• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBER PEMBELAJARAN TEXTBOOK:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUMBER PEMBELAJARAN TEXTBOOK:"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Diskusi Kelompok I Skenario XII Nama Mahasiswa : Florentsia Hanum

Nama Fasilitator : drg. Widurini D. S. SpKG Tanggal / Jam Diskusi : 4 Mei 2015

1. Identifikasi Istilah yang belum diketahui : 1. Reza, 30 tahun.

2. Gigi posterior berlubang besar.

3. Ditambal namun tidak mengganggu estetiknya. 4. Gigi sulung lebih mudah rusak.

5. Crown dengan bahan sewarna gigi yang proses pembuatannya dilakukan di laboratorium dental.

6. Pembuatan foto radiografis untuk melihat densitas bahan tambal.

2. Rumusan Masalah

1. Apa saja perbedaan struktur dari gigi sulung dan gigi tetap?

2. Apa material yang tepat untuk pembuatan crown? 3. Apa yang dimaksud dengan crown?

4. Bagaimana macam, sifat, komposisi, fungsi, indikasi dan manipulasi material keramik?

5. Bagaimana prosedur pembuatan crown yang dilakukan di laboratorium dental?

6. Apa saja bahan tambal yang tidak mengganggu estetika? 7. Bagaimana perbedaan densitas radiografis

masing-masing bahan tambal? 3. Analisis Masalah

4. Hipotesa

1. Gigi sulung mudah rusak karena memiliki enamel dan dentin yang lebih tipis dibandingkan dengan gigi tetap. 2. Perbedaan struktur jaringan gigi pada gigi sulung dan

permanen sehingga gigi sulung lebih mudah rusak. 3. Setiap bahan tambal memiliki densitas gambaran

radiografis yang berbeda. 5. Sasaran Belajar

Setiap mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan: 1. Perbedaan struktur jaringan gigi pada gigi sulung dan

permanen.

2. Definisi, macam, sifat, komposisi, fungsi, indikasi, manipulasi dari material keramik pada pembuatan crown. 3. Perbedaan densitas radiografis pada setiap bahan tambal.

(2)

SUMBER PEMBELAJARAN TEXTBOOK:

1. Anusavice, K.J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi Ed.10. Jakarta: EGC.

2. Craig, R.G. 1997. Restorative Dental Materials Ed.10. St.Louis Mosby.

3. Craig, R.G.,dkk. 2006. Craig's Restorative Dental Materials Ed.12. Mosby Elsevier.

1. Definisi Porselen

Porselen adalah bahan yang terbuat dari jenis keramik yang dibakar dengan suhu tinggi dari bahan lempung murni yang tahan api. Terdiri dari senyawa logam dan non logam yang diproses dengan pemanasan suhu tinggi (Anusavice, 2003).

Porselen dapat dikatakan memiliki tempat khusus pada kedokteran gigi, karena dengan perkembangan bahan komposit dan semen ionomer kaca yang maju, porselen masih dianggap memiliki hasil estetik yang paling baik dalam hal warna, translusensi dan kestabilan (Anusavice, 2003).

2. Klasifikasi Porselen

Fusion temperature (temperature pembakaran) Dibagi menjadi:

- High fusing 1300o C – 1370o C

- Medium fusing 1090o C – 1260o C

- Low fusing 870o C – 1065o C

- Ultra low fusing 870o C

1. High Fusing 1300 0 C (2372 0 F ) dan porselen jenis ini

memerlukan waktu 5 menit atau lebih untuk melelebur pada temperature tersebut. jenis high fusing ini biasanya digunakan untuk membuat elemen gigi tiruan serta sebagai bahan jendela (facing) dalam pembuatan bridge atau veneer crown. Keramik jenis ini memiliki strength yang kuat, tidak dapat larut, translusen dan dapat menjaga kekuatan dan bentuk dalam proses firing yang berulang. Porcelen ini mengandung 4 % kaolin, silica 15 %, dan feldspar 18 % . 2. Medium Fusing 1101 0 C - 1300 0 C (2013 - 2072 0 C ), jenis

medium fusing ini juga digunakan untuk membuat elemen gigi tiruan serta sebagai bahan jendela (facing ) dalam pembuatan bridge atau veneer crown. Keramik jenis ini biasanya ditambahkan boron oxide atau alkali karbonat sehingga memiliki homogenitas bubuk yang leih menguntungkan pada saat fusing. Porselen ini mengandung silica 29 %, sodium karbonat 2 %, boraks 1 %, kalsium karbonat 5 %, dan potassium karbonat 2 %.

3. Low Fusing 850 0 C - 1300 0 C ( 1562 - 2012 0 F ), jenis

low fusing ini digunakan untuk membuat mahkota dan jembatan . Low fusing porselen ini mengandung silica 12 %, feldspar 60 % dan sisanya 28 % adalah fluks.

(3)

4. Ultra Low Fusing < 850 0 C (1562 0 F ), jenis ultra low

fusing ini digunakan untuk membuat mahkota, jembatan dan untuk logam campur titanium.

Fusion temperature dipengaruhi oleh 3 komposisi keramik: - Quartz

- Feldspar

- Clay/kaolin (Craig, Ed.10)

Aplikasi

3 aplikasi utama keramik gigi:

- Porselen inti , digunakan untuk lapisan gigi paling dalam. Ini merupakan bahan dasar untuk pembuatan jaket crown sehingga harus memilki sifat mekanis yang baik.

- Porselen dentin : warnanya lebih translusen dimana pada bagian ini sangat menentukan bentuk dan restorasi - Porselen email : warnanya lebih translusen daripada

dentin dimana tingkat translusen maksimal karena yang membentuk bagian luar mahkota.

Teknik pembuatan (fabrication technic)

Aplication Fabrication Crystalline phase All ceramic Machine

Slip-cast Zirconia Alumina Feldspar Mica Leucite Alumina Spinel Heat-pressed Sintered Zirconia Leucite Lithium disilicate Lithium phosphate Leucite Alumina Fluorapatite Ceramic-Metal Sintered Leucite Denture teeth Manufactured Feldspar (Phillips, Ed.10)

Fase kristalin

Setelah teknik pembuatan dan pembakaran, keramik gigi dibagi menjadi 2 fase:

1. Fase glassy (mengelilingi fase kristalin) 2. Fase kristalin (sama dengan leucite)

Dengan meningkatnya fase glassy, maka ketahanan terhadap terjadinya crack akan menurun, namun translusensi akan meningkat. Pada all ceramic jumlah fase kristalinnya banyak. (Phillips, Ed.10)

 Berdasarkan komposisinya 1. Feldplastik Porselen

Feldplastik porselen dibuat pada suhu 1050 0 C - 1200 0 C .Perbandingan jumlah

feldspar dengan quartz adalah 85 % dan 15 %. Dengan adanya quartz yang rendah menyebabkan ruang antara partikel porselen menjadi lebar sehingga feldplastik porselen mudah pecah karena adanya thermal shocks.

(4)

Koefisien thermal dari feldplastiki ini ialah 5,5 X 10-6/ 0 C dan flexre strengthnya ialah

berkisar 65 – 75 MPa2.

2. Aluminus Porselen

Keramik ini memilki Kristal alumina sebesar 50 % denga koefisien muai panasnya lebih tinggi dan kekuatannya lebihn besar dua kali daripda feldplastik porselen. Keramik aluminus porselen ini lebih di indikasikan untuk porselen karena kekuatannya yang sangat tinggi dan warnanya sangat opaque. Adanya Al2O3 sehingga lebih efektif dalam

mencegah keretakan. Flexure strength yang dimiliki sebesar 138 MPa2.

3. Metal Bonding Porselen

Metal bonding porselen merupkan porselen yang dikombinasikan dengan logam yang mempunyai kandungan K2O sebesar 11 – 15

%. Suhu pembakarannya sebesar 700 0 C

-1200 0 C. Peningkatan jumlah K

2O yang

dilakukan untuk menghasilkan perubahan muai panas yang dibutuhkan untuk berlekatan dengan loagam. Pemakaian metal bonding porselen ini cukup efektif digunakan untuk anterior dan posterior karena selain memiliki

kekuatan yang baik, metal bonding porselen juga memiliki penampilan yang baik yang sesuai dengan warna gigi. Porselen dan keramik ini mampu berikatan dnegan 3 cara yaitu :

 Mekanik yakni dengan cara mengkasari permukaan sehingga porselen masuk kedalam celah mikromekanikal dari metal. Jadi, retensi mekanis yang erat terjadi akibat penetrasi dari porselen pada permukaan oksida logam dengan porselen.

 Kompresi, pada saat pendinginan porselen, maka dapat timbul kontraksi antara metal dan porselen sehingga menimbulkan tegangan yang akhirnya menyebabkan terjadinya ikatan antara metal denga porselen. Stress kompresif terbentuk sewaktu proses pengerasan dari vener dari porselen, dimana system logam – keramik dirancang khusus dengan derajat perbedaan temperature yang sangat kecil untuk mendapatkan porselen dalam tahap kompresi.

(5)

 Kimia yakni pada saat metal dipanaskan maka akan timbul oksida pada permukaan logam. Dan pada saat dilakukan pembakaran maka porselen akan mengalir dan bersatu dengan metal membentuk ikatan. Proses terbentuknya ikatan kimia ini melibatkan proses migrasi dari indium atau timah terhadap permukaan alloy untuk membentuk oksida yang berkombinasi dengan porseln sewaktu proses pembakaran.

4. In – Ceram atau keramik inti alumina yang diinfiltrasi kaca

In – Ceram ini merupakan keramik untuk mahkota anterior tunggal dan posterior serta untuk jembatan anterior tiga unit. Inti porselen yang alumina yang sedikit disintering diinfiltrasi dengan kaca pada temperatr 1100 0

Cselama 4 jam untuk menghilangkan porositas dan memperkuat inti slip – cast. Indikasi utama dari mahkota jaket porselen alumina ini ialah untuk merestorasi mahkota anterior atas jika estetik merupakan factor yang sangat

penting, untuk pasien yang laergi logam dan jika estetik dari porcelen Fused to Metal kurang memuaskan. Keramik in – ceram ini memiliki 3 jenis inti keramik yang akan diteangkan pada table di bawah ini :

Komposisi Kekuatan kelenturan

Indikasi In – Ceram

Spinel

MgO – Al2O3 350 Inlay, onlay,

veneer, crown anterior. In – Ceram Alumina Al2O3 500 Crown anterior / posterior dan jembatan anterior. In – Ceram Zirconia

Al2O3 – ZrO2 700 Crown dan

jembatan posterior Keuntungan dari keramik yang diinfiltrasi

kaca ini adalah kurangnya lapisan logam kekuatan lentingnya sangat tinggi dan ketepatannya sangat baik. Sedangkan kekurangnnya ialah mencakup inti yang opaq,

(6)

tidak cocok untuk etsa asam konvensional, dan perlunya peralatan khusus.

TAMBAHAN :

Keramik ini juga dapat digunakan pada gigi posterior karena memiliki kekuatan lenting yang cukup tinggi yang mampu menahan beban yang biasanya terjadi pada gigi posterior.

5. Keramik kaca injeksi ( IPS Empress )

Merupakan feldplastic porselen yang mengandung Kristal leucite K2O.AL2O3.4SiO2

dalam konsentrasi tinggi ( ± 35 vol % - 70 vol % ) untuk meningkatkan kekuatan lentur pada porselen sehingga dapat meningkatakan ketahanan terhadap fraktur. Keramik feldplastik type glass ini dipanasakan dalam rangka silinder dan disuntikkan dibawah tekanan dan temperatur yang tinggi kedalam mould ( ± 45 menit ) dan menghasilkan substruktur keramik. Bentuk mahkota ii dapat diberi glazing atau dibentu dengan menggunakan tekhnik pelapisan konvensional.

Keuntungan dari keramik ini ialah lapisan logamnya kecil atau ada inti ketamik yang

opaq, kekuatan lentingnya yang sedang, ketepatannya yang sangat baik dan

estetikanya yang sangat bagus.

Kekurangannya adalah potensinya untuk mengalami fraktur bila dipasang didaerah posterior dan perlunya peralatan laboratorium khusus.

3. Manipulasi porselen dental 1. Tahap compaction

Pada tahap ini terdapat 3 macam bentuk porselen yang digunakan

a. Opaque shade ( alpisan opaq )

Untuk menutupi warna jaringan dibawahnya yang buram.

b. Dentin Shade ( lapisan untuk dentin atau body ) Lebih translusen daripada opaq shade, menentukan warna dan bentuk restorasi.

c. Enamel shade

Membentuk bagian luar mahkota, translusen warna dapat disesuaikan dengan gigi asli.

Pada tahap ini dapat dilakukan dengan 3 cara yakni,

1. Metode pertama menggunakan getaran ringan untuk menampatkan bubuk yang basah secara padat pada rangka dibawahnya. Air yang berlebih diserap degan

(7)

tissue bersih dan kondensasi akan terjadi kea rah yang diserap.

2. Metode kedua digunakan spatula kecil untuk mengaplikasikan dan menghaluskan porselen yang masih basah. Aksi pengahalusan akan membawa air naik ke permukaan sehingga bisa dibuang.

3. Metode ketiga menggunakan penambahan bubuk porselen kering yang diletakkan degnan bantuan sikat disisi yang berlawanan dari adonan porselen yang basah. Sewaktu air tertarik ke bubuk yang kering, partikel yang basah akan terdorong dan saling melekat Apapun metode yang digunakan yang penting adala bahwa tegangan permukaan dari air merupakan gaya penggerak pada kondensasi dan bahwa porselen tidak boleh dibiarkan mongering sampai kondensasi selesai dilakukan

2. Firing ( Pembakaran )

Pada fase ini tahap yang paling penting adalah perubahan yang terlihat pada kandungan leucite dari porselen yang didesain untuk membuat restorasi logam – keramik. Leucite ini merupakan fase Kristal yang mempunyai pemuaian yang tinggi atau kontraksi tinggi , dimana fraksi volume pada matriks kacanya dapat sangat mempengaruhi koefisien kontraksi termal dari porselen. Perubahan pada kandungan

leucite dapat menyebabkan terbentuknya koefisien kontraksi termal yang tidak sama antara porselen dengan loam sehingga menimbulkan tekanan selama pendinginan yang cukup untuk terjadinya pembentukan retak pada porselen.

Pada tahap firing ada 3 tahapan yakni :

a.Pemanasan rendah atau low bisque stage

Tujuannya adalah untuk menghilangkan air pada bahan shrinkage. Penyatuan partikel keramik hanya pada titik kontaknya, sehigga hasil yang didapat masih cukup porus.

b. Pemanasan berlanjut atau medium bisque stage Pada tahap ini shrinkage masih terjadi, kohesi lebih besar antar partikel ( partikel menyatu ). Air lebih banyak dihilagkan dari bahan agar pengkerutan lebih kecil. Porusitas berkurang dan terjadi pengkerutan.

c. Pemanasan tinggi atau High bisque

Pada tahap ini shrinkage berlanjut sebanyak 30 – 40 % sampai benar – benar tidak terjaid shrinkage sama sekali.

3. Tahap Glazing

Glazing adalah pelapis gelas yang tidak berwarna. Tujuan pemberian glazz ini ialah untuk kompensasi atau mengimbangi pengkerutan selama proses pembakaran dan menutupi porus pada bahan porselen.

(8)

1. Sifat – sifat fisis

Keuletan dan tegangan geseknya rendah tetapi tegangan tariknya rendah. Thermal ekspansi dari dental porcelain sama dengan thermal ekspansi substansi gigi yaitu sekitar 4,1 X 10-6 mm / mmoC3. Selain itu sifat

insulatornya juga baik yakni penghantar panas yang rendah, difusi panas yang rendah, dan penghantar listrik yang rendah .

2. Sifat kimia

Suatu porselen memilki sifat kelembapan kimia dimana kelembapan kimia ini merupakan karakteristik yang penting karema memastikan bahwa permukaan restorasi gigi tidak melepaskan elemen – elemen yang berbahaya, selain mengurangi risiko dari kekerasan permukaan serta meningkatnya kerentanan terhadap adhesi bakteri. Selainitu sifat kimia yang penting ini ialah porselen merupakan bahan yang biokompatibel dengan ligkungan rongga mulut dan juga tidak dapat dirusak oleh lingkungan.

3. Sifat Mekanis

Porselen adalah suatu bahan yang getas, oleh karena itu perkembangan porselen lebih mengarah pada perbaikan sifat mekanik, antara lain dengan penambhan alumina yang dapat memperkuat bahan. Selain itu

sebgian besar keramik memiliki sifat refraktori, kekerasan dan kerentanan terhadaoa fraktur karena rapuh.

Untuk kekeraasan keramik disini saat sebelum diaplikasikan menjadi suatu bahan restorasi memang mamilki kekuatan yang lebih besar daripada enamel. Akan tetapi pada saat telah diaplikasikan kekerasannya sangat diharapkan sama dengan email untuk meminimalkan keausan pada restorasi keramik dan mengurangi kerusakan akibat keausan yang terjadi pada enamel karena adanya restorasi keramik.

4. Sifat Estetik

Sifat estetik adalah salah satu sifat yang sangat penting karena keramik mampu meniru penampilan dan meyamai gigi asli.

5. Sifat porus

Pada saat pembakaran dapat terjadi gelembung – gelembung udara yangb tidak dapat dihindari sehingga menyebabkan terbentuknya rongga diantara partikel porselen. Hal ini yang menyebabkan porselen ini mudah pecah karena kepadatan dari porselen itu sendiri kurang. 6. Sifat thermal

Konduktifitas thermal dan koefisien ekspansi thermal mirip jaringan enamel dan dentin.

(9)

1. Feldspar

a. Feldspar kalium dan natrium adalah mineral yang terajdi secara alami dan terdiri atas potas K2O, soda

( Na2O), alumina Al2O3, dan silica SiO2. Sifat

penting dalam feldspar ini ialah kecenderungannya untuk membentuk leucite mineral krisatalin ketika meleleh. Dimana leucite ini sendiri mineral kalium – alumunium – silikat dengan koefisien ekspansi thermal yang besar dibandng feldspat kaca. Feldspar ini digunakan untuk memebri kejernihan pada porcelain. Feldpar ini akan mencair selama pembakaran porcelain dan mengikat bahan – bahan lain secara bersamaan. Feldspar ini secara perlahan akan melebur pada temperature 1100 o C (2000 o F )

dan akan menjadi liquid pada 1300 o C (2300 o F )

dengan kekentalan yang tinggi. Feldspar yang relative murni biasanya tidak berwarna sehingga ditambahkan pigmen untuk menghasilkan warna yang serupa dengan gigi.

2. Silica ( SiO2)

a. Silica terdiri dari quatz, trydimite atau cristobalite. Silica yang dipakai dalam dental porcelain berguna untuk menambha kekuatan. Silica bereaksi dengan feldspar untuk menghasilkan suatu ikatan . Selain

itu, silica ini merupakan bahan dasar utama dan mempengaruhi warna dari porcelain. Silica ini pada pembakaran normal tidak mengalami perubahan struktur dan akan mencapai keseimbangan pada temperature tinggi.

3. Fluks

a. Fluks dicampurkan pada porcelain dalam pembuatannya pada temperature yang rendah . Fluks yang dicampurakan pada porcelain ini terdiri atas sodium, kalsium, natrium, potassium karbonat, boraks dimana bahan – bahan ini merupakan low fusing material yang berguna untuk memperendah fusion temperature .

4. Kaolin

a. Merupakan pengikat untuk mempertahankan kepadatan an kekuatan agar porselen dapat dibentuk sebelum dibakar. Akan tetapi semakin banyak kaolin , maka akan semakin gelap porcelainnya karena kaolin bersifat member warna gelap pada porcelain. 5. Bahan pewarna

a. Oksida pigemntasi ditambahkan untuk mendapat berbagai wana yang diperlukan guna mendekati warna gigi. Pigmen warna ini diproduksi dengan mencampur oksida logam dengan kaca halus dan

(10)

feldspar dan kemudian menggerusnya ulang menjadi bubuk. Bubuk ini dicampur dengan bubuk yang tidak mempunyai pigmen untuk mendapatkan corak dan kroma yang tepat. Contoh dari oksida logam dan kontribusi warnanya pada porselen mencakup oksida besi atau oksida nikel ( coklat ), oksida tembaga ( hijau ), oksida titanium ( coklat kekuningan), oksida mangan (lavender) oksida kobalt (biru). Opasitas diperoleh dengan menambah oksida cerium, oksida zirconium, oksida titanium, atau oksida timah.

6. Bahan glaze dan bahan noda

a. Bahan ini dapat dipakai untuk mendapat hasil estetis yang baik yang dikehendaki.

7. Gua dan starch

i. Bahan ini biasanya dapat digunakan sebagai bahan pengikat.

6. Restorasi Metal-Keramik

PFM merupakan suatu alloy yang dilakukan coating dengan porcelain. Alloy merupakan bahan yang digunakan untuk bangunan protetik yang mampu mengikat ceramic dengan ikatan kimia dari lapisan tipis antara alloy dengan ceramic. Kemampuan ikatan

antara alloy dengan ceramic dapat menghasilkan teknologi restorasi untuk membuat mahkota, gigi tiruan cekat, dan protesa. (Anusavice, 2003). PFM terdiri dari 3 substansi yang saling berikatan secara kimiawi yaitu logam, lapisan tipis oksida, dan keramik atau porcelain. PFM digunakan untuk:

1. Cetakan single anterior dan posterior crown

2. Jembatan antar gigi anterior dan posterior (panjang dan pendek)

Jenis PFM:

1. High noble alloy

Terdiri dari 60% logam mulia (merupakan kombinasi dari emas, paladium dan perak) dengan berat emas minimal 40%. High noble alloy mengandung sejumlah timah, indium dan besi yang biasanya digunakan untuk pembentukan lapisan oksida agar bisa berikatan kimia dengan porselin. High noble alloy biasanya berwarna kuning atau putih, memiliki kekakuan yang rendah. High noble alloy di bagi menjadi tiga bagian :

(11)

Gold Platinum alloy dapat digunakan untuk casting penuh serta logam-keramik restorasi. Lebih rentan terhadap kendur, mereka harus terbatas pada jembatan rentang pendek. Komposisi dari Gold Platinum alloy adalah Emas 85%; Platinum 12%; Seng 1%; perak untuk menyesuaikan sifat ekspansi (dalam beberapa merek).

b. Gold-Palladium alloy

Dapat digunakan untuk casting penuh atau logam-keramik restorasi. Gold-Paladium memiliki suhu leleh tinggi. Komposisi dari gold-paladium mengurangi kecenderungan casting meleleh selama pembakaran porselen. Gold-palladium biasanya mengandung indium, timah atau galium untuk

pembentuk lapisan oksida. Komposisinya adalah Emas 52%; Palladium 38%; indium 8,5%; Perak untuk menyesuaikan sifat ekspansi (dalam beberapa merek).

2. Noble alloy mengandung setidaknya 25% berat logam mulia. Terdiri dari emas, paladium atau perak. Noble alloy adalah kelompok yang paling beragam. Noble alloy memiliki kekuatan, daya tahan serta kekerasan yang relatif tinggi. Noble alloy berwarna kuning atau berwarna putih.

a. Gold-copper-silver-palladium alloy

Gold-copper-silver-palladium alloy termasuk dalam kategori mulia tinggi. Gold-copper-silver-palladium alloy memiliki titik

(12)

leleh yang cukup rendah. Gold-copper-silver-palladium alloy lebih sering digunakan untuk restorasi cor penuh ketimbang aplikasi PFM. Komposisinya adalah emas 45%; Tembaga 15%; Perak 25%; Palladium 5%.

b. Palladium-copper-gallium alloy

Palladium-copper-gallium alloy mengandung tembaga dan kadang-kadang cenderung kendur selama pembakaran porselen. Galium ditambahkan untuk mengurangi suhu leleh dari Palladium-copper-gallium alloy secara keseluruhan. Komposisinya adalah Palladium 79%; Tembaga 7%; Gallium 6%.

c. Palladium-Silver and Silver-Palladium alloy

Palladium-Silver and Silver-Palladium alloy lebih rentan terhadap korosi. Di sisi lain, mereka memiliki resistensi yang tinggi terhadap kendur selama pembakaran porselen dan sangat kaku, sehingga baik untuk bentang panjang.Palladium-Silver and panjang.Palladium-Silver-Palladium juga lebih castable, lebih mudah untuk solder dan mudah untuk bekerja dengan dari paduan logam dasar.Komposisinya meliputi Palladium 61%; perak 24%, Timah (dalam beberapa formula). Komposisi pendukung adalah Perak 66%; Palladium 23%.

(13)

3. Base metal alloy

Telah ada sejak tahun 1970-an. Base metal alloy mengandung logam mulia kurang dari 25%, tetapi dalam kenyataannya sebagian besar tidak mengandung logam mulia sama sekali. Base metal alloy dapat digunakan untuk casting penuh atau restorasi PFM serta untuk kerangka gigi tiruan sebagian. Base metal alloy jauh lebih keras, kuat. Base metal alloy memiliki ketahanan yang sangat baik.

Nikel dan Berilium merupakan unsur yang paling umum digunakan untuk logam dasar ini dapat menyebabkan reaksi alergi ketika kontak dengan gingiva. Karena banyak perempuan (dan sekarang laki-laki) telah peka terhadap logam ini dengan mengenakan perhiasan menusuk kulit murah, mahkota dan jembatan yang terbuat dari paduan ini telah diketahui menyebabkan perubahan warna gingiva, pembengkakan dan kemerahan pada individu. Namun reaksi alergi hanya berefek pada gusi tidak untuk sistemik atau menyeluruh. Reaksi alergi tampaknya terbatas untuk peralatan tetap (mahkota dan jembatan). Logam nikel jarang dapat menyebabkan dermatitis apabila hanya digunakan untuk kerangka gigi tiruan lepasan sebagian. Asupan nikel dan berilium yang sangat tinggi bersifat karsinogenik (penyebab kanker). Base metal alloy dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Nickel-chromium alloy

60% adalah nikel 0,1 % karbon sebagai pengeras. Cobalt-chromium alloy biasanya digunakan sebagai kerangka gigi tiruan sebagian lepasan.

(14)

Cobalt-chromium alloy dapat digunakan untuk fabrikasi Kerangka PFM. Masalah utama adalah sulitnya bekerja dengan cobalt-chromium terutama pada titik leleh yang tinggi yang menyebabkan harusnya menggunakan peralatan yang khusus. Kekerasannya yang rendah menyulitkan kita pada saat memoles.

(15)

High-Noble Alloy

Noble Alloy Base Metal Alloy Warna Dari putih ke

keemasan tergantung pada kandungan emas. Putih Putih Melting Range 1149-1304 derajat C 1155 – 1304 derajat C 1155 – 1304 derajat celcius Density 13,5 – 18,3 gr/cm3 10,5 – 11,5 gr/cm3 7,8 – 8,4 gr/cm3

Castability Mudah untuk di cast Tidak semudah high noble alloy Sensistif pada teknik yang ekstrem Hardness 182 – 220 VHN 189 – 270 VHN 175 – 360 VHN Yield Strength 450 – 572 Mpa 462 – 685 Mpa 310 -828 Mpa Percent elongation 5 – 20 % 10 – 34 % 10 – 28 % Porcelain bonding Lapisan oksida membantu pembentukan ikatan kimia. Membantu perlekatan dengan porcelin bersama dengan unsur base metal alloy (Sn, In, dll) Membentuk lapisan oksida adekuat yang merupakan kunci perlekatan porcelin

Sag resistance Tahan hingga suhu lebih dari 950 derajat celsius

Tahan hingga suhu lebih dari 950 derajat celsius Sangat tidak stabil pada firing temperatu re dari porcelin Tarnish and corrosion Adaftif terhadap rongga Adaftif terhadap rongga mulut, Sangat tahan terhadap tarnish dan

(16)

mulut, sehingga tidak mudah mengalami tarnish sehingga tidak mudah mengalami tarnish korosi Biocompatibilit y Aman bagi lingkungan rongga mulut Sangat aman dan biokompatible dengan lingkungan rongga mulut. Nikel yang terkandung dalam base metal alloy dapat memicu reaksi alergi pada beberapa orang.

(17)

Scrap value Baik. Baik Buruk

Syarat sistem PFM:

1. Melting temperature alloy harus lebih tinggi daripada firing temperature porselin. Serta memiliki fusion temperature yang tinggi.

2. Metal memiliki koefisien ekspansi termal (CTE) yang kompatibel dengan porselin.

3. Metal mampu menahan deformasi saat porcelin mencapai firing temperature (jika tidak kemungkinan akan

menyebabkan fraktur).

4. Memiliki stiffness atau tingkat kekakuan yang tinggi (adanya flexing dari alloy dapat menyebabkan porselin fraktur).

5. Metal berpotensi untuk mengikat porselin dengan kuat. 6. Tidak boleh ter-discoloration

Bahan-bahan yang digunakan dalam Porcelain Fused to Metal (PFM) harus biokompatibel dengan jaringan rongga mulut.

Restorasi metal keramik harus memenuhi lima persyaratan:

1. Harus dapat mendukung estetik 2. Harus bersatu pada temperatur rendah

3. Harus punya koefisien termal ekspansi yang kompatibel dengan alloy yang digunakan untuk bingkai kerja metalnya 4. Harus awet pada lingkungan oral

5. Harus mempunyai tingkat abrasivitas yang rendah.

Porselen terbentuk dari dase kristalin (leucite) yang larut dalam matrix kaca (amorf). Komposisi kimianya termasuk didalamnya adalah silica, alumina, natrium oksida, dan kalium oksida. Bahan pembuat opak, bermacam heat-stable pewarna oksida dan sedikit oksida fluorescing ditambahkan agar penampilan porselen sesuai dengan struktur kompleks dan dentin atau enamel. Keberadaan dari jumlah yang besar dari fase kaca di porselen dental (80-90 % volume) membuat translusensinya mirip enamel.

Restorasi metal keramik terdiri dari framework logam tuang dengan setidaknya dua lapis dari keramik yang telah dibakar. Lapis pertama adalah lapisan yang opak, terdiri dari porselen yang telah dimodifikasi dengan opacifying oxides. Fungsinya adalah sebagai masker untuk menutupi kegelapan dari metalnya. Lapisan tipis yang opak ini juga berkontribusi pada ikatan metal-keramiknya. Langkah selanjutnya adalah porselen dari enamel atau dentin (kebanayakan translusen) untuk penampakan estetikanya. Bubuk porselen dentin atau enamel ini dicampur dengan cairan modeling (kebanyakan air yang telah didistilasi) hingga konsistensinya

(18)

seperti krim dan kemudian diaplikasikan di atas lapisan yang opak. Porselennya kemudian dikondensasikan dengan vibrator dan dibuang kelebihan airnya dengan tisu yang menyerap air, kemudian secara perlahan kering karena difusi air dan evaporasi. Porselen harus dibuat sedikit kebesaran sebagai kompensasi dari shrinkage yang besar (25-30%) yang berhubungan dengan proses sintering. Setelah membuat porselennya, restorasi metal-keramik sinter dibawah vacuum di perapian porselen untuk menghilangkan pori (0.56%) Setelah pintu perapian ditutup, tekanan diperkecil hingga 0.01 MPa. Temperaturnya naik hingga suhu yang diinginkan tercapai, kemudian vacuumnya dilepas dan tekanan perapiannya kembali menjadi 0.1 MPa.

Kekuatan ikatan antara porselen dan metal sangat penting sebagai syarat keawetan restorasinya. Secara umum, ikatan ini adalah hasil dari penyerapan kimia secara difusi dari permukaan lapisan oksida dari alloy dan porselen. Untuk alloy logam yang tidak mudah

teroksidasi, laposan oksida dibuat selama proses wetting dari alloy oleh porselen dan siklus pembakaran yang berkelanjutan. Kegagalan mekanik yang paling sering untuk restorasi metal keramik adalah pelepasan ikatan dari porselen ke metalnya. Banyak faktor yang memengaruhi adesinya yaitu formasi dari ikatan kuat kimianya, mechanical interlocking kedua material, dan tegangan residu termal. Sebagai tambahan, porselennya harus menyatu dengan permukaan untuk membentuk sambungan yang tanpa celah.

Sifat dasar yang dimiliki oleh porselen yang memungkinkan terbentuknya restorasi PFM adalah adanya ikatan antara porselen dan logam. Tanpa ikatan ini , porselen akan cepat rusak didalam mulut karena rapuh. Sehingga ikatan yang baik antara porselen dan logam alah sangat di perlukan. Beberapa faktor yang mengontrol perikatan metal-keramik adalah: pembentukan ikatan kimia yang kuat, mekanik interlocking antara dua bahan, dan tegangan sisa.

Teori ikatan logam-keramik dahulunya dibagi menjadi dua kelompok:

1. Ikatan kimia melalui permukaan logam-porselen.

Antara permukaan porselen dan metal terdapat pelekat berupa lapisan oksida yang penting untuk menghasilkan

(19)

ikatan yang baik. Pada base metal melalui choramic oxide sedangkan pada nobel metal melalui tin oxide dan iridium oxside.

2. Penguncian mekanis antara porselen dan logam.

Antara permukaan porselin dan metal terdapat nodul-nodul. Walaupun ikatan kimia umumnya dianggap berperan pada perlekatan logam-porselen, bukti yang ada menunjukan bahwa untuk sebagian sistem kecil, mekanis interlocking memberikan ikatan utama.

Pembentukan oksida pada permukaan logam berperan pada pembentukan ikatan yang kuat. Logam mulia yang tahan terhadap oksidasi harus di tambahkan elemen-elemen yang mudah teroksidasi seperti irdium dan timah. Logam paduan dasar mengandung unsur-unsur seperti nikel, krom dan berilium yang mudah membentuk oksida selama degassing sehingga harus diperhatikan untuk menghindari pembentukan oksida yang terlalu tebal.

Secara teoritis dan praktis, kekasaran, atau topography dari permukaan keramik-metal mempunyai peranan penting dalam perikatan. Ceramik menembus kepermukaan logam kasar sehingga dapat terjadi mekanik interlocking dengan logam yang

meningkatkan perikatan. Perluasan daerah dengan permukaan kasar juga menyediakan lebih banyak ruang untuk terbentuknya ikatan kimia. Namun permukaan kasar juga dapat mengurangi perikatan jika keramik tidak menembus sampai permukaan dan terdapat ronggapada permukaan.

Sisa tegangan tinggi antara logam dan seramik dapat menyebabkan kegagalan. Jika logam dan keramik memiliki koefisien ekspansi termal yang berbeda, kedua bahan akan kontrak pada tingkat yang berbeda selama pendinginan dan akan terbentuk tegangan sisa yang kuat diseluruh permukaan. Jika tegangan cukup kuat keramik pada restorasi akan retak atau terpisah dari logam. Bahkan jika tekanan kurang kuat dan tidak menyebabkan kegagalan langsung, masih dapat melemahkan ikatan.

Untuk menghindari masalah ini keramik dan logam diformulasikan untuk memiliki koefisien ekspansi termal yang cocok. Kebanyakan porselin memiliki koefisien ekspansi termal antara 13,0 dan 14,0 x 10-6oC, logam memiliki koefisien termal

antara 13,5 dan 14,5 x 10-6oC. Perbedaan 0,5 x 10-6oC dalam

ekspansi termal antara logam dan keramik menyebabkan logam lebih sedikit berkontak dengan keramik selama pendinginan setelah firing.

(20)

1. Setelah mendapatkan metal coping, diberi lapisan tipis opaque porcelain.

2. Dentin powder dicampur mengunakan air yang terdestilasi, dicampur menggunakan spatula kaca. Kemudian dilakukan kondensasi pada kerangka metal dengan cara digetarkan, dispatulasi, atau disikat.

3. Drying

Restorasi diletakkan di dalam preheated porcelain furnace terbuka selama 5 – 8 menit.

4. Pembakaran/Firing/Sintering

Proses dari sintering dan penggabungan dari partikel dari massa kondensasi disebut sebagai firing. Bubuk partikel mengalir dan mengalami fusi selama proses firing. Membuat restorasi menjadi padat dan kuat. Proses firing berakhir di tungku pembakaran porselin. Hal-hal yang berkaitan dengan firing antara lain:

 Tungku pembakaran porselin  tempat berlangsungnya proses firing. Banyak perusahaan yang memproduksi tungku pembakaran ini. Tungku pembakaran modern dikendalikan oleh komputer yang dilengkapi dengan sekumpulan program yang berfungsi untuk mengontrol siklus firing.

 Siklus firing  Keseluran tahapan yang terlibat dalam firing disebutt siklus firing.

 Preheating  Massa yang terkondensasi tidak boleh diletakkan berdekatan dengan tungku pembakaran.  Vacuum firing  Selama proses firing pada porselin

berlangsung, sebuah alat vakum dengan tekanan negatif diletakkan pada tungku pembakaran. Alat vakum berfungsi untuk menurunkan porositas pada keramik.

5. Glazing

Sebelum glazing final, restorasi dicobakan ke mulut pasien oleh dokter gigi. Bagian oklusi di diperiksa dan sisesuaikan dengan menggunakan metode grinding. Perubahan atau penyesuaian akhir dilakukan oleh dokter gigi untuk membentuk restorasi. Restorasi yang telah dibentuk, siap

(21)

untuk tahap akhir, yaitu glazing. Glazing adalah sebuah proses dimana restorasi dibakar pada suhu tinggi untuk memberi permukaan yang halus dan berkilau.

Beberapa tujuan dari glazing antara lain:  Meningkatkan aspek estetika

 Meningkatkan aspek higienitas

 Meningkatkan kekuatan restorasi. Porcelain atau restorasi yang mengalami proses glazing jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan ceramic yang tidak

mengalami proses glazing. Proses glazing juga mencegah kemungkinan terjadinya keretakan. 6. Cooling/pendinginan

Proses pendinginan dari porselin yang telah dibakar harus dikontrol. Proses pendinginan yang terlalu cepat dapat menyebabkan keretakan pada restorasi atau dapat memicu tekanan di dalam restorasi yang akan melemahkan restorasi tersebut.

SUMBER PEMBELAJARAN TEXTBOOK

1. Brend, Selhard. Anatomy of Orofacial Structures. 6th edition.

Mosby Elsevier. 1998.

Perbedaan gigi sulung dan gigi tetap:

1. Gigi sulung anterior lebih kecil proporsi akar dan mahkotanya. Gigi sulung molar lebih lebar secara mesiodistal dari pada premolar permanen, sebagai gigi penggantinya.

2. Akar dari gigi sulung anterior terlihat lebih panjang dan ramping proporsinya dibandingkan dengan gigi permanen. 3. Akar dari gigi sulung posterior sangat menyempit pada

CEJnya, root trunknya juga sangat pendek.

4. Cervical ridge enamel pada sepertiga servikal gigi anterior secara labial dan lingual lebih menonjol pada gigi sulung. 5. Bukoserical ridge dari gigi molar sulung lebih menonjol,

khususnya pada M1.

6. Pada gigi sulung, secara bukolingual permukaan oklusalnya lebih menyempit.

7. Akar dari gigi molar sulung jika dibandingkan dengan permanenna juga secara proporsi lebih ramping karena mahkota gigi sulung lebih pendek. Akar molar sulung juga lebih menyebar untuk ruang pertumbuhan gigi permanen. 8. Gigi sulung biasanya lebih putih

9. Ruang pulpa gigi sulung lebih besar

10. Tanduk pulpa gigi sulung lebih tinggi kea rah oklusal jadi lebih dekat dengan enamel

(22)

12. Enamel dari gigi sulung lebih tipis dan ketebalannya konsisten

SUMBER PEMBELAJARAN TEXTBOOK

1. Whaites E. Essentials of Dental Radiography and Radiology. Churchill Livingstone. London. 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Kebijakan Dividen berpengaruh, Profitabilitas tidak ber- pengaruh, dan

Rasio tersebut dihitung dari hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar 2004 (SPKKD 2004), yang dilakukan untuk mengumpulkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga per

 Dokumentasi yang baik disajikan untuk mengurangi konflik antar user dengan departemen layanan informasi, ketika sistem didokumentasikan dengan baik menjadi

diperlukan Jenis filter yang direkomendasikan: Filter P2 (menurut DIN 3181) untuk partikel padat dan cair bahan berbahaya Pengusaha harus memastikan bahwa perawatan, pembersihan,

196 S1AW10QD PMS GV KPP BEA CUKAI 107 / PEMATANGSIANTAR WILAYAH I / MEDAN Jl. Sisingamangaraja No.66 Pematangsiantar Kota Pematangsiantar Sumatera Utara 197 S1AW10QF SIM

1) Belum terdapat Masterplan Pariwisata untuk mengidentifikasi destinasi dan kebutuhan infrastruktur khusunya jalan dalam mendukung kawasan pariwisata tersebut. 2) Keterbatasan

Prinsip percobaan ini adalah mengamati proses terjadinya korosi pada besi yang tidak dilapisi logam lain dan besi yang dilapisi logam Zn, Al dan Cu dalam gel, dengan bantuan

Tujuan dari penelitian ini adalah; (1) untuk menganalisis efektivitas antibiotik terhadap penurunan populasi total mikroflora saluran pencernaan ikan mas yang selanjutnya