• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Perilaku

2.1.1. Pengertian Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat di rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. (Sarwono, 2004).

Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati. Dari segi biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup yang bersangkutan). Sedangkan dari segi kepentingan kerangka analisis, perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

2.1.2. Proses Pembentukan Perilaku

Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Abraham Harold Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yakni :

(2)

2.1.2.1. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu O2, H2O, cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya, kekurangan O2 yang menimbulkan sesak nafas dan kekurangan H2O dan elektrolit yang menyebabkan dehidrasi.

2.1.2.2. Kebutuhan rasa aman, misalnya:

a. Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan dan kejahatan lain

b. Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, peperangan dan lain-lain

c. Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit d. Rasa aman memperoleh perlindungan hukum 2.1.2.3. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya:

a. Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang tua, saudara, teman, kekasih, dan lain-lain. b. Ingin dicintai/mencintai orang lain.

c. Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada. 2.1.2.4. Kebutuhan harga diri, misalnya:

a. Ingin dihargai dan menghargai orang lain b. Adanya respek atau perhatian dari orang lain

c. Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingan

2.1.2.5. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya:

a. Ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain

b. Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita c. Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam

(3)

2.1.3. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Respons atau reaksi organisme dapat berbentuk pasif (respons yang masih tertutup) dan aktif (respons terbuka, tindakan yang nyata).

Menurut Notoatmodjo (2003), rangsangan yang terkait dengan perilaku kesehatan terdiri dari empat unsur, yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.

2.1.4. Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan

Perilaku ini adalah respons individu terhadap lingkungan sebagai determinant (faktor penentu) kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini sesuai lingkungan kesehatan lingkungan, yaitu:

2.1.4.1. Perilaku terhadap air bersih, meliputi manfaat dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.

2.1.4.2. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor atau kotoran. Disini menyangkut pula hygiene, pemeliharaan, teknik dan penggunaannya.

2.1.4.3. Perilaku sehubungan dengan pembuangan limbah, baik limbah cair maupun padat. Dalam hal ini termasuk sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat dan dampak pembuangan limbah yang tidak baik.

2.1.4.4. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat. Rumah sehat menyangkut ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya. 2.1.4.5. Perilaku terhadap pembersihan sarang-sarang vektor.

2.1.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2010), faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan

(4)

resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Dari berbagai determinan perilaku manusia, banyak ahli telah merumuskan teori-teori atau model-model terbentuknya perilaku.

Menurut Green dalam buku Notoatmodjo (2003), menganalisis bahwa perilaku manusia dari tingkatan kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behaviour causer) dan faktor dari luar perilaku (non behaviour causer). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :

2.1.5.1. Faktor–faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2.1.5.2. Faktor–faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

2.1.5.3. Faktor–faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.2. Konsep PHBS

2.2.1. Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2010).

(5)

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk meningkatkan kesehatannya berdasarkan kesadaran, sehingga mampu mencegah penyakit serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat dengan cara olahraga teratur, tidak merokok, istirahat yang cukup dan gaya hidup yang positif (Notoatmodjo, 2007).

Dengan demikian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah upaya perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sendiri untuk meningkatkan kesehatannya berdasarkan kesadaran, sehingga mampu mencegah penyakit serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat dengan cara olahraga teratur, tidak merokok, istirahat yang cukup dan gaya hidup yang positif.

2.2.2. Tatanan PHBS

Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain. Terdapat 5 tatanan dalam PHBS yaitu meliputi:

2.2.2.1. Tatanan PHBS di Rumah Tangga

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu tatanan rumah tangga sehat dapat diwujudkan dengan perilaku sehat dan lingkungan sehat.

2.2.2.2. Tatanan PHBS di Sekolah

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru dan masyarakat

(6)

sekitar lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersh dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan sekolah yang sehat (Syah’roni, 2007)

2.2.2.3. Tatanan PHBS di Tempat Kerja

PHBS di Tempat Kerja adalah upaya untuk member-dayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat.

2.2.2.4. Tatanan PHBS di Institusi Kesehatan

PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam mewujudkan (Institusi Kesehatan Sehat) dan juga mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan.

2.2.2.5. Tatatnan PHBS di Tempat Umum

PHBS di Tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS di tempat-tempat umum.

2.2.3. PHBS di Tatanan Sekolah 2.2.3.1. Pengertian

Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapih dengan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum. Sekolah adalah tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada anak didiknya. Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena

(7)

pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak, maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan. Sekolah juga mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak (Ahmadi, 2003).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersh dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan sekolah yang sehat (Syah’roni, 2007).

PHBS di institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan.

2.2.3.2. Indikator PHBS Di Sekolah

Indikator PHBS di tatanan sekolah meliputi: (depkes RI, 2008).

a. Mencuci Tangan Dengan Air Bersih Mengalir Dan Sabun Kebiasaan mencuci tangan di masyarakat indonesia masih belum baik. Terlihat dari kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan semangkuk air atau kobokan untuk membasuh tangan sebelum makan. Padahal kebiasaan sehat mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun dapat menyelamatkan nyawa dengan mencegah penyakit. WHO menyarankan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun karena dapat meluruhkan semua kotoran dan lemak yang mengandung kuman. Cuci tangan ini dapat dilakukan pada saat sebelum makan, setelah beraktivitas diluar sekolah, bersalaman dengan

(8)

orang lain, setelah bersin atau batuk, setelah menyentuh hewan, dan sehabis dari toilet.

b. Mengkonsumsi Jajanan Sehat Di Kantin Sekolah

Di Sekolah siswa dan guru membeli atau konsumsi makanan yang bersih dan tertutup di warung sekolah sehat. Makanan yang sehat mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Makanan yang seimbang akan menjamin tubuh menjadi sehat. Makanan yang ada di kantin sekolah harus makanan yang bersih, tidak mengandung bahan berbahaya, serta penggunaan air matang untuk kebutuhan minum.

c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang memenuhi syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung tertutup) dan terjaga kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak mencemari tanah di sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan.

d. Olah raga yang teratur dan terukur

Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat terkait dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Kegiatan olah raga di sekolah bertujuan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental anak agar tidak mudah sakit. Dalam rangka meningkatkan kesegaran jasmani, perlu dilakukan latihan fisik yang benar dan teratur agar tubuh tetap sehat dan segar. Dengan melakukan olahraga secara teratur akan dapat memberikan manfaat

(9)

e. Memberantas jentik nyamuk

Kegiatan ini dilakukan dilakukan untuk memberantas penyakit yang disebabkan oleh penularan nyamuk seperti penyakit demam berdarah. Memberantas jentik nyamuk dilingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan 3 M (menguras, menutup, dan mengubur) tempat-tempat penampungan air (bak mandi, drum, tempayan, ban bekas, tempat air minum, dan lain-lain) minimal seminggu sekali. Hasil yang didapat dari pemberantasan jentik nyamuk ini kemudian di sosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.

f. Tidak merokok di sekolah

Siswa dan guru tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Timbulnya kebiasaan merokok diawali dari melihat orang sekitarnya merokok. Di sekolah siswa dapat melakukan hal ini mencontoh dari teman, guru, maupun masyarakat sekitar sekolah. Banyak anak-anak menganggap bahwa dengan merokok akan menjadi lebih dewasa. Merokok di lingkungan sekolah sangat tidak dianjurkan karena rokok mengandung banyak zat berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan anak sekolah.

g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan Siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan. Kegiatan penimbangan berat badan di sekolah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak serta status gizi anak sekolah. Hal ini dilakukan untuk deteksi dini gizi buruk maupun gizi lebih pada anak usia sekolah.

h. Membuang sampah pada tempatnya. Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga agar lingkungan selalu terjaga

(10)

dari sampah adalah sebagai berikut: Guru memberi contoh pada siswa-siswi membuang sampah selalu pada tempatnya, Guru wajib menegur dan menasehati siswa yang mebuang sampah di sembarang tempat, Mencatat siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang tempat pada buku/kartu pelanggaran, dan Membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberian denda terhadap siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang tempat.

2.2.3.3. Fasilitas Penunjang PHBS di Sekolah

Menurut Departemen Kesehatan RI, 2012, fasilitas penunjang PHBS di sekolah antara lain adalah:

a. Ketersediaan air bersih yang bebas dari jentik nyamuk Air bersih yang tersedia di sekolah dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk berbagai keperluan. Siswa dan guru dapat menggunakan air bersih untuk mencuci tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir sebelum makan dan sesudah buang air besar. Kegiatan pemeriksaan tandon air bersih dilakukan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh penularan nyamuk seperti penyakit demam berdarah.

b. Fasilitas penunjang PHBS disekolah yang lain adalah tersedianya kantin sekolah dengan jajanan yang sehat, ketersediaan jamban yang bersih, tempat dan program olahraga yang teratur dan terukur, dan juga adanya tempat sampah. Dimana fasilitas tersebut dapat menunjang siswa dan siswi dalam berperilaku hidup bersih dan sehat dilingkungan sekolah.

(11)

2.2.3.4. Manfaat PHBS di Sekolah

Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu minat orang tua dan dapat mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (Depkes RI, 2008).

2.2.3.5. Sasaran PHBS di Sekolah

Sasaran PHBS menurut Depkes RI (2008) dikembangkan dalam lima tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat umum, institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di institusi pendidikan adalah seluruh warga institusi pendidikan yang terbagi dalam:

a. Sasaran primer Sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu/ kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).

b. Sasaran sekunder Sasaran yang mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait.

c. Sasaran tersier Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan

(12)

PHBS di institusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.

2.2.3.6. Strategi PHBS di Sekolah

Kebijakan Nasional Promosi kesehatan menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu (Notoatmodjo, 2007):

a. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

Merupakan proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan agar sasaran berubah dari aspek (knowledge, attitude, dan practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat.

b. Bina Suasana (Social Support)

Upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana antara lain:

1) Pendekatan individu 2) Pendekatan kelompok

3) Pendekatan masyarakat umum c. Advokasi (Advocacy)

Upaya yang terencana untuk mendapatkan dukungan dari pihakpihak terkait (stakeholders). Pihak-pihak terkait ini dapat berupa tokoh masyarakat formal yang berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan Dan penyandang dana pemerintah. Selain itu, tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain sebagainya dapat berperan sebagai penentu kebijakan tidak tertulis dibidangnya atau sebagai penyandang dana

(13)

non pemerintah. Sasaran advokasi terdapat tahapan-tahapan yaitu:

1) Mengetahui adanya masalah

2) Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah

3) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah 4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih

salah satu alternatif pemecahan masalah 5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan

2.3. Konsep Perilaku Membuang Sampah 2.3.1. Pengertian

Perilaku adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati.

Sedangkan menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan seharihari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.

Jadi dapat diartikan perilaku membuang sampah adalah suatu tindakan atau aktivitas manusia membuang sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia,

(14)

2.3.2. Pentingnya Membuang Sampah

Mungkin masih banyak dari kita yang belum mengetahui apa saja manfaat dari membuang sampah pada tempatnya. Ini suatu hal yang penting untuk kita agar pengetahuan tentang arti dari membuang sampah pada tempatnya itu dapat bermanfaat sehingga masyarakat tahu tentang arti membuang sampah pada tempatnya.

2.3.2.1. Menjaga kebersihan

Jika kita ingin sehat, maka kebersihan yang harus menjadi awal untuk mencapai tujuan “Bersih Pangkal Sehat”

2.3.2.2. Mencegah banjir

Banjir sudah menjadi bencana rutin. Sudah jelas penyebabnya karena sampah yang berhamburan dimana-mana. Sampah akan menghambat aliran air. Jika kita membuang sampah pada tempatnya, maka akan mencegah banjir.

2.3.2.3. Mencegah bau tidak sedap.

Bau tidak sedap dari sampah sangat mengganggu kesehatan. Maka untuk mengurangi bau tidak sedap, kita harus membuang sampah pada tempatnya.

2.3.3. Jenis Sampah

Jenis sampah dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: 2.3.3.1. Sampah anorganik (kuning)

Sampah anorganik yaitu sampah yang tidak dapat mengalami pembusukan secara alami sehingga memerlukan waktu yang lama untuk menguraikannya, contoh dari sampah anorganik adalah kertas, botol minuman, besi, pulpen kaleng, maupun yang berasal dari limbah pabrik atau industri lainnya, salah satu pengelolaan sampah anorganik adalah dengan cara mendaur ulang seperti botol-botol bekas dapat dijadikan kerajinan tangan.

(15)

2.3.3.2. Sampah organik (hijau)

Sampah organik adalah sampah yang dapat mengalami pembusukan secara alami, seperti sisa-sisa makanan, kotoran hewan, daun, sayuran, dan lain sebagainya yang dapat dengan mudah terurai,

2.3.3.3. Sampah berbahaya atau B3 (merah)

Sampah berbahaya yaitu sampah yang mengandung gas berbahaya ataupun yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan seperti, pemantik api, botol racun nyamuk, jarum suntik, batere, dan lain sebagainya

2.3.4. Cara Pengelolaan Sampah

Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena sampah merupakan tempat kehidupan berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri patogen) dan juga serangga sebagai pemindah dan penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut:

2.3.4.1. Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah.

Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka ini harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke tempat penampungan sementara (TPS) sampah, selanjutnya ke tempat penampungan akhir (TPA).

2.3.4.2. Pemusnahan dan Pengolahan Sampah.

Pemusnahan dan/atau pengolahan sampah padat ini dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain sebagai berikut:

(16)

a. ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.

b. dibakar (inceneration) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar didalam tungku pembakaran (incenerator). dijadikan pupuk (composting) yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk kompos, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk.

2.3.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Membuang Sampah Penelitian sebelumnya menunjukkan faktor-faktor mempengaruhi perilaku membuang sampah adalah (Nurhadyana, 2012)

2.3.5.1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Faktor predisposisi juga dapat dikatakan sebagai preferensi pribadi. Preferensi ini dapat mendukung atau menghalanginya pada perilaku kesehatan; dalam banyak kasus hal itu dapat mempengaruhinya. (green, 2005)

a. Jenis Kelamin

Istilah sex jika dilihat secara mendalam mengarah pada makna perbedaan jenis kelamin secara biologis sedangkan istilah gender lebih mengarah pada perbedaan jenis kelamin berdasarkan kontruksi sosial atau kontruksi masyarakat. Secara umum, pengertian gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku.

b. Umur

Menurut KBBI umur adalah taraf kesanggupan seseorang dalam membedakan hal yang baik dan kurang baik.

(17)

Menurut Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998), semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang untuk berfikir dan bekerja. Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan ini tidak secepat ketika berumur belasan tahun.

c. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Berdasarkan teori Bloom, pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2010) :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) teori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. 3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada situasi yang lain.

(18)

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis adalah bila orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, terhadappengetahuan atas objek tersebut.

5) Sintesis (Synthesis)

Kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari yang telah ada.

6) Evaluasi

Kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

d. Sikap

La Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola perilaku, tedensi atau kesepian antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Aadpun salah seorang psikologi sosial, Newcomb Menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan daya kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

(19)

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi ia merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut: 1) Menerima (Receiving)

Diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek)

2) Menanggapi (Responding)

Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi

3) Menghargai (Valuing)

Subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

4) Bertanggung jawab (Responsbility)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinanya harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain. (Notoatmodjo, 2003)

2.3.5.2. Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi suatu perilaku atau tindakan, dalam bentuk lingkungan fisik, tersedianya fasilitas sarana dan prasarana, serta keterampilan yang berhubungan dengan kesehatan. Selain itu, faktor pemungkin juga merupakan kemampuan

(20)

dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menampilkan suatu perilaku kesehatan. Faktor pemungkin juga berkaitan dengan aksesibilitas dari berbagai sumber, seperti biaya, jarak, dan ketersediaan sumber daya (Green, 2005).

a. Ketersediaan Fasilitas atau Sarana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sarana segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksut atau tujuan. Sarana dan prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai (Nurhadyana, 2012).

b. Keterpaparan dengan Media Informasi (media massa) Media massa merupakan saluran komunikasi bagi sejumlah orang, televisi, radio, majalah dan koran, buku, display dan pameran. Leaflet dan poster juga media massa bila digunakan mandiri, dibanding penggunaannya sebagai alat bantu belajar dalam komunikasi tatap muka dengan individu atau kelompok. Media berperan sebagai juru bahasa yang menjelaskan dan memberi makna terhadap peristiwa yang kurang jelas, menjadi pembawa atau pengantar informasi dan pendapat, sebagai jaringan interaktif yang menghubungkan pengirim dengan penerima pesan melalui berbagai umpan balik, dan sebagai penunjuk arah untuk memberikan bimbingan atau intruksi.

2.3.5.3. Faktor Penguat

Faktor penguat adalah faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Sumber dari penguat akan

(21)

tentunya sangat bergantung dari tujuan dan tipe program. Contoh dari faktor penguat antara lain keluarga, teman bermain, guru, penyedia kesehatan, peraturan, undang-undang dan sebagainya (Green, 2005).

a. Dukungan Orang Tua

Umumnya di masyarakat pengertian orang tua adalah orang yang telah melahirkan dan membesarkan kita yaitu ibu dan bapak. Ibu dan bapak juga mengasuh dan membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah meperkenalkan anaknya ke dalam hal-hal yang terdapat di dunia dan menjawab tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka dari itu pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya (Joko Susilo: 2008)

Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental anak terletak pada peranan orang tuanya, sehingga baik buruknya budi pekerti itu tergantung kepada budi pekerti orang tuanya. Peranan orang tua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap dan keterampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, etika, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan.

b. Dukungan Guru

Menurut undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 guru adalah pendidikan professional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada

(22)

pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar dan menengah. Selain itu peran guru tak hanya sebatas pemindahan ilmu (transfer of knowledge) maupun pengembangan (trasform of knowlegne) tetapi lebih dari itu yakin internalisasi nilai (internalization of value).

c. Peraturan di Sekolah

Hurlock (2007) dalam Nurhadyana (2012) bahwa sekolah merupakan faktor yang berarti bagi perkembangan anak, baik dalam cara berpikir, bersikap maupun berperilaku.

Menurut Syamsu (2004) dalam Nurhadyana (2012) ada beberapa alasan mengapa sekolah memainkan peranan yang sangat penting bagi perkembangan siswanya yaitu: 1) Para siswa harus hadir di sekolah

2) Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini

3) Anak-anak banyak menghabiskan waktunya disekolah daripada dtempat lain di luar rumah

Peraturan pada dasarnya adalah ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan untuk menata tingkah laku seseorang dalam suatu kelompok, organisasi, institusi atau komunitas. Tujuannya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Peraturan memiliki dua fungsi yaitu, mempunyai pendidikan sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota masyarakat. Selanjutnya, peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.

(23)

2.4. Konsep Pendidikan Kesehatan

2.4.1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003:20) dalam murwani, pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik.

Sedangkan menurut Steward dikutip oleh Effendi (1997) dalam Murwani, unsur program kesehatan dan kedokteran yang didalamnya ada rencana untuk merubah perilaku perseorangan dan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial, budaya, dan sebagainya.

Dapat dirumuskan bahwa pengertian pendidikan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi, dan atau mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat,agar melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat

2.4.2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah meningkatkan kemempuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (Notoatmodjo 2003:21).

(24)

Agar seseorang mampu memutuskan kegiatan yang paling tepat guna meningkatkan tarap hidup sehat menurut Tarwoto dan Wanidar (2007) tujuan pendidikan kesehatan adalah:

2.4.2.1. Meningkatkan pengetahuan (kognitif)

Tindakan petugas pemberi pendidikan kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan individu diantaranya adalah menjelaskan, memberi informasi, menyarankan, mendiskusikan masalah kesehata dengan individu.

2.4.2.2. Mengubah atau memperbaiki perasaan (efektifitas)

Perubahan efektif misalnya adanya perubahan sikap, pendapat kenyakinan dannilai-nilai yang dimiliki peserta. Tindakan pemberian pendidikan kesehatan dalam mengubah sikap melalui diskusi, memberikan contoh atau model.

2.4.2.3. Meningkatkan keterampilan (psikomotor)

kegiatan meningkatkan keterampilan seperti memeragakan, simulasi, latihan kerja. Ketiga tujuan pendidikan kesehatan tersebut pada hakekatnya bertujuan mengubah sasaran untuk hidup dalam kondisi terbaik yaitu berusaha mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

2.4.3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menurut (Notoatmodjo, 2003) ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanaan atau tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.

2.4.3.1. Aspek Kesehatan

Telah menjadi kesepakatan umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup empat aspek pokok yaitu:

a. Promosi (promotif) b. Pencegahan (preventif) c. Penyembuhan (kuratif)

(25)

d. Pemulihan (rehabilitatif)

2.4.3.2. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu:

a. Pendidikan kesehatan pada tatanan rumah tangga

b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid

c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang bersangkutan

d. Pendidikan kesehatan di tempat umum seperti terminal bus, stasiun, bandar udara, dan tempat olahraga

e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan seperti: rumah sakit, puskesmas, poliklinik rumah bersalin dan sebagainya

2.4.3.3. Tingkat Pelayanan Kesehatan

Dimensi tingkat pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan dari Leavel and Clark, sebagai berikut

a. Promosi kesehatan seperti peningkatan gizi, kebiasaan, hidup dan perbaikan sanitasi lingkungan;

b. Diagnosis dini dan pengobatan segera 2.4.3.4. Pembatasan cacat

Yang dimaksud pembatasan cacat ialah seperti kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, sedang pengobatan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat.

(26)

2.4.4. Strategi Dalam Pendidikan Kesehatan 2.4.4.1. Advokasi

Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan dibidang kesehatan, yang mempunyai pengaruh terhadap publik. Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan, antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi, dan sebagainya yang menguntungkan kesehatan publik. Bentuk kegiatan advokasi ini antara lain lobying, pendekatan atau pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan, penyajian isu-isu atau masalah-masalah kesehatan atau yang mempengaruhi kesehatan setempat, seminar kesehatan dan sebagainya.

Output kegiatan advokasi adalah undang-undang, peraturan daerah, instruksi yang mengikat masyarakat dan instansi yang terkait dengan masalah kesehatan. Oleh sebab itu sasaran advokasi adalah para pejabat eksekutif, dan legislatif, para pemimpin, pengusaha, serta organisasi politik dan organisasi masyarakat.

2.4.4.2. Dukungan Sosial

Kegiatan yang ditujukan kepada tokoh masyarakat baik formal maupun informal seperti tokoh agama dan sebagainya yang mempunyai pengaru di masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan atau program kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh masyarakat dan para tokoh agama agar dapat menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan masyarakat.

(27)

2.4.4.3. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan ini ditunjukan kepada masyarakat langsung sebagai sasaran primer atau utama promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan pembangunan masyarakat dalam bentuk koperasi dan pelatihan keterampilan dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga (latihan menjahit, pertukangan, pertenakan dan sebagainya)

2.4.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan Menurut Tarwoto dan Warnidar (2007) keberhasilan dalam melakukan pendidikan kesehatan sangat bergantung pada :

2.4.5.1. Kesiapan dan kecakapan pemberian pendidikan kesehatan dalam memberikan materi

2.4.5.2. Kesiapan psikologis pemberian pendidikan kesehatan misalnya rasa percaya diri dan mengganggap dirinya lebih tahu dari klien sehingga kecemasan dapat ditekan.

2.4.5.3. Gaya bicara, penekanan hal-hal penting bicara tidak perlu cepat atau lambat.

2.4.5.4. Bahasa lebih sederhana dan bersifat umum, hindari istilah asing dan yang sulit dimengerti.

2.5. Konsep Metode Pendidikan Kesehatan 2.5.1. Pengertian

Menurut (Notoadmodjo, 2003) metode pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan

(28)

harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Dengan adanya pendidikan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan sikap sasaran.

2.5.2. Metode Pendidikan Individual 2.5.2.1. Bimbingan dan Penyulhan

Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya. Sedangkan penyuluhan adalah kegiatan penambahan pengetahuan yang diperutukkan bagi masyarakat melalui penyebaran pesan.

2.5.2.2. Wawancara

Wawancara adalah menanyakan secara langsung kepada individual yang diberikan pendidikan dengan tujuan untuk memperoleh informasi secara akurat.

2.5.3. Metode Pendidikan Kelompok 2.5.3.1. Ceramah

Metode ceramah menurut Wina Sanjaya (2006) dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.

2.5.3.2. Seminar

Seminar adalah sebuah pertemuan khusus yang memiliki teknis dan akademis yang tujuannya untuk melakukan studi menyeluruh tentang suatu topik tertentu dengan pemecahan suatu permasalahan yang memerlukan interaksi di antara para

(29)

peserta seminar yang dibantu oleh seorang guru besar ataupun cendikiawan.

2.5.4. Metode Pendidikan Massa 2.5.4.1. Ceramah Umum

Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.

2.5.4.2. Pidato Melalui Media Elektronik

Pidato- pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.

2.5.5. Macam-Macam Alat Bantu Pendidikan 2.5.5.1. Booklet

Untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

2.5.5.2. Leaflet

Melalui lembar yang dapat dilipat, isi pesan bisa berupa gambar atau tulisan keduanya

2.5.5.3. Selebaran

Seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan 2.5.5.4. Flip Chart (lembar balik)

Pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar tersebut

(30)

2.5.5.5. Poster

Media cetak berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya di tempel di tempat umum.

Metode ceramah mempunyai kelebihan antara lain lebih ekonomis dikarenakan dapat menampung jumlah pendengar yang banyak, dapat meningkatkan motivasi bagi yang mendengarjan, pengantar untuk masuk ke metode lain, cocok untuk semua kalangan baik yang berpendidikan tinggi maupun rendah, langkah-langkah dalam metode ceramah adalah rumuskan intruksional, pastikan sesuai untuk topik, susun bahan ceramah, sampaikan, evaluasi.

Sedangkan dengan leaflet mempunyai kelebihan yaitu siswa dapat maju dan belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing, juga mengurangi materi dalam bentuk media cetak dan siswa dapat berpikir secara logis.

Penggunaan jenis metode yang tepat akan memudahkan untuk mencapai tujuan pendidikan kesehatan yang dilakukan, Metode pendidikan mempunyai manfaat seperti menimbulkan minat bagi sasaran, memudahkan penyampaian informasi, dan memudahkan penerimaan informasi bagi sasaran didik.

Pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan leflet terhadap perilaku membuang sampah sembarangan pada siswa di SDN Mawar 8 Kota Banjarmasin.

(31)

2.6. Kerangka Konsep Ket: = diteliti = tidak diteliti

Skema 2.1. kerangka konsep

Perilaku Membuang Sampah Sembarangan pada siswa SD Baik Usia Buruk Jenis Kelamin Pengetahuan Sikap Predisposisi Penkes Metode ceramah Pemungkin Sarana (tempat sampah) Keterpaparan media informasi (leafleat Peraturan Dukungan Guru Orang tua Pemungkin

(32)

2.7. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis yang akan diuji adalah:

“Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan leaflet terhadap perilaku membuang sampah sembarangan pada siswa di SDN Mawar 8 Kota Banjarmasin”.

Referensi

Dokumen terkait

M.Farm,Apt Kata Kunci: Mikroemulsi, Ekstrak Daun Anting-anting Acalypha indica, Antibakteri, Staphylococcuss aureus Daun anting-anting Acalypha indica merupakan salah satu tumbuhan

Penelitian ini hanya terbatas pada pengujian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja yang dibatasi pada delapan faktor yaitu leverage, operating

Terlihat dengan banyaknya armada kapal congkreng yang awalnya melakukan penangkapan ikan (seperti ikan layur, lisong, dll) kinimemilih untuk alih target penangkapan

Pengujian XRD yang dilakukan menggunakan range sudut dari 10 0 - 90 0 dan panjang gelombang sebesar 1.54060 Å. Hasil pengujian XRD pellet WO3 sebelum terpapar gas LPG.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian kultur bakteri selulolitik isolat rumen kerbau pada level 0,20% dan 0,40% melalui air minum sebagai sumber

Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Fathul Jannah tentang komunikasi matematis pada materi statistika siswa kelas VII MTs darul Ulum Kembang Kuning amuntai

0 Penjualan dan pengiriman adalah Kasir melakukan pengecekan untuk pembelian barang kemudian proses 1 sistem transaksi penjualan akan memproses dengan melihat data

Pada tabel 4.4 terlihat bahwa nilai probabilita F sebesar 0.000 yang berarti kecil dari 0.05, maka dapat dikatakan variabel keputusan investasi (asset growth), keputusan pendanaan