PERCOBAAN 5 PERCOBAAN 5
Identifikasi Kualitatif Lipid Identifikasi Kualitatif Lipid
I.
I. TujuanTujuan 1.
1. Mengetahui kelarutan lipida pada pelarut tertentuMengetahui kelarutan lipida pada pelarut tertentu 2.
2. Untuk mengetahui kehadiran gliserolUntuk mengetahui kehadiran gliserol 3.
3. Mengetahui adanya sterol (kolesterol) dalam suatu bahan secara kualitatif Mengetahui adanya sterol (kolesterol) dalam suatu bahan secara kualitatif II.
II. PrinsipPrinsip 1.
1. Like dissolves likeLike dissolves like 2.
2. Reaksi antara Gliserol yang didehidrasi oleh Kalium Bisulfat Anhidrat yangReaksi antara Gliserol yang didehidrasi oleh Kalium Bisulfat Anhidrat yang
menghasilkan Aklorin
menghasilkan Aklorin Aldehida yang beAldehida yang berbau menyengatrbau menyengat
3.
3. Reaksi antara Sterol dengan Asam Kuat Anhidrat (Asam Anhidrat dan AsamReaksi antara Sterol dengan Asam Kuat Anhidrat (Asam Anhidrat dan Asam
Sulfat pekat) Sulfat pekat)
III.
III. Teori dasar Teori dasar
Lipid merupakan sekumpulan senyawa biomolekul yang dapat larut dalam Lipid merupakan sekumpulan senyawa biomolekul yang dapat larut dalam pelarut
pelarut-- pelarut pelarut organik organik nonpolar nonpolar seperti seperti kloroform, kloroform, eter, eter, benzene, benzene, aseton, aseton, dandan
petroleum
petroleum eter eter (Lehninger (Lehninger 1982). 1982). Lipid Lipid dapat dapat digolongkan digolongkan dalam dalam beberapabeberapa kelompok
kelompok berdasarkan kberdasarkan komponen omponen dasar pembentuk dasar pembentuk lipid, lipid, sumber sumber penghasilpenghasil lipid, kandungan asam lemak, dan sifat
lipid, kandungan asam lemak, dan sifat--sifat kimia dari lipid seperti sifat dapatsifat kimia dari lipid seperti sifat dapat
tidaknya dilakukan penyabunan. Berdasarkan komponen dasarnya, lipid tidaknya dilakukan penyabunan. Berdasarkan komponen dasarnya, lipid dikelompokkan menjadi lipid sederhana (simple lipid), lipid majemuk dikelompokkan menjadi lipid sederhana (simple lipid), lipid majemuk (compound lipid), dan lipid turunan (derived lipid). Lipid sederhana (compound lipid), dan lipid turunan (derived lipid). Lipid sederhana mengandung asam
disabunkan, sedangkan lipid majemuk atau campuran mengandung dua atau tiga jenis asam lemak yang berbeda dan dapat disabunkan.
Asam lemak atau asil lemak ialah istilah umum yang digunakan untuk menjabarkan bermacam-ragam molekul-molekul yang disintesis dari
polimerisasi asetil-KoA dengan gugus malonil-KoA atau metilmalonil-KoA di
dalam sebuah proses yang disebut sintesis asam lemak. Asam lemak terdiri dari rantai hidrokarbon yang berakhiran dengan gugus asam karboksilat penyusunan ini memberikan molekul ujung yang polar dan hidrofilik, dan ujung yang nonpolar dan hidrofobik yang tidak larut di dalam air. Struktur asam lemak merupakan salah satu kategori paling mendasar dari biolipid biologis dan dipakai sebagai blok bangunan dari lipid dengan struktur yang lebih kompleks. Rantai karbon, biasanya antara empat sampai 24 panjang karbon, baik yang jenuh ataupun tak jenuh dan dapat dilekatkan ke dalam gugus fungsional yang
mengandung oksigen, halogen, nitrogen, dand belerang. Ketika terdapat sebuah ikatan valensi ganda, terdapat kemungkinan isomerisme geometri cis atau trans, yang secara signifikan memengaruhi konfigurasi molekuler molekul tersebut. Ikatan ganda-cis menyebabkan rantai asam lemak menekuk, dan hal ini menjadi
lebih mencolok apabila terdapat ikatan ganda yang lebih banyak dalam suatu rantai. Pada gilirannya, ini memainkan peranan penting di dalam struktur dan fungsi membran sel.
Asam lemak yang paling banyak muncul di alam memiliki konfigurasi cis, meskipun bentuk trans wujud di beberapa lemak dan minyak yang dihidrogenasi secara parsial. Contoh asam lemak yang penting secara biologis adalah
eikosanoid, utamanya diturunkan dari asam arakidonat dan asam eikosapentaenoat, yang meliputi prostaglandin, leukotriena, dantromboksana. Kelas utama lain dalam kategori asam lemak adalah ester lemak dan amida lemak. Ester lemak meliputi zat-zat antara biokimia yang penting seperti ester
lilin, turunan-turunan asam lemak tioester koenzim A, turunan-turunan asam
lemak tioester ACP, dan asam lemak karnitina. Amida lemak meliputi senyawa N-asiletanolamina, seperti penghantar saraf kanabinoidanandamida.
Asam lemak adalah asam alkanoat dengan rumus bangun hidrokarbon yang panjang. Rantai hidrokarbon tersebut dapat mencapat 10 hingga 30 atom. Rantai alkana yang non polar mempunyai peran yang sangat penting demi mengimbangi kebasaan gugus hidroksil.
Pada senyawa asam dengan sedikit atom karbon, gugus asam akan mendominasi sifat molekul dan memberikan sifat polar kimiawi. Walaupun demikian pada asam lemak, rantai alkanalah yang mendominasi sifat molekul.
Asam lemak terbagi menjadi: Asam lemak jenuh Asam lemak tak jenuh Garam dari asam lemak Prostaglandin
Berdasarkan jumlah ikatan atom C, asam lemak dibedakan kedalam rantai asam lemak dengan ikatan atom C tunggal yang disebut asam lemak jenuh (saturated) dan rantai asam lemak dengan satu atau lebih ikatan rangkap yang disebut asam
lemak tidak jenuh (unsaturated). Ikatan rangkap mempunyai sifat struktur yang tidak stabil dan kaku (rigit) sehingga di dalam larutan dapat membuat dua isomer, yaitu cis dan trans. Pada umumnya lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat yang sering disebut lemak, sedangkan lipid yang
mengandung asam lemak tidak jenuh bersifat cair pada suhu kamar dan disebut minyak.
Lipid akan terhidrolisis jika dilarutkan dalam asam atau basa, air, dan enzim lipase. Hidrolisis lipid oleh asam akan menghasilkan gliserol dan asam
-asam lemak penyusunnya. Hidrolisis lipid oleh basa kuat (KOH atau NaOH) akan menghasilkan campuran sabun K + atau Na+ dan gliserol. Proses hidrolisis ini disebut penyabunan atau saponifikasi. Hidrolisis oleh air akan terjadi jika lemak/minyak dipanaskan dengan air pada suhu 180º C dan tekanan 10 atm, kemudian akan terhidrolisis menjadi gliserol dan asam-asam lemak. Gliserol
larut dalam air, sedangkan asam lemak terapung di atas air (Lehninger 1982) Hidrogenasi pada lipid akan terjadi jika minyak yang mengandung asam
-asam lemak tidak jenuh dengan katalis serbuk Ni dapat mengadisi hidrogen sehingga berubah menjadi lemak padat. Proses ini digunakan untuk membuat mentega tiruan atau margarin. Lipid dengan bagian utama asam lemak tidak jenuh dapat diubah secara kimia menjadi lemak padat oleh proses hidrogenasi sebagian ikatan gandanya. Jika terkena udara bebas, lipid yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderung mengalami autooksidasi. Molekul oksigen dalam udara dapat bereaksi dengan asam lemak, sehingga memutuskan ikatan
gandanya menjadi ikatan tunggal. Hal ini menyebabkan minyak mengalami ketengikan.
Lipida mempunyai sifat umum sebagai berikut:
Lidak larut dalam air
Larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform, dan
karbontetraklorida
Mengandung unsur -unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang-kadang
juga mengandung nitrogen dan fosfor
Bila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak Berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan.
Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipida bukan suatu polimer, tidak mempunyai satuan yang berulang. Pembagian yang didasarkan atas hasil hidrolisisnya, lipida digolongkan menjadi lipida sederhana, lipida majemuk, dan sterol.
A. Lipida Sederhana
Minyak dan lemak termasuk dalam golongan lipida sederhana. Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu: lipida kompleks (lesitin, sephalin, fosfatida lainnya, glikolipida), sterol yang berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang larut dalam lemak, dan hidrokarbon. Komponen tersebut mempengaruhi warna dan flavor produk. Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak
nabati terdapat dalam buah- buahan, kacang-kacangan, biji- bijian, akar
tanaman, dan sayur -sayuran. Dalam jaringan hewan lemak terdapat di
seluruh badan, tetapi jumlah terbanyak terdapat dalam jaringan adipose dan sumsum tulang. Secara kimia yang diartikan dengan lemak adalah trigliserida dari gliserol dan asam lemak. Berdasarkan bentuk strukturnya trigliserida dapat dipandang sebagai hasil kondensasi ester dari satu molekul gliseril dengan tiga molekul asam lemak, sehingga senyawa ini sering juga disebut sebagai triasilgliserol. Jika ketiga asam lemak penyusun lemak itu sama disebut trigliserida paling sederhana. Tetapi jika ketiga asam lemak tersebut tidak sama disebut dengan trigliserida campuran. Pada umumnya trigliserida alam mengandung lebih dari satu jenis asam lemak. Trigliserida jika dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol. Reaksi hidrolisis trigliserida dapat digambarkan sebagai berikut:
Lemak yang sebagian besar tersusun dari gliserida asam lemak jenuh akan berwujud padat pada suhu kamar. Kebanyakan lemak binatang tersusun atas asam lemak jenuh sehingga berupa zat padat. Lemak yang sebagian besar tersusun dari gliserida asam lemak tidak jenuh berupa zat cair pada suhu
kamar, contohnya adalah minyak tumbuhan. Lemak jika dikenakan pada jari akan terasa licin, dan pada kertas akan membentuk titik transparan.
B. Lipida Majemuk
Lipida majemuk jika dihidrolisis akan menghasilkan gliserol , asam lemak dan zat lain. Secara umum lipida komplekss dikelompokkan menjadi dua, yaitu fosfolipida dan glikolipida. Fosfolipida adalah suatu lipida yang jika dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak, gliserol, asam fosfat serta senyawa nitrogen. Contoh senyawa yang termasuk dalam golongan ini adalah lesitin dan sephalin. Glikolipida adalah suatu lipida kompleks yang mengandung karbohidrat. Salah satu contoh senyawa yang termasuk dalam golongan ini adalah serebrosida. Serebrosida terutama terbentuk dalam jaringan otak, senyawa ini merupakan penyusun kurang lebih 7 % berat
kering otak, dan pada jaringan syaraf.
C. Sterol
Sterol sering ditemukan bersama-sama dengan lemak. Sterol dapat
dipisahkan dari lemak setelah penyabunan. Oleh karena sterol tidak tersabunkan maka senyawa ini terdapat dalam residu. Lebih dari 30 jenis sterol telah dijumpai di alam, terdapat pada jaringan binatang dan tumbuhan, ragi, jamur, tetapi jarang ditemukan dalam bakteri. Persenyawaan sterol yang terdapat dalam minyak terdiri dari kolesterol dan fitostrerol. Senyawa kolesterol umumnya terdapat dalam lemak hewani, sedangkan fitosterol terdapat dalam minyak nabati.
Kolesterol merupakan penyusun utama batu empedu. Kolesterol berfungsi membantu absorbsi asam lemak dari usus kecil, juga merupakan prazat (precursor) bagi pembentukan asam empedu, hormon steroid, dan vitamin D (Harper, 1979). Akhir -akhir ini kolesterol banyak menarik perhatian karena
diduga ada hubungan antara kadar kolesterol dalam darah dengan penyakit jantung koroner, dan pengerasan pembuluh darah (atherosclerosis). Kolesterol di dalam darah beredar tidak dalam keadaan bebas, akan tetapi berada dalam partikel- partikel lipoprotein. Lipoprotein merupakan senyawa
kompleks antara lemak dan protein. Dalam serum darah lipoprotein terdiri atas 4 jenis, yaitu kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL) (Devlin, 1992:67). Kilomikron mengandung 96 % trigliserida; 1,7 % protein; 1,75 % kolesterol; dan 0,6 % fosfolipida. Kilomikron berfungsi sebagai pengangkut lemak dari usus ke tempat-tempat yang membutuhkan. VLDL mengandung
60 trigliserida; 15 % kolesterol; 10 % protein; dan 15 % fosfolipida. VLDL berfungsi sebagai pengangkut trigliserida endogen dari tempat-tempat
pembentukannya ke tempat yang membutuhkan. LDL mengandung 10 % trigliserida; 45 % kolesterol; 25 % protein; dan 20 % fosfolipida. LDL berfungsi mengangkut kolesterol dari sel yang satu ke sel lainnya dimana
kolesterol tersebut diperlukan untuk pembentukan hormon sterol dan steroid. HDL mengandung 3 % trigliserida; 18 % kolesterol; 50 % protein, dan 30 % fosfolipida. HDL berfungsi mengangkut kolesterol ke hati untuk didegradasi menjadi asam empedu dan dibuang dalam kantong empedu. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa LDL mengandung kolesterol yang cukup tinggi, hal ini berarti bahwa dengan peningkatan kadar LDL di dalam darah selalu disertai hiperkolesterolemia. Apabila kadar HDL di dalam serum darah rendah maka kolesterol yang dimetabolisme relatif sedikit, sehingga banyak kolesterol yang tertimbun. Akibat penimbunan ini terjadi hiperkolesterolemia, dan lebih lanjut akan menjadi atherosclerosis, yaitu terjadi pengendapan kolesterol dan lipida lainnya pada dinding arteri, dan lebih lanjut akan terjadi pengerasan dinding arteri tersebut (Mathews dan van Holde, 1991:627). Dari hasil penelitian diperoleh suatu kenyataan bahwa HDL mempunyai sifat spesifik, karena hubungannya yang bersifat negatif terhadap atherosclerosis dan hiperkolesterolemia. Semakin tinggi kadar kolesterol-HDL dalam serum darah maka akan semakin kecil kemungkinan
individu tersebut mengalami penyakit atherosclerosis (Sunaryo, dkk, 1985). Lebih lanjut Linder (1985) mengatakan bahwa orang yang mempunyai kadar kolesterol sekitar 260 mg/100 ml darah mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar untuk terkena penyakit jantung koroner dari pada orang yang kadar kolesterolnya di bawah 220 mg/100 ml.
IV. Alat & bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur,, pipet tetes, kertas saring, spirtus dan water bath.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquadest, alcohol dingin, alcohol panas, kloroform, minyak, olive oil, gliserol, asam palmitat, KHSO4,
kolestrol, asam asetat anhidrat, dan asam sulfat pekat
V. Prosedur
1. Uji Kelarutan
Disiapkan 4 buah tabung reaksi yang bersih dan kering, kemudian diisi secara berurutan dengan aquadest, alkohol dingin, alcohol panas dan kloroform masing-masing sebanyak 2 mL. Kemudian ditambahkan 0.2 mL
minyak kelapa pada setiap tabung tersebut, lalu dikocok sampai homogen. Kemudian di ambil 2-3 tetes dari masing-masing tabung, dan di teteskan
pada kertas saring.
2. Uji Akrolefin
Disiapkan 3 tabung reaksi yang bersih dan kering, ,masing-masing tabung
reaksi di masukkan 10 tetes olive oil, gliserol, asam palmitat serta di tambahkan KHSO4 tiap masing- masing tabung reaksi. Kemudian di
panaskan pelan- pelan diatas api serta di perhatikan bau akrolein. 3. Uji Lieberman-Burchard untuk kolestrol
Kolesterol di larutkan dalam kloroform serta di tambahkan 10 tetes CH3COOH dan 2 tetes H2SO4 pekat. Di kocok berlahan-lahan, dan di
VI. Hasil Pengamatan 1. Uji Kelarutan
Aquadest 2 mL + 0,2 mL minyak terbentuk larutan yang tidak larut, dan terbentuk 2 fase cair yang tidak bercampur yaitu fase atas minyak dan fase bawah air. Alkohol panas 2 mL + 0,2 mL minyak terbentuk larutan yang tidak larut (++). Alkohol dingin 2 mL + 0,2 mL minyak terbentuk larutan yang tidak larut (+). Dan kloroform 2 mL + 0,2 mL minyak terbentuknya larutan yang saling bercampur.
2. Uji Akrolefin
Olive oil + KHSO4 tidak larut (kuning bening) dan bau belerang. Gliserol+
KHSO4 larut bening dan bau menyengat. Asam Palmitat + KHSO4tidak larut
dan tidak bau
3. Uji Lieberman-Burchard Untuk Kolesstrol
Kolesterol + Larutkan kloroform + 10 tetes CH3COOH + 2 tetes H2SO4
pekat menghasilkan larutan menjadi bening.
VII. Pembahasan
Pada uji kelarutan lipid, minyak mampu larut sempurna dalam kloroform dan sama sekali tidak terlarut dalam air. Kelarutan minyak tersebut dipengaruhi oleh perbedaan sifat kepolaran pada masing-masing senyawanya. Dalam aquadest
dan alkohol minyak tidak larut karena aquadest bersifat polar dan alkohol bersifat semi polar serta kloroform bersifat non polar. Hal ini menunjukkan bahwa hampir minyak kelapa diujikan larut dalam kloroform. Adanya ekor hidrokarbon panjang yang bersifat nonpolar menyebabkan lemak/minyak
bersifat nonpolar. Oleh karena itu, lemak dapat larut dalam pelarut nonpolar seperti kloroform Secara umum, lipid tidak dapat larut dalam air yang bersifat polar, melainkan dapat terdispersi membentuk misel seta menurut data yang diperoleh terbentuk 2 fase yang tidak bercampur antra minyak dan air, untu fase atas adalah minyak dan fase bawah adalah air. Ini dikarenakan massa jenis minyak lebih kecil dari massa jenis air. Serta minyak tidak larut dengan air, hal ini disebabkan adanya proses penyabunan. Alkali dan asam encer dapat mengubah asam lemak menjadi sabun yang berupa garam asam lemak. Selain bergantung pada kepolaran pelarut, kelarutan lipid juga bergantung pada panjang rantai hidrokarbon yang dikandungnya. Semakin panjang rantai, kelarutannya akan semakin berkurang. Untuk kelarutan minyak dengan Akohol panas lebih sedikit larut dari pada alcohol dingin. Ini dikarenakan factor temperature, apabila temperature tinggi maka akan meningkatkan kelarutan sedangkan temperature rendah sebaliknya.
Pengujian akrolein pada gliserol mampu menghasilkan gas berbau, sedang pada olive oil tidak. Hal ini terjadi karena struktur gliserol tidak memiliki ekor, sehingga ekornya yang kosong itu terisi oleh gugus SO4dari KHSO4 dan
membentuk senyawa dalam bentuk gas. Sedang pada olive oil, strukturnya sudah memiliki gugus tertentu di bagian ekor, sehingga ditambahkan KHSO4tidak ada
ruas bagian yang terisi oleh gugus SO4. Gliserol dalam bentuk bebas atau yang
terdapat dalam lemak/minyak akan mengalami dehidrasi membentuk aldehid akrilat atau akrolein. Senyawa pendehidrasi dalam uji ini adalah KHSO4 yang
bahan yang diuji memberikan bau yang tajam yang diidentifikasi oleh praktikan sebagai bau akrolein. Pada teorinya, hanya gliserol dalam bentuk bebas atau yang terikat berupa senyawa yang akan membentuk akrolein, sedangkan asam
-asam lemak tidak.
Kloroform pada uji lieberman burchard berfungsi untuk melarutkan sampel kolesterol. Ketika penambahan asam sulfat pekat, terbentuk dua fasa cair yang terpisah, pada tepi garis pemisah antara kedua fasa cair tersebut terbentuk cincin berwarna merah kecoklatan gelap, cincin ini terbentuk akibat reaksi antasa asam sulfat pekat dengan kolesterol yang terlarut dalam kloroform. Setelah ditambahkan asam asetat dan dilakukan pengocokan, salah satu bagian dari fasa cair kemudian berubah warna menjadi bening. Hal ini menandakan bahwa kolesterol yang terlarut dalam kloroform sudah bereaksi dengan asam asetat dan asam sulfat pekat yang ditambahkan. Kolesterol merupakan lipid amfipatik dan merupakan komponen penting struktural yang membentuk membran sel serta lapisan eksternal lipoprotein plasma. Kolesterol masuk ke dalam membran bilayer (membran sel) dengan gugus hidroksilnya mengarah ke fase air dan cincin hidrofobiknya berdekatan dengan gugus lemak dan fosfolipid. Gugus hidroksil dari kolesterol membentuk ikatan hydrogen dengan gugus polar fosfolipid. Untuk hasil uji ini adalah negative, dikarenakan kolestrol yang
digunakan pada praktikum ini adalah Gliserol. Untuk uji positif seharusnya sampel kolestrol yang di gunakan adalah sterol sehingga sterol akan bereaksi dengan asam kuat membentuk kompleks warna.
VIII. Kesimpulan
1. Uji kelarutan pada lipid yang paling larut adalah kloroform, berdasarkan
prinsip Like dissolves like
2. Uji akrolein menyebabkan bau tengik oleh KHSO4 yang teroksidasi dan
dehidrasi pelepasan gugus molekul air
Daftar pustaka
Lehninger. 1982. Dasar
-
dasar Biokimia. Edisi ke-1. Thenawidjaya M,penerjemah; Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Cook RP. 1958. Cholesterol Chemistry: Biochemistry and Pathology. New York: Academic Press Inc.
Pujiadi, Anna. 1994. Dasar
-
Dasar Biokimia. Jakarta : UI PressAnonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, halaman 57-58.
Murray, Robert K. et al. 2003. Biokimia Harper Edisi ke-25. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, halaman 156, 277, 564