• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. ... Terjemahnya: A. Latar Belakang Masalah. Alquran adalah kitab suci yang diturunkan Allah swt. kepada Nabi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. ... Terjemahnya: A. Latar Belakang Masalah. Alquran adalah kitab suci yang diturunkan Allah swt. kepada Nabi"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.Word-to-PDF-Converter.net1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alquran adalah kitab suci yang diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. untuk menjadi petunjuk bagi manusia. Firman Allah swt. Dalam Q.S. al-Baqarah/2: 185;

ãöky­

tb$ŸÒtBu‘

ü“Ï%©!$#

tA̓Ré&

ÏmŠÏù

ãb#uäöà)ø9$#

”W‰èd

Ĩ$¨Y=Ïj9

;M»oYÉit/ur

z`ÏiB

3“y‰ßgø9$#

Èb$s%öàÿø9$#ur 4

...

ÇÊÑÎÈ

Terjemahnya:

(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).

Alquran adalah kitab suci yang harus dibaca dan dipelajari, bahkan lebih dari itu, ia harus dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Muhammad al-Gazali mengatakan bahwa membaca Alquran seharusnya diikuti dengan pemahaman dan analisa kritis. Hal ini seharusnya dilakukan oleh setiap individu muslim dalam menyikapi kitab sucinya. Begitu halnya dengan studi-studi Alquran, semestinya dilaksanakan secara berkesinambungan.

(2)

Mempelajari Alquran, memahami dan menganalisis serta mengungkap sunnah-sunnah (hukum-hukum Allah), termasuk juga pesan-pesan, ketentuan-ketentuan, beragam ancaman dan kabar gembira, janji dan ancaman serta perbagai kebutuhan umat Islam untuk mengisi perannya dalam peradaban dunia.

Terkait dengan perlunya membaca Alquran, ditemukan beberapa ayat dan hadis Nabi yang mendorong untuk membacanya dengan menjanjikan pahala. Di antara ayat-ayat Alquran yang menyinggung hal tersebut adalah Q.S. Faathir /35: 29-30 sebagai berikut:

إِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَأَقَامُوْا

الصَّلاَةَ وَأَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنَهُمْ سِرَّا

وَعَلاَنِيَّةً يَرْجُوْنَ تِجَارَةً لَنْ تَبُوْرَ.

لِيُوَفِّيْهِمْ أُجُوْرَهُمْ وَيَزِيْدُهُمْ مِنْ فَضْلِهِ

إِنَّهُ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ.

Terjemahnya:

‘Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari reski yang Kami berikan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan. Mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.

(3)

Sementara itu, Nabi bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Aisyah yang berbunyi:

الَّذِيْنَ يَقْرَأُوْنَ القُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ

السَّفَرَةِ الكِرَاِم البَرَرَةِ. وَالَّذِي يَقْرَاُ

القُرْآنَ يَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌ لَهُ

أَجْرَانِ.(متفق عليه)

Artinya:

‘Orang-orang yang membaca Alquran dan pandai dalam membacanya, ia bersama dengan malaikat yang mulia. Dan yang membaca Alquran dengan mengeja dan ia membacanya dengan sulit, ia mendapatkan dua pahala.

Membaca Alquran tentunya memberikan pengaruh dalam kehidupan. Ia bagaikan wewangian yang memberikan bau harum yang tidak hanya dirasakan oleh diri orang yang membacanya, tetapi juga memberi rasa kedamaian dan ketenangan bagi orang yang mendengarnya. Orang yang membaca Alquran akan merasakan kelapangan dan kesejukan hati, terlebih lagi ketika mampu menghayati makna yang terkandung di dalamnya.

Fenomena yang muncul di masyarakat saat ini, yaitu adanya kecenderungan umat Islam yang meninggalkan Alquran atau hanya sekedar menjadikannya sebagai bacaan keagamaan. Hal ini tentunya akan menghilangkan relevansi Alquran dengan realitas-realitas alam semesta.

(4)

Kenyataan yang terjadi adalah non-Islam lebih aktif melakukan kajian dan penelitan, sehingga mereka dengan mudah dapat menarik suatu manfaat dari kandungan Alquran. Hal ini dibuktikan oleh perkembangan teknologi di negara-negara yang mayoritas non-muslim, padahal umat Islamlah yang seharusnya memegang semangat Alquran. Lebih memperihatinkan jika umat Islam itu sendiri tidak tahu membaca dan menulis kitab sucinya sendiri.

Di Indonesia yang mayoritas menganut Islam, masih ditemukan generasi muda Islam dalam hal membaca dan menulis Alquran mengalami kesulitan. Isu buta aksara baca tulis Alquran pernah mencuat ke permukaan pada tahun 1986 yang mempublikasikan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tingginya angka aksara baca tulis Alquran mencapai angka 70% dari keseluruhan umat Islam Indonesia. Di kalangan mahasiswa misalnya, pada awal tahun 1991 oleh majalah “Panji Masyarakat” pernah diekspose hasil penelitian di Universitas Andalas Sumatra Barat. Dari 2586 mahasiswa muslim yang menjadi subjek penelitian sebuah panitia secara resmi menunjukkan bahwa mereka yang dinilai mampu membaca Alquran hanyalah 10%. Selebihnya sebanyak 25% dinilai kurang mampu, 65% dinyatakan tidak mampu sama sekali.

Perhatian pemerintah terhadap masalah buta aksara baca tulis Alquran telah diupayakan, terutama melalui Kementerian Agama yang menjadikan program “Pemberantasan Buta Huruf Alquran“ sebagai salah satu program

(5)

prioritas yang kemudian melahirkan surat keputusan bersama (SKB), yaitu Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri nomor 128 tahun 1982 dan nomor 44 A tahun 1982 tentang usaha peningkatan kemampuan baca tulis Alquran bagi umat Islam, dalam rangka peningkatan penghayatan dan pengamalan Alquran dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap upaya pemberantasan buta aksara Alquran di kalangan anak-anak dan menjadikan sebagai gerakan monumental di seluruh tanah air, maka dibentuklah lembaga khusus (otonom) untuk menanganinya, yaitu lembaga Pembinaan dan Pengembangan Taman Kanak-Kanak Alquran (LPPTKA)- BKPRMI yang dibentuk secara struktural, mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah di seluruh tanah air. Terpilihlah sebagai Direktur Nasional pertamanya H. M. Jasir ASP, di dampingi oleh H. M. Natsir Fathuddin sebagai wakil dan Tasyrifin Karim sebagai Sekretaris Nasional. Setelah itu, berkembanglah gagasan pembentukan TKA/Taman Pendidikan Alquran (TPA) BKPRMI di seluruh Indonesia di bawah Pengelolaan Lembaga otonomnya LPPTKA. Hal ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat Islam, sehingga Taman Pendidikan Alquran (TPA) tumbuh bagaikan jamur di musim hujan.

Keberadaan Taman Pendidikan Alquran (TPA) di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros sangat didukung oleh keadaan masyarakat yang sudah memahami dan menyadari tentang pentingnya membaca dan menulis Alquran.

(6)

Mereka termasuk masyarakat yang relegius yang telah paham tentang ajaran-ajaran agama, terutama dalam pembinaan generasi muda dan anak-anak mereka.

Hal ini menjadi modal utama untuk menggerakkan para anak-anak untuk lebih memahami ajaran agama Islam sejak dini, terutama di dalam mendidik anak dalam membaca dan menulis Alquran. Dengan demikian, anak-anak di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros secara umum lebih awal sudah mengisi kesehariannya dengan kegiatan membaca dan menulis Alquran, baik yang sifatnya tradisional maupun yang sudah dikelola oleh Taman Pendidikan Alquran (TPA), tanpa mengorbankan waktunya untuk bermain. Bahkan dengan Strategi pembinaan yang diterapkan mereka merasa senang, karena di samping belajar, juga dapat bermain dan bergembira bersama dengan teman-teman yang lain.

Taman Pendidikan Alquran (TPA) sejak awal berdirinya menempatkan posisinya pada jalur pendidikan non formal jenis keagamaan dengan Strategi pembinaan mengacu kepada suasana taman, yaitu: indah, bersih, rapi, nyaman dan menyenangkan. Oleh karena itu, institusinya disebut taman (Taman Kanak-Kanak Alquran dan Taman Pendidikan Alquran) dan tidak disebut sekolah atau madrasah.

(7)

Materi pengajarannya menekankan aspek keterampilan keagamaan yang paling dasar, yaitu keterampilan membaca Alquran dan keterampilan kaifiyat salat lima waktu serta penguasaan sejumlah hafalan yang terkait dengan pelaksanaan ibadah salat dan doa harian. Aspek keterampilan keagamaan ini (psikomotorik) merupakan suatu target yang mudah diukur dan diidentifikasikan karena sifatnya operasional. Tentu saja aspek ini tidak berdiri sendiri, melainkan bergandengan bahkan simultan dengan aspek pengetahuan (kognitif) dan aspek sikap/perasaan (afektif).

Proses pembelajaran yang mengacu pada materi pengajaran tersebut. Kegiatannya dipusatkan di masjid-masjid/mushalla dan memilih waktu sore hari (sebelum/sesudah waktu Ashar dan sebelum/sesudah waktu Magrib). Strategi pembinaan Taman Pendidikan Alquran (TPA) ini, secara umum diterapkan pada seluruh Taman Pendidikan Alquran (TPA) di Indonesia, termasuk Taman Pendidikan Alquran (TPA) yang ada di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros yang berusaha ikut serta dalam penuntasan buta aksara baca tulis Alquran di Indonesia, khususnya di daerah Maros.

Sehubungan dengan uraian di atas, maka peneliti melakukan penelitian terhadap lembaga pendidikan Alquran sejak dini yang populer dengan istilah TPA. Lembaga ini telah banyak memberikan kontribusi kepada anak-anak sejak masih kecil, sehingga sering ditemukan anak umur di bawah lima tahun

(8)

atau sebelum masuk Sekolah SD sudah memiliki kemampuan membaca Alquran dengan lancar dan pasih.

Taman Pendidikan Alquran (TPA), Khususnya yang ada di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros telah melakukan Strategi pembinaan secara umum mengacu kepada Strategi pembinaan Taman Pendidikan Alquran (TPA) secara nasional yang ditetapkan melalui LPPTKA BKPRMI yang diterapkan di seluruh wilayah Nusantara. Walaupun demikian, Strategi pembinaan di beberapa Taman Pendidikan Alquran (TPA) di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros, pelaksanaannya belum terealisasi secara maksimal.

Masyarakat merasakan manfaat yang besar dengan keberadaan Taman Pendidikan Alquran (TPA) di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros. Mereka dapat mengarahkan anak-anaknya untuk lebih mengenal Al-Alquran lebih dini. Dalam hal ini, keberadaan Taman Pendidikan Alquran (TPA) dapat menghasilkan santri-santriwati yang dapat membaca dan menulis Alquran dengan baik sejak usia dini.

Penelitian terhadap pembinaan dan eksistensi Taman Pendidikan Alquran (TPA) dalam rangka pemberantasan buta aksara Alquran terutama kurikulum dan metode pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat urgen kerena melihat pada zaman modern seperti sekarang ini, pengaruh keduniaan menjadi bumerang bagi generasi Muslim untuk tidak lagi mengetahui dan

(9)

mengenal kitab sucinya, jika tidak diantisipasi sejak dini, maka kemungkinan besar mereka tidak lagi mengetahui membaca kitab sucinya sebagai pedoman dan petunjuk baginya.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pokok hanya dibatasi pada Taman Pendidikan Alquran (TPA) dalam menuntaskan bebas buta aksara baca tulis Alquran. Untuk membatasi lingkup penelitian ini, perlu dirumuskan sub-sub masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana pembinaan Taman Pendidikan Alquran (TPA) di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros ?

2. Bagaimana strategi pemberantasan buta aksara Alquran pada (TPA) di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros ?

3. Apa manfaat keberadaan Taman Pendidikan Alquran (TPA) bagi masyarakat Kecamatan Turikale Kabupaten Maros ?

C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang keliru dalam memahami maksud yang terkandung dalam judul, maka penulis perlu memberikan pengertian terhadap beberapa istilah yang terdapat pada judul penelitian ini.

(10)

Taman Pendidikan Alquran (TPA) adalah singkatan dari Taman Pendidikan Alquran yaitu sebuah lembaga yang bernaung di bawah Departemen Agama yang mendidik, membina anak-anak usia 7-12 tahun untuk mendalami ajaran Islam, khususnya pembinaan dan pengajaran awal yang terprogram dan terencana. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan agama non formal yang harus dikelola secara profesional sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.

Strategi pembinaan yang dimaksud penulis adalah bentuk dan model pembinaan yang dilakukan Taman Pendidikan Alquran (TPA) terhadap para santri. Strategi ini terkait dengan kurikulum, visi dan misi Taman Pendidikan Alquran (TPA), tujuan pendidikan dan pengajaran Taman Pendidikan Alquran (TPA), metode pengajaran, dan materi pengajaran.

2. Pemberantasan Buta Aksara Alquran

Usaha untuk menuntaskan orang-orang yang masih buta huruf, dan tidak tahu dan tidak mampu membaca dan menulis Alquran. Atau Usaha untuk menjadikan orang yang tidak tahu membaca dan menulis Alquran menjadi tahu membaca dan menulis Alquran.

Dengan demikian, judul penelitian ini dapat dipahami sebagai model-model pembinaan yang dilakukan oleh Taman Pendidikan Alquran

(11)

(TPA) di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros dalam rangka mengatasi dan memberantas buta aksara baca tulis aksara Alquran sampai mereka tahu. Dalam hal ini, penuntasan buta aksara Alquran bagi anak-anak yang masih di bawah usia 12 tahun ke bawah.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut:

a. Untuk mengatahui pembinaan taman pendidikan Alquran (TPA) secara umum sebagai salah satu wadah yang bernaung di bawah BKPRMI.

b. Untuk mengungkap strategi pemberantasan buta aksara Alquran pada TPA di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros.

c. Untuk mengidentifikasi manfaat Taman Pendidikan Alquran (TPA) bagi masyarakat di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros.

1. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Ilmiah

1) Pengembangan pengetahuan Taman Pendidikan Alquran (TPA), terutama Strategi pembinaan yang diterapkan.

(12)

2) Memberikan informasi tentang Taman Pendidikan Alquran (TPA) terhadap masyarakat yang masih awam dan belum tahu tentang keberadaan Taman Pendidikan Alquran (TPA) di Indonesia.

3) Sebagai tambahan referensi tentang pembahasan ini yang dirasa masih sangat kurang.

b. Kegunaan Praktis

1) Sebagai kontribusi pemikiran bagi upaya memperdalam makna Taman Pendidikan Alquran (TPA) yang telah marak pembentukannya di nusantara, khususnya kepada pengelola Taman Pendidikan Alquran (TPA) di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros .

2) Diharapkan menjadi pedoman pelaksanaan TPA sebagai lembaga yang mampu memberantas buta aksara Alquran, khususnya Taman Pendidikan Alquran (TPA) di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros.

E. Kajian Pustaka

Penelitian tentang Taman Pendidikan Alquran (TPA) telah banyak dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh penulis ini memberikan, nilai lebih yang tidak ditemukan pada penelitian sebelumnya. Yaitu menggambarkan tentang pembinaan yang dilakukan dalam memberantas buta aksara Alquran.

(13)

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan, di antaranya penelitian Ilham Hamid, DM dengan judul Metode Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan terhadap Anak di TK/TPA KPRMI Kota Makassar.

Dalam penelitian ini digambarkan tentang strategi pembinaan TPA, khususnya yang berkaitan dengan pembinaan dalam penanaman nilai-nilai keagamaan. Ditemukan ada tiga nilai keagamaan yang ditanamkan pada anak, yaitu nilai-nilai keimanan, nilai-nilai akhlak, dan nilai-nilai ibadah.

Penelitian yang dilakukan oleh Ilham mempunyai hubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu menggambarkan Strategi pembinaan Taman Pendidikan Alquran (TPA). Hanya saja penulis lebih mengfokuskan kepada pemberantasan buta aksara Alquran.

Ada juga penelitian dilakukan Nurani dengan judul Studi tentang Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Taman kanak-Kanak Alquran (TKA) dan TK/TPA terhadap Pembinaan Akhlak Anak di Desa Suillan Kecamatan Enrekang.

Dalam penelitian di atas ditemukan bahwa setidaknya ada tiga pengaruh dari pelaksanaan Taman Pendidikan Alquran (TPA), yaitu :

1. Terjadi pemasyarakatan bacaan Alquran, sehingga masyarakat terutama anak-anak dan para remaja dapat mengetahui baca tulis Alquran dan

(14)

sekurang-kurangnya dapat memahami dan mengerjakan apa yang terkandung dalam Alquran.

2. Pembinaan akhlak, dalam hal ini anak-anak dibimbing dan diarahkan agar senantiasa berpegang teguh pada ajaran agama Islam.

3. Penanaman nilai-nilai agama akan tetap terbina dan memberi corak dalam tingkah laku perbuatan seseorang.

Penelitian ini mempunyai hubungan yang erat, terutama dalam menjelaskan pengaruh pelaksanaan Taman Pendidikan Alquran (TPA) secara umum terhadap anak-anak. Hanya saja, penulis lebih mengfokuskan kepada strategi pembinaan kaitannya dengan pemberatasan buta aksara Alquran terhadap baca tulis Alquran. Masih banyak lagi penelitian lainnya yang tidak sempat diangkat dalam tulisan ini.

Zakiah Daradjat mengemukakan dalam hasil penelitiannya yang berjudul ”Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam” bahwa pelajaran Alquran meliputi bebrapa hal sebagai berikut:

1. Pengenalan huruf hijaiyah, yaitu huruf Arab dari alif sampai dengan ya. 2. Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-sifat huruf

(15)

3. Bentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakal, syaddah, tanda panjang (maad), tanwin dan sebagainya.

4. Bentuk dan fungsi tanda berhenti baca (waqaf) seperti waqaf mutlak, waqaf jawaz dan sebagainya.

5. Cara membaca, melagukan dengan bermacam-macam qiraat yang dimuat dalam ilmu qiraat dan ilmu Naqham.

6. Adabut tilawah yang berisi tata cara dan etika membaca al Qur’an sesuai dengan fungsi bacaan itu sebagai ibadah.

Sedangkan Abu Zakariyah Yahya bin Syarofuddin an-Nawawy asy-Syafi’i (Imam An-Nawawi), dalam karyanya “Al-Tibyan Fi Adabi Hamalat al-Qur’an” bahwa pelajaran atau mengajarkan Al-Qur'an ditinjau dari aspek hukumnya adalah fardhu kifayah.

Selain itu, hadis Rasulullah saw. menjelaskan bahwa orang paling baik adalah orang yang belajar dan mengajarkan Alqur'an. Hadis in diriwayatkan oleh Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud dan Ibu Majah bahwa:

خَيْرُ كُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعلَّمَهُ (رواه البخارى والترمذ واحمد

وابوداود و البن ماجه.

Artinya:

Orang yang paling baik di antara kamu ialah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah).

(16)

Dari hadis di atas, menunjukkan kepada umat bahwa orang yang terbaik di antara manusia adalah mereka yang mempelajari dan mengajarkan Alqur'an. Belajar Alqur'an tidak hanya mempelajari bacaannya, tetapi harus pula belajar akan arti, isi, dan makna yang terkandung di dalamnya untuk kemudian diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, Uraian tersebut di atas, menunjukkan bahwa penelitian yang penulis lakukan belum pernah diteliti sebelumnya apalagi objek dan lokasi yang sama.

E. Garis Besar Isi Tesis

Dalam pembahasan tesis ini dibagi ke dalam lima bab dengan masing-masing bab pertama sebagai pendahuluan yang di dalamnya diuraikan latar belakang, rumusan masalah, pengertian judul dan definisi operasional, tujuan dan kegunaan penelitian serta garis besar isi tesis.

Bab kedua adalah bab yang membahas tentang sejarah berdirinya Taman Pendidikan Alquran (TPA), strategi pembinaan Taman Pendidikan Alquran (TPA), manajemen pengelolaan Taman Pendidikan Alquran (TPA), hubungan dengan penelitian sebelumnya dan kerangka pikir.

Bab ketiga adalah bab yang mengetengahkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, mulai dari jenis penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel yang memaparkan tentang jumlah secara keseluruhan

(17)

obyek penelitian. Sedangkan sampel dimaksud untuk mendata beberapa bagian dari populasi dari yang dapat mewakili populasi secara refresentatif. Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah interviu dan angket, prosedur pengumpulan data dilakukan secara bertahap yakni mulai tahap observasi, penelusuran dokumentasi, pengumpulan data berdasarkan interviu serta teknik analisis data dilakukan secara prekuensi kumulatif.

Bab keempat merupakan bab yang secara khusus memaparkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan, yakni gambaran strategi pembinaan Taman Pendidikan Alquran (TPA), strategi pemberantasan Taman Pendidikan Alquran (TPA), dan manfaat eksistensi Taman Pendidikan Alquran (TPA) di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros. Taman Pendidikan Alquran (TPA), mendapatkan perhatian positif karena masyarakat terutama bagi orang tua merasa terbantu terhadap pendidikan dasar keagamaan anak-anak mereka.

Bab kelima adalah bab terakhir yang di dalamnya memaparkan beberapa kesimpulan yang ditarik dari uraian-uraian sebelumnya dan implikasi dari penelitian tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Pada formula I sediaan krim tipe M/A minyak atsiri kulit buah jeruk Pontianak ( Citrus nobilis Lour. microcarpa) dapat memberikan efektivitas antibakteri paling baik

perlu dilakukan analisis terhadap optimalisasi proses peremukan batu granit mulai dari penilaian terhadap ketersediaan alat pada unit peremukan, efisiensi kerja

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kondisi perikanan (hasil tangkapan per upaya, daerah penangkapan, alat tangkap yang digunakan) dan aspek biologi (frekuensi lebar tubuh,

Dari pemahaman tersebut dan data-data yang telah diperoleh maka penulis dapat simpulkan bahwa masyarakat Ciparay adalah kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh

(2) Pembiayaan untuk badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan dalam bentuk Pembiayaan Modal Kerja, Pembiayaan Investasi, termasuk Pembiayaan

manusia yang berketuhanan di dalam masyarakat yang heterogen. Misalnya dapat diambil ontoh yaitu keinginan seseorang untuk mengabdi kepada )uhan =ang Maha >sa. Moti0asi

Kegiatan pengabdian masyarakat yang berupa pelatihan pengajaran matematika dan sains bagi guru-guru Sekolah Kategori Mandiri Menuju RSBI di SMPN 10 Denpasar, sangat perlu

Hal ini akan menimbulkan kesedaran kepada pekerja-pekerja supaya lebih bertanggungjawab terhadap klien mereka kerana pihak organisasi lebih memfokuskan