• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Kota Bandung (Studi Fenomenologi Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Dalam Menjalani Kehidupannya di Kota Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Kota Bandung (Studi Fenomenologi Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Dalam Menjalani Kehidupannya di Kota Bandung)"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh,

Bagus Sukma Julianto NIM. 41810062

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)
(4)

Full Name Bagus Sukma Julianto

Nick Bagus

Sex Male

Marital Status Single

Height / Weight 168 cm / 51 kg

Place, Date of Birth Bandung,07th Juli1992

Citizen Indonesian

Address Jalan Raya Cibereum, Gg. H.Arsad rt01/24 no.229

Post Code 40535

Mobile Phone +62 813 203 229 30 Email Bagusukmaj@gmail.com

Characteristics Friendly, Hard worker, Cheerful, Creative,Flexible

FORMAL EDUCATION

2010 – Now University Of Computer Bandung 2007 – 2010 Senior High School at SMA YWKA Bandung 2004 – 2007 Junior High School at SMPN 7 Cimahi 1998 – 2004 Elementary School at SDN 5 Cibereum

(5)

SKILLS

Language Indonesia, Sundanesse, English Passive I have good enough

ORGANIZATION EXPERIENCE

2012 – 2013 Member of Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMA) UNIKOM

2007 - 2009 Member of OSIS SMA YWKA Bandung 2005 - 2007 Member of OSIS SMPN 7 Cimahi

2005 - 2006 Palang Merah Remaja (PMR) SMPN 7 Cimahi

EXPERIENCE WORKING PRACTICE

Spesification Periode

 Ketua Pelaksana Sembako Ramadhan YWKA

Bandung 2008

 BAV Pets

 Pramuniaga Alizze Ibrahim Boutique 2011  Penulis Artikel PT. Azkia Putri

 Panitia Acara Event Management at Unikom  Panitia Acara Master Of Ceremony at Unikom

2012

(6)

(Persero) divisi Humas Bandung  Panitia Acara Communiartion 2013

 Panitia AcaraTour Mata Kuliah Media Humas Unikom 2013

 Online Shop

2013

 Surveyor Pemilu Partai dan Presiden (INSTRAT)

 Tour Leader Jaya Utama Tour and Travel

2014

SEMINAR

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2014 Cara Cepat Membuat Website Online Dalam 30 Menit

Certified

2. 2013 Peserta Seminar “Opportunities and Challenges in Broadcasting and Mass Media”

Certified

3. 2012 Peserta Study Tour Mass Media Certified

4. 2012 Peserta Seminar “Master of Ceremony”

Certified

5. 2012 Peserta Seminar “Public Speaking” Certified 6. 2012 Peserta Seminar “Sinematografi of

Communication”

Certified

7. 2011 Peserta Mentoring Agama Islam Certified

8. 2010 Peserta Table Manner Certified

(7)
(8)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakangMasalah 1

1.2. RumusaMasalah 10

1.2.1. Rumusan Masalah Makro 10

1.2.2. Rumusan Masalah Mikro 10

1.3. MaksuddanTujuanPenelitian 10

1.3.1. MaksudPenelitian 11

1.3.2. TujuanPenelitian 11

1.4 KegunaanPenelitian 11

1.4.1KegunaanTeoritis 11

(9)

x 2.1.2 TinjauanTentangIlmuKomunikasi17

2.1.2.1PengertianKomunikasi18 2.1.2.2ProsesKomunikasi19 2.1.2.3FungsiKomunikasi20

2.1.2.4Unsur-unsurKomunikasi 22

2.1.2.5Bentuk-bentukkomunikasi 23

2.1.4.1Faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku 32

2.1.4.2Faktor Situasional yang Mempengaruhi Perilaku 32

2.1.5 TinjauanTentang Komunikasi Verbal 34

2.1.5.1Pengertian Komunikasi Verbal 34

2.1.5.2Hakikat Bahasa 34

2.1.5.3Fungsi Bahasa 35

2.1.6 TinjauanTentang Komunikasi Non Verbal 36

2.1.6.1Pengertian Komunikasi Non Verbal 36

2.1.6.2Fungsi Komunikasi Non Verbal 37

2.1.6.3Ciri-ciri Komunikasi Non Verbal 38

2.1.6.4Jenis Komunikasi Non Verbal 39

2.1.7 TinjauanTentangMotif 40

2.1.7.1Pengertian Motif 40

2.1.8 TinjauanTentangFenomenologi 41

2.1.8.1Awal Mula Fenomenologi 41

(10)

xi

2.2.2 Kerangka Konseptual 46

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 OBJEK PENELITIAN

3.1.1 Awal Mula Biseksual 51

3.1.2 Biseksual di Dunia 53

3.1.3 Biseksual di Indonesia 57

3.2 METODE PENELITIAN

3.2.1 Desain Penelitian 59

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data 64

3.2.2.1Studi Lapangan 65

3.2.2.2Studi Pustaka 69

3.2.3 Subjek dan Informan Penelitian 70

3.2.3.1Subjek Penelitian 70

3.2.3.2Informan Penelitian 70

3.2.3.3Informan Pendukung Penelitian 71

3.2.4 Teknik Analisa Data 72

3.2.5 Uji Keabsahan Data 74

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 77

3.2.6.1Lokasi Penelitian 77

3.2.6.2Waktu Penelitian 77

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI INFORMANPENELITIAN

(11)

xii

4.2.1.1Tindakan Awal Perkenalan 94

4.2.1.2Tindakan Menengah Kedekatan Interpersonal 99

4.2.1.3Tindakan AkhirHubungan Seksual 104

4.2.2 KomunikasiNon Verbal KaumBiseksual Kota Bandung106

4.2.2.1Pengaturan Waktu Yang Digunakan Kaum Biseksual 106

4.2.2.2Penampilan Yang Digunakan Kaum Biseksual 108

4.2.2.3Gerakan dan Ruang Yang Dilakukan Kaum Biseksual 110 4.2.3 Motif yang MelatariPerilakuKomunikasiBiseksual111

4.3 PEMBAHASAN

4.3.1 Komunikasi Verbal KaumBiseksual Kota Bandung117 4.3.2 KomunikasiNon Verbal KaumBiseksual Kota Bandung122 4.3.3 Motif yang MelatariPerilakuKomunikasiBiseksual125 4.3.4 PerilakuKomunikasi KaumBiseksual128

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan130 5.2Saran132

DAFTAR PUSTAKA 135

DAFTAR LAMPIRAN 138

(12)

xiii

Tabel2.2Pengkategorian Tindakan Komunikasi Biseksual 48

Tabel 3.1Informan Utama Penelitian 71

Tabel 3.2Informan Pendukung Penelitian 72

Tabel 3.3Waktu Kegiatan Penelitian 78

Tabel4.1Profil Singkat Informan Utama dan Pendukung 83

Tabel4.2Tabel Tahapan Observasi 90

Tabel4.3Tabel Waktu dan Tempat Wawancara 92

(13)

xiv

Gambar 3.1Ilustrasi Lambang Biseksual 51

Gambar 3.2Proses Pengumpulan data pada penelitian fenomenologi 64

Gambar 3.2Komponen-Komponen Analisis Data : Model Kualitatif 73

Gambar4.1Model Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual Melalui Simbol Non Verbal 124

(14)

xv

Lampiran 2 Berita Acara Bimbingan 139

Lampiran 3 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk

Mengikuti Seminar Usulan Penelitian 140

Lampiran 4 Pengajuan Pendaftaran Seminar Usulan Penelitian 141

Lampiran 5 Lembar Revisi Usulan Penelitian 142

Lampiran 6 Pedoman Observasi Informan Penelitian 143

Lampiran 7 Pedoman Wawancara Informan Penelitian 145

Lampiran 8 Pedoman Wawancara Informan Pendukung Penelitian 147

Lampiran 9 Identitas Informan Penelitian 148

Lampiran 10 Transkrip Wawancara 1 154

Lampiran 11 Transkrip Wawancara 2 158

Lampiran 12 Transkrip Wawancara 3 162

Lampiran 13 Transkrip Wawancara 4 165

Lampiran 14 Transkrip Wawancara 5 168

Lampiran 15 Transkrip Wawancara 6 172

Lampiran 16 Surat Rekomendasi Pembimbing Untuk

Mengikuti Sidang Sarjana 174

(15)
(16)

a. Buku

Budyatna, Muhammad, Leila Mona Ganiem. 2011; Teori Komunikasi Antar

Pribadi. Jakarta; Kencana

Bajari, Atwar. 2012; Anak Jalanan, Dinamika Komunikasi dan Perilaku Anak

Menyimpang. Bandung; Humaniora

Cangara, Hafied. 2005; Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Press

Effendy, Onong Uchjana. 2001 ; Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung ;PT.

Remaja Rosdakarya

Hikmat, Mahi M 2010; Komunikasi Politik Teori dan Praktik dalam Pikada

Langsung. Bandung; Simbiosa Rekatama Media

Kuswarno, Engkus. 2013 ; Fenomenologi. Bandung; Widya Pajajaran

Littlejohn, Karen A.Foss. 2009; Teori Komunikasi Theories of Human

Communication. Jakarta; Salemba Humanika

Mulyana, Deddy. 2010; Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar; Bandung; PT. Remaja

Rosdakarya

______________ 2005; Komunikasi Efektif; Bandung; PT. Remaja Rosdakarya

______________ 2008; Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya

_______________ 2010; Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Moleong, Lexy J. 2007; Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Rahmat, Jalaludin. 2008; Psikologi Komunikasi : Bandung; PT Remaja Rosdakarya

(17)

Sobur, Alex. 2013 Filsafat KomunikasiTradisi dan Metode Fenomenologi. Bandung;

: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung :

Alfabeta

Suriasumantri, Jujun S. 2010; Filsafat Ilmu. Jakarta; Pustaka Sinar Harapan

b. Karya Ilmiah

 Mutiara, Ria D. 2013; Perilaku Komunikasi sales Promotion Girl Provider XL

Axiata (Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Sales Promotion Girl

Provider XL Axiata Dalam Memberikan Pelayanan Terhadap Konsumen di

Dukomsel Kota Bandung).

 Puspita, Diana. 2012; PENGELOLAAN KESAN KAUM BISEKSUAL (Studi

Dramaturgi Pengelolaan Kesan Kaum Biseksual di Kota Bandung ).

 Yustining, Ayu. 2010; Gaya Hidup Kaum Bisesual

c. Penelusuran Online

 http://kamuskesehatan.com/arti/biseksual/

pada hari jumat 22/02/2014 pukul 21:05 WIB

 kompashealth :

http://health.kompas.com/read/2013/04/15/09122975/Biseksual.Dapatkah.Men jadi.Heteroseksual

pada hari sabtu 22/02/2014 pukul 20:02

(18)

pada hari sabtu 22/02/2014 pukul 20:42WIB

 Merlin_hypocrite/IdentitasgayBiseksual/

http://www.scribd.com/doc/41403055/an-Identitas-Gay-LesbianDan-Biseksual/

Pada Minggu, 9 Maret 2014/20.14 WIB

 Voice of Islam : Bangkitnya Gerakan Gay, Lesbian, Biseksual, dan Transgender Dunia

http://www.voa-islam.com/read/opini/2012/05/11/19064/bangkitnya-gerakan-gay-lesbian-biseksual-dan-transgender-dunia/

(19)

v

KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera,

Puji Syukur peneliti haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa Maha Pemurah

dan Penyayang, karena berkat Rahmat-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual (Studi

Fenomenologi Mengenai Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual dalam

Menjalani Kehidupannya di Kota Bandung)” ini tepat pada waktu yang telah

ditentukan. Karena selama penulisan banyak sekali kendala yang tak terduga serta

hambatan yang peneliti hadapi. Adapun penulisan skripsi ini ditujukan untuk

memenuhi tugas akhir yang merupakan syarat sidang sarjana pada program studi

ilmu komunikasi konsentrasi Humas. Dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan kritik dan saran membangun untuk hasil yang lebih baik di masa

datang.

Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

Ayahanda Karsum (alm) dan Ibunda tercinta Siti Sabiyah, yang telah

memberikan kasih sayang, semangat, dorongan serta dukungan sepenuhnya

kepada penulis baik moril maupun non moril. Sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan, dan peneliti persembahkan untuk kedua orang tua yang tidak

(20)

vi

Dalam melaksanakan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa penyusunan

skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa dorongan dan bimbingan dari berbagai

pihak.

Melalui kesempatan ini juga, dengan segenap kerendahan hati, peneliti ingin

menyampaikan rasa hormat, terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof.Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A., selaku Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Bandung yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di

lapangan.

2. Bapak Drs. Manap Solihat, M.si. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi sekaligus sebagai Dosen Wali IK-2 2010 dan Pembimbing

skripsi, yang telah membimbing, memotivasi dan mempermudah

seluruh proses pembuatan skripsi ini.

3. Ibu Melly Maulin P, S.Sos, M.Si, selaku Sekretaris Prodi Ilmu

Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia yang telah

memberikan arahan sebelum dan sesudah peneliti melaksanakan skripsi

ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi,

Khususnya Konsentrasi Ilmu Humas, yang telah membantu peneliti

(21)

vii

5. Ibu Retno W., A.Md selaku Sekertaris Dekan FISIP dan Ibu Astri

Ikawati A.Md selaku Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi

yang telah membantu peneliti dalam pengurusan surat-surat dan

administartif lainnya.

6. Untuk kakak tercinta Achmad Setia Budi Wibowo, terima kasih selalu mendukung dan memberikan kasih sayang kepada peneliti.

7. Untuk Sahabat-sahabatku tercinta Niluh Ayu, Dita Ayu, Aghnia, Irfan

Fahrizal, Azzahra dan Lenirisya yang telah memberikan kasih

sayang dukungan dan semangat kepada peneliti.

8. Untuk Sahabat seperjuanganku Nadia Fahlufina, Ananda Safitri,

Dewi Sartika, Yudha Adi Purnama, M.Gusti Pangestu, Erwin

Wijaya, Abdee Pradana Ugan, Andhika Anugrah, Ajeng Dwita

terimakasih atas dukungan dan motivasinya kepada peneliti sehingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Rekan kelas IK 2 2010 dan IK HUMAS 2 2010 terimakasih atas

motivasi dan segala bantuannya.

10. Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan

skripsi yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Tiada kata yang bisa terungkap, peneliti hanya bisa mendoakan semoga

segala bantuan, bimbingan, dorongan dan seluruh kebaikan semua pihak yang

telah diberikan kepada peneliti, mendapat balasan pahala dari Tuhan Yang Maha

(22)

viii

Kritik dan Saran sangat peneliti harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga penulisan ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan

umumnya bagi pembaca.

Bandung, Juli 2014 Peneliti

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi, karena didalamnya terdapat

suatu proses kehidupan bagi seorang manusia untuk membuat, mendapatkan dan

menggunakan informasi untuk melaksanakan kehidupan, dimana dalam

kehidupan tersebut seorang manusia melakukan suatu aksi perilaku yang

mengharuskannya untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dimana seseorang

tersebut berada. Hasil dari sebuah perilaku komunikasi yang muncul

mengharuskan seseorang tersebut untuk mendapat titik temu tindakannya.

Perilaku komunikasi akan menampilkan teknik dan keterampilan dari seseorang

tersebut untuk mencapai tujuan komunikasinya, dalam hal ini dapat diterapkan

pada seseorang yang mengatur teknik berkomunikasinya baik secara verbal

maupun non verbal dalam bersosial dengan pribadi lainnya. Salah satu contoh dari

perilaku komunikasi dapat kita lihat dari sudut pandang orientasi seseorang,

karena orientasi tersebut akan membentuk sebuah tingkah laku yang berasal dari

dorongan dalam dan rangsangan luar tergantung situasi yang dihadapinya. Salah

satu contoh fenomena yang didalam kehidupannya akan mengatur suatu perilaku

komunikasi yaitu fenomena biseksual.

Fenomena ini termasuk suatu pada golongan minoritas di dunia. Golongan

minoritas tersebut adalah fenomena dari wujud seseorang yang memiliki orientasi

(24)

seksual ganda, maksudnya adalah seseorang tersebut memiliki rasa ketertarikan

terhadap lawan jenis sekaligus sesama jenis atau yang sering disebut biseksual.

Biseksual adalah fenomena individu yang dapat menikmati hubungan

emosional dan seksual dengan orang dari kedua jenis kelamin1. Secara tegas

fenomena biseksual adalah sebuah penyimpangan yang bertentangan dengan

norma agama dan sosial, namun menurut penelitian dari dokter di WHO

menyatakan bahwa gay, lesbian, biseksual dan transgender bukanlah sebuah

penyimpangan penyakit gangguan otak, melainkan gangguan selera seksual pada

diri mereka.2

Fenomena macam itu adalah sebuah selera orientasi seksual yang tidak

umum. Terlepas dari norma yang ada, seseorang dibebaskan untuk menentukan

apa dan siapa yang mereka inginkan sesuai hasrat dari seseorang tersebut.

Keberadaannya di Indonesia sendiri untuk kaum biseksual masih belum

diterima itu terlihat masih banyaknya masyarakat dan pihak-pihak lain yang

kontradiktif, itu dapat terlihat saat Ketua Komisi Nasional Hak Azasi Manusia

(Komnas HAM) Siti Noor Laila, akan melakukan uji publik terkait tentang gay,

lesbian, biseksual dan transgender tentang perlindungan dari diskriminasi dan

kekerasan yang dialami mereka, karena mereka pun warga negara Indonesia. Baru

direncanakan saja sudah ada yang mengkritik rancangan Komnas HAM tersebut,

salah satunya anggota komisi X DPR Surahman Hidayat, Ia menyatakan bahwa

jenis kelamin adalah kodrat yang sudah ditetapkan oleh Allah, yaitu Laki-Laki

1http://kamuskesehatan.com/arti/biseksual/ pada hari jumat 22/02/2014 pukul 21:05 WIB

2kompashealth : http://health.kompas.com/read/2013/04/15/09122975/Biseksual.Dapatkah.Menjadi.Heteroseksual pada

(25)

dan Perempuan, sehingga dalam Hukum agama dan bahkan hukum konstitusi di

Indonesia sudah sangat jelas mengatur eksistensi laki-laki dan perempuan.3

Semakin berkembangnya jaman semakin terangkat pula fenomena

biseksual ini ke permukaan, serta ada beberapa dari mereka yang sudah tidak

malu-malu lagi untuk mengungkapkan jati diri mereka yang sesungguhnya

dihadapan publik bahwa mereka adalah biseksual, kamuflase yang mereka buat

seolah-olah membentuk sebuah tameng identitas asli mereka sebenarnya. Apalagi

saat ini didukung oleh media percakapan sosial yang khusus untuk kaum

biseksual, dengan mudah mereka dapat terhubung dengan seseorang biseksual

lainnya tanpa harus bertemu langsung serta mereka dapat menutupi identitas

aslinya di dunia nyata dan memproyeksikan hasrat biseksualnya di dunia maya

tersebut, karena mereka sadar betul akan identitasnya adalah sumber bagi

motivasi dan ekspektasi dalam kehidupannya serta memiliki kekuatan yang tetap.

Seseorang dengan biseksual bagaikan bunglon yang mampu mengubah

warna tubuhnya untuk dapat beradaptasi dengan keadaan sekitarnya, mereka akan

mengatur perilakunya. Ketertarikannya terhadap dua jenis kelamin sekaligus

membuatnya akan menempatkan diri disaat dia berada dan dengan siapa dia

berhadapan. Hal tersebut membuat seorang biseksual secara penampilan tidak ada

sesuatu yang menonjol yang dapat menjadi acuan sebagai identitas khas seorang

biseksual, pria berpenampilan layaknya pria, wanita pun demikian, hampir tidak

ada celah penyimpangan pada tampilan fisik yang mereka kenakan. Double sexual

oriented yang dimiliki seorang biseksual akan membuat suatu dorongan untuk

memenuhi tujuan yang dia butuhkan. Maka dari seseorang yang belum mampu

3Tribunnews:

(26)

menerima bahwa dirinya adalah seorang biseksual akan merasakan adanya

kecemasan dalam batinnya. Terkadang seseorang tersebut cenderung memaksakan

diri untuk berperilaku senormal mungkin dalam menjalani kebutuhan seksualnya

seperti seorang suami melakukan hubungan intim dengan istrinya hingga

hasratnya terpuaskan namun setelahnya sang suami tersebut merasakan lagi ada

separuh hasratnya yang belum dia salurkan, itulah yang menyebabkan adanya

konflik batin yang terjadi pada dirinya. Hal tersebut dikarenakan seseorang

dengan biseksual menaruh hasratnya pada dua jenis kelamin, sehingga seperti hal

tadi apabila salah satu hasratnya belum tersalurkan munculah kecemasan itu.

Faktor lingkungan sosial menjadi peranan penting terhadap fenomena

gangguan orientasi seksual ini. Keluarga adalah faktor awal yang sangat

berpengaruh terhadap laju arusnya kehidupan sesorang tersebut. Aturan,

kebijakan, dan kebebasan yang ditanamkan dalam sebuah keluarga menimbulkan

pengaruh yang besar terhadap perkembangan pikiran serta perilaku seseorang itu.

Menurut Jalaludin Rakhmat (2012:20) dalam teori kaum behavioris

menyatakan bahwa seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar, Belajar artinya

perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak

mempersoalkan apakah manusia itu baik atau jelek, rasional atau emosional,

behaviorisme hanya ingin tahu bagaimana perilaku dipengaruhi lingkungan.

Maka dari itu faktor keluarga yang termasuk didalamnya seperti pergaulan

dan pengalaman yang memungkinkan hubungan sering terjadi bisa jadi membuat

(27)

dibuat asal jadi alias instan. Pasti ada latar belakang kenapa mendadak seorang

pria suka dengan wanita serta menyukai pria juga.

Dalam kehidupan asli dari seorang pria biseksual dapat mengatakan bahwa

dia suka dengan banyak wanita yang muda, cantik dan seksi. Pria tersebut

mempunyai rasa ketertarikan terhadap para wanita itu, dengan lihai dia

memperlihatkan kelebihannya untuk menarik perhatian wanita tersebut. Setelah

menjalani hubungan yang lebih dekat dengan para wanita itu, rasa penasaran pada

wanita itu sedikit demi sedikit berkurang dan mulai mencari sosok baru lain yang

bisa lebih membuatnya nyaman dan dapat menuhi ruang kosong dalam batinnya

itu karena dilain sisi pria biseksual tersebut menaruh hasratnya terhadapa sesama

pria juga. Bagi seorang biseksual yang kuat yang masih membentengi diri untuk

tidak menjalani hubungan dengan sesama jenisnya, mereka dapat menjaga dirinya

agar tetap mengikuti norma kenormalan secara kodrati untuk dapat menahan

keinginannya tersebut, karena mereka sadar betul sekali saja tergoda dan terjun

langsung untuk mengikuti hasratnya maka sangat sulit lagi untuk kembali kejalur

yang benar, namun bagi seseorang biseksual yang lebih ekspresif dia akan sadar

bahwa dirinya menyukai dua gender sekaligus. Dia akan membangun sebuah

hubungan dengan wanita tersebut dan sekaligus dengan sesama pria juga. Dalam

kegiatan hubungan seksual pun pria ini akan mencapai titik puas secara batin

apabila dia sudah melakukannya dengan keduanya, hal ini seperti sebuah

pemenuhan kebutuhan birahinya, walaupun tidak semua kegiatan seorang

(28)

membangun hubungan cinta dan kasih, senang bila jalan berdua, mengobrol

bersama, bertemu rutin dengan waktu yang sudah disepakati.4

Dengan kondisi seperti itu maka seorang biseksual akan menjalani

hubungan yang lebih dekat dengan wanita dan pria yang dia sukai, dari hal

tersebut seorang biseksual akan melakukan suatu strategi dalam memproyeksikan

tingkah lakunya sesuai dengan keadaan yang ada dihadapannya, dia akan

mengatur perilaku komunikasi saat dia sedang bersama wanitanya dan akan

mengatur lagi perilaku komunikasi saat dia bersama dengan prianya. Kemampuan

tersebut bisa kita katakan sebagai kemampuan pengaturan perilaku privasi

komunikasi yang dibuat oleh Sandra Petronio dalam buku karya Littlejohn yang

berjudul Theories of Human Communication yaitu membahas tekanan antara

keterbukaan dan rahasia pribadi, antara sesuatu yang bersifat “publik” dan

“rahasia” dalam suatu hubungan. Menurut Petronio, individu-individu yang

terlibat dalam hubungan terus mengatur batasan-batasan antara apa yang umum

dan pribadi, antara persaan-perasaan tersebut yang ingin mereka bagi dengan

orang lain dan tidak ingin mereka bagi.

Melalui pembahasan tersebut maka seorang biseksual akan mengatur

perilakunya dalam kegiatan komunikasi, perilakunya mencerminkan seseorang

yang terlahir kembar identik, fisik yang sama namun sifat dan kepribadian yang

berbeda. Seorang biseksual tersebut akan menyalaraskan batasan-batasan mereka

dalam bertindak. Sehingga informasi pribadi dapat dikendalikan yang berujung

pada penilaian publik, karena seorang biseksual cenderung menutupi

penyimpangan tersebut. Penyimpangan orientasi seksual tersebut akan

(29)

dirahasiakan rapat-rapat, sehingga terjadi sebuah negosiasi dalam dirinya untuk

mengatur pengetahuannya dalam pikiran dan menggunakannya untuk membentuk

pesan dalam suatu perilaku yang ditampakkan.

Dalam konteks dan kajian ilmu komunikasi tidak bisa terlepas dari

lambang verbal dan non verbal yang menjadi inti dari komunikasi, karena

komunikasi tidak akan pernah berlangsung bila tidak ada lambang-lambang

(simbol). Dengan kata lain perilaku komunikasi (penggunaan lambang-lambang

komunikasi) (Kuswarno 2009:103).

Mengambil dari pemikiran diatas maka membahas perilaku komunikasi

dari seorang biseksual merupakan penggunaan lambang-lambang komunikasi,

sehingga melalui perilaku komunikasi yang ditampakan oleh seorang biseksual

itu, maka didalam terdapat adanya komunikasi verbal dan non verbal dalam

menjalani kehidupan sehari-harinya baik interaksinya di lingkungan keluarga,

sosial dan juga lingkungan profesionalnya. Serta penelitian ini pun bukan hanya

menggambarkan secara sadar perilaku komunikasi kaum biseksual tapi peneliti

juga ingin menjabarkan motif yang menjadi dasar dari aksi perilaku komunikasi

tersebut. Karena motif pun merupakan peranan yang sangat menentukan dalam

membentuk suatu perilaku (Rakhmat 2012:36).

Pentingnya motif untuk meninjau diri informan terdapat dalam

pernyataan Schutz. Menurut Engkus Kuswarno (2009:192),

Motif adalah dorongan untuk menetapkan suatu pilihan perilaku yang

(30)

yang pertama kali keluar pada diri seseorang ketika dirinya mengambil suatu

tindakan tertentu.

Interaksi yang dilakukan oleh kaum biseksual adalah suatu bentuk

modifikasi pemberian informasi mengenai dirinya sendiri kepada orang lain. Hal

ini memungkinkan individu lain dapat menilai secara langsung kontak yang

terjadi dengan seorang biseksual yang berujung pada penilaian yang normal

dimata orang-orang yang berinteraksi dengan seorang biseksual melalui

perilakunya tersebut.

Perilaku komunikasi kaum biseksual merupakan salah satu bahasan yang

dapat dikaji oleh studi fenomenologi, karena bahasan tersebut merupakan

fenomena yang tampak serta sebuah perilaku komunikasi yang dilakukan

didalamnya terdapat suatu kesadaran dari perspektif pokok dari seorang biseksual

itu. Dalam hal ini peneliti akan melihat tindakan-tindakan sosial yang bermakna

dalam artian akan melihat suatu peristiwa komunikasi dan tindakan yang

menunjukan suatu peristiwa komunikasi.Sehingga peneliti akan bertugas untuk

mengakses pemikiran dari seorang biseksual dengan tujuan untuk menafsirkan

motif, tindakan, pengalaman dan dunia kehidupan dari sudut pandang mereka.

Istilah fenomenologi sebagai suatu displin ilmu itu dikemukakan serta

dikembangkan oleh Edmund Husserl (1859-1983) seorang filsuf Jerman.

Fenomenologi digunakan sebagai perspektif filosofi dan juga digunakan sebagai

pendekatan dalam metodologi kualitatif, Fenomenologi merupakan pandangan

(31)

manusia dan interpretasi dunia. Yakni fenomenologi menyelidiki pengalaman

kesadaran, yang berkaitan seperti bagaimana pembagian antara subjek (ego)

dengan objek (dunia).

Dalam konteks fenomenologis, kaum biseksual adalah seorang aktor yang

melakukan interaksi. Biseksual tersebut juga mempunyai sejarah dan harapan

yang dapat dilihat dalam bentuk yang alami. Mengacu pada pemikran Schutz,

seorang biseksual memilki motif yaitu berorientasi kemasa depan (in order to

motive) dan berorientasi ke masa lalu (because motive). Dari hal itu seorang

tersebut akan menentukan penilaian terhadap dirinya sendiri dalam statusnya

sebagai biseksual.

Seorang biseksual akan mengatur perilaku-perilaku untuk menyampaikan

pesannya baik secara verbal maupun non verbal dengan beradapatasi terhadap

situasi dan mitra rekan interaksinya, hal tersebut dilakukan karena agar

tercapainya tujuan yang diinginkan kaum biseksual tersebut. Mampukah seorang

biseksual ini mengatur perilakunya dalam menjalani kehidupan untuk mencapai

tujuan yang dia inginkan dengan adanya penyimpangan orientasi seksual yang

dimilikinya, Maka dari itu peneliti mengangkat pembahasan tentang biseksual ini,

karena hal tersebut di Indonesia sendiri masih dianggap fenomena menyimpang

sehingga mayoritas orang-orang masih beranggapan negatif tentang adanya

(32)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penelitian yang telah dirumuskan oleh

peneliti mengenai perilaku komunikasi kaum Biseksual kota Bandung

adalah sebagai berikut :

1.2.1 Rumusan Masalah Makro

Bagaimanakah Perilaku Komunikasi Kaum Biseksual dalam

Menjalani Kehidupannya di Kota Bandung?

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Berikut rumusan masalah mikro yang telah dirumuskan oleh peneliti

secara lebih spesifik :

1. Bagaimana komunikasi verbal yang digunakan oleh Kaum Biseksual di

Kota Bandung ?

2. Bagaimana komunikasi non verbal yang digunakanoleh Kaum Biseksual

di Kota Bandung ?

3. Bagaimana motif yang melatari perilaku komunikasi Kaum Biseksualdi

Kota Bandung ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan oleh

peneliti mengenai perilaku komunikasi Kaum Biseksual dalam Menjalani

(33)

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk analisis, mendeskripsikan,

menjelaskan tentang perilaku komunikasi kaum Biseksual secara umum dan

secara khusus tentang komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif

yang melatari perilaku komunikasi kaum Biseksual dalam menjalani

kehidupannya di kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui

jumlah keseluruhan dari rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui komunikasi verbal yang digunakan kaum Biseksualdi

kota Bandung.

2. Untuk mengetahui komunikasi non verbal yang digunakan kaum

Biseksual di kota Bandung.

3. Untuk mengetahui motif yang melatari perilaku komunikasi kaum

Biseksualdi kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Secara teoritis penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil

yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian

ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan Ilmu

(34)

yang dilakukan seseorang dalam menjalani kehidupan sosialnya, terlebih

lagi mengenai komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang

melatari perilaku komunikasi seseorang tersebut dalam berinteraksi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Kegunaan Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kepustakaan

mengenai perilaku komunikasi, hal ini adalah salah satu macam

perilaku sosial yang ada di masyarakat. Penelitian ini juga memberikan

kesempatan yang baik bagi peneliti untuk mempraktekan teori

komunikasi dalam bentuk nyata terhadap fenomena yang ada di

masyarakat salah satunya adalah teori interaksi simbolik.

b. Kegunaan Bagi Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Program Studi Ilmu

Komunikasi untuk dijadikan sebagai referensi atau literature sebagai

salah satu sumber pengetahuan baru mengenai masalah yang diteliti.

Terutama bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan

penelitian dengan tema yang sama.

c. Kegunaan Bagi Masyarakat

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pihak-pihak yang ingin mendapatkan informasi mengenai Biseksual di kota

Bandung, sehingga diharapkan pula dapat memberikan pengaruh

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penelitian Terdahulu yang Sejenis

Tinjauan Penelitian terdahulu adalah referensi referensi yang berkaitan

dengan informasi penelitian. Penelitian terdahulu ini berupa hasil penelitian

yang sudah dilakukan, penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan

acuan, antara lain :

1. Penelitian dengan Judul : Perilaku Komunikasi sales Promotion Girl

Provider XL Axiata (Studi Kasus Mengenai Perilaku Komunikasi Sales

Promotion Girl Provider XL Axiata Dalam Memberikan Pelayanan

Terhadap Konsumen di Dukomsel Kota Bandung). Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui Perilaku Komunikasi Sales Promotion Girl Provider XL

Axiata dalam Memberikan Pelayanan terhadap Konsumen di Dukomsel

Kota Bandung. Penelitian ini membahas tentang perilaku komunikasi

dilihat dari komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan motif yang

melatari perilaku komunikasi tersebut.Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif, sedangkan desain penelitian yang digunakan adalah

studi kasus. Proses pemilihan informan menggunakan teknik purposive

sampling. Selain itu, teknik pengumpulan data dengan wawancara

mendalam, observasi partisipasi, dokumentasi, dan pencarian data di

(36)

internet. Teknik analisa data yang digunakan adalah model siklus Miles

dan Huberman untuk membahas mengenai permasalahan penelitian.Hasil

penelitian diperoleh bahwa perilaku komunikasi dilihat dari komunikasi

verbal berupa penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda pada waktu

tertentu, dan salam “Selamat datang di XL Axiata”. Sedangkan

komunikasi non verbal berupa bahasa tubuh terdapat gerakan tangan dan

kepala, ekspresi wajah dan kontak mata. Dan dilihat dari penampilan fisik

busana berlogo XL Axiata serta karakter fisik. Dan yang terakhir adanya

motif alasan menjadi SPG dan motif tujuan menjadi SPG dalam

membentuk perilaku komunikasi tersebut.Simpulan perilaku komunikasi

Sales Promotion Girl Provider XL Axiata dalam memberikan pelayanan

terhadap konsumen berupa penggunaan bahasa Indonesia serta sesekali

berbahasa Sunda, penggunaan salam sambutan berupa “Selamat datang di

XL Axiata”, penggunaan gerakan tangan dan kepala, ekspresi wajah dan

kontak mata yang ditunjukan, penggunaan seragam berlogo XL Axiata,

beberapa karakter fisik yang dimilikinya. Dan yang terakhir adalah adanya

motif masa lalu yang berasal dari pengalaman dan ajakan teman serta

motif masa depan untuk mendapatkan uang dan bentuk tanggungjawab

terhadap perusahaan.Saran sebaiknya Sales Promotion Girl Provider XL

Axiata membiasakan mengucap salam, mempertahankan bahasa yang

bersahabat dan meningkatkan penggunaan bahasa tubuh dalam (Ria Dwi

(37)

2. Penelitian dengan judul : PENGELOLAAN KESAN KAUM BISEKSUAL

(Studi Dramaturgi tentang Pengelolaan Kesan Kaum Biseksual Kota

Bandung). Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui Pengelolaan Kesan

Kaum Biseksual. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

panggung depan, panggung tengah, panggung belakang, dan pengelolaan

kesan kaum biseksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

dengan studi dramaturgi yang melibatkan tujuh orang informan. Data

diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi literatur,

penelusuran internet, dan juga triangulasi dengan cara membandingkan

jawaban informan utama dan pendukung. Adapun teknik analisis data yang

digunakan adalah reduksi data, pengumpulan data, penyajian data,

penarikan kesimpulan, dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa

kaum biseksual dapat memainkan peran di setiap panggungnya. Saat

berada di pangung depan mereka dapat mengelola kesan positif bagi

orang-orang di sekitarnya. Mereka bersikap normal untuk menghindari

kecurigaan orang-orang yang berada di panggung depan. Begitupun

dengan panggung tengah, mereka dapat menjaga sikapnya saat berada di

area ini. Sedangkan di panggung belakang mereka menjadi pribadi yang

berbeda dengan yang ada di panggung depan, pengelolaan kesan yang

dibentuk pun berbeda. Pengelolaan kesan yang dibentuk berupa

simbol-simbol yang meliputi gaya berpenampilan, berperilaku, gaya bicara, dan

lain-lain. (Diana Puspita NIM. 41808101/Ilmu Komunikasi UNIKOM :

(38)

3. Penelitian dengan judul : Gaya hidup Kaum Biseksual. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan Gaya Hidup Kaum Biseksual dikalangan

mahasiswa Kota Bandung. Untuk menjawab tujuan tersebut, maka yang

akan di analisis didalam penelitian ini tentang aktivitas, minat dan citra diri

kaum Biseksual. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

informan yang berjumlah 4 (empat) orang dan 1 (satu) informan kunci.

Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, studi

literatur, internet searching. Adapun teknik analisis data yang digunakan

adalah penyeleksian data, klasifikasi data, merumuskan hasil penelitian,

menganalisa hasil penelitian, dan penarikan kesimpulan. Ayu Yustining

NIM. 4180707/Ilmu Komunikasi UNIKOM : 2011).

Tabel 2.1

Rekapitulasi Penelitian Terdahulu yang Sejenis

Nama /tahun Uraian

Ria Dwi Mutiara Diana Puspita Ayu Yustining

2013 2012 2011

Perguruan Tinggi UNIKOM UNIKOM UNIKOM

Judul

(39)

Hasil beberapa karakter fisik yang dimilikinya Dan yang terakhir adalah adanya motif masa lalu yang berasal dari pengalaman dan ajakan teman serta motif

Komunikasi merupakan jalur penting yang menghubungkan kita di dunia,

sarana kita menampilkan kesan, mengekspresikan diri, mempengaruhi orang

lain dan lain-lain, maka melalui komunikasi lah kita membangun hubungan

dengan beragam jenisnya, dengan begitulah komunikasi sangatlah mendasar

(40)

2.1.2.1 Pengertian Ilmu Komunikasi

Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal

dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio,

atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common).

Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu

pesan dianut secara sama.

Seseorang melakukan komunikasi karena ingin mengadakan

hubungan dengan lingkungannya serta komunikasi dilakukan dengan

berbagai media agar pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan benar,

sebagaimana yang diungkapkan oleh Lasswell sebagai berikut

Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan

siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat apa

atau hasil apa.

Komunikasi dapat dilihat dari pernyataan Deddy Mulyana,

“Komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal dan non

verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang

atau lebih”. (Mulyana 2005:3).

Definisi-definisi sebagaimana dikemukakan diatas, tentu belum

mewakili semua definisi yang telah dibuat oleh para ahli. Namun

paling tidak kita telah memperoleh gambaran tentang apa yang

dimaksud komunikasi. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah

(41)

masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi tersebut untuk

berhubungan satu sama lain dengan lingkungan.

2.1.2.2 Proses Komunikasi

Secara umum banyak ilmuwan sepakat bahwa komunikasi itu

merupakan sebuah proses penymapaian pesan dalam bentuk ide, gagasan,

pikiran, emosi, perilaku, dan sebagainya. dalam proses komunikasi terdapat

empat kemungkinan jenis pesan (1) Verbal disengaja; (2) Verbal tidak

disengaja; (3) Non Verbal disengaja; (4) Non Verbal tidak disengaja. Pesan

verbal disengaja yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk

berhubungan dengan orang lain secara lisan. Pesan verbal tidak disengaja

adalah sesuatu yang dikatakan tanpa bermaksud mengatakannya. perbedaan

antara pesan non verbal disengaja dan tidak disengaja adalah dalam aspek

keinginan.

Onong Uchjana Efendi (2001:11) membagi proses komunikasi dalam

dua sisi, yaitu proses komunikasi secara primer dan sekunder. Proses

komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan

seseorang kepada orang lain menggunakan lambang (simbol) sebagai media.

Sementara itu, proses komunikasi secara sekunder adalah proses

penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain menggunakan alat dan

sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media

pertama.

Proses komunikasi terdiri dari penyebar pesan, pesan, dan penerima

(42)

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Harold D. Laswell (1948), memaparkan bahwa fungsi komunikasi

sebagai berikut :

1. Menjaga atau mengawasi lingkungan (surveillance of the environment);

2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk

lingkungannya (correlation of the part of society in responding to the

environtment); dan

3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya

(transmission of social heritage).

Fungsi Komunikasi menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu

Komunikasi Suatu Pengantar, dapat dijelaskan seperti berikut :

1. Komunikasi Sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikator itu penting untuk membangun

konsep-diri kita, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh

kebahagiaan, terhindar daritekanan dan ketegangan, anatar lain lewat

komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan

orang lain (Mulyana, 2010 : 5).

2. Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspreasif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang

lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi

instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita”

(43)

3. Komunikasi Ritual

Komunikasi ritual sering juga bersifat ekspresif, menyatakan perasaan

terdalam seseorang. Kegiatan ritual memungkinkan para pesertanya

berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan

mereka, juga sebagai pengabdian kepada kelompok. Bukanlah

substansi kegiatan ritual itu sendiri yang terpenting, melainkan

perasaan senasib sepenanggungan yang menyertainya, perasaan

bahwa kita terikat oleh sesuatu yang lebih besar daripada diri kita

sendiri, yang bersifat abadi, danbahwa kita diakui dan diterima dalam

kelompok kita (Mulyana, 2010 : 25).

4. Komunikasi Instrumental

Mempunyai beberapa tujuan umum : menginformasikan, mengajar,

mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku

atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur. Sebagai

instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan

membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan

tersebut. Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai

strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja

lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi

berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan

pekerjaan, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang

(44)

2.1.2.4 Unsur-unsur Komunikasi

Paradigma Harold D. Lasswell menunjukan bahwa komunikasi

meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan sebagai berikut ”Who

Says What in Which Channel to Whom With What Effect?” yaitu :

1. Komunikator.

Komunikator adalah pihak yang menyampaikan atau mengirm pesan

kepada khalayak karena itu komunikator biasa di sebut pengirim,

sumber, source, atau encoder. (Cangara,2005:81)

2. Pesan.

Pesan (massage) dalam komunikasi tidak lepas dari simbol dan kode,

karena pesan yang di kirim oleh komunikator kepada penerima terdiri

atas rangkaian simbol dan kode baik secara verbal maupun non

verbal.(Cangara,2005:93)

3. Media.

Media adalah alat atau sarana yang di gunakan untuk menyampaikan

pesan dari komunikator kepada komunikan. (Cangara,2005:119)

4. Komunikan.

Komunikan biasa di sebut dengan penerima, sasaran, pembaca,

pendengar, penonton, pemirsa, decoder, atau khalayak. Komunikan

dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan

(45)

5. Efek.

Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan,

dirasakan dan di lakukan sebelum dan sesudah menerima pesan.

(Cangara,2005:147)

2.1.2.5 Bentuk-bentuk Komunikasi

Bentuk-bentuk komunikasi menurut Deddy Mulyana dalam bukunya

Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, diantaranya :

1. Komunikasi Intrapribadi (Intapersonal Communication)

Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik

disadari atau tidak. Contohnya berpikir. Komunikasi ini merupakan

landasan komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam

konteks-konteks lainnya, meskipun dalam disiplin ilmu komunikasi tidak

dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain, komunikasi

intrapribadi ini inheren dalam komunikasi dua-orang, tiga-orang, dan

seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita

biasanya berkomunikasi dengan dirisendiri (mempersepsi dan

memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak

disadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung

pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri (Mulyana, 2010

:80).

2. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar orang-orang secara

(46)

orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.

Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna,

komunikasi antarpribadi berperan hingga kapanpun, selama manusi

masih mempunyai emosi (Mulyana, 2010:81).

3. Komunikasi Kelompok (group communication)

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan

bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan

bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka

sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah

keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat, kelompok diskusi,

kelompok pemecah masalah, atau suatu komite yang tengah berapat

untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi

kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan

kelompok kecil tersebut (Mulyana, 2010:82).

4. Komunikasi Publik (public communication)

Komunikasi publik adalah komuniaksi antara seorang pembicara

dengan sejumlah besar orang (khalayak) yang tidak bisa dikenali satu

persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah,

atau kuliah (umum). Komunikasi publik biasanya berlangsung lebih

formal dan lebih sulit daripada komunikasi antarpribadi atau

komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut persiapan

pesan yang cermat, keberanian, dan kemampuan menghadapi

(47)

memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau

membujuk (Mulyana, 2010:82).

5. Komunikasi Oganisasi (Organizational Communication)

Komunikasi organisasi adalah proses komunikasi yang terjadi di

dalam suatu organisasi, bersifat formal dan informal, dan berlangsung

dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok.

Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi diadik,

komunikasi antarpribadi, dan ada kalanya juga komunikasi publik.

Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi,

yakni : komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi

horisontal. Sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada

struktur organisasi, seperti komunikasi antarsejawat, juga termasuk

gossip (Mulyana, 2010:83).

6. Komunikasi Massa (Mass Commnication)

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media

massa, baik cetak (surat kabar, majalah), maupun elektronik (radio,

televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang

dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang

tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya

bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas

(48)

2.1.2.6 Konseptualisasi Komunikasi

Menurut John R. Wenburg dan Wiliam W. Wilmot juga Keneth K.

Sereno dan Edward M. Bodaken, Konseptualisasi komunikasi dibagi

menjadi tiga pandangan pemahaman sebagaimana dikutip oleh Deddy

Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar diantaranya :

1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah

Suatu pemahaman popular mengenai komuinkasi manusia adalah

komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari

sesorang kepada seseorang lainnya, baik secara langsung (tatap muka)

maupun melalui media. Misalnya, seseorang itu mempunyai informasi

mengenai suatu masalah, lalu ia menyampaikan kepada orang lain,

orang lain mendengarkan, dan mungkin berperilaku sebagai hasil

mendengarkan pesan tersebut, lalu dianggap komunikasi sudah terjadi.

Jadi komunikasi diabggap suatu proses linier yang dimulai dengan

sumber atau pengirim dan berkahir pada penerima, sasaran atau

tujuannya. Pemahaman komunikasi sebagai proses satu arah boleh di

aplikasikan pada komunikasi tidak langsung, seperti pada pidato yang

tidak melibatkan banyak Tanya jawab dan komunikasi massa (cetak

dan elektronik). (Mulyana, 2010 :67).

2. Komunikasi sebagai interaksi

Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi

dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian.

(49)

seseorang penerima bereaksi dengan member jawaban verbal atau

menganggukan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah

menerima respon atau umpan balik dari orang kedua, dan begitu

seterusnya. Pokoknya masing-masing dari kedua pihak berfungsi

secara berbeda, bila yang satu sebagai pengirim, maka tang satunya

lagi sebagai penerima. Begitu pula sebaliknya. Komunikasi sebagai

interaksi dipandang sedikit lebih dinamis dari pada komunikasi

sebagai tindakan satu arah. Namun pandangan kedua ini masih

membedakan para peserta sebagai pengirim dan pemnerima pesan,

karena itu masih tetap berorientasi sumber, meskipun kedua peran

tersebut dianggap bergantian. Jadi, pada dasarnya proses interaksi

yang berlangsung juga masih bersifat mekanis dan statis. Salah satu

unsur yang dapat ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah

umpan balik, yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada

sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai

petunjuk mengenai efektivitas pesan yang disampaikan sebelumnya

(Mulyana, 2010 : 72).

3. Komunikasi sebagai transaksi

Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena makna

atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi.

Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa

komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang

(50)

apakah para pelakunya mengajak atau tidak, dan bahkan meskipun

menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Dalam komunikasi

transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang

telah menafsirkan perilaku orang lain (Mulyana, 2010 :74).

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Antarpribadi

2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah

komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan

setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal

ataupun non verbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah

komunikasi diadik (dyadic communication)yang melibatkan hanya dua

orang, seperti suami-istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan

sebagainya.(Mulyana, 2010:81)

Sedangkan menurut Miller dan Steinberg (1975) yang dikutif

(Muhamad Budyatama, 2011,4) dalam bukunya Teori Komunikasi

Antarpribadi, bahwa komunikasi antarpribadi terdapat tiga tingkatan analilis

yaitu, kultural, sosiologi, dan psikologis.

a. Analilis Tingkat Kultural

Kultural merupakan keseluruhan kerangka kerja komunikasi:

Kata-kata, tindakan-tindakan, postur, gerak-isyarat, nada suara, ekspresi

wajah, pengguna waktu, ruang dan materi, dan cara ia bekerja,

(51)

lebihnya merupakan system-sistem komunikasi yang lengkap dengan

makna-makna yang hanya dpata dibaca secara tepat apabila seseorang

akrab dengan perilaku konteks sejarah, sosial, dan kultural.

b. Analisis Tingkat Sosiologis

Prediksi komunikator tentang reaksi penerima atau receiver terhadap

pesan-pesan yang disampaikan didasarkan kepada keanggotaan

penerima dalam kelompok social tertentu, maka komunikator

melakukan prediksi pada tingkat sosiologi.

c. Prediksi mengenai reaksi pihak lain atau penerima terhadap perilaku

komunikasi kita didasarkan pada analilis dari pengalaman-pengalaman

belajar individual yang unik, maka prediksi analilis pada tingkat

psikologis

2.1.3.2 Fungsi Komunikasi Antarpribadi

Menurut definisinya, fungsi adalah sebagai tujuan di mana

komunikasi digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Fungsi komunikasi

ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh imbalan-imbalan

tertentu berupa fisik, ekonomi, dan sosial. Sebagaimana yang telah

dikemukakan bahwa komunikasi insan atau human communication baik

non-pribadi ataupun yang antarpribadi semuanya mengenai pengendalian

lingkungan guna mendapatkan imbalan seperti dalam bentuk fisik, ekonomi,

(52)

2.1.3.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antar pribadi dapat digunakan untuk berbagai tujuan.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam tujuan komunikasi

antarpribadi yaitu komunikasi ini memberikan kesempatan bagi kita

untuk memperbincangkan diri sendiri. Dengan memperbincangkan diri kita

sendiri pada orang lain, kita akan mendapatkan perspektif baru tentang

diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku

kita.

a. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Nasihat seorang filsuf terkenal Socrates yaitu : cogito ergosum yang

memiliki arti kurang lebih ”kenalilah dirimu”. Salah satu cara

untuk mengenal diri kita sendiri adalah melalui komunikasi antar

pribadi.

b. Mengetahui dunia luar

Komunikasi antar pribadi memungkinkan kita untuk memahami

lingkungan kita secara baik yakni tentang objek dan kejadian

kejadian orang lain.

c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus makhluk

sosial. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari, orang ingin

menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain.

(53)

Dengan komunikasi antar pribadi sering kita berupaya mengubah

sikap dan perilaku orang lain.

e. Bermain dan mencari hiburan

Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan.

f. Membantu

Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh profesi

yang mempunyai fungsi menolong orang lain.

2.1.4 Tinjauan Tentang Perilaku Komunikasi

Meninjau pada Kuswarno (2013:103) perilaku komunikasi yaitu

penggunaan lambang-lambang komunikasi. Lambang-lambang dalam

perilaku komunikasi terdiri dari lambang verbal dan non verbal.

Perilaku pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan (respons)

terhadap rangsangan (stimulus), karena itu rangsangan mempengaruhi

tingkah laku. Intervensi organisme terhadap stimulus respon dapat berupa

kognisi sosial, persepsi, nilai, atau konsep. Perilaku adalah satu hasil dari

peristiwa atau proses belajar. Proses tersebut adalah proses alami. Sebab

musabab perilaku harus dicari pada lingkungan eksternal manusia bukan

dalam diri manusia itu sendiri.

2.1.4.1 Faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku

Terdapat beberapa faktor personal yang mempengaruhu perilaku

manusia yaitu :

(54)

Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan

berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Bahwa warisan

biologis manusia menentukan perilakunya. Aliran sosiobiologi

(Wilson, 1975) memandang segala kegiatan manusia berasal dari

struktur biologinya. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing

oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam

jiwa manusia (epigenetic rules). Struktur genetis, misalnya

mempengaruhi kecerdasan, kemampuan sensasi, dan emosi.

Sistem saraf mengatur pekerjaan otak dan proses pengolahan

informasi dalam jiwa manusia. Sistem hormonal bukan saja

mempengaruhi mekanisme biologis, tetapi juga proses psikologis

(Rakhmat 2012:33).

2. Faktor Sosiopsikologis

Karena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh

beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. hal itu dapat

diklasifikasi kedalam tiga komponen : afektif, kognitif, dan konatif.

(Rakhmat 2012:36)

2.1.4.2 Faktor Situasional yang Mempengaruhi Perilaku

Delgado menyimpulkan bahwa respons otak sangat dipengaruhi

oleh “setting” atau suasana yang melingkupi organisme (Rakhmat

2012:43). Edward G. Sampson merangkumkan seluruh faktor situasional

sebagai berikut:

(55)

Waktu dapat mempengaruhi bioritma manusia dalam kehidupan.

2. Analisis suasana perilaku

Lingkungan dapat memberikan efek-efek tertentu terhadap

perilaku manusia.

3. Faktor teknologis

Revolusi teknologi seringkali disusul dengan revolusi dalam

perilaku sosial.

4. Faktor sosial

Sistem peranan yang ditetapkan dalam suatu masyarakat, struktur

kelompok dan organisasi, karakteristik populasi, adalah faktor

faktor sosial yang menata perilaku manusia. Secara singkat,

pengelompokkannya adalah sebagai berikut:

a. Struktur organisasi

b. Sistem peranan

c. Struktur kelompok

d. Karakteristik populasi

2.1.5 Tinjauan Tentang Komunikasi Verbal

2.1.5.1 Pengertian Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang

menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap

sebagai sistem kode verbal. Bahasa dapat didefinisikan sebagai

(56)

simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas

(Mulyana, 2010:260).

Bahasa verbal adalah sarana untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan

maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan

berbagai aspek realitas individual kita.

2.1.5.2 Hakikat Bahasa

Pesan verbal menggunakan bahasa alfanumerik yang tercatat sebagai

salah satu presentasi kemanusiaan yang paling mengesankan. Sekitar 10.000

bahasa dan dialek berbeda di gunakan saat ini, dan masing-masing

keadaanya unik dalam beberapa hal. Ada juga sejumlah persamaan antar

bahasa. Semua bahasa lisan, misalnya, menggunakan perbedaan antara

huruf vokal dan konsonan. setiap bahasa memiliki pola yang dapat di

identifikasi dan menetapkan aturan relatif terhadap :

1. Fonologi. Cara suara digabungkan menjadi kata-kata

2. Sintaksis. Cara kata-kata digabungkan menjadi kalimat

3. Semantik. Arti kata-kata atas dasar hubungan mereka satu dengan

yang lain dan dengan unsur-unsur lingkungan

4. Pragmatik. Cara di mana bahasa digunakan dalam praktik.(Rubent,

Stewart 2013:140)

2.1.5.3 Fungsi Bahasa

Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana, 2010;266)

bahasa mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling),

(57)

1. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan

objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya sehingga

dapat dirujuk dalam komunikasi.

2. Fungsi interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat

mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan

kebingungan.

3. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah

yang disebut fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa

sebagai fungsi transmisi informasi yang lintas-waktu, dengan

menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan,

memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.

Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication:

Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita

berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:

1. Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa

saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa

yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat

ini.

2. Berhubungan dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita

bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau

mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui

bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk

(58)

3. Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa

memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami

mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan

tujuan-tujuan kita.

2.1.6 Tinjauan Tentang Komunikasi Non Verbal

2.1.6.1 Pengertian Komunikasi non verbal

Komunikasi non verbal adalah komunikasi dengan menggunakan

simbol selain kata-kata seperti nada bicara, ekspresi wajah dan lain-lain.

Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa

komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis

komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun

dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin,

saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

Menurut Edward T.Hall mengartikan komunikasi non verbal sebagai

berikut :

“Komunikasi non verbal adalah sebuah bahasa diam (silent

language) dan dimensi tersembunyi (hidden dimension) karena pesan

non verbal yang tertanam dalam konteks komunikasi”. (Mulyana,

2010:344).

Secara garis besarnya menurut Larry A. Samovar, Richard E. Porter,

Edwin R McDaniel dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Lintas

(59)

1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan

postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, dan parabahasa.

2. Ruang, waktu, dan diam. (Samovar, Porter, McDaniel, 2010:299)

2.1.6.2 Fungsi Komunikasi Non Verbal

Menurut Paul Ekman menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal,

seperti yang dapat dilukiskan dengan perilaku mata komunikasi non verbal

sebagai berikut :

1. Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki

kesetaraan dengan simbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan,

“Saya tidak sungguh-sungguh”.

2. Ilustrator. Pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau

kesedihan.

3. Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka.

Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.

4. Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada

dalam tekanan. itu merupakan respons tidak disadari yang merupakan

upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.

5. Affect Display. Pembesaran manik-mata (pupil dilation) menunjukan

peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukan perasaan takut,

terkejut atau senang.

Komunikasi non verbal bisa dikatakan hanya menggunakan isyarat

(60)

fungsi dalam penggunaannya. Menurut Mark Knapp (1978) menyebutkan

bahwa penggunaannya komunikasi non verbal memiliki fungsi untuk :

1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repletion)

2. Menunjukan perasaan dan emosi yang tidak bisa diutarakan

dengan kata-kata (substitution)

3. Menunjukan jati diri sehingga orang lain bisa mengenalnya

(identity)

4. Menambah atau melengkapi ucapan-ucapan yang dirasakan belum

sempat. (Cangara, 2011:106)

2.1.6.3 Ciri-ciri Komunikasi Non Verbal

Devito (2011:54) mengemukakan bahwa pesan-pesan nonverbal

mempunyai ciri-ciri umum, yaitu :

1. Perilaku komunikasi bersifat komunikatif, yaitu dalam situasi

interaksi, perilaku demikian selalu mengkomunikasikan sesuatu.

2. Komunikasi non-verbal terjadi dalam suatu konteks yang

membantu menentukan makna dari setiap perilaku non-verbal.

3. Pesan non-verbal biasanya berbentuk paket, pesan-pesan

nonverbal saling memperkuat, adakalanya pesan-pesan ini saling

bertentangan.

4. Pesan non-verbal sangat di percaya, umumnya bila pesan verbal saling

bertentangan, kita mempercayai pesan non-verbal.

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2 Pengkategorian Tindakan Verbal Komunikasi Kaum Biseksual
Gambar 2.1
Gambar 3.1 Ilustrasi Lambang Biseksual
+6

Referensi

Dokumen terkait

berbeda dapat meningkatkan pertumbuhan bibit glodokan pada

The last paper, Rifqi, Subekti and Rahman examined empirically the effect of budget participation on budgetary slack and the influence of external pressure as

Kesimpulan : Tidak ada hubungan signifikan antara asupan protein dan karbohidrat dengan status gizi pada remaja di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Surakarta.. Kata Kunci

Khaerul Umam, Op.. Keadilan distributif pada dasarnya dapat tercapai apabila hasil/penerimaan dan masukan antara dua orang/dua karyawan adalah sebanding. Apabila dari

Strategi pembelajaran aktif peer lesson merupakan strategi pembelajaran aktif peer lesson yang disertai teori sibernetik. Dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan

DARI FORMASI PUTRA/PUTRI PAPUA DAN PAPUA BARAT CPNS KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2017.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA .... Tabel 3.3 Kisi-kisi skala perilaku heteroseksual ... Tabel 3.4 Reliability Statistic Harga diri ... Tabel 3.5 Reliability Statistic

Karena aliran metal yang kura ng teratur pada kecepatan potong yang rendah dan bila daya adhesi atau afinitas antar material benda kerja dan material pahat