SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh,
Bagus Sukma Julianto NIM. 41810062
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
Full Name Bagus Sukma Julianto
Nick Bagus
Sex Male
Marital Status Single
Height / Weight 168 cm / 51 kg
Place, Date of Birth Bandung,07th Juli1992
Citizen Indonesian
Address Jalan Raya Cibereum, Gg. H.Arsad rt01/24 no.229
Post Code 40535
Mobile Phone +62 813 203 229 30 Email Bagusukmaj@gmail.com
Characteristics Friendly, Hard worker, Cheerful, Creative,Flexible
FORMAL EDUCATION
2010 – Now University Of Computer Bandung 2007 – 2010 Senior High School at SMA YWKA Bandung 2004 – 2007 Junior High School at SMPN 7 Cimahi 1998 – 2004 Elementary School at SDN 5 Cibereum
SKILLS
Language Indonesia, Sundanesse, English Passive I have good enough
ORGANIZATION EXPERIENCE
2012 – 2013 Member of Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMA) UNIKOM
2007 - 2009 Member of OSIS SMA YWKA Bandung 2005 - 2007 Member of OSIS SMPN 7 Cimahi
2005 - 2006 Palang Merah Remaja (PMR) SMPN 7 Cimahi
EXPERIENCE WORKING PRACTICE
Spesification Periode
Ketua Pelaksana Sembako Ramadhan YWKA
Bandung 2008
BAV Pets
Pramuniaga Alizze Ibrahim Boutique 2011 Penulis Artikel PT. Azkia Putri
Panitia Acara Event Management at Unikom Panitia Acara Master Of Ceremony at Unikom
2012
(Persero) divisi Humas Bandung Panitia Acara Communiartion 2013
Panitia AcaraTour Mata Kuliah Media Humas Unikom 2013
Online Shop
2013
Surveyor Pemilu Partai dan Presiden (INSTRAT)
Tour Leader Jaya Utama Tour and Travel
2014
SEMINAR
No Tahun Uraian Keterangan
1. 2014 Cara Cepat Membuat Website Online Dalam 30 Menit
Certified
2. 2013 Peserta Seminar “Opportunities and Challenges in Broadcasting and Mass Media”
Certified
3. 2012 Peserta Study Tour Mass Media Certified
4. 2012 Peserta Seminar “Master of Ceremony”
Certified
5. 2012 Peserta Seminar “Public Speaking” Certified 6. 2012 Peserta Seminar “Sinematografi of
Communication”
Certified
7. 2011 Peserta Mentoring Agama Islam Certified
8. 2010 Peserta Table Manner Certified
ix
LEMBAR PERNYATAAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakangMasalah 1
1.2. RumusaMasalah 10
1.2.1. Rumusan Masalah Makro 10
1.2.2. Rumusan Masalah Mikro 10
1.3. MaksuddanTujuanPenelitian 10
1.3.1. MaksudPenelitian 11
1.3.2. TujuanPenelitian 11
1.4 KegunaanPenelitian 11
1.4.1KegunaanTeoritis 11
x 2.1.2 TinjauanTentangIlmuKomunikasi17
2.1.2.1PengertianKomunikasi18 2.1.2.2ProsesKomunikasi19 2.1.2.3FungsiKomunikasi20
2.1.2.4Unsur-unsurKomunikasi 22
2.1.2.5Bentuk-bentukkomunikasi 23
2.1.4.1Faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku 32
2.1.4.2Faktor Situasional yang Mempengaruhi Perilaku 32
2.1.5 TinjauanTentang Komunikasi Verbal 34
2.1.5.1Pengertian Komunikasi Verbal 34
2.1.5.2Hakikat Bahasa 34
2.1.5.3Fungsi Bahasa 35
2.1.6 TinjauanTentang Komunikasi Non Verbal 36
2.1.6.1Pengertian Komunikasi Non Verbal 36
2.1.6.2Fungsi Komunikasi Non Verbal 37
2.1.6.3Ciri-ciri Komunikasi Non Verbal 38
2.1.6.4Jenis Komunikasi Non Verbal 39
2.1.7 TinjauanTentangMotif 40
2.1.7.1Pengertian Motif 40
2.1.8 TinjauanTentangFenomenologi 41
2.1.8.1Awal Mula Fenomenologi 41
xi
2.2.2 Kerangka Konseptual 46
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 OBJEK PENELITIAN
3.1.1 Awal Mula Biseksual 51
3.1.2 Biseksual di Dunia 53
3.1.3 Biseksual di Indonesia 57
3.2 METODE PENELITIAN
3.2.1 Desain Penelitian 59
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data 64
3.2.2.1Studi Lapangan 65
3.2.2.2Studi Pustaka 69
3.2.3 Subjek dan Informan Penelitian 70
3.2.3.1Subjek Penelitian 70
3.2.3.2Informan Penelitian 70
3.2.3.3Informan Pendukung Penelitian 71
3.2.4 Teknik Analisa Data 72
3.2.5 Uji Keabsahan Data 74
3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 77
3.2.6.1Lokasi Penelitian 77
3.2.6.2Waktu Penelitian 77
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI INFORMANPENELITIAN
xii
4.2.1.1Tindakan Awal Perkenalan 94
4.2.1.2Tindakan Menengah Kedekatan Interpersonal 99
4.2.1.3Tindakan AkhirHubungan Seksual 104
4.2.2 KomunikasiNon Verbal KaumBiseksual Kota Bandung106
4.2.2.1Pengaturan Waktu Yang Digunakan Kaum Biseksual 106
4.2.2.2Penampilan Yang Digunakan Kaum Biseksual 108
4.2.2.3Gerakan dan Ruang Yang Dilakukan Kaum Biseksual 110 4.2.3 Motif yang MelatariPerilakuKomunikasiBiseksual111
4.3 PEMBAHASAN
4.3.1 Komunikasi Verbal KaumBiseksual Kota Bandung117 4.3.2 KomunikasiNon Verbal KaumBiseksual Kota Bandung122 4.3.3 Motif yang MelatariPerilakuKomunikasiBiseksual125 4.3.4 PerilakuKomunikasi KaumBiseksual128
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan130 5.2Saran132
DAFTAR PUSTAKA 135
DAFTAR LAMPIRAN 138
xiii
Tabel2.2Pengkategorian Tindakan Komunikasi Biseksual 48
Tabel 3.1Informan Utama Penelitian 71
Tabel 3.2Informan Pendukung Penelitian 72
Tabel 3.3Waktu Kegiatan Penelitian 78
Tabel4.1Profil Singkat Informan Utama dan Pendukung 83
Tabel4.2Tabel Tahapan Observasi 90
Tabel4.3Tabel Waktu dan Tempat Wawancara 92
xiv
Gambar 3.1Ilustrasi Lambang Biseksual 51
Gambar 3.2Proses Pengumpulan data pada penelitian fenomenologi 64
Gambar 3.2Komponen-Komponen Analisis Data : Model Kualitatif 73
Gambar4.1Model Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Melalui Simbol Non Verbal 124
xv
Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan 139
Lampiran 3 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk
Mengikuti Seminar Usulan Penelitian 140
Lampiran 4 Pengajuan Pendaftaran Seminar Usulan Penelitian 141
Lampiran 5 Lembar Revisi Usulan Penelitian 142
Lampiran 6 Pedoman Observasi Informan Penelitian 143
Lampiran 7 Pedoman Wawancara Informan Penelitian 145
Lampiran 8 Pedoman Wawancara Informan Pendukung Penelitian 147
Lampiran 9 Identitas Informan Penelitian 148
Lampiran 10 Transkrip Wawancara 1 154
Lampiran 11 Transkrip Wawancara 2 158
Lampiran 12 Transkrip Wawancara 3 162
Lampiran 13 Transkrip Wawancara 4 165
Lampiran 14 Transkrip Wawancara 5 168
Lampiran 15 Transkrip Wawancara 6 172
Lampiran 16 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk
Mengikuti Sidang Sarjana 174
a. Buku
Budyatna, Muhammad, Leila Mona Ganiem. 2011; Teori Komunikasi Antar
Pribadi. Jakarta; Kencana
Bajari, Atwar. 2012; Anak Jalanan, Dinamika Komunikasi dan Perilaku Anak
Menyimpang. Bandung; Humaniora
Cangara, Hafied. 2005; Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Press
Effendy, Onong Uchjana. 2001 ; Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung ;PT.
Remaja Rosdakarya
Hikmat, Mahi M 2010; Komunikasi Politik Teori dan Praktik dalam Pikada
Langsung. Bandung; Simbiosa Rekatama Media
Kuswarno, Engkus. 2013 ; Fenomenologi. Bandung; Widya Pajajaran
Littlejohn, Karen A.Foss. 2009; Teori Komunikasi Theories of Human
Communication. Jakarta; Salemba Humanika
Mulyana, Deddy. 2010; Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar; Bandung; PT. Remaja
Rosdakarya
______________ 2005; Komunikasi Efektif; Bandung; PT. Remaja Rosdakarya
______________ 2008; Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
_______________ 2010; Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Moleong, Lexy J. 2007; Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Rahmat, Jalaludin. 2008; Psikologi Komunikasi : Bandung; PT Remaja Rosdakarya
Sobur, Alex. 2013 Filsafat KomunikasiTradisi dan Metode Fenomenologi. Bandung;
: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung :
Alfabeta
Suriasumantri, Jujun S. 2010; Filsafat Ilmu. Jakarta; Pustaka Sinar Harapan
b. Karya Ilmiah
Mutiara, Ria D. 2013; Perilaku Komunikasi sales Promotion Girl Provider XL
Axiata (Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Sales Promotion Girl
Provider XL Axiata Dalam Memberikan Pelayanan Terhadap Konsumen di
Dukomsel Kota Bandung).
Puspita, Diana. 2012; PENGELOLAAN KESAN KAUM BISEKSUAL (Studi
Dramaturgi Pengelolaan Kesan Kaum Biseksual di Kota Bandung ).
Yustining, Ayu. 2010; Gaya Hidup Kaum Bisesual
c. Penelusuran Online
http://kamuskesehatan.com/arti/biseksual/
pada hari jumat 22/02/2014 pukul 21:05 WIB
kompashealth :
http://health.kompas.com/read/2013/04/15/09122975/Biseksual.Dapatkah.Men jadi.Heteroseksual
pada hari sabtu 22/02/2014 pukul 20:02
pada hari sabtu 22/02/2014 pukul 20:42WIB
Merlin_hypocrite/IdentitasgayBiseksual/
http://www.scribd.com/doc/41403055/an-Identitas-Gay-LesbianDan-Biseksual/
Pada Minggu, 9 Maret 2014/20.14 WIB
Voice of Islam : Bangkitnya Gerakan Gay, Lesbian, Biseksual, dan Transgender Dunia
http://www.voa-islam.com/read/opini/2012/05/11/19064/bangkitnya-gerakan-gay-lesbian-biseksual-dan-transgender-dunia/
v
KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera,
Puji Syukur peneliti haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa Maha Pemurah
dan Penyayang, karena berkat Rahmat-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual (Studi
Fenomenologi Mengenai Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual dalam
Menjalani Kehidupannya di Kota Bandung)” ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Karena selama penulisan banyak sekali kendala yang tak terduga serta
hambatan yang peneliti hadapi. Adapun penulisan skripsi ini ditujukan untuk
memenuhi tugas akhir yang merupakan syarat sidang sarjana pada program studi
ilmu komunikasi konsentrasi Humas. Dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran membangun untuk hasil yang lebih baik di masa
datang.
Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Ayahanda Karsum (alm) dan Ibunda tercinta Siti Sabiyah, yang telah
memberikan kasih sayang, semangat, dorongan serta dukungan sepenuhnya
kepada penulis baik moril maupun non moril. Sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan, dan peneliti persembahkan untuk kedua orang tua yang tidak
vi
Dalam melaksanakan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa penyusunan
skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa dorongan dan bimbingan dari berbagai
pihak.
Melalui kesempatan ini juga, dengan segenap kerendahan hati, peneliti ingin
menyampaikan rasa hormat, terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof.Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A., selaku Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia
Bandung yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di
lapangan.
2. Bapak Drs. Manap Solihat, M.si. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi sekaligus sebagai Dosen Wali IK-2 2010 dan Pembimbing
skripsi, yang telah membimbing, memotivasi dan mempermudah
seluruh proses pembuatan skripsi ini.
3. Ibu Melly Maulin P, S.Sos, M.Si, selaku Sekretaris Prodi Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia yang telah
memberikan arahan sebelum dan sesudah peneliti melaksanakan skripsi
ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi,
Khususnya Konsentrasi Ilmu Humas, yang telah membantu peneliti
vii
5. Ibu Retno W., A.Md selaku Sekertaris Dekan FISIP dan Ibu Astri
Ikawati A.Md selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi
yang telah membantu peneliti dalam pengurusan surat-surat dan
administartif lainnya.
6. Untuk kakak tercinta Achmad Setia Budi Wibowo, terima kasih selalu mendukung dan memberikan kasih sayang kepada peneliti.
7. Untuk Sahabat-sahabatku tercinta Niluh Ayu, Dita Ayu, Aghnia, Irfan
Fahrizal, Azzahra dan Lenirisya yang telah memberikan kasih
sayang dukungan dan semangat kepada peneliti.
8. Untuk Sahabat seperjuanganku Nadia Fahlufina, Ananda Safitri,
Dewi Sartika, Yudha Adi Purnama, M.Gusti Pangestu, Erwin
Wijaya, Abdee Pradana Ugan, Andhika Anugrah, Ajeng Dwita
terimakasih atas dukungan dan motivasinya kepada peneliti sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Rekan kelas IK 2 2010 dan IK HUMAS 2 2010 terimakasih atas
motivasi dan segala bantuannya.
10. Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan
skripsi yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Tiada kata yang bisa terungkap, peneliti hanya bisa mendoakan semoga
segala bantuan, bimbingan, dorongan dan seluruh kebaikan semua pihak yang
telah diberikan kepada peneliti, mendapat balasan pahala dari Tuhan Yang Maha
viii
Kritik dan Saran sangat peneliti harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata semoga penulisan ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan
umumnya bagi pembaca.
Bandung, Juli 2014 Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi, karena didalamnya terdapat
suatu proses kehidupan bagi seorang manusia untuk membuat, mendapatkan dan
menggunakan informasi untuk melaksanakan kehidupan, dimana dalam
kehidupan tersebut seorang manusia melakukan suatu aksi perilaku yang
mengharuskannya untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dimana seseorang
tersebut berada. Hasil dari sebuah perilaku komunikasi yang muncul
mengharuskan seseorang tersebut untuk mendapat titik temu tindakannya.
Perilaku komunikasi akan menampilkan teknik dan keterampilan dari seseorang
tersebut untuk mencapai tujuan komunikasinya, dalam hal ini dapat diterapkan
pada seseorang yang mengatur teknik berkomunikasinya baik secara verbal
maupun non verbal dalam bersosial dengan pribadi lainnya. Salah satu contoh dari
perilaku komunikasi dapat kita lihat dari sudut pandang orientasi seseorang,
karena orientasi tersebut akan membentuk sebuah tingkah laku yang berasal dari
dorongan dalam dan rangsangan luar tergantung situasi yang dihadapinya. Salah
satu contoh fenomena yang didalam kehidupannya akan mengatur suatu perilaku
komunikasi yaitu fenomena biseksual.
Fenomena ini termasuk suatu pada golongan minoritas di dunia. Golongan
minoritas tersebut adalah fenomena dari wujud seseorang yang memiliki orientasi
seksual ganda, maksudnya adalah seseorang tersebut memiliki rasa ketertarikan
terhadap lawan jenis sekaligus sesama jenis atau yang sering disebut biseksual.
Biseksual adalah fenomena individu yang dapat menikmati hubungan
emosional dan seksual dengan orang dari kedua jenis kelamin1. Secara tegas
fenomena biseksual adalah sebuah penyimpangan yang bertentangan dengan
norma agama dan sosial, namun menurut penelitian dari dokter di WHO
menyatakan bahwa gay, lesbian, biseksual dan transgender bukanlah sebuah
penyimpangan penyakit gangguan otak, melainkan gangguan selera seksual pada
diri mereka.2
Fenomena macam itu adalah sebuah selera orientasi seksual yang tidak
umum. Terlepas dari norma yang ada, seseorang dibebaskan untuk menentukan
apa dan siapa yang mereka inginkan sesuai hasrat dari seseorang tersebut.
Keberadaannya di Indonesia sendiri untuk kaum biseksual masih belum
diterima itu terlihat masih banyaknya masyarakat dan pihak-pihak lain yang
kontradiktif, itu dapat terlihat saat Ketua Komisi Nasional Hak Azasi Manusia
(Komnas HAM) Siti Noor Laila, akan melakukan uji publik terkait tentang gay,
lesbian, biseksual dan transgender tentang perlindungan dari diskriminasi dan
kekerasan yang dialami mereka, karena mereka pun warga negara Indonesia. Baru
direncanakan saja sudah ada yang mengkritik rancangan Komnas HAM tersebut,
salah satunya anggota komisi X DPR Surahman Hidayat, Ia menyatakan bahwa
jenis kelamin adalah kodrat yang sudah ditetapkan oleh Allah, yaitu Laki-Laki
1http://kamuskesehatan.com/arti/biseksual/ pada hari jumat 22/02/2014 pukul 21:05 WIB
2kompashealth : http://health.kompas.com/read/2013/04/15/09122975/Biseksual.Dapatkah.Menjadi.Heteroseksual pada
dan Perempuan, sehingga dalam Hukum agama dan bahkan hukum konstitusi di
Indonesia sudah sangat jelas mengatur eksistensi laki-laki dan perempuan.3
Semakin berkembangnya jaman semakin terangkat pula fenomena
biseksual ini ke permukaan, serta ada beberapa dari mereka yang sudah tidak
malu-malu lagi untuk mengungkapkan jati diri mereka yang sesungguhnya
dihadapan publik bahwa mereka adalah biseksual, kamuflase yang mereka buat
seolah-olah membentuk sebuah tameng identitas asli mereka sebenarnya. Apalagi
saat ini didukung oleh media percakapan sosial yang khusus untuk kaum
biseksual, dengan mudah mereka dapat terhubung dengan seseorang biseksual
lainnya tanpa harus bertemu langsung serta mereka dapat menutupi identitas
aslinya di dunia nyata dan memproyeksikan hasrat biseksualnya di dunia maya
tersebut, karena mereka sadar betul akan identitasnya adalah sumber bagi
motivasi dan ekspektasi dalam kehidupannya serta memiliki kekuatan yang tetap.
Seseorang dengan biseksual bagaikan bunglon yang mampu mengubah
warna tubuhnya untuk dapat beradaptasi dengan keadaan sekitarnya, mereka akan
mengatur perilakunya. Ketertarikannya terhadap dua jenis kelamin sekaligus
membuatnya akan menempatkan diri disaat dia berada dan dengan siapa dia
berhadapan. Hal tersebut membuat seorang biseksual secara penampilan tidak ada
sesuatu yang menonjol yang dapat menjadi acuan sebagai identitas khas seorang
biseksual, pria berpenampilan layaknya pria, wanita pun demikian, hampir tidak
ada celah penyimpangan pada tampilan fisik yang mereka kenakan. Double sexual
oriented yang dimiliki seorang biseksual akan membuat suatu dorongan untuk
memenuhi tujuan yang dia butuhkan. Maka dari seseorang yang belum mampu
3Tribunnews:
menerima bahwa dirinya adalah seorang biseksual akan merasakan adanya
kecemasan dalam batinnya. Terkadang seseorang tersebut cenderung memaksakan
diri untuk berperilaku senormal mungkin dalam menjalani kebutuhan seksualnya
seperti seorang suami melakukan hubungan intim dengan istrinya hingga
hasratnya terpuaskan namun setelahnya sang suami tersebut merasakan lagi ada
separuh hasratnya yang belum dia salurkan, itulah yang menyebabkan adanya
konflik batin yang terjadi pada dirinya. Hal tersebut dikarenakan seseorang
dengan biseksual menaruh hasratnya pada dua jenis kelamin, sehingga seperti hal
tadi apabila salah satu hasratnya belum tersalurkan munculah kecemasan itu.
Faktor lingkungan sosial menjadi peranan penting terhadap fenomena
gangguan orientasi seksual ini. Keluarga adalah faktor awal yang sangat
berpengaruh terhadap laju arusnya kehidupan sesorang tersebut. Aturan,
kebijakan, dan kebebasan yang ditanamkan dalam sebuah keluarga menimbulkan
pengaruh yang besar terhadap perkembangan pikiran serta perilaku seseorang itu.
Menurut Jalaludin Rakhmat (2012:20) dalam teori kaum behavioris
menyatakan bahwa seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar, Belajar artinya
perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak
mempersoalkan apakah manusia itu baik atau jelek, rasional atau emosional,
behaviorisme hanya ingin tahu bagaimana perilaku dipengaruhi lingkungan.
Maka dari itu faktor keluarga yang termasuk didalamnya seperti pergaulan
dan pengalaman yang memungkinkan hubungan sering terjadi bisa jadi membuat
dibuat asal jadi alias instan. Pasti ada latar belakang kenapa mendadak seorang
pria suka dengan wanita serta menyukai pria juga.
Dalam kehidupan asli dari seorang pria biseksual dapat mengatakan bahwa
dia suka dengan banyak wanita yang muda, cantik dan seksi. Pria tersebut
mempunyai rasa ketertarikan terhadap para wanita itu, dengan lihai dia
memperlihatkan kelebihannya untuk menarik perhatian wanita tersebut. Setelah
menjalani hubungan yang lebih dekat dengan para wanita itu, rasa penasaran pada
wanita itu sedikit demi sedikit berkurang dan mulai mencari sosok baru lain yang
bisa lebih membuatnya nyaman dan dapat menuhi ruang kosong dalam batinnya
itu karena dilain sisi pria biseksual tersebut menaruh hasratnya terhadapa sesama
pria juga. Bagi seorang biseksual yang kuat yang masih membentengi diri untuk
tidak menjalani hubungan dengan sesama jenisnya, mereka dapat menjaga dirinya
agar tetap mengikuti norma kenormalan secara kodrati untuk dapat menahan
keinginannya tersebut, karena mereka sadar betul sekali saja tergoda dan terjun
langsung untuk mengikuti hasratnya maka sangat sulit lagi untuk kembali kejalur
yang benar, namun bagi seseorang biseksual yang lebih ekspresif dia akan sadar
bahwa dirinya menyukai dua gender sekaligus. Dia akan membangun sebuah
hubungan dengan wanita tersebut dan sekaligus dengan sesama pria juga. Dalam
kegiatan hubungan seksual pun pria ini akan mencapai titik puas secara batin
apabila dia sudah melakukannya dengan keduanya, hal ini seperti sebuah
pemenuhan kebutuhan birahinya, walaupun tidak semua kegiatan seorang
membangun hubungan cinta dan kasih, senang bila jalan berdua, mengobrol
bersama, bertemu rutin dengan waktu yang sudah disepakati.4
Dengan kondisi seperti itu maka seorang biseksual akan menjalani
hubungan yang lebih dekat dengan wanita dan pria yang dia sukai, dari hal
tersebut seorang biseksual akan melakukan suatu strategi dalam memproyeksikan
tingkah lakunya sesuai dengan keadaan yang ada dihadapannya, dia akan
mengatur perilaku komunikasi saat dia sedang bersama wanitanya dan akan
mengatur lagi perilaku komunikasi saat dia bersama dengan prianya. Kemampuan
tersebut bisa kita katakan sebagai kemampuan pengaturan perilaku privasi
komunikasi yang dibuat oleh Sandra Petronio dalam buku karya Littlejohn yang
berjudul Theories of Human Communication yaitu membahas tekanan antara
keterbukaan dan rahasia pribadi, antara sesuatu yang bersifat “publik” dan
“rahasia” dalam suatu hubungan. Menurut Petronio, individu-individu yang
terlibat dalam hubungan terus mengatur batasan-batasan antara apa yang umum
dan pribadi, antara persaan-perasaan tersebut yang ingin mereka bagi dengan
orang lain dan tidak ingin mereka bagi.
Melalui pembahasan tersebut maka seorang biseksual akan mengatur
perilakunya dalam kegiatan komunikasi, perilakunya mencerminkan seseorang
yang terlahir kembar identik, fisik yang sama namun sifat dan kepribadian yang
berbeda. Seorang biseksual tersebut akan menyalaraskan batasan-batasan mereka
dalam bertindak. Sehingga informasi pribadi dapat dikendalikan yang berujung
pada penilaian publik, karena seorang biseksual cenderung menutupi
penyimpangan tersebut. Penyimpangan orientasi seksual tersebut akan
dirahasiakan rapat-rapat, sehingga terjadi sebuah negosiasi dalam dirinya untuk
mengatur pengetahuannya dalam pikiran dan menggunakannya untuk membentuk
pesan dalam suatu perilaku yang ditampakkan.
Dalam konteks dan kajian ilmu komunikasi tidak bisa terlepas dari
lambang verbal dan non verbal yang menjadi inti dari komunikasi, karena
komunikasi tidak akan pernah berlangsung bila tidak ada lambang-lambang
(simbol). Dengan kata lain perilaku komunikasi (penggunaan lambang-lambang
komunikasi) (Kuswarno 2009:103).
Mengambil dari pemikiran diatas maka membahas perilaku komunikasi
dari seorang biseksual merupakan penggunaan lambang-lambang komunikasi,
sehingga melalui perilaku komunikasi yang ditampakan oleh seorang biseksual
itu, maka didalam terdapat adanya komunikasi verbal dan non verbal dalam
menjalani kehidupan sehari-harinya baik interaksinya di lingkungan keluarga,
sosial dan juga lingkungan profesionalnya. Serta penelitian ini pun bukan hanya
menggambarkan secara sadar perilaku komunikasi kaum biseksual tapi peneliti
juga ingin menjabarkan motif yang menjadi dasar dari aksi perilaku komunikasi
tersebut. Karena motif pun merupakan peranan yang sangat menentukan dalam
membentuk suatu perilaku (Rakhmat 2012:36).
Pentingnya motif untuk meninjau diri informan terdapat dalam
pernyataan Schutz. Menurut Engkus Kuswarno (2009:192),
Motif adalah dorongan untuk menetapkan suatu pilihan perilaku yang
yang pertama kali keluar pada diri seseorang ketika dirinya mengambil suatu
tindakan tertentu.
Interaksi yang dilakukan oleh kaum biseksual adalah suatu bentuk
modifikasi pemberian informasi mengenai dirinya sendiri kepada orang lain. Hal
ini memungkinkan individu lain dapat menilai secara langsung kontak yang
terjadi dengan seorang biseksual yang berujung pada penilaian yang normal
dimata orang-orang yang berinteraksi dengan seorang biseksual melalui
perilakunya tersebut.
Perilaku komunikasi kaum biseksual merupakan salah satu bahasan yang
dapat dikaji oleh studi fenomenologi, karena bahasan tersebut merupakan
fenomena yang tampak serta sebuah perilaku komunikasi yang dilakukan
didalamnya terdapat suatu kesadaran dari perspektif pokok dari seorang biseksual
itu. Dalam hal ini peneliti akan melihat tindakan-tindakan sosial yang bermakna
dalam artian akan melihat suatu peristiwa komunikasi dan tindakan yang
menunjukan suatu peristiwa komunikasi.Sehingga peneliti akan bertugas untuk
mengakses pemikiran dari seorang biseksual dengan tujuan untuk menafsirkan
motif, tindakan, pengalaman dan dunia kehidupan dari sudut pandang mereka.
Istilah fenomenologi sebagai suatu displin ilmu itu dikemukakan serta
dikembangkan oleh Edmund Husserl (1859-1983) seorang filsuf Jerman.
Fenomenologi digunakan sebagai perspektif filosofi dan juga digunakan sebagai
pendekatan dalam metodologi kualitatif, Fenomenologi merupakan pandangan
manusia dan interpretasi dunia. Yakni fenomenologi menyelidiki pengalaman
kesadaran, yang berkaitan seperti bagaimana pembagian antara subjek (ego)
dengan objek (dunia).
Dalam konteks fenomenologis, kaum biseksual adalah seorang aktor yang
melakukan interaksi. Biseksual tersebut juga mempunyai sejarah dan harapan
yang dapat dilihat dalam bentuk yang alami. Mengacu pada pemikran Schutz,
seorang biseksual memilki motif yaitu berorientasi kemasa depan (in order to
motive) dan berorientasi ke masa lalu (because motive). Dari hal itu seorang
tersebut akan menentukan penilaian terhadap dirinya sendiri dalam statusnya
sebagai biseksual.
Seorang biseksual akan mengatur perilaku-perilaku untuk menyampaikan
pesannya baik secara verbal maupun non verbal dengan beradapatasi terhadap
situasi dan mitra rekan interaksinya, hal tersebut dilakukan karena agar
tercapainya tujuan yang diinginkan kaum biseksual tersebut. Mampukah seorang
biseksual ini mengatur perilakunya dalam menjalani kehidupan untuk mencapai
tujuan yang dia inginkan dengan adanya penyimpangan orientasi seksual yang
dimilikinya, Maka dari itu peneliti mengangkat pembahasan tentang biseksual ini,
karena hal tersebut di Indonesia sendiri masih dianggap fenomena menyimpang
sehingga mayoritas orang-orang masih beranggapan negatif tentang adanya
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian yang telah dirumuskan oleh
peneliti mengenai perilaku komunikasi kaum Biseksual kota Bandung
adalah sebagai berikut :
1.2.1 Rumusan Masalah Makro
Bagaimanakah Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual dalam
Menjalani Kehidupannya di Kota Bandung?
1.2.2 Rumusan Masalah Mikro
Berikut rumusan masalah mikro yang telah dirumuskan oleh peneliti
secara lebih spesifik :
1. Bagaimana komunikasi verbal yang digunakan oleh Kaum Biseksual di
Kota Bandung ?
2. Bagaimana komunikasi non verbal yang digunakanoleh Kaum Biseksual
di Kota Bandung ?
3. Bagaimana motif yang melatari perilaku komunikasi Kaum Biseksualdi
Kota Bandung ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan oleh
peneliti mengenai perilaku komunikasi Kaum Biseksual dalam Menjalani
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk analisis, mendeskripsikan,
menjelaskan tentang perilaku komunikasi kaum Biseksual secara umum dan
secara khusus tentang komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif
yang melatari perilaku komunikasi kaum Biseksual dalam menjalani
kehidupannya di kota Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui
jumlah keseluruhan dari rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui komunikasi verbal yang digunakan kaum Biseksualdi
kota Bandung.
2. Untuk mengetahui komunikasi non verbal yang digunakan kaum
Biseksual di kota Bandung.
3. Untuk mengetahui motif yang melatari perilaku komunikasi kaum
Biseksualdi kota Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Secara teoritis penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil
yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan Ilmu
yang dilakukan seseorang dalam menjalani kehidupan sosialnya, terlebih
lagi mengenai komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang
melatari perilaku komunikasi seseorang tersebut dalam berinteraksi.
1.4.2 Kegunaan Praktis
a. Kegunaan Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kepustakaan
mengenai perilaku komunikasi, hal ini adalah salah satu macam
perilaku sosial yang ada di masyarakat. Penelitian ini juga memberikan
kesempatan yang baik bagi peneliti untuk mempraktekan teori
komunikasi dalam bentuk nyata terhadap fenomena yang ada di
masyarakat salah satunya adalah teori interaksi simbolik.
b. Kegunaan Bagi Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Program Studi Ilmu
Komunikasi untuk dijadikan sebagai referensi atau literature sebagai
salah satu sumber pengetahuan baru mengenai masalah yang diteliti.
Terutama bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan
penelitian dengan tema yang sama.
c. Kegunaan Bagi Masyarakat
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang ingin mendapatkan informasi mengenai Biseksual di kota
Bandung, sehingga diharapkan pula dapat memberikan pengaruh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Penelitian Terdahulu yang Sejenis
Tinjauan Penelitian terdahulu adalah referensi referensi yang berkaitan
dengan informasi penelitian. Penelitian terdahulu ini berupa hasil penelitian
yang sudah dilakukan, penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan
acuan, antara lain :
1. Penelitian dengan Judul : Perilaku Komunikasi sales Promotion Girl
Provider XL Axiata (Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Sales
Promotion Girl Provider XL Axiata Dalam Memberikan Pelayanan
Terhadap Konsumen di Dukomsel Kota Bandung). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Perilaku Komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL
Axiata dalam Memberikan Pelayanan terhadap Konsumen di Dukomsel
Kota Bandung. Penelitian ini membahas tentang perilaku komunikasi
dilihat dari komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang
melatari perilaku komunikasi tersebut.Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah
studi kasus. Proses pemilihan informan menggunakan teknik purposive
sampling. Selain itu, teknik pengumpulan data dengan wawancara
mendalam, observasi partisipasi, dokumentasi, dan pencarian data di
internet. Teknik analisa data yang digunakan adalah model siklus Miles
dan Huberman untuk membahas mengenai permasalahan penelitian.Hasil
penelitian diperoleh bahwa perilaku komunikasi dilihat dari komunikasi
verbal berupa penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda pada waktu
tertentu, dan salam “Selamat datang di XL Axiata”. Sedangkan
komunikasi non verbal berupa bahasa tubuh terdapat gerakan tangan dan
kepala, ekspresi wajah dan kontak mata. Dan dilihat dari penampilan fisik
busana berlogo XL Axiata serta karakter fisik. Dan yang terakhir adanya
motif alasan menjadi SPG dan motif tujuan menjadi SPG dalam
membentuk perilaku komunikasi tersebut.Simpulan perilaku komunikasi
Sales Promotion Girl Provider XL Axiata dalam memberikan pelayanan
terhadap konsumen berupa penggunaan bahasa Indonesia serta sesekali
berbahasa Sunda, penggunaan salam sambutan berupa “Selamat datang di
XL Axiata”, penggunaan gerakan tangan dan kepala, ekspresi wajah dan
kontak mata yang ditunjukan, penggunaan seragam berlogo XL Axiata,
beberapa karakter fisik yang dimilikinya. Dan yang terakhir adalah adanya
motif masa lalu yang berasal dari pengalaman dan ajakan teman serta
motif masa depan untuk mendapatkan uang dan bentuk tanggungjawab
terhadap perusahaan.Saran sebaiknya Sales Promotion Girl Provider XL
Axiata membiasakan mengucap salam, mempertahankan bahasa yang
bersahabat dan meningkatkan penggunaan bahasa tubuh dalam (Ria Dwi
2. Penelitian dengan judul : PENGELOLAAN KESAN KAUM BISEKSUAL
(Studi Dramaturgi tentang Pengelolaan Kesan Kaum Biseksual Kota
Bandung). Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui Pengelolaan Kesan
Kaum Biseksual. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
panggung depan, panggung tengah, panggung belakang, dan pengelolaan
kesan kaum biseksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan studi dramaturgi yang melibatkan tujuh orang informan. Data
diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi literatur,
penelusuran internet, dan juga triangulasi dengan cara membandingkan
jawaban informan utama dan pendukung. Adapun teknik analisis data yang
digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data,
penarikan kesimpulan, dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
kaum biseksual dapat memainkan peran di setiap panggungnya. Saat
berada di pangung depan mereka dapat mengelola kesan positif bagi
orang-orang di sekitarnya. Mereka bersikap normal untuk menghindari
kecurigaan orang-orang yang berada di panggung depan. Begitupun
dengan panggung tengah, mereka dapat menjaga sikapnya saat berada di
area ini. Sedangkan di panggung belakang mereka menjadi pribadi yang
berbeda dengan yang ada di panggung depan, pengelolaan kesan yang
dibentuk pun berbeda. Pengelolaan kesan yang dibentuk berupa
simbol-simbol yang meliputi gaya berpenampilan, berperilaku, gaya bicara, dan
lain-lain. (Diana Puspita NIM. 41808101/Ilmu Komunikasi UNIKOM :
3. Penelitian dengan judul : Gaya hidup Kaum Biseksual. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan Gaya Hidup Kaum Biseksual dikalangan
mahasiswa Kota Bandung. Untuk menjawab tujuan tersebut, maka yang
akan di analisis didalam penelitian ini tentang aktivitas, minat dan citra diri
kaum Biseksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
informan yang berjumlah 4 (empat) orang dan 1 (satu) informan kunci.
Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi
literatur, internet searching. Adapun teknik analisis data yang digunakan
adalah penyeleksian data, klasifikasi data, merumuskan hasil penelitian,
menganalisa hasil penelitian, dan penarikan kesimpulan. Ayu Yustining
NIM. 4180707/Ilmu Komunikasi UNIKOM : 2011).
Tabel 2.1
Rekapitulasi Penelitian Terdahulu yang Sejenis
Nama /tahun Uraian
Ria Dwi Mutiara Diana Puspita Ayu Yustining
2013 2012 2011
Perguruan Tinggi UNIKOM UNIKOM UNIKOM
Judul
Hasil beberapa karakter fisik yang dimilikinya Dan yang terakhir adalah adanya motif masa lalu yang berasal dari pengalaman dan ajakan teman serta motif
Komunikasi merupakan jalur penting yang menghubungkan kita di dunia,
sarana kita menampilkan kesan, mengekspresikan diri, mempengaruhi orang
lain dan lain-lain, maka melalui komunikasi lah kita membangun hubungan
dengan beragam jenisnya, dengan begitulah komunikasi sangatlah mendasar
2.1.2.1 Pengertian Ilmu Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal
dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio,
atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common).
Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu
pesan dianut secara sama.
Seseorang melakukan komunikasi karena ingin mengadakan
hubungan dengan lingkungannya serta komunikasi dilakukan dengan
berbagai media agar pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan benar,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Lasswell sebagai berikut
Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan
siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat apa
atau hasil apa.
Komunikasi dapat dilihat dari pernyataan Deddy Mulyana,
“Komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal dan non
verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang
atau lebih”. (Mulyana 2005:3).
Definisi-definisi sebagaimana dikemukakan diatas, tentu belum
mewakili semua definisi yang telah dibuat oleh para ahli. Namun
paling tidak kita telah memperoleh gambaran tentang apa yang
dimaksud komunikasi. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi tersebut untuk
berhubungan satu sama lain dengan lingkungan.
2.1.2.2 Proses Komunikasi
Secara umum banyak ilmuwan sepakat bahwa komunikasi itu
merupakan sebuah proses penymapaian pesan dalam bentuk ide, gagasan,
pikiran, emosi, perilaku, dan sebagainya. dalam proses komunikasi terdapat
empat kemungkinan jenis pesan (1) Verbal disengaja; (2) Verbal tidak
disengaja; (3) Non Verbal disengaja; (4) Non Verbal tidak disengaja. Pesan
verbal disengaja yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dengan orang lain secara lisan. Pesan verbal tidak disengaja
adalah sesuatu yang dikatakan tanpa bermaksud mengatakannya. perbedaan
antara pesan non verbal disengaja dan tidak disengaja adalah dalam aspek
keinginan.
Onong Uchjana Efendi (2001:11) membagi proses komunikasi dalam
dua sisi, yaitu proses komunikasi secara primer dan sekunder. Proses
komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan
seseorang kepada orang lain menggunakan lambang (simbol) sebagai media.
Sementara itu, proses komunikasi secara sekunder adalah proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain menggunakan alat dan
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
pertama.
Proses komunikasi terdiri dari penyebar pesan, pesan, dan penerima
2.1.2.3 Fungsi Komunikasi
Harold D. Laswell (1948), memaparkan bahwa fungsi komunikasi
sebagai berikut :
1. Menjaga atau mengawasi lingkungan (surveillance of the environment);
2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk
lingkungannya (correlation of the part of society in responding to the
environtment); dan
3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya
(transmission of social heritage).
Fungsi Komunikasi menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar, dapat dijelaskan seperti berikut :
1. Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikator itu penting untuk membangun
konsep-diri kita, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar daritekanan dan ketegangan, anatar lain lewat
komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan
orang lain (Mulyana, 2010 : 5).
2. Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspreasif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang
lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi
instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita”
3. Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual sering juga bersifat ekspresif, menyatakan perasaan
terdalam seseorang. Kegiatan ritual memungkinkan para pesertanya
berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan
mereka, juga sebagai pengabdian kepada kelompok. Bukanlah
substansi kegiatan ritual itu sendiri yang terpenting, melainkan
perasaan senasib sepenanggungan yang menyertainya, perasaan
bahwa kita terikat oleh sesuatu yang lebih besar daripada diri kita
sendiri, yang bersifat abadi, danbahwa kita diakui dan diterima dalam
kelompok kita (Mulyana, 2010 : 25).
4. Komunikasi Instrumental
Mempunyai beberapa tujuan umum : menginformasikan, mengajar,
mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku
atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur. Sebagai
instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan
membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan
tersebut. Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai
strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja
lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi
berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan
pekerjaan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang
2.1.2.4 Unsur-unsur Komunikasi
Paradigma Harold D. Lasswell menunjukan bahwa komunikasi
meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan sebagai berikut ”Who
Says What in Which Channel to Whom With What Effect?” yaitu :
1. Komunikator.
Komunikator adalah pihak yang menyampaikan atau mengirm pesan
kepada khalayak karena itu komunikator biasa di sebut pengirim,
sumber, source, atau encoder. (Cangara,2005:81)
2. Pesan.
Pesan (massage) dalam komunikasi tidak lepas dari simbol dan kode,
karena pesan yang di kirim oleh komunikator kepada penerima terdiri
atas rangkaian simbol dan kode baik secara verbal maupun non
verbal.(Cangara,2005:93)
3. Media.
Media adalah alat atau sarana yang di gunakan untuk menyampaikan
pesan dari komunikator kepada komunikan. (Cangara,2005:119)
4. Komunikan.
Komunikan biasa di sebut dengan penerima, sasaran, pembaca,
pendengar, penonton, pemirsa, decoder, atau khalayak. Komunikan
dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan
5. Efek.
Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,
dirasakan dan di lakukan sebelum dan sesudah menerima pesan.
(Cangara,2005:147)
2.1.2.5 Bentuk-bentuk Komunikasi
Bentuk-bentuk komunikasi menurut Deddy Mulyana dalam bukunya
Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, diantaranya :
1. Komunikasi Intrapribadi (Intapersonal Communication)
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik
disadari atau tidak. Contohnya berpikir. Komunikasi ini merupakan
landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam
konteks-konteks lainnya, meskipun dalam disiplin ilmu komunikasi tidak
dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain, komunikasi
intrapribadi ini inheren dalam komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan
seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita
biasanya berkomunikasi dengan dirisendiri (mempersepsi dan
memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak
disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung
pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri (Mulyana, 2010
:80).
2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar orang-orang secara
orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.
Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna,
komunikasi antarpribadi berperan hingga kapanpun, selama manusi
masih mempunyai emosi (Mulyana, 2010:81).
3. Komunikasi Kelompok (group communication)
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan
bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka
sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah
keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi,
kelompok pemecah masalah, atau suatu komite yang tengah berapat
untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi
kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan
kelompok kecil tersebut (Mulyana, 2010:82).
4. Komunikasi Publik (public communication)
Komunikasi publik adalah komuniaksi antara seorang pembicara
dengan sejumlah besar orang (khalayak) yang tidak bisa dikenali satu
persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah,
atau kuliah (umum). Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih
formal dan lebih sulit daripada komunikasi antarpribadi atau
komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan
pesan yang cermat, keberanian, dan kemampuan menghadapi
memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau
membujuk (Mulyana, 2010:82).
5. Komunikasi Oganisasi (Organizational Communication)
Komunikasi organisasi adalah proses komunikasi yang terjadi di
dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung
dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok.
Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik,
komunikasi antarpribadi, dan ada kalanya juga komunikasi publik.
Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi,
yakni : komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi
horisontal. Sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada
struktur organisasi, seperti komunikasi antarsejawat, juga termasuk
gossip (Mulyana, 2010:83).
6. Komunikasi Massa (Mass Commnication)
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media
massa, baik cetak (surat kabar, majalah), maupun elektronik (radio,
televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang
dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang
tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya
bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas
2.1.2.6 Konseptualisasi Komunikasi
Menurut John R. Wenburg dan Wiliam W. Wilmot juga Keneth K.
Sereno dan Edward M. Bodaken, Konseptualisasi komunikasi dibagi
menjadi tiga pandangan pemahaman sebagaimana dikutip oleh Deddy
Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar diantaranya :
1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah
Suatu pemahaman popular mengenai komuinkasi manusia adalah
komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari
sesorang kepada seseorang lainnya, baik secara langsung (tatap muka)
maupun melalui media. Misalnya, seseorang itu mempunyai informasi
mengenai suatu masalah, lalu ia menyampaikan kepada orang lain,
orang lain mendengarkan, dan mungkin berperilaku sebagai hasil
mendengarkan pesan tersebut, lalu dianggap komunikasi sudah terjadi.
Jadi komunikasi diabggap suatu proses linier yang dimulai dengan
sumber atau pengirim dan berkahir pada penerima, sasaran atau
tujuannya. Pemahaman komunikasi sebagai proses satu arah boleh di
aplikasikan pada komunikasi tidak langsung, seperti pada pidato yang
tidak melibatkan banyak Tanya jawab dan komunikasi massa (cetak
dan elektronik). (Mulyana, 2010 :67).
2. Komunikasi sebagai interaksi
Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi
dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian.
seseorang penerima bereaksi dengan member jawaban verbal atau
menganggukan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah
menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu
seterusnya. Pokoknya masing-masing dari kedua pihak berfungsi
secara berbeda, bila yang satu sebagai pengirim, maka tang satunya
lagi sebagai penerima. Begitu pula sebaliknya. Komunikasi sebagai
interaksi dipandang sedikit lebih dinamis dari pada komunikasi
sebagai tindakan satu arah. Namun pandangan kedua ini masih
membedakan para peserta sebagai pengirim dan pemnerima pesan,
karena itu masih tetap berorientasi sumber, meskipun kedua peran
tersebut dianggap bergantian. Jadi, pada dasarnya proses interaksi
yang berlangsung juga masih bersifat mekanis dan statis. Salah satu
unsur yang dapat ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah
umpan balik, yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada
sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai
petunjuk mengenai efektivitas pesan yang disampaikan sebelumnya
(Mulyana, 2010 : 72).
3. Komunikasi sebagai transaksi
Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena makna
atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi.
Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa
komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang
apakah para pelakunya mengajak atau tidak, dan bahkan meskipun
menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Dalam komunikasi
transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang
telah menafsirkan perilaku orang lain (Mulyana, 2010 :74).
2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi
2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal
ataupun non verbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah
komunikasi diadik (dyadic communication)yang melibatkan hanya dua
orang, seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan
sebagainya.(Mulyana, 2010:81)
Sedangkan menurut Miller dan Steinberg (1975) yang dikutif
(Muhamad Budyatama, 2011,4) dalam bukunya Teori Komunikasi
Antarpribadi, bahwa komunikasi antarpribadi terdapat tiga tingkatan analilis
yaitu, kultural, sosiologi, dan psikologis.
a. Analilis Tingkat Kultural
Kultural merupakan keseluruhan kerangka kerja komunikasi:
Kata-kata, tindakan-tindakan, postur, gerak-isyarat, nada suara, ekspresi
wajah, pengguna waktu, ruang dan materi, dan cara ia bekerja,
lebihnya merupakan system-sistem komunikasi yang lengkap dengan
makna-makna yang hanya dpata dibaca secara tepat apabila seseorang
akrab dengan perilaku konteks sejarah, sosial, dan kultural.
b. Analisis Tingkat Sosiologis
Prediksi komunikator tentang reaksi penerima atau receiver terhadap
pesan-pesan yang disampaikan didasarkan kepada keanggotaan
penerima dalam kelompok social tertentu, maka komunikator
melakukan prediksi pada tingkat sosiologi.
c. Prediksi mengenai reaksi pihak lain atau penerima terhadap perilaku
komunikasi kita didasarkan pada analilis dari pengalaman-pengalaman
belajar individual yang unik, maka prediksi analilis pada tingkat
psikologis
2.1.3.2 Fungsi Komunikasi Antarpribadi
Menurut definisinya, fungsi adalah sebagai tujuan di mana
komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi komunikasi
ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-imbalan
tertentu berupa fisik, ekonomi, dan sosial. Sebagaimana yang telah
dikemukakan bahwa komunikasi insan atau human communication baik
non-pribadi ataupun yang antarpribadi semuanya mengenai pengendalian
lingkungan guna mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk fisik, ekonomi,
2.1.3.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antar pribadi dapat digunakan untuk berbagai tujuan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam tujuan komunikasi
antarpribadi yaitu komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita
untuk memperbincangkan diri sendiri. Dengan memperbincangkan diri kita
sendiri pada orang lain, kita akan mendapatkan perspektif baru tentang
diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku
kita.
a. Mengenal diri sendiri dan orang lain
Nasihat seorang filsuf terkenal Socrates yaitu : cogito ergosum yang
memiliki arti kurang lebih ”kenalilah dirimu”. Salah satu cara
untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi antar
pribadi.
b. Mengetahui dunia luar
Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami
lingkungan kita secara baik yakni tentang objek dan kejadian
kejadian orang lain.
c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna
Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk
sosial. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin
menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain.
Dengan komunikasi antar pribadi sering kita berupaya mengubah
sikap dan perilaku orang lain.
e. Bermain dan mencari hiburan
Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan.
f. Membantu
Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh profesi
yang mempunyai fungsi menolong orang lain.
2.1.4 Tinjauan Tentang Perilaku Komunikasi
Meninjau pada Kuswarno (2013:103) perilaku komunikasi yaitu
penggunaan lambang-lambang komunikasi. Lambang-lambang dalam
perilaku komunikasi terdiri dari lambang verbal dan non verbal.
Perilaku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respons)
terhadap rangsangan (stimulus), karena itu rangsangan mempengaruhi
tingkah laku. Intervensi organisme terhadap stimulus respon dapat berupa
kognisi sosial, persepsi, nilai, atau konsep. Perilaku adalah satu hasil dari
peristiwa atau proses belajar. Proses tersebut adalah proses alami. Sebab
musabab perilaku harus dicari pada lingkungan eksternal manusia bukan
dalam diri manusia itu sendiri.
2.1.4.1 Faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku
Terdapat beberapa faktor personal yang mempengaruhu perilaku
manusia yaitu :
Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan
berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Bahwa warisan
biologis manusia menentukan perilakunya. Aliran sosiobiologi
(Wilson, 1975) memandang segala kegiatan manusia berasal dari
struktur biologinya. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing
oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam
jiwa manusia (epigenetic rules). Struktur genetis, misalnya
mempengaruhi kecerdasan, kemampuan sensasi, dan emosi.
Sistem saraf mengatur pekerjaan otak dan proses pengolahan
informasi dalam jiwa manusia. Sistem hormonal bukan saja
mempengaruhi mekanisme biologis, tetapi juga proses psikologis
(Rakhmat 2012:33).
2. Faktor Sosiopsikologis
Karena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh
beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. hal itu dapat
diklasifikasi kedalam tiga komponen : afektif, kognitif, dan konatif.
(Rakhmat 2012:36)
2.1.4.2 Faktor Situasional yang Mempengaruhi Perilaku
Delgado menyimpulkan bahwa respons otak sangat dipengaruhi
oleh “setting” atau suasana yang melingkupi organisme (Rakhmat
2012:43). Edward G. Sampson merangkumkan seluruh faktor situasional
sebagai berikut:
Waktu dapat mempengaruhi bioritma manusia dalam kehidupan.
2. Analisis suasana perilaku
Lingkungan dapat memberikan efek-efek tertentu terhadap
perilaku manusia.
3. Faktor teknologis
Revolusi teknologi seringkali disusul dengan revolusi dalam
perilaku sosial.
4. Faktor sosial
Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur
kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor
faktor sosial yang menata perilaku manusia. Secara singkat,
pengelompokkannya adalah sebagai berikut:
a. Struktur organisasi
b. Sistem peranan
c. Struktur kelompok
d. Karakteristik populasi
2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal
2.1.5.1 Pengertian Komunikasi Verbal
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap
sebagai sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai
simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas
(Mulyana, 2010:260).
Bahasa verbal adalah sarana untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan
maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan
berbagai aspek realitas individual kita.
2.1.5.2 Hakikat Bahasa
Pesan verbal menggunakan bahasa alfanumerik yang tercatat sebagai
salah satu presentasi kemanusiaan yang paling mengesankan. Sekitar 10.000
bahasa dan dialek berbeda di gunakan saat ini, dan masing-masing
keadaanya unik dalam beberapa hal. Ada juga sejumlah persamaan antar
bahasa. Semua bahasa lisan, misalnya, menggunakan perbedaan antara
huruf vokal dan konsonan. setiap bahasa memiliki pola yang dapat di
identifikasi dan menetapkan aturan relatif terhadap :
1. Fonologi. Cara suara digabungkan menjadi kata-kata
2. Sintaksis. Cara kata-kata digabungkan menjadi kalimat
3. Semantik. Arti kata-kata atas dasar hubungan mereka satu dengan
yang lain dan dengan unsur-unsur lingkungan
4. Pragmatik. Cara di mana bahasa digunakan dalam praktik.(Rubent,
Stewart 2013:140)
2.1.5.3 Fungsi Bahasa
Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana, 2010;266)
bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling),
1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan
objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga
dapat dirujuk dalam komunikasi.
2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat
mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan
kebingungan.
3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah
yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa
sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan
menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan,
memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication:
Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita
berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa
saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa
yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat
ini.
2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita
bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau
mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui
bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk
3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa
memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami
mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan
tujuan-tujuan kita.
2.1.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal
2.1.6.1 Pengertian Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan
simbol selain kata-kata seperti nada bicara, ekspresi wajah dan lain-lain.
Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa
komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis
komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun
dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin,
saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
Menurut Edward T.Hall mengartikan komunikasi non verbal sebagai
berikut :
“Komunikasi non verbal adalah sebuah bahasa diam (silent
language) dan dimensi tersembunyi (hidden dimension) karena pesan
non verbal yang tertanam dalam konteks komunikasi”. (Mulyana,
2010:344).
Secara garis besarnya menurut Larry A. Samovar, Richard E. Porter,
Edwin R McDaniel dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Lintas
1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan
postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, dan parabahasa.
2. Ruang, waktu, dan diam. (Samovar, Porter, McDaniel, 2010:299)
2.1.6.2 Fungsi Komunikasi Non Verbal
Menurut Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal,
seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata komunikasi non verbal
sebagai berikut :
1. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki
kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan,
“Saya tidak sungguh-sungguh”.
2. Ilustrator. Pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau
kesedihan.
3. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka.
Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.
4. Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada
dalam tekanan. itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan
upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
5. Affect Display. Pembesaran manik-mata (pupil dilation) menunjukan
peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukan perasaan takut,
terkejut atau senang.
Komunikasi non verbal bisa dikatakan hanya menggunakan isyarat
fungsi dalam penggunaannya. Menurut Mark Knapp (1978) menyebutkan
bahwa penggunaannya komunikasi non verbal memiliki fungsi untuk :
1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repletion)
2. Menunjukan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan
dengan kata-kata (substitution)
3. Menunjukan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya
(identity)
4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum
sempat. (Cangara, 2011:106)
2.1.6.3 Ciri-ciri Komunikasi Non Verbal
Devito (2011:54) mengemukakan bahwa pesan-pesan nonverbal
mempunyai ciri-ciri umum, yaitu :
1. Perilaku komunikasi bersifat komunikatif, yaitu dalam situasi
interaksi, perilaku demikian selalu mengkomunikasikan sesuatu.
2. Komunikasi non-verbal terjadi dalam suatu konteks yang
membantu menentukan makna dari setiap perilaku non-verbal.
3. Pesan non-verbal biasanya berbentuk paket, pesan-pesan
nonverbal saling memperkuat, adakalanya pesan-pesan ini saling
bertentangan.
4. Pesan non-verbal sangat di percaya, umumnya bila pesan verbal saling
bertentangan, kita mempercayai pesan non-verbal.