• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Tutur Asertif Dan Direktif Dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tindak Tutur Asertif Dan Direktif Dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK TUTUR ASERTIF DAN DIREKTIF

DALAM NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI

SKRIPSI

OLEH

MERLIN Y. SIMAMORA

090701025

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINDAK TUTUR ASERTIF DAN DIREKTIF

DALAM NOVEL PERAHU KERTAS

KARYA DEWI LESTARI

OLEH

MERLIN Y. SIMAMORA 090701025

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana sastra dan telah disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Salliyanti, M.Hum. Dra. Mascahaya, M.Hum. NIP 195902121983032002 NIP 195908191986012001

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacuh dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Juli 2013 Hormat saya,

(4)

TINDAK TUTUR ASERTIF DAN DIREKTIF DALAM NOVEL PERAHU KERTAS

KARYA DEWI LESTARI

OLEH

MERLIN Y. SIMAMORA

NIM 090701025

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Tindak Tutur Asertif dan Direktif dalam Novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari ini merupakan hasil penerapan ilmu pragmatik yang menganalisis tindak tutur asertif dan direktif dalam novel Perahu Kertas. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Data dianalisis dengan menerapkan teori pragmatik seperti yang dikemukakan oleh J.R. Searle tentang bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi yang memfokuskan pada tindak tutur asertif dan direktif. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk tindak tutur asertif dalam novel

Perahu Kertas(2) mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif dalam novel Perahu Kertas. Tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Perahu Kertas adalah

(5)

PRAKATA

Puji syukur yang tiada hentinya penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah menganugerahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam Menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan baik berupa dukungan, perhatian, bimbingan, nasihat, dan juga doa. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ikhwanudin Nasution, M.Si., sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia. 3. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P., sebagai Sekretaris Departemen Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Salliyanti, M. Hum., sebagai dosen pembimbing I yang telah benyak memberikan bimbingan, masukan, serta dukungan selama penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dra. Mascahaya, M. Hum., sebagai dosen pembimbing II yang banyak memberi bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal dan pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan.

(6)

perkuliahan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Penulis tidak dapat membalas kebaikan mereka dengan apapun, tetapi ini adalah hadiah sebagai salah satu ucapan terima kasih saya terhadap orang tua yang sangat saya hormati dan cintai.

8. Buat adik satu-satunya yang sangat penulis sayangi, Johan Simamora, selama penulis menyelesaikan skripsi ini, beliau banyak memberikan masukan, semangat, dan doa. 9. Buat sahabat terkasih yang selalu mengingatkan, memberikan masukan dan penghiburan

kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini, yaitu Mutiara Theresia Manik, S.S., Laura Octavia Simanjuntak, Astrid Situmeang, Am.Kep., dan Ria Yossi Napitupulu. 10.Buat sahabat-sahabat seperjuangan “Sasindo 09 Kita Selamanya”, Erma Siahaan, Siska Sinambela, Ribka Anggreni Ithink, Iska Cimora,S.S., Chyma Itchiko Poerba, Diana Jopana Malau, Jenni Rukia Girsang, Yanti boru Poerba, Rina Desliah, S.S., Tiurma Hutahaean, Chole Silalahi, Marselina Siadari, Kristiyanti Manik, Yoyo Marbun, Intan Naibaho, Deassy Sagala, dan Maryska Sihaloho dalam menyelesaikan skripsi ini mereka banyak memberikan masukan, dukungan, doa dan telah menjadi sahabat-sahabat yang baik, pengertian, centil, dan wanita-wanita hebat bagi penulis.

11.Kakak stambuk 07 yang terkasih Nurlela Silalahi selama proses penyelesaian skripsi ini beliau memberikan masukan, doa, dan menjadi motivator terbaik bagi penulis.

Demikianlah skripsi ini saya perbuat, semoga skripsi ini dapat menambah wawasan pembaca khususnya mengenai tindak tutur asertif dan direktif.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

PRAKATA ... iii

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.2.1 Manfaat Teoretis ... 6

1.4.2.2 Manfaat Praktis ... 7

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 8

2.1.1 Tindak Tutur Asertif ... 8

2.1.2 Tindak Tutur Direktif ... 9

2.1.3 Novel Perahu Kertas ... 9

2.1.4 Sinopsis Perahu Kertas ... 10

2.2 Landasan Teori ... 12

2.2.1 Pragmatik ... 12

(8)

2.2.3 Tindak Tutur ... 14

2.3 Tinjauan Pustaka ... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Data dan Sumber Penelitian ... 20

3.1.1 Data ... 20

3.1.2 Sumber data ... 20

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data ... 20

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Bentuk Tindak Tutur Asertif dalam Novel Perahu Kertas ... 24

4.1.1 Berkategori Memberitahukan ... 24

4.1.2 Berkategori Menyatakan ... 29

4.1.3 Berkategori Menyimpulkan ... 34

4.1.4 Berkategori Menunjukkan ... 39

4.1.5 Berkategori Berspekulasi ... 39

4.2 Bentuk Tindak Tutur Direktif dalam Novel Perahu Kertas ... 42

4.2.1 Berkategori Mengajak ... 42

4.2.2 Berkategori Menyarankan ... 47

4.2.3 Berkategori Memohon ... 53

4.2.4 Berkategori Mempersilakan ... 56

4.2.5 Berkategori Menyuruh ... 59

(9)

4.2.8 Berkategori Meminta ... 71 4.2.9 Berkategori Mendesak ... 72 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 73 5.2 Saran ………. 74 DAFTAR PUSTAKA

(10)

TINDAK TUTUR ASERTIF DAN DIREKTIF DALAM NOVEL PERAHU KERTAS

KARYA DEWI LESTARI

OLEH

MERLIN Y. SIMAMORA

NIM 090701025

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Tindak Tutur Asertif dan Direktif dalam Novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari ini merupakan hasil penerapan ilmu pragmatik yang menganalisis tindak tutur asertif dan direktif dalam novel Perahu Kertas. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak dengan teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Data dianalisis dengan menerapkan teori pragmatik seperti yang dikemukakan oleh J.R. Searle tentang bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi yang memfokuskan pada tindak tutur asertif dan direktif. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk tindak tutur asertif dalam novel

Perahu Kertas(2) mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif dalam novel Perahu Kertas. Tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Perahu Kertas adalah

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari struktur bahasa secara luar atau eksternal, yakni sebagai satuan kebahasaan yang digunakan dalam berkomunikasi (Wijana, 2009: 4). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu pragmatik menekankan penggunaan bahasa yang dihubungkan dengan adanya suatu makna. Oleh karena itu, pragmatik mengungkapkan maksud yang disampaikan oleh penutur terhadap mitra tuturnya. Untuk menyampaikan maksud tersebut kajian pragmatik sangat berhubungan dengan adanya konteks, yaitu dasar pemahaman dari kajian ilmu pragmatik. Konteks tuturan dalam linguistik merupakan

sesuatu yang menyertai atau bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi penggunaan bahasa

(Rani, 2004: 190). Konteks berhubungan dengan interaksi linguistik dalam ujaran atau lebih yang melibatkan pihak, yakni penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat,

dan situasi tertentu (Chaer dan Leonie, 2004: 47). Dalam pragmatik konteks pada hakikatnya adalah

(12)

Bahasa yang kita sampaikan kepada mitra tutur kita harus memilki pemahaman bahasa yang sama. Penyampaian yang sederhana, singkat tetapi tidak rumit merupakan hal yang terpenting dalam menyampaikan bahasa. Dalam penyampaian bahasa yang dibedakan secara tulis ataupun lisan tersebut, manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan. Oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan dalam bentuk tulisan.

Dalam ilmu pragmatik, terdapat beberapa bidang ilmu dalam satuan analisisnya. Kancah yang dijelajahi oleh pragmatik berupa implikatur, deiksis, praanggapan, dan tindak tutur. Oleh karena itu, salah satu kajian dalam ilmu pragmatik tersebut digunakan dalam menganalisis penggunaan bahasa dalam bentuk tuturan percakapan yang terdapat dalam novel Perahu Kertas, yakni tindak tutur.

(13)

Bentuk komunikasi asertif dan direktif yaitu sebuah tuturan atau ujaran yang berisi agar orang lain itu mau melakukan tindakan yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh penutur. Supaya komunikasinya dapat berhasil, penutur harus menggunakan bentuk-bentuk komunikasi atau wacana sebagai sarana komunikasi yang memenuhi persyaratan tertentu, seperti unsur komponen tutur yang di antaranya berupa tindakan pembicara, mitra bicara, topik pembicaraan, suasana, dan tempat (Yule, 2006: 93). Tindak tutur asertif merupakan sebuah tindak tutur yang melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang diekspresikan. Tindak tutur asertif ini berkaitan dengan penyampaian sebuah informasi kepada lawan tuturannya. Tindak tutur direktif menimbulkan beberapa efek melalui tindakan yang diucapkan oleh pembicara kepada sang penyimak atau pendengar, misalnya memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, menasihatkan.

Novel termasuk salah satu prosa fiksi atau khayalan yang menceritakan banyak kisah kehidupan manusia yang dilakonkan oleh beberapa tokoh serta perwatakan melalui rangkaian kata yang menarik. Novel juga dapat membawa kita ke dalam dunia fantasi khayalan terhadap apa telah dibaca. Selain itu, novel juga ada yang dapat memberikan beberapa pengetahuan secara verbal terhadap pembaca. Dalam rangkaian kata yang tersusun dalam novel tersebut banyak ditemukan percakapan antara penutur dengan mitra tuturnya yang menimbulkan reaksi tuturan secara asertif dan direktif.

(14)

berpendapat dan bermimpi. Novel ini diperankan oleh beberapa tokoh, salah satu tokoh utamanya ialah Kuggy, Keenan, Eko dan Noni. Novel ini menceritakan perjalanan cinta antara Kuggy dan Keenan yang memiliki karakter yang sama yaitu suka berkhayal dan selalu menjadi diri sendiri dalam setiap hal dan juga diselingi oleh persahabatan yang terjalin antara mereka. Novel ini menyiratkan kepada pembaca untuk yakin dengan apa yang kita lakukan. Menjadi diri sendiri, bebas dan berkarya buat apa pun hasilnya.

Sehubungan dengan itu, penulis akan meneliti tuturan yang terdapat dalam novel Perahu

Kertas yang difokuskan pada penggunaan bahasa yang terdapat dalam situasi tindak tutur asertif

dan direktif dengan menggunakan kajian ilmu pragmatik sebagai ilmu untuk meneliti makna tuturan yang dikaitkan dengan konteks. Penelitian ini dikaji dengan tinjauan pragmatik dengan alasan bahwa segi kebahasaan yang terdapat dalam percakapan pada novel Perahu Kertas banyak terdapat keterkaitan bahasa dengan unsur-unsur eksternal yang menjadi ciri khas ilmu pragmatik. Penulis hanya mengkaji tuturan langsung yang terdapat pada novel tersebut, yakni tuturan langsung secara asertif dan direktif.

Penelitian tentang tindak tutur asertif dan direktif dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari memfokuskan pada penggunaan tindak tutur asertif seperti menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membanggakan, mengeluh, menuntut dan melaporkan sedangkan pada tindak tutur direktif seperti mengajak, mempersilahkan, menyuruh, menyarankan, melarang, dan mendesak. Dalam hal pembagian tindak tutur ini, penulis menggunakan pendapat Searle sebagai penguat landasan teori pengkajian tindak tutur asertif dan direktif yang terdapat dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari.

(15)

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah bentuk-bentuk tindak tutur asertif pada novel Perahu Kertas? 2. Bagaimanakah bentuk-bentuk tindak tutur direktif pada novel Perahu Kertas?

1.3Batasan Masalah

Sebuah penelitian sangat membutuhkan batasan masalah agar penelitian tersebut terarah dan tidak terlalu luas sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan “Tindak Tutur Asertif dan Direktif dalam Novel Perahu Kertas“ sebagai objek penelitian. Peneliti membatasi objek penelitian ini hanya dari tindak tutur asertif dan direktif yang digunakan dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari.

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Perahu Kertas

2. Mengidentifikasi dan mendeskripsikan bentuk- bentuk tindak tutur direktif yang terdapat dalam novel Perahu Kertas.

1.4.2 Manfaat penelitian

1.4.2.1Manfaat Teoretis

(16)

1. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang pragmatik terkhususnya kajian ilmu pragmatik dalam novel.

2. Menambah kajian analisis pragmatik khususnya pemakaian tindak tutur asertif dan direktif dengan objek kajian novel.

1.4.2.2Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

1. Memberikan sumbangan terhadap apresiasi karya sastra seperti novel dikalangan mahasiswa khususnya masyarakat umum terutama dalam memahami tindak tutur asertif dan direktif.

(17)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003: 558).

2.1.1 Tindak Tutur Asertif

Searle (dalam Tarigan, 1990: 47) menyatakan bahwa tindak tutur asertif merupakan suatu kategori tindak ilokusi yang menuntut penutur terikat pada kebenaran proposisi yang dingungkapkan, seperti menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membanggakan, mengeluh, menuntut, dan melaporkan.

Dengan kata lain, tindak tutur asertif merupakan tindak tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan. Tindak tutur ini berkaitan dengan fakta. Tindak tutur ini berkaitan dengan pengetahuan, data, apa yang ada atau diadakan, atau telah terjadi atau tidak terjadi, dengan tujuan bahwa tindak tutur ini memiliki fungsi sebagai penyampaian informasi kepada mitra tuturnya.

2.1.2 Tindak tutur Direktif

Tarigan (1986: 470) tuturan direktif merupakan tuturan yang dimaksud untuk menimbulkan beberapa efek tindakan sang penyimak.

(18)

tutur. Direktif dapat dibagi menjadi enam macam yaitu meminta, bertanya, menginstruksikan, melarang, menyetujui, menasihati.

Fungsi direktif berpusat pada penerima pesan. Dalam hal ini, bahasa digunakan sebagai mempengaruhi orang lain dari segi emosi maupun perasaan serta tingkah lakunya. Untuk itu juga bahasa digunakan untuk memberi keterangan, mengundang, memerintah, memesan, mengingatkan, mengancam, dan lain-lain yang termasuk tuturan direktif.

2.1.3 Novel Perahu Kertas

(19)

2.1.4 Sinopsis Perahu Kertas

Novel Perahu Kertas ini merupakan sebuah karangan fiksi karya Dewi Lestari yang dibuat khusus untuk memiliki cara hidup yang apa adanya tanpa dibuat-buat. Dengan adanya novel ini penulis ingin menampilkan sebuah kisah yang menyentuh antara Kugy dan Keenan memiliki watak dan karakter yang sama yakni mempertahankan dirinya sesuai dengan diri sendiri.

Kugy, Eko, dan Noni adalah tiga orang sahabat yang selalu kompak. Kugy merupakan seorang gadis yang suka berkhayal. Dia bercita-cita untuk menjadi seorang penulis dongeng, sebuah cita-cita yang mungkin oleh sebagian orang pada masa sekarang sudah dianggap hal yang aneh dan tidak cukup menghasilkan uang. Kugy juga menganggap dirinya agen Neptunus, dan selalu menulis surat dan melipatnya menjadi sebuah perahu kertas yang kemudian berlayar untuk disampaikannya pesan tersebut ke Neptunus. Eko dan Noni adalah sepasang kekasih sekaligus sahabat dari Kugy. Eko merupakan teman Kugy semenjak SMP dan Noni adalah sahabat Kugy dari kecil.

Kisah ini bermula saat Kugy diterima untuk berkuliah di salah satu perguruan tinggi di Bandung, satu kampus dengan Eko dan Noni. Eko memiliki sepupu bernama Keenan yang juga berkuliah ditempat yang sama. Pertemuan Kugy dan Keenan terjadi saat Eko, Noni dan Kugy menjemput Keenan di stasiun Bandung. Keenan merupakan seorang pelukis. Pertemuan tersebut menjadi awal kisah cinta Kugy dan Keenan, kisah cinta yang begitu rumit untuk diungkapkan.

(20)

Novel ini juga mengajarkan bahwa kita harus yakin dengan apa yang kita lakukan. Hobi adalah pekerjaan paling menyenangkan. Menjadi diri sendiri, bebas dan berkarya apapun hasilnya, namun kepuasan batin dan menyenangkan orang banyak dengan hasil karya pribadi yang mencerminkan diri sendiri adalah makna kehidupan dan hasil yang berharga dan tak ternilai dengan materi. Novel ini juga mengajarkan arti persahabatan. Bahwa sesungguhnya sahabat walaupun dalam masa sulit sekalipun, tak akan bisa melihat sahabatnya terluka.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pragmatik

Tarigan (1990: 32) mengatakan bahwa pragmatik sangat berkaitan dengan tindak ujar atau speech act. Pragmatik juga menelaah ucapan-ucapan khusus dalam situasi-situasi khusus dan terutama memusatkan perhatian pada aneka ragam cara yang merupakan wadah aneka konteks sosial performansi bahasa dapat mempengaruhi tafsiran atau interpretasi. Pragmatik adalah telaah mengenai ‘hubungan tanda-tanda dengan penafsir” Morris (dalam Tarigan, 1990: 33). Teori pragmatik menjelaskan alasan atau pemikiran para pembicara dan para penyimak menjelaskan alasan atau pemikiran para pembicara dan para penyimak dalam menyususn korelasi dalam suatu konteks sebuah tanda kalimat dengan suatu proposisi.

2.2.2 Aspek Situasi Tuturan

(21)

menelaah makna dalam situasi ujaran atau sering disebut dengan tindak tutur. Pragmatik juga merupakan sebuah kajian dalam ilmu bahasa yang memerlukan konteks dalam tuturan karena tanpa adanya konteks maka jalannya sebuah tuturan tersebut tidak akan dapat diketahui maksud yang akan disampaikan.

Maka dengan adanya aspek tersebut, Tarigan (1990: 35) menyebutkan beberapa aspek tuturan, yakni :

a) Pembicara /penyimak/pembaca

Dalam situasi ujaran antara pihak pembicara dan pihak penulis harus disertakan karena dalam situasi ujaran pragmatik tidak hanya terbatas pada bahasa lisan tetapi juga mencakup bahasa tulis.

b) Konteks ujaran

Konteks merupakan latar belakang pengetahuan yang diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh pembicara dan penyimak. Konteks ini berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur.

c) Tujuan ujaran

Situasi ujaran tentu mengandung maknsa dan tujuan tertentu. Dengan kata lain, antara penyimak dan pembicara terlibat dalam suatu kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu.

d) Tindak ilokusi

(22)

e) Tuturan sebagai produk tindak verbal

Tindak verbal sama halnya seperti tindakan atau kegiatan tindak ujar. Maka, tuturan dapat digunakan dalam pengertian lain, yaitu sebagai produk suatu tindak verbal.

2.2.3 Tindak tutur

Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa aspek pemakaian aktual. Telaah mengenai bagaimana cara kita melakukan sesuatu dengan memanfaatkan kalimat-kalimat (Tarigan, 1990: 33). Tindak tutur merupakan gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu, dalam tindak tutur yang diperhatikan adalah makna atau arti tindakan dalam tuturannya (Chaer, 1985: 65).

Teori mengenai tindak tutur pertama dicetuskan oleh filsuf berkebangsaan Inggris, yaitu John L. Austin pada tahun 1995 di Universitas Harvad dan menerbitkan bukunya yang berjudul

How to Do Things with Words pada tahun 1962 (Rani, 2004:158). Austin dalam bukunya

membedakan antara ujaran performatif dan konstantif atau deskriptif. Ujaran yang dibedakan oleh Austin yaitu ujaran berdasarkan perlakuan dan ujaran berdasarkan penyata. Teori Austin mengenai konsep tindak tutur berkembang setelah Searle menerbitkan bukunya yang berjudul

Speech Acts, an Essay in the Philosophy of Language pada tahun 1969.

(23)

(1) Tindak lokusi

Tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Bila diamati secara seksama konsep lokusi adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat atau tuturan dalam hal ini dipandang sebagai satu satuan yang terdiri dari dua unsur, yakni subyek/topik dan predikat.

(2) Tindak ilokusi

Sebuah tuturan yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasi sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak ilokusi sangat sukar diidentifikasi karena harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan di mana tindak tutur itu terjadi dan sebagainya. Dengan demikian tindak ilokusi merupakan bagian sentral untuk memahami tindak tutur.

(3) Tindak perlokusi

Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh, atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak tutur yang pengaturannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi.

Secara khusus Searle (dalam Tarigan, 1990: 46) mengembangkan tindak tutur ilokusi menjadi lima kategori, yakni tindak tutur asertif atau representatif, direktif, komisif, dan deklarasi.

a. Asertif atau Representatif

(24)

b. Direktif

Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penututr untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi perintah, pemesanan, permohonan, pemberian saran.

c. Komisif

Komisif adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa janji, ancaman, dan penolakan.

d. Ekspresif

Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur dengan cara mengekspresikan. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kebencian, kesenangan atau kesengsaran .

e. Deklaratif

(25)

2.3 Tinjauan Pustaka

Alwi (2005: 1198) mengatakan bahwa tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki atau mempelajari ) sedangkan pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (Alwi, 2005: 912).

Penelitian mengenai tindak tutur sudah banyak diteliti, di antaranya Malau (2009) dalam skripsinya berjudul “Tindak Tutur dalam Seri Cerita Kenangan Argenteuil Hidup Memisahkan

Dir” karya N.H. Dini. Penulis menyatakan bahwa penelitian ini mendeskripsikan empat macam

bentuk tindak tutur, yaitu tindak tutur representatif, komisif, direktif, dan ekspresif yang diterapkan oleh J.R. Searle. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan tindak tutur yang terdapat dalam seri cerita kenangan Argenteuil Hidup Memisahkan Diri. Percakapan-percakapan tersebut merupakan wacana yang padu sehingga pendengar dapat memahami tuturan yang diucapkan oleh pembicara, sedangkan tindak tutur yang dominan adalah tindak tutur representatif pernyataan.

Hutapea (2010) pada skripsinya yang berjudul “Tuturan pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Batak Toba”. Penelitian ini menggunakan tindak tutur yang diterapkan oleh Searle yakni membagi tindak tutur ilokusi menjadi beberapa kategori berupa representatif, komisif, direktif, ekspresif. Tindak tutur yang diperoleh ialah melalui percakapam-percakapan berbagai masyarakat yang bertutur dalam upacara adat perkawinan dalam masyarakat Batak Toba. Percakapan-percakapan tersebut merupakan wacana yang padu sehingga pendengar dapat memahami tuturan yang diucapkan oleh pembicara. Dari percakapan tersebut peneliti mengategorikan setiap tuturan sesuai dengan bentuk tindak tutur yang dimaksud.

(26)

dapat disimpulkan bahwa tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi banyak terdapat dalam dialog film Perempuan Punya Cerita. Tindak ilokusi adalah bentuk tindak tutur yang paling banyak ditemukan dalam dialog tersebut. Selanjutnya, bentuk tindak tutur yang lebih sedikit ditemukaan dalam dialog film tersebut adalah tindak lokusi dan perlokusi.

Tarigan (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Dialog Film Alangkah Lucunya Negeri Ini” karya Dedy Mizwar. Penelitian ini mendeskripsikan bentuk-bentuk pemakaian tindaak tutur melalui pendekatan ilmu pragmatik. Penelitian ini menggunakan teori Searle tentang bentuk-bentuk tindak tutur tindak tutur ilokusi terutama tindak tutur direktif dan ekspresif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk ujaran direktif dan bentuk ujaran ekspresif. Tindak tutur direktif yang terdapat dalam dialog film ini ialah mengajak, mempersilahkan, menasihati, menyuruh, menyarankan, melarang, dan mendesak sedangkan tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam dialog film ini ialah menyatrakan terima kasih, permohonan, maaf, rasa takut, rasa kaget, terkejut, marah, rasa senang, dan menyatakan rasa memuji. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif sedangkan pengumpulan data yang terdapat dalam penelitian ini menggunakan teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat.

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Data dan Sumber Data

3.1.1 Data

Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan alam yang harus dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 3). Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk tuturan yang mengandung tuturan asertif dan direktif yang terdapat dalam novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari.

3.1.2 Sumber Data

(28)

3.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993: 9). Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak. Metode simak yaitu menyimak tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mitra tutur yang ada dalam novel Perahu Kertas. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik bebas libat cakap dan teknik catat. Yang dimaksud dengan teknik bebas libat cakap yaitu penulis tidak terlibat langsung dalam tuturan, tetapi penulis hanya sebagai pemerhati, mendengarkan apa yang dikatakan bukan apa yang dibicarakan (Sudaryanto, 1993: 134). Jadi yang diperhatikan oleh penulis bukan isi pembicaraan, melainkan tuturan atau perkataan yang digunakan.

Setelah data dikumpulkan melalui teknik simak bebas libat cakap maka langkah selanjutnya adalah mentranskripsikan data melalui teknik catat. Hal ini, penulis melakukan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat penggalan percakapan dalam novel Perahu Kertas yang mengandung tindak tutur asertif dan direktif.

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

(29)

untuk memahami fenomena-fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian secara holistik, dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moloeng, 1998:3). Istilah deskriptif maksudnya adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka (Moloeng, 1998: 6). Dalam hal ini, peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data-data yang berwujud tuturan yang terdapat dalam novel Perahu Kertas. Dengan demikian, hasil teknik analisis datanya ialah berbentuk deskripsi tindak tutur asertif dan direktif dalam novel

Perahu Kertas.

Bentuk tindak tutur asertif :

Bentuk Tuturan :

“Mungkin ini saja yang sebaiknya kamu bawa, vent,” (oma menyerahkan dua buah buku bertuliskan 2500 latihan soal UMPTN),”supaya jij bisa belajar di peasawat (3/PK)

Konteks tuturan :

Bentuk tuturan di atas merupakan tuturan yang terjadi antara Oma (nenek Keenan) sebagai penutur dan Keenan sebagai mitra reaksi tuturnya, Oma menyarankan agar Keenan membawa buku yang diberikan oleh Oma.

Data yang terdapat dalam bentuk tuturan tersebut merupakan tuturan langsung yang dituturkan oleh oma sebagai penutur kepada Keenan sebagai mitra reaksi tuturannya. Data tersebut mengandung tuturan langsung yang menyarankan dengan mengajukan sebuah benda secara fakta kepada Keenan.

(30)

Bentuk tindak tutur direktif :

Bentuk tuturan :

“Santailah sedikit, bu Noni. Legalisasi STTB ke sekolah aja gua belum sempat”(6/PK) Konteks tuturan :

Bentuk tuturan yang terdapat pada kalimat di atas merupakan pernyataan Kuggy yang menasihati temannya Noni, sekaligus juga bercanda.

(31)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Bentuk Tindak Tutur Asertif dalam Novel Perahu Kertas

Bentuk tindak tutur asertif merupakan bentuk tindak tutur yang pertama yang dikategorikan oleh Austin dalam pengelompokan tindak tutur ilokusi. Sependapat itu juga, Searle (dalam Oka, 1993: 397) mengelompokkan tindak tutur ilokusi dengan menempatkan tindak tutur asertif pada urutan pertama, tindak tutur asertif tersebut diungkapkan bahwa adanya keterkaitan antara penutur dengan mitra tutur yang mengacu pada sebuah tindakan yang menuntut adanya sebuah kebenaran. Selain itu, seorang penutur juga dituntut memiliki tanggung jawab terhadap

kesatuan hubungan anatara kata-kata atau tuturan dengan fakta duniawi. Kategori yang dapat

diuraikan dari bentuk tindak tutur asertif, yaitu menyatakan, memberitahukan, menyimpulkan,

membanggakan, dan mengeluh.

4.1.1 Berkategori Memberitahukan atau Melaporkan

1. Bentuk tututran :

“Panggilan utnuk Keenan penumpang KA Parahyangan dari Jakarta, sekali lagi, saudara

Keenan, sepupu dari Eko Kurniawan, ditunggu oleh saudara Eko yang ciri-cirinya sebagai

berikut : rambut cepak berjambul Tintin, tinggi 175 cm,kulit cokelat sedang, mata besar bulu

mata lentik, pakai kaus Limpbizikit, ditemani oleh dua cewek cakep.” Kuggy melaporkan

(23/PK)

Konteks tuturan :

Situasi tuturan di atas terjadi di stasiun kereta api. Kuggy, Eko, dan Noni bingung

menemukan Keenan sebab Eko selaku sahabat dan sepupunya sendiri saja pun merasa

(32)

pada meja informasi dan mengumandangkan suaranya ke seluruh antero stasiun kereta api

sehingga semua manusia yang ada di sana mendengar suara Kuggy dengan jelas.

Tuturan tersebut dilakukan oleh Kuggy sebagai penutur agar mitra reaksi tuturnya

dapat mengetahui yang disampaikan oleh Kuggy. Tindak tutur yang terdapat dalam tuturan

tersebut ialah tindak tutur asertif yang berkategori melaporkan atau memberitahukan.

2. Bentuk Tuturan :

“Kuggy! Wooi! Ada telepon tuh !” (5/PK)

Konteks tuturan :

Percakapan terjadi antara Kuggy dan Keshia. Suara telepon berbunyi membuat

Keshia, adik Kuggy, mengangkat telepon dan langsung memanggil Kuggy karena telepon

yang berbunyi tersebut bertujuan untuk Kuggy. Keshia memanggil dengan teriakan yang kuat

agar Kuggy mendengarnya.

Dari percakapan tersebut dapat kita ketahui bahwa sebagai penuturnya ialah Keshia

dan mitra reaksi tuturannya ialah Kuggy. Tindak tutur asertif berupa kategori melaporkan

atau memberitahukan yang terjadi antara Keshia dan Kuggy ditandai dengan adanya penanda

lingual berupa tuturan Keshia yang mengatakan wooi.. ada telepon tuh!

3. Bentuk tuturan :

“Jadi, kita harus mulai dari mana?”Kugy bertanya.

“Kita akan bagi tiap kelas sesuai kemampuan mereka masing-masing. Kelas paling dasar

hanya akan belajar membaca, menghitung, dan menggambar. Persis pelajaran anak TK. Tapi

dalam satu kelas umurnya bisa bervariasi, dari mulai empat tahun sampai sepuluh tahun.”

(33)

Konteks tuturan :

Percakapan di atas terjadi antara Kugy dan salah satu temannya yang berada di Klub

Kakak Asuh, yakni Ami. Klub Kakak Asuh merupakan perkumpulan pengajar sukarelawan

di sekolah dasar yang bernama Sekolah Alit. Tempat percakapan yang terjadi di sekolah alit.

Kugy ingin meminta penjelasan tentang bagaimana Sekolah Alit berjalan kesehariannya.

Salah satu pengajar dan juga teman Kugy di kampus menjelaskan tentang Sekolah Alit.

Tindak tutur asertif yang berkategori memberitahukan atau melaporkan terdapat pada

tuturan yang diucapkan oleh Ami yang merupakan pengajar sukarelawan di sekolah dasar

darurat atau lebih dikenal dengan Sekolah Alit. Tuturan Ami yang mengatakan kita akan

bagi tiap kelas sesuai kemampuan mereka merupakan salah satu penanda lingual yang

dapat dikatakan sebagai tindak tutur asertif memberitahukan atau melaporkan.

Kugy sebagai penutur menanyakan kepada lawan tuturnya yaitu Ami tentang

bagaimanakah Sekolah Alit dapat berjalan. Kemudian, sebagai pengajar di Sekolah Alit Ami

pun memberitahukan penjelasan kepada Kugy. Penjelasan yang dituturkan oleh Ami

bermaksud agar sebagai penutur yang menanyakan ,yakni Kugy dapat mengetahuinya. Itulah

sebabnya, tuturan yang diucapkan oleh Ami dikategorikan sebagai tindak tutur aserti

memberitahukan atau melaporkan.

4. Bentuk tuturan :

“Gy, kenalin. Ini sepupu gua, Wanda,”Noni berkata. (82/PK)

Konteks tuturan :

Tuturan yang terdapat pada data di atas ialah tuturan yang diucapkan oleh Noni

kepada Kugy. Noni memberitahukan Kugy dan menyodorkan kepada Kugy sepupunya,

Wanda. Noni memberitahukan kepada Kugy dengan maksud Kugy mengetahui bagaimana

(34)

Tindak tutur asertif yang berkategori memberitahukan atau melaporkan yang terdapat

pada tuturan di atas merupakan tuturan yang diucapkan oleh Noni, sahabat Kugy. Noni

memberitahukan kepada Kugy tentang bagaimana Wanda yang sebenarnya. Selama Wanda

belum bertatap muka langsung dengan Kugy, Wandalah yang menjadi bahan pembicaraan

antara Eko dan Noni. Wanda merupakan sepupu Noni yang sudah lama tinggal di Melbourne.

Wanda datang ke Indonesia sekadar berkunjung ke perusahaan yang dirintis oleh ayahnya

dan Wandalah yang menjalankan perusahan ayahnya. Wanda datang ke Indonesia tidak

hanya sekadar mengunjungi perusahaan yang dirintis oleh ayahnya itu, tetapi juga ia akan

melakukan kegitan perjodohan yang direncanakan oleh Noni dan Eko. Tuturan Noni yang

mengatakan Gy,kenalin ini sepupu gua merupakan penanda lingual yang dapat digolongkan

sebagai tindak tutur asertif melaporkan atau memberitahukan.

5. Bentuk tuturan :

“Ami? Hai, ini Kugy. aku udah memustuskan ... iya ... aku mau jadi pengajar di Sakola Alit.

Mulai secepatnya bisa? Iya.. aku siap kok.”(87/PK)

Konteks tuturan :

Tuturan di atas adalah tuturan yang diucapkan oleh Kugy. Kugy memberitahukan

kepada temannya yang bekerja sebagai pengajar sukarelawan di sekolah dasar darurat atau

lebih dikenal dengan Sakola Alit untuk bergabung bersama sebagai pengajar sukarelawan di

sekolah tersebut. percakapan yang mereka lakukan adalah percakapan lisan melalui telepon.

Tindak tutur yang diucapkan oleh Kugy merupakan tindak tutur aseritf berkategori

memberitahukan atau melaporkan. Kugy sebagai penutur memberitahukan kepada mitra

reaksi tuturnya, yakni Ami yang mengatakan aku sudah memutuskan..aku mau jadi

(35)

sebagai mitra reaksi tuturnya bermaksud agar Ami mengetahui bahwa Kugy akan menjadi

pengajar sukarelawan di Sakola Alit.

6. Bentuk tuturan :

“Aku mau bicara soal Keenan. waktu liburan semesternya nanti, dia kepingin sekali pergi ke

tempatmu di Ubud..”

“Keenan sudah lama bilang. Sejak dia masih di Amsterdam, dia juga pernah meneleponku

soal itu”, potong Wayan (51/PK)

Konteks tuturan :

Percakapan yang terjadi di atas ialah percakapan yang dituturkan oleh Mama atau

Lena dan Pak Wayan. Mereka melakukan komunikasi secara lisan melalui telepon, Lena

mengabarkan kepada Wayan bahwa Keenan, anaknya akan pergi berlibur ke Ubud, rumah

Wayan. Wayan telah mengetahui sebelumnya ketika keluarga Keenan masih bertempat

tinggal di Amsterdam.

Tindak tutur asertif yang berkategori memberitahukan atau melaporkan terjadi antara

percakapan Lena ,mama Keenan sebagai penutur dan Wayan sebagai mitra reaksi tuturnya.

Mereka melakukan komunikasi secara lisan melalui telepon. Lena menuturkan waktu

liburan semesternya nanti dia kepingin sekali pergi ke tempatmu di Ubud merupakan

sebuah penanda lingual tindak tutur asertif yang berkategori memberitahukan atau

melaporkan.

4.1.2 Berkategori Menyatakan

7. Bentuk tuturan :

“Teman-teman, sudah saatnya kalian tahu bahwa gua ini sebetulnya..,”(Kugy menahan napas,

(36)

buah Neptunus yang dikirim ke Bumi untuk jadi mata-mata,”papar Kugy lagi,”dan, SECARA

KEBETULAN SEKALI, zodiak gua Aquarius. Ajaib, kan?”tambahnya dengan mata

berbinar-binar. (33/PK)

Konteks tuturan :

Tuturan di atas terjadi antara Kugy, Keenan, Noni, dan Eko. Kugy menyatakan

kepada teman-temannya bahwa dia adalah alien. Tuturan tersebut membuta Eko dan Noni

tidak tahan untuk menahan semburan tawa. Dia juga menyatakan bahwa dia adalah anaka

buah Neptunus yang dikirim ke Bumi untuk menjadi mata-mata. Pernyataan itu menurut Eko

dan Noni adalah sebuah pernyataan yang sangat konyol dan jarang orang akan meyakini

pernyataan Kugy.

Tindak tutur asertif yang berkategori menyatakan terdapat dalam tuturan Kugy,

Keenan, Eko, dan Noni. Kugy menyatakan pendapatnya ,yakni bahwa dia adalah alien dan

juga sebagai anak buah Neptunus. Pernyataan itu dilontarkan kepada mitra reaksi tuturnya

yaitu Eko, Keenan, dan Noni. Pernyataan tersebut membuat reaksi Noni dan Eko ingin

menyemburkan tawa yang ditahan begitu lama sebab pernyataan itu adalah sebuah

pernyataan yang konyol dan tidak masuk akal. Tuturan yang mengatakan teman-teman,

sudah saatnya kalian tahu bahwa gua ini sebetulnya.. merupakan penanda lingual yang

dapat dikategorikan sebagai tindak tutur asertif yang berkategori menyatakan.

8. Bentuk tuturan:

“Tumben aku ketemu kamu di kampus. Kalau bukan kita berempat punya ritual nonton

midnight setiap Sabtu, kayaknya aku nggak akan ketemu kamu di mana-mana lagi. Sibuk,

ya?”

(37)

Percakapan di atas terjadi antara Kugy dan Keenan. Kugy menanyakan kepada lawan

tuturnya ,yakni Keenan bahwa dia jarang datang ke kampus. Dan Keenan menyatakan bahwa

dia jarang datang ke kampus karena dia datang hanya seperlunya saja.

Tindak tutur asertif berkategori menyatakan yang terdapat pada data dituturkan oleh

Keenan. Sebelum Keenan menyatakan kalimat yang terdapat pada tuturan tersebut, Kugy

menanyakan sesuatu dalam bentuk tuturan kepada Keenan. Keenan menyatakan tuturan saya

di kampus hanya seperlunya aja nggak terlalu suka ngomong-ngomong merupakan

sebuah penanda lingual tindak tutur asertif yang berkategori menyatakan.

9. Bentuk tuturan :

“Tapi aku tidak enak kalau tidak langsung minta izin sama kamu.”

“Keenan sudah kuanggap seperti anakku sendiri. ini rumahnya juga. Kapan pun dia ingin

kemari, sudah pasti kuterima.”Nada itu berubah tegas. (51/PK)

Konteks tuturan :

Percakapan di atas terjadi antara Lena dan Wayan. Lena merasa sungkan jika tidak

langsung mengatakan secara langsung kepada Wayan kalau anaknya, Keenan, akan berlibur

ke rumahnya yang berada di Ubud. Percakapan itu terjadi secara lisan melalui komunikasi

telepon.

Tindak tutur asertif yang berkategori menyatakan terjadi dalam percakapan antara

Lena dan Wayan. Lena merasa sungkan jika dia tidak secara langsung mengatakan kepada

Wayan bahwa anaknya, Keenan akan berlibur ke rumahnya di Ubud. Tutran yang terjadi

pada data di atas merupakan tuturan yang menyatakan. Dapat dilihat dari tuturan yang

diucapkan oleh Wayan, yakni Keenan sudah kuanggap seperti anakku sendiri. ini

rumahnya juga. Kapan pun dia ingin kemari, sudah pasti kuterima yang merupakan

(38)

“Buat orang yang nggak tahu kamu, cerpen itu mungkin bagus. Tapi saya merasa

dongeng-dongeng kamu jauh lebih otentik, lebih orisinil, dan lebih mencerminkan kamu yang

sebenarnya. Dalam cerpen itu, saya tidak menemukan diri kamu. Yang saya temukan adalah

penulis yang pintar merangkai kata-kata, tapi nggak ada nyawa,”sambung Keenan lagi.

(54/PK)

Konteks tuturan:

Tuturan yang terdapat pada data di atas adalah tuturan yang diucapkan oleh Kugy dan

Keenan. Kugy meminta Keenan untuk mengomentari cerpen yang terdapat pada sebuah

majalah. Keenan langsung menyatakan komentarnya secara lantang. Komentar yang

dituturkan oleh Keenan tersebut dia katakan kepada Kugy. Bentuk tuturan yang diucapkan

adalah menggunakan bentuk tuturan dengan dialek tidak resmi.

Tindak tutur yang terdapat pada tuturan di atas ialah menggunakan tindak tutur aserti

berkategori menyatakan. Keenan menyatakan tuturan berupa untuk orang-orang yang

nggak tahu kamu, cerpen itu mungkin bagus. Tapi saya merasa dongeng-dongeng

kamu jauh lebih otentik, lebih rasional.... merupakan penanda lingual yang menyatakan

bahwa tuturan tersebut termasuk tuturan asertif menyatakan.

11. Bentuk tuturan :

“Saya sebetulnya pingin cerita banyak. Tapi begitu nelepon, malah bingung.

Mungkin nanti aja kalau kita ketemu di Bandung lagi, ya.” (75/PK)

Konteks tuturan :

Tuturan yang terdapat pada data di atas adalah tuturan yang diucapkan oleh Keenan

kepada Kugy. Keenan berkomunikasi dengan Kugy melalui komunikasi lisan yang

(39)

Tindak tutur asertif yang berkategori menyatakan terjadi pada tuturan yang diucapkan

oleh Keenan sebagai penutur kepada Kugy sebagai mitra reaksi tuturnya. Keenan

menyatakan bahwa ia ingin menceritakan banyak hal yang dia alami selama berada

diUbud,Bali. Keenan sudah tidak begitu sabar untuk bisa menemui Kugy dan langsung

menceritakan segalanya kepada Kugy sehingga dia mengambil kesimpulan untuk menelepon

dan menyatakannya. Tuturan Keenan yang mengatakan saya sebetulnya pingin cerita

banyak. Tapi begitu nelepon, malah bingung. Mungkin nanti saja kalau kita ketemu di

Bandung lagi, ya merupakan tuturan yang berfungsi sebagai penanda lingual tindak tutur

asertif berkategori menyatakan.

Tuturan yang diucapkan oleh Keenan membuat Kugy sebagai mitra reaksi tuturnya

menjadi merespon tentang apa yang dikatakannya sehingga Kugy pun merasakan bahwa dia

juga tidak sabar untuk bisa bertemu langsung dengan Keenan. Oleh karena itu, tuturan

tersebut digolongkan tuturan asertif berkategori menyatakan.

4.1.3 Berkategori Menyimpulkan

12. Bentuk tuturan :

“ Untung kamu tidak di sini, Nan. Mama sudah kayak resepsionis pribadi ngangkatin telepon

buat dia,” celetuk ibunya lagi. (15/PK)

Konteks tuturan :

Percakapan terjadi antara Keenan dan ibunya yang sedang menceletuk Jeroen, sang

adik dengan mengatakan bahwa Jeroen memiliki banyak penggemar di sekolahnya. Ibunya

membandingkan kedua anakanya yang memiliki sifat berbeda, Keenan dan Jeroen memiliki

jarak usia terpaut enam tahun, Jeroen memiliki karakter ekstrover, atletis, diplomatis, senang

bergaul dan berorganisasi adalah cetak darah biru ayahnya sementara Keenan yang introver,

(40)

Tindak tutur asertif berkategori menyimpulkan dalam data di atas dituturkan oleh ibu

Keenan. Ibu Keenan menyimpulkan bahwa dia sudah seperti resepsionis , yakni selalu

mengangkat telepon yang masuk untuk menanyakan Jeroen.

13. Bentuk tuturan :

“Saya nggak ingat mukanya, dia juga pasti sama. Kami terakhir ketemu kan waktu SD!”

Jeroen langsung menyambar senang, “Nah! Itu dia, Ma! Kalau aku ikut, aku nanti bisa kasih

tahu Mas Eko yang mana.”

“Alasan kamu memang masuk akal, Nan. Tapi Eko sudah mama pesankan untuk bawa

tulisan nama kamu. Jadi, biarpun kalian tidak hafal muka, kalian pasti akan bertemu,” jawab

ibunya sambil mengerling ke arah Jeroen. (16/PK)

Konteks tuturan :

Percakapan terjadi antara Jeroen, Keenan, dan Mama. Mereka sedang menyimpulkan

bagaimana caranya dapat bertemu dengan sahabat karib Keenan, yakni Eko. Jeroen

menyimpulkan bahwa lebih baik dia ikut bersama dengan Keenan sebab Jeroen lebih

mengenal wajah Eko sekarang dibanding dengan Keenan. Keenan dan Eko berteman sejak

SD sebelum mereka pindah ke Amsterdam. Sejak SD sampai sekarang mereka belum pernah

bertemu sehingga mereka tidak mengenal satu sama lain secara fisik. Mama menyimpulkan

bahwa Eko sudah membawa tulisan nama Keenan sehingga tidak akan susah untuk mereka

bisa bertemu.

Tindak tutur asertif menyimpulkan terjadi antara percakapan Keenan, Mama, dan

Jeroen yang terdapat dalam data. Mama menyimpulkan dengan tegas bagaimana Keenan

akan bertemu dengan Eko ketika tiba di stasiun sehingga tidak merepotkan Jeroen untuk ikut

(41)

14. Bentuk tuturan :

“Waktu aku kecil, punya cita-cita ingin jadi penulis dongeng masih terdengar lucu. Begitu

sudah besar begini, penulis dongeng terdengar konyol dan nggak realistis. Setidaknya, aku

harus jadi penulis serius dulu. Baru nanti setelah mapan, lalu orang-orang mulai percaya, aku

bisa nulis dongeng sesuka-sukaku.”

“Jadi kamu ingin menjadi sesuatu yang bukan diri kamu dulu, untuk akhirnya menjadi diri

kamu yang asli, begitu ?” (37/PK)

Konteks tuturan :

Percakapan di atas terjadi antara Kugy dan Keenan. Kugy menyatakan bahwa dia

ingin bercita-cita menjadi penulis dongeng dari kecil. Ketika Kugy sudah beranjak remaja

banyak penulis dongeng dianggap sebagai suatu pekerjaan yang konyol dan tidak realistis.

Dari pernyataan yang dikatakan oleh Kugy tersebut maka Keenan menyimpulkan apa yang

dikatakan oleh Kugy.

Tindak tutur asertif yang berkategori menyimpulkan terjadi antara percakapan

Keenan dan Kugy. Kugy sebagai penutur menimbulkan sebuah pernyataan yang membuat

Keenan sebagai mitra tuturnya langsung mengambil kesimpulan. Kesimpulannya terletak

pada tuturan Keenan mengatakan jadi kamu ingin menjadi sesuatu yang bukan diri

kamu dulu, untuk akhirnya menjadi diri kamu yang asli, begitu ? Kalimat tersebut

(42)

15. Bentuk tuturan :

“Saya dan Kugy pulang naik angkot, Mi. Kalian duluan aja pakai mobil Bimo. Jadi ngga

perlu kayak pindang. Oke?” (123/PK)

Konteks tuturan :

Tuturan di pada data di atas merupakan tuturan yang diucapkan oleh Keenan kepada

Ami yang mengajak mereka untuk pulang. Bentuk tuturan yang terdapat pada data di atas

merupakan bentuk tuturan yang diucapkan dengan menggunakan ragam lisan yang tak resmi.

Keenan menyimpulkan bahwa mereka tidak ikut dengan rombongan mobil Bimo. Mereka

akan pulang dengan menggunakan angkutan umum.

Tindak tutur asertif yang berkategori menyimpulkan terdapat dalam tuturan yang

diucapkan oleh Keenan kepada Ami. Ami mengaja Keenan dan Kugy untuk pulang bersama

dari Sakola Alit dengan menggunakan mobil Bimo. Mobil Bimo memiliki kapasitas

penumpang hanya sedikit saja sehingga apabila Keenan dan Kugy ikut dalam rombongan

tersebut maka mereka akan tersusun seperti ikan pindang. Keenan mengatakan bahwa kalian

deluan aja pakai mobil Bimo. Jadi nggak perlu kayak pindang merupakan penanda

lingual yang dapat dikategorikan sebagai tuturan yang berbentuk asertif menyimpulkan.

16. Bentuk tuturan :

“Saya cukup tahu bahwa hidup yang sekarang ini saya jalankan adalah hidup yang

Papa mau, bukan yang saya mau,”kata Keenan getir.”Saya ingin berhenti kuliah mulai dari

semester depan. Dan saya tidak akan membebani Papa lagi. Saya akan cari uang dan

membiayai hidup saya sendiri.” (157/PK)

Konteks tuturan :

(43)

suara pertengkaran yang terjadi di dalam keluarganya. Keenan menyatakan keinginannya

untuk berhenti kuliah. Tindak tutur yang berkategori menyatakan terdapat pada tuturan yang

disampaikan oleh Keenan sebagai penutur kepada kedua orang tuanya sebagai mitra reaksi

tuturnya. Keenan menyatakan keinginnanya untuk berhenti kuliah dan hidup mandiri dengan

kemampuan sendiri dalam menghidupi kehidupannya tanpa bantuan orang tuanya lagi.

Keenan merasa sanggup hidup sendiri tanpa bantuan kedua orangtuanya dengan

mengandalkan lukisan-lukisan yang dibuatnya dengan harapan terlaku dijual semua.

Tuturan yang diucapkan oleh Keenan kepada kedua orang tuanyayang menyatakan

sesuatu hal yang sebelumnya orang tua atau sebagai mitra reaksi tuturnya tidak

mengetahuinya menjadi mengetahuinya secara jelas. Tuturan Keenan yang mengatakan saya

cukup tahu bahwa hidup yang sekarang ini saya jalankan adalah hidup yang papa

mau, bukan yang saya mau merupakan penanda lingual yang digunakan sebagai penanda

tindak tutur asertif berkategori menyatakan.

4.1.4 Berkategori Menunjukan

17. Bentuk tuturan :

“Yang ini yang paling aneh,” potong Kugy, menunjuk lukisan yang hanya seperti gradasi

warna dan garis-garis halus seperti larik-larik kapas.”Yang lain ada gambar orangnya semua.

Cuma ini yang nggak ada.” (45/PK)

Konteks tuturan :

Percakapan terjadi antara Kugy dan Keenan. Kugy menunjuk salah satu lukisan yang

tertera di beberapa lukisan lainnya. Lukisan tersebut tidak memiliki nama apabila kita

melihat dan bisa merasakan sesuatu yang terdapat pada lukisan itu maka, lukisan tersebut

(44)

Tindak tutur asertif yang berkategori menunjuk pada percakapan antara Kugy sebagai

penutur dan mitra reaksi tuturnya ialah Keenan. Kugy bertanya kepada Keenan tentang

sebuah lukisan yang tidak memiliki nama. Kugy merasa aneh sebab hanya lukisan itu saja

yang tidak memiliki nama. Ia menunjuk dengan mengatakan tuturan yang ini, yang paling

aneh . Tuturan tersebutlah sebagai penanda lingual tindak tutur asertif berkategori menunjuk.

4.1.5 Berkategori Berspekulasi

18. Bentuk tuturan :

“Sejak tahu lukisan saya laku, prespektif saya benar-benar berubah. Saya merasa makin yakin untuk mengambil jalan ini.”

“Saya cuma mau melukis. Mungkin sudah saatnya saya mempertimbangkan untuk benar-benar mandiri. Selesai semester ini saya akan coba bicara sama Papa untuk nggak usah meneruskan kuliah.’’

“Kamu tahu apa artinya itu, kan, Nan?”ujar Wanda dengan penekanan,”Kamu akan menguntungkan diri sepenuhnya ke penjualan lukisan kamu. Kamu nggak bisa main-main.” (140/PK)

Konteks tuturan :

Tuturan yang terdapat pada data di atas merupakan tuturan yang diucapkan oleh Keenan. Keenan sebagai penutur berspekulasi bahwa dia dapat mandiri dengan mengandalkan hasil lukisannya. Dia mengatakan spekulasinya itu kepada Wanda dalam bentuk lisan yang menggunakan ragam dialek tak resmi.

(45)

untungan. Karena lukisan yang dibuat oleh Keenan telah terjual sebanyak empat lukisan maka, Keenan beranggapan bahwa dia kelak akan dapat hidup mandiri dengan sesuka hatinya selama dia masih bisa berkarya melalui hasil lukisannya yang dapat mendatangkan uang. Tetapi, spekulasi yang diucapkan oleh Keenan seakan bertolak belakang dengan Wanda, Wanda meyakini akankah dia dapat berdiri sendiri dengan mengandalkan lukisan. Tuturan yang dituturkan oleh Keenan yang mengatakan sejak tahu lukisan saya laku, perspektif saya benar-benar berubah. Saya merasa makin

yakin untuk mengambil jalan ini menandakan bahwa tuturan ini merupakan tuturan

asertif yang berspekulasi.

19. Bentuk tuturan :

“Kamu – kamu belum tahu seujung kuku pun tentang hidup! Jangan pikir saya terkesan dengan usaha kamu yang sok kepingin mandiri itu. Kamu ngga tahu apa yang kamu hadapi di luar sana – “(157/PK)

Konteks tuturan :

Tuturan yang terdapat pada data di atas adalah tuturan yang diucapkan oleh ayah Keenan kepada Keenan. Ayah Keenan mengungkapkan spekulasi tentang kehidupan mandiri tanpa adanya bantuan dan perhatian dari orang terdekat khususnya orang tuanya.

(46)

dikategorikan sebagai penanda tindak tutur asertif yang berkategori berspekulasi pada data tersebut.

Tuturan yang mengungkapkan spekulasi pada data di atas diungkapkan kepada mitra reaksi tuturnya ,yakni Keenan agar mengetahui bagaimana jika dia tidak berada bersama dengan kedua orang tuanya dengan hidup yang mandiri yang akan dia jalankan berikutnya. Itulah sebabnya tuturan tersebut digolongkan sebagai tindak tutur asertif berkategori berspekulasi.

4.2 Bentuk Tindak Tutur Direktif dalam Novel Perahu Kertas

Tindak tutur direktif merupakan usaha antara si penutur dengan si pendengar dalam hal melakukan sebuah tindakan yang sesuai dengan tuturannya. Usaha yang dimaksud dapat berupa ajakan ataupun saran untuk melakukan suatu hal. Pada penelitian tindak tutur direktif dalam percakapan yang terdapat pada novel Perahu Kertas ditemukan enam kategori tindak tutur direktif , yaitu mengajak, menasihati, menyarankan, melarang,memohon, dan memerintahkan. 4.2.1 Berkategori Mengajak

20. Bentuk tuturan:

“Mau pakai baju yang mana?” seru Noni. “Yang ini!”sahut Kuggy. “Yah, jangan gitu-gitu amat, dong, Gy. Lu ngambek ya?”balas Noni. “Oh, nggak. Gua Cuma berdandan sesuai kasta gua aja. Kuli dorong mobil. Ayo, cabut!”sahut Kuggy seraya menyambar jaket jins di gantungan. (18/PK)

Konteks tuturan :

(47)

merasa jika dia lebih senang memakai baju apa adanya, yakni celana batik yang mengusut dan sudah kusam serta kaus yang kebesaran yang bertuliskan “Lake Toba” yang sudah tipis dan lentur seperti kain lap dapur. Langsung Kuggy memakai baju pilihannya dan mengajak Noni pergi.

Tindak tutur pada percakapan antara Kuggy dan Noni ialah memakai tindak tutur direktif berkategori mengajak. Setelah Kuggy memakai baju yang dipilih olehnya dia langsung mengajak Noni untuk pergi meninggalkan tempat itu dan langsung menuju stasiun untuk menjemput sepupu Eko, yakni Keenan. Penanda lingual yang dapat dikatakan sebagai tindak tutur direktif mengajak ialah ayo .

21. Bentuk tuturan:

“Nanti malam gua sama Eko janjian mau ke tempat kosnya. Mau ikut, nggak?” (81/PK)

Konteks tuturan :

Tuturan di atas diucapkan oleh Noni sahabat Kugy. Percakapan antara Noni dan Kugy terjadi di kamar kos Kugy. Sebelum mengajak Kugy untuk datang ke kos Keenan, Noni menceritakan bahwa ternyata Keenan datang mengunnjungi Kugy, tetapi Kugy tidak ada di kosnya sehingga ketika diajak Noni untuk datang ke kosnya Keenan, Kugy sangat gembira.

(48)

dan Eko akan ke kosnya, mau ikut gak ? menandakan bahwa tuturan tersebut adalah

sebagai penanda lingual yang dapat dikategorikan sebagai tindak tutur direktif mengajak. Tuturan yang diucapkan oleh Noni diucapkan dengan maksud Kugy sebagai mitra reaksi tuturnya memberi respon atau balasan. Oleh karena itu, tuturan yang diucapkan oleh Noni dikategorikan sebagai tindak tutur direktif mengajak.

22. Bentuk tuturan :

“Gy! Bangun! Pergi, yuk!” Kuggy menyahut dengan gumaman tak jelas. “Nggak usah berlagak, deh. Ayo bangun.” Seru Noni (17/PK)

Konteks tuturan :

Percakapan tersebut terjadi antara Kuggy dan Noni. Noni mengajak Kuggy agar bangun dan mau mengikuti ajakannya. Bentuk tuturan yang terdapat pada tuturn di atas menggunakan tuturan biasa dengan dialek tidak resmi.

Tindak tutur direktif yang berkategori mengajak yang terdapat pada tuturan di atas ialah dilakukan oleh Noni sebagai penutur dan Kuggy sebagai mitra reaksi tutrnya. Penanda lingual yang terdapat dalam percakapan tersebut ialah yuk dan ayo sebagai penanda tindak tutur direktif.

23. Bentuk tuturan :

“Kalau begitu, habis makan siang, kita ke tempat saya, yuk. Saya mau kasih lihat lukisan-lukisan saya.” seru Keenan. Kugy langsung mengangguk. Ada senyuman spontan yang tak bisa ia tahan. Mendadak ia mensyukuri celetukan asalnya tadi. (44/PK)

Konteks tuturan :

(49)

malu dengan pertanda sebuah senyuman spontan yang tak bisa ia tahan. Mendadak Kugy ingin langsung cepat-cepat menuntaskan makan siangnya bersama Keenan.

Tindak tutur asertif berkategori mengajak dalam data () di atas dituturkan oleh Keenan sebagai penutur dan mitra reaksi tuturnya adalah Kugy. Keenan mengajak Kugy untuk memperlihatkan beberapa lukisan karyanya dengan menuturkan kalau gitu, habis makan siang, kita ke tempat saya , yuk. Tuturan tersebut sebagai penanda lingual

tindak tutur asertif yang berkategori mengajak.

24. Bentuk tuturan :

“Hai, hai. Gimana malam Minggu kemarin? Seru ya, filmnya? Noni sampai kemimpi-mimpi gitu. Sori ya, aku nggak gabung. Udah makan malam belum? Pemadam Kelaparan yuk..”dengan semangat tinggi Kugy menyerocos. “Saya masih kenyang, dan harus cepat pulang. Banyak tugas. Nggak pa-pa, ya?” Keenan menimpali ringkas. (54/PK)

Konteks tuturan:

Percakapan terjadi antara Kugy dan Keenan. Kugy mengajak Keenan makan siang di tempat biasa mereka makan bersama, yakni Pemadam Kelaparan yang berada di sekitar kampus mereka. Keenan sebagai mitra reaksi tuturnya menuturkan bahwa dia harus cepat pulang karena banyak tugas yang harus dia kerjakan.

(50)

dengan adanya penanda lingual pada tuturan yang diucapkan Kugy, yakni Pemadam Kelaparan yuk.

25. Bentuk tuturan:

“Malam minggu ini kita mau nonton midnight kayak biasa. Ikut, yuk. Kamu selalu ditanyain sama Mas Itok, tuh.” (95/PK).

Konteks tuturan :

Tuturan yang terdapat pada data di atas merupakan tuturan yang diucapkan oleh Keenan. Keenan mengucapkannya kepada Kugy dengan maksud mengajaknya untuk nonton bersama. Kugy dan Keenan melakukan suatu komunikasi tepatnya berada di kampus.

Tindak tutur direktif yang berkategori mengajak terdapat pada tuturan yang diucapkan oleh Keenan kepada Kugy. Keenan mengajak Kugy untuk nonton bersama. Tuturan Keenan yang mengatakan malam minggu ini kita mau nonton midnight kayak biasa. Ikut yuk merupakan penanda lingual yang dapat dikategorikan sebagai

penanda tindak tutur direktif yang berkategori mengajak. Tuturan yang dicapkan oleh Keenan dilontarkan kepada Kugy dengan maksud Kugy menerima tawaran ajakan tersebut. Oleh karena itu, tuturan tersebut dikategorikan sebagai tuturan asertif berkategori mengajak.

4.2.2 Berkategori Menyarankan

26. Bentuk tuturan:

(51)

Konteks tuturan :

Percakapan di atas terjadi antara Keenan dan Oma. Oma menyarankan agar Keenan membawa buku yang berisikan soal-soal latihan UMPTN. Bentuk tuturan yang terdapat pada tuturan tersebut ialah tuturan biasa dengan dialek tidak resmi.

Tindak tutur direktif yang berkategori menyarankan di atas terjadi anatara Oma sebagai penutur dan Keenan sebagai mitra reaksi tuturnya. Oma mengatakan berupa tuturan mungkin ini saja yang sebaiknya kamu bawa, vent ialah sebagai penanda lingual tindak tutur direktif berkategori menyarankan. Saran itu diajukan kepada Keenan agar Keenan membawa buku yang berisi soal-soal UMPTN yang akan di bawa ke Indonesia sebelum meninggalkan Amsterdam.

27. Bentuk tuturan :

“Kita bangunkan saja dia,”ujarnya tidak sabar. “Ah, nggak usah. Biar dia tidur sepuas-puasnya. Kasihan Keenan, dari kemarin begadang terus,”istrinya menyerangnya dengan senyum mengembang, “toh hari ini dia sudah membuat kita semua lega.” (12/PK)

Konteks tuturan :

(52)

Ayahnya menyarankan agar membangunkan Keenan dan memberitahukan sebuah hal yang sangat ditunggu-tunggu. Padahal Keenan sudah mengetahuinya sejak awal bahwa dia memang pasti akan lulus.

Tindak tutur direktif berkategori menyarankan pada bentuk tuturan di atas terjadi pada percakapan mama dan papa keenan. konteks tuturan yang terjadi saat itu ialah ayah menyarankan agar membangunkan Keenan dan memberitahukan sebuah pengumuman yang selama ini dinanti-nanti oleh keluarganya, yakni Keenan diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung. Tuturan tersebut ditandai pada tuturan Keenan ,yakni kita bangunkan saja yang menandakan bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif yang berkategori menyarankan.

28. Bentuk tuturan :

“Dicoba saja, Nan. Siapa tahu cocok...,”(Banyu ikut menimpali). “Sudah, tunggu apa lagi? Mumpung bapaknya si Banyu juga lagi di sini, jadi kamu bisa tanya-tanya. Karya mereka ini bahkan disegani di desa Mas,”Pak Wayan ikut memanas-manasi. (70/PK) Konteks tuturan :

Percakapan tejadi antara Banyu, Keenan, dan Pak Wayan. Mereka menyarankan Keenan untuk langsung memulai berkarya untuk membuat sebuah hasil pahatan. Banyu dan Ayahnya terkenal sangat ahli dalam pahat-memahat sebuah patung. Keenan tertarik dengan apa yang dilakukan oleh Banyu dan Pak Wayan. Dia langsung ingin mencoba sekali untuk memahat.

(53)

menyarankan agar Keenan langsung mencoba memahat. Banyu dan ayahnya sudah terkenal sebagai orang yang ahli dalam kerajinan memahat ditambah lagi oleh Pak Wayan yang menjadikan kegiatan memahat sebagai hobi kedua setelah melukis. Keenan sebagai mitra reaksi tutur atas tuturan yang diucapkan oleh Banyu dan Pak Wayan akhirnya langsung melakukan kegiatan memahat.

Tuturan Banyu yang mengatakan coba saja Nan. Siapa tahu cocok merupakan penanda lingual yang kuat untuk dikategorikan sebagai tindak tutur direktif yang berkategori menyarankan. Karena tuturan yang dikatakan oleh Banyu adalah sebuah tuturan yang tidak harus dilakukan oleh mitra reaksi tutur , yakni Keenan. Oleh karena itu, tuturan tersebut dikategorikan sebagai tindak tutur direktif menyarankan bukan menyuruh.

29. Bentuk tuturan:

“Kamu pikirkan dulu aja, Gy. Kita berkomitmen mengajar mereka empat hari seminggu. Jadi lumayan menyita waktu.”(salah seorang menyarankan kepada Kugy. (81/PK).

Konteks tuturan :

Tuturan di atas diucapkan oleh salah satu teman Kugy yang berada pada Klub Kakak Asuh. Klub ini adalah salah satu perkumpulan mahasiswa yang menjadi pengajar sukarela di sebuah sekolah dasar darurat. Kugy ingin bergabung di klub tersebut. Maka, salah satu temannya itu menyarankan kepada Kugy untuk berpikir dulu sebelum bergabung di klub tersbut.

(54)

berkeinginan untuk bergabung ke klub tersebut sebagai pengajar sukarelawan. Namun, salah satu temannya yang sudah menjadi pengajar di situ menyarankan kepada Kugy untuk berpikir lagi sebelum menjadi pengajar sukarelawan di Klub Kakak Asuh. Tuturan temannya yang mengatakan kamu pikirkan dulu aja, Gy merupakan penanda lingual yang dapat dikategorikan sebagai tindak tutur direktif berkategori menyarankan.

30. Bentuk tuturan :

“Kamu ke kamar aja deluan. Saya tunggu di sini. Bentar lagi taksi saya juga datang.”kata Keenan.

Wanda menggeleng. “Aku mendingan kedinginan di sini, daripada kehilangan momen sama kamu,”ujarnya pelan. (134/PK)

Konteks tuturan :

Tuturan yang terdapat pada percakapan di atas terjadi antara Keenan dan Wanda. Keenan menyarankan kepada Wanda agar dia pergi ke kamar. Konteks tuturan terjadi di parkir hotel di daerah Ciumbuleuit tempat Wanda menginap. Keenan menemaninya berjalan hingga ke lobi. Keenan hendak menuju kembali ke kosnya malam itu.

(55)

Tuturan yang diucapkan Keenan yang mengatakan kamu ke kamar aja deluan merupakan penanda lingual yang dapat dikategorikan sebagai penanda tindak tutur direktif yang berkategori menyarankan. Tuturan Keenan yang menyarankan Wanda untuk masuk ke dalam kamar merupakan sebuah tuturan yang dapat diterima dengan melaksanakan tuturan tersebut atau tidak melaksanankannya. Oleh karena itu, tuturan yang terdapat pada data di atas dikategorikan sebagai tindak tutur direktif menyarankan.

31. Bentuk tuturan :

“Di jalan saya nggak bisa tidur, Pak. Saya belum tidur dari kemarin. Tapi rasanya masih oke,kok,”sahut Keenan. “Wah! Kamu harus cepat istirahat kalau gitu,”sambar Ibu Ayu,”Tidur saja. Nanti malam baru dibangunkan untuk makan sama-sama, ya?”

“Boleh bu. Terima kasih banyak,”Keenan menjawab dengan anggukan semangat. (200/PK)

Konteks tuturan :

Tuturan yang terdapat pada data di atas terjadi antara Keenan, Ibu Ayu. Keenan mengucapkan kepada Pak Wayan, teman bicaranya terlebih dahulu bahwa dia pada saat perjalanan tidak pernah tidur. Oleh karena itu, Ibu Ayu sebagai adik ipar Pak Wayan menayarankan kepada Keenan agar istirahat terlebih dahulu. Bentuk tuturan tersebt menggunakan tuturan biasa yang tidak resmi.

(56)

cepat istirahat kalau begitu merupakan penanda lingual yang dapat dikategorikan

sebagai tuturan direktif menyarankan. 4.2.3 Berkategori Memohon

32. Bentuk tuturan :

“Ma, aku bolos sehari, deh. Aku juga mau ke Bandung. Ketemu Mas Eko,” rengek Jeroen.

“Nggak bisa Roen, kamu harus sekolah,” sahut Mama (16/PK) Konteks tuturan :

Percakapan terjadi antara Jeroen dan Mama. Jeroen memohon kepada Mamanya agar diperbolehkan ikut dengan sang kakak ke Bandung namun tetap saja Roen tidak diizinkan oleh Mama setelah juga tidak diizinkan oleh Papanya. Bentuk percakan yang terdapat pada data di atas merupakan bentuk percakapan biasa secara tak resmi.

Tindak tutur direktif berkategori memohon yang terdapat dalam percakapan di atas terjadi antara Jeroen sebagai penutur dan Mama sebagai mitra reaksi tuturnya. Jeroen memohon agar Mama memperbolehkannya untuk ikut ke Bandung bersama dengan kakaknya. Tuturan Jeroen merupaka tuturan yang dikategorikan sebagai tindak tutur direktif memohon dengan penanda lingual berupa tuturan ma, aku bolos sehari, deh.

33. Bentuk tuturan :

“Gue nitip Kugy ya, Non. Kalau ada apa-apa, tolong kabarin gue.” (102/PK) Konteks tuturan :

(57)

khawatir dan agak memiliki sedikit rasa cemburu tentang kedekatan Kugy dan Keenan. Oleh karena itu Ojos menitipkan Kugy dengan sahabatnya itu. Bentuk tuturan yang diucapkan oleh Ojos kepada Noni menggunakan bentuk percakapan biasa yang menggunakan tuturan tak resmi.

Tindak tutur yang terjadi pada percakapan di atas adalah tindak tutur direktif yang berkategori meminta atau dengan kata lain memohon. Ojos sebagai penutur meminta agar menitipkan Kugy, kekasihnya kepada sahabtnya Noni. Ojos meminta untuk menitipkan Kugy kepada sahabtnya itu dengan maksud dia merasa khawatir. Rasa khawatir Ojos lebih dikenal dengan cemburu. Dia merasakan sebuah keganjalan saat bertemu dengan Kugy akhir-akhir ini. Tuturan Ojos yang mengatakan gue nitip Kugy ya, kalau ada apa-apa, tolong kabarin gue merupakan penanda lingual yang dapat dikategorikan sebagai

penanda lingual tindak tutur direktif yang berkategori meminta.

34. Bentuk tuturan :

“Saya ada atu permintaan lagi Ma...” “Apa itu?”

“Tolong jangan bilang siapa-siapa saya ada di Ubud. Bahkan Jeroen nggak perlu tahu. Cukup mama yang tahu.”(196/PK)

Konteks tuturan :

Referensi

Dokumen terkait

Secara perlokusi, efek dari tuturan tersebut, yaitu mitra tutur berdiri dari tempat duduknya yang mengartikan bahwa mitra tutur terkejut dengan tuturan yang diucapkan penutur

Variasi yang muncul pada tuturan direktif yang ditirkan oleh pria adalah sebagai berikut ; penutur pria ketika bertindak tutur direktif cenderung menggunakan fitur

Tindak tutur direktif sendiri merupakan tindak tutur yang dilakukan oleh penutur kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu atau tindakan yang mengandung makna

Merujuk contoh tuturan 28 berikut, bentuk dari tindak tutur direktif Penutur adalah ajakan Sedangkan maksud dari tindak kesantunan Penutur adalah meminta Mitra Tutur

Pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang berupa pernyataan sesuatu yang diucapkan oleh penutur kepada mitra

Ibrahim (1993:27) menyatakan dengan rinci bahwa tindak tutur direktif tidak hanya pengekspresian sikap penutur terhadap tindakan yang akan dilakukan oleh

Hasil penelitian tindak tutur direktif yang ditemukan dalam novel Ngulandara karya Margana Djajaatmadja yaitu tindak tutur memaksa, mengajak, meminta, menyuruh, mendesak,

Adanya partikel –lah pada tuturan tersebut menandakan tuturan tersebut adalah tuturan direktif memohon yaitu meminta dengan halus lawan tutur untuk melakukan apa yang dituturkan