• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KELUARGA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KELUARGA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK

PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KELUARGA

DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR

PENELITI

I GUSTI NGURAH PARWATA SH MH

I95612241986031005

PROGRAM STUDI : ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2016

(2)
(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan

Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya Penelitian yang berjudul

“TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA

PEMBUNUHAN DALAM KELUARGA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR”, dapat diselesaikan. Adapun penelitian ini disusun sebagai tugas Dosen dalan tri dharma di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Penelitian ini tidak akan berjalan lancer tanpa adanya doa, motivasi,

bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Gde Made Swardhana, S.H., M.H., Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Udayana..

2. Bapak Dr. Ida Bagus Surya Dharma Jaya, S,H.,M.H., Ketua Bagian Hukum

(4)

iv DAFTAR ISI Kulit Coper tengah Halaman Pengesahan Daftar Isi Ringkasan Judul Penelitian Daftar Isi BAB I : PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah 2. Rumusan Masalah

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

BAB III : TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian : a. Tujuan Umum b. Tujuan Khusus 2. Manfaat Hasil Penelitian

a. Manfaat Teoritis b. Praktis

BAB IV : METODE PENELITIAN

1.Jenis Penelitian 2.Metode Pendekatan 3.Sumber Bahan Hukum

4.Teknis Pengumpulan bahan Hukum 5.Teknis Analisis Bahan Hukum

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI : PENUTUP Simpulan Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(5)

v

ABSTRACT

Murder is every act done intentionally to eliminate the souls of others. Crimes of murder in modern times is not only in the public but also occurs in the family circle. Recorded Police Resort Denpasar (Denpasar Police) throughout the year from 2013 until 2015 in Bali occurred 24 homicides, some of which are murder cases in the family. Based on it raised the question whether the factors that caused the criminal act of murder in the family in Denpasar Police jurisdiction, and how prevention undertaken by the Denpasar Police against criminal acts of murder in the family.

This type of research used in this paper is a type of empirical research consisting of research on the effectiveness of the law and legal identification . Empirical studies have examined the law in the process , the law in their interactions, the law in its application and or influence in the murder of a family in Denpasar Police jurisdiction .

Some Factors causing the crime of murder in the family in Denpasar Police is due to internal factors, namely the power factor of emotional, psychological factors / psychiatric, and factors of weakness of faith, and external factors caused by economic factors, factors of media tools, environmental factors family, usage factor in Narcotic Drugs and Alcoholism, a factor the role of victim, and situational factors. Against the preventive efforts conducted by the path penal namely by processing the criminal case by conducting investigations and examinations on a case to addressed further by the prosecutor and the court, and track non penal namely through patrol / raid / surgery, counseling, controlling print / media electronic.

(6)

vi ABSTRAK

Pembunuhan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk merampas atau menghilangkan jiwa orang lain. Tindak pidana pembunuhan di zaman modern ini, tidak hanya terjadi di lingkup masyarakat saja tetapi juga terjadi pada lingkup keluarga. Kepolisian Resort Kota Denpasar (Polresta Denpasar) mencatat sepanjang tahun 2013-2015, di Bali terjadi 24 kasus pembunuhan yang beberapa diantaranya merupakan kasus pembunuhan dalam keluarga. Berdasarkan hal tersebut maka timbul permasalahan apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pembunuhan dalam keluarga di wilayah hukum Polresta Denpasar, dan bagaimanakah upaya penanggulangan yang dilakukan oleh Polresta Denpasar terhadap tindak pidana pembunuhan dalam keluarga.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian empiris yang terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan efektivitas hukum. Penelitian empiris ini meneliti hukum dalam prosesnya, hukum dalam interaksinya, hukum dalam penerapannya dan atau pengaruhnya di dalam kasus pembunuhan dalam keluarga di wilayah hukum Polresta Denpasar.

Faktor-faktor penyebab timbulnya tindak pidana pembunuhan dalam keluarga di wilayah hukum Polresta Denpasar yaitu karena faktor internal yaitu faktor daya emosional, faktor psikologis/kejiwaan, dan faktor lemahnya iman, dan faktor eksternalnya disebabkan oleh faktor ekonomi, faktor alat-alat media, faktor lingkungan keluarga, faktor pemakaian Narkotika dan Alkoholisme, faktor peran korban, dan faktor situasional. Terhadap upaya penanggulangannya dilakukan dengan jalur penal yaitu dengan memproses perkara pidana dengan melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap suatu perkara untuk kemudian ditangani lebih lanjut oleh kejaksaan dan pengadilan, danjalur non penal yaitu melalui kegiatan patrol/razia/operasi, penyuluhan, penertiban media cetak/media elektronik.

Kata Kunci : Tindak Pidana, Pembunuhan, Faktor Ekternal, Faktor Internal, Penal, Non Penal.

(7)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu tindak pidana yang terjadi di masyarakat adalah tindak pidana

pembunuhan. Pembunuhan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja

untuk merampas atau menghilangkan jiwa orang lain. Selain itu pembunuhan

dianggap perbuatan yang sangat tidak berperikemanusiaan. Sasaran pelaku dalam

tindak pidana pembunuhan adalah jiwa/nyawa seseorang, hal ini bertentangan dengan Pasal 28A UUD NRI 1945 yang berbunyi ”Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”.

Pembunuhan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (selanjutnya

disingkat KUHP) mengenai ketentuan-ketentuan pidana tentang kejahatan yang

ditujukan terhadap nyawa orang lain diatur dalam Buku II Bab XIX, yang terdiri dari

13 pasal, yakni Pasal 338 KUHP sampai Pasal 350 KUHP. Buku II Bab XIX, dari

Pasal 338 KUHP sampai Pasal 350 KUHP juga memuat ketentuan mengenai

penjatuhan sanksi terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan. Seperti tindak pidana

pembunuhan biasa, diatur dalam Pasal 338 KUHP yang merupakan tindak pidana

pokok (Doodslag In Zjin Grondvorm), yaitu delik yang telah dirumuskan secara

(8)

adalah:”Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.

Kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP dapat dibedakan atau dikelompokkan

atas 2 dasar, yaitu :

(1) Atas dasar unsur kesalahan

(2) Atas dasar objeknya

Terhadap atas dasar kesalahan dibagi menjadi 2 kelompok kejahatan terhadap

nyawa, ialah :

1. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja (dolus misdrijven)

2. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan karena kelalaian (culpose misdrijven)

Sedangkan atas dasar objeknya, kejahatan terhadap nyawa dengan sengaja

dibedakan menjadi 3 macam, ialah :

1. Kejahatan terhadap nyawa orang pada umumnya, yang dimuat dalam Pasal 338,

339, 340, 344, 345 KUHP.

2. Kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan,

dimuat dalam Pasal 341, 342, 343 KUHP.

3. Kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada dalam kandungan ibu (janin),

dimuat dalam Pasal 346, 347, 348, 349 KUHP.

Pembunuhan dizaman modern ini, tidak hanya terjadi dalam lingkup

masyarakat luas tetapi juga terjadi dalam lingkup keluarga. Dilihat dari penggolongan

pembunuhan segaimana seperti yang disebutkan sebelumnya diatas, semua

(9)

objek dari tindak pidana pembunuhan adalah nyawa/jiwa seorang dalam anggota

keluarga, yang dimana yang merupakan anggota keluarga inti adalah suami, isteri,

dan anak-anaknya.

Keluarga menurut Departemen Kesehatan RI dalam bukunya Sudarto, adalah

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang

yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atas dalam keadaan saling

ketergantungan.1 Keluarga seharusnya berperan dan berfungsi dalam pembentukan

sosial-psikologis dari anak-anak, berfungsi dalam memberikan pendidikan,

perlindungan dan rasa aman, kini tidak lagi berjalan sesuai dengan fungsinya,

melainkan keluarga bisa menjadi pelaku dan korban dari tindak pidana kejahatan.

Hal tersebut merupakan fenomena yang luar biasa dan tidak terpuji sehingga sangat

menjadi sorotan publik dan menjadi tugas pemerintah melalui aparat penegak hukum

untuk memberantas dan menanggulanginya, agar kasus sedemikian rupa tidak terjadi

lagi.

Aturan dan sanksi walaupun telah diterapkan, tindak pidana penbunuhan tetap

saja banyak terjadi. Pembunuhan di Bali paling banyak terjadi di wilayah Denpasar.

Hal ini dibuktikan dengan jumlah kasus pembunuhan di Kota Denpasar yang

menunjukkan angka yang signifikan sepanjang tahun 2012-2015, yang dapat dilihat

pada data dari Kepolisian Resor Kota Denpasar (selanjutnya Polresta Denpasar),

sebagai berikut :

1

(10)

Jumlah Tindak Pidana Pembunuhan di Lingkungan Polresta Denpasar

2012-2015

Sumber : KBO. Sat Reskrim Polresta Denpasar

Berdasarkan data tersebut diatas, kasus pembunuhan paling banyak terjadi di

Denpasar Selatan, Denpasar Timur, dan Kuta yaitu Denpasar Selatan sebanyak 7

kasus, serta Denpasar Timur dan Kuta sebanyak 5 kasus, yang ditangani oleh

Kepolisian Sektor (selanjutnya disingkat Polsek), Polsek adalah struktur komando

kepolisian Republik Indonesia ditingkat Kecamatan, yang merupakan wilayah hukum

Polresta Denpasar. Polresta Denpasar adalah Lembaga Kepolisian Negara Republik

Indonesiaditingkat kota. Polresta Denpasar membawahi 7 (tujuh) Polsek, yaitu Polsek

Denpasar Barat, Polsek Denpasar Timur, Polsek Denpasar Selatan, Polsek Kawasan

Benoa, Polsek Kawasan Udara Ngurah Rai, Polsek Kuta, dan Polsek Kuta Selatan. 2012 2013 2014 2015

1 Polsek Denpasar Barat 2 0 1 1 4

2 Polsek Denpasar Selatan 0 2 3 2 7

3 Polsek Denpasar Timur 1 1 2 1 5

4 Polsek Kawasan Benoa 0 0 0 0 0

5 Polsek Kawasan Udara Ngurah Rai 0 0 1 0 1

6 Polsek Kuta 2 1 1 1 5

7 Polsek Kuta Selatan 2 1 0 1 2

Tahun

Total Lingkungan Polre sta De npasar

(11)

Berdasarkan banyaknya kasus pembunuhan yang terjadi di wilayah hukum

Polresta Denpasar yang paling menjadi sorotan publik adalah kasus tindak

pidanapembunuhan dalam keluarga, yang terjadi di Denpasar Selatan dan Denpasar

Timur, adalah sebagai berikut :

a) Kasus pembunuhan yang terjadi di Denpasar Selatan pada hari Selasa, 19 Januari

2016, dimana yang menjadi korban adalah istri dari pelaku pembunuhan itu

sendiri. Pelaku pembunuhan adalah I Made Kanta (58), yang adalah suami

korban yang merupakan pensiunan pegawai PLN yang bertempat tinggal di Nusa

Kambangan XXVIII Denpasar. Dengan korban istrinya sendiri Purwantini (alias)

Titin yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Lokasi perkara pembunuhan

yaitu di kos-kosan milik I Made Kanta (tersangka) yang beralamat di Jl.

Sidakarya No. 169 Desa Sidakarya, Denpasar. 2

b) Kasus pembunuhan dan penelantaran anak yang terjadi di Denpasar Timur pada

Mei 2015 yang dilakukan oleh ibu angkatnya. Korban bernama Angeline (8

tahun) yang dibunuh oleh ibu angkatnya bernama Margriet . Korban dibunuh

dan dikubur di belakang kandang ayam di kediamannya di Jalan Sedap Malam

No. 26 Sanur. 3

2

Tribun Bali, 2016, Kriminologi Kematian Tragis Titin di Tangan Suaminya di Sidakarya, Available From: URL: http://www.bali.tribunnews.com/2016/0120/ini-kronologi-kematian-tragis-titin-di-tangan-suaminya-di-sidakarya, (diakses pada tanggal 26 Januari 2016).

3

CNN Indonesia Nasional, 2016, Berkas Kasus Penelantara Angeline oleh Margriet, Available From: URL: http://www.cnnindinesia.com/nasional/20150705233745-12-64508/berkas-kasus-penelantaran-angeline-oleh-margriet, (diakses pada tanggal 27 Januari 2016).

(12)

Menyimakkasus pembunuhan yang terjadi dalam keluarga tersebut, patut

disayangkan karena keluarga seharusnya menjadi tempat mendapatkan cinta kasih

dan menjadi tempat mendapatkan perlindungan bagi setiap anggota keluarga. Setiap

anggota keluarga memiliki ikatan bathin yang kuat satu sama lain, sehingga sangat

diherankan mengapa pembunuhan dalam keluarga bisa terjadi, pertimbangan tersebut di atas menjadi latar belakangpenulis mengambil judul penelitian ”TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DALAM KELUARGA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana

pembunuhan dalam keluarga di wilayah hukum Polresta Denpasar?

2. Bagaimanakah upaya penanggulangan yang dilakukan oleh Polresta

Denpasar terhadap tindak pidana pembunuhan dalam keluarga?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Membahas permasalahan-permasalahan tersebut, diperlukan adanya

batasan-batasan tertentu yang tercakup dalam ruang lingkup masalah. Hal ini dimaksud untuk

menghindari adanya pembahasan yang menyimpang dari permasalahan yang

(13)

penyajiannya dibatasi hanya ditinjau dari sudut yuridis dan kriminologis. Pokok

pembahasannya adalah mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak

pidana pembunuhan dalam keluarga di wilayah hukum Polresta Denpasar.

Pokok permasalahan yang kedua akan membahas mengenai upaya

penanggulangan Polresta Denpasar terhadap tindak pidana pembunuhan dalam

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teoritis

Mengkaji lebih lanjut mengenai tinjauan kriminologis terhadap pembunuhan

dalam keluarga, terlebih dahulu akan dikemukakan sekilas mengenai hal-hal yang

berkaitan dan mendukung permasalahan yang akan dibahas selanjutnya dalam tulisan

ini.

1.2.1. Pengertian tindak pidana pembunuhan.

Kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain oleh KUHP yang dewasa ini

berlaku disebut sebagai pembunuhan. Tindak pidana pembunuhan atau kejahatan

terhadap nyawa adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain.

Menghilangkan nyawa orang lain tersebut seorang pelaku harus melakukan sesuatu

atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan meninggalnya orang lain.

Pembunhan dalam istilah KUHP adalah kesengajaan menghilangkan nyawa

orang lain, sedangkan secara terminologi pembunuhan adalah perkara membunuh,

perbuatan membunuh. Mengenai pengertian tindak pidana (strafbar feit), Simons

dalam bukunya Sudarsono berpendapat bahwa tindak pidana merupakan tindakan

melanggar hukum pidana yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja

(15)

undang-undang hukum pidana telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat

dihukum. 4

Tindak pidana pembunuhan berdasarkan definisi tersebut dianggap sebagai

delik material bila delik tersebut selesai dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya

akibat yang dilarang atau yang tidak dikehendaki oleh Undang-Undang.

1.6.2.Teori kriminologi penyebab timbulnya tindak pidana.

Kriminologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berkembang

bersama-sama dengan cabang ilmu Sosiologi, Antropologi, dan Psikologi pada tahun 1850.

Nama Kriminologi pertama kali ditemukan oleh P.Topinard, seorang ahli

Antropologi Prancis dalam bukunya Moeljatno.5

Secara etimologis, Kriminologi terdiri dari dua suku kata yaitu crime yang

berarti kejahatan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan, sehingga Kriminologi

dapat diartika sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

kejahatan.6Kriminologi pada dasarnya merupakan ilmu pengetahuan yang

mempelajari tentang kejahatan, yaitu faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

kejahatan dan upaya penanggulangannya. Adapun faktor-faktor kriminologi yang

4

Sudarsono, 1995, Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, h. 13

5 Moeljatno, 1982, Kriminologi, Bina Aksara, Jakarta, h. 21 (Selanjutnya disebut Moeljatno I)

6 Ibid.

(16)

menyebabkan terjadinya suatu tindak pidana kejahatan menurut teori kriminologi dari

Bonger dalam bukunya Abintoro Prakoso, adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat pada individu, yaitu :

a. Nafsu ingin memiliki

Nafsu ingin memiliki dalam kehidupan masyarakat menimbulkan tindak

pidana kejahatan yang berhubungan dengan kekayaan. Nafsu ingin memiliki

menyebabkan seseorang melakukan tindak pidana untuk mendapatkan apa

yang ingin dia miliki, dan hal tersebut terus berlanjut karena kesejahteraan

yang semakin meningkat, sehingga menyebabkan seorang pelaku tindak pidana

kejahatan terus mengulangi perbuatannya.7

b. Rendahnya budi pekerti

Lingkungan masyarakat yang kurang memperhatikan norma-norma yang

berlaku termasuk rendahnya pendidikan dan pengetahuan terhadap budi pekerti

juga berakibat bagi seseorang untuk melakukan tindak kejahatan, hal demikian

disebabkan oleh kurangnya kontrol sosial dari lingkungannya.8

c. Demoralisasi seksual

Lingkungan pendidikan seseorang pada waktu mudanya amat

berpengaru terhadap adanya kelainan seksual, terutama berkaitan dengan

7

Abintoro Prakoso, 2013, Kriminologi dan Hukum Pidana, Laksbang Grafika, Yogyakarta, h. 99

8

(17)

kejahatan. Tidak sedikit anak-anak yang yang hidup dalam lingkungan yang

kurang memadai, baik secara sosial maupun psikhis. Anak-anak muda di

lingkungan masyarakat kelas bawah mengenal kehidupan susila yang kurang

tepat sehingga sedemikian besar berpengaruh terhadap jiwanya. Salah satu

sumber cukup penting adalah kurang atau tidak baiknya kondisi tempat

tinggalnya.9

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat dari luar individu, seperti:

a. Terlantarnya anak-anak

Kejahatan anak-anak dan pemuda sudah merupakan bagian yang besar

dalam kejahatan, lagi pula penjahat-penjahat yang sudah dewasa pada umumnya

sejak mudanya menjadi penjahat dan sudah merosot kesusilaannya sejak kecil.

Meneliti tentang sebab musabab kejahatan anak diharapkan dapat menemukan

tindakan pencegahannya dan bermanfaat pula untuk menghadapi tindak-tindak

kejahatan pada orang dewasa. Apabila dicermati bahan kajian yang sudah ada,

akan terlihat jelas pentingnya pengaruh lingkungan masyarakat dimana anak itu

tinggal terhadap timbulnya kejahatan. Lingkungan hidup yang sangat buruk

akan berpengaruh terhdapa kecenderungan anak-anak melakukan kejahatan.10

b. Kesengsaraan 9 Ibid. 10 Ibid, h. 103

(18)

Angka kejahatan akan semakin bertambah bila keadaan kehidupan

masyarakat semakin sukar yang ditandai dengan naiknya harga kebutuhan

pokok. G.Von Mayr dalam bukunya Criminology and Economic Conditions,

berhasil mengumpulkan bahan-bahan dari 18 (delapan belas) negara

membuktikan adanya hubungan antara kejahatan dan kondisi ekonomi.

Pengaruh dari harga kebutuhan pokok dan rangkaiannya tak dapat diabaikan

terhadap meningkatnya kejahatan. Sejumlah penjahat ekonomi juga dapat

diketahui bahwa semakin banyaknya pengangguran juga menyumbang penting

adanya kondisi demikian, bahkan pengangguran mempunyai daya rusak yang

hebat dalam lapangan yang lebih luas, termasuk kejahatan kesusilaan dan

kekerasan.11

c. Alkoholisme

Pengaruh alkoholisme terhadap kejahatan sampai sekarang masih

menempati posisi yang cukup besar dan beragam. Minuman keras dianggap

akan berpengaruh negatif terhadap keturunan. Pengaruh langsung alkoholisme

terhadap kejahatan dibedakan menjadi 2 (dua) antara yang crhonic dan yang

acout, tentu saja peralihan bentuknya dari satu ke yang lain sangat bergantung dari kebiasaan minum-minuman keras pada daerah yang bersangkutan.

Masalah alkoholisme adalah maslah psycho-pathologis, yang kemudian disusul

sebagai maslah sosial. Alkoholisme yang chronic pada sesorang yang sudah

11 Ibid.

(19)

kecanduan dapat mengakibatkan seseorang melakukan tindak kejahatan

berbagai macam jenisnya. Alkoholisme yang acout amat berbahaya dari

pelakunya yang dengan tiba-tiba tidak sadarkan diri dan bersifat agresif. Sifat

demikian berakibat pula untuk melakukan tindak kejahatan kekerasan dan

kejahatan terhadap harta benda dan bahkan melakukan kekerasan atau

ancaman kekerasan terhadap siapa saja.12

d. Perang

Perang berakibat timbulnya kesengsaraan dan serba kekurangan yang

hebat, timbulnya demoralisasi, anak-anak terlantar, kurangnya bahan makanan,

yang puncaknya merupakan faktor pendorong untuk melakukan kejahatan dengan

berbagai macam dan caranya.13

1.2.3. Upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan

Kriminologi juga mengkaji teori-teori yang dijadikan landasan dalam upaya

penanggulangan tindak pidana pembunuhan. M. Hamdan, membagi upaya

penanggulangan tindak pidana dengan 2 jalur, yaitu :

1. Jalur penal,yaitu dengan menerapkan hukum pidana (criminal law application)

2. Jalur non penal, yaitu dengan cara :

a. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment), termasuk di dalamnya penerapan sanksi administrative dan sanksi perdata.

12 Ibid. 13

(20)

b. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pembinaan lewat media massa (influencing views of society on crime and punishment.14

14

(21)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap karya ilmiah, tentu mempunyai suatu tujuan, baik dilihat dari kumpulan

data maupun dilihat dari manfaat yang dihasilkan. Adapun yang menjadi tujuan dari

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Tujuan Umum

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui tindak pidana

pembunuhan dalam keluarga yang ditinjau dari segi kriminologi.

b. Tujuan Khusus

Berdasarkan permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini,

penelitian yang dilakukan untuk membahas permasalahan tersebut mempunyai

tujuan :

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana

pembunuhan dalam keluarga di wilayah hukum Polresta Denpasar.

2. Untuk mengetahui upaya penanggulangan yang dilakukan Polresta Denpasar

terhadap tindak pidana pembunuhan dalam keluarga di wilayah hukum

Polresta Denpasar.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(22)

Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian

bagi lembaga Fakultas Hukum Universitas Udayana dan sebagai bahan referensi

pada perpustakaan.

b. Manfaat Praktis

Penulisan karya tulis ini nantinya diharapkan mampu menjadi bahan

pertimbangan dan solusi yang konkrit bagi para penegak hukum khususnya

kepolisian Polresta Denpasar dalam penanggulangan terhadap tindak pidana

(23)

BAB IV

METODE PENELITIAN

1.4. Metode Penelitian

Penelitian skripsi ini dilakukan dengan ditunjang oleh sekumpulan data, untuk

memperoleh data-data yang akurat, maka dilakukan langkah-langkah pengumpulan

data dengan menggunakan data sebagai berikut :

1.4.1. Jenis Penelitian.

Penelitian hukum adalah suatu proses menemukan aturan hukum prinsip-prinsip

hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.

Penelitian skripsi ini dilakukan dengan melakukan pendekatan masalah dengan

menggunakan metode penelitian hukum empiris. Penelitian hukum empiris adalah

terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan efektivitas hukum.15 Penelitian

empiris ini meneliti tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana

pembunuhan dalam keluarga dan upaya penanggulangan yang dilakukan oleh

Polresta Denpasar terhadap tindak pidana pembunuhan dalam keluarga.

1.4..2. Sifat Penelitian.

15

Ronny Hanitijo dan Soemitro, 1988, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimentri, Cetakan Ke IV, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 24.

(24)

Sifat penelitian dari penulisan skripsi ini adalah bersifat Deksriptif bersifat

pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang

keadaan hukum yang berlaku di Polresta Denpasar dalam penanganan kasus

pembunuhan dalam keluarga.

1.4..3. Data dan Sumber Data.

Data dan sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi penulisan skripsi

ini didapakan dengan peneliian lapangan yang menghasilkan data primer (field

research) dan penelitian kepustakaan yang menghasilkan data sekunder (library research).

1. Data Primer (field research) dapat disebutkan tentang penentuan wilayah

dan subjek penelitian (populasi dan sampel) secara rinci. Penyusunan skripsi

ini diperoleh dari data-data yang bersumber pada penelitian lapangan yaitu

suatu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama dilapangan yaitu

baik dari responden maupun informan. Penelitian lapangan dilakukan di

Polresta Denpasar dikarenakan Denpasar merupakan ibukota provinsi yang

merupakan pusat pemerintahan daerah, sehingga mobilitas dikawasan ini

sangatlah tinggi sehingga persentase terkait kasus pembunuhan sangatlah

tinggi.

2. Sedangkan data sekunder (library research) yaitu : data yang diperoleh dari

pengumpulan data yang diperoleh dari pengumpulan data yang diperoleh

(25)

relevan dengan permasalahan hukum yang akan dibahas. Berkaitan dengan

data sekunder yang ada, maka di dalam penulisan skripsi ini akan

menggunakan, yaitu :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

4) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan anak

5) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

1.4.4. Teknik pengumpulan data

Penelitian hukum empiris dikenal teknik-teknik untuk mengumpulkan data,

yaitu :

1. Studi kepustakaan.

Data Kepustakaan dikumpulkan dengan cara membaca, mencatat,

mempelajari dan menganalisa isi pustaka yang berkaitan dengan masalah objek

penelitian serta mempelajari dokumen dan arsip yang berhubungan dengan

masalah objek penelitian yaitu sanksi-sanksi yang ditinjau dari hukum pidana.

2. Teknik wawancara (interview).

Teknik wawancara adalah merupakan proses interaksi dan komunikasi

serta cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada yang

diwawancarai. Wawancara ini dilakukan dengan staf ahli dari bagian Reskrim

(26)

dapat berlangsung terarah. Selain itu, agar tercapai proses wawancara yang

terbuka dari responden, maka tanya jawab tersebut dikembangkan disekitar

pokok permasalahan sehingga relevan dengan permasalahan yang akan dibahas.

3. Pengamatan atau Teknik Obeservasi Langsung.

Teknik observasi langsung adalah teknik pengumpulan data diperoleh

dengan mengadakan pengamatan secara langsung. Observasi ini dilakukan di

wilayah hukum Polresta Denpasar.

1.4.5. Teknik pengolahan dan Analisis Data.

Pengolahan data dan analisis data adalah kegiatan merapikan data hasil

pengumpulan data di lapangan sehingga siap pakai untuk dianalisis. Setelah data-data

yang berhubungan dengan tindak pidana pembunuhan dalam keluarga terkumpul,

maka data-data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif,

sedangkan untuk keseluruhan data yang terkumpul baik secara primer ataupun data

sekunder akan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis kemudian

dikategorikan, diklasifikasikan dan dihubungkan antara yang satu dengan yang

lainnya untuk memahami makna data dalam situasi sosial lalu dianalisis secara

kualitatif, kemudian data akan disajikan secara deskriptif kualitatif dan sistematis.16

16

(27)

21

Tindak pidana pembunuhan sebagai fenomena sosial dipengaruhi oleh berbagai

aspek kehidupan dalam masyarakat seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan

hal-hal yang berhubungan dengan upaya pertahanan dan keamanan negara. Para sarjana

meneliti kejahatan untuk mencari sebab-sebab terjadinya tindak pidana pembunuhan,

dengan mencari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kejahatan dan upaya

penanggulangannya dengan kajian kriminologi.

Bonger dalam teori kriminologinya memberikan pandangan bahwa penyebab

terjadinya kejahatan dapat didasarkan oleh 7 (tujuh) faktor yang dibagi ke dalam

faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari

dalam individu itu sendiri.17 Adapun faktor internal penyebab terjadinya kejahatan

yang ditinjau dari segi kriminologi adalah sebagai berikut :

a. Nafsu ingin memiliki.

Nafsu ingin memiliki dalam kehidupan masyarakat menimbulkan

tindak pidana kejahatan yang berhubungan dengan kekayaan. Nafsu ingin

memiliki menyebabkan seseorang melakukan tindak pidana untuk mendapatkan

apa yang ingin dia miliki, dan hal tersebut terus berlanjut karena kesejahteraan

17

Moeljatno, 2009, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, h. 121 (Selanjutnya disebut Moeljatno III)

(28)

yang semakin meningkat, sehingga menyebabkan seorang pelaku tindak pidana

kejahatan terus mengulangi perbuatannya.18

b. Rendahnya budi pekerti.

Lingkungan masyarakat yang kurang memperhatikan norma-norma yang

berlaku termasuk rendahnya pendidikan dan pengetahuan terhadap budi pekerti

juga berakibat bagi seseorang untuk melakukan tindak kejahatan, hal demikian

disebabkan oleh kurangnya kontrol sosial dari lingkungannya.19

c. Demoralisasi seksual.

Lingkungan pendidikan seseorang pada waktu mudanya amat

berpengaruh terhadap adanya kelainan seksual, terutama berkaitan dengan

kejahatan. Tidak sedikit anak-anak yang yang hidup dalam lingkungan yang

kurang memadai, baik secara sosial maupun psikhis. Anak-anak muda di

lingkungan masyarakat kelas bawah mengenal kehidupan susila yang kurang

tepat sehingga sedemikian besar berpengaruh terhadap jiwanya. Salah satu

sumber cukup penting adalah kurang atau tidak baiknya kondisi tempat

tinggalnya.20

18 Abintoro Prakoso, 2013, op. cit, h. 99

19

Abintoro Prakoso, op.cit, h. 101

20

(29)

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 2 Mei 2015 dengan Bapak Made Sudarsa,

selaku penyidik di Polresta Denpasar, bahwa faktor internal penyebab terjadinya

tindak pidana pembunuhan di wilayah hukum Polresta Denpasar, yaitu faktor

personal. Faktor personal adalah faktor penyebab terjadinya tindak pidana kejahatan

karena masalah biologis dalam diri pelaku kejahatan, yang meliputi umur, jenis

kelamin, keadaan mental pelaku kejahatan tersebut. Namun faktor personal tidak

hanya terkait biologis dari pelaku tetapi juga menyangkut masalah psikologis dari

pelaku kejahatan tersebut seperti agresifitas, kecerobohan, dan ketersaingan yang

dirasa dalam dirinya.

Berdasarkan beberapa kasus pembunuhan yang terjadi dalam keluarga di

wilayah hukum Polresta Denpasar, Bapak Made Sudarsa, merangkum bahwa faktor

internal penyebab terjadinya tindak pidana pembunuhan dalam keluarga tersebut,

yaitu:

1. Faktor daya emosional.

Daya emosional merupakan faktor eksternal yang paling sering menjadi

penyebab terjadinya tindak pidana pembunuhan. Emosional seseorang

dipengaruhi oleh kondisi perasaan dalam diri seseorang, seperti perasaan

kecewa ataupun sakit hati. Terhadap kasus pembunuhan dalam keluarga faktor

ini juga merupakan pemicu utama terjadinya pembunuhan. Sakit hati terjadi

biasanya karena seorang pelaku kejahatan mengalami kecemburuan, atau

(30)

Namun terkait pembunuhan yang terjadi dalam keluarga, pembunuhan sebagian

besar terjadi didasarkan karena adanya rasa cemburu dari si pelaku. Hal ini

biasanya terjadi antara suami-isteri, yang dimana suami mempunyai wanita

idaman lain (WIL) atau isteri mempunyai pria idaman lain (PIL), sehingga

timbulnya kecemburuan dan mengakibatkan terjadinya tindak kekerasan yang

berujung pada hilangnya nyawa seseorang.

2. Faktor psikologis/kejiwaan.

Psikologis atau kejiwaan disini dimaksudkan apakah pelaku kejahatan

mengalami gangguan mental seperti psikopat dan lainnya atau dalam keadaan

normal. Biasanya seorang yang tanpa sebab melakukan tindak pidana

pembunuhan dikarenakan terdapat gangguang mental dan pelaku dalam kondisi

abnormal.

3. Faktor lemahnya iman.

Faktor ini merupakan faktor yang sangat mendasar yang menyebabkan

seseorang melakukan sebuah kejahatan. Keyakinan serta pengetahuan agama

yang rendah akan membuat seseorang tidak memiliki iman yang kuat. Orang

yang tidak imannya tidak kuat atau lemah cenderung akan mudah terpancing

emosinya untuk melakukan tindakan kriminal.

4. Faktor nafsu ingin memiliki.

Nafsu ingin memiliki dalam kehidupan masyarakat menimbulkan tindak

pidana kejahatan yang berhubungan dengan kekayaan. Nafsu ingin memiliki

(31)

ingin dia miliki. Contohnya kasus Kasus pembunuhan yang terjadi di Denpasar

Timur pada Mei 2015 yang dilakukan oleh ibu angkatnya. Korban bernama

Angeline (8 tahun) yang dibunuh oleh ibu angkatnya bernama Margriet .

Korban dibunuh dan dikubur di belakang kandang ayam di kediamannya di

Jalan Sedap Malam No. 26 Sanur. Motif pembunuhan ini adalah karena nafsu

Magriet yang menginginkan warisan yang diterima oleh Angeline dari ayah

angkatnya yang merupakan suami Margriet.

5. Demoralisasi seksual.

Demoralisasi seksual adalah penurunan terhadap moral seseorang karena

seksual. Bisa dibilang demoralisasi seksual adalah kelainan yang terdapat pada

diri seseorang yang terobsesi terhadap hubungan seks.

Contoh kasus pembunuhan karena faktor ini adalah kasus pembunuhan

yang terjadi di Denpasar Selatan pada hari Selasa, 19 Januari 2016, dimana

yang menjadi korban adalah istri dari pelaku pembunuhan itu sendiri. Pelaku

pembunuhan adalah I Made Kanta (58), yang adalah suami korban yang

merupakan pensiunan pegawai PLN yang bertempat tinggal di Nusa

Kambangan XXVIII Denpasar. Dengan korban istrinya sendiri Purwantini

(alias) Titin yang berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Lokasi perkara

pembunuhan yaitu di kos-kosan milik I Made Kanta (tersangka) yang beralamat

di Jl. Sidakarya No. 169 Desa Sidakarya, Denpasar. Motif pembunuhan adalah

diman Titin yang menolak (2 kali) ajakan suaminya untuk berhubungan intim

(32)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dirangkum bahwa teori kriminologi

oleh Bonger memang benar merupakan faktor penyebab terjadinya pembunuhan di

Bali dan dapat diketahui bahwa perempuan merupakan individu yang paling rentan

menjadi korban tindak pidana pembunuhan dalam keluarga.

Faktor Eksternal Terjadinya Tindak Pidana Pembunuhan dalam Keluarga

Kriminologi dalam mencari sebab-sebab tindak pidana pembunuhan

mengarahkan studinya pada proses-proses terjadinya pembunuhan, dengan melihat

faktor internal maupun faktor eksternalnya. Pada sub bab sebelumnya telah

dijabarkan faktor internal penyebab terjadinya tindak pidana pembunuhan, pada sub

bab ini akan dibahas tentang faktor-faktor penyebab pembunuhan yang terdapat dari

luar individu (faktor eksternal). Bonger dalam teori kriminologinya menjelaskan

faktor eksternal penyebab terjadinya kejahatan secara umum yaitu :

a. Terlantarnya anak-anak.

Kejahatan anak-anak dan pemuda sudah merupakan bagian yang besar

dalam kejahatan, lagi pula penjahat-penjahat yang sudah dewasa pada umumnya

sejak mudanya menjadi penjahat dan sudah merosot kesusilaannya sejak kecil.

Meneliti tentang sebab musabab kejahatan anak diharapkan dapat menemukan

tindakan pencegahannya dan bermanfaat pula untuk menghadapi tindak-tindak

kejahatan pada orang dewasa. Apabila dicermati bahan kajian yang sudah ada,

(33)

tinggal terhadap timbulnya kejahatan. Lingkungan hidup yang sangat buruk

akan berpengaruh terhdapa kecenderungan anak-anak melakukan kejahatan.21

b. Kesengsaraan.

Angka kejahatan akan semakin bertambah bila keadaan kehidupan

masyarakat semakin sukar yang ditandai dengan naiknya harga kebutuhan

pokok. G.Von Mayr dalam bukunya Criminology and Economic Conditions,

berhasil mengumpulkan bahan-bahan dari 18 (delapan belas) negara

membuktikan adanya hubungan antara kejahatan dan kondisi ekonomi.

Pengaruh dari harga kebutuhan pokok dan rangkaiannya tak dapat diabaikan

terhadap meningkatnya kejahatan. Sejumlah penjahat ekonomi juga dapat

diketahui bahwa semakin banyaknya pengangguran juga menyumbang penting

adanya kondisi demikian, bahkan pengangguran mempunyai daya rusak yang

hebat dalam lapangan yang lebih luas, termasuk kejahatan kesusilaan dan

kekerasan.22

c. Alkoholisme.

Pengaruh alkoholisme terhadap kejahatan sampai sekarang masih

menempati posisi yang cukup besar dan beragam. Minuman keras dianggap

akan berpengaruh negatif terhadap keturunan. Pengaruh langsung alkoholisme

terhadap kejahatan dibedakan menjadi 2 (dua) antara yang crhonic dan yang

21

Abintoro Prakoso, op. cit, h. 103

22

(34)

acout, tentu saja peralihan bentuknya dari satu ke yang lain sangat bergantung dari kebiasaan minum-minuman keras pada daerah yang bersangkutan.

Masalah alkoholisme adalah maslah psycho-pathologis, yang kemudian disusul

sebagai maslah sosial. Alkoholisme yang chronic pada sesorang yang sudah

kecanduan dapat mengakibatkan seseorang melakukan tindak kejahatan

berbagai macam jenisnya. Alkoholisme yang acout amat berbahaya dari

pelakunya yang dengan tiba-tiba tidak sadarkan diri dan bersifat agresif. Sifat

demikian berakibat pula untuk melakukan tindak kejahatan kekerasan dan

kejahatan terhadap harta benda dan bahkan melakukan kekerasan atau

ancaman kekerasan terhadap siapa saja.23

d. Perang.

Perang berakibat timbulnya kesengsaraan dan serba kekurangan yang

hebat, timbulnya demoralisasi, anak-anak terlantar, kurangnya bahan makanan,

yang puncaknya merupakan faktor pendorong untuk melakukan kejahatan

dengan berbagai macam dan caranya.24

Berdasarkan hasil wawancara wawancara tanggal 2 Mei 2015 dengan Bapak

Made Sudarsa, selaku penyidik di Polresta Denpasar, bahwa faktor eksternal

penyebab terjadinya tindak pidana pembunuhan dalam keluarga di wilayah hukum

Polresta Denpasar, yaitu :

23

Abintoro Prakoso, loc. cit.

24

(35)

1. Faktor ekonomi.

Beberapa kasus pembunuhan yang terjadi dalam keluarga seringkali

dipicu oleh faktor ekonomi, seseorang yang melakukan kejahatan didasarkan

atas rendahnya taraf dan kesejahteraan hidupnya. Kebutuhan hidup yang

semakin meningkat sedangkan penghasilan yang kurang membuat seseorang

akan mengalami stress atau gangguan pada mental dan psikisnya.

2. Faktor alat-alat media.

Media massa merupakan salah satu alat yang berfungsi untuk

menyampaikan informasi antara pemerintah dan rakyat atau antara sesama

anggota masyarakat. Media massa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia

sehari-hari dan media ini tentu mempengaruhi penerimaan konsep-konsep,

sikap-sikap, nilai-nilai dan pokok-pokok moral. Pada hakekatnya alat-alat

media ini memiliki fungsi yang positif terhadap pengguna jasa media tersebut.

Faktor-faktor alat-alat media yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana

dalam keluarga terdiri dari:

a. surat kabar dan buku-buku (media cetak).

Media cetak dalam hal menyediakan berita-berita tentang kejahatan,

surat kabar menjadi media yang banyak melupakan tanggung jawabnya.

Berita-berita mengenai kejahatan misalnya pembunuhan, penganiayaan,

kekerasan merupakan berita menarik sebagai bahan untuk diperdagangkan

(36)

secara gamblang. Hal ini tentunya mempengaruhi perkembangan jiwa si

pembaca baik secara langsung maupun tidak langsung.

Munculnya berbagai pemberitaan tentang kejahatan seperti

pembunuhan, penganiayaan, kekerasan yang akan membawa pengaruh

yang bukan tidak mungkin untuk ditiru oleh pembaca. Bagi pembaca yang

tidak dapat menyikapinya secara positif justru akan berdampak negative

dalam dirinya.

b. radio, televisi, dan film (media elektronik).

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam bidang dan

alat-alat media elektronik yang canggih seperti radio, televisi, radio, kaset dan

film sangat mempengaruhi perkembangan kejahatan berupa

penganiayaan, kekerasan bahkan pembunuhan dalam lingkup keluarga.

Hal ini disebabkan oleh karena hampir setiap hari berbagai media

elektronik ini menyajikan acara tontonan film yang mengandung

adegan-adegan kekerasan yang terlalu diekspos secara gamblang.

Seringnya melihat tontonan yang sedemikian rupa akan berdampak

negative terhadap kejiwaan penonton karena jiwanya akan terkontaminasi

akibat sudah terbiasa melihatnya. Sehingga periwtiwa kekerasan yang

dilihat tersebut dianggap sudah menjadi keadaan yang biasa dijumpai

sehari-hari, maka ketika apa yang dilihat atau ditonton akan dipraktekan

(37)

3. Faktor lingkungan keluarga.

Keluarga merupakan lingkungan kelompok terkecil, bila dibandingkan

dengan kelompok-kelompok lainnya yang ada dalam masyarakat. Walaupun

demikian, lingkungan keluarga lingkungan yang paling kuat pengaruhnya

dalam pembentukan prilaku seseorang. Anak-anak sejak dilahirkan, diasuh dan

dibesarkan dalam lingkungan itu. Mereka memperoleh pengalaman-pengalaman

yang membentuk kepribadiannya dan prilakunya.

Bila interaksi sosial dalam keluarga tidak lancer, maka ini memungkinkan

interaksi sosial dengan masyarakat yang tidak wajar. Selain peran keluarga

sebagai pemicu yang pertama, keluarga juga sebagai pusat pendidikan dan

kebudayaan. Anak dalam keluarga mempelajari norma-norma pertama kali di

lingkungan keluarga, sehingga dalam dirinya terbentuk pola-pola tingkah laku.

Jika keluarga atau orang tua tidak memperhatikan pendidikan anak baik secara

formal maupun non formal, maka kemungkinan si anak tidak dapat berinteraksi

dengan normal dalam masyarakatdan cenderung untuk menggunakan cara

sendiri dalam berinteraksi dan memandang lingkungan sosial yang lain.

Peran lingkungan keluarga sangat aktif untuk mengawasi dan melindungi

serta mengajarkan anak untuk melihat segala resiko kehidupan yang akan

dialami kelak dikemudian hari sampai sang anak mengenal norma-norma

kehidupan sebelum mereka melakukan interaksi sosial di dalam lingkungan

(38)

4. Faktor pemakaian narkotika dan alkoholisme.

Pemakaian narkotika dan akoholisme berakibat langsung terhadap

pemakainya, seseorang dapat menjadi lebih agresif, fan tifak bisa mengontrol

diri.

5. Faktor peran korban

Korban dalam hal terjadinya tindak pidana pembunuhan dalam keluarga

bisa menjadi penyebab untuk terjadinya suatu tindak kejahatan. Ada pelaku

pasti ada korban. Bisa jadi korban yang memicu terjadinya kejahatan, dalam

interaksi dan hubungan sosial yang terjadi antara pelaku dan korban bisa saja

terjadi konflik yang disebabkan oleh korban yang memprovokasi timbulnya

konflik.

Menyimak dari hasil wawancara sebagaimana diuraikan di atas, dapat

dirangkum bahwa faktor eksternal penyebab terjadinya tindak pidana pembunuhan

dalam keluarga adalah faktor ekonomi, faktor alat-alat media, faktor lingkungan

keluarga, faktor pemakaian narkotika dan alkoholisme, faktor peran korban dan

faktor situasional. Beberapa faktor tersebut sesuai dengan teori kriminologi oleh

Bonger yang menyebutkan faktor eksternal penyebab tindak pidana pembunuhan

adalah terlantarnya anak-anak, kesengsaraan, alkoholisme, dan perang.

Walau pun tidak sepenuhnya teori kriminologi oleh Bonger sama dengan yang

faktor penyebab pembunuhan yang terjadi di Bali, tetapi faktor-faktor antara teori

(39)

lain, semisalnya faktor kesengsaraan yaitu merupakan faktor penyebab terjadinya

tindak pidana pembunuhan karena keadaan ekonomi yang rendah. Disini terlihat

adanya keterkaitan antara faktor kesengsaraan dengan faktor ekonomi sebagai

(40)

34

“penal” dan “non penal”. Menurut M. Hamdan, upaya penanggulangan yang merupakan bagian dari kebijakan sosial pada hakekatnya juga merupakan bagian

integral dari upaya perlindungan masyarakat (social defence) yang dapat ditempuh

dengan 2 jalur, yaitu :

1. jalur penal, yaitu dengan menerapkan hukum pidana (criminal law application)

2. jalur non penal, yaitu dengan cara :

a. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment), termasuk di dalamnya penerapan sanksi administrative dan sanksi perdata.

b. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pembinaan lewat media massa (influencing views of society on crime and punishment.25

Upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih menitikberatkan pada

sifat repressive, yaitu dengan penindasan/pemberantasan/penumpasan sesudah

kejahatan terjadi. Pada hakekatnya sarana penal merupakan bagian dari usaha

penegakan hukum oleh karena itu kebijakan hukum pidana merupakan bagian dari

kebijakan penegakan hukum (law enforcement). Hal tersebut berarti penanggulangan

tindak pidana pembunuhan dapat dilakukan dengan cara menyerahkan kasus tindak

pidana pembunuhan yang terjadi kepada pihak penegak hukum dalam hal ini polisi,

jaksa, dan pengadilan untuk diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

25

(41)

Dimana hukuman dan sanksi pidana yang dijatuhkan kepada pelaku diharapkan dapat

memberikan efek jera kepada pelaku sesuai dengan tujuan pemidanaan.

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 2 Mei 2015dengan Bapak Kombes Anak

Agung Made Sudana, selaku Kepala Polresta Denpasar di Polresta Denpasar, upaya

penal yang dilakukan oleh Polresta Denpasar sebagai upaya penanggulangan tindak

pidana pembunuhan dalam keluarga di wilayah hukum Polresta Denpasar, yaitu

dengan memproses tindak pidana pembunuhan sesuai dengan prosedur yang berlaku

untuk kemudian diberikan pemidanaan/hukuman dan pembinaan bagi mereka yang

divonis bersalah. Sesuai dengan kewenangannya dalam menangani suatu perkara,

Polresta Denpasar hanya memiliki peranan memproses perkara dengan melakukan

penyelidikan dan penyidikan terhadap suatu perkara untuk kemudian ditangani lebih

lanjut oleh kejaksaan dan pengadilan.

Adapun standar operasional prosedur penanganan kasus hukum oleh Polresta

Denpasar, yaitu :

Tahap 1 : Pelaporan/Pengaduan.

Tahap ini peran kepolisian Polresta Denpasar menerima pengaduan maupun

laporan dari pihak pelapor/pengadu, dan pelapor/pengadu harus diperlakukan sama

(42)

Tahap 2 : Penyelidikan/Penyidikan.

Tahap ini dilakukan penyelidikan atau penyidikan. Penyelidikan dilakukan oleh

penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai

tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyelidikan menurut

KUHAP. Penyidikan, dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan

bukti untuk membuat jelas tindak pidana yang terjadi dan dimaksudkan untuk

mencari tersangka dari tindak pidana tersebut.

Tahap 3 : Penangkapan.

Penyelidikan untuk kepentingan penyelidikan atas perintah penyidik berwenang

melakukan penangkapan berdasarkan bukti permulaan yang cukup.

Tahap 4 : Penahanan.

Berdasarkan bukti yang cukup penahanan dilakukan untuk kepentingan

penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan hakim terhadap orang yang diduga kuat

melakukan tindak pidana.

Tahap 5 : Penggeledahan.

Penyidik melakukan penggeledahan (penggeledahan rumah/pakaian/badan

menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang untuk kepentingan

penyidikan dengan membawa surat penggeledahan yang dikeluarkan pengadilan

(43)

Tahap 6 : Penyitaan.

Tahap ini penyidik mengambil alih atau menyimpan dibawah penguasaannya

(benda bergerak/tidak bergerak, benda berwujud/tidak berwujud untuk kepentingan

pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.

Proses diatas dapat berjalan apabila adanya laporan atau pengaduan kasus

hukum kepada pihak kepolisian. Polresta denpasar mencatat sepanjang tahun 2012

s/d 2015 ada 24 kasus pembunuhan yang dilaporkan ke Polresta Denpasar. Secara

keseluruhan kasus pembunuhan di Bali dapat dilihat pada tabel berikut:

DATA KASUS PEMBUNUHAN TAHUN 2012 S/D 2015

NO TAHUN LAPOR SELESAI

1 2012 6 4

2 2013 6 6

3 2014 5 4

4 2015 7 5

Sumber : Sat Reskrim Polresta Denpasar

Berdasarkan pada data diatas dapat dilihat bahwa dari 24 kasus pembunuhan

yang dilaporkan ke Polresta Denpasar, 19 kasus telah selesai dan memperoleh

putusan final. Sedangkan 5 kasus diantaranya masih dalam proses penyidikan, hal ini

dikarenakan 5 kasus tersebut masih dalam proses penanganan. Bukti-bukti yang

belum lengkap menjadi hambatan dalam proses penyelesaian kasus hukum ini.

(44)

sering mendapatkan hambatan. Hal ini disebabkan karena pembunuhan yang terjadi

adalah berada dalam lingkup keluarga baik pelaku maupun korbannya. Adapun

hambatan yang terjadi dalam upaya penanggulangan penal ini adalah sebagai berikut:

a. pihak keluarga yang kurang pro-aktif terhadap kepolisian.

Yang dimaksud pihak kelurga yang kurang pro-aktif terhadap kepolisisan,

yaitu:

1. sikap atau perasaan yang malu atau tidak mau berterus terang.

2. kurangnya keterbukaan kepada kepolisisan saat melakukan penyidikan.

3. sikap dan/atau keputusan pihak keluarga yang tidak mau ambil pusing dalam

pemrosesan dikepolisian sehingga kasus tidak dilaporkan atau ditutup.

b. laporan yang kurang lengkap.

Laporan yang kurang lengkap adalah dimana laporan yang diuraikan oleh

pihak keluarga korban kurang jelas, seperti contohnya dalam memberikan

keterangan alamat dan tempat kejadian perkara.

c. anggaran dan biaya akomodasi yang terbatas.

Anggaran dan biaya akomodasi menjadi kendala oleh pihak kepolisian dalam

menangani kasus pembunuhan ini, dimana anggaran yang diberikan oleh pusat

belum mencukupi. Akomodasi yang minim, seperti biaya olah TKP (Tempat

Kejadin Perkara) dan biaya operasional lainnya yang dimana biaya tersebut

sebagian dikeluarkan oleh anggota kepolisian itu sendiri..

Walaupun pihak keluarga yang kurang pro-aktif terhadapa pihak kepolisian,

(45)

tersebut dibiarkan, maka ini akan berdampak pada asumsi pelaku dan orang-orang

yang kemungkinan melakukan tindak pidana pembunuhan bahwa dengan mudahnya

seseorang pelaku tindak pidana pembunuhan dalam keluarga dapat terbebas dari

jeratan hukum sehingga efek jera yang merupakan tujuan dari upaya penanggulangan

jalur penal ini tidak dapat diwujudkan.

Upaya Non Penal dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pembunuhan

Kebijakan penanggulangan kejahatan lewat jalur non penal lebih

menitikberatkan pada sifat preventif yaitu pencegahan/penangkalan/pengendalian

sebelum kejahatan terjadi, dengan demikian, dilihat dari upaya penanggulangan

kejahatan, maka tindakan non penal mempunyai kedudukan yang lebih strategis dan

memegang peranan lebih efektif dan intensif dibandingkan dengan tindakan penal.

Mengingat upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur non penal lebih bersifat

tindakan pencegahan untuk terjadi kejahatan, maka sasaran utamanya adalah

menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor

kondusif tersebut antara lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi

sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan kejatahan.

Karena salah satu penyebab kejahatan adalah karena faktor kondisi sosial, jelas hal

(46)

penal dalam menanggulangi kejahatan, karena hal tersebutlah harus ditunjang dengan

jalur non penal.26

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 2 Mei 2015dengan Bapak Kombes Anak

Agung Made Sudana, selaku Kepala Polresta Denpasar di Polresta Denpasar, upaya

non penal yang dilakukan oleh Polresta Denpasar sebagai upaya penanggulangan

tindak pidana pembunuhan dalam keluarga di wilayah hukum Polresta Denpasar,

yaitu :

1. Pengawasan dan razia di tempat hiburan malam.

Kegiatan ini merupakan upaya non penal yang pengaruh preventif bagi

calon ataupun pelanggar hukum. Kepolisisan Polresta Denpasar biasanya

mengadakan pengawasan di tempat hiburan malam. Hal ini dilakukan untuk

mencegah beredar dan pemakaian obat-obatan terlarang, karena berdasarkan

pengamatan kasus pembunuhan yang terjadi di wilayah hukum Polresta

Denpasar, kasus tindak pidana pembunuhan penyebabnya adalah faktor

pemakaian narkotika dan alkoholisme. Pihak kepolisian melakukan pengawasan

dan razia dengan objeknya adalah minuman keras dan obat-obatan terlarang.

2. Penyuluhan.

Penyuluhan sebagai upaya diluar penerapan hukum dilakukan dengan

memberikan penyuluhan berupa workshop kepada masyarakat melalui lembaga

instansi yang ada dalam lingkungan masyarakat adat melalui kegiatan yang ada

26

(47)

di banjar-banjar. Penyuluhan oleh Polresta Denpasar dimaksudkan agar

masyarakat mengerti tentang sanksi dan hukuman yang akan dijatuhi apabila

melakukan tindak pidana pembunuhan.

3. Pengawasan media cetak/elektronik.

Media cetak maupun media elektronik berperan sebagai faktor penyebab

tindak pidana pembunuhan dalam keluarga. Seringkali media cetak seperti

bahan bacaan dan media elektronik seperti tayangan film menyuguhkan dengan

adegan-adegan kekerasan. Adegan-adegan keras terhadap psikis anak sangatlah

berbahaya karena dalam membentuk pola pikir dan persepsi yang tidak baik

dari tayangan kekerasan tersebut. Berdasarkan hal tersebutlah Polresta

Denpasar melakukan pengawasan dan penertiban kepada media cetak dan

media elektronik yang dirasa merugikan dengan bantuan lembaga-lembaga

terkait.

Sehubungan dengan upaya-upaya non penal tersebut, Bapak Anak Agung

Made Sudana mengakui bahwa terhadap pelaksanaan upaya tersebut belum

sepenuhnya berjalan dengan lancar karena adanya hambatan-hambatan yang

terjadi. Adapun faktor penghambat upaya penanggulangan tindak pidana

pembunuhan dalam keluarga melalui jalur non penal adalah :

a. kurangnya peran serta masyarakat dan rasa acuh tak acuh masyarakat, hal

ini timbul karena kurangnya rasa peduli yang ada dalam masyarakat

(48)

jadi masyarakatlah yang seharusnya turut serta membantu dalam

mewujudkan keamanan dan ketertiban disamping aparat penegak hukum.

b. kurangnya kerjasama lembaga terkait, kepolisian dalam menjalankan upaya

penanggulangan non penal tidak bisa melaksanakannya sendiri. Perlu

adanya kerjasama antara lembaga yang satu dan yang lainnya agar

penanggulangan yang dilakukan bisa berjalan dengan baik.

c. kurangnya sarana-prasarana penunjang, sarana-prasarana yang dimaksud

disini adalah alat dan tempat yang digunakan untuk menunjang upaya

penanggulangan melalui jalur non penal seperti sarana prasarana untuk

melakukan penyuluhan dan lain-lain.

Terkait upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan dalam keluarga baik

secara penal maupun non penal, pihak Polresta Denpasar melakukan kerjasama

dengan lembaga atau instansi terkait seperti :

1. Sekolah

Polresta Denpasar untuk pertama-tama melakukan pendekatan dan sosialisasi ke

sekolah-sekolah yang berada di lingkup Denpasar. Hal ini dimaksudkan sebagai

upaya pencegahan sejak dini dengan memberikan penyuluhan terhadap anak-anak

tentang bahayanya narkotika dan alkoholisme, yang dimana hal tersebut merupakan

(49)

2. Tokoh-tokoh pemuka agama

Polresta Denpasar bekerjasama dengan para pemuka-pemuka agama untuk

melakukan pendekatan secara agama. Pemuka agama diharapkan dapat membantu

upaya kepolisian dalam menangani kejahatan melalui wejangan-wejangan suci.

3. Badan Pembina Ketertiban dan Keamanan Masyarakat (BAPEMKAMTIBNAS)

BAPEMKAMTIBNAS adalah lembaga aparatur pemerintah yang

menempatkan beberapa personil kepolisian ditiap-tiap kelurahan dan desa, yang

bertujuan untuk mendekatkan pihak kepolisisan dan masyarakat dalam memberikan

informasi atau bantuan dari pihak kepolisian untuk mengungkap kasus-kasus tindak

pidana pembunuhan seandainya terjadi di wilayah kelurahan dan desa

masing-masing.

4. Kedokteran

Pihak Polresta Denpasar juga bekerjasama dengan pihak kedokteran dalam

menangani kasus tindak pidana pembunuhan dalam keluarga khususnya pada kasus

pembunuhan terhadap janin (Abortus Provocatus). Kerjasama dilakukan karena

banyak sekali para dokter demi mendapatkan materi menghalalkan tindakan aborsi

tersebut, untuk itu melalui pendekatan ini diharapkan pihak kedokteran bisa

membantu mengurangi atau maksimalnya mencegah terjadinya kasus pembunuhan

terhadap janin dengan memberikan penjelasan kepada pasiennya tentang bahayanya

tindakan aborsi, kecuali adanya indikasi medis yang mengharuskan tindakan tersebut

dilakukan.

(50)

44 Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan pembahasan yang telah diuraikan

disetiap babnya, maka dapat ditarik kesimpulan yakni sebagai berikut :

1. Faktor-faktor penyebab timbulnya tindak pidana pembunuhan dalam keluarga di

wilayah hukum Polresta Denpasar terdiri dari 2 (dua) faktor, yaitu faktor

internal (faktor yang berasal dari dalam individu) dan faktor eksternal (faktor

yang terdapat diluar individu).Faktor internal penyebab terjadinya tindak pidana

pembunuhan dalam keluarga ada 5 (lima) faktor yaitu, faktor daya emosional,

faktor psikologis/kejiwaan, dan faktor lemahnya iman, faktor nafsu ingin

memiliki, dan demoralisasi seksual. Faktor eksternal tindak pidana pembunuhan

dalam keluarga disebabkan oleh 6 (enam) yaitu : faktor ekonomi, faktor alat-alat

media, faktor lingkungan keluarga,faktor pemakaian narkotika dan alkoholisme,

dan faktor peran korban.

2. Upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan dalam keluarga oleh

Polresta Denpasar dilakukan dengan 2 (dua) jalur yaitu jalur penal (dengan

menerapkan hukum pidana atau (criminal law application) dan jalur non penal.

Adapun upaya penanggulangan penal yang dilakukan oleh Polresta Denpasar

(51)

penyidikan terhadap suatu perkara untuk kemudian ditangani lebih lanjut oleh

kejaksaan dan pengadilan. Upaya non penal penanggulangan tindak pidana

pembunuhan oleh Polresta Denpasar dengan 3 (tiga) upaya, yaitu melalui

pengawasan dan razia di tempat hiburan malam, penyuluhan, dan pengawasan

media cetak/elektronik. Adapun faktor penghambat upaya penanggulangan

tindak pidana pembunuhan dalam keluarga melalui jalur penal yaitu : pihak

keluarga yang kurang pro-aktif terhadap kepolisian, laporan yang kurang

lengkap, anggaran dan biaya akomodasi yang terbatas. Dan hambatan yang

ditemui pada upaya non penal yaitu : kurangnya peran serta masyarakat dan

rasa acuh tak acuh masyarakat, kurangnya kerjasama lembaga terkait, dan

kurangnya sarana-prasarana penunjang.Terkait upaya penanggulangan tindak

pidana pembunuhan dalam keluarga baik secara penal maupun non penal, pihak

Polresta Denpasar melakukan kerjasama dengan lembaga atau instansi terkait

seperti : sekolah, tokoh-tokoh pemuka agama, Badan Pembina Ketertiban dan

Keamanan Masyarakat (BAPEMKAMTIBNAS) dan kedokteran.

(52)

1. Menghindari terjadinya tindak pidana pembunuhan dalam keluarga, hendaknya

pihak kepolisian berperan aktif melakukan pembinaan atau penyuluhan kepada

masyarakat melalui kegiatan di banjar-banjar dan juga masyarakat harus

memilah media yang pantas untuk ditonton dan dibaca agar dapat

meminimalisir timbulnya penyebab terjadinya pembunuhan dalam keluarga.

2. Polresta Denpasar hendaknya dalam menjalankan peraturan

perundang-undangan harus lebih tegas dan tertata baik, sesuai dengan prosedur yang yang

berlaku sertaPolresta Denpasar. Polresta Denpasar beserta jajaran terkait dalam

melaksanakan upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan melalui jalur

penal dan non penal hendaknya lebih baik dan lebih menekankan jalur non

penal karena bersifat mencegah, jadi akan lebih baik diterapkan untuk

mencegah tindak pidana pembunuhan dalam keluarga melalui kegiatan

penyuluhan dan sosialisasi masyarakat memahami dan takut akan sanksi yang

(53)

47

Ali, H. Zainuddin, 2013, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta

Atmasasmita, Romly, 2005, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Aditama,

Bandung.

Chazawi, Adami, 2002, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Faisal Salam, Moch, 2001, Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek,

Mandar Maju, Bandung.

Gunadi, Ismu dan Jonaedi Efendi, 2011, Cepat dan Mudah Memahami Hukum

pidana, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.

Hamdan, M., 1997, Politik Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hanitijo, Ronny dan Soemitro, 1988, Metodelogi Penelitian Hukum dan

Jurimentri, Cetakan Ke IV, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil, 2007, Pokok-Pokok Hukum Pidana,

Cet.Kedua, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Lamintang, P.A.F, 1984, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru,

Bandung.

Lestari, Sri, 2012, Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik

(54)

M. Hadjon, Philipus, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Bina

ILmu, Surabaya.

Maulana, Rizky dan Putri Amelia, 2013, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Lima

Bintang, Surabaya.

Moeljatno, 1982, Kriminologi, Bina Aksara, Jakarta.

_______, 1983, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban dalam Hukum

Pidana, Bina Aksara, Jakarta.

_______, 2009, Asas – Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta.

Mulyadi, Lilik, 2007, Kapita Selekta : Hukum Pidana Kriminologi dan

Victimologi, Djambatan, Jakarta.

Merpaung, Leden ,1991, Unsur-Unsur Perbuatan yang Dapat Dihukum (Delik),

Ed. I, Cetakan I, Sinar Grafika, Jakarta.

Poernomo, Bambang, 1983, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Prakoso, Abintoro, 2013, Kriminologi dan Hukum Pidana, Laksbang Grafika,

Yogyakarta.

Prodjodikoro, Wirjono, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Refika

Aditama Bandung.

Santoso, Topo dan Eva Achjani Zulfa, 2010, Kriminologi, PT Raja Grafindo

(55)

Sahetapy, J.E. dan Mardjono Reksodiputro, 1982, Parados Dalam Kriminologi,

Rajawali, Jakarta.

Simanjuntak, Noach , 1984, Kriminologi, Tarsito, Sinar Baru, Bandung.

Sudarto, 1983, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru,

Bandung.

Waluyo, Bambang, 2008, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika,

Jakarta.

(2) Tesis

Taufig Mustakim, 2009, “Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Orangtua Terhadap Anak Ditinjau Dari Psikologi Kriminal”, Tesis Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

(3) Artikel

Tribun Bali, 2016, Kriminologi Kematian Tragis Titin di Tangan Suaminya di

Sidakarya, Available From: URL:http://www.bali.tribunnews.com/2016/0120/ini-kronologi-kematian-tragis-titin-di-tangan-suaminya-di-sidakarya, (diakses pada

Referensi

Dokumen terkait

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR KING BUTIK HOTEL KULON PROGO DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL diajukan oleh Latif Anwar, NIM 1410092123, Program Studi S-1 Desain

Networking Site (SNS) atau biasa disebut juga jejaring sosial didefinisikan sebagai suatu layanan berbasis web yang memungkinkan setiap individu untuk membangun hubungan sosial

Serangkaian pendekatan resolusi konflik sebagaimana dikemukakan oleh Boistein (2018) menetapkan beberapa strategi yang digunakan untuk mencegah terjadinya konflik antar

yang akan dianalisis adalah alumni dari Universitas Atma Jaya

Sementara itu, trigonometri rasional membahas tentang garis dan segitiga pada berbagai lapangan, misalnya lapangan himpunan bilangan riil, lapangan himpunan bilangan

Writing is the one of skills in English that should be mastered by student. Through writing they can express their view and thoughts that can not be

Sebelumnya diolah dengan Microsoft Excel dan kemudian diolah dengan bantuan komputer SPSS for windows release 16.0 untuk mengetahui hubungan antara konformitas