• Tidak ada hasil yang ditemukan

11._NASKAH_PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "11._NASKAH_PUBLIKASI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN AMPAS TAHU DALAM P

PEMANFAATAN AMPAS TAHU DALAM PEMBUATAN

EMBUATAN

YOGHURT 

YOGHURT  DENGAN PENAMBAHAN GULA DAN

 DENGAN PENAMBAHAN GULA DAN

KAYU SECANG (

KAYU SECANG (Caesalpinia sappan

Caesalpinia sappan L)

 L)

NASKAH PUBLIKASI NASKAH PUBLIKASI

SKRIPSI SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh : Disusun oleh :

ESTIANA PUJI ASTUTI

ESTIANA PUJI ASTUTI

A 420 080 149

A 420 080 149

FAKULTAS KEGURUA

FAKULTAS KEGURUAN DAN

N DAN ILMU PENDIDIKAN

ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSIT

UNIVERSITAS M

AS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

(2)

PENGESAHAN

PEMANFAATAN AMPAS TAHU DALAM PEMBUATAN YOGHURT  DENGAN PENAMBAHAN GULA DAN

KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L)

Dipersiapkan dan Disusun oleh : ESTIANA PUJI ASTUTI

A 420 080 149

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal, 23 Juli 2012

Dan Telah Dinyatakan Memenuhi Syarat Susunan Dewan Penguji :

1. Dra. Hj. Aminah Asngad, M.Si ( )

2. Dra. Titik Suryani, M.Sc ( )

3. Dra. Hj. Suparti, M.Si ( )

Surakarta, 23 Juli 2012

Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dekan,

Drs. H. Sofyan Anif, M.Si NIK. 547

(3)

PEMANFAATAN AMPAS TAHU DALAM PEMBUATAN

YOGHURT  DENGAN PENAMBAHAN GULA DAN

KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L)

 Estiana Puji Astuti

Jurusan Pendidikan Biologi FKIP UMS  Dra. Hj. Aminah Asngad, M. Si Dosen Pendidikan Biologi FKIP UMS

 Dra. Titik Suryani, M.Sc

Dosen Pendidikan Biologi FKIP UMS

Abstrak :  Yoghurt merupakan salah satu makanan hasil fermentasi bakteri asam laktat (BAL) yang melalui tahap inkubasi selama 5 – 6 jam atau selama 24 jam tanpa oven. Bakteri asam laktat yang biasa digunakan dalam fermentasi yoghurt  adalah Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermobillus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan gula dan kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap uji organoleptik yoghurt dan kadar protein yoghurt . Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen, dengan jumlah 12 perlakuan kombinasi antara konsentrasi kayu secang 0 (kontrol),5,10, dan 10,05 % sedangkan konsentasi gula 10,15 dan 0,2 %. Hasil analisis uji organoleptik menunjukkan bahwa penambahan kayu secang 0,05 % dan gula 0,2 % dan penambahan kayu secang 0,1 % dan gula 0,2 % paling efektif terhadap hasil

 yoghurt. Hasil uji kadar protein tertinggi pada penambahan kayu secang 0,05 % dan gula 0,1 % kadar proteinnya sebesar 16,99 gram dan kadar protein terendah 3,91gram pada  penambahan kayu secang (Caesalpinia sappan L.) 10,05 % dan gula 0,1 %. Penambahan gula dan kayu secang (Caesalpinia sappan) tidak berpengaruh secara nyata terhadap uji organolptik yoghurt .

Kata kunci : Ampas tahu, Kayu secang, Kadar protein, BAL

PENDAHULUAN

Pemanfaatan limbah di era global isasi seperti sekarang ini kurang mend  apat perhatian yang khusus dari masya rakat dilingkungan sekitar. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memanfa atkan limbah dikarenakan kurangnya  pengetahuan masyarakat akan kandung

an dalam limbah. Kebanyakan masyar  akat hanya berfikir bahwa limbah hanya mendatangkan dampak negatif. Sebenarnya banyak limbah industri rumah tangga yang dapat dimanfaatka n salah satunya limbah ampas tahu.

(4)

Menurut direktorat gizi departem en kesehatan, ampas tahu adalah salah satu altenatif sumber serat yang merupakan hasil sampingan dalam  pembuatan tahu. Ampas tahu mengand  ung 84,1 % air, 5,0 % protein, 2,1 % lemak, 8,1 % karbohidrat dan 4,1 % serat pangan. Ampas tahu dapat diolah menjadi makanan, seperti oncom dan tempe gembus. Oncom ampas tahu mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi karena banyak mengandung  protein yang mudah dicerna tubuh

(Sudibyo, 2008).

Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan dari bubur kedelai yang diperas dan tidak berguna lagi dalam pembuatan tahu dan cukup  potensial dipakai sebagai bahan makanan karena ampas tahu masih mengandung gizi yang baik. Pengguna an ampas tahu masih sangat terbatas  bahkan sering sekali menjadi limbah yang tidak termanfaatkan sama sekali (Winarno, F.G.2003).

Menurut Obtra (2009) kayu secang (Caesalpinia sappan L) apabila direbus akan memberikan warna merah gading muda. Warna yang dihasilkan dari kayu secang ini juga dimanfaatkan oleh masyarakat karena

kayu secang (Caesalpinia sappan L) mempunyai berbagai macam khasiat antara lain sebagai pewarna pada  bahan anyaman, kue, minuman atau sebagai tinta dan yang pasti, tanaman obat ini sudah lama digunakan oleh  bangsa Indonesia sebagai obat alami yang berguna untuk menghentikan  perdarahan, antiseptik, pembersih

darah, pengelat dan penawar racun. Menurut Dewantoro (2004) kayu secang (Caesalpinia sappan L) memp unyai berbagai manfaat, kandungan zat  brazilin dari kayu secang (Caesalpinia  sappanL) mampu memberikan warna alami ketika diseduh. Selain itu kayu secang (Caesalpinia sappan L) juga mempunyai kandungan asam galat, resin, brasilein dan minyak atsiri.

Pembuatan  yoghurt  perlu ada inovasi, yaitu perlu adanya penambaha n zat warna. Adanya penambahan zat warna ini dimaksudkan agar tampilan dari yoghurt menarik. Penambahan zat warna yang digunakan tidak sembaran gan dimana zat warna yang digunakan didapat dari penambahan kayu secang (Caesalpinia sappan L)  yang telah diketahui dapat dijadikan pewarna alami.

(5)

Gula juga merupakan bagian terpenting dalam pembuatan  yoghurt , gula berperan dalam pemberi rasa,  pemberi stabilitas pada mikroorganism

e dan sebagai zat pengawet alami yang mampu mengawetkan yoghurt agar tidak cepat basi. Penambahan gula  juga harus dengan komposisi  yoghurt

yang dibuat.

Yoghurt  merupakan minuman ya ng terbuat dari susu, dalam proses pem  buatannya susu dipanaskan terlebih da

hulu agar tidak terkontaminasi oleh ba kteri lain, kemudian ditambahkan deng an starter bakteri Lactobacillus bulgari cus dan Streptococcus thermophillus. Setelah itu susu di inkubasikan selama 4 – 6 jam pada suhu 38 – 44 oC atau selama 12 jam pada suhu 32 oC. Pada masa inkubasi dihasilkan asam laktat yang membuat  yoghurt   berasa asam. Berdasarkan komposisinya yoghurt  da  pat dibedakan menjadi 3 macam dianta

ranya  yoghurt   berkadar lemak tinggi, sedang dan rendah. Yoghurt  berkadar lemak tinggi kandungan lemak lebih dari 3 %,  yoghurt   berkadar lemak sedang kandungan lemak 0,5 % dan  yoghurt  berkadar lemak rendah kandu

ngan lemak kurang dari 0,5% (Saputra, Irwan. 2005).

Berdasarkan diatas peneliti meng ambil inisiatif untuk membuat  yoghurt dengan menggunakan sari ampas tahu dengan penambahan kayu secang (Caesalpinia sappan L) dan gula karena dengan melihat kandungan  protein dan karbohidrat yang tinggi dari ampas tahu maupun kandungan dari kayu secang yang dapat menghasilkan warna alami, peneliti ingin mengetahui apakah dari kedua  bahan tersebut dapat dijadikan inovasi  bahan dalam pembuatan  yoghurt yang dapat diolah menjadi suatu produk yang mempunyai nilai jual tinggi atau tidak.

Fermentasi merupakan proses ada nyaperubahan karbohidrat menjadi alk  ohol. Zat – zat yang bekerja pada  proses fermentasi adalah enzim yang

dibuat oleh sel – sel bakteri. Makanan fermentasi adalah sesuatu produk yang dibuat dengan bantuan mikroorganism e (Effendi, Supli.2009).

Hasil penelitian Ningrum (2005) menunjukkan bahwa pemanfaatan ampas tahu yang difermentasikan sebagai pakan, menunjukkan adanya  pertambahan berat pada tubuh ikan yang diberi pakan ampas tahu hasil fermentasi selama satu minggu.

(6)

Hasil penelitian Lestari (2007)  bahwa pemanfaatan ampas tahu yang ditambahkan dalam pembuatan biskuit dapat menambah nilai gizi pada  biskuit, karena ampas tahu yang mempunyai sifat kimiawi yang didominasi oleh protein sehingga dapat diolah sebagai produk biskuit yang berfungsi sebagai sumber  protein. Adanya penambahan ampas tahu juga mempengaruhi naiknya kadar protein kasar pada biskuit walaupun hanya sedikit, kenaikan kadar protein kasar berkisar 8 – 11% dari kadar protein biskuit sebelumnya.

Hasil penelitian Mufrod (1997)  bahwa granul maupun tablet dengan  bahan penghancur ampas tahu dan amilum mempunyai sifat fisika granul dan tablet yang baik. Tablet dengan  bahan penghancur ampas tahu pada umumnya mempunyai disolusi efisiens i (DE60) yang lebih besar dibandingka n dengan amilum, baik sebagai fase ekstern maupun intern.

Hasil penelitian Rusmiati (2004)  bahwa struktur histologis organ hepar dan ren mencit ( Mus musculus L)  jantan setelah perlakuan dengan ekstra

k kayu secang (Caesalpinia sappan L) menandakan adanya perubahan dari

 perlakuan kontrol sudah merupakan  petunjukadanya gangguan  metabolisme dalam sel, tetapi gangguan ini tidak  begitu parah. Dari penelitian ditemuka

n bahwa meskipun individu sel hepato sit dan sel tubuli ada yang mengalami degenerasi, tetapi secara umum sel – sel tersebut boleh dikatakan baik, karena tidak ada kerusakan yang lebih  parah seperti pembentukkan vakuola,  penimbunan lemak dan nekrosis. Ini mungkin disebabkan waktu penelitian yang hanya 10 hari atau memang tidak  berefek.

Dengan dilatarbelakangi persoala n diatas maka peneliti akan melakukan  penelitian dengan judul “PEMANFAA TAN AMPAS TAHU DALAM PEMB UATAN YOGHURT  DENGAN PENA MBAHAN GULA DAN KAYU SEC ANG (Caesalpinia sappan L)”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan  penelitian yang dilakukan dengan metode eksperimen, dengan jumlah 12 perlakuan kombinasi antara konsentrasi kayu secang 0% (kontrol),0,05%, 0,1%, dan 0,15% sedangkan konsentasi gula 0,1%, 0,15% dan 0,2 %.Teknik pengumpulan data 1. Eksperimen, 2.Observasi, 3.Kepustaaa n, 4.Dokumentasi. Teknik Analisis

(7)

Data ntuk mengetahui hasil penelitian  pemanfaatan ampas tahu dalam  pembuatan  yoghurt   dengan  penambahan gula dan kayu secang (Caesalpinia sappan L) ini maka analisis yang digunakan adalah deskrip si kualitatif dan kuantitatif. Deskripsi kualitatif digunakan untuk menguji mutu organoleptik dari penambahan gula dan penambahan kayu secang (Caesalpinia sappan L) pada  yoghurt sedangkan uji kuantitatif digunakan untuk pengujian kadar protein pada  yoghurt .

Analisis pengujian sifat organoleptik  pada  yoghurt ampas tahu dengan menggunakan uji analisis deskriptif.

Setelah dilakukan uji normalitas pada  perlakuan menunjukkan nilai signifika

si lebih kecil dari 0,05 menandakan  bahwa data berdistriusi tidak normal. Kemudian dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui varian dan uji yang nantinya digunakan, dari hasil uji homogenitas didapat nilai signifikansi kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa dari data yang telah diujikan heterogen maka varian dari dua atau lebih dari kelompok tidak sama. Dari hasil adany a pengujian normalitas dan homogenit as, analisis data atau metode yang digunakan menggunakan statistik non  parametrik.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan uji organoleptik yang dilakukan oleh 20 panelis yang terdiri

dari mahasiswa UMS, hasilnya dapat disajikan pada

Tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Uji Organoleptik yoghurt

Perlakuan

Penilaian kualitas yoghurt ampas tahu dengan organoleptik

Warna Aroma Rasa Tekstur Daya

Terima

S0 G1 Putih pucat Enak Asam Lembut Tidak suka

S0 G2 Putih pucat Kurang enak Kurang manis Lembut Kurang suka

S0 G3 Putih pucat Kurang enak Asam Lembut Kurang suka

S1 G1 Putih pucat Kurang enak  Kurang manis Lembut Tidak suka

S1 G2 Putih pucat Enak Kurang manis Lembut Kurang suka

S1 G3 Putih kekuningan Enak Agak asam Lembut Suka

S2 G1 Putih kekuningan Kurang enak Kurang manis Lembut Tidak suka

S2 G2 Putih kekuningan Kurang enak Asam Lembut Suka

S2 G3 Putih kekuningan Enak Agak asam Lembut Suka

S3 G1 Putih kekuningan Tidak enak Kurang manis Lembut Tidak suka

S3 G2  Putih kekuningan Enak Asam Lembut Tidak suka

(8)

Berdasarkan hasil penelitian uji kadar  protein  yoghurt dapat dilihat bahwa hasil uji kadar protein terhadap sampel  yoghurt yang dibuat bervariasi, dapat

dilihat berdasarkan hasil uji kadar  protein yoghurt pada tabel 4.2 sebagai  berikut:

Table. 4.2Hasil Uji Kadar Protein

 No Perlakuan Kadar Protein (gr) Rata – Rata

Perlakuan 1 S0G1 S1G1 S2G1 S3G1 8,68 16,99 5,15 3,92 8,68 Perlakuan 2 S0G2 S1G2 S2G2 S3G2 13,49 7,45 4,31 4,60 7,46 Perlakuan 3 S0G3 S1G3 S2G3 S3G3 10,53 14,46 6,31 4,34 8,91 PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini dilakukan uji organoleptik dan uji kadar protein terhadap sampel yang dibuat. Uji organoleptik terhadap sampel yang dibuat dengan melibatkan 20 panelis. Uji organoletik  yoghurt meliputi: warna, aroma, rasa, tekstur dan daya terima masyarakat. 1. Warna : bahwa warna  yoghurt   berbeda – beda tiap sampel. Yoghurt   yang memiliki warna  putih pucat dapat ditemukan pada sampel penambahan gula 0,1 % tanpa kayu secang (S0G1), penambahan gula

0,15 % tanpa kayu secang (S0G2),  penambahan gula 0,2 % tanpa kayu secang (S0G3), penambahan gula 0,1 % dan kayu secang 0,05 % (S1G1),  penambahan gula 0,15 % dan kayu secang 0,05 % (S1G2) sedangkan  yoghurt yang memiliki warna putih kekuningan dapat ditemukan pada sampel penambahan gula 0,2 % dan kayu secang 0,05 % (S1G3),  penambahan gula 0,1 % dan kayu secang 0,1 % (S2G1), penambahan gula 0,15 % dan kayu secang 0,1 % (S2G2),

(9)

 penambahan gula 0,2 % dan kayu secang 0,1 % (S2G3), penambahan gula 0,1 % dan kayu secang 0,15 % (S3G1),  penambahan gula 0,15 % dan kayu secang 0,15 % (S3G2), penambahan gula 0,2 % dan kayu secang 0,15 % (S3G3). Awalnya semua sampel  yoghurt yang belum diinkubasikan  berwarna putih sampai putih kemerahan tetapi setelah diinkubasikan selama 6 jam dengan suhu 400C warnanya berubah menjadi putih pucat sampai putih kekuningan, adanya  perubahan warna pada  yoghurt kemungkinan oleh adanya perubahan secara biokimiawi dari oksidasi senyawa tanin yang terkandung didalam kayu secang (Caesalpinia sappan L) yang ditambahkan pada saat  pembuatan  yoghurt . Winarno dalam Mukhlisoh (2010) bahwa oksidasi tanin akan menghasilkan senyawa  berwarna kuning kecokelatan yang tidak mampu mengendapkan protein. 2. Aroma : Yoghurt yang memiliki aro ma enak pada perlakuan penambahan gula 0,1 % tanpa kayu secang (S0G1),  penambahan gula 0,15 % dan kayu secang 0,05 % (S1G2),  penambahan gula 0,2 % dan kayu secang 0,05 % (S1G3), penambahan gula 0,2 % dan

kayu secang 0,1% (S2G3), penambahan gula 0,15 % dan kayu secang 0,15 % (S3G2), Yoghurt yang memiliki aroma kurang enak pada perlakuan penambah an gula 0,15 % tanpa kayu secang (S0G2), penambahan gula 0,2 % tanpa kayu secang (S0G3),  penambahan gula 0,1 % dan kayu secang 0,05 % (S1G1),  penambahan gula 0,1 % dan kayu secang 0,1 % (S2G1), penambahan gula 0,15 % dan kayu secang 0,1 % (S2G2). Sedangkan yoghurt  yang memi liki aroma tidak enak adalah pada  perlakuan penambahan gula 0,1 % dan kayu secang 0,15 % (S3G1), penambah an gula 0,2 % dan kayu secang 0,15 % (S3G3).

Adanya perbedaan aroma pada tiap sampel  yoghurt mungkin karena oleh adanya proses fermentasi yang dilakukan oleh bakteri yang sedang  bekerja untuk memecah dan mengubah senyawa laktosa menjadi asam laktat. Selain membentuk asam laktat, hidroli sis laktosa oleh kedua spesies bakteri tersebut dan juga metabolisme nitrogen dari hidrolisis protein terutama oleh La ctobacillus bulgaricus menghasilkan senyawa acetaldehyde yang memberik  an aroma khas pada  yoghurt   (Tamime dan Marshall, 1997; Ono et al, 1992;

(10)

Marshall, 1987). Adanya pemecahan senyawa laktosa oleh bakteri Lactobaci llus bulgaricusdan Streptococcus ther  mophillus menghasilkan gas yang men guap. Gas yang menguap ini yang dise  but aroma. Setelah adanya pemasakan,

aroma dari sari ampas tahu menghilang 3. Rasa : Yoghurt yang memiliki rasa asam pada perlakuan penambahan gula 0,1% tanpa kayu secang (S0G1), penam  bahan gula 0,2 % tanpa kayu secang (S0G3), penambahan gula 0,15 % dan kayu secang 0,1 % (S2G2), penambaha n gula 0,15 % dan kayu secang 0,15 % (S3G2).

Yoghurt yang memiliki rasa agak asam pada perlakuan penambahan gula 0,2 % dan kayu secang 0,05 % (S1G3),  penambahan gula 0,2 % dan kayu secang 0,1 % (S2G3), penambahan gula 0,2 % dan kayu secang 0,15 % (S3G3). Sedangkan yoghurt  yang memiliki rasa kurang manis pada perlakuan penamba han gula 0,15 % tanpa kayu secang (S0G2), penambahan gula 0,1 % dan kayu secang 0,05 % (S1G1), penambah an gula 0,15 % dan kayu secang 0,05 % (S1G2), penambahan gula 0,1 % dan kayu secang 0,1 % (S2G1), penambaha n gula 0,1 % dan kayu secang 0,15 % (S3G1).

Yoghurt yang memiliki rasa asam dapat dikarenakan pada saat pemanasa n bahan terlalu lama sehingga terjadi degradasi laktosa. Adanya degradasi dapat terbentuk asam sehingga dengan cepat dapat menurunkan pH. Adanya  perbedaan rasa pada sampel  yoghurt  juga dapat dikarenakan karena adanya aktivitas penurunan pH pada saat inkubasi. Penurunan pH ini akibat dari aktivitas bakteri Lactobacillus bulgaric us dan Streptococcus thermophillus. Kedua bakteri tersebut bersimbiosis dalam merombak laktosa atau gula susu. 4. Tekstur : Tekstur yoghurt yang dihasilkan dari tiap sampel sama yaitu  bertekstur lembut. Berdasarkan hasil uji organoleptik tekstur  yoghurt. 5. Daya terima : Respon panelis terhadap  produk yoghurt  ini setelah penambaha

n dengan gula dan kayu secang ( Caesa lpinia sappanL) ternyata sebagian bes ar panelis tidak menyukainya. Berdasa rkan hasil yang diperoleh ternyata pem anfaatan ampas tahu dalam pembuatan  yoghurt   ini belum dapat menjawab

hipotesis.

Berdasarkan hasil penelitian uji kadar protein  yoghurt dapat dilihat  bahwa hasil uji kadar protein terhadap sampel yoghurt yang dibuat bervariasi,

(11)

8,68 13,49 10,53 16,99 7,45 14,46 5,15 4,31 6,31 3,92 4,6   4,34 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Kadar Protein

Kadar Protein

dapat dilihat berdasarkan hasil uji kadar protein  yoghurt dapat dilihat

 pada grafik 4.1 sebagai berikut:

Grafik 4.1 Hasil Uji Kadar Protein yoghurt 

Berdasarkan grafik 4.1 dapat dijelaskan bahwa kadar protein untuk sampel perlakuan pertama sebesar 8,86 gram, 16,99 gram, 5,15 gram dan 3,92 gram. Kadar protein pada  perlakuan kedua sebesar 13,49 gram, 7,45 gram, 4,31 gram dan 4,60 gram. Kadar protein pada perlakuan ketiga sebesar 10,53 gram, 14,46 gram, 6,31 gram dan 4,34 gram.

Berdasarkan data yang didapat dari dua belas sampel yang diuji kadar protein, menunjukkan bahwa kadar protein tertinggi dapat dilihat  pada perlakuan penambahan kayu

secang 0,05 % dan gula 0,1 % (S1G1) dengan kadar protein sebesar 16,99 gram dan kadar protein terendah sebesar 3,91 pada perlakuan penamba han kayu secang 0,15 % dan gula 0,1 %. Kadar protein yoghurt ditentukan oleh kualitas susu segar sebagai bahan dasarnya. Semakin tinggi kadar protei n susu semakin baik kualitas yoghurt yang dihasilkan.

Adanya perbedaan kadar protein  pada tiap sampel juga bisa dikarenakan adanya perombakan protein oleh  bakteri  Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermobilusdalam mem

(12)

fermentasikan susu menjadi  yoghurt. Hal ini sesuai dengan penelitian Hastorini (2002) yang menunjukkan  bahwa pada konsentrasi 3% starter  bakteri  Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus telah mam  pu meningkatkan kadar protein yoghur 

t susu dari konsentrasi 2% dengan nilai rata-rata 3,23% menjadi 3,57%. Hal ini  juga didukung oleh Shodiq dan Zainal (2008) yang mengatakan bahwa semakin banyak bakteri yang digunakan dalam pembuatan yoghurt, semakin tinggi kandungan proteinnya, karena sebagian besar komponen  penyusun mikrobia adalah protein. Protein yang terdapat pada yoghurt merupakan jumlah total dari protein  bahan yang digunakan (susu) dan  protein bakteri asam laktat yang terdapat didalamnya. Kandungan

 protein bakteri berkisar antara 60 -70%. Selama fermentasi protein akan dihidrolisis menjadi komponen-komponen terlarut guna keperluan  pembentukan protein sel mikrobia dan selanjutnya dilaporkan bahwa hanya 20% dari komponen nitrogen terlarut yang dipakai untuk pertumbuhannya.

Adapun pengaruh lain yang dapat mempengaruhi tinggi atau rendahnya kadar protein pada yoghurt yang dibuat dapat dikarenakan oleh proses  pemanasan yang terlalu lama, proses  pemanasan yang terlalu lama juga dapat mengakibatkan denaturasi  protein yang terkandung didalam susu. Menurut SNI, yoghurt yang baik memiliki kadar protein minimal 3,5%, sehingga yoghurt yang dihasilkan  belum memenuhi standar yang

ditetapkan. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan  pembahasan dapat diambil kesimpulan

 sebagai berikut : 1. Penambahan gula dan kayu secang (Caesalpinia sappan) tidak berpengaruh secara nyata terhadap uji organolptik  yoghurt . 2. Pada penambahan kayu secang 0,05 % dan gula 0,2 % dan penambahan kayu secang 0,1 % dan gula 0,2 % paling

efektif terhadap hasil  yoghurt. Perlakuan yang lain kurang baik terha dap warna dan aroma. 3. Kadar protein tertinggi 16,99 gram pada penambahan kayu secang 0,05 % dan gula 0,1 %. Kadar protein terendah 3,91 gram pada  penambahan kayu secang 0,05 % dan

(13)

SARAN

1.Untuk penelitian selanjutnya diperlu kan perlakuan penambahan konsentras i pewarna alami yang lebih tinggi agar dapat membuat  yoghurt   tampak menarik. 2. Peneliti selanjutnya dihara  pkan mampu menjawab ketidaksempu rnaan penggunaan ampas tahu dan

 penggunaan pewarna alami dalam  pembuatan yoghurt dalam hal warna d  an aroma. 3. Peneliti diharapkan lebih kreatif dalam mencari bahan alternativ e yang tepat untuk dapat meningkatka n kadar protein yoghurt selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, Made.2008.Sehat dengan hidangan hewani.Jakarta: Penebar Swadaya. Auliana, Rizqie.2001.Gizi Dan Pengolahan Pangan.Yogyakarta: Adicita Karya

 Nusa .

Almatsier, Sunita. 2001.”Pengaruh Perendaman Ekstrak Buah Pepaya Muda Terhadap Kadar Protein Tempe” (Skripsi S-1 Progdi Biologi). Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anonim.2004.http://www.infogue.com/viewstore/manfaat_kayu_secang.(Diakses  pada tanggal 27 Desember 2011, pukul 13.16).

.2010.http://BinaUKM.com.(Diakses pada tanggal 22 Desember 2011,  pukul 14.25).

Anggrodi.2011.Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.Surabaya: Dinas Peternakan Provinsi jawa Timur.

Bahar, Burhan.2008.Kefir Minuman Susu Fermentasi Dengan Segudang Khasiat Untuk Kesehatan.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Buckle, K.A, R.A. Edward, G.H Fleet dan M. Wootan.  Ilmu Pangan. Purnomo dan adiono, penerjemah; Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikian Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; 1987. Terjemahan dari : Food Science.

Bayuputra.2011.http://Perbandingan-kandungan-gizi-pada-tahu-dan-ampas-tahu-com.(Diakses pada tanggal 23 Desember 2011, pukul 14.50).

Dewantoro.2004. Manfaat Tanaman Herbal.Jakarta: Gramedia Pusataka Utama. Effendi, Supli.2009.Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan.Bandung:

(14)

Edhisambada.2011.http://edhisambada.wordpress.com/2011/02/22/pewarna/alami -dari-%E2%80%9Croro%E2%80%9D-kayu-secang.(Diakses pada tanggal 15 Desember 2011, pukul 10.06).

Hariana.2006. “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)  Terhadap Staphylococcus Aureus dan  Shigella dysentriae  serta BIOAUTOGRAFITNYA” (Skripsi  S-1 Farmasi). Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mufrod, dan Siti Sundari.1997.”Waste of Soya Tofu As Paracetamol Tablet Desintegrant.1.17.Pharmaceutical Journal.

 Ningrum, Etis Rilana.2005.”Pengaruh Penambahan Ampas Tahu Berfermentasi  pada Pakan Buatan Terhadap Pertambahan Berat Badan Ikan Le le (Clarias

batrachus)”(Skripsi S-1 Progdi Teknologi Pangan dan Gizi).Bogor: IPB.

 Nanda,Deddy.2008.“Yogurt”.http://id.shvoong.com/medicine-andhealth/1761437-yogurt/.(Diakses pada tanggal 28 Desember 2011, pukul 11.40).

Obtra.2009.“Manfaat Ampas Tahu”.http://id.shvoong.com/lifestyle/food-and-drink/2127933-manfaat-ampas-tahu.(Diakses pada tanggal 15 Desember 2011, pukul 11.10).

Pratiwi, Rarastoeti. dkk. 2007. Asiatensi Dan Petunjuk Praktikum Biokimia. Yogyakarta.UGM.

Rusmiati.2004.”Struktur Histologis Organ Hepar dan Ren Mencit (Mus musculus  L)  Jantan Setelah Perlakuan Dengan Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)” (Skripsi  S-1 Progdi Biologi). Kalimantan Selatan: FMIPA Universitas Lambung Mangkurat.

Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi.1982. Prosedur Analisa Untuk Bahan  Makanan Dan Pertanian.Angkasa: Bandung.

Saputra, Irwan.2005. Biologi Umum 2.Jakarta: Widya Utama.

Sudibyo.2008.”Efektifitas Penambahan NaOH3 Pada Pembuatan Tortilia Subtitusi Ampas Tahu” (Skripsi S-1 Progdi Teknologi Pangan). Surabaya: Fakultas Teknologi Pangan Universitas Pembangunan Veteran Nasional.

Winarno, F.G.2003.Pangan, Gizi, Teknologi Dan Konsumen.Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Tabel 4.1 sebagai berikut  :
Grafik 4.1 Hasil Uji Kadar Protein  yoghurt 

Referensi

Dokumen terkait

Secara garis besar kegiatan utama Publik Relation pada Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Kabupaten Bulungan dengan melakukan komunikasi. Publik Relation sebagai

Kelompok 2 : Persentase persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan cukup tinggi, tingkat CBR cukup tinggi, kepesertaan JKN rendah, dua provinsi belum mencapai target

Telah dibuat perangkat lunak yang dapat digunakan untuk membuktikan hasil penyelesaian permasalahan digital yang diselesaikan menggunakan metode Peta Karnaugh. Metode

Tim Pelaksana telah berhasil mencapai tujuannya, yaitu menanamkan pemahaman dan penerapan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan guru dan karyawan

Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau jasa dapat menentukan nilai dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh secara langsung kepada keputusan

An Nabhani, Taqiyuddin, Membangun Ekonomi Alternatif Perspektif Islam. Penerjemah : Maghfur Wachid Surabaya, Risalah Gusti, 1996. Nur Rianto Al, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, Solo:

Walaupun pola ruang RTNS berbeza-beza akibat daripada perletakan rumah menghadap dan membelakangi sungai serta bentuk aliran sungai yang melengkung dan membelok,

Kemudian pada kondisi baseline (A2) dilaksanakan 4 kali pertemuan, kondisi ini merupakan kondisi setelah diberikan intervensi atau kondisi setelah tidak diberikan permainan