• Tidak ada hasil yang ditemukan

RATA-RATA WAKTU ERUPSI GIGI INSISIVUS PERMANEN PADA ANAK-ANAK PENDERITA GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RATA-RATA WAKTU ERUPSI GIGI INSISIVUS PERMANEN PADA ANAK-ANAK PENDERITA GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

STOMATOGNATIC

RATA-RATA WAKTU ERUPSI GIGI INSISIVUS PERMANEN PADA ANAK-ANAK PENDERITA GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)

Didin Erma Indahyani Roedy Budiharjo Soekanto

Bagian Pedodonsia

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

ABSTRACT

Iodium deficiency syndrome is seriously problem. This syndrome can affect the growth of body that is cretinism. The characterized of cretinism are mentally disorder, delayed bone and tooth growth, and motoric function disorder. Tooth eruption disorder causes the evidence of malocclusion, chewing, speech, and esthetic disorder. The purpose of the study is identify the eruption of permanent incisive on patients who have iodium deficiency syndrome. This study is observational cross-sectional. The subject of the study are the students of elementary school in Puger district, Jember regency. The area was divided into three areas. The examination of tooth eruption was conducted by study that is the eruption of tooth which has been erupted below 3 mm onto gingival margin from incisal edge. Data was analyzed using t-test. The result of the study showed that, the eruption of permanent incisive on children who have iodium deficiency syndrome were later significantly than that of normal children.

Key words: GAKY, Tooth eruption, Iodium

Korespondensi (correspondance): Didin Erma Indahyani, Bagian Pedodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, JL. Kalimantan No.37 Kampus Tegal Boto, Jember 68121, Indonesia.

PENDAHULUAN

Masalah GAKY merupakan masalah serius karena diperkirakan pada saat ini terdapat sekitar 42 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah miskin yodium. Prevalensi penderita GAKY hasil survey Nasional Gondok Endemik 1980-1982, diperkirakan di Indonesia kini telah terjadi defisit tingkat kecerdasan sebesar 140 IQ points. Defisit tersebut diyakini sebagai penghambat kelancaran wajib belajar sembilan tahun. Lebih jauh lagi telah diidentifikasikan bahwa para penderita GAKY memiliki produktivitas yang rendah sehingga dapat mengurangi penghasilan 15%.1

(2)

Di daerah Jember survei tahun 1998 menunjukkan bahwa dari 31 Kecamatan terdapat 3 kecamatan non endemik gondok, 17 kecamatan endemik ringan, 5 kecamatan endemik sedang, dan 6 kecamatan merupakan endemik gondok berat.1 Kecamatan Puger adalah salah satu daerah endemik gondok berat. Survei yang telah dilakukan oleh Susanhadi2 pada tahun 2002, diketahui bahwa siswa SD di kecamatan Puger prevalensi GAKY sebesar 47,50%, dengan distribusinya 15,83% terjadi di daerah pegunungan kapur, 20,83% di daerah pantai, dan 10,83% di daerah pertanian.

GAKY adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama.1 Kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kretinisme.3 Pada tingkat yang ringan pembesaran kelenjar gondok akibat kekurangan yodium hanya merupakan masalah keindahan belaka yaitu mengurangi kecantikan, tetapi perkembangan yang masih besar akan menimbulkan keluhan sesak nafas, dan kesulitan menelan.1 Kretin adalah akibat paling berat dari kondisi akibat hipoteroidisme ekstrim yang diderita selama kehidupan janin, bayi dan kanak-kanak terutama ditandai dengan gagalnya pertumbuhan anak tersebut. Kretinisme disebabkan karena gangguan pertumbuhan kelenjar tiroid secara kongenital atau kekurangan yodium dalam diet.4 Pada kretinisme ditandai dengan adanya gangguan pertumbuhan tulang yang lambat, pertumbuhan gigi yang lambat, tubuh pendek, lidah menjulur keluar serta hidung lebar dan rata.5 Frekwensi kretinisme jauh lebih tinggi di daerah endemik gondok daripada daerah lainnya.6

Gangguan pertumbuhan tulang dan gigi mempunyai dampak yang serius pada anak-anak. Pertumbuhan tulang dan gigi yang tidak seimbang mengakibatkan gangguan maloklusi. Terjadinya maloklusi berakibat menganggu psikis, estetik, sistem pencernaan, sebagai predisposisi tingginya karies gigi dan penyakit gusi. Erupsi gigi merupakan rangkaian proses pertumbuhan dan perkembangan gigi.7 Erupsi merupakan proses pergerakan gigi ke arah rongga mulut yang terjadi terus menerus diawali ketika gigi masih di dalam tulang rahang dan di mulai segera setelah mahkota gigi terbentuk.8 Keterlambatan erupsi mengakibatkan terjadinya maloklusi, gangguan pengunyahan, gangguan bicara dan gangguan estetis. Tujuan penetian ini adalah untuk mengetahui rata-rata waktu erupsi gigi insisivus permanen pada anak-anak penderita gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Dengan mengetahui hasil penelitian tersebut dimaksudkan agar dapat melakukan pencegahan kelainan fungsional maupun kelainan oklusi.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian ini adalah observational cross-sectional. Penelitian dilakukan pada anak-anak SD kelas 1 dan 2 kecamatan Puger, Kabupaten Jember yang memenuhi kriteria terserang GAKY. Untuk menentukan kriteria penderita GAKY dilakukan pemeriksaan menurut Tim Iodisasi Garam (1994). Pengambilan sampel dengan rancangan stratified random sampling, dibagi berdasarkan geografisnya daerah pantai, pegunungan dan dataran rendah. Ukuran sampel menurut Hadi10 di hitung dengan rumus sebagai berikut:

(3)

n N n d n q p SE − − × × = Keterangan :

SE = Perbandingan antara penyimpanan terhadap populasiu dengan confiecient of convidence

P = Proposi target populasi yang mengalami pembesaran kelenjar gondok q = Koefisien

N = Penyimpangan terhadap populasi n = jumlah

d = Penyimpanan terhadap populasi

Setelah ditentukan jumlah sampel secara perhitungan dilakukan pemeriksaan erupsi gigi. Pemeriksaan erupsi gigi dilakukan menurut lew dalam primasari11 yaitu gigi yang erupsi adalah gigi yang telah menembus gingiva dan tidak melebihi 3 mm di atas margin gingiva dan dihitung dari tonjol gigi atau dari tepi insisal.

Data yang diperoleh di analisis dengan analisis statistik. Dipresentasikan dalam bentuk tabel. Kemudian dilakukan uji statistik untuk melihat perbedaan erupsi antara penderita GAKY dan anak yang normal.

HASIL

Setelah dilakukan survey dan pendataan pada anak-anak sekolah dasar di kecamatan puger kabupaten jember maka dapat dilihat pada tabel 1-4.

Tabel 1. Erupsi gigi insisif kedua permanen atas anak normal dan GAKY

Umur Erupsi Normal GAKY X2

Hitung X2 Tabel 6 Belum Sedang Sudah 28 0 4 22 0 0 3,538 5,991 7 Belum Sedang Sudah 11 1 10 59 0 10 11,972* 5,991 8 Belum Sedang Sudah 5 4 27 33 1 11 28,637* 5,991 9 Belum Sedang Sudah 4 7 31 4 0 0 5,939 5,991

Data pada Tabel 1 menunjukan bahwa rerata waktu erupsi gigi insisivus pada gigi kedua permanen atas bila dibandingkan pada anak yang normal dan menderita

(4)

GAKY pada umur 7 dan 8 tahun terdapat perbedaan yang nyata (p<0,005), yaitu anak-anak penderita GAKY cenderung mempunyai keterlambatan waktu erupsi dibandingkan dengan anak yang normal. Pada umur 6 dan 9 tahun antara anak yang menderita GAKY dan anak yang normal rerata waktu erupsi gigi tidak berbeda bermakna (p>0,005)

Tabel 2. Erupsi gigi insisif pertama permanen atas anak normal dan GAKY

Umur Erupsi Normal GAKY X2

hitung X2 tabel 6 Belum Sedang Sudah 50 2 20 23 1 8 0,528 5,991 7 Belum Sedang Sudah 7 2 7 57 2 5 14,879* 5,991 8 Belum Sedang Sudah 1 1 60 13 0 33 18,233* 5,991 9 Belum Sedang Sudah 0 1 51 7 0 22 15,177* 5,991

Tabel 2 menunjukan bahwa rerata waktu erupsi gigi insisif pertama atas anak-anak penderita GAKY dan normal pada umur 7 dan 8 tahun terdapat perbedaan bermakna (p<0,005), sedangkan pada anak umur 6 dan 9 tahun tidak terjadi perbedaan yang bermakna (p>0,05) waktu erupsinya, walaupun anak normal mempunyai rata-erupsi lebih tinggi dibandingkan anak penderita GAKY.

Tabel 3. Erupsi insisif gigi kedua permanen bawah anak normal dan GAKY

Umur Erupsi Normal GAKY X2

hitung X2 tabel 6 Belum Sedang Sudah 14 1 15 28 0 4 12,973* 5,991 7 Belum Sedang Sudah 14 2 12 56 2 16 5,996* 5,991 8 Belum Sedang Sudah 4 2 56 20 2 24 21,661* 5,991 9 Belum Sedang Sudah 0 0 42 0 0 12 12,209* 5,991

(5)

Pada Tabel 3, diketahui bahwa rerata waktu erupsi gigi incisivus kedua permanen rahang bawah pada kelompok umur 6,7,8 dan 9 pada anak normal dan GAKY mempunyai perbedaan yang bermakna (p<0,05), dimana waktu rerata erupsi pada anak yang menderita GAKY lebih lambat dibandingkan pada anak yang normal.

Tabel 4. Erupsi gigi insisif pertamam permanen bawah anak normal dan GAKY

Umur Erupsi Normal GAKY X2

hitung X2 tabel 6 Belum Sedang Sudah 5 0 27 16 0 16 8,647* 5,991 7 Belum Sedang Sudah 0 0 28 29 2 43 18,511* 5,991 8 Belum Sedang Sudah 0 0 62 11 1 40 16,733* 5,991 9 Belum Sedang Sudah 0 0 42 0 0 12 0,027 5,991

Tabel 4 menunjukan bahwa rerata waktu erupsi pada kelompok umur 6,7 dan 8 tahun pada anak-anak yang normal dibandingkan dengan yang menderita GAKY mempunyai perbedaan yang bermakna (p<0,05), sedang pada kelompok umur 9 tahun perbedaan waktu erupsi tersebut tidak bermakna (p>0,05), walaupun waktu erupsi pada anak yang normal lebih tinggi dibandingkan anak yang menderita GAKY.

DISKUSI

Erupsi gigi sangat berperan pada pembentukan wajah.12 Keterlambatan erupsi dihubungkan dengan kelainan kromosom yaitu Down syndrome maupun Turner syndrome. Selain itu yang paling penting berhubungan dengan keterlambatan erupsi adalah defisiensi nutrisi, hypotiroid dan hypopituitari pada anak-anak.13

Secara normal gigi permanen yang pertama kali erupsi adalah gigi insisivus sentral rahan gbawah yaitu pada usia 6 tahun, kemudian gigi insisivus lateralis. Pada umur 6-7 tahun molar pertama rahang atas mulai erupsi, diikuti gigi insisivus sentral rahang atas pada umur 7-8 tahun, sedangkan insisivus lateralis rahang atas pada umur 8-9 tahun.12

Dari hasil penelitian diketahui bahwa gigi insisivus sentral rahang bawah pada kelompok umur 6 tahun terlihat nyata adanya keterlambatan erupsi pada anak-anak yang menderita GAKY. Berdasarkan beberapa literatur pada umur 6 tahun seharusnya gigi permanen sentral rahang bawah sudah erupsi. GAKY (kekurangan iodium) yang diderita anak-anak (dalam penelitian ini 90% anak yang menderita GAKY dalam kategori keparahan

(6)

tingkat IA yaitu terjadi pembesaran yang hanya diketahui dengan palpasi dan tidak terlihat bila tidak menengadahkan kepala, tetapi data tersebut tidak disajikan) diperkirakan mempengaruhi waktu erupsi. Yodium merupakan trace elemen yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Yodium berfungsi untuk memproduksi hormon tiroid yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan dan untuk mempertahankana keseimbangan metabolisme yang disebut hipotiroid. Beberapa bukti penelitian menunjukan bahwa hipotiroid dapat mengganggu pertumbuhan tulang, keterlambatan erupsi gigi, dll.5 Erupsi gigi dan pertumbuhan tulang mempunyai hubungan yang sangat besar. Dikatakan bahwa pertumbuhan dento-alveolaris, merupakan faktor yang sangat mempengaruhi mekanisme erupsi gigi. Dengan adanya remodeling pada tulang alveolaris maka erupsi gigi akan terjadi.7 Gangguan perkembangan tulang menyebabkan erupsi sulit terjadi karena terganggunya proses remodeling tulang. Akibatnya akan terjadi impaksi pada gigi tersebut. Dikatakan oleh Winter13, bahwa salah satu penyebab terjadinya keterlambatan erupsi adalah terjadinya impaksi pada gigi gigi karena tidak adanya jalan keluar bagi gigi untuk erupsi, yang diakibatkan tulang rahang tidak dapat berkembang dengan sempurna.

Keterlambatan erupsi pada anak yang menderita GAKY juga nampak terjadi pada gigi insisivus sentral rahang atas khususnya pada kelompok umur 7 dan 8, dan gigi lateralis rahang bawah pada kelompok umur 6,7,8 dan 9. Keadaan ini diakibatkan oleh adanya kelainan pertumbuhan tulang yang diakibatkan oleh kekurang yodium.

Tidak adanya perbedaan waktu erupsi antara penderita GAKY dan anak normal pada gigi insisivuslateral rahang atas, insisivus rahang bawah pada kelompok usia 6 tahun oleh karena pada masa tenggang secara normal gigi erupsi kurang lebih 6 bulan sampai 1 tahun.13 Pada kelompok umur 9 tahun tidak terdapat perbedaan waktu erupsi pada anak normal maupun yang menderita GAKY terutama pada gigi insisivus lateralis rahang atas, insisivus sentral rahang atas dan bawah. Hal ini diakibatkan oleh karena pada umur sembilan tahun gigi tersebut memang sudah waktunya erupsi dan telah melebihi waktu tenggang erupsi secara normal, sehingga kemungkinan besar keterlambatan erupsi pada gigi tersebut tidak terdeteksi.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pada penderita GAKY mengalami keterlambatan erupsi gigi dibandingkan dengan anak yang normal. Disarankan perlu dilakukan penelitian dengan memperhatikan lokasi daerah

(7)

penelitian dan tingkat keparahan GAKY yang berhubungan dengan waktu erupsi pada gigi insisivus maupun gigi permanen lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 1998, Pedoman Pelaksanan Pemantauan Garam Beryodium Tingkat Masyarakat, Departemen Kesehatan RI Jakarta. Hal: 1-10

2. Susanhadi, F.D., 2002, Hubungan Prelevansi Defisiensi Yodium Pada Anak Sekolah Dasar Dengan Faktor Resikonya di Kecamatan Puger, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Jember Hal: 1-29

3. Tim Komnas Garam, 1997, Pedoman Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium Kabupaten Daerah Tingkat II Jember, Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. Hal: 5

4. Guyton, 1994, Fisiologi Kedokteran Terjemahan dari dr. Ken Ariata Tengadi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal: 25

5. Soeparman, 1993, Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. Hal: 30

6. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1995, Unsur Yodium Dalam Pertumbuhan Anak, Universitas Indonesia, Jakarta. Hal: 12

7. Gordon, P.H., 1997, Craniofacial Growth and Development, (dalam Richard R. Welbury, Paediatric Dentistry), Oxford University Press, Oxford. Hal: 1-16

8. Itjiningsih, W.H., 1995, Anatomi Gigi, Penerbit Buku Kedokteran Gigi EGC., Jakarta. Hal: 27-40

9. Tim Iodisasi Garam, 1994, Materi Pelatihan survey GAKY. Kabupaten Daerah Kabupaten Jember, Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Jember. Hal: 1-10

10. Hadi, S., 1986, Metodologi Research, Penerbit Andi Offsset, Yogyakarta. Hal: 32

11. Primasari, A., 1997, Waktu Erupsi Gigi Molar I dan Insisivus I Permanen pada Murid-Murid Sekolah Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Kotif Rantau Prapat, Maj. Ked. Gigi USU, Januari, VII, No.2. Hal: 10

12. Finn, SB., 1973, Clinical Pedodontics, ed. 4., W.B Saunders Company. Hal: 45-70

13. Winter, G.B., 1997, Anomalies of Tooth Formation and Eruption (dalam Richard R. Welbury, Paediatric Dentistry), Oxford University Press, Oxford. Hal: 251-258

Gambar

Tabel 1. Erupsi gigi insisif kedua permanen atas anak normal dan GAKY
Tabel 2. Erupsi gigi insisif pertama permanen atas anak normal dan GAKY
Tabel 4. Erupsi gigi insisif pertamam permanen bawah anak normal dan GAKY

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian dan implementasi, maka dapat disimpulkan bahwa sistem autentikasi pengguna wireless berbasis RADIUS server yang telah diimplementasikan pada jaringan

Hasil survei dan observasi sumberdaya alam berbasisi ekoregion di lapangan yang telah teridentifikasi sebanyak 3 bentuk bentanglahan yang terdiri dari dataran

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Arfandi (2013) yang menyatakan ada hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan perawatan diri

• •535• Dari solusi optimal yang diperoleh, semua kendala, baik kendala utama maupun kendala tambahan, dapat dipenuhi.Jika dibandingkan dengan penjadwalan yang

Hasil uji statistic Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan ada pengaruh chest therapy terhadap penurunan sesak napas dengan parameter respiratory rate pada anak

Tindak tutur direktif yang berkategori mengajak terjadi pada tuturan yang diucapkan oleh Noni yang bertindak sebagai penutur kepada Kugy sebagai mitra reaksi tuturan yang

Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa kurva yang paling tepat untuk digunakan dalam evaluasi mutu genetik sapi perah yaitu kurva produksi susu dari

Variabel yang digunakan adalah ukuran DPS, rangkap jabatan DPS, jumlah rapat DPS, latar belakang pendidikan DPS dan kinerja maqashid syariah.. Dalam penelitian ini