• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Erupsi Gigi Dan Oklusi Gigi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mekanisme Erupsi Gigi Dan Oklusi Gigi"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Mekanisme Erupsi Gigi dan Oklusi Gigi

I. Mekanisme Erupsi Gigi I.1 Pengertian Erupsi

Menurut Moyers, erupsi adalah suatu proses perkembangan gigi berupa berupa pergerakan gigi dari dalam rahang, baik maksila maupun mandibula, melewati tulang alveolar ke dalam rongga mulut hingga oklusi dengan gigi antagonisnya. Menurut Stewart (1982) dan Koch (1991), erupsi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari awal pembentukan melalui beberapa tahap sampai gigi muncul ke rongga mulut. Sedangkan menurut avery, erupsi adalah pergerakan dari perkembangan dalam gigi melalui tulang dan mucosa rahang sampai gigi tersebut muncul di rongga mulut dan mencapai bidang oklusalnya.

Jadi, kesimpulannya erupsi adalah pergerakan gigi dari dalam tulang rahang ke arah oklusal sampai muncul di rongga mulut pada posisi fungsionalnya. Pertumbuhan rahang yang normal penting untuk proses erupsi yang normal pada gigi. Pergerakan gigi dimulai dengan sumber akar, kemudian dilanjutkan dengan terlihatnya gigi dalam rongga mulut. Tingkat maksimum erupsi gigi adalah ketika gigi sampai pada bidang oklusinya.

(2)

Fase pergerakan yang mendorong erupsi gigi terbagi menjadi 3, yaitu : 1.2.1 Fase pre-erupsi

Perkembangan embrionik dari gigi sulung dan gigi permanent terjadi dalam 4 tahap yang dinamakan sesuai dengan karakteristik yang khas pada setiap tahapan, yaitu tahap inisiasi, bud (kuncup), cap, dan bell. Hal-hal yang berkenaan dengan fase pre-erupsi telah dibahas pada topik yang sebelumnya.

1.2.2 Fase prefungsional erupsi

Dimulai dengan inisiasi dari formasi akar dan berakhir ketika gigi mencapai kontak oklusi. Lima kejadian utama selama fase ini adalah :

a. Fase secretory, berawal dari amelogenesis lengkap sebelum mulainya formasi akar dan erupsi pre-fungsional.

b. Fase intraosseous, terjadi ketika formasi akar dimulai sebagai hasil proliferasi selubung epitelial akar dan jaringan mesenkim dari dental papila dan dental folikel.

(3)

c. Fase supraosseous, berawal ketika erupsi gigi bergerak ke oklusal melewati crypt pada tulang dan jaringan ikat dari mukosa oral sehingga reduced enamel epitelium yang menutupi mahkota sampai berkontak dengan oral epitelium. d. Ujung mahkota masuk ke kavitas oral dengan melewati pusat

dari lapisan epitelial ganda. Proses ini dilakukan oleh ujung cusp yang menyebabkan degenrasi membran dan ini adalah awal mula dari tahap erupsi klinis. Mahkota erupsi secepatnya dan batas lateral dari mukosa oral menjadi dento ginggival junction.

e. Erupsi gigi berlanjut pada perpisahan secara oklusal di rentang maksimum dan ada awal dari pertumbuhan nahkota. Pergerakan oklusal adalah hasil dari erupsi aktif. Ketika gigi bergerak ke oklusal, pemisahan dari epitelium tambahan dari mahkota menghasilkan perubahan apikal dari ginggiva

1.2.3 Fase fungsional post-erupsi

Akhirnya, fase erupsi dimulai ketika gigi mencapai oklusinya dan berlanjut selama gigi masih di kavitas oral. Selama

(4)

fase awal dari periode ini, tinggi processus alveolaris meningkat dan akarnya akan terus tumbuh. Gigi terus berpindah secara oklusal, yang menyesuaikan dengan pertumbuhan rahang dan mengikuti elongasi akar. Yang harus diperhatikan adalah perubahan yang terjadi saat oklusi terbentuk. Kepadatan tulang alveolar meningkat.

Arteri berada pada circumferential dan longitudinal, dalam hubungannya dengan gigi, pada zona pusat ligamen periodontal. Pembuluh darah mulai memasuki ligamen dari tulang alveolar. Saraf-saraf tersusun pada membran periodontal dan berdampingan dengan pembuluh darah tersebut. Ketika saluran akar menyempit, sebagai hasil dari pematangan akar, apical fibers berkembang sebagai bantalan untuk menahan gaya akibat oklusi.

I.3 Perubahan Jaringan Sekitar Gigi

Fase erupsi prefungsional ditandai dengan perubahan signifikan pada jaringan luar gigi, sekitar gigi, dan di bawah gigi.

(5)

Dental folikel berubah dan membuat jalan untuk erupsi gigi. Selama proses ini, jumlah pembuluh darah semakin sedikit, dan serabut saraf terpotong-potong dan berdegenerasi. Daerah jaringan luar gigi berubah menjadi terlihat sebagai daerah segitiga yang terbalik, disebut jalan erupsi (eruption pathway). Di batas luar zona ini, serat folikular, dianggap sebagai gubernaculum dentis atau gubernacular cord, yang menuju mukosa.

Makrofag muncul pada jaringan daerah erupsi dan menyebabkan pelepasan enzim hidrolitik yang membantu penghancuran sel dan serat-serat di daerah ini dengan hilangnya pembuluh darah dan saraf. Osteoklas ditemukan sepanjang garis tulang resorpsi di luar gigi. Osteoklas dan osteoblas secara konstan mengubah bentuk tulang alveolar sesuai dengan pembesaran gigi dan maju ke depan membentuk pertumbuhan wajah.

I.3.2 Jaringan sekitar gigi

Jaringan sekitar gigi berubah dari serabut halus yang paralel dengan permukaan gigi menjadi ikatan serabut yang menempel

(6)

pada permukaan gigi dan meluas ke periodontium. Serabut pertama yang muncul adalah di daerah cervical dimana formasi akar terbentuk. Ketika akar semakin memanjang, ikatan serabut muncul di permukaan akar. Fibroblas adalah sel yang aktif dalam pembentukan dan degradasi serabut kolagen. Dengan adanya erupsi gigi, kripta tulang alveolar bertambah tinggi untuk menyediakan pembentukan akar. Setelah gigi mencapai fungsi oklusi, terjadi perubahan orientasi pada fiber. Fibroblas khusus ditemukan di periodontium sekitar gigi erupsin. Fibroblas ini bersifat kontraktil. Pembuluh darah menjadi lebih dominan dalam perkembangan ligamen dan mendesak pertambahan tekanan pada erupsi gigi.

I.3.3 Jaringan di bawah gigi

Ketika mulai erupsi, mahkota gigi secara bertahap bergerak oklusal, menyediakan ruang di bawah gigi untuk perpanjangan akar. Fibroblas membentuk kolagen di sekitar puncak akar, dan ikatan serabut ini menempel pada sementum dan memulai pembentukan apikal dentin. Fibroblas muncul dalam jumlah

(7)

banyak di daerah fundus, dan beberapa serabut membentuk untaian yang berubah menjadi trabekula yang terkalsifikasi. Trabekula ini membentuk jaringan atau tangga tulang pada apex gigi. Hal ini dipercaya untuk mengisi ruang yang tertinggal saat pergerakan erupsi gigi dimulai.

I.4 Beberapa Hal Penyebab Erupsi Gigi

Dalam beberapa kasus erupsi gigi, yang paling banyak disebut adalah pertumbuhan akar dan tekanan pulpa. Penyebab penting lainnya adalah proliferasi sel, peningkatan vaskular, dan peningkatan formasi tulang di sekitar gigi. Penyebab lain yang mungkin yang telah dicatat yaitu pengaruh endokrin, perubahan vaskuler, dan degradasi enzim. Kemungkinan seluruh faktor ini berpengaruh satu sama lain.

Meskipun tidak semua faktor berikatan dengan erupsi gigi yang telah diketahui, perpanjangan akar dan modifikasi tulang alveolar dan ligamen periodontal merupakan yang paling penting. Peristiwa ini yang dihubungkan dengan perubahan di atas gigi yang menghasilkan jalur erupsi. Pembuluh darah di area ini tertekan ole pengaruh kenaikan mahkota dan menjadi tidak berfungsi. Jaringan ikat di jalur erupsi secara

(8)

bertahap menghilang saat epitel gigi dan epitel mulut bergabung. Singkatnya, erupsi gigi bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke rendah. I.5 Perkembangan dan Erupsi Gigi

Umur gigi dilihat pada tahapan pembentukan mahkota dan akar gigi. Pada dasarnya umur gigi selama periode pertumbuhan gigi campur (mix dentition) dapat dilihat ketika gigi sulung telah erupsi, jumlah resorpsi akar gigi sulung dan jumlah perkembangan gigi tetap.

a. Gigi Susu (Gigi Sulung)

Kalsifikasi gigi sulung dimulai dari minggu ketiga belas dan keenam belas intrauterin. Seluruh gigi sulung erupsi pada umur 2,5-6 tahun dan akan mencapai dataran oklusal dan akan mulai berfungsi dengan baik. Posisi gigi sulung tegak lurus, seringkali ditemukan distema. Lengkung rahang terbentuk relatif konstan hanya ada sedikit penambahan lebar intercanine pada saat pergantian incisivus.

(9)

Erupsi dari gigi i1 rahang bawah terjadi sekitar umur 7 bulan. Pertumbuhan gigi ini diikuti dengan i1 rahang atas (2 bulang kemudian), lalu i2 rahang bawah sekitar umur 13 bulan. Dalam beberapa kasus bayi dapat memperlihatkan 4 incisivus rahang bawah sebelum munculnya incisivus rahang atas.

(10)

Gigi susu caninus rahang atas bererupsi pada usia rata-rata 19 bulan dan caninus rahang bawah pada usia 20 bulan. Gigi m1 bererupsi pada umur 16 bulan baik pada rahang atas yang lebih dulu maupun pada rahang bawah.

Pada saat ini terdapat fase intertransisi yang berlangsung + 1-1,5 tahun. Dimulai pada usia + 9 tahun, saat Incisivus erupsi penuh dan berakhir saat pergantian gigi sulung posterior. Ukuran rahang atas transversal dan kurang lebih konstan. Mandibula bertambah panjang ke arah horizontal untuk memberi tempat pada m2. Tinggi rahang bertambah karena adanya perkembangan tulang muda dan prosesus alveolaris. Gambaran tulang alveolar secara keseluruhan adalah adanya resorpsi pada krista alveolaris untuk gigi yang akan tanggal, adanya penambahan tulang alveolar pada gigi yang emergence dan pada gigi yang sedang melanjutkan proses erupsi selanjutnya. Pada wanita periode ini lebih pendek daripada pria, kurang lebih 3 bulan lebih awal.

1) Gigi anterior pada periode intertransisi :

Keempat gigi Incisivus rahang atas sudah erupsi penuh, akar gigi i1 rahang atas sudah terbentuk lengkap, i2 hampir lengkap. Apex dari keempat Incisivus rahang atas mendekati dasar hidung, khususnya i1 rahang atas. Erupsi Incisivus yang agak ke labial menambah kedalaman lengkung dan menambah overbite dan overjet.

(11)

2) Gigi posterior pada periode intertransisi

½ - 2/3 panjang akar gigi caninus dan premolar terbentuk pada kedua rahang. Mahkota gigi premolar rahang bawah biasanya dapat dipalpasi di labial atau lingual. Akar gigi m1 terbentuk lengkap pada kedua rahang. Setelah pembentukan bifurkasi molar 1 rahang bawah, kemudian pembentukan pembentukan akar molar 2 berlanjut. Gigi sulung posterior mengalami atrisi, bonjol gigi caninus dan molar tampak datar atau agak konkaf sampai dentinnya terbuka.

Fase perkembangan yang besar variasinya baik dalam hal pertumbuhan dari gigi yang normal, ditambah juga dengan faktor lingkungan.Periode transisi ditandai oleh 3 gambaran klinis yang khas, yaitu pergantian gigi sulung canius dan molar, emergence dan erupsi gigi caninus dan premolar, serta emergence dan erupsi gigi m2. Tahap akhir pada periode transisi II adalah semua gigi sulung sudah tanggal dan semua gigi penggantinya sudah erupsi penuh dan beroklusi (kecuali caninus rahang atas).

b. Gigi Permanen

Gigi pertama pertumbuhan gigi permanen adalah M1, kerana erupsi terjadi kira-kira umur 6 tahun, gigi ini berkalsifikasi saat kelahiran. Gigi geligi pada mandibula cenderung lebih cepat bererusi dibandingkan gigi geligi pada maksila.

(12)

Gigi permanen yang diselubungi folikel berusaha untuk menempati gigi sulung sebelumnya. Tekanan yang diberikan melawan akar gigi sulung secara nyata menyebabkan resorpsi akar yang berlanjut hingga mahkota gigi sulung akhirnya tanggal. Di sisi lain, gigi permanen berggerak ke occlusal. Perkembangan P yang menggantikan m adalah di dalam bifurkasi m, I, C,

(13)

dan P disebut gigi succendaneous teeth, karena gigi-gigi ini menempati gigi sulung sebelumnya.

Resorpsi akar kadang-kadang tidak terjadi sesuai normalnya, dengan

hasil bahwa gigi permanen tidak dapat menembus atau sama sekali tidak dapat keluar dari tempat normalnya. Kegagalan akar gigi sulung untuk meresorpsi dapat mengakibatkan retensi yang berkepanjangan.

(14)

M3 tidak muncul hingga usia 17 tahun sampai 25 tahun. Pertumbuhan rahang dibutuhkan sampai umur 20 tahun untuk memberikan ruang untuk erupsi M3. M3 merupakan gigi yang banyak mengalami anomali dan variasi bentuk, perkembangan rahang yang tidak cukup untuk akomodasinya menyulitkan dalam banyak kasus.

Setelah gigi Molar 3 oklusi dan akarnya terbetuk lengkap, perkembangan gigi selesai pada usia + 25 tahun. Namun, seringkali tidak ada tempat untuk erupsi Molar 3. Molar 3 dapat terpendam sebagian atau seluruhnya.

I.6 Shedding gigi susu

Seperti sebagian besar mamalia lainnya, manusia memiliki 2 siklus set dari gigi : gigi susu dan gigi permanen. Gigi dari gigi susu, kecil dan lebih sedikit, untuk menyesuaikan bentuk rahang yang masih kecil dari

(15)

bayi. Karena gigi hanya sekali dibentuk dan tidka dapat meningkat dalam ukuran, ssehinggal hal itu harus diikuti dengan digantikannya gigi susu yang menyeseuaikan bentuk dari rahang yang semakin berkembang menjadi besar.

Shedding adalah pergantian dari gigi susu yang disebabkan oleh resorpsi dari akar gigi susu tersebut. Kemudian gigi permanen akan menggantikan tempat dari gigi susu tersebut.

Penyebab dari shedding gigi susu adalah :

1. Kehilangan dari akar : tekanan dari pertumbuhan dan erupsi gigi permanen menyebabkan perbedaan dari osteoklas, yang menghasilkan resorpsi dari akar gigi susu.

2. Kehilangan dari tulang: melemahnya jaringan yang mendukung gigi susu, terjadi sebagai hasil dari resorpsi akar dan modifikasi dari tulang alveolar. Struktur yang mendukung menjadi lemah juga karena pertumbuhan facial dari tulang alveolar, yang terjadi untuk menyediakan ruangan yang cukup pada gigi permanen.

3. Meningkatnya tenaga penggerak : meningkatnya gaya mastikasi di gigi yang lemah sebagai hasil dari pertumbuhan muskular. Pemampatan yang penuh dari periodontal ligamen dan meningkatnya resorpsi dari gigi dan tulang alveolar.

I.7 Pola Resorpsi

Pada permulaan perpindahan erupsi gigi permanen, yang mana meneruskan ke arah incisal dan labial. Pertama-tama, tekanan tertuju pada tulang yang memisahkan crypts dari gigi permanen pengganti dan alveolus dari akar gigi susu. Dengan hilangnya tulang yang memisahkannya, kemudian tekanan tertuju pada akar gigi susu. Karena

(16)

itu, resorpsi dai gigi susu anterior pertama-tama terjadi sepanjang permukaan lingual dari 1/3 apikal akar. Kemudian diterukan secara labial sampai mahkota dari erupsi gigi permanen terletak secara langsung di bawak apikal akar gigi susu. Resorpsi kemudian dilanjutkan secara horizontal pada daerah incisal gigi susus, hingga posisi gigi susu tersebut digantikan oleh gigi permanen di bawahnya.

Pertumbuhan mahkota premolar adalah di sekitar akar dari gigi molar sulung. Tanda awal dari resorpsi di sekitar mahkota tampak pada tulang interradicular. Hal ini diikuti oleh resorpsi dari permukaan yang berdekatan dengan akar gigi sulung. Processus alveolari meningkatkan tinggi sebagai kompensasi dari pemanjangan akar dari premolar. Ketika hal ini terjadi, molar sulung tampat secara oklusal, sedangkan poisis mahkota premolar lebih apikal pada akar molar sulung. Premolar terus erupsi oleh karena akar molar sulung resorpsi lebih jauh dan gigi ini lalu muncul dari gigi susu. Premolar erupsi pada tempat dari molar sulung berbeda.

(17)

Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini bisa terjadi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan gigi, dan masih dianggap sebagai suatu keadaan yang normal jika lamanya perbedaan waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun (Van der Linden, 1985).

Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Menurut Stewart, dkk (1982), faktor-faktor tersebut ialah sebagai berikut :

1.8.1 Faktor Keturunan (Genetik)

Faktor keturunan dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi (Koch, dkk., 1991). Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi (Moyers, 2001). Pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78% (Stewart, dkk., 1982; Moyers, 2001).

1.8.2 Faktor Ras

Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan

(18)

Amerika Indian (Moyers, 2001). Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar (Stewart, dkk., 1982).

1.8.3 Jenis Kelamin

Waktu erupsi gigi permanen rahang atas dan bawah terjadi bervariasi pada setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan (Clark, 1994).

1.8.4 Faktor Lingkungan

Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor keturunan. Pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah sekitar 20% (Moyers, 2001).

Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan antara lain:

1.8.4.1 Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan seseorangdan faktor lainnya yang berhubungan (Stewart, dkk., 1982). Anak dengan tingkatekonomi rendah cenderung

(19)

menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambatdibandingkan anak dengan tingkat ekonomi menengah (Moyers, 2001).

1.8.4.2 Nutrisi

Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan perkembangan rahang (Djoharnas, 2000). Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruh faktor nutrisi terhadap perkembangan gigi adalah sekitar 1% (Moyers, 2001).

1.8.5 Faktor Penyakit/Sistemik

Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy (Stewart, dkk., 1982). Hypothiroidism dan hypotpituitarism mempengaruhi protein yang dibutuhkan dalam erupsi gigi.

(20)

Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi berlebih, trauma dari benih gigi, mukosa gusi yang menebal, dan gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya (Salzmann, 1975).

1.9 Kelainan Selama Erupsi 1.9.1 Ectopic Eruption

Disebabkan oleh lengkung rahang yang pendek atau faktor lokal lain yang menghalangi erupsi sehingga gigi erupsi dalam posisi yang abnormal.

1.9.2 Lingual Eruption

Erupsi yang terjadi pada daerah lingual. 1.9.3 Eruption Hematoma/Eruption Cyst

Biasanya berwarna ungu kemerahan, dan terjadi beberapa minggu sebelum erupsi. Paling sering terjadi pada M1 atau M2. Kejadian ini bisa terjadi baik pada gigi susu maupun permanen.

1.9.4 Impaksi

Yaitu gigi yang gagal erupsi, masih berada di bawah mukosa baik sebagian maupun seluruhnya. Biasa terjadi pada M2 gigi susu dan M3 gigi permanen. Impaksi dapat terjadi karena susunan gigi yg padat atau adanya penghalang fisik. Selain itu

(21)

bisa juga karena kelainan pada jalar erupsi yang dapat disebabkan oleh letak benih gigi yang abnormal.

1.9.5 Ankylosis

Yaitu gigi melekat kuat pada tulang alveolar. Biasanya terjadi pada M2 sulung rahang bawah. Jika terjadi pada gigi anterior disebabkan adanya trauma.

II. Oklusi Gigi

II.1Pengertian Oklusi Gigi

Menurut kamus kedokteran gigi, oklusi adalah (1) Proses menutup atau dalam keadaan tertutup, (2) Setiap kontak antara gigi geligi dari lengkung yang berlawanan dan biasanya mengacu pada permukaan oklusal, (3) Hubungan statis antara gigi atas dan gigi bawah selama interkuspasi (pertemuan tonjol gigi atas dan bawah secara maksimal).

Menurut Itjingningsih, oklusi dapat dikatakan sebagai hubungan antara daerah kunyah (oklusal) dari gigi-gigi rahang atas dan gigi-gigi rahang bawah. Sedangkan menurut Kamus Kedokteran Dorland, oklusi adalah hubungan gigi maksila dan mandibular pada waktu berkontak fungsional selama aktivitas mandibula.( Kamus kedokteran Dorland ).

Jadi kesimpulannya, oklusi adalah cara gigi rahang maksila dan rahang mandibula berartikulasi.

(22)

II.2Oklusi Ideal

Konsep oklusi ideal dimulai dari hasil penelitian Angle (1899) mengenai oklusi statis pada posisi interkuspal, yang mendefinisikan hubungan ideal dari gigi-gigi molar pertama atas dan bawah tetap pada bisang sagital.

Andrew (1972) menyebutkan enam kunci oklusi normal, yang berasal dari hasil penelitian terhadap 120 subjek yang oklusi idealnya memiliki enam ciri, yaitu:

a. Hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pada bidang sagital

b. Angulasi mahkota gigi-gigi incisivus yang tepat pada bisang transversal

c. Inklinasi mahkota gigi-gigi incisivus yang tepat pada bidang sagital d. Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual

e. Kontak yang akurat dari gigi-geligi individual dalam masing-masing lengkung gigi, tanpa celah maupun berjejal-jejal

f. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung

Kunci Andrew memang berhubungan dengan oklusi static, tetapi ciri-ciri yang didefinisikan tidak mencangkup klasifikasi Angle.

(23)

II.3Syarat Oklusi Ideal

Syarat – syarat untuk mencapai oklusi ideal adalah :

a. Hubungan molar (hubungan lengkung gigi ) : adanya oklusi dari permukaan distal bonjol distobukal M1 Ra dengan permukaan mesial bonjol mesiobukal M2 Rb.

b. Kemiringan mahkota atau meso-distal tip. Kemiringan mahkota ditentukan oleh sudut yang dibentuk oleh sumbu panjang mahkota dengan garis yang tegak lurus dibidang oklusal.

Besarnya sudut dinyatakan dengan derajat minus atau plus. Minus : bila bagian akar terletak lebih ke distal dari bagian incisal Plus : bila bagian akar terletak lebih ke mesial dari bagian incisal

Sumbu panjang mahkota ( kecuali gigi M ) ditentukan oleh garis yang melalui Mid developmental ridge, yaitu bagian tengah yang paling menonjol pada permukaan labial atau bukal mahkota.

Sumbu panjang mahkota gigi M ditentukan oleh garis yang melalui groove vertical permukaan bukal mahkota.

c. Inklinasi mahkota (arah labio/bukolingual). Derajat inklinasi mahkota ditentukan oleh sudut antara garis singgung permukaan tengah mahkota dalam arah mesio-distal dengan garis yang tegak lurus bidang oklusal. Besarnya sudut dinyatakan dalam derajat minus atau plus.

Minus : bagian akar terletak lebih ke labial dibandingkan dengan bagian incisal

Plus : bagian akar terletak lebih ke lingual/palatal dibandingkan bagian incisal

d. Tidak ada gigi yang rotasi

e. Kontak yang baik berhubungan dengan : - Jumlah gigi

(24)

f. Besar lengkung rahang atau gigi. Rahang atas mempunyai ukuran yang lebih besar daripada rahang bawah

g. Besar antara gigi dengan rahang harus seimbang h. Tekanan sekitar lengkung gigi harus seimbang.

Pada gigi anterior, daya dari - dalam (lidah)

- luar (otot bibir), harus seimbang.

Pada gigi posterior , daya dari - Dalam : lidah,

- Luar : otot pipi, keduanya harus seimbang

i. Fungsi temporomandibularjoint harus normal agar didapat fungsi pengunyahan dan bicara yang baik.

Ankylosis  fungsi pengunyahan terganggu  tekanan pada Ra dan Rb berkurang  pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang dan alveolar terganggu.

j. Hubungan insisif

Overbite : 1/3 tinggi mahkota gigi insisif bawah; jarak vertical antara ujung insisal I atas dengan ujung insisal I bawah dalam keadaan oklusi centric

Overjet : jarak horizontal antara permukaan labial I bawah dengan ujung insisal I atas pada waktu oklusi sentrik.

k. Bentuk lengkung gigi atau rahang sesuai dengan bentuk kepala. - Brachicephalic : bentuk lengkung lebar dan pendek

- Mesocephalic : bentuk lengkung parabola

- Dolicocephalic : bentuk lengkung sempit dan panjang l. Hubungan caninus

Gigi Caninus Ra menutup ruangan antara C dan P1 Rb

m. Kontak antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah sebagai berikut : - Gigi I1 atas menutupi I1 bawah dan sebagian I2 bawah

- Setiap gigi Ra berkontak dengan dua gigi Rb, kecuali M3 - Setiap gigi Rb berkontak dengan 2 gigi Ra, kecuali I1

- Pada gigi posterior mulai dari kaninus terlihat setiap bidang mesiobukal gigi Ra berkontak bidang distobukal gigi lawannya di Rb

(25)

- Bonjol lingual dari gigi P dan M atas terletak diantara bonjol lingual dan bukal gigi P dan M Rb. Dataran lingual dari bonjol lingual gigi P dan M Rb dan dataran bukal dari bonjol bukal P dan M Ra tidak berkontak dengan gigi lawannya.

n. Dataran oklusal

Dilihat dari lateral, tampak suatu kurva yang dibentuk oleh garis oklusi yang disebut Curve of Spee. Kurva ini dimulai dari gigi M3 arahnya menurun sampai P1 lalu naik lagi sampai regio I.

II.4Maloklusi

Maloklusi adalah setiap keadaan yang menyimpang dari oklusi normal, maloklusi juga diartikan sebagai suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang berhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsi

Maloklusi dapat timbul kaena faktor keturunan dimana ada

ketidaksesuaian besar rahang dengan besar gigi-gigi di dalam mulut, kelainan skeletal, dan kekurangan gizi.

Maloklusi dibagi 3:

a. Maloklusi tipe dental, terjadi jika perkembangan rahang atas dan rahang bawah terhadap tulang kepala normal, tapi gigi-giginya mengalami penyimpangan

b. Maloklusi tipe skeletal, terjadi karena hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap tulang kepala tidak harmonis, karena ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan rahang

c. Maloklusi fungsional, terjadi karena adanya kelainan otot-otot, sehingga timbul gangguan saat dipakai untuk mengunyah

(26)

Gambar. Maloklusi

II.5Perkembangan Oklusi pada Gigi Susu

Gigi-geligi susu mulai erupsi pada usia sekitar 6 bulan, dan normalnya sudah oklusi secara keseluruhan pada usia 3 tahun. Gigi pertama yang bererupsi dan membentuk kontak oklusal adalah gigi incisivus. Posisi ideal gigi incisivus susu umumnya dikatakan lebih vertical dari pada gigi incisivus tetap, dengan overbite incisal yang lebih dalam. Gigi incisivus bawah akan berkontak dengan daerah cingulum dari incisivus pada oklusi sentrik. Terdapat celah diantara gigi-gigi incisivus susu. Setelah gigi-gigi incisivus, gigi-gigi molar pertama susu menyusul. Gigi-gigi ini akan membuat kontak oklusal sehingga molar bawah sedikit lebih ke depan dari molar atas.

Gigi caninus bererupsi ke kontak oklusi, akan terlihat adanya celah di sebelah mesial dari caninus atas dan sebelah distal caninus bawah, yang

merupakan tempat kearah mana gigi caninus antagonis berinterdigitasi. Celah ini disebut dengan celah anthropoid.

Gigi yang terakhir erupsi ke hubungan oklusi pada gigi-geligi susu adalah molar kedua. Gigi ini bererupsi sedikit lebih renggang dari molar pertama, namun

(27)

celah akan dengan cepat menutup akibat pergerakan molar kedua ke depan. Pergerakan tersebut memungkinkan permukaan distal molar kedua atas dan bawah berada pada bidang vertical yang sama pada saat oklusi.

Sehingga dapat disimpulkan perkembangan oklusi ideal pada gigi-geligi susu adalah sebagai berikut.

a. Gigi-gigi incisivus renggang-renggang

b. Celah anthropoid terletak di sebelah mesial caninus atas dan sebelah distal caninus bawah

c. Posisi vertical dari gigi-gigi incisivus, dengan incisivus bawah menyentuh cingulum incisivus atas

d. Permukaan distal gigi-gigi molar kedua atas dan bawah berada pada bidang vertical yang sama

II.6Variasi Oklusi pada Gigi Susu

Dari penjelasan di atas, kita dapat memperkirakan bagaimana posisi gigi-geligi susu yang ideal. Namun, kondisi tersebut jarang ditemukan seluruhnya pada satu individu. Menurut penelitian Foster dan Hamilton (1969), menunjukkan bahwa dari 100 anak berusia antara 2 ½ dan tiga tahun yang diteliti, tidak satu pun yang mempunyai keempat kondisi ideal tersebut. Variasi utama yang terlihat ialah sebagi berikut.

II.6.1 hanya 33% anak yang memiliki celah di antara semua gigi-gigi

incisivusnya. Pada 3% anak, tidak ada celah diantara gigi incisivusnya dan pada 3% lainnya, terlihat gigi incisivus yang berjejal-jejal.

Sedangkan sisanya memiliki celah dengan berbagai macam posisi II.6.2 celah anthropoid tidak terlihat pada lengkung rahang atas pada 13%

(28)

II.6.3 Overbite incisal yang mirip dengan keadaan ideal hanya ditemukan pada 19% anak. Pada 37% anak, overbite tampak lebih kecil, pada 24% anak terlihat gigitan terbuka (openbite) anterior dan 20% lainnya terlihat overbite yang sangat besar dengan incisivus bawah yang beroklusi dengan palatum

II.6.4 Hanya 55% anak yang mempunyai permukaan distal molar susu atas dan bawah yang berada pada bidang vertical yang sama. Pada 26% anak, gigi molar bawah terletak lebih ke belakang daripada molar atas. Pada 4% anak, gigi molar bawahnya terletak lebih ke depan daripada molar atas. Sisanya, terlihat hubungan molar yang berbeda diantara kedua sisi mulut.

II.6.5 Overjet incisal yang sangat besar terlihat pada 72% anak. Pada beberapa kasus, keadaan ini disebabkan karena lengkung gigi bawah terletak lebih ke belakang daripada lengkung gigi atas. Pada kasus lain, variasi ini berasal dari kebiasaan menghisap ibu jari.

II.7Perkembangan Oklusi pada Gigi Permanen

Dari usia 6 tahun ke atas, geligi susu akan mulai digantikan oleh gigi-geligi permanen. Incisivus, caninus, dan molar susu akan digantikan dengan incisivus, caninus, dan premolar serta tambahan molar dibelakangnya. Gigi susu dan gigi penggantinya berbeda dalam ukuran, misalnya incisivus dan caninus susu lebih kecil daripada penggantinya, sedangkan molar susu lebih besar dari

(29)

Ukuran gigi-geligi permanen yang lebih besar, ditambah lagi dengan adanya tiga gigi molar tambahan, dapat menyebabkan kecenderungan gigi bergerak ke depan untuk menyediakan tempat agar tidak berjejal.

Pada perkembangan yang ideal, biasanya didukung dengan dua factor. II.7.1 gigi-geligi susu bercelah

jika gigi-gigi susu bererupsi dengan incisivus yang tersusun renggang, ada kemungkinan gigi permanen yang akan menggantikannya tidak akan berjejal. Foster dan Grundy (1986) memperlihatkan bahwa tanpa adanya celah diantara gigi-gigi susu, 75% kemungkinan terjadinya gigi tetap yang berjejal. Namun pada variasi lain, kasus berjejalnya gigi ini dapat terjadi apabila gigi pengganti yang tumbuh jauh lebih besar dari gigi-gigi susu.

II.7.2 lengkung gigi membesar

dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembesaran lengkung gigi berkaitan dengan erupsi gigi. Bertambahnya ukuran terlihat dengan membesarnya pertumbuhan rahang ke semua dimensi.

II.8Variasi Oklusi pada Gigi Permanen II.8.1 tahap I

tahap pertama dari perkembangan berhubungan dengan penggantian gigi-gigi incisivus susu dan penambahan keempat molar pertama tetap pada susunan gigi-geligi.

a. Variasi pada celah dan kondisi berjejal

Gigi yang berjejal seringkali termanifestasi pertama kali pada tahap erupsi incisivus tetap. Berjejalnya gigi incisivus lebih sering mengenai incisivus lateral daripada sentral. Incisivus sentral biasanya erupsi lebih dahulu dan menduduki tempat yang

(30)

sebenarnya untuk incisivus lateral. Selanjutnya incisivus lateral akan bererupsi pada posisi berjejal, biasanya rotasi atau protrusi. Berjejalnya lengkung gigi kadang mempangaruhi erupsi molar pertama tetap, biasanya dengan mengakibatkan impaksi dari molar pertama tetap terhadap permukaan distal dari molar kedua susu. b. Variasi hubungan antero-posterior

Umumnya, incisivus bawah akan menduduki posisi oklusi awal yang lebih ke belakang atau ke depan yang ideal denga gigi

incisivus atas. Keadaan tersebut dapat dihubungkan dengan variasi pada inklinasi dari gigi-gigi tersebut.

c. Variasi hubungan vertical

Meskipun gigi-gigi molar pertama tetap biasanya mencapai kontak oklusal, ada variasi yang cukup besar pada hubungan vertical dari gigi-gigi incisivus. Perkembangan pada bidang vertical bias terhenti sebelum incisivus mencapai kontak oklusal dan biasanya disebabkan oleh intervensi lidah atau ibu jari. Sebaliknya, jika terjadi perkembangan vertical yang berlebihan dari segmen

anterior dento-alveolar sehingga terjadi overbite yang sangat besar pada gigi-gigi dalam keadaan oklusi.

d. Variasi hubungan lateral

Variasi pada posisi lateral dari gigi-gigi incisivus atas dalam hubungannya dengan bidang midsagital kadang-kadang terlihat. Pada kondisi ini, incisivus sentral tetap masing-masing miring ke distal, sehingga ada celah di antara mahkota gigi. Apeks gigi-gigi ini bisa terletak saling berdekatan, biasanya disebabkan karena kurangnya ruang bagi gigi pada tulang alveolar. Atau karena tekanan dari incisivus lateral yang sedang bererupsi, tetapi kondisi

(31)

ini bisa pulih dengan sendirinya ketika gigi-geligi sudah bererupsi ke lengkung gigi.

e. Variasi setempat dari posisi gigi

Variasi semacam ini memiliki berbagai penyebab, misalnya adanya gigi supernumerary, incisivus susu yang tidak mau tanggal akibat infeksi, trauma dini yang menyebabkan malposisi dari incisivus tetap yang sedang berkembang, dan posisi perkembangan yang acak dari gigi-gigi.

II.8.2 tahap II

tahap kedua perkembangan oklusi gigi-geligi tetap berkaitan dengan penggantian molar susu dan kaninus atas oleh premolar dan kaninus atas tetap, serta penambahan gigi molar kedua.

a. Variasi pada celah dan kondisi berjejal

Keadaan ini mempengaruhi gigi yang bererupsi terakhir. Jika premolar kedua tidak mempunyai ruangan untuk bererupsi ke posisi yang tepat di lengkung igig, gigi biasanya akan bererupsi ke relasi palatal atau lingual. Pada caninus juga, caninus akan

bererupsi ke relasi buccal.

b. Variasi hubungan antero-posterior

Hubungan antero-posterior dari oklusi gigi-gigi premolar dan caninus umumnya bervariasi, namun kisaran variasinya lebih kecil daripada untuk incisivus.

c. Variasi hubungan vertical

Satu-satunya variasi yang dapat terjadi pada hubungan vertical pada gigi buccal adalah gigi-gigi gagal berkontak sewaktu beroklusi. Keadaan ini jarang terjadi, jika ada biasanya akibat intervensi dari lidah.

(32)

Posisi tidak teratur dari gigi-gigi akibat crowding merupakan variasi yang paling umum terjadi pada hubungan lateral. Variasi akibat penyebab lain, misalnya perbedaan ukuran antara rahang atas dan rahang bawah.

e. Variasi setempat dari posisi gigi

Satu-satunya variasi yang mungkin terjadi adalah gigi caninus atas tetap, yang menunjukkan posisi perkembangan tak teratur lebih sering daripada gigi lain kecuali molar ketiga bawah. Kondisi ini deperkirakan terjadi karena gigi caninus atas mempunyai jalur erupsi lebih panjang daripada gigi-gigi lain.

II.8.3 tahap III

tahap ketiga perkembangan oklusi gigi-geligi tetap berkaitan dengan penambahan gigi molar ketiga.

a. Variasi karena crowding

Gigi molar ketiga merupakan gigi yang paling terkahir bererupsi, dan seringkali tidak memiliki cukup ruang untuk bererupsi ke posisi oklusal yang tepat. Pada rahang bawah, keadaan ini menyebabkan gigi menjadi terimpaksi di vertical antara molar kedua dan bagian anterior ramus asendens mandibula, serta gagal bererupsi sempurna. Pada rahang atas, gigi molar ketiga biasanya bererupsi, bahkan pada posisi berjejal, atau bererupsi pada aspek posterior atau lateral dari processus alveolaris atas, dan tidak beroklusi dengan molar ketiga bawah.

b. Variasi akibat posisi perkembangan

Gigi molar ketiga memiliki kecenderungan untuk berkembang pada posisi acak.

(33)

Daftar Pustaka

Avery, James K. & Daniel J. Chiego Jr. Essential of Oral Histology and Embryology : A Clinical Approach. 2007. Missouri : Elsevier.

Moyers, Robert E. 1988. Handbook of Orthodontics. 4th edition. Chicago: Year Book Medical Publishers, INC

Foster, T.D., 1997, Buku Ajar Ortodonsi Ed. 3.,Penerbit Buku Kedokteran ECG,. Jakarta.

Itjingningsih W. H.,drg. 1991. Anatomi gigi. Penerbit buku kedokteran: Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 3 : Resorpsi pada permukaan distal akar gigi molar dua desidui akibat gigi molar pertama permanen kanan maksila erupsi ektopik.. gigi molar

Susy Fransisca H : Survei Pada Ibu Terhadap Gejala-Gejala Yang Menyertai Erupsi Gigi Susu, 2004... Susy Fransisca H : Survei Pada Ibu Terhadap Gejala-Gejala Yang Menyertai Erupsi

lanjut tentang jarak tanduk pulpa terhadap permukaan oklusal gigi molar satu sulung rahang bawah antara lain jumlah sampel/responden yang lebih

baku (SB) skor maturasi gigi metode Dermijian dan jumlah gigi permanen erupsi pada subjek laki-laki dan perempuan, serta uji-t menurut kelompok umur (Tabel 1)

Variasi urutan dan pola erupsi gigi sangat penting untuk diperhatikan terutama pada masa gigi bercampur, karena urutan dan pola dari erupsi gigi permanen memiliki dampak terhadap

Faktor pertama adalah kedalaman relatif gigi molar ketiga yang terdiri atas kelas A dengan bidang oklusal gigi impaksi dalam posisi yang sama dengan bidang oklusal gigi molar

Karies gigi adalah suatu proses penghancuran setempat jaringan kalsifikasi yang dimulai  pada bagian permukaan gigi melalui proses dekalsifikasi lapisan email gigi yang diikuti

Jika pola erupsi insisif rahang atas asimetrik, persistensi gigi insisif sulung rahang atas, rotasi insisif sentral atau erupsi ektopik insisif permanen maksila ditemukan