• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II: TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

(2)
(3)

2.3. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Kerangka acuan Kerja mengacu pada sayembara Meuseum Batik Indonesia yang akan dibangun dalam lingkungan Taman Mini Indonesia Indah yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Ikatan Arsitek Indonesia sebagai Program Prioritas Nasional, yaitu Revitalisasi Museum dan Gerakan Nasional Cinta Museum.

Batik Indonesia telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda, dan sebagai tindak lanjut dari penetapan tersebut, perlu dibentuk atau dibangun suatu wadah yang berbentuk museum. Tujuannya adalah sebagai salah satu tempat pewarisan pengetahuan sekaligus budaya batik yang merupakan salah satu identitas bangsa kita.

Selain tujuan tersebut juga terciptanya bangunan museum yang dapat merubah citra museum yang dulunya hanya sebagai tempat ajang pameran benda-benda bersejarah saja tanpa adanya orientasi kepada pengunjung agar memahami, mencintai dan mengagumi apa yang dipamerkan pada museum tersebut. Fungsi museum sekarang disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang serba dinamis, informatif dan modern yang berorientasi kepada keinginan masyarakat terhadap museum.

2.1.1. Visi, Misi Dan Tujuan Museum Batik Indonesia

a. Visi Museum Batik Indonesia

Visi Museum Batik Indonesia adalah Mewujudkan Pelestarian Warisan dan Identitas Budaya Bangsa Indonesia untuk Kesejahteraan Masyarakat.

b. Misi Museum Batik Indonesia

• Menjadi pusat informasi Batik Indonesia.

• Menjadi pusat pelestarian koleksi dan budaya Batik Indonesia.

• Menjadi pusat penelitian mengenai sejarah, pengetahuan dan budaya serta lingkungannya.

(4)

• Menjadi agen perubahan yang berkorelasi dengan daerah penghasil batik. • Menjadi pusat pengembangan desain dan seni motif batik untuk mendukung

sektor industri kreatif.

• Menjadi media peragaan batik yang fashionable dari berbagai perancang dan rumah mode yang berpengaruh di Indonesia maupun dunia internasional.

c. Tujuan Museum Batik Indonesia

• Menyajikan dan menginterprestasikan koleksi batik yang relevan dengan masa kini untuk khususnya masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia pada umumnya.

• Mendidik masyarakat melalui koleksi batik.

• Mengadakan komunikasi antara masyarakat lokal, regional, nasional dan internasional tentang batik sebagai warisan dunia tak benda.

• Mengkaji sejarah batik, cara pembuatan, filosofi dan identitas melalui koleksi.

Dengan demikian para calon Arsitek dituntut mampu mendefinisikan:

Komponen dan prinsip dasar perancangan Museum Batik Indonesia yang terintegrasi dengan fasilitas-fasilitas yang di sediakanberupa standar ruangnya.

Komponen dan prinsip dasar perancangan Museum Batik Indonesia yang terintegrasi dengan sistem struktur dan sistem peruangan, sistem pengaturan suhu ruangan, keamanan dan kenyamanan bangunan dan lain-lainnya. Fitur-fitur teknologi seperti terutama yang berkaitan dengan building envelope

untuk mencapai kinerja bangunan yang optimal sekaligus efisien.

2.4. Kajian Teori

2.2.1. Tinjauan Umum Batik

2.2.1.1. Pengertian Batik

Menurut SNI (Standar Nasional Indonesia) Batik adalah “Bahan tekstil hasil pewarnaan secara perintangan dengan menggunakan lilin batik sebagai zat perintang, berupa batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi tulis & cap”.

(5)

Menurut Djumena (1990:IX) Seni batik adalah salah satu kesenian khas Indonesia yang telah ada sejak berabad-abad lamanya hidup dan berkembang, sehingga merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah budaya bangsa Indonesia.

2.2.1.2. Sejarah Batik

Ada dua pandangan mengenai sejarah asal-usul batik di Indonesia.

Pandangan pertama mengenai asal-usul batik berasal dari luar, yang dalam hal ini batik bukan asli kebudayaan Indonesia adalah pendapat dari G.P. Rouffaer memaparkan bahwa seni batik yang ada di Indonesia berasal dari India yang dibawa oleh orang-orang Kalingga-Koromandel (India) yang beragama Hindhu ke Jawa pada abad 4 M, sebagai akibat dari adanya kontak perdagangan. Perkembangan batik dari Kalingga- Koromandel berjalan sampai pada periode pengaruh Hindhu berakhir, yaitu pada jaman kerajaan Daha di Kediri. Sudarsono mengatakan bahwa warna batik klasik yang terdiri dari tiga warna (coklat identik dengan merah, biru identik dengan hitam dan kuning atau coklat muda identik dengan warna putih), ketiga warna ini mempunyai alegori sesuai dengan tiga konsep dewa Hindhu yaitu Trimurti. Menurut Kuswadji Kawindrosusanto menuturkan bahwa, warna coklat atau merah merupakan lambang Dewa Brahma atau lambang keberanian, biru atau hitam merupakan lambang Dewa Wisnu atau lambang ketenangan, dan kuning atau putih lambang dewa Siwa. Hal ini menunjukkan peran orang-orang India (Hindhu) dalam keberadaan batik di Indonesia. Sementara itu, Pigeaut mencatat, bahwa perihal pembuatan batik tidak disebut-sebut dalam naskah-naskah Jawa pada abad XIV, kemungkinan batik pada waktu itu diimpor secara langsung dari India.

Pandangan kedua mengganggap bahwa seni batik memiliki akar sejarah yang sangat kuat di Indonesia, yakni batik merupakan kebudayaan asli Indonesia (cultural Identity). Dr. J.L.A. Brandes dalam teorinya “Brandes ten is point” menempatkan batik sebagai kebudayaan pra-sejarah yang sejaman dengan kebudayaan seperti gamelan, wayang, syair, barang-barang dari logam, pelayaran, ilmu falak dan pertanian. Wirjosaputro , menyatakan

(6)

bahwa bangsa Indonesia sebelum mendapat pengaruh dari kebudayaan India telah mengenal aturan-aturan menyulam untuk teknik membuat kain batik, industri logam dan penanaman padi. Temuan teknik membuat batik semakin menguatkan betapa batik sudah menjadi milik kebudayaan Indonesia jauh sebelum bersentuhan dengan India. Di tinjau dari desainnya batik India mencapai puncaknya pada abad XVII M sampai XIX M, sedangkan di Indonesia batik mencapai puncaknya pada abad XIV M sampai XV M, selain itu juga motif-motif seperti kawung, ceplok dan cinde tidak terdapat di Kalingga-Koromandel (India).(www.wikipedia.com)

2.2.1.3. Jenis Dan Corak Batik

a. Jenis Batik

Berbagai macam batik dapat dijumpai di Indonesia. Apabila ditinjau dari cara dan teknik pembuatannya, batik dapat dibedakan menjadi batik tulis, batik cap dan batik kombinasi tulis dan cap.

 Batik Tulis

Batik tulis adalah jenis batik yang dihasilkan melalui pemberian malam pada kain dengan menggunakan alat yang benama canting. Canting terbuat dari tembaga yang berbentuk seperti corong untuk menampung malam (lilin batik) dan mempunyai lubang pada salah satu sisinya yang berupa pipa kecil sebagai saluran keluarnya malam. Canting tulis terdiri dari berbagai jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan fungsinya. Karena batik ini ditulis maka bentuk gambar atau desain batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas sehingga tampak luwes. Setiap potongan gambar yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. (lihat gambar 2.9)

 Batik Cap

Batik cap adalah batik yang dihasilkan dengan cara membasahi salah satu permukaan bagian cap dengan malam yang kemudian dicapkan pada kain. Cap tersebut membentuk rangkaian motif atau corak. Motif atau corak batik cap

(7)

selalu ada pengulangan yang jelas sehingga bentuknya sama. Garis motif mempunyai ukuran yang lebih besar dari batik tulis dan proses pembuatan batik cap lebih cepat dibandingkan dengan proses pembuatan batik tulis.

Gambar 1Pembuatan batik tulis

Sumber :www.google.com

Gambar 2Pembuatan batik cap

Sumber : www.google.com

b. Corak Batik

 Batik pedalaman (batik tradisional)

Batik corak pedalaman (tradisional) adalah motif batik yang berkembang di daerah sekitar Surakarta Hadiningrat (Solo) dan Yogyakarta Hadiningrat (Yogya) seiring dengan berpindahnya pusat pemerintahan Jawa dari Demak ke Pajang/Mataram. Meskipun batik init hanya didominasi oleh corak warna putih, coklat, dan hitam, namun motifnya sudah mengalami perkembangan yang sangat beragam. Berikut ini adalah beberapa motif batik pedalaman.

(8)

Gambar 3 Batik pedalaman

Sumber : www.batikwarnanusantara.blogspot.com

 Batik pesisiran

Batik pesisiran yaitu batik yang berkembang diluar keraton. Pertumbuhan pesisir jawa bagian timur dimulai sejak masa pra islam abad ke 15 M dan 16 M. Orientasi pengembangan seni batik pesisiran juga dipengaruhi oleh budaya keraton yang saait itu menjadi pusat pemerintahan.

Dalam sejarah batik pesisir, seperti batik pekalongan, batik tegal, batik indramayu, dan batik cirebon. Pilihan warna yang mencolok pada batik pesisiran dipengaruhi warna keramik pada masa dinasti Ming yang hanya diproduksi pada abad ke – 17 M sampai abad ke – 18 M. Warna yang dominan selain warna biru dan putih juga berbagai warna.

(9)

Gambar 4 Batik pesisir

Sumber : www.google.com

 Batik kontemporer

Batik kontemporer berarti memiliki mkna batik masa kini yang proses penciptaannya lebih banyak dibuat oleh para seniman batik atau desainer batik itu sendiri. Motif-motif yang dipilih bergaya bebas tidak terikat oleh bentuk-bentuk sebelumnya yang terikat oleh aturan atau acuan pembuatan batik. Teknik pembuatan batik kontemporer itu sendiri cenderung seperti apa yng dilakukan oleh seorang pelukis, tidak terikat pada canting yang biasa digunakan dalam proses pembuatan batik.

Menurut S.priyadi (1979), batik kontemporer cenderung berpola bebas. Biasanya motif yang dipilih mengambil dari bentuk-bentuk seni primitif seperti bentuk-bentuk patung manusia, hewan, alam tumbuh-tumbuhan, roh, dan bentuk-bentuk abstrak.

(10)

Sumber : www.denmaspriyadi.blogspot.com

2.2.1.4. Alat dan Bahan Pembuatan Batik

Dibawah ini merupakan alat dan bahan pembuatan batik tulis dan batik cap :

A. Alat dan bahan pembuatan batik tulis adalah : 1. Kain Mori

Mori adalah bahan baku batik dari katun atau sutra. kwalitas mori bermacam-macam, dan jenisnya sangat menentukan baik dan buruknya kain batik yang dihasilkan.

2. Canting

Canting adalah alat yang dipakai untuk mengambil cairan. canting untuk membatik terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya.

3. Gawangan

Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu dibatik. gawangan terbuat dari bahan kayu atau bamboo.

4. Bandul

Bandul dibuat dari timah atau kayu dan bata yang dikantongi. fungsinya adalah untuk menaruh mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergeser tertiup angin, atau tarikan si pembatik secara tidak sengaja.

5. Lilin (malam yangdicairkan)

Lilin atau malam adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik, sebenarnya malamtidak habis, karena akhirnya diambil kembali pada proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. Malam untuk membatik bersifat menyerap pada kain.

(11)

6. Wajan

Wajan adalah perkakas untuk mencairkan “Malam”. Wajan dibuat dari logam baja atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari pengapian tanpa pakai alat lain.

7. Kompor

Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor ini bahan bakar minyak.

8. Saringan Malam

Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang banyak kotorannya. Jika malam disaring, maka kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu dalam proses membatik.

Gambar 6 Kain mori Sumber : www.google.com

Gambar 7 Canting Sumber : www.google.com

Gambar 8 Gawangan Sumber : www.google.com

Gambar 9 Lilin (malam) Sumber : www.google.com

(12)

B. Alat dan bahan pembuatan batik cap

Berikut ini merupakan alat dan bahan pembuatan batik cap antara lain :

(http://www.kriyalea.com/cara-membuat-batik-cap/).

Bila pada batik tulis, proses pembuatannya memakai canting, maka pada batik cap, proses pembuatannya memakai alat yaitu stempel besar yang terbuat dari tembaga yang sudah di desain dengan desain tertentu. Dimensi yang digunakan adalah 20cmx20cm. Selebihnya, peralatan dan bahan yang dibutuhkan tidak jauh beda dengan perlengkapan membuat batik tulis seperti :

1. Kain mori 2. Malam 3. Kompor 4. Gawangan 5. Bandul 6. Wajan 7. Pewarna alami

2.2.1.5. Proses Pembuatan Batik

Adapun tahan/proses membatik adalah sebagai berikut :

Pembuatan batik tulis

1. Pencucian mori : tahap pertama adalah pencucian kain mori untuk menghilangkan kanji, dilanjutkan dengan pengloyoran (memasukkan kain ke minyak jarak/ minyak kacang dalam abu merang/ londo agar kain menjadi lemas), dan daya serap terhadap zat warna lebih tinggi. Agar susunan benang tetap baik, kain kanji kemudian dijemur, selanjutnya dilakukan pengeplongan (kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik).

(13)

2. Menyorek/ mola : pola diatas kain dengan cara meniru pola yang sudah ada (ngeblat). Contoh pola biasanya dibuat diatas kertas dan kemudian dijiplak sesuai pola diatas kain. Proses ini bisa dilakukan dengan membuat pola diatas kain langsung dengan canting maupun dengan menggunakan pensil. Agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan bagus atau tidak pecah, perlu mengulang batikan di kain sebaliknya. Prosesnya ini disebut gagangi.

3. Membatik/ nyanting : menorehkan malam batik ke kain mori yang dimulai dengan nglowong (menggambar garis luar pola dengan isen-isen). Didalam proses isen-isen terdapat istilah nyecek yaitu membuat isian di dalam pola yang sudah dibuat, misalnya titik-titik. Adapula istilah nruntum yang hampir sama dengan isen-isen namun lebih rumit. Lalu dilanjurkan dengan nembok (mengeblok bagian pola yang tidak akan diwarnai atau akan diwarnai dengan warna yang lain).

4. Medel : pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang kali hingga mendapatkan warna yang dikehendaki.

5. Ngerok dan Nggirah : malam pada kain mori dikerok dengan lempengan logam dan dibilas dengan air bersih, kemudian diangin-anginkan hingga kering.

6. Mbironi : menutup warna biru dengan isen pola berupa cecek atau titik dengan malam. penyimpanan dan ganti alas lemari. Gunakan kertas roti sebagai alas lemari, bukan kertas koran yang tintanta bisa merusak motif batik.

Agar kain batik senantiasa harum, sebulan sekali ratus dengan akar wangi. Buat bara api dengan menggunakan akar wangi, kemudian masukkan ke dalam sangkar ayam, lalu bentangkan kain batik diatasnya. Biarkan 35 menit

2.2.2. Tinjauan Umum Museum

1.3.1.1. Pengertian Museum

Pengertian museum menurut International Council of Museums (ICOM, 2004) adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jadi diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan kenyamanan.

(14)

Menurut (Pasal 1 Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM.33/PL.303/MKP/2004) Museum adalah lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda material hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Museum merupakan suatu lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat dan perkembangannya, yang memperoleh, mengawetkan, mengkomunikasikan, dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan (Ensiklopede Nasional Indonesia, 1990).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan secara sederhana, museum adalah suatu tempat untuk memamerkan, menyimpan, merawat dan melindungi benda-benda bernilai sejarah manusia dan alam dengan tujuan sebagai sarana pendidikan dan kebudayaan.

1.3.1.2. Fungsi Museum

Menurut ICOM (International Council of Museums), fungsi museum ada 9, yaitu sebagai berikut :

1. Tempat pengumpulan dan pengamanan warisan budaya dan alam.

2. Tempat dokumentasi dan penelitian ilmiah.

3. Konservasi dan preservasi.

4. Media penyebaran dan penyerataan ilmu untuk umum.

5. Tempat pengenalan dan penghayatan kesenian.

6. Visualisasi warisan budaya dan alam.

7. Media perkenalan budaya antar daerah dan antar bangsa.

8. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.

(15)

Tujuan museum secara umum menurut ICOM yaitu untuk memelihara, menyelidiki dan memperbanyak. Sedangkan secara khusus yaitu memamerkan kepada khalayak ramai guna pendidikan, pengajaran, dan penikmat akan bukti-bukti nyata berupa benda-benda- dari manusia dan lingkungannya.

1.3.1.3. Persyaratan Umum Museum

Menurut J. De Chiara dan J.H. Callendar dalam Time Saver Standards for Building Types (1983), persyaratan untuk sebuah museum harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Pemilihan Tapak

Lokasi tapak tidak harus berada di pusat kota dengan pertimbangan sudah tersedianya jaringan dan fasilitas transportasi untuk mencapai suatu lokasi ke lokasi lainnya.

2. Ruang Servis

Pertimbangan jumlah luasan ruang yang diperlukan untuk kegiatan servis dan kegiatan penunjang lainnya. Penentuan kebutuhan ruang ini berkaitan dengan tujuan dan fungsi museum, sehingga kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya dapat berlangsung dengan baik.

3. Perencanaan Ruang Luar

Sebuah museum yang dibangun di lingkungan yang padat, seperti daerah pusat kota maupun luar kota, penataan ruangnya harus menciptakan suasana yang terlingkupi.

4. Penerangan Alami

Penerangan alami dari cahaya matahari memiliki aspek ekonomis yang tinggi, namun juga memiliki efek yang buruk. Karena itu, keberadaan penerangan alami harus ditata sedemikian rupa agar tidak ada lubang cahaya yang mengganggu.

(16)

Dalam mendesain sebuah museum perlu penataan ruang yang baik dan fleksibel. Hal tersebut disebabkan karena fungsi galeri yang temporer dan berubah tema dan isinya.

6. Pembagian Ruang

Pembagian ruang dalam museum ditujukan untuk memenuhi kebutuhan materi pameran, tentunya berkaitan erat dengan sistem penyinaran dan pemanfaatan penerangan alami.

7. Pintu Masuk

Di lokasi, pengunjung sudah diarahkan dan diberi pilihan-pilihan untuk menjelajahi ruang-ruang pamer yang ada. Penempatan pintu ini juga memudahkan pengawasan dan pelayanan terhadap pengunjung.

8. Ruang Pamer

Museum dengan dimensi dan bentuk ruang yang sama akan menciptakan kesan monoton. Dengan membuat variasi antara ketinggian plafon dan lebar rung, didukung dengan perbedaan warna dan bahan dari dinding dan lantai akan membuat perhatian spontan dari pengunjung. Kesan monoton terjadi bila banyak ruang yang memiliki dimensi dan bentuk yang sama disusun dalam satu garis.

1.3.1.4. Kegiatan Dalam Museum

Secara garis besar kegiatan yang ada di museum adalah sebagai berikut :

Pengumpulan koleksi, kegiatan ini antara lain operasi lapangan, pemotretan lapangan, pembuatan film dokumenter dan lain-lain. Penyimpanan dan pengelolaan koleksi, kegiatan ini antara lain penampungan, penyimpanan, penelitian dan penggandaan (reproduksi) (Sutaarga, 1989).

a. Preservasi

Meliputi kegiatan reproduksi, penyimpanan dan regestrasi.

(17)

 Penyimpanan, untuk penyelamatan koleksi asli dari faktor yang merugikan

 Registrasi, merupakan pemberian dan penyusunan keterangan.

b. Observasi

Merupakan suatu penyelidikan benda-benda calon koleksi untuk disesuaikan dengan persyaratan kolaksi.

 Penelitian baik luar maupun dalam (laboratorium)

 Perawatan dan perbaikan untuk melestarikan benda koleksi

c. Apsresiasi

 Pendidikan, menunjang fungsi museum sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat yang bersifat non normal.

 Rekreatif, museum sebagai objek rekreasi yang menyajikan hiburan edukatif.

d. Komunikasi

 Pameran, ruang pamer merupakan sarana komunikasi antara masyarakat (pengunjung) dengan materi koleksi, yang dibantu dengan guide.

 Pertemuan, antara perngelola dengan masyarakat sebagai penunjang kegiatan

 Administrasi

2.2.3. Klasifikasi Museum

Berdasarkan (Pasal 2 Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.KM.33/PL.303/MKP/2004), museum dibedakan berdasarkan koleksi yang disimpan menjadi museum umum dan museum khusus.

 Museum Umum ciri koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material hasil budaya manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Contoh museum umum adalah Museum Nasional di Jakart yang koleksinya mencakup kekayaan budaya dari seluruh pelosok Indonesia.

(18)

 Museum Khusus ciri koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material hasil budaya manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi. Contoh museum khusus adalah Museum IPTEK, Museum Serangga dan Kupu-kupu, Museum Reptil, Museum Air Tawar, dan berbagai museum lainnya di Taman Mini Indonesia Indah yang koleksinya terbatas pada tema tertentu.

Berdasarkan (Sutaarga, 1999), klasifikasi museum dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, antara lain :

1. Berdasarkan status hukum dan kepemilikannya, museum dapat dibagi menjadi :

a. Museum dengan status kepemilikan pemerintah

b. Museum dengan status kepemilikan swasta

2. Berdasarkan ruang lingkup wilayah, tugas dan status hukum pendirian serta tujuan penyelenggaraan (kedudukannya), museum dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Museum Nasional

b. Museum Lokal

 Museum Provinsi

 Museum Kabupaten

 Museum Kotamadya

Dalam Penggolongannya Museum Umum Negeri Provinsi dibagi 3;

1. Museum Umum Negeri Provensi Tipe A, yaitu Museum Umum Negeri yang tergolong besar.

2. Museum Umum Negeri Provinsi Tipe B, yaitu Museum Umum Negeri yang tergolong sedang.

(19)

2.2.4. Tata Pameran Museum

2.2.4.1. Pengertian Pameran Museum

Menurut (Mikke Susanto, 2004), sebuah pameran adalah suatu bentuk media penyimpanan informasi, gagasan dan perasaan kepada masyarakat, melalui bentuk penataan benda-benda 2D dan 3D dengan atau tanpa sarana pembantu pada suatu ruang, bias ruang tertutup atau terbuka.

2.2.4.2. Perencanaan Pameran

Dalam mempersiapkan penyelenggaraan pameran museum diperlukan sarana pendukung yang memadai dan menarik (Sunarso, 2000), antara lain :

1. Panel, Papan untuk menempelkan koleksi, foto-foto, lukisan, label, peta, benda-benda pipih dan sebagainya.

2. Vitrine / Showcase (lemari panjang), mewadahi benda-benda yang dipamerkan. Bisa berupa vitrin dinding atau yang berada di tengah ruang. Ukurannya disesuaikan dengan ruang yang akan ditempati.

3. Box (kotak) dan Voot stuck (box kaki), untuk menempatkan koleksi diluar vitrin , agar tidak terkesan tergeletak begitu saja.

4. Stage, alas benda koleksi berupa panggung untuk menempatkan koleksi yang besar atau kelompok koleksi, bisa dilengkapi dengan penutup kaca.

2.2.4.3. Penataan Pameran

Menurut (Ernst Neufert , 2000)penataan objek koleksi memertimbangkan beberapa hal, diantaranya :

1. Jenis-jenis objek koleksi dan tema pameran

Kenyamanan visual, kenyamanan pandangan tersebut meliputi :

 Kenyamanan pola pengamatan

(20)

Menurut (Dean, 1996) ada tiga alternatif pendekatan dalam mengatur sirkulasi alur pengunjung dalam penataan ruang pamer sebuah museum :

a. Alur yang disarankan (suggested)

Keberhasilan pendekatan ini bergantung pada kemampuan elemen ruang dalam mengarahkan pengunjung untuk melalui jalur yang sudah disiapkan karena pengunjung masih diberi kesempatan untuk memilih jalur sesuai keinginannya.

Gambar 10Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur yang disarankan)

Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and Practice. New York: Routledge

b. Alur yang tidak berstruktur (unstructured)

Dalam pendekatan ini, pengunjung tidak diberikan batasan gerak dalam ruang, mereka bebas bergerak tanpa adanya alur yang harus diikuti. Biasanya pendekatan ini digunakan dalam sebuah galeri seni.

Gambar 11Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur yang tidak berstruktur)

(21)

c. Alur yang diarahkan (directed)

Pendekatan seperti ini bersifat kaku karena mengarahkan pengunjung untuk bergerak dalam satu arah sesuai alur yang sudah direncanakan.

Gambar 12 Denah pendekatan alur pengunjung dalam pameran (alur yang tidak berstruktur)

Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and Practice. New York: Routledge

2.2.4.4. Jenis Pameran

Menurut (Sutaarga, 1999) Pameran dimuseum dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. Pameran Tetap

Merupakan pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 5 tahun. Untuk museum khusus, pameran harus dapat menggambarkan suatu aspek tertentu dari sejarah alam, budaya, wawasan nusantara atau teknologi.

2. Pameran Temporer

Pameran temporer dibagi menjadi 2 yaitu :

 Pameran Khusus

 Pameran Keliling

2.2.4.5. Persyaratan Ruang Pameran

Menurut (Pickard, 2002), sebuah pameran museum atau gallery terdiri dari ruang pamer permanen dan ruang pamer temporer dalam bentuk dan ukuran yang

(22)

berbeda. Ruang pamer temporer dapat memperkuat dan memperluas ruang pamer permanen dan memberikan kesempatan benda pamer yang biasanya tersimpan di dalam ruang penyimpanan.

Pedoman dasar merancang ruang pamer :

 Dinding : permukaan dinding harus padat dan dilindungin oleh bahan yang mudah untuk diperbaiki secara langsung. Material harus berpori sehingga dapat membantu mengontrol kelembaban ruang pamer dengan menyerap dan melepaskan kelembaban.

 Lantai : tenang, nyaman, menarik, awet, dapat merefleksi cahaya, dan mampu menahan beban berat. Biasanya kayu, batu, dan karpet merupakan material yang cocok untuk lantai pada ruang pamer.

 Objek pamer : yang terpenting, setiap benda harus ditempatkan di tempat yang memiliki sudut pandang yang tepat dengan pencahayaan yang cukup. Setiap objek harus diberikan konteks visual. Penyajian informasi tentang masing-masing objek harus di buat dalam konteks strategi informasi keseluruhan seperti surat, penjelasan, nama, dll.

Bentuk media pamer : tampilan media pamer dapat menjadi sangat penting dalam bagian hiasan museum. Masalah bentuk dan tampilan harus di pertimbangkan seperti, latar belakang, yang sangat penting bagi media pamer dan ruang pamer serta objek lain disekitarnya. Media pamer juga harus di desain untuk berbagai macam aspek akses pemeliharaan termasuk objek lain didalamnya seperti pencahayaan, perlengkapan kelembabab, serta media pamer itu sendiri.

(23)

Gambar 13Cara memamerkan media pamer

Sumber : The architect’s handbook

Gambar 14Cara memamerkan media pamer

Sumber : The architect’s handbook

Penghawaan : tidak ada acuan yang mutlak tentang kontrol pemanasan dan kelembaban. Pengontrolan koleksi tertentu tergantung pada keadaan museum dan kondisi sebelum objek-objek tersebut disimpan.

i. Suhu, adalah faktor paling sedikit penyebab kerusakan lingkungan tapi penting dalam mengontrol tingkat kelembaban. Suhu rendah dapat menolong dalam mengurangi pembusukan secara kimiawi dan biologis, tapi suhu yang di inginkan sering di atur oleh permintaan kenyamanan manusia yang harusnya tidak boleh lebih dari 19oC.

ii. Tingkat kelembaban, adalah faktor yang lebih penting dari suhu didalam suatu konservasi, semakin tinggi kelembaban, maka semakin besar resikonya. Kondisi kering dapat menghambat terjadinya korosi, namun bahan organik seperti kayu dan tekstil dapat menyusut dan mungkin menjadi rapuh. Dalam kondisi masal, korosi terjadi pada beberapa material yang tidak stabil, dan kebanyakan material organik beresiko diserang oleh serangga dan jamur. Beberapa jamur dapat menyebar dalam tingkat kelembaban serendah 60%, tapi yang benar-benar berbahaya bermulai pada

(24)

tingkat 75%. Umumnya tingkat kelembababn yang dapat diterima untuk objek yang sensitif dan halus adalah 55,5%.

Fluktuasi jangka pendek pada tingkat kelembaban secara khusus dapat merukan artefak-artefak. Kebanyakan artefak akan lebih aman jika di tempatkan pada ruangan dengan kelambaban 45%-60%.

 Pencahayaan : biasanya tampilan pencahayaan bertujuan untuk menyajikan pameran secara akurat dalam hal seluruh objek dan rinciannya serta membuat tampilan objek menjadi lebih menarik. Umumnya hal ini membutuhkan combinasi dari lingkungan dan aksen pencahayaan. Sehingga lampu mendapatkan tampilan warna yang baik .faktor-faktor yang harus diprtimbangkan dalam mendesain tampilan skema pencahayaan adalah :

i. Secara psikologi : bagaimana pameran terlihat, persepsi tentang bangunan, suasana dalam ruang publik, rute pencahayaan, dll.

ii. Secara fisiologis : pencahayaan, kontras, relektansi cahaya, efisiensi, keseragaman, kesilauan, warna, dan degradasi foto.

Tingkat pencahayaan yang di anjurkan :

i. Kantor, 300 (lux)

ii. Ruang auditorium, area tempat duduk 300 (lux), area pertunjukan 600 (lux)

iii. Ruang pamer, 500/ 300/ 100 (lux)

iv. Workshop, 200/ 500/ 750 (lux)

v. Area sirkulasi 200 (lux)

vi. Toko 600 (lux)

(25)

Gambar 15Teknik pencahayaan pameran

Sumber : The architect’s handbook

2.2.4.6. Elemen Pengisi Ruang Pameran

Menurut (Dean, 1996), yang menjadi pengisi ruang dalam pameran selain benda koleksi adalah sarana yang digunakan untuk menampilkan benda koleksi tersebut. Manusia juga dapat dikatakan sebagai pengisi ruang karena ruang dibuat untuk manusia berkegiatan didalamnya. Sarana untuk menampilkan benda koleksi menyesuaikan dengan sifat benda yang ingin ditampilkan untuk menonjolkan kualitas benda yang diinginkan. Berikut adalah beberapa dasar bentuk sarana untuk menampilkan koleksi benda dalam museum :

a. Vitrine

Kata Vitrine berasal dari bahasa perancis kuno vitre yang berarti lembaran kaca. Vitrine merupakan kotak kaca tempat untuk menyimpan benda koleksi yang tidak boleh disentuh secara fisik oleh dunia luar. Vitrine menjamin keamanan koleksinya tanpa membatasi pengunjung untuk mengamati benda koleksi didalamnya. Bentuk Vitrine disesuaikan dengan kebutuhan dimensi benda koleksi dan dimensi manusia yang akan mengamatinya sehingga bentuk dan letaknya pun dapat beragam.

b. Panel

Panel merupakan sebuah bidang yang dapat terletak di tengah ruangan sebagai pembatas atau melekat pada dinding. Panel tidak selalu berupa bidang persegi yang kaku tetapi panel dapat berupa bidang lengkung yang menarik. Panel dapat digunakan sebagai sekat ruang, papan informasi atau sarana memamerkan benda koleksi.

(26)

c. Panggung atau kotak alas

Benda koleksi yang dipamerkan di atas lantai yang ditinggikan atau diletakkan diatas kotak yang berfungsi sebagai panggung bagi benda tersebut, memberikan keleluasaan bagi pengunjung dalam mengamatinya. Bentuk tampilan ini tidak memberikan perlindungan dari debu terhadap benda koleksi, tetapi tetap berusaha menghindari kemungkinan pengunjung menyentuh benda. Perbedaan ketinggian yang ada secara tidak langsung memberikan batasan secara visual. Untuk mencegah pengunjung berdiri terlalu dekat dengan panggung dan bersandar padanya, bisa diletakkan pagar pembatas disekelilingnya.

Gambar 16Kebiasaan pengunjung untuk duduk atau bersandar

Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and Practice. New York: Routledge

Elemen pengisi ruang perlu diatur agar sesuai dengan dimensi manusia karena jikamanusia merasa tidak nyaman saat mengamati benda tersebut maka proses penerimaan informasi tidak akan berjalan dengan baik. Sebagai contoh, tinggi letak benda disesuaikan dengan tinggi mata manusia rata-rata sehingga pengunjung tidak perlu mendongak atau menunduk yang membuat badan cepat lelah dan tidak nyaman.

(27)

Gambar 17 Tinggi benda dan jarak vertikal yang nyaman untuk melihat

Sumber : Dean, David. 1996. Museum Exhibition: Theory and Practice. New York: Routledge

2.2.5. Tianjauan Koleksi Museum

2.2.5.1. Pengertian Koleksi

Menurut (Sutaarga, 1999), koleks adalah benda atau kumpulan benda yang berguna bagi suatu cabang kesenian, disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikumpulkan, dirawat, dipelihara, diteliti, dikaji dan dikomunikasikan serta dipamerkan sebagai bukti material dari manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan hiburan.

2.2.5.2. Persyaratan Koleksi

Berdasarkan (ICOM, 2004), persyaratan koleksi museum antara lain :

1. Koleksi museum haruslah mempunyai nilai sejarah dan ilmiah, serta nilai estetika.

2. Dapat diidentifikasikan wujudnya (morfologi), tipenya (tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya secara historis, geografis genus (orde biologi), ataupun periodenya (dalam geologi khususnya untuk benda-benda sejarah alam dan teknologi).

(28)

3. Harus dapat dijadikan dokumen, sebagai bukti kenyataan dan kehadirannya (realitas dan ekstensinya) bagi penelitian ilmiah.

4. Dapat dijadikan suatu dokumen atau cikal bakal monumen dalam sejarah alam atau budaya.

5. Merupakan benda asli.

2.2.5.3. Jenis Koleksi

Menurut (Sutaarga, 1989) jenis koleksi museum terdiri dari benda-benda realita, replica, reproduksi, miniatur, diorama dan hasil abstraksi.

Berdasarkan wujud keaslian dan jenisnya, koleksi museum dapat digolongkan seperti;

a. Arkeologika

b. Historika

c. Naskah

d. Keramik Asing

e. Buku/ Majalah Antikuariat

f. Karya Seni dan Senikrika

g. Benda Grafika

h. Diorama

i. Benda Sejarah Alam, berupa Flora, Fauna, batuan dan mineral

j. Replika

k. Miniatur

(29)

2.2.5.4. Perawatan Koleksi

Menurut (Sutaarga, 1989), beberapa faktor yang dapat merubah kondisi atau keutuhan koleksi dan dapat menjad gangguan, bahkan mengakibatkan kerusakan pada berbagai benda koleksi museum, antara lain suhu dan kelembaban udara, iklim, pencemaran udara, cahaya, serangga, mikroorganisme, penanganan koleksi, pencemaran atmosferik, bahaya api dan sebagainya.

2.2.6. Pengamanan Dalam Museum

Menurut (Soekono, 1996), pengamanan museum dapat dikelompokkan menjadi :

1. Pengamanan umum melalui tata kerja dan tata ruang

Pengamanan lebih pada benda-benda koleksi yang disimpan di ruang koleksi. Koleksi yang sedang digunakan biasanya mendapat perhatian khusus sehingga keamanannya lebih terjamin. Tidak demikian dengan koleksi yang ada di ruang penyimpanan. Ruang penyimpanan sangat luas dan jumlah koleksinya banyak, jumlah petugasnya kurang memadai, sedangkan pemeriksaan harus dilakukan secara rutin.

Pengamanan melalui tata ruang dapat dilakukan dengan merencanakan hubungan antar ruang penyimpanan dengan bagian bangunan lainnya agar tidak memudahkan terjadinya pencurian atau perusakan oleh tangan jahil. Pengunjung ke ruang penyimpanan harus diantar oleh petugas kurator dan harus melalui ruang registrasi yang merupakan ruang pengawasan.

2. Pengamanan terhadap pencurian dan tangan jahil

Ada 2 jenis alat pengamanan yang sebaiknya digunakan di seluruh bangunan.

Alat yang dimaksud, yaitu :

a. Sistem Perlindungan Sekitar (Perimeter Protection Systems)

(30)

Kedua alat diatas banyak pua ragamnya. Bagi museum yang telah memiliki sistem alarm, dapat melengkai dengan peralatan dibawah ini, yaitu :

 Sensor pemberitahuan apabila kaca pecah (Glass Breaking Sensors)

 Kamera Pemantau (Photoelectronic Eyes) / perangkat CCTV, mengkap dan menampilkan gambar yang diteruskan ke monitor. Perangkat CCTV ini terdiri dari camera, monitor, video recorder, control processor.

3. Pengamanan terhadap kebakaran

Pengamanan terhadap kebakaran umumnya tidak dapat diperbaiki, sehingga sedapat mungkin bencana ini dapat dicegah. Mengenai kebakaran itu sendiri diadakan pembagian tingkat sesuai dengan penyebabnya :

 Tingkat satu, disebabkan oleh terbakarnya bahan kertas, tekstil, kayu dll.

 Tingkat dua, disebabkan oleh terbakarnya bahan seperti minyak, bahan pelumas, cat, cairan yang mudah terbakar, dll.

 Tingkat Tiga, disebabkan oleh adanya konsleting pada alat-alat listrik.

pemasangan alat pendeteksi dan pemadam kebakaran, sangat membantu dalam menanggulangi kebakaran sedini mungkin. Ada 2 macam sistem pendeteksi :

 Pendeteksi panas (Thermal Detector)

 Pendeteksi asap (Smoke Detector)

Alat pemadam kebakaran terdapat dalam berbagai bentuk dengan karakteristik bahan pemadam api dan sistem pemadam yang berbeda, yaitu :

 Sistem penyemprotan (Sprinkler System)

 Sistem pemadam dengan gas (Gas System)

 Tabung pemadam api (Portable Fire Extinguisher)

(31)

Pengamanan ini biasanya luput dari perhatian , sebab proses perusakan terjadi dengan memakan waktu atau proses yang cukup lama. Beberapa bentuk pengamanan yang dapat dilakukan di dalam ruang penyimpanan adalah sebagai berikut :

 Pengaturan terhadap suhu dan kelembaban udara

 Pencahayaan/ penerangan

2.5. Tema

2.4.1. Pendekatan Tema

Tema yang diambil adalah Arsitektur Kontemporer. Karakter bangunan yang ingin ditampilkan, yaitu kesan bangunan atraktif dan dinamis. Yaitu bangunan masa kini yang secara visual arsitektural maupun secara teknis dan strukturnya, variatif, fleksibel, dan inovatif, baik secara bentuk maupun tampilan, jenis material, pengolahan material, maupun teknologi yang dipakai dan menampilkan gaya yang lebih baru, praktis, dan fungsional dengan pengolahan bentuk geometris yang simple dan warna-warna netral dengan tampilan yang bersih.

Beberapa bangunan berkonsep kontemporer

Gambar 18. Masjid Al-Irsyad

(32)

Gambar 19. Museum Tsunami Aceh

(33)

2.4.2. Kajian Arsitektur Kontemporer

Pengertian Arsitektur Kontemporer

Seorang arsitek dapat menggunakan berbagai pendekatan untuk mendesain suatu karya arsitektur, di antaranya adalah pendekatan kontemporer. Menurut, Indah Widiastuti, ST., MT., PH.D , dosen arsitektur Institut Teknologi Bandung, ada dua macam pendekatan kontemporer dalam arsitektur yaitu waktu dan bentuk. Berdasarkan waktu, arsitektur kontemporer adalah arsitektur yang dibuat dan dikenal pada masa kini bukan di masa lalu ataupun di masa depan. Berdasarkan bentuk, yang dimaksud dengan arsitektur kontemporer adalah arsitektur yang mengambil bentuk suatu bangunan monumental yang pada masanya dikenal sebagai arsitektur kontemporer.

Arsitektur kontemporer telah diakui sebagai salah satu pendekatan dalam merancang secara internasional sehingga banyak ahli yang mengemukakan pendapat mengenai definisi dari arsitektur kontemporer, di antaranya sebagai berikut;

1. Konnemann, World of Contemporary Architecture XX

“Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya arsitektur yang bertujuan untuk mendemonstrasikan suatu kualitas tertentu terutama dari segi kemajuan teknologi dan juga kebebasan dalam mengekspresikan suatu gaya arsitektur, berusaha menciptakan suatu keadaan yang nyata-terpisah dari suatu komunitas yang tidak seragam.”

2. Y. Sumalyo, Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX (1996)

“Kontemporer adalah bentuk-bentuk aliran arsitektur yang tidak dapat dikelompokkan dalam suatu aliran arsitektur atau sebaliknya berbagai arsitektur tercakup di dalamnya”

(34)

“Arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya aliran arsitektur pada zamannya yang mencirikan kebebasan berekspresi, keinginan untuk menampilkan sesuatu yang berbeda, dan merupakan sebuah aliran baru atau penggabungan dari beberapa aliran arsitektur. Arsitektur kontemporer mulai muncul sejak tahun 1789 namun baru berkembang pada abad 20 dan 21 setelah perang dunia.”

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan ciri-ciri arsitektur kontemporer, yaitu:

a. Ekspresi bangunan bersifat subjektif.

b. Kontras dengan lingkungan sekitar

(35)

2.6. Studi Banding

2.5.1. Studi Banding Museum Batik

2.5.1.1. International Batik Center Pekalongan

International Batik Center (IBC) sebagai pusat kerajinan batik Pekalongan berada di Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. Tepatnya di Jalan Ahmad Yani No. 573 Wiradesa, Kabupaten Pekalongan. International Batik Center dibangun di bekas area Pabrik Tekstil Gunatex Jaya.International batik center (IBC) di Pekalongan adalah sebuah kompleks yang dirancang untuk dapat menampung kegiatan transaksi perdagangan dan pemasaran batik, baik dalam partai kecil, menengah, maupun besar, dalam skala lokal, regional, maupun internasional.

a. Fasilitas

Beberapa fasilitas utama IBC antara lain adalah :

- 3 lokasi toilet

- Tempat parkir yang mampu menampung 30 bus, 300 mobil, dan 700 sepeda motor

- Car call dan sound system untuk informasi

- ATM center

- Cafe dan restaurant keluarga

- Area bermain anak

- Pusat jajanan dan oleh-oleh

- Musholla

2.5.1.2. Museum Batik Yogyakarta

Museum Batik Yogyakarta terletak di Jl. Dr. Sutomo No. 13 A Yogyakarta dan didirikan pada tanggal 12 Mei 1977 atas prakarsa keluarga Hadi Nugroho. Masih adanya perhatian yang besar dari masyarakat termasuk wisatawan asing pada batik,

(36)

mendorong keluarga ini merintis pengumpulan kain batik. Dimulai dari kerabatnya sendiri, orang tua, eyang dan generasi Hadi sendiri, hinga upaya merintis sebuah museum batik terlaksana.

Koleksi batik yang ada di museum ini sangat lengkap. Berbagai jenis batik dari berbagai daerah di Indonesia ada disini, mulai dari Batik Yogyakarta, Indramayu, sampai daerah-daerah pengrajin batik di Indonesia lainnya. Koleksinya meliputi kain panjang, sarung dan sebagainya yang hingga kini telah mencapai jumlah 400 lembar kain ditambah beberapa peralatan membatik. Koleksi tertuanya adalah batik karya tahun 1700an.

Selain dari koleksi batiknya, museum batik ini juga menyimpan berbagai koleksi sulaman tangan. Koleksi sulaman tangan sangat beragam bahkan museum ini pernah mendapatkan penghargaan dari MURI atas karya Sulaman terbesar, yaitu kain batik berukuran 90x400 cm dan setahun kemudian museum ini dianugerahi piagam penghargaan dari lembaga yang sama sebagai pemrakarsa berdirinya Museum Sulaman pertama di Indonesia.

Saat ini Museum Batik ini dikelola oleh Ibu Dewi Sukaningsih atau lebih akrab dipanggil Oma Dewi. Oma Dewi juga merupakan pembuat dari sulaman-sulaman tangan yang sangat indah karena tampak nyata dengan foto aslinya. Namun, meskipun museum ini memiliki asset seni dan budaya yang bahkan diakui oleh dunia, peran serta pengelolaan dari pemerintah masih kurang. Hal tersebut membuat Museum ini masih kurang berkembang dan dikenal oleh masyarakat luas.

Kegiatan rutin museum adalah pameran tetap dimuseum yang dibuka setiap hari dari Senin hingga Sabtu, pada pukul 09.00-15.00 WIB. Akses untuk menuju lokasi tersebut juga sangat mudah karena berada di pusat kota dekat dengan jembatan Lempuyangan. Jalan dan lokasi parker yang luas membuat museum ini mudah dikunjungi dengan segala jenis transportasi mulai dari sepeda motor sampai kendaraan roda empat. Selain itu apabila anda beruntung, pengunjung dapat melihat langsung proses pembuatan batik tulis di museum ini.

1. Fasilitas

(37)

Galeri pada Museum ini tidak hanya menyajikan koleksi macam-macam motif batik dan sejarahnya, melainkan juga menyajikan produk sulaman dan sejarahnya.

2.5.1.3. Museum Batik Danar Hadi Solo

Museum Batik Danar Hadi terletak di Jalan Slamet Riyadi No. 261, Solo 57141. Museum ini diresmikan oleh Ibu Megawati Sukarno Putri pada tanggal 20 Oktober 2002, dengan nama "Galeri Batik Kuno Danar Hadi" yang saat ini berubah namanya menjadi "Museum Batik Danar Hadi". Walaupun sebenarnya perusahaan Danar Hadi sendiri sudah berdiri sejak tahun 1967. Batik Danar Hadi merupakan perusahaan induk yang dibentuk oleh Bapak dan Ibu Santosa Doellah. Tujuan pendirian perusahaan ini untuk memperkaya perkembangan seni membatik pada khususnya dan usaha batik di Indonesia pada umumnya. Tujuan kelompok usaha ini adalah menyumbangkan sesuatu yang bernilai terhadap seni tradisional yang terkenal sebagai ungkapan kehidupan serta filosofi budaya Jawa.

(38)

Museum Batik Danar Hadi adalah sebuah kompleks wisata heritage terpadu tentang batik yang terletak di kota Solo di Jawa Tengah. Museum Batik Danar Hadi didirikan oleh perusahaan batik asal Solo PT Batik Danar Hadi pada tahun 2008 dan mengkhususkan batik beserta aspek-aspek budayanya sebagai obyek wisata utamanya.Museum Batik Danar Hadi terletak di dalam sebuah kompleks bangunan kuno yang merupakan cagar budaya, bangunan utama di dalam Museum Batik Danar Hadi adalah Ndalem Wuryaningratan. Bangunan ini dibangun pada akhir abad ke 19 dengan gaya arsitektur unik yang merupakan kombinasi Jawa-Eropa. Seiring dengan berjalannya

Gambar 20. Musium Batik Danar Hadi Solo

(39)

Gambar 21Foto galeri House of Danar Hadi

Sumber : Luthfan (2014)

Gambar 22Foto galeri House of Danar Hadi

(40)

Gambar 23Foto galeri House of Danar Hadi

Sumber : Luthfan (2014)

Gambar 24Foto galeri House of Danar Hadi

(41)

2. Showroom

Melengkapi one stop of Batik Adventure, House of Danar Hadi juga menyuguhkan showroon yang menyediakan beraneka ragam produk eksklusif, cenderamata khas Solo dari Batik Danar Hadi dan merupakan hasil karya yang diciptakan melalui workshop.

Gambar 25Foto showroom House of Danar Hadi

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 26Foto showroom House of Danar Hadi

Sumber : dokumen pribadi

(42)

Dari ketiga studi banding yang telah dilakukan baik melalui media internet, literatur maupun survei lokasi, telah didapatkan perbandingan sebagai berikut :

Tabel 1 Hasil studi banding

Kategori International Batik Center Pekalongan Museum Batik Yogyakarta Museum Batik Danar Hadi Solo Museum Batik Indonesia Pemilihan Lokasi Dekat jalan raya, berada dijalur pantura. Dekat permukiman penduduk, pertokoan, dan hostel. Di Jalan Raya Utama Kota Solo, Jl. Slamet Riyadi. Berada di komplek Taman Mini Indonesia Indah Kegiatan 1. Pameran 2. Workshop dan seminar 3. Perdagangan 1. Informasi dan edukasi 2. Pelatihan dan pengemba ngan desain membatik 3. Kegiatan perdagangan 1. Kegiatan informasi dan edukasi 2. Kegiatan perdagangan 3. Kegiatan produksi 4. Seminar dan workshop 1. Kegiatan Informasi dan edukasi 2. Kegiatan perdagangan 3. Workshop dan Seminar Pameran

Fasilitas utama 1. R. Pameran 2. Retail 3. Ruang pamer R. pamer Souvenir shop R. Pamer 2. Showroom 3. Ruang serbaguna R.pamer 2. Hall of fame 3.R. auditorium Fasilitas penunjang ATM Center 2. Restoran 3. Musholla 4. Toilet 5.Area bermain anak Penginapan Serviceroom Resto Mushola Toilet Restorant Toko suvenir Mushola Toilet

(43)

Lingkup pelayanan Linhgkup pelayanan bagi wisatawan, masyarakat umum, serta para pengusaha batik Lingkup pelayanan bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara Lingkup pelayanan bagi wisatawan maupun mancanegara Lingkup pelayanan wisatawan masyarakat umum, serta para pengusaha batik

Kesimpulan Kelebihan : Bangunan masih tergolong baru dan cukup baik berada di lokasi strategis dan memiliki fasilitas yang dianggap lengkap Kekurangan : Luas museum batik pekalongan hanya 40m2, seharusnya jika lebih besar lagi, semakin banyak lagi batik-batik yang dapat ditampilkan

Kelebihan : Materi koleksi yang ada di dalamnya dinilai cukup lengkap dan menarik. Kekurangan : Terbatasnya fasilitas serta lokasi yang cenderung jauh dari pusat kota. Bangunan sudah cukup tua

Kelebihan : Fasilitas yang lengkap dan berada di lokasi yang strategis karena berada di jalan raya utama Jl. Slamet Riyadi Solo. Kekurangan : Kapasitas bangunan belum dapat mewadahi banyaknya peminat atau pengunjung. Perencanaan kegiatan Museum batik Indonesia disesuaikan dengan tujuan sayembara IAI yaitu dapat menjadi wadah sekaligus sarana untuk mengenal, belajar, dan menikmati koleksi batik ndonesi. Akan tetapi, sedikit lebih dipersempit ruang lingkupnya. Sehingga kegiatan yang akan dipamerkan adalah sejarah pembuatan batik, alat dan bahan, serta beberapa motif terkenal dari beberapa daerah di Indonesia.

(44)

2.5.2. Studi Banding Sesuai Tema

Museum Tsunami Aceh

Museum Tsunami Aceh atau juga dikenal dengan nama "Rumoh Aceh Escape Hill" dibangun di atas area seluas 10.000 m2 ini berlokasi di Ibukota Provinsi

Nangroe Aceh Darussalam yaitu Kotamadya Banda Aceh di Jalan Sultan Iskandarmuda persisnya di bekas kantor Dinas Peternakan Aceh sebelah pemakaman kuburan Belanda (Kerkhoff). Museum Tsunami Aceh ini merupakan karya arsitek Ridwan Kamil yang terpilih menjadi juara pertama dalam perlombaan pembuatan museum untuk mengenang teragedi tsunami pada 26 desember 2006.

Museum ini tidak hanya sebuah bangunan monumen, tapi juga sebuah museum yang monumental. Sebuah bangunan yang mampu mengekspresikan kejadian tsunami 26 Desember. Museum Tsunami Aceh ini menampilkan simulasi elektronik gempa bumi Samudra Hindia 2004, foto-foto korban serta kisah nyata dari korban yang selamat.

1. Fungsi dari Museum Tsunami, yaitu :

a. Sebagai objek sejarah, dimana museum tsunami akan menjadi pusat penelitian dan pembelajaran tentang bencana tsunami.

b. Sebagai simbol kekuatan masyarakat Aceh dalam menghadapi bencana tsunami.

c. Sebagai warisan kepada generasi mendatang di Aceh dalam bentuk pesan bahwa di daerahnya pernah terjadi tsunami.

d. Untuk mengingatkan bahaya bencana gempa bumi dan tsunami yang mengancam wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia terletak di “Cincin Api” Pasifik, sabuk gunung berapi, dan jalur yang mengelilingi Basin Pasifik. Wilayah cincin api merupakan daerah yang sering diterjang gempa bumi yang dapat memicu tsunami.

2. Konsep

Desain Museum Tsunami ini mengambil ide dasar dari rumoh Aceh atau rumah panggung Aceh sebagai contoh kearifan arsitektural masa lalu dalam merespon tantangandan bencana alam. Terlihat, jika Museum Tsunami ini dapat menjadi solusi bagi masyarakat Aceh untuk berlindung

(45)

dari bahaya gelombang tsunami. Selain itu, bangunan ini juga dapat menjadi conic building di Aceh, sehingga dapat dikatakan sebagai bangunan anti-tsunami (antitsunami building).

Gambar 27. Ilustrasi Terjadi Tsunami

Sumber : (www.google.com)

Gambar 28. Rumah Aeh

Sumber : (www.google.com)

Dalam islam dikenal habluminnallah dan habluminnannas. Tanda panah ke atas itumenggambarkan habluminnallah atau hubungan dengan Allah. Hal tersebut dapat dilihat pada “The light of God”, sebuah ruang berbentuk sumur silinder yang menyorotkan cahayake atas tersebut dan terdapat lafal “Allah” dipuncaknya serta nama para korban yang ada dinding sumur silinder. Hal ini sangat mengandung nilai-nilai religi yang merupakan cerminan Hablumminallah (konsep hubungan manusia dan Allah). Hal tersebut menunjukkan bahwa Allah adalah maha Pencipta sekaligus maha segala-galanya, oleh sebab itu kita sebagai umat manusia diingatkan jika di atas kita itu masih ada sang Pencipta sehingga kita harus menjaga hubungan baik dengan cara melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

(46)

Gambar 29. Ilustrasi Hubungan Habluminallah Habluminanas

Sumber : (www.google.com)

Mengangkat budaya local seperti tari saman yang diaplikasikan pada kulit bangunan. Fletcher (1961:14-23), “Konsep yang menganggap bangunan sebagai monument dari sejarah tertentu sebenarnya bukan pemikiran yang baru sehingga bentuk frame ini bukan dari sesuatu yang baru atau imajjinasi si perancang melaikan mengangkat kembali dari unsu-unsur budaya yang ada.”

Gambar 30. Tari Saman diterapkan pada konsep bangunan

Sumber : (www.google.com)

Museum Tsunami ini juga dirancang untuk menggambarkan hubungan itu sendiri. Dapat dilihat pada saat teragedi tsunami, dimana para korban dengan rasa ikhlas dan tetap beribadah kepada

(47)

Allah dalam menghadapi musibah ini serta saling menolong dalam keadaan yang sama-sama ditinggal sanak saudara dengan membantu menguburkan korban-korban tsunami Aceh. Jika ini dilihat dari atas, Museum Stunami Aceh menganalogikan sebuah epicenter atau pusat pusaran air dari gelombang laut tsunami sehingga bangunan ini dapat mengingatkan akan peristiwa tsunami itu sendiri (building as a moment).

Gambar 31. Ilustrasi gelombang laut (sea waves)

Sumber : (www.google.com)

Kapal adalah satu fenomena yang banyak diketahui oleh masyarakat aceh dengan terdamparnya kapal didekat pantai menjadikan suatu kenangan atau moment yang tidak dapat dilupakan. Sehingga dapat kita amati jika Museum Tsunami menganalogikan bentuk kapal dan mempertinggi bangunan dengan kolom-kolom dibawahnya sehingga dapat membuat bangunan ini menjadi lebih karya makna.

Gambar 32. Analogi Bangunan (kapal)

(48)

3. Tata Bangunan

Museum Tsunami mempunyai 3 makna yaitu Space of Memory, Space of Hope, Space of Relief.

1. Space of Memory Tsunami Passage adalah area penerimaan di museum yang berupa koridor sempit berdinding tinggi dengan air terjun yang bergemuruh untuk mengingatkan betapa menakutkannya suasana di saat terjadinya tsunami. Memorial Hall adalah area di bawah tanah yang merupakan sarana interaktif untuk mengenang sejarah terjadinya tsunami di Aceh. Memorial hall ini dilengkapidengan pencahayaan dari lubang-lubang sebuah ‘reflecting pool’ yang berada di atasnya.

2. Space of Hope

Atrium of Hope adalah area berupa ruang yang besar, sebagai simbol dari harapan dan optimisme menuju masa depan yang lebih baik. Pengunjung akan menggunakan ramp melintasi kolam dan atrium untuk mersakan suasana hati yang lega. Atrium dengan ‘reflecting pool’ ini bisa diakses secara visual kapan saja, namun tidak bisa dilewati secra fisik. Blessing Chamber adalah ruang transisi sebelum memasuki ruang-ruang kegiatan non memorial. Ruang ini berupa sumur yang tinggi dengan ribuan nama-nama korban terpatri di dinding. Sumur ini diterangi oleh skylight berbentuk lingkaran dengan kaligrafi Allah SWT, sebagai makna hadirnya harapan bagi masyarakat Aceh.

3. Space of Relief

The Hill of Light adalah taman kecil yang berupa bukit kecil sebagai sarana penyelamatan awal terhadap tsunami. Taman publik ini dilengkapi dengan ratusan tiangtiang obor yang juga dirancang untuk meletakkan bunga dukacita sebagai tanda ‘personal space’. Jika seluruh obor dinyatakan maka bukit ini akan dibanjiri oleh lautan cahaya. Sangat personal sekaligus komunal.

(49)

Escape Roof adalah atap bangunan yang dirancang berupa rooftop yang bisa ditanami rumput atau lansekap. Atap ini juga dirancang sebagai area evakuasi bilamana dikemudian hari terjadi bencana banjir dan tsunami.

Kesimpulan Hasil Studi Banding

Beberapa hal yang dapat diambil dari perbandingan di atas, yaitu:

• Museum dapat menjadi sebuah orientasi di sekitar lingkungannya.

• Bentuk yang menarik dapat diperoleh dari eksplorasi struktur ataupun elemen arsitektural dan kultur budaya lokalitas .

• Keterbatasan lahan dapat diselesaikan dengan cara pengembangan ke arah vertikal.

• Elemen arsitektural dapat dijadikan sebagai pengarah (signage) atau sebuah sculpture.

• Tema bangunan museum disesuaikan dengan visi dan misi museum berkaitan dengan koleksinya

• Zoning pada beberapa museum bisa terlihat perbedaan antara area penerima, area utama, dan area penunjang .

• Alur sirkulasi pengunjung harus sesuai history line ujntuk pergerakan pengguna didalam bangunan dan mengakomodasi pengguna difabel.

2.5.3. Kriteria Perancangan

Dengan beberapa pemahaman dan kajian teori mengenai museum , maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan kegiatan dan hubungan antar ruang pada museum batik:

• Tiga hal mengenai prinsip perancangan dalam bangunan museum batik adalah sirkulasi, elemen arsitektural , dan fasilitas umum.

• Pemilihan tema, konsep massa bangunan dan alur sirkulasi pengunjung dalam desain menentukan sistem organisasi ruang dan pergerakan dalam bangunan.

• Sirkulasi pengunjung harus sesuai story line sesuai tema museum

• Pendekatan aktifitas dan pelaku kegiatan seperti pengunjung, pengelola, dan keorganisasian pengunjung berpengaruh pada pendekatan perancangan.

(50)

• Kejelasan pencapaian dari lingkungan sekitar ke dalam bangunan museum dan sebaliknya, hubungan antar bangunan existing disekitar tapak harus saling terintegrasi agar tidak berkesan berdiri sendiri.

• Sistem penghawaan, tata cahaya baik buatan maupun alami harus diperhitungkan mengingat dampaknya akan berpengaruh pada benda- benda koleksi.

• Kemudahan orientasi di dalam dan di luar bangunan sehingga pengguna dapat bergerak dengan efektif dan efisien.

• Mengutamakan kenyamanan dan keamanan baik pengunjung, pengelola dan benda koleksi itu sendiri.

• Bangunan harus menjadi vocal poin agar menarik pengunjung untuk masuk museum dan mengutamakan unsur kearifan lokal dalam mengembangkan desain perancangannya.

Gambar

Gambar 1Pembuatan batik tulis  Sumber :www.google.com
Gambar 3 Batik pedalaman
Gambar 4 Batik pesisir  Sumber : www.google.com
Gambar 6 Kain mori  Sumber : www.google.com
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Evaluasi pelaksanaan kegiatan di tingkat kabupaten/kota Evaluasi pelaksanaan kegiatan di tingkat kabupaten/kota dilakukan dengan mempertimbangkan masukan dari hasil dilakukan

Implementasi pandangan filosofis bangsa dimaksud terkait dengan negara dan hubungannya dengan warga negara mengenai kehidupan beragama: menjadikan Pancasila dengan Ketuhanan

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan menyelenggarakan Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Perguruan Tinggi (ON MIPA-PT) dengan

Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan Pada Home Care.. Kondisi

Berdasarkan hasil penelitian tentang Usaha Peningkatan Kreativitas Melalui Metode Desain Dalam Pembelajaran Menggambar Perspektif Pada Siswa SMP Negeri 2 Sambong,

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Oleh karena probabilitas data di atas lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan varians pada data perbandingan kinerja

Dari hasil survei terhadap 32 manajer berbagai perusahaan di Indonesia, disimpulkan bahwa komitmen organisasional adalah variabel pemoderasi yang memperkuat hubungan antara