• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

 NTP Sumatera Barat bulan Agustus 2017 tercatat sebesar 96,24 atau naik 0,44 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 95,82 (Juli 2017). Indeks harga yang diterima petani (It) dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan masing-masing sebesar 1,47 persen dan 1,02 persen.

 Pada bulan Agustus 2017 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 91,16 untuk subsektor tanaman pangan (NTPP), 86,19 untuk subsektor hortikultura (NTPH), 98,98 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), 106,54 untuk subsektor peternakan (NTPT), dan 109,96 untuk subsektor perikanan (NTPN). Subsektor perikanan terbagi menjadi dua, yaitu subsektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 108,25 dan 110,38.

 Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan Agustus 2017 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 1,30 persen yang disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,36 persen. Selain itu 5 kelompok pengeluaran lainnya juga mengalami inflasi: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,78 persen), kelompok perumahan(0,31 persen), kelompok sandang (0,37 persen), kelompok kesehatan (0,09 persen), dan kelompok transportasi & komunikasi (0,36 persen). Sementara itu, kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga mengalami deflasi 0,23 persen.

No. 48/09/13/Th XX, 4 September 2017

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

,

D

AN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NTP SUMATERA BARAT AGUSTUS 2017 SEBESAR 96,24 ATAU NAIK SEBESAR 0,44 PERSEN

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di perdesaan pada 11 kabupaten se-Sumatera Barat pada bulan Agustus 2017, NTP Sumatera Barat mengalami peningkatan dibanding bulan Juli 2017 sebesar 0,44 persen, yaitu dari 95,82 menjadi 96,24. Hal ini disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani (1,47 persen) lebih besar dari peningkatan indeks yang dibayar petani (1,02 persen).

(2)

Juli 2017 Agustus 2017

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Nilai Tukar Petani (NTPP) 92.05 91.16 -0.97 b. Nilai Tukar Usaha Pertanian 99.21 99.11 -0.10 c. Indeks Harga yang Diterima Petani 117.05 117.19 0.12

- Padi 115.13 115.12 -0.01

- Palawija 123.74 124.41 0.54

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani 127.16 128.55 1.10

- Indeks Konsumsi RumahTangga 130.33 132.12 1.37

- Indeks BPPBM 117.98 118.24 0.22

2. Hortikultura

a. Nilai Tukar Petani (NTPH) 86.00 86.19 0.23 b. Nilai Tukar Usaha Pertanian 97.07 98.07 1.04 c. Indeks Harga yang Diterima Petani 108.65 109.95 1.20

- Sayur-sayuran 114.19 114.81 0.54

- Buah-buahan 98.38 101.02 2.68

- Tanaman Obat 111.55 110.40 -1.04

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani 126.35 127.56 0.96

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.48 130.92 1.11

- Indeks BPPBM 111.94 112.11 0.16

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Nilai Tukar Petani (NTPR) 97.41 98.98 1.61 b. Nilai Tukar Usaha Pertanian 110.42 113.65 2.92 c. Indeks Harga yang Diterima Petani 125.22 128.81 2.87

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 125.22 128.81 2.87

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani 128.55 130.14 1.24

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131.31 133.20 1.44

- Indeks BPPBM 113.40 113.34 -0.05

4. Peternakan

a. Nilai Tukar Petani (NTPT) 105.43 106.54 1.05 b. Nilai Tukar Usaha Pertanian 114.25 116.07 1.60 c. Indeks Harga yang Diterima Petani 125.83 128.00 1.72

- Ternak Besar 122.65 125.23 2.11

- Ternak Kecil 117.93 119.99 1.75

- Unggas 137.14 138.59 1.06

- Hasil Ternak 132.61 133.55 0.71

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani 119.35 120.15 0.67

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.43 130.96 1.18

- Indeks BPPBM 110.14 110.28 0.13

5. Perikanan

a. Nilai Tukar Petani (NTNP) 110.72 109.96 -0.68 b. Nilai Tukar Usaha Pertanian 120.95 120.77 -0.15 c. Indeks Harga yang Diterima Petani 134.57 134.60 0.03

- Tangkap 133.51 132.89 -0.47

- Budidaya 134.82 135.02 0.15

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani 121.54 122.41 0.72

- Indeks Konsumsi RumahTangga 128.86 130.21 1.05

Tabel 1

Nilai Tukar Petani per Subsektor dan Perubahannya Juli - Agustus 2017 (2012 = 100)

Subsektor Bulan Persentase

(3)

Juli 2017 Agustus 2017

(1) (2) (3) (4)

5.a. Perikanan Tangkap

a. Nilai Tukar Petani (NTN) 109.57 108.25 -1.21 b. Nilai Tukar Usaha Pertanian 118.69 117.83 -0.72 c. Indeks Harga yang Diterima Petani 133.51 132.89 -0.47

- Penangkapan Perairan Umum 125.53 126.00 0.37

- Penangkapan Laut 133.73 133.08 -0.49

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani 121.85 122.77 0.75

- Indeks Konsumsi RumahTangga 128.79 130.17 1.07

- Indeks BPPBM 112.49 112.78 0.26

5.b. Perikanan Budidaya

a. Nilai Tukar Petani (NTPi) 111.00 110.38 -0.56 b. Nilai Tukar Usaha Pertanian 121.50 121.49 -0.01 c. Indeks Harga yang Diterima Petani 134.82 135.02 0.15

- Budidaya Air Tawar 134.82 135.02 0.15

d. Indeks Harga yang Dibayar Petani 121.46 122.32 0.71

- Indeks Konsumsi RumahTangga 128.87 130.22 1.04

- Indeks BPPBM 110.96 111.13 0.15

Gabungan

a. Nilai Tukar Petani (NTP) 95.82 96.24 0.44 b. Nilai Tukar Usaha Pertanian 105.89 107.33 1.36 c. Indeks Harga yang Diterima Petani 120.46 122.22 1.47 d. Indeks Harga yang Dibayar Petani 125.71 127.00 1.02

- Indeks Konsumsi RumahTangga 130.24 131.93 1.30

- Indeks BPPBM 113.75 113.87 0.11

Subsektor Bulan Persentase

Perubahan (% )

Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, NTP Agustus 2017 pada tiga subsektor mengalami peningkatan, yakni subsektor hortikultura (0,23 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,61 persen), dan subsektor peternakan (1,05 persen). Sedangkan NTP pada dua subsektor lainnya mengalami penurunan, yaitu subsektor tanaman pangan (0,97 persen) dan subsektor perikanan (0,68 persen).

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Agustus 2017 terjadi peningkatan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,47 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 120,46 menjadi 122,22. Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh meningkatnya nilai It pada semua subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (0,12 persen), subsektor hortikultura (1,20 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (2,87 persen), subsektor peternakan (1,72 persen), dan subsektor perikanan (0,03 persen).

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

(4)

Pada bulan Agustus 2017 indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 1,02 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 125,71 menjadi 127,00. Meningkatnya nilai Ib disebabkan oleh peningkatan nilai Ib pada semua subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (1,10 persen), subsektor hortikultura (0,96 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,24 persen), subsektor peternakan (0,67 persen), dan sektor perikanan (0,72 persen).

Grafik 1

NTP Sumatera Barat Bulan Agustus 2016 – Agustus 2017 (2012=100) 97.13 97.81 96.60 96.60 97.87 97.92 98.64 98.19 98.71 97.07 96.66 95.82 96.24 95.50 96.00 96.50 97.00 97.50 98.00 98.50 99.00

4.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) pada bulan Agustus 2017 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,97 persen dari 92,05 menjadi 91,16. Hal ini dikarenakan peningkatan indeks harga yang diterima petani (0,12 persen) jauh lebih kecil dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani (1,10 persen).

Meningkatnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,12 persen disebabkan oleh meningkatnya indeks harga pada kelompok palawija sebesar 0,54 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 1,10 persen diakibatkan oleh meningkatnya indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,37 persen dan kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 0,22 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada bulan Agustus 2017 mengalami peningkatan sebesar 0,23 persen dari 86,00 menjadi 86,19. Hal ini dikarenakan peningkatan indeks harga yang diterima petani (1,20 persen), lebih besar dibanding peningkatan indeks harga yang dibayar petani (0,96 persen).

Meningkatnya nilai It sebesar 1,20 persen disebabkan meningkatnya nilai indeks harga pada kelompok sayur-sayuran sebesar 0,54 persen dan kelompok buah-buahan sebesar 2,68 persen, sementara itu kelompok tanaman obat mengalami penurunan

(5)

sebesar 1,04 persen. Peningkatan Ib sebesar 0,96 persen disebabkan peningkatan indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga dan indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal masing-masing sebesar 1,11 persen dan 0,16 persen.

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

NTPR pada bulan Agustus 2017 mengalami peningkatan sebesar 1,61 persen, yaitu dari 97,41 menjadi 98,98. Meningkatnya nilai NTPR ini disebabkan peningkatan indeks harga yang diterima petani (2,87 persen) lebih besar dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani (1,24 persen).

Meningkatnya nilai Ib sebesar 1,24 persen diakibatkan meningkatnya indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 1,44 persen, sementara itu indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami penurunan 0,05 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

NTPT pada Agustus 2017 mengalami peningkatan sebesar 1,05 persen, yaitu dari 105,43 menjadi 106,54. Peningkatan NTPT ini terjadi diakibatkan oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,72 persen lebih besar dari pertumbuhan indeks harga yang dibayar petani (0,67 persen).

Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,72 persen terjadi karena peningkatan harga pada kelompok ternak besar (2,11 persen), kelompok ternak kecil (1,75 persen), kelompok unggas (1,06 persen) dan kelompok hasil ternak (0,71 persen). Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,67 persen diakibatkan oleh peningkatan harga pada kelompok konsumsi rumah tangga dan indeks harga pada kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal masing-masing sebesar 1,18 persen dan 0,13 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Agustus 2017, nilai tukar petani subsektor perikanan (NTNP) mengalami penurunan sebesar 0,68 persen, yaitu dari 110,72 menjadi 109,96. Kondisi ini diakibatkan peningkatan indeks harga yang diterima petani (0,03 persen), lebih kecil dari peningkatan indeks yang dibayar petani (0,72 persen).

Peningkatan nilai It sebesar 0,03 persen merupakan kontribusi dari peningkatan indeks harga pada kelompok perikanan budidaya sebesar 0,15 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,72 persen diakibatkan peningkatan indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga dan kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal sebesar 1,05 persen dan 0,17 persen.

4. Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan Agustus 2017 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 1,30 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Terjadinya inflasi di daerah perdesaan bersumber pada inflasi di enam kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan (2,36 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,78 persen), kelompok perumahan (0,31 persen), kelompok sandang (0,37 persen), kelompok kesehatan (0,09 persen), dan kelompok

(6)

transportasi & komunikasi (0,36 persen). Sementara itu kelompok pendidikan, rekreasi & olahraga mengalami deflasi sebesar 0,23 persen.

Tabel 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Juli 2017 - Agustus 2017

(2012=100)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Konsumsi Rumah Tangga 130,24 131,93 1,30 1,34 3,90

Bahan Makanan 140,27 143,58 2,36 -1,33 2,85

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 126,06 127,04 0,78 2,82 4,40

Perumahan 129,51 129,92 0,31 7,98 9,52

Sandang 122,04 122,49 0,37 4,33 4,97

Kesehatan 120,19 120,29 0,09 2,28 3,47

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 116,85 116,57 -0,23 2,54 3,16 Transportasi dan Komunikasi 116,57 116,99 0,36 1,55 2,06 Inflasi Pedesaan

Tahun ke Tahun ***) Rincian Pengeluaran IHK Perdesaan

Juli 2017 IHK Perdesaan Agustus 2017 Inflasi Perdesaan Agustus 2017 *) Laju Inflasi Pedesaan Tahun Kalender **)

*) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Agustus 2017 terhadap bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Agustus 2017 terhadap bulan Desember 2016 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan Agustus 2017 terhadap bulan Agustus 2016

Laju inflasi perdesaan tahun kalender 2017 sebesar 1,34 persen. Sedangkan inflasi perdesaan tahun ke tahun (year on year) adalah sebesar 3,90 persen.

Grafik 2

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Agustus 2016 – Agustus 2017 (2012=100) 0,58 0,76 0,68 1,14 -0,34 0,27 -0,19 0,41 -1,12 0,57 -0,54 0,65 1,30 -1,5 -1 -0,5 0 0,5 1 1,5

(7)

 Komposisi jumlah observasi dari 126 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama Agustus 2017, didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 92 persen. Sementara kualitas rendah sebesar 8 persen.

 Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Cisokan yaitu sebesar Rp 6.000,00 per kg yang terjadi di Kabupaten Solok. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas Junjung baru, yaitu senilai Rp 4.200,00 per kg, terjadi di Kabupaten Agam.

 Sama dengan bulan sebelumnya, pada bulan Agustus 2017 rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami penurunan sebesar 2,99 persen dari Rp 5.003,86 per kg (Juli 2017) menjadi Rp 4.854,47 per kg (Agustus 2017), dan di tingkat penggilingan turun 2,80 persen dari Rp 5.084,36 per kg ( Juli 2017) menjadi Rp 4.942,02 per kg (Agustus 2017). Sementara itu, rata–rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.

2. PER

KEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH AGUSTUS 2017

HARGA GABAH (GKP) DI PETANI TURUN 2,99 %

Survei harga produsen gabah berasal dari 126 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan Agustus 2017 dibanding bulan Juli 2017 untuk kualitas GKP mengalami penurunan sebesar 2,99 persen dari Rp 5003,86 per kg (Juli 2017) menjadi Rp 4.854,47 per kg (Agustus 2017). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP turun sebesar 2,80 persen dari 5.084,36 per kg (Juli 2017) menjadi Rp 4.942,02 per kg (Agustus 2017).

Tabel 3

Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Agustus 2017

Kelompok

Kualitas Observasi Jumlah

Harga di Tk Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tkt Penggilingan

(Rp/Kg)

HHarga Pembelian P Pemerintah ( (Rp/Kg)

Selisih harga kol (5&6) terhadap kol (7)

Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/kg) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) GKG 0 (0,00%) -- -- -- -- 4.600,00 -- -- GKP 116 (92%) 4200,00- 6000,00,- 4.854,47- 4 942,02,- 3.700,00 (Petani) 1154.47 31,20 3.750,00 (Penggilingan) 1192,02 31.78 KualitasRendah 10 (8 %) 4300- 5700,00,- 4570 4677,00,- -- -- -- Total (100,00) 126 -- -- -- -- -- -- --

Harga gabah kualitas GKP terendah pada Agustus 2017 di tingkat petani dijumpai di Kabupaten Agam, yaitu sebesar Rp 4.200,00 per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan juga di Kabupaten Agam, yaitu Rp 4.300,00 per kg. Sementara harga tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Solok, yaitu sebesar Rp 6.000,00 per kg . Sedangkan harga tertinggi di tingkat penggilingan juga terjadi di Kabupaten Solok yaitu sebesar Rp 6.100,00 per kg.

(8)

Tabel 4

Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Jun 2017 s/d Agst 2017

No. Kabupaten

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg) Juni’17 Juli’17 Agustus’17

% Perubahan Bln Agustus 2017

thd. Juli 2017 Juni’17 Juli’17 Agustus’17

% Perubahan Bulan Agst 2017 thd. Juli 2017 (1) (2) (5) (5) (5) (6) (9) (9) (9) (10) 1 Pes, Selatan 4 971,84 5 396,79 4 332,33 -19,72 4 971,84 5 387,51 4 262,39 - 20,88 2 Solok 5 665,35 5 553,60 5 878,64 5,85 5 665,35 5 438,65 5 772,38 6,14 3 Tanah Datar 5.307,00 5.152,82 4.623,54 -10,27 5 307,00 5 086,69 4 539,61 - 10,76 4 Pdg, Prmn. 5.102,50 5.028,57 5.111,38 1,65 5 102,5 4 907,14 5 015,98 2,22 5 Agam 4.788,75 4.780,56 4.737,28 -0,91 4 788,75 4 688,89 4 655,09 -0,72 6 50 Kota 5.183,81 5.150,00 5.190,91 0,79 5 183,81 4 979,09 5 091,41 2,32 7 Pasaman 4 630,89 4 796,67 4 581,93 -4,48 4 630,89 4 646,67 4 498,98 -3,18 Sumbar 5 086,54 5 084,36 4 9425,02 -2,80 5 086,54 5 003,86 5 007,12 -2,99 Grafik 3

Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan Dan HPP Sumatera Barat Agst 2017 – Agst 2017

Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 17 April 2015, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.700,00 per kg di tingkat petani dan Rp 3.750,00 per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar Rp 4.600,00 per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan Mei 2017 tidak ditemukan kasus harga gabah yang berada dibawah di HPP.

5408,69 5258,0 5498,6 5615,6 5651,6 5658,5 5728,4 5719,6 5551,0 5328,8 5086,5 5084,4 4942,0 1800 2300 2800 3300 3800 4300 4800 5300 5800 Ag us t-1 6 Se p-16 O kt -1 6 No p-16 D es -1 6 Ja n-17 Fe b-17 Ma r-17 A pr -1 7 Me i-1 7 Jun-1 7 Jul -1 7 Ag us t-1 7 Ra ta -ra ta Ha rga (Rp /Kg ) Bulan

(9)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Teguh Sugiarto, Ph.D

Kepala Bidang Statistik Distribusi

JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135

Telp. (0751)442158,442159 Homepage : http://sumbar.bps.go.id

Email : sumbar@bps.go.id

Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Barat

Referensi

Dokumen terkait

Hanum dan Rangga membuat kisah perjalanan yang mempunyai ciri berbeda dari beberapa buku catatan perjalanan. Cerita ini mengandung unsur konflik yang menjadi pembangun

Karena dengan menggunakan layar sentuh maka mahasiswa dapat lebih mudah mengetahui segala informasi untuk sistem akademik dan pengumuman untuk setiap fakultas

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan

perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : Saat ini keluarga Tn. A dan Ny B sebagai keluarga yang memiliki

Sedangkan pada uji kemiripan, pada penelitian ini menggunkan metode chi square distance, yang merupakan pengembangan dari chi-square test yang biasa digunakan menghitung

Setelah mencermati dan mempelajari Nota Keuangan dan Raperda Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD) Tahun Anggaran 2014 dan Rancangan Peraturan

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada sebuah bengkel pembuat teralis di Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap dengan cara wawancara, dari

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peran BPD dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Program Pembangunan Infarstruktur Perdesaan (PPIP) di Desa Ciputih,