• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Hasil Penyelidikan Epidemiologi Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN PENFUI PERIODE

PEBRUARI 2012

I. Pendahuluan A. Latar Belakang

Penyakit DBD termasuk salah satu emerging diseases yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama dan sulit untuk menentukan intervensi yang tepat karena berbagai faktor, baik dari lingkungan, sosial budaya dan perilaku hidup manusia

Penyakit DBD berpotensi menimbulkan KLB terutama pada musim penghujan, dan khusus untuk Kelurahan Penfui sudah terjadi Kejadian Luar Biasa DBD dan saat ini sedang dilaksanakan upaya penanggulangannya. Jumlah kasus dan penyebarannya cenderung meningkat meskipun angka kematian ( CFR) dapat ditekan.

Peningkatan kasus DBD antara lain juga disebabkan oleh pertambahan penduduk, perkembangan wilayah dari sebuah desa menjadi kota, perpindahan penduduk dan penataan kota dan struktur bangunan yang kurang memperhatikan unsur kesehatan, sehingga Vektor penular nyamuk Aedes aegypti mampu bertelur dalam jumlah yang banyak, sehingga Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan pemberdayaan masyarakat menjadi strategi utama.

Pada tanggal 02 Januari 2012 Kantor Kesehatan Pelabuhan menerima surat pemberitahuan dari Kantor Lurah Penfui bahwa telah terjadi KLB DBD di wilayah pelayanannya sebanyak 14 orang. Dan dalam surat tersebut KKP Kelas III Kupang meresponi surat tersebut dengan melaksanakan penyelidikan epidemiologi dengan melakukan langkah-langkah penyelidikan meliputi verifikasi informasi, pelacakan kasus, survey vektor nyamuk dan faktor risiko.

B. Tujuan 1. Tujuan Umum

Dapat menggambarkan kasus DBD menurut waktu tempat dan orang di wilayah Kelurahan Penfui, sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat dalam rangka upaya penanggulangannya.

2. Tujuan Khusus

a. Pelacakan kasus untuk menentukan besaran masalah

b. Survey nyamuk untuk menentukan kepadatan populasi nyamuk c. Survey faktor risiko.

d. Tatalaksana penderita C. Metodologi penyelidikan

(2)

II. Hasil kegitan

A. Distribusi Kasus KLB DBD menurut waktu B. Distribusi Kasus KLB DBD menurut tempat C. Distribusi Kasus KLB DBD menurut orang D. Distribusi Kasus KLB DBD menurut faktor risiko III. Penutup

A. Simpulan

B. Saran / Rekomendasi

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan prinsip 3M ( menutup, mengubur & menguras) 2. Abatisasi

3. Melaksanakan foging/pengasapan 4. Penyuluhan PHBS.

(3)

Laporan Investigasi Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD

Di

Kelurahan

Kulango

Kecamatan

Lipunoto

Kabupaten Buol Tahun 2007

Berdasarkan informasi dari masyarakat di Kelurahan Kulango bahwa telah terjadi kematian atas nama Taufik (16 tahun). Informasi yang didapatkan bahwa penderita pernah dirawat di RSUD Buol dari tanggal 13-20 Agustus 2007 dengan diagnosa dokter adalah suspek DBD. Menindak lanjuti informasi tersebut, maka petugas surveilans segera melakukan investigasi ke Rumah Sakit untuk memastikan informasi tersebut.

Tujuan Investigasi

Tujuan dilaksanakannya invesitasi ini ialah untuk memastikan kebenaran terjadi KLB DBD serta memantau kegiatan Sistem Kewaspadaan Dini yang dilaksanakan selama ini , sedangkan tujuan khusus dari invesitasi ini untuk memutuskan segera mata rantai penularan nyamuk Aedes Aegypti.

Hasil Penyelidikan

Hasil investigasi di Rumah sakit dengan dokter Rumah sakit diperoleh keterangan bahwa benar penderita pernah dirawat di Rumah Sakit dengan diagnosa dokter adalah Suspek Demam Berdarah dengan gejala-gejala diantaranya tes tourniquet, perdarahan di kulit, hematemesis dan melena. Sedangkan hasil investigasi yang di rumah penderita didapatkan informasi bahwa penderita tidak pernah keluar daerah. Artinya dicurigai nyamuk aedes aegypti ada di daerah tersebut. Dari informasi ini, maka tim investigasi Kabupaten dan Puskesmas segera mengambil tindakan untuk melakukan fogging kerumah-rumah penduduk dalam rangka pemutusan mata rantai penularan nyamuk aedes aegypti.

Gambaran Geografi Kelurahan Kulango

Kelurahan Kulango termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Lipunoto yang terletak di Kecamatan Lipunoto yang terdiri dari 3 lingkungan yaitu, Lingkungan Tirtaria, Lingkungan Butukan, dan Lingkungan Kasanangan.

Dalam upaya penanggulangan dan pencegahan KLB DBD terulang kembali, maka telah dilakukan beberapa tindakan, diantaranyamelakukan fogging ke rumah-rumah penduduk dengan radius kurang lebih 200 meter dari titik focus (rumah penderita). Penyemprotan dilakukan selama 2

(4)

hari mulai tanggal 25 26 Agustus 2007 dengan jumlah rumah yang disemprot sebanyak 96 rumah, melakukan abatisasi, melakukan penyuluhan baik dengan mobil penyuluhan dan juga Radio Pemerintah Daerah.

Kesimpulan yang diambil yaitu dipastikan memang benar telah terjadi KLB DBD di Kelurahan Kulango Kecamatan Lipunoto dengan jumlah penderita 1 (satu) orang dan meninggal dunia (CFR 100 %), dalam rangka pemutusan mata rantai penularan nyamuk aedes aegypti telah dilakukan fogging ke rumah-rumah penduduk, Meningkatkatkan SKD-KLB di Puskesmas dan Rumah Sakit agar kasus cepat terlapor dan dapat segera dilakukan penanggulangannya, Meningkatkan penyuluhan dan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit DBD.

(5)

LAPORAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DEMAM

BERDARAH DENGUE DI DESA LAMPASIO, DESA TINADING, DESA

SIBAE, DAN DESA OYOM KAB. TOLI-TOLI TAHUN 2011*

LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue adalah demam tinggi mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, terdapat tanda-tanda perdarahan (bintik-bintik merah/ptekie, mimisan perdarahan pada gusi, muntah/berak darah), ada perbesaran hati dan dapat timbul syok (pasien gelisah, nadi cepat dan lemah, kaki tangan dingin, kulit lembab, kesadaran menurun. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%) dan trobositopeni (trombosit <

100.000/mm3).

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan salah satu penyakit menular yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Sejak pertama ditemukan penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga kejadian luar biasa (KLB)/wabah masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah, sehingga penularannya terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penular tersebut.

Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh Puskesmas Lampasio tanggal 14 Maret 2011 bahwa telah ditemukan kematian karena menderita DBD sebanyak 1 orang dari 33 kasus, maka untuk itu dilakukan Penyelidikan Epidemiologi oleh tim penyelidikan KLB DBD Dinas Kesehatan Kab. Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi serta tim dari petugas Puskesmas Lampasio dengan melakukan analisa terhadap berbagai factor yang berhubungan dengan terjadinya KLB DBD di desa tersebut.

TUJUAN PENYELIDIKAN

Tujuan Umum : Melakukan tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, dan Desa Oyom.

Tujuan Khusus

1. Memastikan kebenaran kasus KLB DBD yang dilaporkan dan luasnya penyebaran

2. Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinya penyebarluasan penyakit DBD di

lokasi

3. Mengetahui gambaran situasi penyakit dan saran alternative pencegahan

4. Melakukan penanggulangan DBD di lokasi

(6)

HASIL PENYELIDIKAN

Analisis Situasi

Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom merupakan bagian dari Kecamatan Lampasio dan wilayah kerja Puskesmas Lampasio yang juga merupakan bagian dari pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli dengan jumlah penduduk adalah sebagai berikut :

……… ……… ……… ………..

Sumber : Data sekunder

Puskesmas Lampasio dengan wilayah kerja 9 desa dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah utara

berbatasan dengan Kecamatan Baolan.

2. Sebelah timur berbatasan Kabupaten Buol.

3. Sebelah selatan

berbatasan dengan Kecamatan Basidondo.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ogodeide.

Lokasi kejadian KLB berada di 4 desa di Kecamatan Lampasio wilayah kerja Puskesmas Lampasio Kabupaten Toli-Toli. Kasus DBD mulai terjadi pada tanggal 28 Februari 2011 dan dilakukan

penyelidikan kasus pada tanggal 15 Maret 2011. Pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah yang dilakukan secara lintas program dan lintas sektor, yaitu :

Lintas Program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli : 1) Kasie Sepim Kesma Dinkes Kab Toli-Toli.

2) Pengelola Surveilans Dinkes Kab. Toli-Toli. 3) Pengelola DBD Dinkes Kab. Toli-Toli. 4) Tim Investigasi Puskesmas Lampasio

Lintas Sektor Terkait : Pemerintah setempat (Kepala desa Bomba Kec. Una-Una).

Pemastian diagnosis

Pemastian diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang muncul pada penderita dan melakukan pengambilan sampel darah pada beberapa orang penderita yang sedang dirawat.

Desa Jumlah Total (Jiwa) Laki-Laki Perempuan Sibea 786 711 1,497 Oyom 1,138 1,012 2,150 Lampasio 986 898 1,884 Tinading 1,131 1,064 2,195 Jumlah 4,131 3,685 7,816

(7)

Pemeriksaan sediaan darah dengan menggunakan Rapid Test Diagnostic (RDT) yang dilakukan oleh analis kesehatan Puskesmas Lampasio.

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap 44 kasus DBD, dengan gejala klinis digambarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Distribusi Gejala Klinis Penderita pada KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, Desa Oyom Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli pada tanggal 28 Februari s/d 15 Maret 2011

No. Gejala Klinis Jumlah %

1 Demam 44 100

2 Sakit Ulu Hati 7 15,9

3 Torniket 0 0

4 Perdarahan 31 70,5

5 Muntah 7 15,9

6 Shock 0 0

7 Batuk 20 45,5

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan.

Dari tabel diatas terdapat gejala dengan frekuensi tertinggi pada penderita adalah Demam (100 %) , Perdarahan 70,5%, Batuk 45,5 %, Sakit ulu hati 15,9%, Muntah 15,9 %. Hal ini merupakan gejala penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dengue dimana vektor perantara adalah nyamuk aedes aegypti.

Pemastian KLB

Pada unit pelayanan kesehatan dengan sistem informasi yang berjalan baik dan jumlah kasus DBD dapat dideteksi sesuai dengan wilayah administratif seperti desa atau kelurahan, maka peningkatan kasus pada setiap wilayah dapat dijadikan peringatan dini sebelum terjadi KLB. Untuk memastikan bahwa peningkatan kasus adalah KLB atau bukan KLB, dapat dilakukan analisis pola minimum-maksimum kasus DBD bulanan maupun mingguan dengan pembanding kasus DBD pada tahun-tahun sebelumnya. Selain dengan menetapkan pola maksimum-minimum, pada daerah desa atau kelurahan sebaiknya ditetapkan telah berjangkit KLB DBD apabila memenuhi satu kriteria sebagai berikut :

(8)

1. Terdapat satu kasus DBD atau lebih yang selama 3 bulan terakhir di daerah kabupaten/kota bersangkutan tidak ditemukan penderita DBD tetapi HI jentik Aedes Aegypti desa atau kelurahan tersebut lebih dari 5%.

2. Terdapat peningkatan bermakna jumlah kasus DBD dibandingkan keadaan sebelumnya. 3. Terdapat peningkatan bermakna dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya pada

periode yang sama.

Dari hasil investigasi diketahui telah terjadi Kejadian Luar Biasa Penyakit DBD seperti terlihat pada grafik berikut :

Grafik 1. Kasus DBD menurut Tanggal Mulai Demam di Desa Lampasio, Tinading, Sibea, dan Oyom Bulan Mei Tahun 2011

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Kriteria KLB ini ditetapkan sesuai pedoman Depkes (1991), suatu Kejadian Luar Biasa apabila memenuhi salah satu kriteria diantaranya adalah adanya peningkatan kasus secara bermakna dari periode sebelumnya pada periode mingguan terlihat tanggal 3 – 9 Maret 2011 terjadi kenaikan penderita lebih dari 2 kali periode minggu sebelumnya.

Analisis Epidemiologi Distribusi menurut orang

Distribusi penderita DBD dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Distribusi Kasus DBD menurut kelompok umur di Wilayah Puskesmas Lampasio Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011.

No Kelompok Umur (Thn) Jumlah Kasus CFR (%) Sakit Mati 1 ≤ 12 22 0 0 2 13 – 24 2 1 50 3 25 – 36 6 0 0

(9)

4 37 – 48 13 0 0

5 > 49 1 0 0

Jumlah 44 0 0

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur yang terbanyak sakit berada pada kelompok umur ≤ 12 tahun sebanyak 22 orang, terendah pada kelompok umur > 49 tahun sebanyak 1 orang, dan CFR 50% pada kelompok umur 13 – 24 tahun.

Tabel 3 Distribusi Kasus DBD menurut jenis kelamin di Wilayah Puskesmas Lampasio, Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011

No Jenis Kelamin PopulasiRentan Jumlah kasus Attack Rate (%) CFR (%) Sakit Mati 1 Laki – laki 4131 21 0 0,51 0 2 Perempuan 3685 23 1 0,62 4,38 Jumlah 7816 44 1 0,90 2,27

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus terbanyak pada jenis kelamin perempuan (23 kasus) dengan AR = 0,62% dan CFR = 4,38%.

Distribusi menurut tempat

Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas Lampasio berdasarkan tempat dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.Distribusi Kasus DBD menurut tempat tinggal penderita pada KLB di Wilayah Puskesmas Lampasio, Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011

No Nama Desa

Jumlah kasus

CFR (%)

(10)

1 Desa Lampasio 20 0 0

2 Desa Tinading 18 0 0

3 Desa Sibea 2 0 0

4 Desa Oyom 4 1 25

Jumlah 44 1 2,27

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Hasil pengamatan terhadap asal penderita diperoleh gambaran bahwa sebagian besar dari penderita berasal dari Desa Lampasio yaitu 20 kasus dan penderita DBD yang meninggal berasal dari Desa Oyom dimana CFR = 25% seperti dalam tabel di atas.

Distribusi menurut waktu

Untuk menggambarkan kasus pada periode KLB (lamanya KLB berlangsung) biasanya

digambarkan dalam kurva epidemik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness), Interval dalam pembuatan kurva epidemik yang dipakai adalah 1 harian. Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas Lampasio berdasarkan waktu mulai sakit dapat dlihat pada tabel di bawah ini :

Berdasarkan hasil investigasi, awal mulai sakit tanggal 28 Pebruari 2011 dengan jumlah penderita 2 orang dan mengalami puncak kasus pada tanggal 9 Maret 2011 dengan peningkatan kasus

sebanyak 8 orang, sehingga jumlah kasus secara keseluruhan adalah 44 kasus.

Identifikasi sumber dan penyebab

Hasil survey jentik ditemukan beberapa karakteristik di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom yaitu terdapat tempat –tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban – ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita merupakan media yang cepat berkembang biaknya nyamuk-nyamuk aedes aygepty dan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap jentik –jentik nyamuk ternyata paling banyak jenis jentik nyamuk Aedes, yang didukung dengan kondisi curah hujan tidak menentu sehingga penyebaran penyakit ini menjadi cepat menular kepada penduduk yang berada didesa tersebut.

(11)

Mekanisme penularan terjadi melalui gigitan nyamuk yang memang telah ada di wilayah tersebut dimana sebelumnya penderita yang pertama kali terpapar kasus DBD mempunyai riwayat

bepergiaan ke daerah endemis DBD dimana penderita tersebut bersekolah di Kota Toli-Toli yang kemungkinan Virusnya didapat di kota.

MASALAH YANG DIHADAPI

Adapun permasalahan yang ditemukan di desa tersebut adalah:

1. Ditemukannya wadah sebagai tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban – ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita.

2. Sistem kewaspadaan Dini (SKD) KLB di puskesmas tidak berjalan optimal

3. Masih kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat sehingga peran serta masyarakat masih rendah khususnya dalam hal pengelolaan lingkungan dimana di sekitar tempat tinggal penderita DBD ditemukan tempat perindukan vector aedes.

4. Pengetahuan masyarakat masih kurang mengenai penyakit DBD sehingga terlambat mengunjungi tempat pelayanan kesehatan yang akhirnya menyebabkan kematian.

UPAYA PENANGGULANGAN

Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan penanggulangan KLB DBD di wilayah Puskesmas Lampasio adalah :

1. Melakukan fogging wilayah dua siklus dimana satu minggu setelah siklus pertama dilakukan fogging siklus kedua.

2. Melakukan abatisasi di sekitar wilayah kejadian KLB DBD.

3. Penyuluhan dilakukan dengan koordinasi lintas sektor dan lintas program. 4. Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal SKD KLB. 5. Melakukan surveilans ketat hingga KLB dinyatakan berhenti.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Telah terjadi KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom dengan jumlah penderita 44 orang, AR = 0,90% dan CFR = 2,27%.

2. Kelompok umur ≤ 12 tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak menderita DBD

dengan jumlah kasus 22 orang.

3. Pemastian diagnosis adalah hasil pemeriksaan Laboratorium dan pemeriksaan jentik nyamuk.

4. Pola epidemik adalah propagated epidemic karena adanya lebih dari satu sumber penularan yaitu ditemukannya tempurung kelapa, ban-ban dan kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita.

Saran

1. Tingkatkan SKD terhadap penyakit-penyakit yang berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa sehingga peningkatan kasus bisa cepat terdeteksi sedini mungkin.

2. Pembasmian sarang nyamuk/wadah tempat berkembang biaknya nyamuk aedes di setiap tempat.

(12)

3. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya memberikan

pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit dan juga kematian.***

(13)

Laporan Investigasi DBD Maros, Maret 2010

LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN

KEJADIAN LUAR BIASA DEMAM BERDARAH DENGUE

DI KELURAHAN ALLEPOLEA, KECAMATAN LAU, KABUPATEN MAROS 11 MARET 2010

Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan salah satu penyakit menular yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Sejak pertama ditemukan penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga kejadian luar biasa (KLB)/wabah masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah, sehingga penularannya terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penular tersebut.

Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh Puskesmas Barandasi tanggal 11 Maret 2010 bahwa telah ditemukan kematian karena menderita DBD sebanyak 1 orang dan di Kelurahan Allepolea, maka telah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi dan penanggulangan seperlunya oleh tim penyelidikan KLB DBD Dinas Kesehatan Kab. Maros bersama tim dari petugas puskesmas Barandasi.

Tujuan

1. Mengetahui kebenaran kasus KLB DBD yg dilaporkan dan luasnya penyebaran

2. Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinya penyebarluasan penyakit DBD di lokasi 3. Melakukan gambaran situasi penyakit dan saran alternatif pencegahan

4. Melakukan penanggulangan DBD di lokasi

(14)

Kel. Allepolea merupakan salah satu kelurahan di Kec. Lau, Kab. Maros sekitar 2 km dari pusat kab. Maros. Wilayahnya terdiri atas dataran dengan persawahan dan pemukiman penduduk.

Jumlah penduduk Kecamatan Lau kurang lebih 23.000 jiwa dengan luas wilayah 53,76 km2

Sarana Kesehatan

Terdapat 1 puskesmas yaitu puskesmas Barandasi, 1 pustu, dan 20 posyandu

Hasil Kegiatan

Berdasarkan informasi dari petugas surveilans puskesmas Barandasi, ditemukan hal-hal sbb

 Terdapat 1 (satu) kematian akibat DBD di lingkungan Pamelakang Jene, kelurahan Allepolea, Kec. Lau

 Nama penderita adalah SHR, umur 2 tahun, jenis kelamin perempuan, Berat badan 8 kg, Anak ke-5 dari 5 bersaudara, anak dari pasangan UMR (37 thn, Security) dan LTG (36 thn, IRT)

- Timeline kasus

Analisis Situasi

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah/bangunan. Nyamuk ini mendapatkan virus dengue sewaktu menggigit darah orang yang :

(15)

 Tidak sakit DBD tetapi dalam darahnya terdapat virus dengue

 Bila nyamuk tersebut menggigit/menghisap darah orang lain, virus itu akan dipindahkan bersama air liur nyamuk

Dari kegiatan pelacakan epidemiologi di kelurahan Allepolea, kondisi pemukiman yang tidak layak huni menjadi penyebab mudahnya penyebaran nyamuk Aedes aegypti. Lingkungan perumahan tergenang air dan sangat kotor.

Berdasarkan hasil pelacakan tidak ditemukan adanya penderita tambahan di sekitar lokasi rumah penderita, namun 1 orang penderita meninggal dunia sehingga CFR 100% .

Populasi berisiko adalah penduduk sekitar rumah penderita yang padat penghuni dan lingkungan yang kotor dan tergenang.

Angka bebas jentik tidak diketahui karena tidak ada petugas jumantik di lokasi kejadian. Namun walaupun kemudian ternyata tingkat kepadatan nyamuk Aedes aegypti renah, apabila nyamuk dan jentik tidak dibasmi maka setiap hari akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat

perkembangbiakannya dan menularkan virus dengue ke orang sehat di sekitarnya.

Penanggulangan yang Telah Dilaksanakan

 Fogging fokus

 Penyuluhan dari rumah ke rumah

 Pembagian bubuk abate dan kaporit

Kesimpulan

1. Telah terjadi KLB DBD di Kel. Allepolea Kec. Lau Kab. Maros pada tanggal 11 Maret 2010 2. Ditemukan 1 orang penderita DBD dengan kematian 1 orang, CFR 100%

3. Penderita adalah perempuan, usia 2 tahun

4. Faktor risiko adalah penduduk yang tinggal di sekitar rumah penderita beradius 100 m dan pemukiman yang tergenang dan kotor

(16)

Saran

 Frekuensi penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit DBD perlu ditingkatkan antara lain mengenai 3M plus

 Untuk menghindari atau mengurangi gigitan nyamuk DBD maka disarankan tidur dalam kelambu, mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk, menggunakan obat nyamuk bakar atau menyemprot dengan obat nyamuk,

 Membersihkan lingkungan sekitar agar pemukiman tidak kotor dan tergenang

 Perlu adanya kerjasama lintas sektor, lintas program, dan masyarakat dalam program pemberantasan penyakit DBD

 Sistem Surveilans DBD di Puskesmas Sudiang perlu ditingkatkan dan pelaksanaan system kewaspadaan dini (SKD) terutama dalam analisa data pra KLB

(17)

LAPORAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DEMAM

BERDARAH DENGUE DI DESA LAMPASIO, DESA TINADING, DESA

SIBAE, DAN DESA OYOM KAB. TOLI-TOLI TAHUN 2011*

LATAR BELAKANG

Demam Berdarah Dengue adalah demam tinggi mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, terdapat tanda-tanda perdarahan (bintik-bintik merah/ptekie, mimisan perdarahan pada gusi, muntah/berak darah), ada perbesaran hati dan dapat timbul syok (pasien gelisah, nadi cepat dan lemah, kaki tangan dingin, kulit lembab, kesadaran menurun. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20%) dan trobositopeni (trombosit <

100.000/mm3).

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan salah satu penyakit menular yang potensial menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Sejak pertama ditemukan penyakit DBD di Indonesia pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga kejadian luar biasa (KLB)/wabah masih sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

DBD disebabkan oleh virus dengue yg ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang hidup di dalam dan di sekitar rumah, sehingga penularannya terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penular tersebut.

Berdasarkan Laporan W1 KLB/Wabah oleh Puskesmas Lampasio tanggal 14 Maret 2011 bahwa telah ditemukan kematian karena menderita DBD sebanyak 1 orang dari 33 kasus, maka untuk itu dilakukan Penyelidikan Epidemiologi oleh tim penyelidikan KLB DBD Dinas Kesehatan Kab. Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi serta tim dari petugas Puskesmas Lampasio dengan melakukan analisa terhadap berbagai factor yang berhubungan dengan terjadinya KLB DBD di desa tersebut.

TUJUAN PENYELIDIKAN

Tujuan Umum : Melakukan tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, dan Desa Oyom.

Tujuan Khusus

1. Memastikan kebenaran kasus KLB DBD yang dilaporkan dan luasnya penyebaran 2. Mengetahui kemungkinan kecenderungan terjadinhya penyebarluasan penyakit DBD di

lokasi

3. Mengetahui gambaran situasi penyakit dan saran alternative pencegahan 4. Melakukan penanggulangan DBD di lokasi

(18)

HASIL PENYELIDIKAN

Analisis Situasi

Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom merupakan bagian dari Kecamatan Lampasio dan wilayah kerja Puskesmas Lampasio yang juga merupakan bagian dari pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli dengan jumlah penduduk adalah sebagai berikut :

……… ……… ……… ………..

Sumber : Data sekunder

Puskesmas Lampasio dengan wilayah kerja 9 desa dengan batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah utara

berbatasan dengan Kecamatan Baolan.

2. Sebelah timur berbatasan Kabupaten Buol.

3. Sebelah selatan

berbatasan dengan Kecamatan Basidondo.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ogodeide.

Lokasi kejadian KLB berada di 4 desa di Kecamatan Lampasio wilayah kerja Puskesmas Lampasio Kabupaten Toli-Toli. Kasus DBD mulai terjadi pada tanggal 28 Februari 2011 dan dilakukan

penyelidikan kasus pada tanggal 15 Maret 2011. Pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli bersama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah yang dilakukan secara lintas program dan lintas sektor, yaitu :

Lintas Program di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Toli-Toli : 1) Kasie Sepim Kesma Dinkes Kab Toli-Toli.

2) Pengelola Surveilans Dinkes Kab. Toli-Toli. 3) Pengelola DBD Dinkes Kab. Toli-Toli. 4) Tim Investigasi Puskesmas Lampasio

Lintas Sektor Terkait : Pemerintah setempat (Kepala desa Bomba Kec. Una-Una).

Pemastian diagnosis

Pemastian diagnosis dilakukan dengan melihat gejala klinis yang muncul pada penderita dan melakukan pengambilan sampel darah pada beberapa orang penderita yang sedang dirawat.

Desa Jumlah Total (Jiwa) Laki-Laki Perempuan Sibea 786 711 1,497 Oyom 1,138 1,012 2,150 Lampasio 986 898 1,884 Tinading 1,131 1,064 2,195 Jumlah 4,131 3,685 7,816

(19)

Pemeriksaan sediaan darah dengan menggunakan Rapid Test Diagnostic (RDT) yang dilakukan oleh analis kesehatan Puskesmas Lampasio.

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan terhadap 44 kasus DBD, dengan gejala klinis digambarkan pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Distribusi Gejala Klinis Penderita pada KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibae, Desa Oyom Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli pada tanggal 28 Februari s/d 15 Maret 2011

No. Gejala Klinis Jumlah %

1 Demam 44 100

2 Sakit Ulu Hati 7 15,9

3 Torniket 0 0

4 Perdarahan 31 70,5

5 Muntah 7 15,9

6 Shock 0 0

7 Batuk 20 45,5

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan.

Dari tabel diatas terdapat gejala dengan frekuensi tertinggi pada penderita adalah Demam (100 %) , Perdarahan 70,5%, Batuk 45,5 %, Sakit ulu hati 15,9%, Muntah 15,9 %. Hal ini merupakan gejala penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus dengue dimana vektor perantara adalah nyamuk aedes aegypti.

Pemastian KLB

Pada unit pelayanan kesehatan dengan sistem informasi yang berjalan baik dan jumlah kasus DBD dapat dideteksi sesuai dengan wilayah administratif seperti desa atau kelurahan, maka peningkatan kasus pada setiap wilayah dapat dijadikan peringatan dini sebelum terjadi KLB. Untuk memastikan bahwa peningkatan kasus adalah KLB atau bukan KLB, dapat dilakukan analisis pola minimum-maksimum kasus DBD bulanan maupun mingguan dengan pembanding kasus DBD pada tahun-tahun sebelumnya. Selain dengan menetapkan pola maksimum-minimum, pada daerah desa atau kelurahan sebaiknya ditetapkan telah berjangkit KLB DBD apabila memenuhi satu kriteria sebagai berikut :

(20)

1. Terdapat satu kasus DBD atau lebih yang selama 3 bulan terakhir di daerah kabupaten/kota bersangkutan tidak ditemukan penderita DBD tetapi HI jentik Aedes Aegypti desa atau kelurahan tersebut lebih dari 5%.

2. Terdapat peningkatan bermakna jumlah kasus DBD dibandingkan keadaan sebelumnya. 3. Terdapat peningkatan bermakna dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya pada

periode yang sama.

Dari hasil investigasi diketahui telah terjadi Kejadian Luar Biasa Penyakit DBD seperti terlihat pada grafik berikut :

Grafik 1. Kasus DBD menurut Tanggal Mulai Demam di Desa Lampasio, Tinading, Sibea, dan Oyom Bulan Mei Tahun 2011

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Kriteria KLB ini ditetapkan sesuai pedoman Depkes (1991), suatu Kejadian Luar Biasa apabila memenuhi salah satu kriteria diantaranya adalah adanya peningkatan kasus secara bermakna dari periode sebelumnya pada periode mingguan terlihat tanggal 3 – 9 Maret 2011 terjadi kenaikan penderita lebih dari 2 kali periode minggu sebelumnya.

Analisis Epidemiologi Distribusi menurut orang

Distribusi penderita DBD dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Distribusi Kasus DBD menurut kelompok umur di Wilayah Puskesmas Lampasio Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011.

No Kelompok Umur (Thn) Jumlah Kasus CFR (%) Sakit Mati 1 ≤ 12 22 0 0 2 13 – 24 2 1 50 3 25 – 36 6 0 0

(21)

4 37 – 48 13 0 0

5 > 49 1 0 0

Jumlah 44 0 0

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Dari tabel diatas terlihat bahwa kelompok umur yang terbanyak sakit berada pada kelompok umur ≤ 12 tahun sebanyak 22 orang, terendah pada kelompok umur > 49 tahun sebanyak 1 orang, dan CFR 50% pada kelompok umur 13 – 24 tahun.

Tabel 3 Distribusi Kasus DBD menurut jenis kelamin di Wilayah Puskesmas Lampasio, Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011

No Jenis Kelamin PopulasiRentan Jumlah kasus Attack Rate (%) CFR (%) Sakit Mati 1 Laki – laki 4131 21 0 0,51 0 2 Perempuan 3685 23 1 0,62 4,38 Jumlah 7816 44 1 0,90 2,27

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Dari tabel diatas terlihat bahwa kasus terbanyak pada jenis kelamin perempuan (23 kasus) dengan AR = 0,62% dan CFR = 4,38%.

Distribusi menurut tempat

Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas Lampasio berdasarkan tempat dapat kita lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.Distribusi Kasus DBD menurut tempat tinggal penderita pada KLB di Wilayah Puskesmas Lampasio, Kec. Lampasio, Kab. Toli-Toli Bulan Maret Tahun 2011

No Nama Desa

Jumlah kasus

CFR (%)

(22)

1 Desa Lampasio 20 0 0

2 Desa Tinading 18 0 0

3 Desa Sibea 2 0 0

4 Desa Oyom 4 1 25

Jumlah 44 1 2,27

Sumber : Data primer Hasil Investigasi Lapangan

Hasil pengamatan terhadap asal penderita diperoleh gambaran bahwa sebagian besar dari penderita berasal dari Desa Lampasio yaitu 20 kasus dan penderita DBD yang meninggal berasal dari Desa Oyom dimana CFR = 25% seperti dalam tabel di atas.

Distribusi menurut waktu

Untuk menggambarkan kasus pada periode KLB (lamanya KLB berlangsung) biasanya

digambarkan dalam kurva epidemik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness), Interval dalam pembuatan kurva epidemik yang dipakai adalah 1 harian. Distribusi kasus DBD di Wilayah Puskesmas Lampasio berdasarkan waktu mulai sakit dapat dlihat pada tabel di bawah ini :

Berdasarkan hasil investigasi, awal mulai sakit tanggal 28 Pebruari 2011 dengan jumlah penderita 2 orang dan mengalami puncak kasus pada tanggal 9 Maret 2011 dengan peningkatan kasus

sebanyak 8 orang, sehingga jumlah kasus secara keseluruhan adalah 44 kasus.

Identifikasi sumber dan penyebab

Hasil survey jentik ditemukan beberapa karakteristik di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom yaitu terdapat tempat –tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban – ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita merupakan media yang cepat berkembang biaknya nyamuk-nyamuk aedes aygepty dan setelah dilakukan pemeriksaan terhadap jentik –jentik nyamuk ternyata paling banyak jenis jentik nyamuk Aedes, yang didukung dengan kondisi curah hujan tidak menentu sehingga penyebaran penyakit ini menjadi cepat menular kepada penduduk yang berada didesa tersebut.

(23)

Mekanisme penularan terjadi melalui gigitan nyamuk yang memang telah ada di wilayah tersebut dimana sebelumnya penderita yang pertama kali terpapar kasus DBD mempunyai riwayat

bepergiaan ke daerah endemis DBD dimana penderita tersebut bersekolah di Kota Toli-Toli yang kemungkinan Virusnya didapat di kota.

MASALAH YANG DIHADAPI

Adapun permasalahan yang ditemukan di desa tersebut adalah:

1. Ditemukannya wadah sebagai tempat perindukan nyamuk seperti tempurung kelapa, ban – ban, kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita.

2. Sistem kewaspadaan Dini (SKD) KLB di puskesmas tidak berjalan optimal

3. Masih kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat sehingga peran serta masyarakat masih rendah khususnya dalam hal pengelolaan lingkungan dimana di sekitar tempat tinggal penderita DBD ditemukan tempat perindukan vector aedes.

4. Pengetahuan masyarakat masih kurang mengenai penyakit DBD sehingga terlambat mengunjungi tempat pelayanan kesehatan yang akhirnya menyebabkan kematian.

UPAYA PENANGGULANGAN

Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan penanggulangan KLB DBD di wilayah Puskesmas Lampasio adalah :

1. Melakukan fogging wilayah dua siklus dimana satu minggu setelah siklus pertama dilakukan fogging siklus kedua.

2. Melakukan abatisasi di sekitar wilayah kejadian KLB DBD.

3. Penyuluhan dilakukan dengan koordinasi lintas sektor dan lintas program. 4. Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal SKD KLB. 5. Melakukan surveilans ketat hingga KLB dinyatakan berhenti.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Telah terjadi KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa Sibea, dan Desa Oyom dengan jumlah penderita 44 orang, AR = 0,90% dan CFR = 2,27%.

2. Kelompok umur ≤ 12 tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak menderita DBD

dengan jumlah kasus 22 orang.

3. Pemastian diagnosis adalah hasil pemeriksaan Laboratorium dan pemeriksaan jentik nyamuk.

4. Pola epidemik adalah propagated epidemic karena adanya lebih dari satu sumber penularan yaitu ditemukannya tempurung kelapa, ban-ban dan kaleng-kaleng bekas di sekitar rumah penderita.

Saran

1. Tingkatkan SKD terhadap penyakit-penyakit yang berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa sehingga peningkatan kasus bisa cepat terdeteksi sedini mungkin.

2. Pembasmian sarang nyamuk/wadah tempat berkembang biaknya nyamuk aedes di setiap tempat.

(24)

3. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya memberikan

pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit dan juga kematian.***

Gambar

Tabel 1.  Distribusi Gejala Klinis Penderita pada KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa  Sibae, Desa Oyom Kec
Grafik 1. Kasus DBD  menurut Tanggal  Mulai Demam di Desa Lampasio, Tinading, Sibea, dan  Oyom Bulan Mei Tahun 2011
Tabel 4.Distribusi Kasus DBD menurut tempat tinggal penderita pada KLB di Wilayah Puskesmas  Lampasio, Kec
Tabel 1.  Distribusi Gejala Klinis Penderita pada KLB DBD di Desa Lampasio, Desa Tinading, Desa  Sibae, Desa Oyom Kec
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti ini peroleh, diketahui bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa self efficacy peserta didik di SMPN 6 Bandar Lampung

Kesimpulannya, penyakit AIDS tidak timbul secara spontan atau tiba-tiba, tidak didapati dengan duduk berhampiran dengan pesakit AIDS dan tidak berjangkit dengan gigitan nyamuk

Gambaran lama pemakaian alat kontrasepsi hormonal menunjukkan sebagian besar responden menggunakan alat kontrasepsi hormonal pada rentang waktu 13-19 tahun yaitu

Bagaimana bentuk kerja sama sekolah dan yayasan dalam mengembangkan pengembangan sarana dan prasarana di MTs Miftahul Huda Maguan Kaliori Rembang.. Bagaimana proses

After three cycles consisting of two meetings each were conducted, the appropriate model of NHT technique in teaching reading encompassed the following steps: (1) leading students

Trump menyatakan bahwa pemerintahannya akan konsisten menerapkan kebijakan yang ketat terkait perjanjian dagang.. Hal ini memberikan tekanan bagi pasar bahwa negosiasi antara

Baik tidaknya ( hoki tidaknya ) sekumpulan sederetan angka yang biasa kita pakai sehari-hari seperti angka nomor HP, angka nomor rumah, kendaraan, nomor anggota, dll. besar

Sub Unit Organisasi UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Gerokgak. U P B SD