• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

KODE JUDUL: 1.03

LAPORAN AKHIR

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (PKPP 2012)

DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN

Phytophthora infestans (Mont.) de Bary

KEMENTRIAN/LEMBAGA:

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Peneliti/Perekayasa: 1. Dr. Ahsol Hasyim, MS 2. Dr. Eri Sofiari

3. Kusmana SP

4. Ir. Yenni Kusadriani. 5. Drs. Lutfi

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI

(2)

BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Tanaman Kentang merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak diusahakan petani di dataran tinggi di Indonesia. Produksi kentang di Indonesia telah berkembang dengan pesat dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil terbesar di Asia tenggara. Dari tahun ke tahun luas areal, hasil produksi, dan produktivitas kentang berfluktuasi. Pada tahun 2003 luas panen kentang di Indonesia 65 923 ha dengan produksi 1.009.979 ton atau rata-rata produktivitas 15.32 ton/ha. Produksi kentang menurun menjadi 1.003.732 ton dengan luas panen 62.375 pada tahun 2007, produktivitas naik lagi menjadi 16.09 ton/ha pada tahun 2008 dengan luas panen 64.151 ha sedangkan pada tahun 2010 luas panennya meningkat lagi menjadi 66.531 ha (BPS 2010). Dibandingkan dengan produktivitas kentang di Eropa yang rata-rata mencapai 25.5 ton per hektar, produktivitas kentang di Indonesia masih cukup rendah. Rendahnya hasil tersebut terkait dengan pemakaian bibit yang rendah mutunya. Penggunaan benih secara turun temurun dan mutunya rendah merupakan salah satu sebab merosotnya produksi dan tingginya intensitas serangan penyakit tertentu, terutama jenis penyakit yang terbawa benih. Selain keadaan iklim suatu daerah dan sistem budidaya yang tidak optimal mempengaruhi perkembangan dan penyebaran suatu penyakit.

Benih sehat merupakan benih yang dihasilkan melalui teknik kultur jaringan yang Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. Toleransi tentang adanya serangan pada benih kentang oleh badan ini adalah: a) benih generasi 0 (G0) toleransi penyakit virus adalah 0% dan penyakit layu bakteri 0%, b) benih generasi satu (G1) toleransi virus 0,01% dan penyakit bakteri/nematoda 0%, c) benih generasi dua (G2) toleransi virus 0,1% dan penyakit bakteri/nematoda 0,5%, d) benih generasi tiga (G3) toleransi virus 0,5% dan penyakit bakteri/nematoda 0,5%, e) benih generasi empat (G4) toleransi virus 2% dan penyakit bakteri 1%.

Beberapa sentra produksi kentang di Indonesia yaitu 5 provinsi dan 10 Kabupaten dijadikan sebagai bagian dari kawasan pengembangan hortikultura khusus untuk kentang. Kelima provinsi tersebut diatas adalah Provinsi Jawa Timur, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Dengan dibentuknya kawasan pengembangan hortikultura khusunya untuk tanaman kentang, maka kegiatan penelitian nasional kentang dapat lebih terkonsentrasi dan lebih

(3)

efisien. Untuk memberi dukungan terhadap pengembangan kawasan tersebut maka dibutuhkan ketersediaan varietas unggul dan benih kentang yang bermutu dalam jumlah yang memadai.

Varietas kentang yang banyak beredar dipetani saat ini sangat terbatas sekali yaitu hanya Granola dan Atlantic (Ashandi dkk. 1989). Granola ditanam petani sebagai kentang sayur sementara Atlantic dibudidayakan sebagai bahan baku industri kripik. Penggunaan varietas yang sangat terbatas dapat menyebabkan terjadinya erosi genetik, sehingga kalau terjadi ledakan hama atau penyakit pada kedua varietas tersebut akan berdampak sangat buruk pada mata rantai produksi kentang di Indonesia.

2. Pokok permasalahan

Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah melepas beberapa varietas kentang unggul baru termasuk toleran terhadap serangan penyakit busuk daun. Varietas kentang yang telah dihasilkan Balitsa belum banyak yang diadopsi oleh pengguna Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurang promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Kalaupun dilakukan promosi biasanya tidak diikuti dengan penyediaan benihnya sehingga pada waktu stake holder berkeinginan untuk mencoba ketersediaan benihnya tidak siap. Selain itu benih yang diadakan oleh Balitsa mekanisme pengadaannya dengan cara klien harus order terlebih dahulu, keaadaan seperti ini tidak disukai

klien, mereka lebih menyukainya ready stock. Kemudian benih yang ditawarkan

Balitsa diterima konsumen dalam bentuk planlet atau GO (benih penjenis) yang kebanyakan petani kita belum bisa mengelola kelas benih tersebut.

Melalui kegiatan demplot pengenalan varietas hasil Balitsa, akan memberikan peluang bagi varietas baru tersebut untuk dikenal keberadaannya oleh pengguna. Setelah itu diharapkan petani mulai tertarik untuk mencoba dan membudidayakannya. Secara parelel pada waktu yang bersamaan yaitu saat demplot berlangsung kegiatan perbanyakan benih sumber dilakukan secara massal, sehingga apabila petani sudah menentukan pilihan varietas yang disukainya, benih sudah siap didesiminasakan juga disiapkan baik itu benih berupa planlet, G0 dan benih turunan lainnya.

(4)

3. Maksud dan Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan beberapa varietas kentang unggul baru termasuk varietas yang toleran terhadap serangan penyakit busuk daun. Sasarannya adalah petani dapat mengadopsi dan memilih varietas yang sesuai dan cocok untuk dikembangkannya didaerah masing-masing terutama didaerah yang endemik terserang Phytophthora infestan sehingga penggunaan pestisida dapat dikurangi. Diharapkan minimal satu varietas kentang yang didesiminasikan disukai oleh petani sebagai pengguna.

4. Metodologi Pelaksanaan a. Lokus Kegiatan :

Kegiatan lapang di Sulawesi Selatan dilaksanakan di desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa, Propinsi Sulawesi Selatan. Areal lokasi kegiatan merupakan sentra produksi sayuran dan ditanami oleh sayuran kol, kentang, bawang daun.

b. Fokus Kegiatan : Pertanian Pangan

Serangan hama/penyakit utama pada kentang seperti Phytophthora infestan, layu bakteri, Lyriomyza spp. merupakan kendala kendala penyebab rendahnya produksi kentang di Indonesia. Produksi kentang sangat erat kaitannya dengan keragaan varietas seperti produktifitas tinggi dan tahan terhadap hama/penyakit utama. Sampai saat ini sebagian besar petani kentang masih terfokus menanam kentang varietas Granola, padahal Balai Penelitian Tanaman Sayuran sudah melepas lebih kurang 20 varietas kentang baik untuk kentang sayur maupun kentang olahan untuk keripik. Tersedianya varietas kentang dengan produktifitas tinggi, tahan terhadaphama/penyakit utama merupakan upaya teknologi untuk mendukung peningkatan produksi kentang. Oleh karena itu diperlukan pengenalan varietas kentang selain varietas granola sehingga petani dapat memilih varietas yang sesuai untuk dikembangkan didaerahnya masing-masing. c. Bentuk Kegiatan

1. Kegiatan di rumah kasa. Benih sumber Generasi awal (G0) diperbanyak di Balitsa sebagai bahan untuk demplot akselerasi dan adopsi varietas baru kentang unggul hasil Balitsa. Jumlah umbi Generasi awal (G0) yang dibutuhkan untuk Demplot varietas berkisar antara 300-400 umbi per varietas. Varietas yang ditanam sebanyak 8 varietas yaitu Granola G 0, GM 08, Repita, GM 05, Merbabu 17,

(5)

Margahayu, Kikondo, Cipanas, dan ditambah satu varietas Granola Generasi ke tiga.

2. Kegitan lapang: Demplot varietas kentang dilaksanakan dengan menanam 8 varietas kentang Generasi awal (G0) ditambah 1 varietas Granola Generasi ketiga (G3) di lahan petani desa Pittapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa.

BAB II. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

a. Perkembangan kegiatan

Tahapan pelaksanaan kegiatan tertera pada Tabel 1di bawah ini. Tabel 1. Tahapan Kelaksanaan Kegiatan

No. Jenis kegiatan Uraian Kegiatan

1. Persiapan kegiatan Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan 2. Perbanyakan benih G0 Benih G0 untuk ditanam di demplot

varietas dilahan petani Pattapang, Kecamatan Tinggi Moncong dipersiapkan di Balitsa Lembang. 3. Pengolahan tanah Tanah diolah dengan dicangkul,

diratakan, dan kotoran atau gulma dibersihkan kemudian dibuat guludan. Masing-masing guludan berukuran 1 x 10 meter, kemudian diberi mulsa plastik hitam.

4. Pemupukan Pupuk kandang yang digunakan

adalah pupuk ayam yang sudah matang dengan dosis 15 ton/ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar diberikan saat tanah yaitu NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha. Nematisida diberikan untuk mengendalikan nematoda dengan dosis 40 kg /ha diberikan saat tanam. 5. Penanaman Bibit kentang yang sudah bertunas

ditanam dengan jarak tanam 70 x 20 cm. Masing-masing lobang tanaman ditanam 1 umbi.

6. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, dilakukan seminggu dua kali apabila tidak kena hujan, pemberian pupuk susulan dengan menggunakan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 700 kg /ha dicairakan dengan air dan diberikan disekitar

(6)

perakaran tanaman masing-masing 250 ml/tanaman. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan pestisida bila telah melewati ambang kendali. 7. Panen Panen dilakukan pada saat tanaman

berumur 100 hari dimana 10 hari sebelum panen dilakukan pemotongan batang tanaman.

8. Pelaporan Pelaporan akhir kegiatan

b. Hambatan;

Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegitan adalah tidak adanya irigasi teknis. Pengairan dilaksanakan dengan mengambil air dari dalam tanah dengan pompa kemudian ditampung dalam bak penampungan. Namun pada saat tanaman berumur >60 hari air dalam tanah terbatas jumlahnya hal ini disebabkan karena musim kemarau yang panjang

2. Pengelolaan Administrasi Manajerial a. Perencanaan Anggaran

Rencana penggunaan anggaran ( RAB) telah disusun sebelumnya sesuai dengankebutuhan kegiatan penelitian serta kegiatan lainya yang mendukung penelitian ini, dan diharapkan RAB tersebut dijadikan acuan dalam rangka mencapai output yang telah ditetapkan. Perencanaan anggaran sudah disusun berdasarkan panduan insentif PKPP 2012 yang meliputi tiga tahapan pencairan (termin) yaitu Termin 1 ( 30%), termin ke dua (50%), dan termin ketiga (20%). Tabel 2. Uraian Penggunaan dana insentif PKPP.

No. Uraian Pagu Tahap I Tahap 2 Tahap 3 Saldo

1. Anggaran 250.000.000 74.000.000 124.841.658 0 51.144.422

2. Honor/upah 96.560.000 16.500.000 60.930.000 19.130.000

3. Perjalanan 87.880.000 17.642.920 42.361.658 27.875.422

4. Bahan 55.460.000 36.871.000 18.550.000 39.000

5. Ops. lainnya 10.100.000 3.000.000 3.000.000 4.100.000

b. Mekanisme Pengelolaan Anggaran

Pengelolaan anggaran dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut: - Dana yang diterima dari program PKPP dikelola oleh bendahara Balitsa. - Dari bendahara akan diserahkan kepada Pemegang Uang Muka

Kegiatan (PUMK) masing-masing kegiatan.

(7)

c. Rancangan dan Perkembangan Pengelolaan Aset

Aset berupa benih varietas unggul kentang tahan penyakit Phytophthora infestan diserahkan kepada Ketua Kelompok Tani Hikmah Bersama, Desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa, Propinsi Sulawesi Selatan untuk dibagikan kepada anggota kelompok tani (Lampiran: Berita acara hasil panen). BPTP Sulawesi Selatan juga mengambil contoh benih masing-masing sebanyak 5 -10 kg untuk dikembangkan di Kabupaten Enrekang. Diharapkan beberapa varietas kentang yang sudah dibagikan dapat beradaptasi dengan baik dan tersebar di Sulawesi selatan.

d. Kendala-hambatan Pengelolaan Administrasi Manajerial

Tidak ditemukan kendala dan hambatan administrasi manajerial yang secara faktual mengganggu kelancaran proses kegiatan program.

BAB III METODE PENCAPAIAN TARGET KINERJA 1. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja

a. Kerangka Metode-Proses

Demplot penelitian akan dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan sedangkan perbanyak benihnya dilakukan di Skreen house Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. Lahan untuk demplot pengujian varietas diolah secara baik dengan dicangkul, diratakan, dan kotoran atau gulma dibersihkan. Kemudian dibuatkan larikan untuk meletakan pupuk kandang, pupuk buatan dan benih kentang. Jarak tanam yang digunakan 70 x 20 cm, Pupuk kandang yang digunkan pupuk ayam yang sudah matang dengan dosis 15 ton/ha diberikan seminggu sebelum tanam. Pupuk dasar diberikan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 500 kg /ha diberikan pada saat tanam. Nematisida diberikan untuk mengendalikan nematoda dengan dosis 40 kg /ha diberikan saat tanam. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, dilakukan seminggu dua kali apabila tidak kena hujan, pendangiran dilakukan umur 3 minggu setelah tanaman diikuti pemberian pupuk susulan dengan menggunakan NPK 16 : 16: 16 sebanyak 700 kg /ha diberikan disekitar perakaran tanaman sebelum tanaman di bumbun. Pembumbunan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 50 hari setelah tanam. Aplikasi pestisida dilakukan secukupnya untuk mengendalikan hama dan penyakit utama kentang. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 100 hari dimana 10 hari sebelum panen dilakukan pemotongan batang tanaman.

(8)

- Kegiatan Partisipatif dengan stakeholder

Pada saat tanaman berumur antara 50-60 hari setelah tanam direncanakan akan mengundang beberapa penangkar benih, petani, pedagang bibit, pedagang kentang konsumsi, penyuluh, konsumen rumah tangga, BPTP dan Dinas Pertanian Setempat (stakeholder). Pengujian partisipatif dilakukan pada demlot kegiatan di Sulawesi selatan responden yang diundang adalah responden yang berdomisili disektar lahan percobaan. Jumlah responden sebanyak 40 orang yang mewakili sebagai petani, penangkar benih, pedagang dan penyuluh. Tujuan mengundang stake holder adalah untuk memberikan informasi tentang beberapa varietas kentang unggul baru toleran busuk daun, diharapkan setelah diketahui oleh stakeholder mereka tertarik dengan varietas Balitsa. Dengan melihat tanaman tersebut

stakeholder dapat mengamati varietas baru kentang yang ditampilkan di demplot.

Dari pengamatan tipe pertumbuhan tanaman tersebut mereka dapat menilai tinggi tanamannya, pola pertumbuhannya, vigor tanamannya serta resistensinya terhadap hama dan penyakit.

Responden yang diundang pada pertemuan pertama atau saat pertumbuhan akan diundang juga pada saat panen. Pada waktu panen responden dapat menilai varietas mana yang paling disukainya berdasarkan tampilan hasil umbinya maupun berdasarkan hasil tonasenya. Jumlah stakeholder yang diundang pada setiap pertemuan antara 30-40 orang. Sesui dengan metode yang dilakukan oleh Basuki

et al (2001) Pada saat panen responden diberikan quisionair untuk mengevaluasi

varietas yang diuji kemudian diminta untuk memilih varietas kentang yang mana yang paling disukainya. Responden akan mendapat sampel umbi bibit kentang sesuai dengan yang mereka pilih. Varietas yang diberikan ke responden dicatat, penerimanya siapa, jenis varietasnya apa dan berapa kilogram. Dengan kegiatan seperti ini kedepan kita dapat memonitoring sebaran varietas yang didistribusikan.Peubah yang diamati, Tinggi tanaman umur 60 hari, Intensitas serangan penyakit Phytophthora, Intensitas serangan penyakit lainnya, preferensi kesukaan petani pada saat fase vegetatif, Preferensi kesukaan petani pada saat panen (fase generatif), komponen hasil (jumlah umbi, berat umbi).

Presentasi kerusakan yang disebabkan oleh penyakit (Phytophthora dihitung dengan menggunakan rumus:

P = a/a+b x 100 % P= Intensitas serangan

(9)

a= jumlah daun yang terserang

b= jumlah daun sehat/tanaman contoh 2. Indikator Keberhasilan Pencapaian

Beberapa indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan pencapaian target kegiatan adalah:

a) Diperolehnya minimal 2 varietas kentang yang tahan penyakit Phytophthora infestan, produksi tinggi dan sesuai dengan preferensi petani untuk dikembangkan di lahan petani, Kabupaten Goa dan Kabupaten lainnya yang berada di sulawesi selatan.

c) Diperoleh data intensitas serangan dan tingkat kerusakan yang disebabkan oleh penyakit Phytophthora infestan.

d) Diperoleh data potensi hasil dari masing-masing varietas yang di tanam di desa Pattapang, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Goa.

e. Tersebarnya varietas benih kentang unggul hasil pemulian Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

3. Perkembangan dan Hasil Pelaksanaan Penelitian

Untuk mengetahui preferensi petani terhadap penampilan varietas kentang yang telah diuji dilakukan dengan mengundang petani dan memberikan kuesionir. Ada 30 petani memberikan penilaian terhadap penampilan varietas yang diuji (1. Granola G 0. 2) Granola G3 (Garut), 3). GM 08, 4.) Repita, 5.) GM 05, 6.) Merbabu 17, 7.) Margahayu, 8.) Kikondo, 9.) Cipanas). Hasil penilaian petani terhadap penampilan varietas pada fase vegetatif dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Preferensi petani terhadap pertumbuhan vegetatif varietas kentang

(10)

Varietas yang sangat disukai oleh petani pada saat melihat pertumbuhan 9 varietas kentang adalah varietas Granola G0 dan varietas Cipanas (Gambar 1) dan yang disukai oleh petani ada 4 varietas yaitu varietas Granola Garut, varietas repita dan Merbabu 17 dan Varietas kikondo, sedangkan yang tidak disukai adalah Gm 05 dan GM 08. Penampilan GM05 dan GM 08 kurang disukai hal ini disebabkan karena benih yang digunakan kurang baik pertumbuhannya dan tidak tumbuh serentak, sedangkan varietas Margahayu kurang disukai karena relatif rentan terhadap serangan ulat poenggorok daun Liriomyza spp (Gambar 2).

Gambar 2. Penampilan Vegetatif Vrietas Cipanas (kiri) dan Varietas Margahayau (kanan) Alasan mereka memilih varietas yang paling disukai yaitu Cipanas diantaranya karena toleran terhadap penyakit busuk daun, batang dan daun kuat, tahan cuaca ekstrim curah hujan tinggi, daun lebar, bentuk daun bulat, serta batang tidak mudah rebah. Sementara alasan memilih Granola karena sudah terbiasa menanamnya sehingga ada jaminan pasar (Lampiran 1)

Tabel 1. Tinggi Tanaman, lebar kanopi dan Jumlah Cabang Utama/Rumpun varietas kentang pada Umur 60 hari setelah Tanam

Perlakuan/Parameter pengamatan Tinggi tanaman (cm) Lebar kanopi (cm) Jml. cabang utama/ rumpun Granola 49.40 c 51,78 ab 2.3 a Granola Graut 58.40 e 48,60 ab 2.7 a GM-08 42.83 b 56,48 a 2.5 a Repita 58.13 d 40,05 b 2.3 a GM 05 40.20 a 54,40 ab 2.7 a

(11)

Merbabu 51.40 d 55,48 a 2.0 a

Margahayu 50.53 cd 40,05 b 2.2 a

Kikondo 60.40 e 54,40 ab 2.4 a

Cipanas 60.60 e 56.70 a 3.3 a

Keterangan : Angka yang didampingi oleh huruf yang sama pada setiap kolom menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata menurut Uji Duncan

Tinggi tanaman masing-masing varietas bebeda-beda (Tabel 1). Varietas yang tingginya lebih dari 60 cm adalah varietas Kikondo dan Cipanas, sedangkan varietas yang paling rendah adalah varietas GM 05 dimana tinggi tanaman >40 cm. Kemampuan tanaman untuk berkembang secara optimal saat fase pertumbuhan vegetatif tentunya menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam menunnjukkan potensi produksinya yang merupakan hasil interaksi antara faktor genetis dan faktor lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh. Potensi produksi dari varietas kentang yang diuji disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Berat umbi/plot, berat umbi/10 tanaman sampel dan produksi kentang per ha dari beberapa varietas kentang yang diuji

Varietas kentang Berat Umbi/10 tan sampel (kg ) Berat Umbi/Plot (kg) Produksi kentang ((ton/ha) Granola G 0 4.66 a 40.08 a 16.12 a Granola Garut 9.05 c 70.56 bc 28.21 cd GM-08 4.47 a 32.84 a 13.13 a Repita 6.91 bc 68.26 bc 24.37 bc GM-05 4.69 a 37.64 a 15.05 a Merbabu 6.61 ab 64.28 bc 25.71 bc Margahayu 4.39 a 36.46 a 14.58 a Kikondo 6.95 bc 59.64 b 23.85 b Cipanas 9.0 c 75.37 c 30.14 d

Dari Tabel 2 terlihat bahwa hasil panen varietas cipanas dan Granola Garut menghasilkan jumlah umbi per rumpun tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan varietas repita dan kikondo, namun berbeda nyata dengan varietas Granola G0, Gm 05, GM 08, Margahayu, dan Merbabu 17. Berat umbi per rumpun tampak bahwa Cipanas dan Granola Garut mampu menghasilkan berat umbi 9 kg/10 tanaman.(Gambar 3a). Demikian juga produksi kentang/plot yang teringgi diperoleh dari varietas Cipanas dan Granola Garut. Berdasarkan hasil analisis diperoleh

(12)

bahwa produksi kentang/ha yang tertinggi diperoleh dari varietas cipanas yaitu 30.14 ton kemudian diikuti oleh Granola Garut yaitu 28.21 ton, Merbabu 25.71 ton, Repita 24.37 ton, dan Kikondo 23.85 ton. Sedangkan GM 08 Margahayu, GM 08 dan Granola G 0 menghasilkan umbi terendah dengan produksi masing-masing berturut-turut 13.13 ton, 14.58 ton, 15.5 ton dan 16.12 ton/ha. Hasil panen benih kentang tersebut di gudang Ketua Kelompok Tani Hikmah Bersama (Gambar 3 b).

A B

Gambar 3. Produksi Umbi kentang varietas Cipanas per rumrun (A) dan Benih

kentang yang dipanen disimpan di gudang Ketua Kelompok Tani Hikmah Bersama.

OPT tanaman kentang

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Varietas kentang Int e ns it a s s e ra ng a n P hy top ht ho ra i nf e s ta ns

Gambar 5. Intensitas serangan penyakit Phytophthora infestan pada berbagai varietas kentang umur 32 hari setelah tanam

(13)

Tabel 3. Intensitas serangan penyakit Rhizoctonia solani dan Phytophthora infestan umur >50 hst

Varietas Rhizoctonia solani

Phytopthora infestan Granola 13.00 ab 10.20 d Granola Garut 30,00 c 9.86 cd GM-08 24.33 bc 9.93 cd Repita 30.66 c 4,30 a GM-05 23.33 bc 9.80 cd Merbabu 17 5.66 a 8.93 c Margahayu 6.33 a 20.60 e Kikondo 23.66 bc 7.53 b Cipanas 6.33 a 7.83 b

Secara umum semua varietas kentang yang diuji relatif toleran terhadap penyakit Phytophthora infestan kecuali varietas margahayu dimana intensitas serangan sudah paling tinggi 17% pada saat tanaman berumur 32 hari dan pada saat tanaman berumur > 50 hst intensitas serangan mencapai 20.60%, sedangkan varietas kentang lainnya intensitas serangan penyakit Phytophthora infestan berkisar antara 7.53 sampai 10.20%. Varietas kentang Repita sangat tahan dan intensitas serangan penyakit Phytophthora infestan baik pada saat tanaman berumur 32 hst maupun >50 hst kurang dari 5 %. Semua varietas yang diuji dikendalikan dengan fungisida apabila sudah melewati ambang kendali.

(14)

Pada saat tanaman memasuki fase generatif beberapa varietas kentang mulai diserang oleh penyakit Rhizoctonia solani (Gambar 6). Varietas yang rentan terhadap penyakit Rhizoktonia solani adalah Granola Garut, Repita, GM-08, Kikondo dan GM 05, sedangkan varietas cipanas, Margahayu, Merbabu dan Granola relatif agak tahan terhadap penyakit Rhizoctonia solani. Diduga penyakit Rhizoctonia solani berasal dari lahan petani bukan berasal dari benih karena fase penyerangannya baru terlihat setelah kentang memasuki fase generatif. Hal ini terbukti juga bahwa disamping lahan pengujian lahan petani disekitar pertanaman juga terserang Rhizoctonia solani dengan intensitas serangan bervariasi dari 5- 15 %. Hasil komunikasi pribadi dengan petani kentang H. ucung menyatakan serangan penyakit Rhizoktonia kadang-kadang muncul sejak 5 tahun yang lalu dengan intensitas relatif rendah. Agak tingginya serangan Rhizoktonia solani di lahan pengujian diduga disebabkan karena lahan pengujian menggunakan mulsa plastik hitam sedangkan lahan petani tidak menggunakan mulsa plastik hitam.

2. Potensi Pengembangan Ke Depan a. Kerangka Pengembangan Ke Depan

Penggunaan varietas yang sangat terbatas yang hanya bertumpu pada varietas Granola atau varietas Atlantik saja dapat menyebabkan terjadinya erosi genetik, sehingga kalau terjadi ledakan hama atau penyakit pada kedua varietas tersebut akan berdampak sangat buruk pada mata rantai produksi kentang di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Sayuran telah melepas beberapa varietas kentang unggul baru, namun adopsi dari varietas-varoietas tersebut masih sangat kecil sekali. Hal ini diantaranya terkendala oleh beberapa masalah yaitu kurangya promosi, sehingga keberadaanya kurang dikenal oleh pengguna. Untuk lebih memperkenalkan varietas-varietas hasil rakitan Balitsa kepada stake holder maka salah satunya yang cukup efektif untuk mempromosikannya adalah melalui kegiatan diseminasi pengenalan varietas atau demplot varietas. Dengan dilakukannya demplot maka petani dapat langsung mengamati varietas-varietas baru tersebut dari masa pertumbuhan hingga tanaman tersebut dipanen. Demplot varietas diusahakan ditanam dilahan petani kentang dan lahan bebas dari penyakit

(15)

b. Strategi Pengembangan Ke Depan

Strategi pengembangan diseminasi inovasi teknologi kedepan perlu dipertajam dengan pola/model SDMC (Sistem Diseminasi Multi Chanel) yang diawali dengan advokasi, pelatihan, penerbitan dan penyebarluasan media cetak serta pelaksanaan peragaan (demplot) dari inovasi teknologi varietas kentang yang disukai petani. Petani diharapkan berpartisipasi aktif mulai dari awal sampai akhir kegiatan.

BAB IV SINERGI PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Sinergi Koordinasi Kelembagaan Program a. Kerangka Sinergi Koordinasi

Kerjasama untuk benih kentang bebas patogen perlu dilanjutkan lagi dengan dengan mengirimkan planlet hasil perbanyakan laboratorium Balitsa dan kemudian akan diperbanyak oleh penangkar setempat. Lahan petani yang terinfeksi oleh penyakit tular tanah perlu diberakan atau dilakukan pergiliran tanaman dengan menanam lahan selain tanaman kentang. Sedangkan anggota Kelompok Tani Hikmah Bersama yang ingin mencoba menanam varietas kentang yang telah dipanen perlu menyeleksi benih yang baik dari hasil panen yang bebas patogen. Sedangkan koordinasi antar lembaga terkait, yaitu: BPTP Sulawesi Selatan, Balitbangda Sulawesi Selatan, perguruan Tinggi dan Dinas Pertanian perlu ditingkatkan lagi.

b. Indikator Keberhasilan Sinergi Koordinasi

- Terbentuknya kerjasama formal dengan pihak terkait, yaitu: Dinas Pertanian, BPTP, Balitbangda, dan Perguruan Tinggi yang ada di daerah Propinsi Sulawesi Selatan.

- Terlaksananya penyebarluasan benih varietas kentang unggul Balitsa oleh petani kentang di lokasi kegiatan secara mandiri.

c. Perkembangan Sinergi Koordinasi

Kelompok Tani dan BPTP Sulawesi Selatan telah bersedia dan sepakat i untuk penyebarluasan varietas kentang Balitsa. Perguruan tinggi (Universitas Hasanuddin juga akan mencoba beberapa varietas kentang yang sudah dilepas Balitsa dengan memperbanyak benih kentang bebas patogen melalui kegiatan aeroponik.

(16)

2. Pemanfaatan Hasil Litbangyasa

a. Kerangka dan Strategi Pemanfaatan Hasil

Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk diseminasi varietas kentang yang telah dilepas Balitsa harus dilakukan secara masiv denganmelibatkan langsung para petani kentang melalui Kelompok Tani Hikmah Bersama dan kelompok petani lainnya, dan para penangkar benih sudah mulai terbentuk di daerah-daerah sentral produksi kentang.

b. Indikator Keberhasilan Pemanfaatan

Petani kakao di lokasi penelitian dapat mengadopsi teknologi varietas kentang tahan Phytophthora infestan dan produksi tinggi.

c. Perkembangan Pemanfaatan

Telah dilakukan advokasi untuk para petani kentang anggota kelompok tani Hikmah Bersama tentang perlunya digunakan benih sehat dan bebas patogen sehingga produksi kentang yang dihasilkan tinggi. Anggota kelompok tani yang melihat sendiri umbi kentang yang besar-besar mereka tertarik untuk mencoba menanam dilahan kentang mereka masing-masing. Perguruan tinggi juga ingin memperbanyak benih kentang melalui sistem aeroponik dan akan memesan langsung planletnya ke Balitsa.

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

Tahapan pelaksanaan kegiatan penelitian dalam upaya meningkatkan kinerja diseminasi varietas kentang tahan Phytophthora adalah perbanyakan massal benih kentang mulai dari perbanyakan planlet bebas patogen di laboratorium, benih kentang generasi awal (G0), benih kentang generasi ke satu (G1) dan benih kentang ke genrasi ke 2 (G2) dilaksanakan di Screen House dengan media steril berupa arang sekam. Benih generasi awal G0 bisa diperbanyak di lapangan dan akan menjadi benih generasi ke dua (G2).

Kegiatan ini menggunakan anggaran dari program PKPP Kemenristek RI sebesar Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) yang dicairkan secara bertahap dalam 3 termin, yaitu: termin pertama 30%, termin kedua 50% dan termin ketiga 20%.

(17)

Metode proses pencapaian target dilaksanakan sesuai dengan yang tertuang dalam proposal, dengan sedikit perubahan teknis untuk menyesuaikan dengan kondisi riil di lapang.

Strategi untuk pengembangan pemanfaatan benih kentang yang sudah dihasilkan akan ditanam dan dicoba anggota kelompok tani dan akan dilakukan kerjasama Perguruan Tinggi Unhas untuk meneliti epidemiologi tentang perkembangan penyakit Rhizoctonia solani. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan untuk pengembangan pemanfaatan varietas kentang yang sudah dihasilkan secara masiv dengan melibatkan langsung para petani kentang melalui Kelompok Tani Hikmah Bersama atau dengan Kelompok tani kentang lain yang sudah mulai terbentuk di daerah-daerah sentral produksi kentang.

2. Saran

a. Keberlanjutan Pemanfaatan Hasil Kegiatan

Dalam upaya untuk mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan hasil penelitian Diseminasi varietas kentang tahan Phytophthora infestan yang didanai oleh PKPP ini maka diperlukan adanya sinergitas kegiatan antara program penelitian yang dibiayai ristek dengan penelitian dan pengembangan yang dibiayai oleh instansi pemerintah daerah dan pihak swasta.

b Keberlanjutan Dukungan Program Ristek

Penelitian pemanfaatan kentang tahan Phytophthora infestan perlu diperbanyak dan ditanaman terutama didaerah yang endemik. Dari hasil penelitian terlihat bahwa kentang varietas repita merupakan kentang yang sesuai untuk ditanam dit=daerah endemik penyakit Phytophthora infestan namun bentik umbinya kurang disukai oleh para petani. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan terhadap varietas Repita ini sehingga disukai oleh petani kentang.

(18)
(19)

Gambar 5. Penampilan fase vegetatif varietas Kikondo

(20)

Gambar 7. Penampilan fase vegetatif varietas Repita

(21)

Gambar 9. Penampilan vegetatif varietas Granola G3 (Garut)

Gambar 10. Penampilan fase vegetatif varietas Margahayu (saat terserang Liriomyza spp

(22)

Gambar 11. Penampilan vegetatif varietas Granola G0

(23)

Gambar

Tabel 1. Tahapan Kelaksanaan Kegiatan
Tabel 2. Uraian Penggunaan dana insentif PKPP.
Gambar 2. Penampilan Vegetatif Vrietas Cipanas (kiri) dan Varietas Margahayau (kanan)  Alasan  mereka  memilih  varietas  yang  paling  disukai  yaitu  Cipanas   diantaranya  karena  toleran  terhadap  penyakit  busuk  daun,    batang  dan  daun  kuat,  ta
Tabel  2.  Berat  umbi/plot, berat  umbi/10  tanaman  sampel  dan produksi  kentang  per  ha dari beberapa varietas kentang yang diuji
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menganalisis data ini, penulis juga menggunakan teknik kajian isi, yang merupakan metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan

Data respons peserta Tes PAPs pada tiga Subtes (Verbal, Kuantitatif, dan Pena- laran) diperlakukan sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui karakteristik aitem tiap Subtes

Penelitian lain menurut Robbins (1996) membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan masalah, ketrampilan

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengkaji ketersediaan pangan di Desa Sei Geringging Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar; (2) Menganalisis kemampuan akses

Dalam tulisan ini , kami akan mengajukan suatu metode yang dapat mengklasifikasian citra porno dengan algoritma C 4.5 dan shape descriptor berbasis model warna

Adhedhasar andharan ing ndhuwur bisa didudut yen pengembangan medhia animasi flash dileksanakake kanthi nggunakake konsep pengembangan Sugiyono yaiku nggunakake sangang

2015 menjadi lebih besar dibandingkan subround II tahun 2014, sedangkan Standing Crop (luas tanaman akhir bulan) pada akhir agustus 2015 lebih kecil dibandingkan