• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFORMITAS PERILAKU MEMBOLOS SEKOLAH PADA SISWA SMK ASSA ADAH BUNGAH GRESIK. Mas Aisyatul Widad. Bambang Dibyo Wiyono

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONFORMITAS PERILAKU MEMBOLOS SEKOLAH PADA SISWA SMK ASSA ADAH BUNGAH GRESIK. Mas Aisyatul Widad. Bambang Dibyo Wiyono"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KONFORMITAS PERILAKU MEMBOLOS SEKOLAH PADA SISWA SMK ASSA’ADAH

BUNGAH GRESIK

Mas Aisyatul Widad

Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya. Email: maswidad16010014041@mhs.unesa.ac.id

Bambang Dibyo Wiyono

Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya. Email: bambangwiyono@unesa.ac.id

Abstrak

Kegiatan membolos di SMK Assa’adah Bungah Gresik hampir ditemukan pada setiap jenjang kelas. Siswa melakukan pelanggaran membolos secara individu atau berkelompok.Penelitian ini bertujuan menunjukan bentuk-bentuk perilaku membolos, faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi konformitas dalam membolos dan gambaran dari perilaku konformitas dalam membolos pada siswa SMK Assa’adah Bungah Gresik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian yang ditemukan yakni subjek melakukan kegitan membolos secara individu dan berkelompok dengan bentuk perilaku membolos sehari penuh dan membolos pada jam pelajaran. Faktor ekternal yang mendorong subjek membolos adalah sekolah dan bekerja. Sekolah cenderung tidak disiplin dan tidak tegas dalam mengawasi siswa, fasiltas sekolah tidak mendukung terciptanya kedisiplinan dalam proses belajar mengajar, guru tidak mempunyai koordinasi untuk mengatur siswanya, faktor lain yakni bekerja ditemukan bahwa subjek bekerja namun hal tersebut tidak terjadi pada salah satu subjek yang di ketahui tidak bekerja. Sedangakn dalam faktor internal yang mendorong siswa membolos subjek tidak mempunyai gangguan baik gangguan secara psikologis atau fisiologis, namun berbeda pada salah satu subjek yang merasa ketakutan dan kecemasan untuk masuk sekolah kembali dan memilih membolos, perasaan takut dan cemas pada subjek meliputi rasa takut dan cemas dimarahi guru dan digunjing teman-temannya. Dalam perilaku konformitas membolos subjek menghindari rasa takut dari penolakan dengan mengikuti kelompoknya untuk melakukan kegiatan membolos, subjek juga mempunyai keinginan untuk disukai dan diterima oleh teman-teman kelompok, subjek akan mengalami perundungan oleh teman-teman kelompoknya apabila menolak ajakan membolos, teman-teman kelompok akan saling memaksa dan meyakinkan subjek untuk ikut membolos, para subjek akan mendorong satu sama lain untuk mengikuti kegiatan membolos.

KataKunci: membolos, konformitas, siswa

Abstract

The truant activity in SMK Assa'adah Bungah Gresik is almost found at every grade level. Students commit truant violations individually or in groups. This study aims to show the forms of truant behavior, internal factors and external factors that affect conformity in truancy and a description of conformity behavior in truancy in SMK Assa'adah Bungah Gresik students. This research uses a qualitative approach with case study techniques. Data collection is done through interviews, observations and documentation studies. The results of the study found that the subjects do the activity of truant individually and in groups with a full day of truant behavior and play truant at class hours. External factors that encourage truant subjects are school and work. Schools tend to be undisciplined and not strict in supervising students, school facilities do not support the creation of discipline in the teaching and learning process, teachers do not have coordination to manage their students, other factors that work are found that the subject works but this does not happen to any of the subjects known does not work. While in internal factors that encourage students to play truant the subject does not have interference either psychologically or physiologically, but different in one subject who feels fear and anxiety to go back to school and choose to play truant, feelings of fear and anxiety in the subject include fear and anxiety scolded teacher and gossiped by his friends. In blunt conformity behavior the subject avoids the fear of rejection by following his group to do truant activity, the subject also has a desire to be liked and accepted by group friends, the subject will experience harassment by his group friends if he refuses to call truant, group friends will force each other and convince the subject to play truant, the subjects will encourage each other to follow truant activities.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan oleh setiap individu manusia ke arah yang lebih baik. Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secata aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kukuatan di bidang spiritual keagamaan, pengolahan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak yang mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan mengandung pengertian yang sangat luas dari banyak aspek seperti aspek kepribadian manusia yang menyangkut hati nurani, nilai-nilai, perasaan, pengetahuan, dan keterampilan (Roesminingsih & Susarno, 2011: 50).

Sekolah adalah komponen dari pendidikan yang merupakan sebuah lembaga formal dimana siswa dapat mencari ilmu dan menjalankan pendidikan untuk mengembangkan bakat dan minat serta kemampuannya. Pendidikan di sekolah berusaha memberikan siswa kesadaran arti tata tertib yang harus dipenuhi di dalam sekolah. Dengan tujuan mengajarkan disiplin pada siswa, tata tertib juga membantu terlaksannya alur pendidikan di sekolah dengan rapi dan terorganisir. Meskipun di sekolah telah ada tata tertib yang bertujuan mendidik kedisiplinan siswa, tetapi masih saja ada siswa yang melanggarnya. Usaha menciptakan kedisiplinan siswa bertujuan agar siswa dapat melatih dirinya sendiri agar mereka dapat mengenal kelemahan atau kekurangan yang ada pada dirinya sendiri. Meskipun tata tertib telah ada, namun pemasalahan pada siswa masih tetap sering tidak terhindarkan. Masalah yang dihadapi oleh sesorang dapat bervariasi, seperti masalah emosi, cara berfikir, sikap atau perilaku. Apabila emosinya terganggu maka perilakunyapun akan terganggu (Walgito, 2010: 178).

Pelanggaran terhadap tata tertib memang banyak dilakukan oleh para siswa. Pelanggran yaitu tindakan menyalahi aturan yang dilakukan seseorang dengan sengaja. Sedangakan menurut Tarmidzi (2008) tidak terlaksanaanya peraturan atau tata tertib secara konsisten akan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya bebagai bentuk dari kenalakan pada siswa, baik di dalam maupun di luar sekolah. Berdasarkan penyataan Tarmidzi dapat diketahui bebagai macam bentuk pelanggran di sekolah contohnya membolos, berkelahi, terlambat datang, tidak memakai atribut sekolah yang sesuai, dsb. Sedangkan, menurut Sarwono (2008) pelanggaran di sekolah oleh siswa meliputi: agresi fisik (pemukulan, perkelahian) kesibukan berteman (berbincang-bincang), mencari perhatian, menantang wibawa guru

(memberontak), mencarai perselisihan, merokok disekolah, datang terlambat, dan menipu.

Permasalahan yang telah disebutkan di atas adalah permasalah yang sering kali terjadi di sekolah-sekolah, termasuk di SMK Assaa’adah Bungah. Akan tetapi permasalahan yang sering dijumpai adalah membolos dalam bentuk kelompok. Menurut Kartono dalam Malik, (2014:3) menyebutkan membolos merupakan perilaku yang melanggar norma-norma sosial akibat dari proses pengondisian lingkungan yang buruk. Membolos bisa dikatakan tidak masuk sekolah tanpa ada alasan yang tepat atau ketidakhadiran siswa tanpa adanya alasan yang jelas dan logis. Menurut Damayanti (2013) mengatakan bahwa kebiasaan membolos yang sering dilakukan oleh siswa akan berdampak negatif pada diri siswa sendiri seperti siswa akan dihukum, diskoring, dan tidak dapat mengkuti ujian.

Kebiasaan membolos dipengaruhi dari berbagai faktor yang mana bisa berasal dari internal dan eksternal. Menurut Kartono (1991) penyebab membolos yaitu orang tua memandang bahwa pendidikan tidak penting, anggapan pendidikan bagi anak laki-laki lebih penting daripada anak perempuan, faktor sosial ekonomi orang tua yang rendah, perasaan diri tidak mampu dan takut akan gagal, siswa yang ditolak oleh teman-teman sekelasnya, masyarakat tempat ia hidup tidak beranggapan bahwa pendidikan penting bagi setiap orang, kondisi sekolah tidak menarik. Sedangkan, penyebab membolos menurut penelitian Minari (2017) yaitu lingkungan sekolah, sekolah, personal, keluarga dan teman. Faktor teman merupakan faktor yang paling berpengaruh terjadinya perilaku membolos dibandingkan faktor lainnya. Dalam penelitian ini, berdasarkan pemikiran dari ahli di atas, maka dapat disimpulkan terdapat 6 faktor penyebab membolos yaitu lingkungan dan hubungan keluarga, diri sendiri, sekolah dan lingkungan sekolah, tekanan kelompok teman sebaya, pengaruh media dan fasilitas rekreasi, dan lingkungan masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMK Assa’adah Bungah yang berada di Kabupaten Gresik pada Sabtu 30 Maret 2019 diketahui bahwa siswa di SMK Assa’adah Bungah sering kali tidak mengkuti mata pelajaran tertentu kemudian hadir kembali pada mata pelajaran lain. Ada pula siswa yang tidak mengikuti mata pelajaran dari awal sampai selesainya jam sekolah. Terdapat berbagai kasus yang dilaporkan mengenai siswa yang membolos sekolah. Setelah diselidiki, para siswa memilih nongkrong bersama teman-temanya yang ikut serta membolos untuk pergi ke kedai kopi atau cafe yang tidak jauh dari sekolah. Mayoritas siswa yang membolos adalah siswa laki-laki. Guru BK biasanya terlebih dahulu mencari informasi mengenai siswa kepada wali siswa perihal siswa yang membolos sekolah secara individu

(3)

maupun membolos secara bergerombol/kelompok melalui telfon. Dari hasil wawancara guru BK diketahui bahwa pada awalnya siswa berpamitan untuk berangkat ke sekaolah dengan berseragam lengkap, namun ketika dicek di sekolah ternyata siswa tersebut tidak masuk. Banyak dari wali siswa mengetahui bahwa anaknya membolos justru setalah guru BK memberi infromasi lewat telfon.

Salah satu kelompok murid yang melakukan perilaku membolos berada di kelas X TKR 2 di mana kelompok siswa tersebut sama-sama berasal dari Desa Dukun. Berdasarkan hasil konseling individu yang dilakukan oleh guru BK diketahui bahwa salah satu siswa yang melakukan perilaku membolos adalah siswa yang berinisial IT. Selain itu, berdasarkan hasil konseling didapatkan gambaran bahwa IT memiliki banyak masalah atau beban. Guru BK juga mengatakan bahwa keluarga dari siswa IT tersebut dapat dikatakan dalam keadaan kacau. Ia berasal dari orang tua yang sudah bercerai, ayahnya pergi merantau ke Saudi Arabiah dan ibunya menikah lagi. Sedangkan IT tinggal bersama kakeknya dan selama ini dibiayai oleh pamannya. Banyak sekali permasalahan siswa yang dilatarbelakangi masalah keluarga. Seperti anak yang tidak terurus, kurang perhatian dan pengawasan orang tua, serta keluarga yang kacau. (MSD, Guru Bimbingan dan Konseling. 2019) “banyak sekali siswa di SMK Assa’adah ini melakukan pelanggaran kedisiplinan dan tata tertib seperti membolos sekolah dan membolos mata pelajaran, Dengan dilatar belakangi masalah keluarga dan keadaan siswa yang kurang terurus dan didampingi orang tua”.

Menurut analisis yang guru BK lakukan, siswa-siswa biasanya hanya akan hadir pada mata pelajaran praktik sedangkan pada mata pelajaran teoritik mereka memilih membolos. Dari hasil wawancara singkat guru BK terhadap siswanya didapat fakta bahwa kebanyakan siswa SMK Assa’adah berpendapat yang paling terpenting adalah mata pelajaran praktik sedangkan mata pelajaran teori dapat dibaca atau dipelajari sendiri. Ketidakmampuan guru mata pelajaran untuk memberi sanksi terhadap siswa membuat siswa semakin berani untuk membolos. Kegiatan membolos di jam pelajaran pada SMK Assa’adah termasuk dalam keadaan yang sering terjadi diberbagai tingktan kelas baik itu kelas X, XI dan XII selalu ada siswa dalam jumlah besar bersama-sama tidak mengikti pelajaran dan membolos sekolah sehari penuh. Kelompok membolos tersebut biasanya berjumlah mulai dari 2 orang siswa sampai 11 orang siswa. Kegitan membolos berkelompok ini sering membawa masalah baru seperti kecelakan lalu lintas, terjaring razia petugas Satpol PP/ Polisi, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah membolos dapat dikatakan sering terjadi di sekolah-sekolah, dan tidak hanya di SMK Assa’adah Bungah. Fenomena

membolos pada pelajar menjadi masalah yang tidak pernah terselesaikan. Masalah membolos dikalangan pelajar seperti hal wajar dalam dunia pendidikan. Banyak laporan kasus yang terjadi setiap tahunya. Membolos dilakukan berkelompok bahkan dalam jumlah siswa yang banyak. Seperti kasus puluhan pelajar bolos sekolah yang terjaring razia oleh Polsek Medan saat operasi KS 2016 berlangsung (Bangun, 2016). Walaupun masalah membolos tidak tergolong masalah yang berat dalam fase remaja. namun seringkali membolos juga diiringi kegiatan negatif-negatif lainnya yang dilakukan siswa.

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan untuk memberikan saran mengenai fenomena membolos di kalangan siswa, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul “Konformitas Perilaku Membolos Sekolah pada Siswa SMK Assa’adah Bungah Gresik”. penelitian ini bertujuan mengetahui lebih dalam bentuk-bentuk perilaku membolos, faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi siswa melakukan konformitas dalam membolos dan gambaran dari perilaku konformitas dalam membolos.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pendekatan tersebut dipilih karena studi kasus mencoba untuk melihat suatu fenomena dari beberapa sumber data yang dapat mengungkap fenomena tersebut. Tujuan dari penggunaan studi kasus adalah tidak sekadar menjelaskan seperti apa objek yang diteliti, tetapi untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut dapat terjadi (Yin, 2009). Sedangakan, menurut Herdiansyah (2010) penelitian studi kasus adalah suatu model yang menekankan pada pengembangan dari suatu sistem yang terbatas pada satu atau beberapa kasus secara mendetail yang melibatkan beragam sumber informasi dengan melakukan panggilan data secara mendalam.

Penelitian dilakukan di SMK Assa’adah yang beralamat jalan Raya Bungah No.1 Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik, Penelitian ini dimulai pada bulan November tahun 2019 sampai bulan Desember tahun 2019. Partisipan dalam penelitian ini diambil berdasarakan metode key person yaitu dengan mendapatkan rekomendasi partisipan penelitian dari Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah. Karakteristik partisipan yaitu (1) siswa yang memiliki catatan membolos sekolah lebih dari 3 kali dalam satu bulan dan (2) mempunyai kelompok pertemanan.

Tabel 1. Daftar sumber data primer No. informan Inisial Kelamin Jenis Keterangan

1 AFL Laki-Laki Siswa yang melakukan konformitas membolos 2 MFM Laki-Laki siswa yang melakukan konformitas membolos

(4)

No. Inisial informan

Jenis

Kelamin Keterangan 3 MZA Laki-Laki siswa yang melakukan konformitas membolos 4 HM Laki-Laki siswa yang melakukan konformitas membolos Tabel 2. Daftar sumber data sekunder No. Inisial

informan

Jenis kelamin

Keterangan 1 MSD Laki-Laki Guru BK penangung jawab

kelas XI

2 ASU Laki-Laki Siswa/ ketua kelas XI M 4 Data penelitian didapatkan melalui wawanacara, observasi dan studi dokumentasi. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawanacara semi terstruktur, yaitu teknik wawancara yang mendekati keadaan sebenarnya dan didasarkan spontanitas wawancara, dan lebih banyak kemungkinan untuk menjelejahi berbagai aspek dari masalah yang diajukan, serta dapat mengumpulakan informasi sebanyak-banyaknya dari informan secara mendalam dengan tetap mengunakan acuan pertanyaan. Informan dapat menyampaikan pertanyaan-pertanyaan secara leluasa atas pertanyaan yang diajukan peneliti yang sebelumya telah disusun dalam pedoman wawancara.

Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara, studi dokumentasi berupa daftar dokumen dan pedoman observasi. Peneliti telah menyusun sendiri instrumen penelitian guna mengetahui bagaimana bentuk-bentuk perilaku membolos yang ditujukan oleh siswa di SMK Assa’adah, faktor apa yang mendorong siswa SMK Assa’adah berperilaku membolos, dan bagaimana gambaran perilaku konformitas dalam membolos siswa SMK Assa’adah Bungah Gresik.

Uji keabsahan data penelitian ini menggunakan triangulasi. Peneliti menggabungkan triangulasi sumber dan triangulasi teknik atau metode. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara sebagai triangulasi teknik serta melakukan wawancara dengan siswa yang melakukan konformitas membolos dan significant other sebagai triangulasi sumber. Significant other dalam penelitian ini adalah guru bimbingan dan konseling dan teman kelas yang mengetahui kegiatan membolos dan konformitas membolos pada siswa yang menjadi subjek.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap (1) bentuk bentuk perilaku membolos; (2) faktor internal yang mendorong siswa membolos, (3) faktor eksternal yang mendorong siswa membolos dan (4) gambaran perilaku konformitas dalam membolos.

Bentuk-Bentuk Perilaku Membolos

Fokus penelitian yang pertama yakni bentuk-bentuk perilaku membolos. Pada proses wawancara

dengan subjek penelitian dilakukan dengan semi formal, hal ini dilakukan agar subjek tidak merasa diintrogasi dan dapat leluasa memberikan informasi dengan jujur. Adapun bentuk-bentuk perilaku membolos siswa yaitu melakukan perilaku membolos sehari penuh dan membolos pada jam pelajaran. Pada perilaku membolos sehari penuh, para subjek akan membolos apabila merasa malas dengan aktivitas sekolah, sedang bekerja, lelah setelah bekerja, tidak menyukai guru atau pelajaran yang ada dan bangun terlambat. Ketika sedang membolos satu hari penuh aktifitas yang biasa dilakukan subjek adalah pergi nongkrong bersama teman-temannya dan beristirahat. Pernyataan tersebut digambarkan pada kutipan hasil wawancara sebagai berikut:

“Ya beda-beda bu, sering e itu bu saya kecapean kadang pulang dolan iku wes malam banget bu dadi yo kebablasan bu sampai siang tidur e. Kadang-kadang ya malas bu sama pelajaran nya. Biasnya juga di ajak kerja mas bantu-bantuin” (W.S.BBMP.MSP.04-12-2019)

“Ya kerja itu bu ngelaut, kadang ya ngopi cangkruk an sama teman-teman, kalau sudah capek abis kerja ya di rumah saja bu istirahat” (W.S.BBMP.MSP. 07-12 - 2109)

Subjek mempunyai pekerjaan di luar sekolah, seperti subjek MZA yang bekerja sebagai pelaut membuat subjek tercatat sembilan kali membolos di bulan November. Adapun hasil wawancaranya adalah sebagai berikut.

”Iyah bu jadi bulan-bulan ini lagi banyak job di laut, kadang bisa ngelaut sampe 3 hari teko-teko wes capek bu jadi gak sekolah, Kadang ya males saja berangkat” (W.S.BBMP.MSP.24-11-2019) Berbeda dengan subjek lainnya, MFM tidak mempunyai kegiatan bekerja di luar sekolah, kegiatan yang dilakukan MFM ketika membolos sehari penuh adalah pergi ke kedai kopi dan bermain game di sekitar pesantren. Pernyataan tersebut ditunjukkan dalam kutipan wawancara berikut.

“Ngopi ae seh bu sekitaran pondok biasa e kalau gak gitu ya nge game saja bu” (W.S.BBMP.MSP. 05-12- 2109)

Bentuk-bentuk membolos selanjutnya yaitu perilaku membolos di jam pelajaran. Subjek beralasan kepada guru seperti pergi ke toilet, atau tidak kembali ke dalam kelas apabila mereka telat memasuki kelas setelah jam istirahat salat. Terkadang siswa juga membolos pada jam pelajaran dengan keluar kelas pada sela-sela pergantian pelajaran dan istirahat. Temuan ini didukung dengan aktifitas membolos pada jam pelajaran di catatan observasi dan hasil wawancara berikut:

“Ke toilet, atau raup kadang ya abis istirahat sholat itu gak pakai izin balik ke kelas, langsung saja keluar” (W.BBMP.MJP. 07-12 - 2019) “Kadang sebelum guru masuk saja bu kita perginya jadi gak pakai alasan, kalau di

(5)

tengah-tengah ya izin ke toilet” (W.BBMP.MJP.08-12-2019)

Subjek membolos di jam pelajaran tertentu apabila subjek tidak menyukai guru atau mata pelajaran saat itu dan merasa bosan. Berikut adalah pernyataannya:

“Ya guru nya gak enak bu wes mboseni galak pisan, jadi males bu masuk nya. Kadang-kadang nek pelajaran e susah yo males juga bu buat masuk kelas” (W.BBMP.MJP. 04-12- 2019) “Iya bu, gak semuanya saya tinggal saya cuma gak suka pelajaran GTM, kalau hari kamis saya gak suka ada pak IM” (W.BBMP.MJP. 05-12-2019)

Hal ini juga didukung dengan pernyataan guru Bimbingan dan Konseling siswa, yakni:

“Kadang bila siswa sudah mempunyai masalah dengan guru dia akan cenderung istilah nya kabur atau menghindari guru tersebut, biasnya di jam-jam ahir seperti setelah Istirahat sholat jam-jam satu itu kebanyakan siswa membolos dan pergi dari kelas, mungkin karena sudah jenuh dari pagi proses KBM” (W.GBK.BBMP.MJP. 09-12-2019) Faktor Eksternal Yang Mendorong Siswa Membolos

Pada bagian ini membahas faktor eksternal yang menyebabkan siswa melakukan konformitas membolos di SMK Assa’adah Bungah Gresik. Adapun faktor eksternal yang dibahas antara lain dari faktor sekolah, teman, dan keluarga.

Pada faktor sekolah didapatkan informasi berdasarkan wawancara yakni sekolah tergolong longgar dalam pengamanan baik dari guru dan penjaga sekolah, pengamanan sekolah juga tidak di dukung dengan fasilitas pagar sehingga siswa dapat dengan mudah meninggalkan area sekolah. Hasil tersebut ditunjukkan pada kutipan wawancara berikut:

“Ya longgar banget bu, gak ada ketat nya sama sekali. Lihat wae bu gak ada pagar nya, ya bebas bu mau pergi kemana saja, satpam nya juga sering gak ada kok bu” (W.S.FE.SKL. 04-12-2019) “Enggih sampeyan lihat saja bu, gak ada pagar nya arek-arek mau keluar yo bebas-bebas wae wong satpam e yo gak ono kadang-kadang, kalau telat juga gak ada hukuman yang bikin kapok, jadi biasa saja” (W.S.FE.SKL. 08-12-2019)

Selanjutnya pada faktor keluarga didapatkan gambaran bahwa kebanyakan dari subjek selama ini tinggal bersama orang tua dan tidak ada keributan atau masalah berarti bersama keluarganya, hanya beberapa anggota keluarga seperti kakak dan ayah yang mempunyai keributan kecil bersama subjek. Hal tersebut ditunjukkan pada kutipan wawancara berikut:

“Enggih bu, sering e iku sama mas nek mas pulang teko kerjo nak surabaya gitu, kadang pulang-pulang onok wae bahan buat marah-marah”(W.S.FE.KEL. 08-12-2019)

Berbeda di antara teman-teman kelompoknya yang tinggal bersama orang tua, subjek MFM tinggal terpisah dengan orang tua nya, subjek MFM adalah siswa yang tinggal di pesantren tidak jauh dari sekolah, pernyataan subjek sebagai berikut:

“Tidak bu saya di pondok (pesantren)” (W.S.FE.KEL. 05-12- 2019)

Menurut subjek MFM keluarganya adalah keluarga yang harmonis meski beberapa kali ia dan ayahnya mempunyai masalah kecil. Hal tersebut ditunjukkan pada kutipan wawancara berikut:

“Enggih bu harmonis saja, walaupun bapak sering marah-marah” (W.S.FE.KEL. 05-12- 2019

Rata-rata siswa kelompok ini bekerja membantu perekonomian keluarga. hal tersebut dibenarkan oleh guru Bimbingan dan Konseling yang menyatakan bahwa rata-rata siswa dari kelompok ini bekerja membatu perekonomian keluarga dan memenuhi kebutuhannya. Berikut adalah kutipan wawancaranya.

“Mereka ini kan rata-rata dari keluarga yang tidak mampu, masalah ekonomi memang mendorong mereka untuk bekerja, saya rasa pihak keluarga juga tidak dapat menolak karna memang butuh biaya hidup juga” (W.GBK.FE.KEL. 09-12-2019)

Mendukung pernyataan Guru Bimbingan dan Konseling di atas, keadaan keluarga para subjek dapat dikategorikan tidak mampu. Hal tersebut dapat dilihat dari dokumentasi profil siswa dan keluarga di mana pendapatan orang tua berkisar kurang lebih satu juta rupiah dan pekerjaan rata-rata orang tua mereka adalah serabutan sehingga tidak menentu per bulanya.

Faktor eksternal berikutnya yakni teman, para subjek jarang membolos sehari penuh secara bersamaan apabila akan membolos sehari penuh bersama. Para subjek akan merencanakan pada hari sebelumnya melalui diskusi di Whatsapp, sehingga dengan begitu anggota kelompok pertemanan ini telah menyepakati membolos sehari penuh bersama. Para subjek menyatakan bahwa sering melakukan membolos bersama di jam pelajaran, membolos pada jam pelajaran dilakukan dengan cara pergi satu persatu untuk mengelabuhi guru. Hal tersebut ditunjukkan pada hasil wawancara berikut:

“Kalau bolos sekolah jarang bareng sih bu, paling nek metu kelas bareng gitu sering bu, kecuali kalau arek-arek WA malam nya kalau besok e gak masuk kadang-kadang ikut-ikutan, sebenernya kalau membolos bareng-bareng nanti malah ketahuan mending perginya satu-satu nanti ketemu” (W.S.FE.TMN. 04-12- 2019)

“Ya kalau keluar kelas memang selalu bareng bu, tapi kalau keluar sekolah ya satu-satu saja nanti malah ketahuan bu” (W.S.FE.TMN. 08-12-2019) Faktor Internal Yang Mendorong Siswa Membolos

Bagian faktor internal yang mendorong siswa membolos teridiri dari dua faktor yakni pada faktor

(6)

Psikologis dan Fisiologis para subjek yang dapat mempengaruhi subjek dalam melakukan konformitas membolos.

Pertama dari faktor Psikologis. Kebanyakan dari subjek tidak mempunyai perasaan tertolak di lingkungan sekolah atau perasaan takut akan suatu hal ketika berada di sekolah, hanya saja apabila teman-temanya tidak masuk sekolah subjek merasa kesepian, malas dan tidak bergairah dalam mengikuti pelajaran. Hal ini sesuai pernyataan subjek yakni:

“Gak pernah ngerasain yang seperti itu sih bu, ya paling ya tidak nyaman karna tadi bu. Nek temen-teman gak masuk kan jadi sepi jadi males kabeh “(W.S.FI.SP. 04-12- 2019)

Berbeda pada subjek MZA, terdapat perasaan takut ketika masuk kembali ke sekolah. MZA merasa menjadi pusat perhatian guru karena sebelumnya membolos. Perasaan MZA meliputi rasa takut dimarahi guru dan perasaan akan digunjing teman-temannya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan MZA berikut :

“Ya paling cuma takut karena minggu kemarinnya gak masuk sekolah wes peng akeh bu, kayak cemas gitu nanti di panggil terus di amuk-amuk” (W.S.FI.SP. 07-12- 2019)

“Ya paling sama guru-guru itu bu pada gak suka sama saya gara-gara sering gak masuk, yo nek arek-arek paling mek ngomongi aku gak masuk an tapi yo wes kebal bu” (W.S.FI.SP. 07-12- 2019)

Selanjutnya sebab Fisiologis. Para subjek merasa nyaman dan tidak ada kekurangan fisik apapun, walaupun penampilannya biasa-biasa saja dan terkesan tidak rapi para subjek merasa hal tersebut adalah maklum. Berikut adalah wawancaranya:

“Saya rasa ya tidak ada yang salah bu dari penampilan saya, paling Cuma kurang rapi. Tapi teman-teman saya juga banyak yang seperti ini” (W.S.SI.SF. 05-12- 2019)

Subjek juga mengaku bahwa keadaan fisik yang lelah dan sakit, juga mempengaruhi mereka untuk tidak masuk sekolah keesokan harinya. Terlebih pada subjek MZA yang mempunyai kegitan di luar sekolah yakni sebagai pelaut. Hal itu membuat fisiknya sering kelelahan akibat berda di laut berhari-hari. Berikut adalah pernyataan MZA:

“Enggih bu, kadang nek wes kecapekan ngelaut gitu sering e sakit panas bu koyok demam gitu bu, nek sakit yo aku gak masuk sekolah bu” (W.S.SI.SF. 07-12-2019)

Pernyataan MZA di atas didukung dengan pernyataan guru BK yang mengatakan bahwa para subjek juga memberi surat izin sakit beberapa kali saat tidak masuk sekolah, namun ada pula yang hanya izin tanpa memberikan surat keterangan sakit. Adapun pernyataan guru BK sebagai berikut:

“Ya, sering juga alasan mereka tidak masuk sekolah adalah sakit kadang-kadang juga di sertai surat dokter kadang juga tanpa surat dokter izinnya” (W.GBK.SI.SF. 09-12-2019)

Secara fisiologis para subjek tidak mempunyai riwayat penyakit yang parah dan secara fisik normal tidak ada kebutuhan khusus, hal ini di benarkan oleh pernyataan teman kelas siswa yang melakukan konformitas membolos yakni:

“Gak ada bu mereka normal saja”(W.TK.SI.SF. 10-12-2019)

Gambaran dari perilaku konformitas membolos Gambaran perilaku konformitas membolos yakni keinginan untuk disukai teman-teman kelompok dan rasa takut dari penolakan. Gambaran perilaku konformitas membolos yang pertama yakni keinginan untuk disukai anggota kelompok, sehingga membuat para subjek selalu mengikuti ajakan teman-temanya saat membolos dan tidak pernah menolaknya. Penolakan pada ajakan membolos akan sebisa mungkin dihindari para subjek terutama pada membolos di jam pelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut:

“Gak pernah bu, saya selalu ikut-ikut saja”(W.S.GPKM.KDT. 04-12- 2019)

Para subjek juga mengaku bahwa membolos dapat memberi lebih banyak waktu bersama kelompoknya. Kegiatan berkumpul bersama seperti inilah yang disenangi oleh para subjek. Beriku adalah kutipannya:

“Enggih bu, kan pegri nya bareng bisa kumpul di warkop jadi santai gitu bu bisa guyon-guyon“ (W.S.GPKM.KDT. 08-12-2019)

Diketahui juga gambaran perilaku konformitas membolos yakni subjek akan mempunyai rasa takut terhadap penolakan, sehngga subjek menghindari rasa takut dari penolakan tersebut dengan mengikuti kelompoknya untuk melakukan kegitan membolos. Subjek juga mengalami perundungan oleh teman-teman kelompoknya apabila menolak ajakan membolos, teman-teman kelompok akan saling memaksa dan meyakinkan subjek untuk ikut membolos. Para subjek akan mendorong satu sama lain untuk mengikuti kegiatan membolos. Hal ini sesuai dengan pernyataan subjek berikut:

“Iyah bu pernah, tapi mungkin gak di jauhin bu cuma di omongin saja, nek gak ngunu yo dadi bahan bully-an aku bu” (W.S.GPKM.RTP. 08-12-2019)

“Ya pernah bu, kadang kalau capek pengen e di kelas saja tapi arek-arek mekso, nanti kalau gak ikut aku juga dadi dewean di kelas bu” (W.S.GPKM.RTP. 07-12-2019)

“Kadang kalau tidak mau itu jadi gak enak bu sama teman-teman, nati pasti di komporin juga buat ikut aja. Jadi saya iya in saja buat ikut” (W.S.GPKM.RTP. 04-12-2019)

(7)

Para subjek akan saling mendorong satu sama lain anggota kelompoknya. Subjek juga terlihat memiliki belongingness yang baik antara satu sama lain yang ditunjukkan dengan selalu bersama-sama dan membuat kelompok pertemanan yang intim. Hal ini didukung penyataan dari teman kelas para subjek yakni:

“Enggih bu kantil terus wong papat iki, nek geng e gabung yo sering tapi tetep kumpul nya empat orang ini” (W.TK.GPKM.RTP. 10-12-2019)

Guru BK juga mengatakan pernyataan yang sama bahwa para subjek yang melakukan konformitas membolos adalah siswa yang berasal dari satu kelompok dan mempunyai kedekatan. Hal itu sesuai dengan pernyataan berikut:

“Kalu tidak gitu kadang gandeng-gandengan mbak biasanya kalau AFL itu bersma HM dan MFM itu gadengan nya lebih bersama MZA” (W.GBK.GPKM.KDT. 09-12-2019)

“Ya memang mereka adalah teman satu geng, namu di kelas tidak hanya satu kelompok itu saja masih ada yang lain” (W.GBK.GPKM.RTP. 09-12-2019)

Ikatan kelompok antara anggota sangat berpengaruh terhadap keinginan para anggotanya untuk membolos, saling mendukung dalam perbuatan membolos dan ajakan-ajakan dari anggota lainnya, para subjek juga diketahui mempunyai kelompok pertemanan yang sama. Pembahasan

Membolos merupakan salah satu kenakalan remaja yang sering dijumpai di bangku sekolah. Menurut Gunasara sendiri dalam Damayanti (2013:445) menjelaskan bahwa membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa alasan yang tepat pada jam pelajaran dan tidak ijin terlebih dahulu. Dalam penelitian ini ditemukan bawah subjek membolos dalam dua kategori yaitu membolos pada jam pelajaran dan memebolos sehari penuh.

Para subjek diketahui melakukan membolos dalam pelajaran apabila bosan atau tidak menyukai guru dan mata pelajaran yang akan atau sedang berlangsung. Subjek akan meminta izin ke toilet dan tidak kembali lagi dalam kelas sampai mata pelajaran selesai. Subjek membolos pada jam pelajaran bersama kelompoknya dengan cara meminta izin satu per satu agar guru tidak curiga. Di ketahui juga subjek membolos pada jam pelajaran dengan keluar kelas pada jam pergantian mata pelajaran, dengan begitu subjek tidak perlu memberi alasan agar dapat meinggalkan kelas. Dijelaskan oleh Prayitno dan Amti (2004:122) bahwa alasan siswa dalam membolos di jam pelajaran biasanya mengajak keluar teman pada jam pelajaran yang tidak disenangi, meminta ijin keluar kelas dengan berupura-pura sakit, atau alasan yang lain, tidak masuk kelas setelah jam istirahat, pulang saat jam pelajaran berlangsung tanpa sepengetahuan pihak sekolah,

dan meminta ijin pulang dengan berpura-pura sakit serta alasan lain.

Selain membolos dalam pelajaran, dalam penelitian ini didapatkan gambaran bahwa para subjek membolos sehari penuh. Kegiatan membolos sehari penuh dilakukan para subjek dengan alasan lelah setelah bekerja dan tidak memberi surat izn kepada sekolah. Menurut Prayitno dan Amti (2004 :122) beberapa hal yang termasuk ke dalam kelompok membolos satu hari penuh yaitu memolos secara berturut-turut tanpa izin sekolah, masuk sekolah berganti hari dan terkadang disertai mengirim surat izin tidak masuk sekolah dengan alasan yang dibuat-buat.

Subjek akan berkoordinasi dalam whatsapp sebelum membolos sehari penuh. Hal ini untuk menghindari rasa bosan di sekolah apabila tidak bersama kelompoknya. Subjek tidak memberi surat izin pada sekolah mengenai alasanya tidak masuk sekolah. Diketahui bahwa para subjek telah meminta izin untuk berangkat ke sekolah kepada orang tuanya namun kenyataannya para subjek tidak mengikuti pelajaran atau membolos. Ketika membolos, para subjek berkumpul bersama di kafe. Kegiatan membolos sehari penuh juga terkadang dimanfaatkan oleh MZA dan HM untuk beristirahat di rumah setelah lelah bekerja.

Dalam faktor eksternal yang mempengaruhi subjek untuk membolos yakni faktor di luar dari diri subjek itu sendiri. Dalam penelitian ini faktor eksternal tersebut yakni faktor keluarga, sekolah, dan teman. Keluarga para subjek diketahui tinggal bersama orang tua nya kecuali pada subjek MFM yang tinggal di pesantren. Para subjek berasal dari keluarga menengah ke bawah, untuk memenuhi kebutuhan keluarga subjek AFL, MZA, dan HM bekerja. Diketahui bahwa AFL bekerja sebagai serabutan, sedangkan MZA bekerja sebagai nelayan bersama teman-teman di lingkungan rumahnya, dan HM bekerja sebagai kuli bagunan bersama kakak laki-lakinya. Keluarga subjek tidak melarang subjek untuk membolos sekolah ketika subjek bekerja. Keadaan kelurga dengan ekonomi yang tidak stabil membuat orang tua subjek tidak berdaya untuk melarang subjek bekerja dan membolos sekolah. Orang tua subjek juga tidak bisa memaksa agar subjek sekolah setelah bekerja karena terkadang subjek mengeluh lelah setelah bekerja, di ketahui pula pada subjek HM terdapat sedikit konflik dengan kakaknya apabila HM tidak bekerja. Hal tersebut membuat HM memilih bekerja memenuhi perintah kakaknya.

Ketidak berdayaan dan sikap kurang tegas orang tua subjek membuat subjek leluasa mengambil keputusan untuk membolos. Peran orang tua dalam membentuk karakter, mengarahkan anak, serta menciptkan keluarga yang hangat serta aman sangat berpengaruh pada pola pikir dan sikap anak. Keadaan aman dalam kelurga yang

(8)

dimaksud adalah terpenuhinya kebutuhan dan terpenuhinya hak anak. Menurut Ichsani (2007;15) dari semua penentu kepribadian anak yang paling penting adalah keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menentukan perkembangan anak. Keadaan dan suasana keluarga yang berlaianan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan pribadi anak. Sikap orang tua terhadap anak yang kurang hangat dapat berpengaruh terhadap perkembangan kepribdaian anak. Apabila orang tua bersikap hangat, maka anak akan merasa diterima oleh orangtuanya sehingga memiliki kepribadian yang baik dan berfikir realistik, dan begitu sebaliknya apabila orang tua tidak dapat bersikap hangat maka perilaku anak akan meniru dan merepresentasikan perilaku orang tua.

Faktor sekolah termasuk dalam faktor eksternal yang mempengaruhi siswa untuk membolos. Fasilitas sekolah seperti petugas pengawasan, pagar sekolah, dan peraturan sekolah yang tegas dan jelas dapat mempengaruhi siswa untuk tidak melakukan membolos. Dalam penelitian ini ditemukan fasilitas sekolah yang tidak memadahi dan cenderung longgar, peraturan dibuat namun tidak ada pengawasan terhadap jalannya peraturan sekolah akan mendorong siswa untuk membolos. Subjek dapat dengan mudah membolos dan keluar area sekolah akibat tidak adanya fasilitas pagar sekolah dan keamana sekolah seperti satpam. Peraturan yang longgar seperti guru yang membiarkan siswa yang meninggalkan area sekolah saat kegitan belajar mengajar masih berlangsung. Selain itu, tidak ada kerja sama antar guru untuk secara tegas menyikapi siswa yang membolos.

Susana dan keadaan sekolah yang mendukung seharusnya dapat mecegah siswa untuk membolos. Menurut Ngalimpurnomo dalam Ichsani (2007;15) keadaan sekolah yang mendukung mampu menciptakan penyesuaian diri dan emosional yang baik bagi siswa. Keadaan kelas dan guru yang tidak mendukung akan menyebabkan siswa tidak kerasan atau tidak betah di dalam kelas maupun sekolah. Hal inilah yang menyebabkan siswa membolos.

Hasil penelitian juga menunjukkan bawa subjek membolos karena tidak menyukai guru. Pernyataan subjek MZA yang menghindari sekolah pada hari Kamis bertujuan menghindari mata pelajaran guru IM yang menurut pendapat pribadi bahwa guru IM membosankan dan mudah marah. Pendektan guru terhadap siswa seringkali tidak dilakukan dengan benar di mana guru cenderung mudah marah dan tidak memberi sikap hangat akan menjadikan siswa tidak nyaman dan memilih membolos. Menurut Ngalimpurnomo dalam Ichsani (2007;15) bahwa guru dapat mempengaruhi diri siswa. Jika sikap guru terhadap siswanya baik, maka akan menciptakan pribadi siswa yang baik pula. Bila guru tidak

mampu membanguan hubungan yang baik dengan siswa, seperti keras dan cara mengajarnya tidak bisa diterima oleh siswa, maka siswa akan cenderung tidak menyukainya. Bagaimana cara guru menyampaikan pelajaran juga dapat menjadi faktor siswa memilih membolos pada jam pelajaran. Mata pelajaran yang dirasa sulit dan cara guru menyampaikan dengan monoton, kurang kreatif dan tidak mengusai kelas membuat siswa kesulitan memahami mata pelajaran dan cenderung bosan, guru sebaiknya memahami cara mengajar yang baik

kepada siswa-siswanya. Ketika di dalam kelas, seorang

guru mengambil kendali atas kegiatan yang akan dilakukan saat belajar dengan siswa-siswanya. apabila respon siswa ternyata merasa senang belajar bersama guru yang bersangkutan, bisa dipastikan guru tersebut menggunakan metode mengajar yang baik dan tidak monoton. Menurut penelitian Siahaan (2015) iklim akademis di sekolah seperti metode belajar yang membosankan dan kurang inovatif dan pengaruh ajakan teman menjadi pendorong siswa melakukan tindakan membolos dan cabut kelas. Oleh sebab itu, iklim akademis yang positif akan menghasilkan peserta didik yang baik pula.

Dalam faktor teman, didapatkan dalam bahwa para subjek tergabung dalam satu kelompok pertemanan yang sama atau geng. Hal tersebut adalah hal yang wajar dalam masa remaja. Para subjek sering menghabiskan waktu bersama baik dalam sekolah atau di luar sekolah. Menurut Harlock dalam Ichsani (2007:18) Pada masa ini remaja cenderung membuat geng atau kelompok yang beranggotakan individu dengan minat yang sama dan sejenis. Dalam menghadapi penolakan dari teman temanya dengan sikap anti sosial. Adapun teman yang dipilih pada teman sebaya adalah teman yang dapat dipercaya, seseorang yang dapat diajak bicara, dan teman yang dapat diandalkan.

Teman dalam satu kelompok berpengaruh dalam keputusan subjek untuk membolos sekolah. Dalam penelitian ini subjek cenderung senang berkumpul bersama kelompoknya, subjek merasa membolos membatu mereka untuk memiliki waktu lebih banyak bersama kelompoknya. Harlock dalam Ichsani (2007:18) menjelaskan bahwa pengaruh kelompok teman sebaya pada masa remaja sangatlah penting dan dominan. Kesenangan bersama teman yang dapat menerimanya akan membuatnya lebih senang bersama temanya dan membuat lupa waktu. Apabila kebersamaan dengan teman-temanya terbatas, maka hal ini akan mendorong perilaku membolos.

Sedangakan dalam faktor internal yakni faktor yang mempengaruhi para subjek melakukan kegitan membolos. Faktor ini berasal dari dalam dirinya sendiri.

(9)

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa para subjek akan mudah bosan dan tidak bersemangat apabila mereka bersekolah tanpa berkumpul dengan teman kelompoknya. Para subjek tidak merasakan adanya pegucilan dan penolakan oleh lingkungan sekolahnya seperti teman kelas dan guru di sekolah. Namun, perasaan tersebut tidak terjadi pada subjek MZA di mana subjek merasa takut ketika masuk kembali sehabis memolos. Subjek MZA merasa menjadi pusat perhatian guru karena sebelumnya membolos. Perasaan MZA meliputi rasa takut dimarahi guru dan perasaan akan digunjing teman-teman lainnya. Rasa takut tersebut kadang membuat MZA ragu untuk masuk sekolah kembali ketika MZA telah membolos sekolah dalam waktu yang lama. Rasa takut pada MZA di sebabkan faktor Psikologis yaitu takut akan kegagalan dan merasa ditolak. Takut gagal yang dimaksud adalah MZA merasa pasti tidak akan berhasil di sekolah. MZA merasa gagal, malu, tidak berharga, dan dicemooh sebagai akibat membolos yang MZA lakukan di hari sebelumnya, perasaan ditolak dan tidak dihargai. Perasaan-perasaan tersebut mendorong MZA untuk membolos lagi. Menurut Hurlock dalam Ichsani (2007: 14) bahwa membolos bisa dilakukan akibat siswa tidak menyukai sekolah, sebab nilai-nilai buruk, kurangnya penerimaan teman sebaya, tidak naik kelas atau ia mendapat hukuman dari kesalahannya, sehingga siswa merasa ketakutan dan memilih membolos untuk menghindar.

Pada faktor internal berikutnya yakni Fisiologis. Masalah fisologis pada siswa kerap menjadi alasan siswa untuk membolos. Faktor Fisiologis seperti ketidaksempurnaan fisik dapat membuat siswa tidak percaya diri karena merasa berbeda dengan yang lain. Menurut Hurlock dalam Ichsani (2007: 14) bahwa bentuk fisik juga dapat berpengaruh pada remaja. Fisik yang tidak sesuai dengan harapan individu menyebabkan minder dan rasa tidak percaya diri untuk dapat diterima oleh teman-temannya, sehingga remaja merasa tidak diterima oleh temannya maka ia tidak nyaman di sekolah dan ahirnya membolos untuk memnghindari teman-temannya.

Remaja yang memiliki fisik yang sesuai dengan harapan juga berpotensi menjadi siswa yang dapat membolos jika bergaul dengan teman yang sering membolos pula dan apabila nyaman dan diterima oleh teman-temanya yang sering membolos tersebut. Dalam penelitian ini faktor ketidaksempurnaan fisik tidak di temukan pada subjek, faktor fisiologis yang mempengaruhi adalah kesehatan yang sering menurun dikarenakan subjek AFL, MZA, dan HM bekerja, subjek juga mengaku bahwa keadaan fisik yang lelah dan sakit, juga mempengaruhi mereka untuk tidak masuk sekolah keesokan harinya. Terlebih pada subjek MZA yang mempunyai kegitan di luar sekolah yakni sebagai pelaut,

membuat fisiknya sering kelelahan akibat berada di laut berhari-hari.

Dalam penelitian ini juga bertujuan mengetahui bagaimana bentuk-bentuk konformitas dalam perilaku membolos, bentuk konformitas tersebut yakni keinginan untuk disukai teman-teman kelompoknya dan rasa takut akan penolakan dari kelompoknya. Konformitas sendiri merupakan kecenderungan membiarkan opini, sikap, tindakan, dan presepsi orang lain. Meunurut Reber & Reber (2010) Konformitas dapat terjadi di kelompok usia mana pun baik dalam kelompok usia muda, dewasa, dan usia lanjut. Menurut Rakhmad (2009) konformitas yakni jika sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu di mana ada kecenderungan para anggotanya untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Ditemukan pada penelitian ini siswa AFL, MFM, MZA, dan HM merupakan siswa yang tergabung pada kelompok pertemanan yang sama dan melakukan kegitan memembolos bersama dengan kelompoknya, para subjek melakukan konformitas membolos dengan tujuan agar disenangi oleh teman kelompok Konformitas tersebut terjadi secara suka rela di mana subjek melakukan suatu tindakan karna subjek lain juga melakukannya, hal ini sesuai dengan pernyataan Cialdini dan Stein (dalam Taylor et al. 2009) bahwa konformitas adalah tendensi untuk mengubah suatu perilaku atau keyakinan seseorang agar sesuai dengan orang lain.

Bentuk konformitas selanjutnya yakni rasa takut dari penolakan kelompoknya membuat para subjek mengikuti norma kelompok yakni melakukan kegiatan membolos bersama. Akan mucul suatu norma sosial remaja, ketika sekumpulan atau sekelompok remaja membentuk standar bersama untuk cara berpakaian dan berperilaku dalam kehidupannya sehari-hari (Taylor et al. 2009), para subjek membuat norma sosial bagi kelompoknya untuk mengikuti kegitan membolos sekolah dan konsekuensi bagi anggota yang tidak mengikuti norma tersebut yakni rasa penolakan terhadap subjek dengan cara perundungan dan pemaksaan mengikuti norma kelompok seperti yang dialami HM. Melalui norma yang ada di dalam kelompok maka akan memunculkan rasa takut terhadap penolakan dan tidak disenangi oleh kelompok apabila subjek menolak membolos. Dengan adanya konsekuensi tersebut para subjek akan bertindak sesuai nilai aturan kelompok, remaja akan melakukan norma di kelompoknya walaupun itu sesuai dengan nilai pribadi ataupun tidak, Remaja cenderung melakukan konformitas dengan teman-temann sekelasnya supaya merasa nyaman dalam mengikuti kegitan di kelas sehari-hari (Levianti, 2008). Salah satu upaya individu dalam penyesuaian diri dengan lingkungan atau kelompoknya yaitu dengan

(10)

menyesuaikan berbagai macam norma, perilaku dan penampilan dalam kelompok tersebut.

Dalam hal ini subjek HM melakukan konformitas membolos untuk memenuhi norma kelompok walaupun subjek tidak menginginkan membolos. HM menerima dan memenuhi tekanan membolos oleh teman kelompoknya. Menurut Myers (2012) ada beberapa macam konformitas, yaitu 1) Pemenuhan (compliance), yaitu rangakain tindakan untuk memenuhi perintah atau petunjuk langsung, padahal secara pribadi individu yang bersangkutan tidak mneyetujuai perilaku tersebut. Konformitas ini terjadi akibat pengaruh sosial yang bersifat normatif; 2) Penerimaan (acceptance), konformitas yang menyakini dan bertindak sesuai apa yang diinginkan oleh tekanan sosial. Sikap HM dalam memenuhi tekanan norma membolos pada kelompoknya dapat dikatakan bahwa ia melakukan konformitas saat membolos HM mengikuti kegitan membolos agar terhindar dari perundungan dan penolakan oleh teman-teman kelompoknya. Melalui kegiatan membolos HM dapat dikatakan mengikuti norma dalam kelompoknya karena dengan membolos maka HM tidak mendapatkan penolakan dari kelompoknya dengan cara perundungan.

Menurut Baron dan Byrne (2005) konformitas dipengaruh beberapa faktor salah satu faktor yang mempengaruhi yakni munculnya norma sosial dalam kelompok. Adapaun norma sosial yang dimaksud adalah norma sosial deskriptif yaitu norma yang hanya mendiskripsikan apa yang sebagaian besar orang lakukan pada situasi teretentu. Norma sosial deskriptif akan memengaruhi perilaku seseorang dengan cara memberi gambaran apa yang umumnya dianggap efektif atau adaptif pada situasi tertentu. Norma lain yang dimaksud oleh Baron dan Byrne adalah norma sosial injungtif. Norma ini menggambarkan mengenai perilaku apa yang harus dilakukan oleh individu dan tingkah laku apa yang diterima atau yang tidak diterima di situasi tertentu. PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diungkapkan di atas, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah bentuk- bentuk perilaku membolos subjek adalah membolos pada mata pelajaran dan membolos sehari penuh. Faktor eksternal yang mempengaruhi subjek untuk membolos yakni keadaan keluarga yang tidak mendukung untuk fokus sekolah dan ekonomi keluarga yang tidak stabil membuat subjek harus bekerj. Dari faktor sekolah adalah tidak harmonisnya hubungan dengan guru. Selain itu, fasilitas keamanan sekolah dalam menangani dan mengawasi kegitan membolos masih cenderung longgar

dan faktor teman sebaya yang mempengaruhi dalam membolos sekolah.

Faktor internal yang mempengaruhi subjek untuk membolos yakni faktor psikologis subjek yang mempunyai rasa takut untuk dihukum dan disalahkan sehingga membuat subjek memilih untuk menghindari sekolah. Dari faktor fisiologis adalah menurunnya daya tahan tubuh akibat lelah bekerja juga menjadi faktor subjek membolos. Gambaran konformitas membolos terlihat dari rasa takut akan penolakan oleh kelompok sehingga membuat subjek mengikuti norma kelompok untuk membolos sekolah bersama-sama. Hal tersebut dilakukan subjek agar diterima dan disenangi oleh kelompoknya. Mengikuti norma kelompoknya membuat subjek terhindar dari risiko perundungan akibat menolak ajakan membolos.

Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Bagi konselor sekolah penelitian ini dapat dijadikan bahan antisispasi dalam memberikan bantuan kepada siwa khususnya dalam masalah mengurangi keinginan membolos pada siswa. Hal ini dikarenakan membolos sekolah dapat merugikan diri sendiri dan orang lain serta berpengaruh terhadap nilai akademik disekolah.

2. Bagi pihak sekolah penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi untuk membuat kegiatan di sekolah lebih menarik dan tertib. Hal ini dikarenakan sekolah sangat berperan penting. Sebab selain memberikan pengetahuan dalam pembelajaran, sekolah juga memberikan pengaruh anak dalam kegiatan di luar rumah. Memberikan kegiatan positif dalam pembelajaran juga dapat menghilangkan stres pada siswa.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan untuk melakukan penelitian lanjutan khususnya studi kasus tentang perilaku membolos pada siswa. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat menambahkan teori-teori mengenai perilaku membolos dan konformitas. Penelitian selanjutnya agar memperhatikan alokasi waktu yang diberikan dalam proses pelaksanaan studi kasus agar hasilnya lebih komperhensif.

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, S. 2016. Operasi KS 2016, Puluhan Pelajar Bolos Sekolah Terjaring di Warnet. Jakarta: khttp://www.waspada.co.id. diakses 22 Oktober 2016. Baron, R.A dan Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial, Jilid 2

Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Damayanti, Feny A. 2013. “Studi Kasus Tentang Perilaku Membolos Pada Siswa SMA Swasta di Surabaya”.

(11)

Jurnal Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya. Vol.3, no.1.

Herdiansyah, H. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.

Hurlock, Elizabeth. 2003. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Ichsani, Wachida. 2007. “Studi Tentang Faktor Penyebab dan Alternatif Penyelesaian Perilaku Membolos Pada Siswa SMA Negeri 1 Teras Boyolali”. Jurnal Pendidikan Universitas Surakarta.K.3102513-2007.

Kartono, K. 1991. Bimbingan Bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah. Jakarta: Rajawali Press.

Kartono, K. 2008. Patologi Sosial II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Levianti. 2008. “Konformitas dan Bullying Pada Siswa”. Jurnal Psikologi Publisher Universitas Esa Unggul. Vol 6, No 01.

Malik, Alfy Rizky M. 2014. Kajian Tentang Perilaku Menyimpang Dikalangan Siswa SMA. Bandung: Perpustakaan UPI.

Myers, David. G. 2012. Psikologi Sosial 1. Jakarta : PT Salemba Humanika.

Mckinney, S.2013. Truancy: A Research Brief. New York: Status Offense Reform Center (SORC) diakses http://www.statusoffensereform.org.

Minari, 2017. Identifikasi Faktor Penyebab Perilaku Membolos Pada Siswa SMK. Tesis tidak diterbitkan. Surakarta : PPs Universitas Muhamadiyah Surakarta. Prayitno dan Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan

dan Konseling. Jakarta : PT Bineka.

Raber, Athur S & Raber, Emily S. 2010. Kamus Psikolog. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Roesmaningsi dan Lamijan Hadi Susarno. 2011. Teori dan Praktek Pendidikan. Surabaya : Lemabaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Suarabaya.

Sarwono, Sarlito. 2008. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Siahaan, Hilda. 2015. “Studi Kualitatif Tentang Makna Membolos dan Cabut Kelas Pada Siswa SMA Negeri 9 Surabaya”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. Vol. 5 / No. 1 / page 1-15.

Tarmizi, Ramadhan. 2008. Antara Hukuman dan Disiplin Sekolah. Jakarta: UNNES.

Taylor, Shelly E. Et Al. 2009. Psikologi Sosial Edisi Ke-12. Jakarta: Kencana.

Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan Dan Konseling (Studi + Karir) Edisi Ke III.Yogyakarta : Andi.

Yin, R. K. 2009. Case Study Research: Design and Methods (4th Ed.). Thousand Oaks, Ca: Sage.

Gambar

Tabel 1. Daftar sumber data primer

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dan Pembahasan : Pengadaan obat yang dilakukan Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul hanya memperhitungkan total biaya persediaan obat dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi pemanis buatan berpengaruh nyata terhadap karakteristik minuman jeli ikan lele, yaitu terhadap respon viskositas, total

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan dan Bunda Maria yang telah memberikan berkat, kekuatan dan tidak pernah meninggalkan penulis selama melakukan skripsi

Sejak dari mulainya pandemi Covid-19 sampai saat ini, beberapa perusahaan Edutech terus berusaha mencari cara dan berinovasi untuk membuat kegiatan pembelajaran jarak jauh

 Pembentukan Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Satgas Saber Pungli) Kabupaten Banjarnegara sesuai dengan Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor: 700/1290

esimpulan n memperha tian ini, mak pulan sebaga Pada pene model tata k Informasi diterapkan SEMBILAN Model ters domain CO Support (D Evaluate (M COBIT mer kelola TI (IT generik

Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Koloid kelas XI IPA SMAN 7 Pekanbaru dengan menerapkan metode pembelajaran

Handling the student brawl conflict in five campus in the city of Makassar assessed always done all ofsudden, totally unstructured and tend to be discriminatory,