i
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
SKRIPSI
Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi
Oleh:
PURBA DEBBY ARIMANONDANG
1401035358
AKUNTANSI PEMERINTAHAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
v ABSTRAK
Purba Debby Arimanondang. Analisis Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Dibawah bimbingan Bapak Agus Iwan Kesuma dan Bapak Indra Suyoto Kurniawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana prinsip. Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa Jembayan dalam pengelolaan APBDes. Prngumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Alat analisis yang digunakan adalah dengan indikator dari setiap tahapan pengelolaan APBDes berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pemerintah Desa Jembayan masih belum terbuka kepada masyarakat terkait informasi keuangan desa atau belum transparan kepada masyarakat terkait pengelolaan APBDes. Akuntabilitas pengelolaan APBDes oleh Pemerintah Desa Jembayan sudah dijalankan dengan baik sesui dengan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
vi ABSTRACT
Purba Debby Arimanondang. Analysis of Transparency and Accountability in Management of Village Revenue and Expenditure Budget (APBDes) in Jembayan Village, Loa Kulu District, Kutai Kartanegara Regency. Under the guidance of Mr. Agus Iwan Kesuma and Mr. Indra Suyoto Kurniawan. This study aims to find out how the principle. Transparency and Accountability of the Jembayan Village Government in the management of the Regional Budget. Data collection is done by observation, interview and documentation. The analytical tool used is an indicator from each stage of APBDes management based on Permendagri Number 113 of 2014.
The results of this study indicate that the Jembayan Village Government is still not open to the community regarding village financial information or has not been transparent to the community regarding the management of the APBDes. Accountability for APBDes management by the Jembayan Village Government has been well implemented in accordance with Permendagri Number 113 of 2014 concerning Village Financial Management.
Keywords: Transparency, Accountability, APBDes
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
segala karunia dan limpahan rahmatNya, yang akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Study pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Mulawarman.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Masjaya, selaku Rektor Universitas Mulawarman.
2. Prof. Dr. Hj. Syarifah Hudayah, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Mulawarman.
3. Iskandar, S.E, M.Si., Ak., CA, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman.
4. Dr. Zaki Fakhroni, S.E., M.Si., Ak., CA, selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman.
5. Bapak Agus Iwan Kesuma, SE., MA, selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Indra Suyoto Kurniawan selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberi semangat dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Prof. Dr. Hj. Rusdiah Iakandar, M.Si., Ak., CA selaku Dosen Wali yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama menempuh studi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman.
7. Para Dosen Penguji yang telah memberikan arahan, saran dan masukan demi
viii
8. Perangkat Desa serta Masyarakat Desa Jembayan yang telah meluangkan
waktunya untuk membantu penulis selama penelitian dan atas kesediaannya
menjadi objek penelitian.
9. Seluruh Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman, yang
dengan penuh keikhlasan memberikan pelayanan terbaik.
10. Kedua Orang Tua penulis, yaitu Ayahanda Toni Purba dan Ibunda Hotmaida
Pasaribu tercinta serta saudara-saudaraku tercinta Ungkap Wino Sintong
Purba, Jonggi Parulian Purba, dan Putri Damayanti Purba yang selalu
mendoakan dan memberikan semangat selama ini hingga skripsi ini bisa
terselesaikan.
11. Teman-teman Akuntansi Pemerintahan tahun 2014, teman-teman KKN serta
senior-senior yang telah membantu dan memberi semangat serta bekerjasama
dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam skripsi ini, maka dengan
terbuka penulis menerima kritik dan saran guna perbaikan skripsi ini.
Samarinda,
Penulis
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN IDENTITAS PENGGUJI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR SINGKATAN ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
2.1. Konsep Pengelolaan Keuangan Desa ... 7
2.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ... 9
2.2.1. Pendapatan Desa ... 10
2.2.2. Belanja Desa ... 11
2.2.3. Pembiayaan Desa ... 13
2.3. Pengelolaan Anggaran Pendapatan dab Belanja Desa ... 14
2.3.1. Tahap Perencanaan/ Penganggaran APBDes ... 14
2.3.2. Tahap Pelaksanaan APBDes ... 19
2.3.3. Tahap Penatausahaan APBDes ... 26
2.3.4. Tahap Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBDes... 28
2.4. Transparansi ... 32
2.5. Akuntabilitas ... 33
2.6. Penelitian Terdahulu ... 33
2.7. Kerangka Konseptual ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1. Definisi Operasional ... 36
3.2. Tempat Penelitian ... 37
x
3.3.1. Jenis Data ... 38
3.3.2. Sumber Data ... 39
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 39
3.5. Alat Analisis ... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 48
4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Loa Kulu ... 48
4.1.2. Gambaran Umum Desa Jembayan ... 49
4.2. Hasil Analisis Penelitian ... 52
4.2.1. Transparansi Pengelolaan APBDes Jembayan ... 57
4.2.2. Akuntabilitas Pemerintah Desa Jembayan dalam Pengelolaan APBDes ... 60
1. Akuntabilitas dalam Perencanaan/ Penganggaran APBDes di Desa Jembayan ... 60
2. Akuntabilitas dalam Pelaksanaan APBDes Di Desa Jembayan ... 66
3. Akuntabilitas dalam Penatausahaan APBDes Di Desa Jembayan ... 68
4. Akuntabilitas dalam Pelaporan dan Pertanggungjawaban Di Desa Jembayan ... 70
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74
4.3.1. Hasil Implementasi Prinsip Transparansi Pengelolaan APBDes ... 74
4.3.2. Hasil Implementasi Prinsip Akuntabilitas Pengelolaan APBDes ... 75 BAB V PENUTUP ... 78 5.1. Kesimpulan ... 78 5.2. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN ... 83
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 34
Tabel 4.1 Kondisi Desa Jembayan ... 49
Tabel 4.2. Visi dan Misi Desa Jembayan ... 50
Tabel 4.3. APBDes Desa Jembayan Tahun Anggaran 2018 ... 52
Tabel 4.4. Rekapitulasi Transparansi Pengelolaan APBDes Jembayan ... 59
Tabel 4.5 Rekapitulasi Akuntabilitas dalam Tahap Perencanaan ... 62
Tabel 4.6. Ketetapan Anggaran Belanja Desa Jembayan ... 65
Table 4.7. Rekapitulasi Akuntabilitas Pelaksanaan APBDes di Desa Jembayan ... 67
Tabel 4.8. Rekapitulasi Akuntabilitas dalam Tahap Penatausahaan APBDes di Desa Jembayan ... 70
Tabel 4.9. Rekapitulasi Akuntabilitas dalam Tahap Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBDes di Desa Jembayan ... 73
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 35 Gambar 4.1. Bagan Struktur Organisasi Pemerintahan
xiii
DAFTAR SINGKATAN
APBDes Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BPD Badan Permusyawaratan Desa
RPJMDes Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RKPDes Rencana Kerja Pemerintah Desa
RAB Rencana Anggaran Biaya
SPP Surat Permintaan Pembayaran
BKU Buku Kas Umum
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. RPJMDes ... 84
Lampiran 2. Peraturan Desa Tentang APBDes ... 87
Lampiran 3. Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDes ... 97
Lampiran 4. Absensi Penyelenggaraan Musyawarah Desa ... 98
Lampiran 5. Surat Permintaan Pembayaran ... 99
Lampiran 6. Tanda Bukti Pengeluaran Uang ... 100
Lampiran 7. Pernyataan Tanggungjawab Belanja ... 101
Lampiran 8. Bukti Pencairan SPP ... 102
Lampiran 9. Rencana Anggaran Biaya ... 103
Lampiran 10. Buku Kas Pembantu Pajak ... 106
Lampiran 11 Buku Kas Umum ... 115
Lampiran 12 Buku Bank Desa ... 118
Lampiran 13 Gambar Proyek Pembangunan Desa ... 119
1 1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari banyak desa sebagai wilayah
pemerintahan terkecil suatu negara. Desa merupakan kelompok sosial yang
berhak berdiri sendiri untuk menentukan arah tindakannya sendiri. Desa
merupakan instansi sosial yang memiliki posisi sangat penting di masyarakat.
Desa merupakan suatu lembaga yang terbentuk dari berbagai macam tradisi, adat
istiadat, kebiasaan yang menjadi hukum yang telah menjadi pedoman dalam
bermasyarakat.
Dalam Permendagri Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, dikatakan
bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum dengan batas-batas wilayah yang
luasnya telah ditentukan dan memiliki kebebasan untuk mengurus dan mengelola
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan denga nasal usul adat istiadat yang
diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan NKRI.
Sedangkan dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, dinyatakan bahwa Desa atau yang disebut dengan
nama lain, merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang memiliki hak otonom untuk mengatur kepentingannya sendiri, dalam hal
pemerintahan.
Melalui UU Nomor 6 Tahun 2014, Pemerintah desa telah diberikan
Perencanaan, pengenggaran, dan pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dalam
proses pembangunan desa.
Sejauh ini keuangan desa dapat diartikan sebagai semua harta milik desa,
dapat berupa uang ataupun barang dimana kepemiikan tersebut juga dijadikan hak
serta kewajiban. Semua harta milik desa tersebut kemudian akan digunakan untuk
keperluan pemenuhan hak dan kewajiban tersebut. Keuangan desa juga
merupakan bagian dari Keuangan Negara, yang diatur dalam UU Nomor 17
Tahun 2003.
Dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengeolaan
Keuangan Desa, APBDes merupakan agenda keuangan pemerintah desa setiap
tahun. Agenda tersebut dikelola berdasarkan harapan dan kebutuhan masyarakat
dan bagian dari rencana pengelolaan program kerja desa. Partisipasi merupakan
bentuk kedaulatan masyarakat yang menjadikan mereka sebagai awal dan target
pembangunan.
Dengan diterbitkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dimana
Pemerintah Desa memiliki kebebasan yang lebih besar untuk melakukan
perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan keuangan desadalam hal
pelaksanaan pembangunan desa. Hal ini tidak luput dari prinsip pengelolaan
keuangan desa, bahwasanyan keuangan desa dikelola berdasarkan prinsip
transparan, akuntabel dan partisipatif. Sehingga dapat meminimalisir terjadinya
kecurangan atau penyelewengan dalam pengelolaan keuangan desa.
ADD yang dialokasikan langsung dari APBN dan APBD harus
Hal tersebut untuk menghindari terjadinya penyelewengan dana, kecurigaan
publik, dan agar pembangunan yang sedang dikerjakan di desa dapat berlangsung
secara kondusif. Dana Desa pada intinya dipergunakan untuk mensejahterakan
masyarakat, membangun infrastruktur yang dibutuhkan, meningkatkan
perekonomian warga dan pemberdayaan lainnya. Dana Desa merupakan berkah
dan potensi bencana. Pasalnya, jika tidak dikelola dengan baik, dana berjumlah
milyaran tersebut akan berubah menjadi bencana.
Dalam UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dijelaskan bahwa Dana Desa
wajib digunakan untuk 4 (empat) kepentingan utama, yaitu untuk menjalankan
sistem pemerintahan desa, pembangunan infrastruktur desa, pembinaan dan
pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian Pemerintah Desa dituntut untuk
menyelenggarakan pengelolaan pemerintahan yang bersifat akuntabel. Sejalan
dengan itu, aspek transparansi dan partisipasi menjadi 2 (dua) kata kunci penting
dalam penyelenggaraan keuangan desa yang baik.
Partisipasi dari masyarakat merupakan inti dari pelaksanaan pembangunan
sejak perencanaan hingga pertanggungjawaban. Masyarakat menjadi bagian
langsung dari proses tersebut pada lingkup tertentu. Peranan masyarakat
diharapkan dapat memperkuat kemungkinan masuknya agenda-agenda penting
masyarakat berbasis pada data yang dibangun secara kolektif. Kemendes juga
berharap supaya ketika membangun infrastruktur dan pembangunan desa harus
dilakukan melalui padat karya dan tidak diperbolehkan melibatkan pihak ketiga
diluar masyarakat desa itu sendiri, dengan kata lain pembangunan desa tidak
agar roda perekonomian masyarakat dilingkungan desa tersebut mengalami
perkembangan. Sebab tujuan utama pemberian Dana Desa adalah untuk membuat
masyarakat membuat masyarakat lebih sejahtera dan memajukan seluruh desa di
Indonesia. Hal-hal yang perlu dilaksanakan oleh pemerintah desa dalam
mewujudkan asas transparansi adalah pemberian informasi secara terbuka dan
mudah diakses oleh masyarakat. Seperti pemasangan baliho atau poster yang
memuat informasi mengenai APBDes yang dikelola. Masyarakat juga diminta
untuk peduli terhadap pengelolaan keuangan desa yang dilakukan oleh pemerintah
desa, karena masyarakat diberi wewenang sebagai pengewas pengelola keuangan
desa secara langsung. Serta masyarakat juga harus mengahadiri Musyawarah Desa
yang dilakukan setiap tahunnya.
Mengacu pada latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini akan
mengangkat masalah tentang bagaimana penerapan asas transparansi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan APBDes di Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu
Kabupaten Kutai Kartanegara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana Pemerintah Desa telah berupaya mewujudkan asas-asas transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan APBDes. Peneliti akan mrlihat seperti apa
penerapan asas-asas transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan APBDes
dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban. Adapun judul yang diambil untuk penelitian ini adalah “Analisis Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara”.
1.2. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka untuk lebih
memperjelas kajian masalah di dalam penelitian ini, peneliti menyusun rumusan
masalah kedalan beberapa pertanyaan berikut:
1. Apakah transparansi dalam pengelolaan APBDes di Desa Jembayan
telah sesuai dengan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa?
2. Apakah akuntabilitas dalam pengelolaan APBDes di Desa Jembayan
telah sesuai dengan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengacu pada latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui sejauh mana Pemerintah Desa Jembayan telah
menerapkan prinsip transparansi pengelolaan APBDes berdasarkan
Permendagri Nomor 113 Tahun 2014.
2. Untuk mengetahui sejauh mana Pemerintah Desa Jembayan telah
menerapkan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan APBDes
berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan bagi para akademisi,
memberikan peranan penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Penelitian ini juga diharapkan bisa mengembangkan konsep terhadap
pemberian kebijakan, agar penerapannya tidak ada perbedaan pendapat antara
pemerintah pusat, daerah desa dan masyarakat.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan pengembangan ilmu
pengetahuan mengenai tata kelola APBDes dan pengaplikasiannya. Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak pemerintah desa dalam
hal pengelolaan APBDes yang terbuka (transparan) dan bertanggungjawab
7 2.1. Konsep Pengelolaan Keuangan Desa
Keuangan Desa merupakan semua hak dan kewajiban desa yang dapat
dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Keuangan Desa pada
dasarnya merupakan bagian dari Keuangan Negara sesuai dengan yang tertulis
dalam UU No. 17 Tahun 2003, Tentang Keuangan Negara.
Dengan disahkannya UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa, tepat ditanggal
15 Januari 2014, regulasi tentang desa mengalami perubahan yang besar. Pada
hakikatnya Undang-Undang tentang desa memiliki tujuan memberikan kebebasan
yang lebih luas untuk desa dalam bidang pengelolaan pemerintahan desa,
pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa
atas dasar kepentingan dan kebutuhan masyarakat yang didasarkan pada gagasan
masyarakat, hak asal usul, tradisi serta adat istiadat setempat.
Pengelolaan Keuangan Desa merupakan seluruh kegiatan Pemerintah Desa
yang terdiri dari kegiatan perencanaan, kegiatan pelaksanaan pembangunan desa,
kegiatan penatausahaan, pelaporan serta pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan desa. Pemerintah Desa dipimpin oleh Kepala Desa atau yang disebut
dengan nama lain bekerjasama dengan semua perangkat desa yang merupakan
Beberapa prinsip dalam penyelenggaraan pengelolaan keuangan desa yang
telah diatur antara lain:
1) Rancangan APBDes yang berdasarkan program
2) Rancangan APBDes yang berdasarkan pada peran serta masyarakat desa
setempat
3) Keuangan dikelola berdasarkan prinsip akuntabel (bertangguungjawab),
terbuka (transparan), dan responsip (daya tanggap) terhadap prioritas
kebutuhan masyarakat.
4) Memelihara dan mengembangkan pemerintahan, pembangunan serta
kemasyarakatan berupa pengembangan pelayanan dan pemberdayaan
kemasyarakatan.
Ada sejumlah prinsip atau asas yang perlu dipenuhi dan harus dijadikan
pedoman demi terwujudnya efektivitas serta efisiensi dalam penyelenggaraan
pengelolaan keuangan desa. Asas atau prinsip-prinsip yang dimaksud adalah
transparansi (keterbukaan) dan asas akuntabilitas (pertanggungjawaban). Kedua
prinsip tersebut perlu dijadikan pedoman dalam menyelenggarakan pengelolaan
keuangan desa, agar Dana Desa yang jumlahnya sangat terbatas dapat digunakan
secara efektif dan efisien, ekonomis dan berkeadilan.
Disebutkan dalam Permendagri No.113 Tahun 2014, bahwasanya Kepala
Desa adalah pemegang kekuasaan atas pengelolaan keuangan desa yang juga
mewakili seluruh Pemerintah Desa atas kepemilikan harta atau kekayaan desa
yang dipisahkan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kepala Desa didampingi
beranggotakan Sekertaris Desa, Kepala Seksi, dan juuga Bendahara Desa. PTPKD
dibentukmelalui keputusan Kepala Desa.
Coordinator PTPKD adalah Sekertaris Desa. Kepala Seksi bertugas
sebagai pelaksana kegiatan yang sesuai dengan bidangnya. Jabatan Bendahara
Desa diemban oleh staf yang bekerja pada urusan keuangan, Bendahara Desa
mengemban tugas dalam tahap penatausahaan pengelolaan keuangan desa, yaitu
dalam hal penerimaan, penyimpanan, penyetoran/ pembayaran, penatausahaan,
serta mempertanggungjawabkan semua transaksi yang berkaitan dengan APBDes.
2.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
Menurut Permendagri No.113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan
Desa, APBDes merupakan rencana keuangan yang disusun setiap tahunnya oleh
Pemerintah Desa. Perencanaan APBDes merupakan persoalan pengelolaan opini
dan kebutuhan masyarakat dan bagian dari agenda dan program Pemerintah Desa
dalam kinerjanya.
Sebelum menyusun APBDes harus diawali dengan penyusunan rencana
kerja tahunan. Pendapatan yang diperoleh akan digunakan untuk mendanai
pelaksanaan program-program tersebut. Dalam hal pembangunan, diperlukan
setidaknya 3 (tiga) prinsip berikut:
1) Adanya fasilitas untuk mengembangkan ekonomi produktif
2) Adanya peningkatan serta jaminan pemerataan pembangunan
3) Mendorong pemberdayaan masyarakat
Struktur APBDes menurut Permendagri No.113 Tahun 2014 Tentang
utama dalam pengelolaan keuangan desa.
2.2.1. Pendapatan Desa
Pendapatan desa merupakan penerimaan hak desa yang dapat dinilai
dengan uang yang diterima melalui Rekening Desa yang ditransfer setiap
tahunnya tanppa perlu dilakukan pembayaran kembali. Penggunaan pendapatan
desa ini kemudian ditetapkan dalam APBDes APBDes berpedoman dengan
APBD yang telah ditetapkan oleh Bupati, dan APBDes dibetuk oleh Kepala Desa
dan juga anggota BPD.
Pendapatan desa adalah sumber daya yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa. Pendapatan Desa berasal dari PADes, hasil
usaha di desa, bantuan pemerintah pusat, bantuan pemerintah provinsi.
Pemerintah kabupaten serta sumbangan atau hibah.
Adapun dalam Pasal 72 UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa, menyatakan
bahwa sumber-sumber pendapatan desa berasal dari:
a) Pendapatan Asli Desa, yaitu pendapatan yang bersumber dari hasil usaha
desa, hasil aset desa, swadaya (kekuatan) dan peran serta masyarakat, gotong
royong, dan lain-lain Pendapatan Asli Desa.
b) Dana yang dialokasikan langsung dari APBN
c) Bagian dari hasil pajak serta retribusi yang bersumber dari daerah kabupaten/
kota.
d) ADD yang merupakan komponen dari dana perimbangan yang diperoleh
Kabupaten/ Kota.
f) Hibah (pemberian secara sukarela) dan sumbangan yang tidak mengikat dari
pihak ketiga.
g) Lain-lain pendapatan desa yang sah.
Alokasi anggaran yang berasal dari APBN dilakukan dengan
mengefektifkan kegiatan yang berbasis desa secara merata dan adil.
Pengalokasian Dana Desa yang berasal dari APBN dihitung berdasarkan jumlah
desa dan dialokasikan dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka
kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis. Secara teknis Dana
Desa dari APBN ditransfer melalui APBD kabupaten yang kemudian ditransfer
lagi ke Rekening Desa. Sementara itu bagian dari pajak dan retribusi daerah
ditetapkan minimal 10% dari hasil pungutan pajak dan retribusi daerah. Kemudian
untuk ADD ditetapkan minimal 10% dari dana perimbangan yang diterima
kabupaten/kota dalam APBD setelah dikurangkan dengan Dana Alokasi Khusus
(DAK).
2.2.2. Belanja Desa
Seperti yang tertulis dalam Permendagri No.113 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, belanja desa merupakan pengeluaran yang dilakukan
menggunakan rekening desa untuk melaksanakan semua kegiatan kerja desadan
merupakan suatu kewajiban bagi desa dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
anggaran yang tidak diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa
disusun berdasarkan belanja langsung dan juga belanja yang bersifat tidak
langsung. Belanja langsung tersusun atas belanja pegawai, belanja barang dan
Pengehasilan tetap, belanja subsidi, bantuan sosial, bantuan keuangan, dan belanja
tak terduga. Belanja desa yang disusun di dalam APBDes kemudian digunakan
minimal:
a) 70% untuk mendnai kelangsungan pemerintahan desa, melaksanakan
pembangunan desa, pembinaan masyarakat desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa.
b) 30% untuk upah/ gaji dan tunjangan Kepala Desa serta para Perangkat Desa,
operasional pemerintah desa, tunjangan serta operasional BPD dan insentif
RT/RW.
Berdasarkan APBDes, pemerintah desa melaksanakan program yang telah
memperoleh alokasi anggaran. Program yang diajukan untuk memperoleh alokasi
anggaran pada APBDes pada umumnya diturunkan dari dokumen rencana kerja
tahunan desa atau yang sering disebut RKPDes yang merupakn rencana-rencana
kerja desa dalam satu tahun yang berpedoman dari rencana 6 (enam) tahun desa
yang disebut RPJMDes.
Kelompok belanja desa disusun atas kegiatan-kegiatan kerja yang sama
dengan keperluan masyarakat desa, yang telah tertuang dalam dokumen RKPDes.
Jenis-jenis belanja desa antara lain:
a) Belanja Pegawai
b) Belanja Barang dan Jasa
2.2.3. Pembiayaan Desa
Dalam Permendagri No.113 Tahun 2014, dikatakan bahwa pembiayaan
desa terdiri atas segala penerimaan dan pengeluaran pembiayaan yang dimana
dana tersebut kemudian harus diterima kembali pembayarannya pada tahun yang
sama maupun tahun berikutnya. Pembiayaan desa harus disesuaikan dengan
kapasitas dan kemampuan yang dimiliki oleh desa, serta tidak menjadi beban
untuk keuangan desa pada suatu tahun anggaran tertentu.
Pencatatan dalam Buku Rincian Pembiayaan digunakan untuk
mengklasifikasikan semua rincian dari realisasi pembiayaan. Pencatatan tersebut
diperlukan untuk melakukan pencatatan ke dalam Laporan Realisasi APBDes.
Pencatatan harus diterapkan secara benar dan tertib, yaitu pengakuan atas
transaksi terjadi ketika kas diterima/ dikeluarkan dengan dilengkapi bukti-bukti
yang lengkap dan sah.
Berikut ini merupakan kelompok pembiayaan desa:
1) Penerimaan Pembiayaan
a) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) yang berasal dari tahun
sebelumnya.
b) Pencairan Dana Cadangan
c) Hasil dari penjualan kekayaan milik desa yang dipisahkan
2) Pengeluaran Pembiayaan
a) Pembentukan Dana Cadangan
2.3. Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) 2.3.1. Tahap Perencanaan dan Penganggaran APBDes
Tahan Perencanaan
Perencanaan pembangunan desa adalah tahapan kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan BPD dan unsur
masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya
desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa. Pemerintah Desa
menyusun perencanaan pebangunan desa sesuai dengan mengacu pada
perencanaan pembangunan kabupaten/ kota. Perencanaan pembangunan desa
meliputi RJMDEs dan RKPDes yang disusun secara berjangka dan ditetapkan
dengan peraturan desa. RPJMDes disusun untuk jangka waktu 6 (enam) tahun
sedangkan RKPDes, disusun untuk jangka waktu 1 tahun. RKPDes merupakan
penjabaran dari RPJMDes dan disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam
musyawarah desa yang dilaksanakan paling lambat pada bulan Juni tahun
anggaran berjalan. RPJMDes ditetapkan dalam jangka waktu paling lambat 3
(tiga) bulan terhitung sejak pelantikan Kepala Desa. RKPDes mulai disusun oleh
pemerintah desa pada bulan Juli tahun berjalan. Berdasarkan RKPDes yang sudah
disusun tersebut, Sekertaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang
APBDes. Sekertaris desa menyampaikan rancangan peraturan desa tentang
APBDes kepada Kepala Desa dan kemudian Kepala Desa menyampaikan kepada
BPD untuk dibahas dan harus disepakati bersama paling lambat bulan Oktober
tahun berjalan. Raperdes yang telah disepakati kemusdian disampaikan oleh
sejak disepakati untuk dievaluasi. Bupati/ Walikota menetapkan hasil evaluasi
Rancagan APBDes paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
Raperdes tentang APBDes. Jika Bupati/ Walikota tidak memberikan hasil evaluasi
sampai batas waktu yang ditentukan, maka Raperdes tersebut dapat diberlakukan
sendiri oleh Pemerintah Desa. Jika Bupati/ Walikota memberikan hasil evaluasi,
dan tidak sesuai dengan kepentingan umum ataupun peratura
perundang-undangan, maka Kepala Desa harus melakukan penyempurnaan dalam waktu 7
(tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
a) Penyusunan RPJMDes
Rancangan RPJMDes memuat visi dan misi Kepala Desa, arah kebijakan
pembangunan desa, serta rencana kegiatan yang meliputi bidang penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan
desa, dan pemberdayaan amasyarakat desa.
Adapun tahapan-tahapan dalam penyusunan RPJMDes antara lain seagai
berikut:
1. Pembentukan Tim Penyusun RPJMDes
2. Penyelarasan arah kebijakan perencanaan pembangunan kabupaten.
3. Pengkajian keadaan desa.
4. Penyusunan rencana pembangunan desa melalui Musyawarah Desa
(Musdes).
5. Penyusunan rancangan RPJMDes.
6. Penyusunan rencana pembangunan desa melalui musyawarah
7. Penetapan RPJMDes
b) Penyusunan RKPDes
Rencana Kerja Pemeritah Desa (RKPDes) merupakan dokumen
perencanaan yang memuat pokok-pokok kebijakan pembangunan di desa dan
mengarahkan pencapaian tujuan, visi dan misi desa. Sehingga dengan RKPDes ini
pembangunan desa sesuai dengan arah dan tujuannya untuk mencapai tujuan
bersama, baik masyarakat, desa, daerah dan negara.
Tujuan RKPDes adalah terwujudnya perecanaan desa dalam usaha
mewujudkan rencana pembangunan jangka menengah desa. dan tercapainya
pemanfaatan potensi desa secara maksimal, efisien, efektif da ekonomis dalam
pembangunan desa menuju desa yang maju, mandiri dan sejahtera.
Penyusunan RKPDes dilakukan dengan kegiatan yang meliputi:
1. Penyusunan perencanaan pembangunan desa melalui musyawarah desa.
2. Pembentukan tim penyusun RKPDes
3. Pencermatan pagu indikatif desa dan penyelarasan program/ kegiatan
masuk ke desa
4. Pencermatan ulang dokumen RPJMDes
5. Penyusunan Rancangan RKPDes
6. Penyusunan RKPDes melalui musyawarah perencanaan pmbangunan desa
7. Penetapan RKPDes
8. Perubahan RKPDes
Musyawarah desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti oleh BPD,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat desa untuk memusyawarahkan hal yang
bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Musyawarah Desa
wajib dilaksanakan minimal 1 kali dalam setahun. Pelaksanaan Musdes dibiayai
dari APBDes. Pelaksanaan Musdes dilakukan dengan Ketua BPD sebagai
pimpinan siding, ketua panitia musdes sebagai moderator, dan sekertaris sebagai
Notulen. Hasil kesepakatan dalam Musdes dituangkan dalam berita acara dan
menjadi pedoman bagi pemerintah desa dalam menyusun RPJMDes.
Tahap Penganggaran
Setelah RKPDes ditetapkan maka dilanjutkan proses penyusunan
APBDes. Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran Biaya yang telah ditetapkan
dalam RKPDes dijadikan pedoman dalam proses penganggarannya. APBDes
merupakan rencana anggaran keuangan tahunan pemerintah desa yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan program dan kegiatan yang menjadi kewenangan desa.
Proses penyusunan APBDes adalah sebagai berikut:
1. Pelaksana kegiatan menyampaikan usulan anggaran kegiatan kepada
Sekertaris desa berdasarkan RKPDes yang telah ditetapkan.
2. Sekertaris desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes
(RAPBDes) dan menyampaikan kepada kepala desa
3. Kepala desa selanjutnya menyampaikan kepada BPD untuk dibahas dan
disepakati bersama. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes
disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan antara
4. Raperdes tentang APBDes yang telah dsepakati bersama sebagaimana
selanjutnya disampaikan kepada kepala desa kepada Bupati/ Walikota
melalui Camat paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak diepakati untuk
dievaluasi.
5. Bupati/ Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APBDes paling
lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan
Desa tentang APBDes.
6. Peraturan Desa tentang APBDes ditetapkan paling lambat tanggal 31
Desember tahun anggaran berjalan.
Ketentuan penggunaan anggaran belanja desa yang diatur dalam
Permendagri 113 tahun 2013 adalah sebagai berikut:
1. Paling sedikit 70% dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk
a) mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa
b) pelaksanaan pembangunan desa
c) pembinaan kemasyarakatan desa
d) pemberdayaan masyarakat desa.
2. Paling banyak 30% dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk
a) Penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa
b) Operasional pemerintah desa
c) Tunjangan dan operasional BPD
3. Alokasi Dana Desa (ADD) digunakan untuk membiayai Penghasilan tetap,
operasional pemerintah desa, dan tunjangan dan operasional BPD serta
insentif RT/RW
4. Penggunaan Dana Desa (DD) diprioritaskan untuk membiayai
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.kebutuhan pembangunan
meliputi tetapi tidak terbatas pada kebutuhan primer, pelayanan dasar,
lingkungan,dan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
2.3.2. Tahap Pelaksanaan APBDes
Dalam Permendagri nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan
Keuangan Desa, bahwasanya terdapat beberapa prinsip umum yang harus ditaati
yang memcakup penerimaan dan pengeluaran. Prinsip-prinsip tersebu adalah
sebagai berikut:
a) Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaak
kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.
b) Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan diwilayahnya
maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota.
c) Semua penerimaan dan pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap
dan sah.
d) Bendahara desa dapat menyimpan uang dalam kas desa dalam jumlah tertentu
dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa, dan dan
e) Pembayaran kepada pihak ketiga dilakukan dengan menggunakan kas tunai
melalui pelaksana kegiatan (panjar kegiatan) dan dengan prsetujuan dari
kepala desa setelah melalui verifikasi sekertaris desa.
Pelaksanaan Penerimaan Pendapatan
Pelaksanaan penerimaan pendapatan adalah proses menerima dan
mencatat pendapatan desa. Pendapatan desa yang bersifat Pendapatan Asli Desa
berasal dari masyarakat dan ligkungan desa, sedangkan pendapatan transfer
berasal dari pemerintah supra desa. pihak yang terkait dalam proses penerimaan
pendapatan adalah pemberi dana (Pemerintah Pusat/Provinsi/ Kabupaten/ Kota)
dan peneriman dana (bendahara desa/ pelaksana kegiatan dll). Ada beberapa
sumber pendapatan desa, antara lain:
a. Pendapatan Asli Desa
Kelompok pendapatan asli desa meliputi hasil usaha, hasil aset,
swadaya, partisipasi dan gotong royong dan lain-lain pendapatan asli desa
yang sah. Seluruh pendapatan yang diterima oleh Bendahara Desa harus
disetorkan ke dalam rekening kas desa. setiap dan harus dilengkapi bukti
yang sah.
b. Transfer Desa
Pendapatan transfer desa berasal dari pemerintah supra desa yang
menyalurkan dana kepada desa sesuai amanat ketentuan yang berlaku atau
bantuan keuangan kepada desa. dana transfer yang akan diberikan kepada
desa telah tertuang dalam APBD Provinsi/Kabupaten/ Kota yang
(sepuluh) hari setelah KUA/PPAS disepakati kepala daerah dan DPRD.
Besaran alokasi yang diterima desa secara umum ditetapkan dalam bentuk
Keputusan Kepala Daerah tentang penetapan besaran alokasi, misalnya
Keputusan Gubernur/ Bupati/ Walikotatentang Penetapan Besaran Dana
Desa, Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil Pajak/ Retribusi da Bantuan Keuangan.
Atas alokasi anggaran tersebut selanjutnya dilakukan penyaluran dana kepada
desa secara bertahap sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap tahap penyaluran
memiliki syarat yang telah ditentukan dan diatur dalam Peraturan Kepala
Daerah yang mengacu pada peraturan yang lebih tinggi.
Dana desa ditransfer melalui APBD kabupaten/ kota untuk selanjutnya
ditransfer ke APBDes. Penyaluran dana desa dilakukan dengan cara
pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD, selanjutnya dari kabupaten/ kota
disalurkan ke desa dilakukan dengan cara pemindahbukuan dari RKUD ke
rekening desa. peyaluran dana desa dilakukan secara bertahap pada tahun
anggaran berjalan dengan ketentuan:
a) Tahap I pada bulan April sebesar 40%
b) Tahap II pada bulan Agustus sebesr 40%
c) Tahap III pada bulan November sebesar 20%
Penyaluran dana desa setiap tahap dilakukan paling lambat pada
minggu kedua, yang dilakukan paling lambt 7(tujuh) hari kerja setelah
diterima di Kas Daerah. Penyaluran Dana Desa dari RKUN ke RKUD
a) Peraturan Bupati/ Walikota mengenai tata cara pembagian dan
penetapan besaran Dana Desa telah disampaikan kepada Menteri.
b) APBD Kabupaten/ Kota telah ditetapkan.
Alokasi dana desa, bagi hasil pajak dan retribusi daerah, abntuan
keuangan perlu juga diatur mekanismenya. Mekanisme penyeluran beserta
persyaratan untuk dana-dana tersebut lebih lanjut akan diatur dalam
peraturan Bupati/ Walikota.
c. Pendapatan Lain-Lain
Kelompok pendapatan lain-lain meliputi hibah, sumbangan dari pihak
ketiga yang tidak mengikat dan lain-lain pendapatan desa yang sah.
Pelaksanaan penerimaan dari hibah, sumbangan dan lain-lain pendapatan desa
yang sah , berupa Kas dilakukan melalui bendahara desa. Pendapatan yang
diterima dalam bentuk kas tunai oleh bendahara desa harus segera disetorkan
ke Rekening Kas Desa. Pencatatan penerimaan dari hibah, sumbangan dan
lain-lain pendapatan desa yang sah harus disertai dengan bukti yang lengkap
dan sah antara lain kuitansi penerimaan.
Pelaksanaan Pengeluaran / Belanja
Belanja Desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembanguan
yang disepakati dalam musyawarah desa dan sesuain dengan prioritas pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. Hal tersebut seluruhnya tertuang dlam RKPDes
yang pelaksanaaknnyan akan diwujudkan melalui APBDes. Setelah APBDes
ditetapkan dalam bentuk peraturan desa, program dan kegiatan sebagaimana yang
pegawai yang bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang diatur dalam
Keputusan Kepala Desa. Dengan adanya ketentuan dari kepala desa tersebut,
maka belanja pegawai dan operasional dapat dilakukan tanpa perlu menunggu
penetapan APBDes. Pelaksanaan APBDes dilakukan sesuai dengan kewenangan
yang dimiliki oleh desa berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Kegiatan awal yang harus dilakukan pada tahap iini meliputi:
a) Penyusunan RAB
Sebelum menyuun RAB, harus dipastikan tersedia data tentang
standar harga barang dan jasa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan. Standar harga tersebut diperoleh melalui survey harga dilokasi
setempat. Dalam hal atau kondisi tertentu, standar harga untuk barang dan
jasa tertentu dapat menggunakan standar harga barang/ jasa yang ditetapkan
pemerintah kabupaten/ kota. Adapun prosedur dan tata cara penyusunan RAB
adalah sebagai berikut:
1) Pelaksana kegiatan (Kepala Seksi) menyiapkan RAB untuk semua
rencana kegiatan.
2) Sekertaris desa memverifikasi RAB dimaksud
3) Kepala Seksi mengajukan RAB yang sudah diverifikasi kepada Kepala
Desa
4) Kepala Desa menyetujui dan mensahkan RAB.
b) Pengadaan barang dan jasa
Berdasarkan RAB yang telah disahkan kepala desa dan rencana teknis
memfasilitasi pengadaan barang dan jasa guna menyediakan barang/ jasa
sesuai kebutuhan suatu kegiatan yang akan dikerjakan, baik yang dilakukan
secara swakelola maupun oleh pihak ketiga. Pengadaan barang dan jasa diatur
dengan peraturan bupati/ walikota dengan berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, setiap Bupati/ Walikota
wajib menerbitkan Peraturan Bupati/ Walikota yang mengatur tatacara dan
menggariskan ketentuan pengadaan barang dan jasa di desa.
c) Pengajuan SPP
Pelaksana kegiatan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
sesuai prosedur dan tatacara sebagai berikut:
1) Berdasarkan RAB, Pelaksana Kegiatan membuat SPP kepada Kepala
Desa dilengkapi dengan pernyataan tanggungjawab belanja dan bukti
transaksi
2) Sekretaris desa melakukan verifikasi terhadap SPP beserta lampirannya
3) Kepala Seksi mengajukan dokumen SPP yang sudah diverifikasi kepada
Kepala Desa.
4) Kepala Desa menyetuji SPP dan untuk selanjutnya dilakukan
pembayaran.
d) Pembayaran
Prosedur dan tatacara pembayaran ditetapkan sebagai berikut:
1) Kepala Seksi/ Kaur menyerahkan dokumen SPP yang telah disetujui/
disahkan Kepala Desa
3) Bendahara melakukan pencatatan atas pengeluaran yang terjadi
Bendahara desa wajib memungut pajak penghasilah dan pajak lainnya,
wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang
dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
e) Pelaporan akhir pelaksanaan kegiatan
Kepala Seksi/ Kaur/ Pelaksana kegiatan bertanggungjawab terhadap
tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatam
dengan menggunakan Buku Kas Pembantu kegiatan sebagai pertanggungjawaban
pelaksana kegiatan di desa. Buku kas pembantu kegiatan ini berfungsi untuk
mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan
kegiatan yang dilaksanakan oleh Pelaksana Kegiatan.
f) Pengerjaan Laporan pengelolaan keuangan desa
Sekertaris desa sebagai Koordinator PPKD bekerjasama dengan Kaur
Keuangan melalui penatausahaan dan menyusun semua bukti-bukti pengeluaran
atas uang yang telah dikeluarkan.
Pelaksanaan Pembiayaan
Pelaksanaan pembiayaan mencakup penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan.
a) Penerimaan pembiayaan mencakup SiLPA tahun sebelumnya, pencairan dana
cadangan dan hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.
b) Pengeluaran pembiayaan diantaranya pembentukan dana cadangan dan penyertaan modal desa. pembentukan dana cadangan dilakukan setelah
adanya penetapan persetujuan melalui peraturan desa. pembentukan dna
cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri dan penganggarannya tidak
melebihi tahun akhir masa jabatan Kepala Desa. begitu juga halnya dengan
penyertaan modal desa, pelaksanaannya dilakukan setelah mendapat
persetujuan dari BPD.
2.3.3. Tahap Pentausahaan APBDes
Penatausahaan Keuangan Desa adalah kegiatan pencatatan yang
khususnya dilaksanakan oleh Bendahara Desa. Bendahara Desa wajib melakukan
pencatatan terhadap seluruh transaksi yang ada berupa penerimaan dan
pengeluaran. bendahara desa melakukan pencatatan secara sistematis dan
kronologis atas transaksi-transaksi keuangan yang terjadi. Bendahara desa wajib
memahami beberapa hal yang menjadi ketentuan pokok dalam penatausahaan,
agar kegiatan penatausahaan berlangsung secara benar dan tertib. Secara ringkas,
ketentuan pokok yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Bendahara desa wajib melakukan penatausahaan terhadap seluruh penerimaan
maupun pengeluaran.
2) Bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan penerimaan uang yang
menjadi tanggungjawabnya melalui laporan pertanggungjawaban penerimaan
kepada kepala desa paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
3) Kepala Seksi, selaku pelaksana kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan
pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan
mempergunakan buku pembantu kas kegiatan sebagai pertanggungjawaban
Penyetoran langsung melalui bendahara desa oleh pihak ketiga, dilakukan
sesuai prosedur dan tatacara sebagai berikut:
a) Pihak ketiga/ penyetor mengisi Surat Tanda Setoran(STS)/ tanda bukti lain.
b) Bendahara desa menerima uang dan mencocokkan dengan STS dan tanda
bukti lainnya.
c) Bendahara desa mencatat semua penerimaan
d) Bendahara desa menyetor penerimaan ke rekening kas desa
e) Bukti setoran dan bukti penerimaan harus diarsipkan secara tertib.
Penyetoran melalui bank oleh pihak ketiga dilakukan sesuai prosedur dan
tata cara sebagai berikut:
a) Bank yang ditunjuk oleh pemerintah desa dalam rangka menyimpan uang dan
surat berharga lainnya yang ditetapkan sebagi rekening kas desa.
b) Penyetor mengisi STS/ tanda bukti lain sesuai ketentuan yang berlaku
c) Dokumen yang digunakanoleh bank meliputi: STS, bukti penerimaan lain
yang sah
d) Penyetor menyampaikan pemberitahuan penyetoran yang dilakukan melalui
bank kepada bendahara desa dengan dilampiri bukti penyetoran/ slip setoran
bank yang sah.
e) Bendahara desa mencatat semua penerimaan yang disetor melalui bank di
Buku Kas Umum dan Buku Pembantu bank berdasarkan bukti penyetoran/
Buku Kas (umum, pajak, pembantu kegiatan, dan bank), dan bukti-bukti
transaksi adalah dokumen resmi milik pemerintah desa. Dokumen dimaksud
berfungsi sebagai sumber data untuk keperluan pemeriksaan/ audit, dan juga
sebagai barang bukti apabila diperlukan dalam proses hukum, dalam hal terjadi
dugaan penyelewengan keuangan, atau tindak pidana lain terkait keuangan desa.
2.3.4. Tahap Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBDes
Pelaporan merupakan salah satu mekanisme untuk mewujudkan dan
menjamin akuntabilitas pengelolaan keuangan desa, sebagaimana ditegaskan
dalam asas pengelolaan keuangan desa dapat dipertanggungjawabkan dari
berbagai aspek, yaitu aspek hukum, administrasi, maupun moral. Hal-hal penting
atau prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksankan pelaporan ini, antara
lain:
a) Menyajikan informasi data yang valid, akurat dan terkini
b) Sistematis (mengikuti kerangka pikir logis)
c) Ringkas dan jelas
d) Tepat waktu sesuai kerangka waktu yang telah ditetapkan dalam
Permendagri.
Pelaporan yang dimaksud dalam pengelolaan keuangan desa adalah
penyampaian laporan realisasi/ pelaksanaan APBDes secara tertulis oleh Kepala
Desa) kepada Bupati/ Walikota sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan yang dipilah dalam dua tahap:
a) Laporan Semester Pertama disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/
b) Laporan Semester kedua/ Laporan Akhir disampaikan oleh Kepala desa
kepada Bupati/ Walikota paling lambat pada akhir bulan Januari tahun
berikutnya.
Laporan pertanggungjawaban pada dasarnya adalah laporan realisasi
pelaksanaan APBDes yang disampaikan oleh kepala desa kepada Bupati/
Walikota setelah tahun anggaran berakhi pada 31 Desember setiap tahun. Laporan
pertanggungjawaban ini harus dilakukan oleh kepala desa paling lambat pada
akhir bulan Januari tahun berikutnya.
Laporan pertanggungjawaban ini ditetapkan dengan Peraturan Desa
dengan menyertakan lampiran:
a) Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes sesuai form
yang ditetapkan
b) Laporan kekayaan milik desa
c) Laporan program sectoral dan program daerah yang masuk ke desa.
Sejalan dengan prinsip transparansi, akuntabel, dan partisipatif yang
merupakan ciri dasar tata kelola pemerintahan yang baik, maka
pertanggungjawaban tidak hanya disampaikan kepada pemerintah yang
berwenang, tetapi juga harus disampaikan kepada masyarakat, baik langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung, pertanggungjawaban kepada masyarakat
bisa disampaikan melalui musyawarah desa sebagai forum untuk membahas
hal-hal strategis, yang dihadiri BPD dan unsur-unsur masyarakat. Selain itu, laporan
komunikasi dan informasi: papan informasi, website resmi pemerintah kabupaten
atau desa.
1. Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDes
Laporan Realisasi pelaksanaan APBDes disampaikan kepada Bupati/
Walikota melalui camat, terdiri dari:
a. Laporan Semester pertama, disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli
tahun berjalan. Laporan ini menggambarkan realisasi pendapatan, belanja dan
pembiayaan selama I dibandingkan dengan target dan anggarannya.
b. Laporan Semester akhir tahun, disampaikan paling lambat pada akhir bulan
Januari tahun berikutnya. Laporan ini menggambarkan realisasi pendapatan,
belanja dan pemnbiayaan sampai dengan akhir tahun, jadi bersifat akumulasi
himgga akhir tahun anggaran.
2. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes
Laporan ini setiap akhir tahun anggaran disampaikan kepada Bupati/
Walikota melalui camat terdiri dari pendapatan, belanja,dan pembiayaan yang
telah ditetapkan denga Peraturan Desa. Setelah pemerintah desa dan BPD telah
sepakat terhadap laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes
dalam bentuk peraturah desa, maka Perdes ini disampaikan kepada Bupati/
Walikota sebagai bagian tidak terpisahkan dari laporan penyelenggaraan
pemerintahan desa. Laporan pertanggungjawaban ini disampaikan paling lambat 1
3. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa
Laporan realisasi penggunaan dana desa disampaikan kepada Bupati/
Walikota setiap semester. Penyampaian laporan ini dilakukan:
a. Untuk Semester I paling lambat minggu keempat bulan Juli tahun
anggaran berjalan.
b. Untuk Semester II paling lambat minggu keempat bulan Januari tahun
anggaran berikutnya.
Bupati/ Walikota dapat memberikan sanksi administrasi berupa
pengurangan dana des ajika SiLPAnya tidak wajar (lebih kurang 30%), yang
dikarenakan penggunaan tidak sesuai dengan prioritas atau penyimpanan uang
dalam bentuk deposito lebih dari 2 (dua) bulan.
4. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDes
Laporan ini merupakan laporan yang disampaikan secara priodik kepada
BPD terhadap pelaksanaan APBDes yang telah disepakati di awal tahun dalam
bentuk Peraturan Desa. laporan ini dilampiri :
a. Format laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes
tahun anggaran berkenaan
b. Format lapoaran kekayaan milik desa per 31 Desember tahun anggaran
berkenaan
c. Format laporan program pemerintah dan pemerintah daerah yang masuk
ke desa.
Laporan ini disampaikan kepada BPD secara tertulis paling lambat 3(tiga)
2.4. Transparansi
Transparansi (keterbukaan informasi untuk umum) merupakan unsur dari
good governance. Keterbukaan yang dimaksud adalah keterbukaan informasi oleh
pemerintah kepada masyarakat terkait pengelolaan keuangan. Dalam pengelolaan
APBDes transparansi merupakan keterbukaan Pemerintah Desa kepada
masyarakat terkait dengan seluruh proses pengelolaan keuangan desa. Semua ini
didasarkan pada pendapat para ahli sebagai berikut:
Menurut Abdul Hafiz Tanjung (2011) transparansi merupakan bentuk
keterbukaan dan kejujuran dari pihak pengelola kepada masyarakat, karena
masyarakat berhak mengetahui seperti apa pertanggungjawaban dari pihak
pengelola tersebut atas semua sumber daya yang telah dititipkan dan dipercayakan
kepada mereka, serta sejauh mana mereka telah menaati Undang-Undang yang
berlaku.
Transparansi merupakan kewajiban bagi para pengelola kepada setiap
pihak yang memiliki kepentingan untuk menyampaikan segala informasi untuk
pengambilan keputusan. Informasi yang disajikan harus lengkap, benar dan tepat
waktu. Yang dimaksud dengan keterbukaan adalah jangan ada informasi yang
dirahasiakan serta ditunda pengungkapannya.
Pemerintah Desa juga dituntut melakukan pengelolaan keuangan desa
secara transparan agar tujuan utama dapat tercapai, yakni mewujudkan
2.5. Akuntabilitas
Menurut Sujarweni, (2015) salah satu keinginan masyarakat yang harus
dipenuhi adalah pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satunya adalah
akuntabilitas (pertanggungjawaban), yaitu keharusan bagi seorang (pemimpin/
pejabat/ pelaksana) untuk menjamin bahwa tugas dan juga kewajiban yang
diemban sudah dilaksanakan seperti ketentuan yang berlaku. Akuntabilitas dapat
dilihat melalui laporan yang tertulis yang berisi informasi yang transparan.
Menurut Mardiasmo, (2010) Akuntabilitas Publik merupakan
pertanggungjawaban pemegang amanah kepada pemberi amanah (principal)
terkait segala aktivitas dan program yang sedang berjalan. Dimana
pertanggungjawaban tersebut juga merupakan hak bagi pemberi amanah tersebut.
Organisasi Sektor Publik juga dituntut untuk bertanggungjawab terhadap
masyarakat dan bukan hanya kepada atasan saja. Dengan kata lain, akuntabilitas
juga harus bersifat horizontal bukan hanya bersifat vertikal saja.
Konsep akuntabilitas dalam proses pengelolaan APBDes yaitu
pertanggungjawaban tim pelaksana pengelolaan APBDes atau Pemerinrah Desa
kepada masyarakat. Kemudian dalam Permendagri No.113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, pemegang kekuasaan atas kepemilikan kekayaan
atau harta desa yang dipisahkan adalah Kepala Desa, yang juga memegang
kekuasaan terhadap pengelolaan keuangan desa mewakili Pemerintah Desa.
2.6. Penelitian Terdahulu
Menurut Widiyanti (2017) penelitian terdahulu merupakan acuan untuk
membandingkan hasil penelitian yang sudah dilakukannya. Ada beberapa
penelitian terdahulu yang relevan menjadi landasan dalam penelitian ini yang
dimasukkan ke dalam table 2.1 berikut :
Table 2.1. Penelitian Terdahulu
Nama, Tahun, Judul Penelitian
Variable atau
Fokus Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu Alfian Hamid (2016) Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Pencapaian Good Governance (Studi Empiris di Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa) Mengetahui bagaimana asas transparansi dan akuntabilitas pengelolaan ADD untuk mewujudkan pemerintahan desa yang baik (Good Governance)
3 (tiga) Desa di Kecamatan Bontomarannu sudah menerapkan asas transparansi dan akuntabilitas. Dalam perencanaan ADD tiga desa tersebut sudah menerapkan prinsip transparansi pada tahap pertanggungjawaban ADD, di ketiga desa tersebut belum terjadi pertanggungjawaban secara langsung kepada masyarakat. BPD sebagai pengawas pengelolaan ADD yang berfungsi untuk menetapkan Perdes bersama Kepala Desa Persamaan dengan penelitian terdahulu terletak pada penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Perbedaannya adalah yang diteliti pada penelitian terdahulu, ADD sedangkan pada penelitian ini adalah APBDes, dimana ADD juga merupakan unsur APBDes. Fitriati (2017) Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan APBDes di Desa Tempel Kecamatan Krian-Sidoarjo Untuk mengetahui bagaimana penerapan asas-asas pengelolaan keuangan desa, yaitu asas transparansi dan akuntabilitas pengelolaan APBDes
Desa Tempel telah memenuhi peraturan dan 90% sudah memenuhi karakteristik transparan dan akuntabel.
Kemudian terdapat suatu faktor pendukung seperti tingginya kepedulian masyarakat dalam hal penyaluran aspirasi dalam perencanaan.
Faktor penghambat ada di prinsip Akuntabilitas dimana masih kurangnya SDM sebagai pengelola dan kurangnya sumber dana dalam Pelaksanaan APBDes.
Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama untuk meneliti bagaimana tingkat transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan APBDes. Perbedaannya terletak pada tahun penelitian.
2.7. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian merupakan suatu hubungan atau kaitan
dari beberapa konsep masalah yang akan diteliti. Kerangka konseptual berguna
untuk menghubungkan dan menjelaskan secara luas tentang suatu masalah yang
akan dibahas. Kerangka ini didapatkan melalui konsep ilmu/ teori yang digunakan
untuk landasan penelitian yang diperoleh dari tinjauan pustaka atau dengan kata
lain kerangka konseptual adalah ringkasan dari semua tinjauan pustaka yang
dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti.
Kerangka konseptual transparansi dan akuntabilitas pengelolaan APBDes
Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara dapat
digambarkan seperti dibawah ini :
Gambar. 2.1 Kerangka Konseptual
Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan APBDes di Tingkat Desa
Perencanaan/ Penganggaran
Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 35 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Untuk Pemerintahan Desa
Pelaporan dan Pertanggung
Jawaban Pelaksanaan Penatausahaan
36 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional
Agar diperoleh gambaran yang jelas dan terperinci mengenai
indikator-indikator dalam objek penelitian makadefinisi operasional berikut ini akan
memberikan uraian mengenai judul yang dipilih oleh penulis dengan
batasan-batasan yang akan dijabarkan secara operasional dalam penelitian berikut ini
sesuai dengan permasalahan yang diangkat sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu
Kabupaten Kutai Kartanegara.
2. Permendagri No.113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, dan
Peraturan Bupati No.35 Tahun 2015 mengenai Pedoman Pengelolaan
Keuangan untuk Pemerintah Desa, merupakan peraturan yang digunakan
pihak Pemerintah Desa Jembayan dalam rangka mengelola keuangan desa.
3. Pengelolaan APBDes merupakan keseluruhan kegiatan desa Jembayan yang
disusun dari tahap perencanaan,tahap pelaksanaan, tahap panetausahaan,
tahap pelaporan serta pertanggungjawaban yang dikelola berdasarkan asas
transparan, akuntablitas, partisipatif serta disiplin anggaran.
4. Pendapatan Desa Jembayan adalah hak desa Jembayan berupa uang yang
diterima melalui rekening desa Jembayan untuk mendanai seluruh kegiatan
desa Jembayan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun yang telah dianggarkan
Kembali. Untuk setiap pencairan dana dari rekening desa, diperlukan
persetujuan/ tanda tangan oleh Kepala Desa.
5. Belanja Desa Jembayan merupakan semua pengeluaran yang terjadi melalui
rekening kas desa Jembayan. Belanja Desa Jembayan adalah kewajiban desa
dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diterima kembali
pembayarannya oleh desa. Belanja desa digunakan dalam rangka membiayai
penyelenggaraan kewenangan atau kebebasan desa Jembayan.
6. Transparansi merupakan keterbukaan Pemerintah Desa Jembayan kepada
masyarakat dalam pengelolaan APBDes. Informasi yang disediakan harus
jujur dan tidak boleh dirahasiakan dan ditunda pengungkapannya dari
masyarakat Desa Jembayan.
7. Akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban Pemerintah Desa Jembayan
kepada masyarakat maupun pihak berkepentingan lainnya atas setiap proses
pengelolaan keuangan desa dalam rangka melaksanakan semua kegiatan desa.
Pertanggungjawaban dari pengelolaan APBDes harus dipenuhi agar tidak
terjadi penyelewengan oleh Pemerintah Desa.
Melalui penelitian ini, peneliti berfokus pada penerapan asas-asas
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan APBDes oleh Pemerintah Desa
Jembayan dalam hal perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban, yang harus sesuai dengan Permendagri No.113 Tahun 2014.
3.2 Tempat Penelitian
Tempat penelitian mengenai Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan
Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Di tempat inilah
peneliti memperoleh data, informasi, keterangan, dan hal-hal yang terkait dengan
kepentingan penelitian sekaligus sebagai tempat dilaksanakannya penelitian.
3.3. Jenis dan Sumber Data 3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data Kualitatif.
Penelitian kualitatif ini berbentuk deskriptif dan diperlukan proses analisis yang
bertujuan untuk menjelaskan fenomena melalui pengumpulan data. Data yang
didapat melalui hasil pengamatan disertai catatan-catatan hasil wawancara dan
hasil analisis dokumen. Deskripsi dipakai untuk menemukan prinsip-prinsip dan
keterangan yang mengarah pada penyimpulan.
Moleong (2010) mengatakan bahwasanya, penelitian kualitatif sebagai
penelitian yang mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata secara alamiah dan
memanfaatkan metode alamiah. Penelitian kualitatif diharapkan dapat
menghasilkan penelitian berupa uraian yang terperinci mengenai ucapan, tulisan
dan atau perilaku yang bisa diamati dalam suatu konteks tertentu yang dikaji dari
sudut pandang yang utuh dan komprehensif.
Peneliti berupaya untuk melakukan penelitian guna mencari gambaran
atau uraian terkait permasalahan transparansi serta akuntabilitas dalam
pengelolaan APBDes oleh Aparatur Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu
Kabupaten Kutai Kartanegara. Hasil penelitian kemudian akan dideskripsikan
dengan data yang akan didapat dari hasil pengematan langsung (observasi) dan
Hasil analisis dokumen.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam pnelitian ini adalah subyek darimana
segala data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber
data primer, yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung dari sumber
utamanya. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah
Perangkat Desa Jembayan dan masyarakat.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka mengumpulkan data dan informasi yang valid dan akurat,
pengumpulan data yang utama (untuk mendapatkan data primer) peneliti akan
melaksanakan wawancara secara mendalam. Dalam penelitian mengenai
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan APBDes di Desa Jembayan Kecamatan
Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara, peneliti akan berperan penuh sebagai
observer sekaligus sebagai pewawancara, dengan melakukan wawancara yang bersifat langsung bersama dengan para pengelola APBDes, serta mencatat semua
kejadian dan data serta informasi yang kemudian digunakan untuk bahan
penulisan hasil penelitian.
Metode pengumpulan data yang dipaki untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara langsung oleh peneliti
secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Dalam melakukan
langsung dengan memberikan penjelasan awal terhadap pihak-pihak yang
terkait agar mudah memperoleh data. Observasi yang dilakukan peneliti yaitu
dengan melakukan pengematan terkait data-data APBDes yang telah di dapat
dan bentuk fisik dari segala sesuatu yang sudah dibangun melalui APBDes.
2. Wawancara
Menurut Akbar (2009) mendefinisikan wawancara sebagai proses
tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara
disebut interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut dengan
interviewee.
Sugiyono (2011) mengklasifikasikan wawancara kedalam 3 (tiga) kategori, yaitu: wawancara terstruktur, wawancara semistruktur, dan
wawancara tidak terstruktur. Untuk mengumpulkan data untuk penelitian ini,
peneliti akan melakukan wawancara semistruktur. Peneliti akan melakukan
wawancara dengan informan lebih bebas namun masih dalam kerangka
berpikir akan apa yang menjadi kebutuhan untuk didapatkan, informasi
terkait hal yang ditentukan oleh peneliti.
Narasumber dalam wawancara ini adalah sebagai berikut:
a) SA: selaku Kepala Desa
b) MJ: selaku Sekertaris Desa
c) TH: selaku Kaur Keuangan (Bendahara Desa)
d) R: selaku ketua RT.17
e) MA: selaku masyarakat