DAFTAR ISI
PROMOTING LIVELIHOOD SUSTAINABILITY THROUGH AGRICULTURAL RESOURCES MANAGEMENT
Panomsak Promburom
EKSOTISME BUDIDAYA GANDUM TROPIS MENDUKUNG KERGAMANAN TANAMAN DAN PANGAN
Dr. Ir. Nugraheni Widyawati, MP
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TANAMAN KORO PEDANG DI LAHAN SUB-OPTIMAL SEBAGAI PENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN
Maria Theresia Darini, Sri Endah Prasetyowati, Yacobus Sunaryo
PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PIE SUSU APEL PADA UMKM
Aurelia Tamba, Effy Yuswita, Heptari Elita Dewi
KAJIAN PELUANG USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN
MAJALENGKA DALAM MENDUKUNG INDUSTRI PAKAN TERNAK
Zumi Saidah,Rani Andriani Budi Kusumo, Erna Rachmawati
MOTIVASI KERJA UTAMA PETANI DALAM KEMITRAAN (Studi Kasus di Asosiasi Aspakusa Makmur Boyolali)
Vianeylisari dan Maria
ANALISIS PROYEK USAHA PETERNAKAN AYAM BURAS PEDAGING
Sri Haryani Sitindaon, Suroto, Alfan Sagito
FENOMENA PERMINTAAN BUAH LOKAL MASA PANDEMI COVID 19 DI DUA PASAR TRADISIONAL DI KOTA SALATIGA
Nur Baiti Cahya Ningrum W R H dan Tinjung Mary Prihtanti
STRATEGI PROMOSI PENJUALAN MADU (Studi Kasus di PO. Madu Asli Senjaya)
Tito Alfaro Primaputra, Maria, Liska Simamora
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBELIAN PRODUK ORGANIK
Monika Shania Meisy, Maria, Liska Simamora
KARAKTERISTIK DAN PERSEPSI KONSUMEN SAYURAN YANG MELAKUKAN PEMBELIAN SECARA ONLINE
Martiana Nur Nugraheni dan Tinjung Mary Prihtanti
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SAYUR ORGANIK MERBABU
Danada Adita Putri, Maria
1-26 27-62 63-74 75-91 92-104 105-114 115-126 127-134 135-142 143-154 155-164 165-178
DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP MANAJEMEN DAN STRATEGI PEMASARAN SAYUR ORGANIK
(Studi Kasus di Kelompok Tani Tranggulasi Desa Batur, Kabupaten Semarang)
Illene Naomi Nugroho dan Yuliawati
PERKEMBANGAN KOMODITAS BASIS DAN NON-BASIS SUB-SEKTOR TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN BANTUL
Dewi Masitoh, Abi Pratiwa Siregar, Meita Puspa Dewi, Moh. Ali Abdur Rohman, Ahmad Samsudin
KONSEP PERANCANGAN SKATEPARK KOTA SALATIGA
Bio Pravasadipta dan Endang Pudjihartati
PENGARUH PERIODE KRITIS BEBAS GULMA PADA TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.)
Endi Irfani dan Yohanes Hendro Agus
UJI KUALITAS JAMU DARI BEBERAPA VARIAN “S’JAMU SALATIGA”
Wisnu Tri Hanggoro, Rama Wisnu Putra, Agung Rimayanto Gintu
POTENSI KADAR MINERAL “MUD VOLCANO” BANYU ASIN SANGIRAN SEBAGAI SUMBER MINERAL UNTUK PERTANIAN LAHAN KERING
Agung Rimayanto Gintu, Rejo Wagiman, Marchelia Welma Salenussa dan Dwi Pramana
PENGARUH KONSENTRASI ENZIM PEKTINASE DARI LIMBAH KULIT PISANG OLEH KAPANG Aspergillus niger TERHADAP KLARIFIKASI MINUMAN FUNGSIONAL JAHE LEMON
Dyan Yulianti dan Maria Marina Herawati
KEANEKARAGAMAN HAYATI SEMUT (Hymenoptera: Formicidae) DI HUTAN KOTA BENDOSARI, KOTA MADYA SALATIGA
Titus Septianjaya dan Yohanes Hendro Agus
TAHAPAN PENYUSUNAN ROADMAP DIVERSIFIKASI PERKEBUNAN RAKYAT DENGAN TANAMAN OBAT
Akhmad Jufri, Djatmiko Pinardi, Armelia Tanjung
KAJIAN PERKEMBANGAN MORFOLOGI BUNGA DAN BENIH SEBAGAI INDIKATOR KEMASAKAN BENIH Artemisia annua L
Putri Rizky Lestari dan Endang Pudjihartati
TANTANGAN TEKNIS UPAYA INTRODUKSI BUDIDAYA GANDUM TROPIS PADA MASYARAKAT PETANI
Djoko Murdono, Tinjung Mary Prihtanti, Sarlina Palimbong
TEKNOLOGI PENGOLAHAN VCO DENGAN DRY PROCESS
SKALA PEDESAAN DAN PENGARUH MUTUNYA SELAMA
PENYIMPANAN
Adhitya Yudha Pradhana dan Ismail Maskromo
179-192 193-198 199-210 211-218 219-228 229-240 241-250 251-260 261-270 271-278 279-286 287-293
PROSIDING WEBINAR
KONSER KARYA ILMIAH TINGKAT NASIONAL TAHUN 2020 “Pengembangan Komoditas Unggulan
Mewujudkan Wilayah Perdesaan yang Berkelanjutan” Kamis, 24 September 2020 | Fakultas Pertanian & Bisnis UKSW
ISSN 2460 - 5506
KAJIAN PERKEMBANGAN MORFOLOGI BUNGA DAN BENIH SEBAGAI INDIKATOR KEMASAKAN BENIH Artemisia annua L
MORPHOLOGICAL STUDY OF FLOWER AND SEED DEVELOPMENT AS Artemisia annua L. SEED MATURITY INDICATOR
Putri Rizky Lestari1), Endang Pudjihartati2)
1Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Email : prizkyputri@gmail.com
2Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Email : endang.hartati@uksw.edu
ABSTRACT
Artemisia annua L. productivity in Indonesia still developed and the demands of this plant has increased because artemisinin extract which contained, used as antimalaria. Along with the seeds demand on cultivation proccess to support the pharmaceutical industry needs, knowledge of seed production is needed so that seed harvesting is carried out at the right time. The aim of this research was to observe the morphological changes of the seed (ovul/ovary and stylus) from the beginning of flowering phase (flower bud) until reaching the seed’s maturity phase. A minuscule-sized seed makes it difficult to determine the maturity if the seeds. Morphological individual flower observation from the beginning of the flowering phase until the seed is mature can used to forecasting the time to harvest. Artemisia annua L. which observed planted in Kebun Percobaan (Experimental Garden) Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salaran, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. This garden located in highland with ± 1050 meters above sea level altitude and average of temperature 200C. The
result showed various levels of development of Artemisia annua L. seeds based on the morphological changes of the flowers from time to time, which observed since the flower buds formed (size ± 1 mm). Flower morphology when entering the senesence period is the most clearly phase that indicates seed maturity because the seed coat has turned to gray-brown, cotyledons are solidified (do not appear watery) and dry.
272
ABSTRAK
Produksi Artemisia annua L. di Indonesia masih terus dikembangkan dan kebutuhannya terus meningkat karena ekstrak artemisinin yang terkandung digunakan sebagai antimalaria. Seiring kebutuhan benih dalam budidaya untuk menyokong industri farmasi, perlu pengetahuan produksi benih agar pemanenan benih dilakukan pada waktu yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perubahan bentuk morfologis bakal biji/benih Artemisia annua L. (ovarium/ovul beserta tangkai putik) dari awal fase pembungaan (kuncup bunga) hingga fase benih masak. Ukuran benih yang sangat kecil menyulitkan penentuan kemasakan benih. Pengamatan morfologis individu bunga sejak fase awal pembungaan hingga benih masak dapat digunakan untuk memperkirakan saat panen benih. Tanaman Artemisia annua L. yang diteliti ditanam di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana Salaran, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Kebun terletak di dataran tinggi (± 1050 mdpl), dengan kisaran suhu 20 . Hasil penelitian menunjukkan berbagai tingkat perkembangan benih Artemisia annua L. berdasar perubahan morfologis bunga dari waktu ke waktu, yang diamati sejak kuncup bunga terbentuk (ukuran ± 1 mm). Morfologi bunga pada saat memasuki masa senesens adalah fase yang paling jelas mengindikasikan kemasakan benih karena kulit benih sudah berubah berwarna abu-kecokelatan, kotiledon sudah memadat (tidak nampak berair), dan kering.
Katakunci: Artemisia annua L., perubahan morfologi, bunga, kemasakan benih. PENDAHULUAN
Artemisia annua L. mampu menjadi alternatif karena kandungan artemisinin yang dinilai efektif mengobati malaria dengan merusak jaringan protein membran yang dimiliki oleh plasmodium (Bridgford dkk., 2018). Pemanfaatan Artemisia annua L. (A. annua) dengan mengekstraksi artemisinin yang cenderung banyak terkandung di bagian daun, sehingga dilakukan pemanenan pada seluruh bagian tanaman. Teknologi yang sedang dalam tahap penelitian untuk mem-perbanyak tanaman Artemisia salah satunya menggunakan kultur jaringan (Herawati, Purwantoro, Sulistyaningsih, & Pramono, 2014), sehingga perbanyakan massal melalui penanaman konvensional masih diminati. Oleh karena itu, produksi massal bergantung pada ketersediaan benih berkualitas. Pemanenan benih menjadi faktor penting dimana akan sangat menentukan mutu benih untuk budidaya. Kemasakan benih merupakan tolok ukur yang digunakan sebagai penentu waktu pemanenan yang tepat dimana benih memiliki tingkat vigor yang prima sehingga memiliki keunggulan masa simpan lebih optimal, serta tingkat kecambah normal yang tinggi bila ditumbuhkan dalam
kondisi yang optimal pula (Sari, 2016). Pemasakan benih sendiri berlangsung dari masa fertilisasi hingga masak fisiologis. Indikator fisik dari kemasakan benih adalah bahan kering yang terakumulasi dalam benih, sedangkan dari non-fisik benih adalah daya viabilitas benih (Pramono, 2009). Pada tanaman A. annua, kendala utama fisik adalah ukuran benih yang sangat kecil, menyulitkan pemanenan secara teliti sehingga dibutuhkan tolok ukur fisik atau morfologis bunga dan tanaman secara kese-luruhan untuk menjadi penanda fase kemasakan benih. Ukuran benih A. annua memiliki panjang 0,5-1 mm dan diameter 0,2-0,4 mm. Pemanenan benih yang kurang tepat atau tidak pada fase masak fisiologis menjadikan tingkat pertumbuhan menjadi rendah, viabilitas dan vigornya akan menurun (Suharsi dkk, 2015). Pengamatan morfologis individu bunga sejak fase awal pem-bungaan hingga benih masak dapat digunakan untuk memperkirakan saat panen benih. Salah satu metode yang digunakan dalam perkiraan waktu pemanenan bunga adalah dengan observasi morfologis dari bunga itu sendiri hingga mencapai tahap tertentu. Perkembangan metode untuk menunjang produksi benih
dengan viabilitas dan vigor yang tinggi sangat penting untuk penyediaan sumber bahan tanam yang reliabel (Wetzstein dkk, 2014). Dalam menentukan kemasakan benih, salah satu perkembangan bunga yaitu perubahan warna fisik akan berimplikasi pada tingkat kematangan dan produksi benih (Santosa dkk, 2016). Sejauh ini penelitian mengenai morfologi pembungaan tanaman A. annua. masih belum banyak dilakukan, sehingga tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui perkembangan benih secara morfologis bunga dari waktu ke waktu dari awal fase kuncup bunga hingga senesens.
METODE PENELITIAN Waktu penelitian
Penelitian berlangsung pada bulan September 2019 sampai dengan Mei 2020. Penelitian ini dilakukan di Green House dan Shade House Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana (FPB UKSW) Salaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Laboratorium Fisiologi Tanaman dan Laboratorium Benih FPB UKSW. Untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini peralatan yang digunakan antara lain adalah gunting, kamera ponsel dengan kekuatan 10 megapixel dengan zoom level 0, petridish, kaca pembesar, pinset, mikroskop stereo dengan kekuatan perbesaran 25X dan 37,4X, serta penggaris. Bahan yang digunakan antara lain kertas label, plastik klip, air, pita, aquades dan tanaman Artemisia annua L.
Metode
Pengamatan morfologi dan tahapan pembungaan
dilakukan terhadap perubahan morfologi bunga dan benih di setiap fasenya, pendokumentasian bunga dan benih di setiap tahap perkembangan. Pengamatan dimulai dari munculnya kuncup bunga berwarna hijau (Green bud stage) hingga fase setelah terjadinya penyerbukan. Selain pengamatan deskriptif, lama perkem-bangan bunga dari inisiasi kuncup hingga mekar, terjadinya penyerbukan dan bunga mengalami perubahan morfologi.
Pengamatan dilakukan terhadap 30 malai contoh dari 3 pohon. Pengamatan perkembang-an dilakukperkembang-an setiap hari. Kuntum bunga diamati secara keseluruhan dari masing-masing malai contoh. Sampel bunga diambil dari malai untuk kemudian diamati perkembangan benihnya berdasarkan fase perkembangan bunga menggunakan mikroskop stereo perbesaran 25X dan 37,5X.
HASIL DAN PEMBAHASAN Morfologi Bunga
Kuntum bunga Artemisia annua L. yang ditanam di kebun percobaan Salaran, Kabupaten Semarang berukuran kecil dengan kisaran diameter 1-2 mm. Seperti pada bunga dari famili Asteraceae pada umumnya, bunga A. annua berupa bunga bongkol (capitulum/ kapitula). Memiliki dua tipe floret yaitu bagian luar, berupa bunga pinggir (flos marginalis/ marginal ray floret) yang secara fisik berupa ligula yang mejulur dan terbagi dua, bersifat mandul. Kemudian terdapat bunga tabung (flos disci/central disc floret), berpenampang seperti piringan yang bertipe hemafrodit dan menghasilkan benih (Gambar 1). Perhiasan bunga berwarna kuning dan apabila sudah mekar sempurna, bunga akan merunduk ke
274
memiliki tipe bunga majemuk tak terbatas (inflorescentia racemosa) (Gambar 2).
Gambar 1. (kiri) bagian dari kapitulum ditunjukkan abjad (A). daun pembalut/involucral bract (khas Asteraceae);
(B) bunga pita/flos marginalis/ray floret, bersifat mandul; (C) bunga tabung/flos discii/disc flower; bersifat hermaphrodit; (D) bintil kecil menempel tersebar di bunga tabung, glandular trikoma. (Kanan) penampa ng bunga secara teoritis
Gambar 2 Malai kapitula bunga A. annua dan struktur
Stadia Perkembangan Bunga
Proses munculnya tunas reproduktif ditandai dengan munculnya kuncup hijau pada bagian ujung tanaman, dimana muncul pada usia tanaman A. annua berkisar antara 3-4 bulan setelah tanam. Diawali dengan munculnya kuncup hijau yang sangat kecil (green bud
stage) atau tahap I yang berukuran sekitar 0,5-1 mm (Gambar 3A). Kuncup hijau ini tumbuh pada bagian ujung tunas generatif, kemudian kuncup hijau tersebut mulai mekar menuju fase kedua yaitu mulai terbukanya daun pembalut (involucral bracts) pada 2-3 hari setelahnya. Terbukanya daun pembalut menampakkan
Gambar 3 A. Kuntum hijau (green bud stage); B. Tahap pembukaan kapitulum (yellow capitulum stage); C. Tahap
Mekarnya bunga pita (ray floret opening); D. Tahap mekarnya bunga tabung (disc floret opening); E. Bunga pascapolinasi; F. Tahap akhir (maturasi) bunga berdesikasi. Garis skala A-F: 0.72 µM
bunga pita dan bunga tabung yang masih kuncup dan terlihat berwarna kuning. Tahap kedua ini dapat disebut dengan yellow capitulum stage (Gambar 3B) karena memperlihatkan sedikit bagian bunga yang berwarna kuning.
Kapitula yang terbuka menampakan bunga pita dan bunga tabung di dalamnya. Pasa fase ini, bunga pita mulai mekar, menunjukan dua lengan stigmatik dari pembukaan apikal mahkota bunga. Bagian ini disebut juga dengan ray floret. Oleh karena itu, fase ketiga ini disebut juga opening ray florets stage (Gambar 3C). Pada fase ini lengan stigmatik pada bunga pita akan mekar sempurna namun bunga tabung belum terbuka. Posisi dari bunga pita ini berada di sisi luar, mengelilingi piringan cawan bunga. Ukuran diamater bunga juga lebih besar dimana bunga lebih berkembang, yaitu berkisar antara 1-2 mm. Jumlah dari bunga pita A. annua ini bervariasi tiap kuntumnya, yaitu antara 8 hingga 12 buah. Mekarnya bunga pita dan ekstensi dari lengan stigmatik pada bunga pita ini mendahului proses mekarnya bunga tabung yang hemafrodit. Lebih jauh mengenai kedua jenis bunga dari satu kuntum A. annua ini, adalah putik (stigma) yang memiliki susunan yang berbeda antara putik pada bunga pita dan bunga tabung, dimana putik bunga pita memiliki bentuk filiform (seperti benang) dan sangat kontras dengan bentuk putik bunga tabung yang menggembung (Wetzstein dkk., 2014). Tahap keempat dalam proses perubahan morfologi bunga A. annua adalah mulai mekarnya bunga tabung (disc floret) pada kuntumnya. Stadia ini dapat disebut dengan Disc Floret Opening stage (Gambar 3D).
berjumlah pada kisaran 10-15 bunga. Bunga tabung mekar dengan posisi mahkota bunga (corolla) membuka menampakkan bagian dalam berupa tabung kepala sari yang berbentuk seperti mahkota. Di bagian dalamnya terdapat tabung putik yang dikelilingi dengan tangkai kepala putik (stylus). Ketika kuntum bunga sudah mencapai fase ini, maka bunga akan siap untuk diserbuki. Penyerbukan terjadi sekitar 3-4 hari dari hari bunga tabung mekar sempurna. Secara keseluruhan, bunga pita dan bunga tabung dari A. annua akan mengalami perubahan morfologi. Perubahan morfologi yang sangat signifikan dari bunga yang sudah diserbuki adalah warna benang sari dan putik (Rustam & Pramono, 2018). Ligula bunga pita akan layu dan mulai mengering. Bunga tabung akan mengalami hal yang sama dimana bagian tangkai sari dan putik akan layu dan mulai mengering. Pada fase ini, mahkota bunga masih berwarna kuning dan daun pembalut masih membungkus dengan semburat hijau (Gambar 3E). Fase maturasi dari bunga ini diakhiri dengan mengeringnya kapitulum dan diikuti dengan tangkai tempat tumbuh dari bunga A. annua sendiri. Proses desikasi (Gambar 3F) ini mulai terlihat sejak 4-7 hari setelah proses perubahan morfologi akibat penyerbukan.
Stadia Perkembangan Benih
Perkembangan benih dari bunga A. annua memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda dari masing-masing fase bunga (Gambar 4). Dari masing-masing kuntum, baik bunga pita dan bunga tabung memiliki kepala putik, tangkai putik,dan bakal buah (ovarium). Namun, hanya organ bunga pita yang memiliki organ kelamin lengkap. Setelah bagian reproduksi dari bunga
276
yang dominan terjadi pada tanaman A. annua adalah anemophily atau penyerbukan oleh angin (Wetzstein dkk., 2014). Ciri bunga yang menggunakan bantuan angin untuk proses penyerbukannya adalah serbuk sari banyak dan ringan sehingga mudah terbang dan kepala putiknya berbulu (Rustam & Pramono, 2018; Tjitrosoepomo, 2005).
Pada fase green bud, ovarium (bakal buah) dari masing-masing bunga sudah terbentuk. Ovarium ini berbentuk oval seperti telur dengan warna hijau muda bening dan tampak berair. Dalam fase ini, ovulum (bakal biji) belum terlihat (Gambar 5A). Berlanjut hingga fase yellow capitulum opening ovarium masih belum
mengalami perubahan morfologi yang signifikan (Gambar 5B). Memasuki fase mekarnya bunga pita atau fase ketiga (ray floret opening) atau 5-7 hari setelah terlihatnya kuncup hijau pertama, ovulum mulai terlihat dan berbatasan langsung dengan ovarium (Gambar 5C). Selaput ini diduga merupakan kulit bakal biji (integumentum).
Proses dari perkembangan benih berlanjut pada fase selanjutnya yaitu pada fase mekarnya bunga tabung secara penuh atau disc floret opening atau 8-11 hari setelah kuncup hijau pertama terlihat. Pada fase ini batas antara ovarium dan ovulum terlihat jelas dengan ketebalan yang hampir sama. Batasan antara
Gambar 5. Tahapan perubahan morfologi benih A. annua berdasarkan perubahan morfologi bunga: A. Kuntum
hijau (green bud stage); B. Tahap pembukaan kapitulum (yellow capitulum stage); C. Tahap Mekarnya bunga pita (ray floret opening); D. Tahap mekarnya bunga tabung (disc floret opening); E. Bunga pascapolinasi; F. Tahap akhir (maturasi) benih berdesikasi, telah mencapai masak fisiologis. Garis skala: A-E: 0.11µM; F: 0.72 µM
tangkai putik dan bagian bakal buah semakin terlihat dengan berubahnya warna tangkai putik menjadi kehijauan sedangkan bagian ovarium-ovulum masih berwarna hijau terang (Gambar 5D). Penyerbukan yang terjadi pada A. annua pada usia bunga menginjak usia 10-14 hari ditandai dengan perubahan warna bagian-bagian organ yang berkaitan dengan reproduksi bunga.
Proses penyerbukan dapat berlangsung dengan kisaran waktu antara 2 hingga 4 hari hingga menampakkan perubahan morfologisnya. Pada bagian atas, kepala sari dan putik mengalami kelayuan dan berubah warna dari kuning cerah menjadi kecokelatan. Lantas pada bagian tengah partisi organ, yaitu tangkai putik menjadi lebih hijau dan menampakkan batasan yang jelas antara tangkai putik dan ovarium, atau disebut dengan tembuni (placenta). Pada fase ini, ovulum mulai membesar dan bagian ovarium menipis (Gambar 5E). Hal ini dapat diindikasi-kan dengan proses pemasadiindikasi-kan benih, karena benih yang menuju fase masak fisiologis mem-butuhkan banyak suplai makanan untuk perkembangan embrio dalam mempersiapkan titik-titik tumbuh. Sedangkan pada saat benih mencapai fase masak fisiologis, membutuhkan cadangan makanan yang cukup untuk berke-cambah dengan maksimal (Sutopo, 2010). Setelah proses penyerbukan berlangsung dan terjadi perkembangan pada ovarium, bunga A. annua akan mengalamai desikasi atau penurun-an kadar air dimpenurun-ana hal ini berimplikasi pada kenampakan morfologis bunga dan benih. Kuntum A. annua menjadi lebih kering, ber-warna kecokelatan dengan daun pembalut yang juga berwarna kecokelatan. Ovarium yang
ovulum menipis bertransformasi menjadi selubung berongga di permukaan benih A. annua. Benih ini akan sangat mudah terlepas dari tembuni (placenta). Hal ini terjadi karena benih telah mencapai puncak masa kemasakan fisiologisnya, dimana benih ortodoks dapat kehilangan hingga 90% kadar airnya dan mengeringkan tanaman induk karena tanaman menghentikan pasokan cadangan makanan berupa karbohidrat, lemak dan protein. Pem-bentukan pola embrio, akumulasi cadangan makanan, toleransi benih terhadap desikasi dan dormansi benih adalah proses utama dari per-kembangan benih yang penting dalam penentuan kualitas benih (Devic & Roscoe, 2016). Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa tanaman Artemisia annua L. berbunga dan memproduksi benih hanya satu kali dalam satu siklus hidupnya karena proses desikasi yang terjadi pada tanaman induk seusai benih men-capai fase masak fisiologis. Siklus hidup A. annua adalah sepanjang satu tahun dan ber-bunga hanya satu kali. Proses pember-bungaan dari satu malai bunga pada satu dahan berlangsung sekitar 17-21 hari setelah munculnya kuncup hijau hingga bunga berdesikasi.
KESIMPULAN
Perkembangan morfologi bunga dan benih dari Artemisia annua L. dapat diklasifikasikan menjadi 5 tahap penting yaitu tahap pertama dimana terlihatnya kuncup hijau (green bud stage) dimana bakal biji terlihat. Tahap terbukanya daun pembalut (yellow capitulum stage) dimana kondisi benih masih sama. Tahap mekarnya bunga pita (ray floret opening stage) dimana batasan integumentum antara
278
semakin membesar. Tahap terakhir adalah pemasakan fisiologis dimana bunga dan benih berdesikasi beserta tanaman induknya, dimana ciri morfologisnya ditandai dengan berubahnya warna bunga menjadi kecokelatan dan mengering, benih cokelat keabuan dan padat. DAFTAR PUSTAKA
Bridgford, J. L., Xie, S. C., Cobbold, S. A., Pasaje, C. F. A., Herrman, S., Yang, T., … Dogovski, C. 2018. proteins and inhibiting the proteasome. Nature Communications, (2018), 1–9. https:// doi.org/10.1038/s41467-018-06221-1 Devic, M., & Roscoe, T. 2016. Seed
maturation: Simplification of control networks in plants. Plant Science, 252, 335–346. https://doi.org/10.1016/ j.plantsci.2016.08.012
Herawati, M., Purwantoro, A., Sulistyaningsih, E., & Pramono, S. 2014. Callus Induction and Proliferation of Artemisia Cina Berg Ex Poljakov. Agric, 26(1), 45-51.
Pramono, E. 2009. Daya Simpan Dugaan 90% (DSD-90) Dari Intensitas Pengusangan Cepat Kimiawi Dengan Uap Etanol (IPCKU) Pada Benih Kacang Tanah (Arahis hypogaea L.), 12–18.
Rustam, E., & Pramono, A. A. 2018. Morfologi dan perkembangan bunga-buah tembesu (Fragraea fragrans) Morfology and development of flowering-fruiting of tembesu (Fragraea fragrans). In Prosiding Seminar Nasional Masya-rakat Biodiversitas Indonesia (Vol. 4, pp. 13–19). https://doi.org/10.13057/ psnmbi/m040102
Santosa, E., Lontoh, A. P., Kurniawati, A., Sari, M., & Sugiyama, N. 2016. Flower Development and Its Implication for Seed Production on Amorphophallus muelleri Blume ( Araceae ), 7(2), 65-74. Sari, I. Y. 2016. Pengaruh Tingkat Kemasakan Pada Produksi, Mutu Fisik Dan Mutu Fisiologis Benih Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench.) Varietas Numbu Dan Samurai-2. University of Lampung. Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. Jakarta:
Rajawali Pers.
Tjitrosoepo mo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wetzstein, H. Y., Porter, J. A., Janick, J., & Ferreira, J. F. S. 2014. Flower morphology and floral sequence in Artemisia annua (Asteraceae). American Journal of Botany, 101(5), 875–885. https://doi.org/10.3732/ajb.1300329