawah torniket tersebut. Sementara torniket kendor, luka dapat ditekan dengan kasa steril.

e) Penderita yang ditorniket harus segera dikirim ke rumah sakit, untuk memperoleh pertolongan selanjutnya.

Gambar 5 Cara memasang torniket.

Gambar 6 Cara memasang torniket. Segulung perban dapat di selipkan di bawah torniket.

Selain itu ada beberapa tekhnik yang bisa dilakukan untuk menghentikan perdarahan yaitu: 1. Tekhnik elevasi

Dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah dibalut) sehingga lebih tinggi dari jantung. Tekhnik ini hanya untuk perdarahan didaerah alat gerak saja dan dilakukan  bersama dengan tekanan langsung. Tekhnik ini tidak dapat digunakan untuk korban

dengan kondisi cedera otot rangka dan benda tertancap. 2. Tekhnik pengklem

Dilakukan pada pembuluh darah yang agak besar. Sebelum di klem, pastikan terlebih dahulu mana pembuluh darah yang menjadi sumber perdarahan. Dapat dilakukan dengan cara meletakkan kassa di tempat luka sehingga darah terserap kemudian diangkat dan

(16)

diperhatikan dari mana asal perdarahan. Kemudian daerah tersebut dijepit dan diusahakan posisi klem tegak lurus. Ini berguna jika dilakukan ligasi maka ikatan tidak longgar setelah klem dibuka.

3. Tekhnik ligasi

Dilakukan bila penjepitan dengan klem masih terjadi perdarahan terutama perdarahan yang besar. Caranya sama dengan klem, namum setelah diklem dilakukan ligasi pada  pembuluh darah kemudian klem di buka. Ligasi dapat dilakukan dengan menggunakan

chromic cat gut atau plain cat gut dengan ukuran 3,0. Hal yang perlu diperhatikan ligasi dengan cat gut, disimpulkan sekurang-kurangnya 3 kali. Karena semakin lama cat gut maka cat gut akan mengembang dan ikatan menjadi longgar apabila hanya sekali atau dua kali.

4. Imobilisasi

Bertujuan meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan sedikitnya gerakan diharapkan aliran darah kebagian yang luka menurun.

5. RICE untuk perdarahan dalam

a).R- rest: diistirahatkan, adalah tindakan pertolongan pertama yang esensial, penting untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.

 b). I- Ice: terapi dingin, gunanya mengurangi perdarahan, dan meredakan rasa nyeri. c). C- Compresion: penekanan atau balut tekan gunanya untuk membantu mengurangi

 pembengkakan jaringan dan perdarahan lebih lanjut.

d). E- Elevation: peninggian daerah cidera gunanya untuk mencegah statis, mengurangi edema (pembengkakan), dan rasa nyeri.

6. Resusitasi cairan

Pengganti yang terbaik adalah darah dari golongan yang sama. Kalau tidak ada maka untuk sementara dapat dipakai cairan pengganti untuk mencegah terjadinya syok dan memanfaatkan golden time yang ada. Beberapa jenis cairan pengganti yang dapat dipakai yaitu:

a) Plasma  b) Plasma nate

c) Fresh frozen plasma (mengandung semua factor pembekuan, kecuali trombosit) d)  NaCL

B. Proses Peradangan a. Definisi

(17)

Inflamasi merupakan respons protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuestrasi)  baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu (Dorland, 2002).

Secara garis besar, peradangan ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan, kenaikan permeabilitas kapiler disertai dengan kebocoran cairan dalam jumlah besar ke dalam ruang interstisial, pembekuan cairan dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah berlebihan, migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam  jaringan, dan pembengkakan sel jaringan. Beberapa produk jaringan yang menimbulkan reaksi

ini adalah histamin, bradikinin, serotonin, prostaglandin, beberapa macam produk reaksi sistem komplemen, produk reaksi sistem pembekuan darah, dan berbagai substansi hormonal yang disebut limfokin yang dilepaskan oleh sel T yang t ersensitisasi (Guyton & Hall, 1997).

b. Tanda-tanda radang (makroskopis)

Gambaran makroskopik peradangan sudah diuraikan 2000 tahun yang lampau. Tanda-tanda radang ini oleh Celsus, seorang sarjana Roma yang hidup pada abad pertama sesudah Masehi, sudah dikenal dan disebut tanda-tanda radang utama. Tanda-tanda radang ini masih digunakan hingga saat ini. Tanda-tanda radang mencakup rubor   (kemerahan), kalor   (panas), dolor   (rasa sakit), dan tumor   (pembengkakan). Tanda pokok yang kelima ditambahkan pada abad terakhir yaitu functio laesa (perubahan fungsi) (Abrams, 1995; Rukmono, 1973; Mitchell & Cotran, 2003).

Umumnya, rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).

Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat (hiperemi aktif). Sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah normal (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).

Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang (Abrams, 1995; Rukmono, 1973). Sebenarnya rasa sakit ini mendahului suatu proses radang. Hal ini mungkin karena terbentuknya suatu zat oleh sel mast. Zat ini berguna untuk meningkatkan premeabilitas dinding pembuluh darah.

(18)

Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh  pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari

cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).

Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002). Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang (Abrams, 1995). Fungtio laesa dapat berarti berkurangnya fungsi karena adanya rasa sakit akibat saraf yang terangsang sehingga bagian organ tubuh tidak berfungsi. Penyebab lain penurunan fungsi tubuh adalah edema.

Tanda utama radang ini disebut cardinal symptom dan disebabkan oleh perubahan  pembuluh darah. Radang merupakan proses yang kompleks, menyebabkan terjadinya perubahan

di dalam jaringan tubuh. Proses tersebut antara lain :

1. Proses penghancuran rangsang yang biasanya disertai dengan kerusakan jaringan 2. Proses perbaikan jaringan yang rusak.

c. Klasifikasi Radang

a) Menurut Faktor Klinis atau Lamanya Radang 1. Radang akut

Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesainuntuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan berbagai mikroba yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan struktural pada  pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan

sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera (Mitchell & Cotran, 2003).

Segera setelah jejas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului oleh vasokonstriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka dengan akibat aliran darah dalam kapiler yang telah berfungsi meningkat dan juga dibukanya anyaman kapiler yang sebelumnya inaktif. Akibatnya anyaman venular pasca kapiler melebar dan diisi darah yang mengalir deras. Dengan demikian, mikrovaskular pada lokasi jejas melebar dan  berisi darah terbendung. Kecuali pada jejas yang sangat ringan, bertambahnya aliran

darah (hiperemia) pada tahap awal akan disusul oleh perlambatan aliran darah, perubahan tekanan intravaskular dan perubahan pada orientasi unsur-unsur berbentuk darah terhadap dinding pembuluhnya. Perubahan pembuluh darah dilihat dari segi waktu, sedikit banyak

(19)

tergantung dari parahnya jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam beberapa menit setelah  jejas. Perlambatan dan bendungan tampak setelah 10-30 menit (Robbins & Kumar, 1995).

Peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma dan sel-sel darah putih ke dalam jaringan disebut eksudasi dan merupakan gambaran utama reaksi radang akut. Vaskulatur-mikro pada dasarnya terdiri dari saluran-saluran yang  berkesinambungan berlapis endotel yang bercabang-cabang dan mengadakan anastomosis. Sel endotel dilapisi oleh selaput basalis yang berkesinambungan (Robbins & Kumar, 1995).

Pada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan keluar ke dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultrafiltrasi. Hal ini berakibat meningkatnya konsentrasi protein plasma dan menyebabkan tekanan osmotik koloid  bertambah besar, dengan menarik kembali cairan pada pangkal kapiler venula. Pertukaran

normal tersebut akan menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial yang mengalir dari ruang jaringan melalui saluran limfatik. Umumnya, dinding kapiler dapat dilalui air, garam, dan larutan sampai berat jenis 10.000 dalton (Robbins & Kumar, 1995).

Eksudat adalah cairan radang ekstravaskuler dengan berat jenis tinggi (di atas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg% serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat peningkatan permeabilitas vaskuler (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas),  bertambahnya tekanan hidrostatik intravaskular sebagai akibat aliran darah lokal yang

meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya (Robbins & Kumar, 1995).

Penimbunan sel-sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit pada lokasi jejas, merupakan aspek terpenting reaksi radang. Sel-sel darah putih mampu memfagosit bahan yang bersifat asing, termasuk bakteri dan debris sel-sel nekrosis, dan enzim lisosom yang terdapat di dalamnya membantu pertahanan tubuh dengan beberapa cara. Beberapa  produk sel darah putih merupakan penggerak reaksi radang, dan pada hal-hal tertentu

menimbulkan kerusakan jaringan yang berarti (Robbins & Kumar, 1995).

Dalam fokus radang, awal bendungan sirkulasi mikro akan menyebabkan sel-sel darah merah menggumpal dan membentuk agregat-agregat yang lebih besar daripada leukosit sendiri. Menurut hukum fisika aliran, massa sel darah merah akan terdapat di  bagian tengah dalam aliran aksial, dan sel-sel darah putih pindah ke bagian tepi

(marginasi). Mula-mula sel darah putih bergerak dan menggulung pelan-pelan sepanjang  permukaan endotel pada aliran yang tersendat tetapi kemudian sel-sel tersebut akan

melekat dan melapisi permukaan endotel (Robbins & Kumar, 1995).

Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar dari  pembuluh darah. Tempat utama emigrasi leukosit adalah pertemuan antar-sel endotel.

(20)

Walaupun pelebaran pertemuan antar-sel memudahkan emigrasi leukosit, tetapi leukosit mampu menyusup sendiri melalui pertemuan antar-sel endotel yang tampak tertutup tanpa  perubahan nyata (Robbins & Kumar, 1995).

Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju ke arah utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut kemotaksis. Hampir semua jenis sel darah putih dipengaruhi oleh faktor-faktor kemotaksis dalam derajat yang berbeda-beda. Neutrofil dan monosit paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis. Sebaliknya limfosit bereaksi lemah. Beberapa faktor kemotaksis dapat mempengaruhi neutrofil maupun monosit, yang lainnya bekerja secara selektif terhadap beberapa jenis sel darah putih. Faktor-faktor kemotaksis dapat endogen berasal dari protein plasma atau eksogen, misalnya produk  bakteri (Robbins & Kumar, 1995).

Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses fagositosis. Meskipun sel-sel fagosit dapat melekat pada partikel dan bakteri tanpa didahului oleh suatu proses  pengenalan yang khas, tetapi fagositosis akan sangat ditunjang apabila mikroorganisme diliputi oleh opsonin, yang terdapat dalam serum (misalnya IgG, C3). Setelah bakteri yang mengalami opsonisasi melekat pada permukaan, selanjutnya sel fagosit sebagian  besar akan meliputi partikel, berdampak pada pembentukan kantung yang dalam. Partikel ini terletak pada vesikel sitoplasma yang masih terikat pada selaput sel, disebut fagosom. Meskipun pada waktu pembentukan fagosom, sebelum menutup lengkap, granula-granula sitoplasma neutrofil menyatu dengan fagosom dan melepaskan isinya ke dalamnya, suatu  proses yang disebut degranulasi. Sebagian besar mikroorganisme yang telah mengalami  pelahapan mudah dihancurkan oleh fagosit yang berakibat pada kematian mikroorganisme. Walaupun beberapa organisme yang virulen dapat menghancurkan leukosit (Robbins & Kumar, 1995).

2. Radang kronis

Radang kronis dapat diartikan sebagai inflamasi yang berdurasi panjang (berminggu-minggu hingga bertahun-tahun) dan terjadi proses secara simultan dari inflamasi aktif, cedera jaringan, dan penyembuhan. Perbedaannya dengan radang akut, radang akut ditandai dengan perubahan vaskuler, edema, dan infiltrasi neutrofil dalam  jumlah besar. Sedangkan radang kronik ditandai oleh infiltrasi sel mononuklir (seperti

makrofag, limfosit, dan sel plasma), destruksi jaringan, dan perbaikan (meliputi  proliferasi pembuluh darah baru/angiogenesis dan fibrosis) (Mitchell & Cotran, 2003).

Radang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. Dapat timbul menyusul radang akut, atau responnya sejak awal bersifat kronik. Perubahan radang akut menjadi radang kronik berlangsung bila respon radang akut tidak dapat reda, disebabkan agen  penyebab jejas yang menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan normal.

(21)

Ada kalanya radang kronik sejak awal merupakan proses primer. Sering penyebab jejas memiliki toksisitas rendah dibandingkan dengan penyebab yang menimbulkan radang akut. Terdapat 3 kelompok besar yang menjadi penyebabnya, yaitu infeksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu (seperti basil tuberkel, Treponema palidum, dan jamur- jamur tertentu), kontak lama dengan bahan yang tidak dapat hancur (misalnya silika),  penyakit autoimun. Bila suatu radang berlangsung lebih lama dari 4 atau 6 minggu disebut kronik. Tetapi karena banyak kebergantungan respon efektif tuan rumah dan sifat alami jejas, maka batasan waktu tidak banyak artinya. Pembedaan antara radang akut dan kronik sebaiknya berdasarkan pola morfologi reaksi (Robbins & Kumar, 1995).

 b) Berdasarkan Perubahan Jaringan atau Mikroskopis 1. Radang Eksudatif

Pada radang eksudatif, sebagian besar didominasi oleh eksudat radang, jaringan mati hanya sedikit. Ada dua macam eksudat radang yaitu eksudat selular dan eksudat humoral. Berdasarkan eksudat selularnya, radang dibagi menjadi radang akut, radang subakut, dan radang kronis. Pada radang akut, sel yang terutama dijumpai adalah PMN (Sel Polimorfonuklear) neutrofil, sedangkan limfosit dan monosit sedikit. Pada radang subakut yang banyak adalah sel PMN eosinofil, sedangkan jumlah limfosit dan monosit  bertambah banyak. Pada radang kronis, yang paling banyak dijumpai adalah sel limfosit

dan monosit. Kadang dijumpai sel plasma dan sel PMN sedikit. 2. Radang Degeneratif

Sebagian besar gambaran mikroskopisnya terdiri atas jaringan nekrosis dengan sedikit sel radang misalnya pada difteri, yang mengandung kuman pada tonsil tetapi mengeluarkan eksotoksin yang dapat menyebabkan radang pada jantung. Jika sampai menimbulkan kematian, dalam jaringan otot jantung akan ditemukan jaringan nekrosis di  beberapa bagian.

3. Radang Proliferatif

Secara mikroskopis, selain dijumpai eksudat, radang juga terdiri atas jaringan yang dapat berproliferatifa. Jadi, di sini akan terlihat pertumbuhan jaringan sehingga akan membentuk tonjolan. Karena ada eksudat radang dan proliferasi jaringan, gambaranya hampir sama dengan jaringan granulasi. Jaringan granulasi yang berlebihan akan membentuk suatu tonjolan yang disebut granuloma yaitu suatu masa seperti tumor yang tersir atas jaringan granulasi. Karena ada pertumbuhan jaringan granulasi, disebut radang granulomatosa. Radang ini memberikan gambaran yang spesifik dan dapat dijumpai pada tuberkulosis, sifilis, lepra, sarkoidosis, limfogranuloma inguinal,  brucellosis, dan aktinomikosis.

(22)

c) Berdasarkan Eksudat Humoralnya 1. Radang Katarhalis

Eksudat merupakan eksudat jernih berupa lender, dijumpai pada alat tubuh yang memproduksi lender, seperti nasofaring, paru, traktus intestinalis, dan rahim, misalnya pada pilek dan kolera.

2. Radang Fibrinosa

Eksudat sebagian besar terdiri atas fibrin, biasanya sel radang hanya sedikit. Akan tetapi ada juga penyakit dengan gambaran mikroskopis eksudat terdiri fibrin tetapi banyak mengandung PMN, misalnya pneumonia lobaris. Pada penyakit ini,  pleuranya sering ikut meradang. Keadaan demikian dinamakan pleuritis sika

(kuning).

3. Radang Serosa

Eksudatnya Nampak serosa dan jernih. Fibrinnya sedikit sekali, tetap cair dan sering cairan itu harus disedot. Dapat dijumpai misalnya pada tuberculosis yang akan menyebabkan pleuritis eksudatnya.

4. Radang Purulenta

Eksudat sebagian besar terdiri atas nanah, dijumpai pada bisul dan  bronkopneumonia atau pneumonia lobularis. Pada pneumonia lobularis, walaupun

ada PMN neutrofil yang hidup dan mati, juga ada kuman, tetapi ridak menimbulkan nanah atau radang purulenta, karena tidak ada jaringan mati atau nekrosis.

Sebaliknya, pada pneumonia lobularis salain ada PMN dan fibrin, juga ada  jaringan nekrotik sehingga ada nanah. Akibatnya, penyembuhan pada pneumonia

lobularis dapat terjadi dengan sempurna tanpa cacat, meskipun selalu ada jaringan  parut.

5. Radang Haemorrhagik

Pada radang ini eksudatnya berwarna merah karena banyak mengandung eritrosit, biasanya banyak terjadi kerusakan jaringan sehingga akan dibentuk kapiler dan saluran limfe baru. Namun jika radang sudah mereda atau sembuh, kapiler akan menyempit dan menghilang kembali.

6. Radang Pseudomembranosa

Radang ini tampak karakteristik dengan adanya pembentukan membrane  palsu yang terbentuk dari bekuan fibrin, epitel nekrotik, dan sel leukosit mati. Radang

ini hanya dijumpai pada permukaan mukosa, misalnya faring, laring, trakea, bronkus dan traktus intestinalis, akibat adanya suatu gen atau iritan yang kuat misalnya kuman difteri. Pada radang ini akan akan terjadi nekrosis dan kemudian membeku sehingga

(23)

 permukaan jaringan radang akan dilapisi oleh lapisan yang nekrosis berwarna putih keabu-abuan. Selaput ini disebut pseudomembran.

d) Berdasarkan Lokasinya 1. Abses

Abses adalah radang bernanah yang berkumpul pada suatu tempat dalam tubuh sehingga nanah itu berada dalam rongga yang secara anatomis tidak ada. Jika dijumpai nanah dalam rongga tubuh yang secara anatomis sudah ada, disebut empiemia, misalnya epiemia peritonni, empimia perikardii, dan sering adalah empymia thiracii. Kumpulan nanah dalam rongga toraks disebut empimia saja.

2. Phlegmon atau Selulitis

Phlegmon merupakan radang purulenta atau supuratif yang menjalar rata diseluruh bagian tubuh, misalnya apendisitis akut flegmonosa. Selulitis merupakan suatu radang akut yang dijumpai pada jaringan penyambung jarang, tersebar merata dan luas serta sering ada di bawah kulit tanpa pembentukan nanah. Ada beberapa  penulis yang menganggap selulitis sama dengan phlegmon dan memberikan definisi

sebagai berikut : phlegmon adalah radang akut yang tersebar merata di dalam  jaringan beranyaman jarang yang mnungkin disertai dengan pembentukan nanah.

Ulkus atau tukak adalah suatu defek local dari suatu permukaan organ atau  jaringan tubuh yang disebabkan karena adanya jaringan nekrotik dari suatu radang

yang tercurah keluar. Ulserasi hanya dapat terjadi jika radang kronis itu dapat keluar atau dekat dengan permukaan sehingga dapat ditembus. Ulkus terjadi jika sebagian  permukaan jaringan menghilang sehingga jaringan disekitarnya meradang. Jaringan

yang nekrosis ini dapat disebabkan karena toksin ataupun penyumbatan kapiler akibat radang.

Ulkus sering dijumpai pada keadaan :

1) Ada fokus radang nekrotik pada mukosa mulut, lambung, dan usus.

2) Radang subkutaneus dari anggota gerak bawah pada penderita lanjut usia dengan gangguan sirkulasi yang merupakan factor predisposisi untuk terjadinya nekrosis yang luas.

3) Pada leher rahim, dalam mulut (ulkus dekubitalis), lambung (ulkus peptikum), dan kulit (borok)

e) Fase Penyembuhan

1. Pemulihan Jaringan

Pemulihan jaringan merupakan proses akhir dari suatu radang menuju  penyembuhan, sedangkan penyembuhan merupakan proses atau cara memperbaiki  jaringan yang rusak.

(24)

1) Jaringan Parenkim 2) Jaringan stroma

Proses penyembuhan dari sel parenkim terjadi dengan mengganti sel yang rusak dengan sel yang baru dan sama, sehingga fungsi tubuh dan jaringan akan pulih kembali dengan sempurna. Penyembuhan yang demikian disebut regenerasi. Sedangkan untuk  jaringan storma sel atau jaringan yang rusak akan diganti dengan jaringan ikat. Proses demikian disebut organisasi. Pada organisasi akan terbentuk jaringan granulasi yang kemudian akan terbentuk jaringan ikat.

Sel parenkim dibedakan menjadi : a) sel labil

Merupakan sel yang memang pada saat tertentu mengalami mikrosis tetapi akan mengalami pembaharusan yang terjadi secara periodik dan sel akan diganti dengan sel yang sama melalui suatu proses yang disebut regenerasi fisiologis.

 b) sel stabil

Merupakan sel parenkim yang terdapat dalam sel kelenjar dalam tubuh termasuk hati, pankrean, kelenjar edndokrin, sel tubulus ginjal, dan kelenjar pada kulit.

c) sel permanen

Pada regenerasi sel labil atau stabil akan terjadi perubahan dimana sel dewasa akan berubah menjadi sel muda atau embrional yang dapat berkembang biak.

2. Faktor-faktor Penghambat Penyembuhan 1. Faktor Umum

a. Umur

Biasanya penyembuhan lebih lambat pada lanjut usia. Munkin disebabkan karena kurangnya supply darah pada orang yang sudah tua.

 b. Diet

Pada saat orang sedikit makan protein menyebabkan kadar protein dalam darah sangat rendah. Keadaan ini menyebabkan luka sukar sembuh dan menyebakan luka semakin parah. Zat yang penting yaitu suatu zat yang disebut methionin. Zat ini akan membuat tubuh dapat membuat zat protein secara lebih efisien.

c. Vitamin

Misalnya Vit.C, merupakan zat yang sangat berguna untuk pembentukan asam hialuron yang merupakan zat perekat antar jaringan ang sangat penting.

d. Hormon

Misalnya kortison. Pemberian kortison pada radang dapat menyebabkan gangguan  pada mekanisme perubahan pembuluh darah, menyebabkan pembentukan eksudat

(25)

2. Faktor Lokal a. Suplai darah

Kekurangan darah juga dapat menyebabkan tubuh kekurangan zat yang sangat dibutuhkan misalnya vitamin dan oksigen. Hal ini sendiri akan menyebakan terhambatnya proses penyembuhan.

 b. Benda asing

Karena benda asing ini merupakan suatu rangsangan pada jaringan yang tetap akan memelihara adanya radang

c. Pergerakan jaringan

Misalnya patah tulang. Jika kedua benda ini tetap ada gerakan, penyembuhan akan terhambat.

d. Besarnya kerusakan jaringan

Jika ada kerusakan total dari suatu organ biasanya tidak dapat diperbaiki dengan sempurna.

e. Jenis jaringan

Kerusakan pada jaringan tubuh (sel stabil dan sel labil) akan sembuh dengan sempurna, tetapi pada sel permanen penyembuhannya terjadi sebaliknya.

C. Proses Penyembuhan Luka

Fisiologi Penyembuhan Luka

Proses dasar seluler dan biokimia yang sama terjadi dalam penyembuhan semua cedera jaringan lunak, baik luka ulseratif kronik, seperti dekubitus dan ulkus tungkai, luka traumatis, misalnya laserasi, abrasi, dan luka bakar, atau luka akibat tindakan bedah.

Proses Fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi kedalam 4 fase utama : a. Respon Inflamasi Akut Terhadap Cedera

Hemostasis : vasokontriksi sementara dari pembuluh darah yang rusak terjadi  pada saat sumbatan trombosit dibentuk dan diperkuat juga oleh serabut fibrin untuk

membentuk sebuah bekuan.

Respon jaringan yang rusak, jaringan yang rusak dan sel mast melepaskan histamine dan mediator lain, sehingga menyebabkan vasodilatasi dari pembuluh darahsekeliling yang masih utuh serta meningkatnya penyediaan darah ke daerah tersebut, sehingga menjadi merah dan hangat. Permeabilitas kapiler –  kapiler darah meningkat dan cairan yang akan protein mengalir kedalam spasium interstisial, menyebabkan edema local dan mungkin hilangnya fungsi di atas sendi tersebut. Leukosit polimorfonuklear

(26)

(polimorf) dan makrofag mengadakan migrasi ke luar dari kapiler dan masuk ke dalam daerah yang rusak sebagai reaksi terhadap agens kemotaktik yang dipacu oleh adanya cedera.

Respon inflamasi akut terhadap cedera mencakup hemostatis, pelepasan histamine dan mediator lain dari sel –  sel yang rusak dan migrasi sel darah putih ( leukosit  polimorfonuklear dan makrofag) ketempat yang rusak. Durasi fase 0 –   3 hari, fase ini

merupakan bagian yang essensial dari proses penyembuhan dan tidak ada upaya yang dapat menghentikan proses ini kecuali pada kompartemen tertutup ( missal luka bakar  pada leher). Meski demikian, jika hal tersebut diperpanjang secara terus –   menerus,

adanya benda asing, pengelupasan jaringan yang luas, trauma kambuhan, atau oleh  penggunaan yang tidak bijaksana preparat tropical untuk luka, seperti antiseptic,

anibiotik, atau krim asam, sehingga penyembuhan diperlambat dan kekuatan regangan luka menjadi tetap rendah.

Sejumlah besar sel tertarik ke tempat tersebut untuk bersaing mendapatkan gizi yang tersedia. Inflamasi yang terlalu banyak dapat menyebabkan granulasi yang  berlebihan pada fase III dan dapat menyebabkan jaringan parut hipertrofik.

Ketidaknyamanan karena edema dan denyutan pada tempat luka juga menjadi  berkepanjangan.

 b. Fase Destruktif

Pembersihan terhadap jaringan mati atau yang mengalami devitalisasi dan bakteri oleh polimorf dan makrofag. Polimorf menelan dan menghancukan bakteri. Tingkat aktivitas polimorf yang tinggi hidupnya singkat saja dan penyembuhan dapat berjalan terus tanpa keberadaan sel tersebut. Meski demikian, penyembuhan berhenti bila makrofag mengalami deaktifasi dengan durasi fase 1  –   6 hari. Sel –   sel tersebut tidak

hanya mampu menghancurkan bakteri dan mengeluarkan jaringan yang mengalami devitalisasi serta fibrin yang berlebihan, tetapi juga mampu merangsang pembentukkan fibroblast, yang melakukan sintesa struktur protein kolagen dan menghasilkan sebuah factor yang dapat merangsang angiogenesis. (fase III).

Polimorf dan makrofag mudah dipengaruhi oleh turunnya suhu pada tempat luka, sebagaimana yang dapat terjadi bilamana sebuah luka yang basah dibiarkan tetap terbuka,  pada saat aktivitas mereka dapat turun sampai nol. Aktivitas mereka dapat juga dihambat oleh agens kimia, hipoksia dan juga perluasan limbah metabolic yang disebabkan karena  buruknya perfusi jaringan.

c. Fase Proliferatif

Fibroblast meletakkan substansi dasar dan serabut  –   serabut kolagen serta  pembuluh darah baru mulai menginfiltrasi luka. Begitu kolagen diletakkan, maka terjadi  peningkatan yang cepat pada kekuatan regangan luka. Kapiler –   kapiler dibentuk oleh

(27)

tunas endothelial, suatu proses yang disebut angiogenesis. Bekuan fibrin yang dihasilkan  pada fase I dikeluarkan begitu kapiler baru menyediakan enzim yang diperlukan. Tanda – 

tanda inflamasi mulai berkurang. Jaringan yang dibentuk dari gelung kapiler baru, yang menopang kolagen dan substansi dasar, disebut jaingan granulasi karena  penampakkannya yang granuler dengan durasi fase selama 3 –   24 hari dengan warna

merah terang.

Gelung kapiler baru jumlahnya sangat banyak dan rapuh serta mudah sekali rusak Karena penanganannya yang kasar, missal menarik balutan yang melekat. Vitamin C  penting untuk sintesis kolagen. Tanpa vitamin C, sintesis kolagen berhenti, kapiler darah  baru rusak dan mengalami perdarahan, serta penyembuhan luka terhenti. Factor sistemik lain yang dapat memperlambat penyembuhan pada stadium ini termasuk defisiensi besi, hipoproteinemia, serta hipoksia. Fase proliferative terus berlangsung secara lebih lambat seiring dengan bertambahnya usia.

d. Fase Maturasi

Epiteliasasi, kontraksi, dan reorganisasi jaringan ikat. Dalam setiap cedera yang mengakibatkan hilangnya kulit, sel epitel pada pinggir luka dan sisa –  sisa folikel rambut,

serta glandula sebasea dan glandula sudorifera, membelah dan mulai bermigrasi di atas  jaringan granula baru. Karena jaringan tersebut hanya dapat bergerak di atas jaringan

yang hidup, maka mereka lewat dibawah eskar atau dermis yang mongering. Apabila  jaringan tersebut bertemmu dengan sel –   sel epitel lain yang juga mengalami migrasi, maka mitosis berhenti akibat inhibisi kontak, durasi waktu pada fase maturasi adalah 24 –  365 hari.

Kontraksi luka disebabkan karena miofibroblast kontraktil yang membantu menyatukan tepi  –   tepi luka. Terdapat suatu penurunan progresif dalam vaskularitas

 jarnga parut, yang berubah dalam penampilannya dari merah kehitaman menjadi putih. Serabut  –   serabut kolagen mengadakan reorganisasi dan kekuatan regangan luka meningkat. Luka masih sangat rentan terhadap trauma mekanis ( hanya 50% kekuatan regangan normal dari kulit diperoleh kembali dalam tiga bulan pertama ). Epitelialisasi terjadi sampai tiga lebih cepat di lingkungan yang lembab (di bawah balutan oklusif atau  balutan semifermeabel) daripada lingkungan yang kering.

Kontraksi luka biasanya merupakan suatua fenomena yang sangat membantu, yakni menurunkan daerah permukaan luka dan meninggalkan jaringan parut yang relative kecil, tetapi kontraksi berlanjut dengan buruk pada daerah tertentu, seperti di atas tibia, dan dapat menyebabkan distorsi penampilan pada cedera wajah. Kadang, jaringan fibrosa  pada dermis menjadi sangat hipertrofi, kemerahan dan menonjol, yang pada kasus ekstrim

(28)

Termasuk ukuran dan tempat luka, kondisi fisiologis umum pasien, dan adanya  bantuan ataupun intervensi dari luar yang ditujukan dalam rangka mendukung  penyembuhan.

a. Penyembuhan Luka Secara Intensi Primer

Penyembuhan luka secara intense primer merupakan penyembuhan yang terdapat sedikit  jaringan yang hilang, seperti pada luka bersih yang dibuat akibat tindakan bedah, atau pada

laserasi yang tepinya dirapatkan oleh plester kulit, maka penyembuhan terjadi secara intensi  primer, yaitu dengan menyatukan kedua tepi luka berdekatan dan saling berhadapan. Jaringan granulasi yang dihasilkan, sangat sedikit. Dalam waktu 10  –   14 hari, reepitelialisasi secara

normal sudah sempurna, dan biasanya hanya menyisakan jaringan parut tipis, yang dengan cepat dapat memudar dari warna merah muda menjadi putih. Meskipun demikian, diperlukan waktu  beberapa bulan bagi jaringan untuk memperoleh kembali segala sesuatunya, seperti kekuatan

regangan mereka sebelumnya.

 b. Penyembuhan luka Secara Intensi Sekunder

Pada luka  –   luka terbuka, di mana terdapat kehilangan jaringan yang signifikan,

dikatakan bahwa penyembuhan terjadi secara intense sekunder. Luka terbuka yang kronis, sepeti dekubitus dan ulkus tungkai, termasuk dalam kategori ini, demikian pula halnya dengan  beberapa luka akibat operasi dengan sengaja dibiarkan terbuka, seperti misalnya absesyang baru

saja dilakukan drain atau sinus pilonidal yang dibi arkan terbuka.

Jaringan granulasi, yang terdiri atas kapiler –   kapiler darah baru yang disokong oleh  jaringan ikat, terbentuk didasar luka dan sel –  sel epitel melakukan migrasi ke pusat permukaan

luka, dan dari pulau –  pulau jaringan epitel yang berhubungan dengan folikel rambut, kelenjar

sebasea, dan kelenjar sudorifera. Daerah permukaan luka menjadi lebih keil akibat suatu proses yang dikenal sebagai kontraksi dan jaringan ikat disusun kembali dengan bertambahnya waktu.

Pada mulanya, jaringan parut berwarna merah dan menonjol. Pada saatnya, tonjolan dan warnanya kemerahan itu akan berkurang dan akhirnya menghilang sehingga meninggalkan  jaringan parut yang lunak dan lebih pucat disbanding kulit sekitarnya. Meskipun demikian,

rangkaian kejadian tersebut bukannya tanpa variasi. Jaringan fibrosa pada lapisan dermis dapat menjadi hipertrofi yang nyata sekali, berwarna merah, dan menonjol.

Reaksi yang lebih kemerahan adalah pembentukkan jaringan parut keloid. Pada parut keloid jaringan tampak nyata menonjol, cenderung untuk menyebar, mengikutsertakan kulit normal disekitarnya, dan dapat terasa panas, nyeri tekan, dan gatal. Parut keloid lebih banyak terjadi pada pasien –  pasien yang berkulit hitam daripada pasien berkulit putih. Daerah –  daerah tertentu ternyata mempunyai resiko yang tinggi dalam menghasilkan parut keloid disbanding

(29)

daerah lainnya, terutama pada daerah presternal dan daerah deltoid, serta jaringan parut vertical  pada daerah leher.

c. Faktor –  Faktor yang dapat Memperlambat Penyembuhan

Banyak factor yang dapat memperlambat penyembuhan luka. Factor –   factor tersebut dapat dibagi kedalam factor –   factor yang ada hubungannya dengan pasien (intrinsic), seperti

kondisi –  kondisi yang kurang menguntungkan pada tempat luka, dan sejumlah kondisi medis yang dapat menyebabkan lingkungan sekitar yang buruk bagi penyembuhan luka, factor –  factor

dari luar (ekstrinsik), seperti pengelolaan luka yang kurang tepat dan efek –   efek terapi lainnya

yang tidak menguntungkan.

Mengatasi pengaruh –   pengaruh yang merugikan dari semua factor tersebut, sangat

diperlukan untuk penyembuhan optimum. Pokok –   pokok pikiran inilah yang akan banyak

diulang, pada keadaan yang berbeda diseluruh buku ini. a. Factor –  factor local yang merugikan pada tempa luka.

Factor  –   factor local yang merugikan ditempat luka yang dapat memperlambat  penyembuhan meliputi hipoksia, dehidrasi, eksudat yang berlebihan, turunnya

temperature, jaringan nekrotik, krusta yang berlebihan, adanya benda asing, dan trauma yang berulang.

1. Kurangnya suplai darah dan pengaruh hipoksia.

Luka dengan suplai darah yang buruk sembuh dengan lambat, jika factor  –   factor yang essensial untuk penyembuhan, seperti oksigen, asam amino, vitamin dan mineral, sangat lambat menapai luka karena lemahnya vaskularisasi, maka  penyembuhan luka tersebut akan terhambat, meskipun pada pasien –   pasien yang

nutrisinya baik. 2. Dehidrasi

Jika luka terbuka dibiarkan terkena udara, maka lapisan permukaannya akan mongering. Sel  –   sel epitel pada tepi luka bergerak kebawah, dibawah lapisan tersebut, sampai sel  –   sel tersebut mencapai kondisi lembab yang memungkinkan

mitosis dan migrasi sel – sel untuk menembus permukaan yang rusak.(Silver, 1980).

Waktu yang panjang akibat membiarkan luka itu mongering mengakibatkan lebih  banyak jaringan yang hilang dan menimbulkan jaringan parut, yang akhirnya dapat

menghambat fase penyembuhan (Turner, 1985). 3. Eksudat berlebihan

Terdapat suatu keseimbangan yang sangat halus antara kebutuhan akan lingkungan luka yang lembab, dan kebutuhan untuk mengeluarkan eksudat berlebihan yang dapat mengakibatkan terlepasnya jaringan. Eksotoksin dan sel  – sel debris yang berada

(30)

didalam eksudat dapat memperlambat penyembuhan dengan cara mengabadikan respon inflamasi.

4. Turunnya temperature

Aktivitas fagositik dan aktivitas mitosis secara khusus mudah terpengaruh terhadap  penurunan temperature pada tempat luka. Kira  –   kira dibawah 28o  C, aktivitas leukosit dapat turun nol. Apabila luka basah dibiarkan terbuka lama pada saat mengganti balutan, atau saat menunggu pemeriksaan dokter, maka temperature  permukaan dapat menurun sampai paling rendah 12oC. Pemulihan jaringan ke suhu

tubuh dan aktivitas mitosis sempurna, dan memakan waktu sampai 3 jam. 5. Jaringan nekrotik, krusta yang berlebihan, dan benda asing.

Adanya jaringan nekrotik dan krusta yang berlebihan di tempat luka dapat memperlambat penyembuhan dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi klinis. Demikian juga, adanya segala bentuk benda asing, temasuk bahan  –   bahan jahitan drain luka. Oleh karena itulah maka sangat penting untuk mengeluarkan kontaminan orgnik maupun anorganik ecepat mungkin tetapi dengan trauma yang minimum terhadap jaringan yang utuh.

6. Trauma dapat berulang

Pada sebuah luka terbuka, traum mekanis dengan mudah merusak jaringan granulasi yang penuh dengan pembuluh darah dan mudah pecah, epithelium yang baru saja terbentuk dan dapat menyebabkan luka sehingga kembali ke keadaan fase  penyembuhan tertentu yaitu fase respon inflamasi akut. (Moya J. Morison, 2004)

d. Penyembuhan luka

Penyembuhan luka yakni berintegrasinya kembali jaringan yang mengalami diskontinu oleh karena trauma atau sebab yang lain. Sekalipun penyembuhan luka tidak termasuk kedalam kasus ICU akan tetapi luka yang disebabkan oleh trauma merupakan  bagian dari pasien yang dirawat di ICU.

Berdasarkan fisiologi penyembuhan luka dapat dibagi atas 3, yakni fase pertama inflamasi dimana tampak reaksi dari pembuluh darah dan sel sraf. Fae kedua disebut dengan fase proliferasi dimana terjadi epitelisasi. Fase ketiga penyembuhan yang sempurna dimana terjadi parut dari jaringan kolagen.

Secara klasik penyembuhan luka dibagi atas :

1. Penyembuhan primer, penyembuhan luka dengan menjahit kedua bagian kulit yang terbuka dan tidak terdapat infeksi.

2. Penyembuhan sekunder terjadinya dengan pembentukkan jaringan granulasi. 3. Penyembuhan tersier dimana terjadi proses infeksi.

(31)

Bila penyembuhan luka melalui infeksi maka terbentuk ulkus yng dapat dibagi atas 4 tingkat kedalaman. Tingkat pertama kulit sampai tingkat epidermis dimana menjadi merah, tingkat kedua dimana terjadi kerusakan dermis, tingkat ketiga dalam penyembuhan luka ini dibicarakan :

a. Tipe luka berdasarkan dalamnya luka.  b. Kategori luka.

c. Fase –  fase penyembuhan luka.

d. Tipe penyembuhan luka.

e. Factor –  factor yang mempengaruhi penyembuhan luka.

f. Konsep penyembuhan luka. g. Efek penggunaan antiseptic.

h. Penggunaan biosintentik dressing pada luka. i. Keuntungan dan kerugian penggunaan dressing.  j. Protocol dan penilaian luka pada umumnya. Untuk fase –  fase penyembuhan luka :

1. Fase inflamasi : penyembuhan dimulai. a. Respon hemostatik

 b. Respon vaskuler. c. Respon seluler

2. Fase proliferasi : fase penyembuhan utama. a. Sintesis kolagen

 b. Angiogenesis c. Epitelialisasi

3. Fase remodeling : proses penyembuhan lengkap. a. Perubahan kolagen.

Kategori luka

Berdasarkan kategorinya luka dapat dibagi atas kehilangan kemampuan intergritas : a. Kehilangan kemampuan integritas kulit.

 b. Kehilangan integritas jaringan subkutan

c. Kehilangan integritas jaringan yang lebih jauh sampai ke tulang. Tipe penyembuhan luka

(32)

a. Penyembuhan Primer, yakni penyembuhan luka tanpa terdapatnya proses infeksi dan biasanya terjadi pada luka superficial. Penyembuhan primer ini ditandai dengan tidak tampaknya tanda

 –  tanda inflamasi, sesudah 48 jam luka menutup dan tidak terdapat tepi luka pada hari ke 7

dan hari ke 9.

 b. Penyembuhan sekunder , yakni ditandai dengan terdapatnya :

1. Jaringan granulasi : pucat atau tidak ada kemajuan penyembuhan luka. Terlalu basah atau terlalu kering.

2. Ukuran luka : tidak berubah atau meluas sesudah pus dikeluarkan. 3. Eksudat : terdapat eksudat, menebal atau dengan tanpa bau.

(33)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh dara akibat kerusakan (robekan)  pembuluh darah. Kehilangan darah bisa disebabkan perdarahan internal dan eksternal.

Perdarahan internal lebih sulit diidentifikasi. Jika pembuluh darah terluka maka akan segera terjadi kontriksi dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat berkurang. Platelet mulai menempel pada tepi yang kasar sampai bentuk sumbatan. Perdarahan dibagi dua jenis yaitu perdarahan luar dan perdarahan dalam dimana perdarahan luar seperti pedarahan dari  pembuluh rambut, perdarahan dari pembuluh darah balik, dan perdarahan dari pembuluh nadi.

Sedangkan perdarahan dalam biasanya disebabkan oleh pukuran keras atau terbentur hebat, luka tusuk, luka tembak, pecahnya pembuluh darah karena suatu penyakit dan robeknya  pembuluh darah akibat terkena ujung tulang patah.

Perdarahan pada umumnya ada beberapa jenis seperti, perdarahan di hidung,  perdarahan pada telinga, perdarahan pada waktu hamil, perdarahan pada rongga perut,  perdarahan di kepala, perdarahan di selaput otak, perdarahan di mata, dan perdarahan  pembuluh nadi. Dari berbagai jenis perdarahan yang telah dijelaskan di makalah, untuk  penatalaksanaannya berbeda-beda tergantung dari jenis perdarahannya.

Proses peradangan merupakan respon yang dikeluarkan oleh tubuh untuk memberikan sinyal bahwa dalam tubuh ada yang salah. Untuk prosesnya dibagi menjadi  beberapa tanda yaitu rubor (kemerahan), kalor (rasa panas), dolor (rasa sakit atau nyeri), dan

yang terakhir adalah tumor (pembengkakan). Tanda pokok yang kelima tersebut disebut sebagai function laesa.

Menurut kelompok dari berbagai sumber yang didapatkan penyembuhan luka akan selalu mengalami 4 fase penting dimana fase pertama yaitu fase peradangan atau inflamasi dimana luka masih merah, dan sangat mudah mengalami infeksi, kemudian berlanjut ke fase yang kedua yaitu fase destruktif dimana makrofag sudah mulai membentuk jaringan mati, sehingga jika jaringan tersebut tidak dihilangkan maka akan menghambat pembentukan  jaringan atau menghambat proses penyembuhan luka, kemudian fase ketiga merupakan fase  proliferative yang mulai adanya sintesis kolagen dan pembentukan jaringan –  jaringan baru, dan fase terakhir yaitu remodeling merupakan fase dimana luka mulai sembuh dan terbentuk  jaringan baru yang sempurna.

Gambar

Gambar 4 Tempat-tempat untuk penekanan perdarahan pembuluh nadi.
Gambar  6  Cara  memasang  torniket.  Segulung  perban  dapat  di  selipkan  di  bawah torniket.

Referensi

Dokumen terkait

Melalui Program PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa- Kewirausahaan) ini berjudul “ ES SINGKE ( Singkong Keju) Sebagai Upaya Diserfikasi Singkong Menjadi

Bila nanti pada pemeriksaan endoskopi ditemukan adanya varises esofagus yang pecah, maka ini akan mendukung diagnosis sirosis hepatis dekompensata, karena pecahnya

Keterkaitan antara produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai hasil produksi (Sukirno, 2005). Produksi yang tinggi

PENGARUH PERMAINAN SOCCER LIKE GAMES TERHAD AP KERJASAMA SISWA D ALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN SEPAKBOLA KELAS XI SMAN I BALEEND AH.. Universitas Pendidikan Indonesia

Sejak kecil Umar Bin Ahmad Bārajā dibesarkan dan dididik oleh kakeknya dari keturunan pihak ibu, yang bernama Syaikh Hasan bin Muhammad Bārajā, yang merupakan

oleh karena peneliti menggunakan prinsip 5T dalam pemberian intervensi kepada responden yaitu yang pertama adalah tepat obat, buah pisang mengandung banyak senyawa yang

Pengolahan data merupakan segala macam pengolahan terahadap data untuk membuat data itu berguna sesuai dengan hasil yang diinginkan, sehingga dapat segera dipakai, hasil

dan eliminasi bahan obat  bagian obat yang terikat protein plasma tidak dapat berdifusi dan pada umumnya tidak mengalami biotransformasi & eliminasi  hanya bentuk