• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara, memilih dan dipilih menjadi penyelenggara negara. 1 Pemerintahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara, memilih dan dipilih menjadi penyelenggara negara. 1 Pemerintahan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang berasal dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Hal ini berarti bahwa rakyat mempunyai hak mutlak untuk memilih sebagian dari rakyat menjadi penyelenggara negara baik di bidang eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Hal ini berarti pula bahwa rakyat memiliki hak mutlak untuk mengusulkan para

penyelenggara negara, memilih dan dipilih menjadi penyelenggara negara.1 Pemerintahan

dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat dapat terwujud dengan melakukan partisipasi politik seperti secara langsung dan tanpa batas mengikuti pemilihan penyelenggara negara dan/atau menjadi penyelenggara negara, menghadiri rapat umum dan/atau mengadakan hubungan atau

komunikasi dengan penyelenggara negara.2

Negara yang berdemokrasi adalah negara yang menyelenggarakan pemilihan umum

dengan bebas, adil kompetitif dan berkala.3 Para penyelenggara negara dipilih masyarakat

secara langsung, yang diwakili oleh para pemilih dengan harapan dapat memberi kebaikan di berbagai kalangan. Semakin banyak penyelenggara negara yang dipilih, semakin banyak pula

pejabat yang menjadi pelayan rakyat untuk memperjuangkan aspirasi.4 Melalui pemilihan

umum, para pemilih menyalurkan berbagai harapan mereka sebagai warga negara kepada para penyelenggara negara yang terpilih untuk melaksanakannya. Dengan demikian, untuk

1

Merphin Panjaitan, Logika Demokrasi: Rakyat Mengendalikan Negara (Jakarta: Permata Aksara, 2011), 37.

2 Samuel P. Huntington dan Joan Nelson mendefinisikan partisipasi politik sebagai kegiatan yang dilakukan warga negara dengan tujuan untuk mempengaruhi pengambilaan keputusan pemerintah yang dapat terwujud dalam berbagai bentuk seperti berpartisipasi dalam pemungutan suara, menghubungi pejabat-pejabat pemerintah dan pimpinan politik untuk mempengaruhi kepentingan mereka yang menyangkut hajat hidup orang banyak (lobbying), berperan sebagai anggota atau pejabat dalam suatu organisasi dengan tujuan mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah, mencari koneksi untuk para pejabat pemerintah dan biasanya bermanfaat hanya bagi satu orang atau segelintir orang serta terlibat dalam tindak kekerasan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dengan menimbulkan kerugian fisik manusia maupun benda. Lih., Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, terj. Sahat Simamora (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), 16-20.

3

Panjaitan, Logika Demokrasi: Rakyat..., 158. 4 Ibid.

(2)

2

mewujudkan harapan-harapan tersebut maka partisipasi politik harus berasal dari semua

kalangan, baik perempuan maupun laki-laki agar mencakup semua kepentingan.5

Pengalaman memperlihatkan bahwa panggung politik di negara ini didominasi oleh kaum laki-laki sehingga pemerintah membuat sebuah regulasi untuk menjamin keterwakilan

perempuan dalam dunia politik.6 UU No.2 Tahun 2008 pasal 20 menyatakan bahwa:

“Kepengurusan partai politik tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) dan ayat (3) disusun dengan memperhatikan keterwakilan perempuan paling rendah 30% (tiga puluh perseratus) yang diatur dalam AD dan ART Partai politik masing-masing”.

Kenyataan yang terjadi dalam pemilihan umum legislatif adalah sistem kuota 30% tersebut hanya untuk menjamin kehadiran kaum perempuan dalam partai politik pada bursa pemilihan namun tidak menjamin peluang keterpilihan caleg perempuan yang setara dengan peluang keterpilihan caleg laki-laki.

Pemilihan umum legislatif yang diselenggarakan pada 9 April 2014 di Kota Kupang, diikuti oleh 12 partai politik yang telah memenuhi target kuota 30% keterwakilan perempuan sebagai calon anggota DPRD Kota Kupang periode 2014-2019 dengan jumlah pemilih tetap sebanyak 252.838 orang terdiri dari 127.234 pemilih laki-laki dan 125.604 pemilih

perempuan.7 Hasil pemilihan umum legislatif tahun 2014 belum menunjukkan hasil positif

bagi para caleg perempuan. Data menunjukkan bahwa terdapat 307 orang caleg laki-laki (64,49%) dan 169 orang caleg perempuan (35,51%) dari total 476 caleg dalam daftar

5 Politik merupakan arena kontestasi merebut kekuasaan. Namun, jika arena kontestasi ini tidak memberikan ruang yang adil bagi semua kepentingan, maka akan terjadi hegemoni kepentingan mayoritas terhadap kelompok-kelompok marginal. Lih., Martha Tilaar, “Aktivisme Perempuan dalam Parlemen di daerah dan Sejumlah Negara”, dalam Perempuan Parlemen dalam Cakrawala Politik Indonesia, peny. Indra Syamsi (Jakarta: Dian Rakyat, 2013), 33.

6 Astrid Anugrah, Keterwakilan Perempuan dalam Politik (Jakarta: Pancuran Alam, 2009), 36-37. 7

Rekapitulasi daftar Pemilih Tetap Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014, diperoleh dari Bagian Data KPU Kota Kupang pada tanggal 1 Desember 2016.

(3)

3

pencalonan anggota DPRD Kota Kupang periode 2014-2019.8 Caleg perempuan yang terpilih

menjadi anggota DPRD Kota Kupang periode 2014-2019 sebanyak 5 orang atau 12,5% dari

40 orang anggota legislatif terpilih.9 Jumlah ini meningkat dari periode 2009-2014 yaitu 1

orang perempuan anggota legislatif terpilih dari total 30 anggota DPRD Kota Kupang.10 Data

ini menunjukan bahwa dari segi keterpilihan, peluang yang diberikan masyarakat bagi keterpilihan perempuan masih sangat rendah sehingga kesetaraan antara kepemimpinan perempuan dan laki-laki belum terwujud seutuhnya.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 43 ayat (1) telah mengatur hak setiap warga negara untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak. Dengan demikian, tentu saja setiap warga Kota Kupang memiliki penilaian masing-masing atas pilihannya dan setiap calon legislatif memiliki hak untuk dipilih. Tetapi kenyataan yang terjadi adalah hak tersebut tidak disesuaikan dengan persamaan hak setiap manusia untuk dipilih menjadi penyelenggara negara. Pada umumnya, hak tersebut diperoleh kaum laki-laki. Dampak dari rendahnya presentasi perempuan dalam struktur politik formal dan arena pengambilan keputusan adalah langkanya kebijakan-kebijakan pemerintah dalam segala level yang berpihak pada perempuan sehingga

kepentingan-kepentingan perempuan tidak dapat diartikulasikan.11 Berdasarkan pemikiran

tersebut maka sudah semestinya masyarakat sebagai pemilih memberi peluang yang besar juga bagi caleg perempuan atau paling tidak memberikan peluang yang sama dengan caleg laki-laki untuk masuk dalam lembaga pembuat keputusan agar kebijakan-kebijakan yang dihasilkan dapat berpihak pada semua kepentingan.

8 Daftar Calon Tetap Anggota DPRD Kota Kupang Pemilu 2014, diunduh di Bagian Data KPU Kota Kupang pada tanggal 1 Desember 2016.

9 Daftar caleg perempuan terpilih, diperoleh dari Bagian Data Kota Kupang pada tanggal 1 Desember 2016. Lih.

10 Daftar terpilih anggota DPRD Kota Kupang, diperoleh dari KPU Kota Kupang pada tanggal 1 Desember 2016.

11

Nursyahbani Katjasungkana, “Pengantar” dalam Masih Dalam Posisi Pinggiran: Membaca Tingkat Partisipasi Perempuan di Kota Surakarta, peny. Eva Kusuma Sundari (Solo: Pustaka Pelajar, 2005), xiii.

(4)

4

Ada 2 faktor rintangan utama bagi kaum perempuan untuk menjadi pelaku politik

yang diungkapkan Joni Lovenduski yaitu faktor sosial dan faktor institusional.12 Faktor sosial

meliputi: pertama, kurangnya sumber daya yang dimiliki perempuan. Menurutnya, perempuan lebih miskin dibanding laki-laki dan cenderung tidak ditempatkan pada jabatan-jabatan yang mendukung kegiatan politik; kedua, tuntutan gaya hidup dan pekerjaan rumah tangga; ketiga, adanya pemahaman tentang tugas politik yang dikategorikan sebagai tugas laki-laki. Sedangkan faktor institusional terlihat dari lembaga-lembaga politik yang ditandai dengan prioritas, budaya dan praktek-praktek yang sangat maskulin. Apakah faktor-faktor ini juga menjadi penyebab masyarakat Kota Kupang yang belum memberi peluang yang besar bagi caleg perempuan untuk menjadi pelayan mereka di DPRD Kota Kupang? Hal inilah yang menjadi perhatian pertama bagi peneliti.

Selanjutnya, untuk membuktikan bahwa kehadiran perempuan sebagai anggota legislatif dapat menghasilkan kebijakan-kebijakan dan peran yang signifikan dengan isu peningkatan jumlah keterpilihan perempuan di DPRD Kota Kupang maka hal kedua yang perlu diteliti adalah peran anggota legislatif perempuan terhadap faktor-faktor yang ada dalam masyarakat untuk meningkatkan akses keterpilihan perempuan dalam badan legislatif. Hal ini didasari oleh pemahaman bahwa pertama, kehadiran anggota legislatif perempuan menjadi inspirasi bagi perempuan lainnya untuk terlibat dan berperan dalam dunia politik; kedua, perempuan dan laki mempunyai kepentingan yang berbeda, oleh karena itu

laki-laki tidak bisa mewakili perempuan.13 Hal ini jelas bahwa kehadiran perempuan di DPRD

Kota Kupang harus membawa dampak positif bagi keterwakilan perempuan lainnya demi peningkatan jumlah keterpilihan perempuan di DPRD Kota Kupang.

12 Joni Lovenduski. Politik Berparas Perempuan. Terj. Hardono Hadi (Yogyakarta: Kanisius, 2005), 87-95.

13

Masruchah. “Mengapa Perlu Perempuan di Parlemen?”, dalam Perempuan Parlemen dalam Cakrawala Politik Indonesia. Peny. Indra Syamsi (Jakarta: PT Dian Rakyat, 2013), 30.

(5)

5

Isu-isu politik bukanlah hal yang baru untuk diteliti. Banyak peneliti yang telah melakukan berbagai penelitian terkait isu politik dan perempuan di berbagai daerah. Isu mengenai perempuan telah peneliti temukan dalam beberapa hasil penelitian, diantaranya: pertama, thesis dari Esrah Disyon Nino Am Benu yang berjudul “Perempuan dalam

Rekrutmen Politik Untuk Pemilu 2009: Studi di Kab.TTS-NTT”.14 Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana perempuan dari partai politik di legislatif Kab.TTS serta kendala dan sumbangan secara ilmiah kepada lembaga yang berkepentingan dalam menentukan kebijakan; kedua, thesis dari Katriana dan David Samiyono yang berjudul “Perempuan dan Politik (Studi Kasus Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu

Legislatif tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas)”.15

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan secara mendalam realitas yang menyebabkan tidak lolosnya 11 calon legislatif perempuan di Tewah, pada Pemilu Legislatif tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Esrah Disyon Nino Am Benu, peneliti meneliti tentang kendala partai politik untuk merekrut perempuan agar berpartisipasi dalam politik di Kab.TTS dengan mengkaji 3 parpol besar di Kab.TTS, yaitu Golkar, PDIP dan PDS pada pemilu 2009 sedangkan pada penelitian Katriana dan David Samiyono, peneliti meneliti tentang faktor tidak terpilihnya 11 calon legislatif perempuan di Tewah. Keduanya tidak meneliti tentang faktor-faktor yang ada dalam masyarakat yang menyebabkan mereka memberi peluang yang sedikit untuk caleg perempuan dan bagaimana seharusnya para

14 Esrah Disyon Nino Am Benu, dan Sunyoto Usman. Keterwakilan perempuan dalam rekrutmen politik

untuk Pemilu 2009:: Studi di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Diss. Universitas Gadjah Mada, 2009.

http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&ty p=html&buku_id=41061 (diakses pada 8 Agustus 2016)

15Katriana dan David Samiyono, “Perempuan dan Politik (Studi Kasus Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas)” Tesis. Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga: 2012.

(6)

6

anggota legislatif perempuan menggunakan posisi mereka untuk meningkatkan akses perempuan dalam arena politik di DPRD Kota Kupang.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini peneliti ingin meneliti tentang faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat memberi sedikit peluang bagi caleg perempuan untuk menjabat sebagai anggota DPRD Kota Kupang periode 2014-2019 serta peran anggota legislatif perempuan untuk meningkatkan jumlah keterpilihan caleg perempuan di DPRD Kota Kupang, dengan judul penelitian:

PEREMPUAN dan POLITIK

(Studi Atas Peran Anggota Legislatif Perempuan Terhadap Faktor-Faktor Penyebab Minimnya Peluang Keterpilihan Caleg Perempuan Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan

Jumlah Keterpilihan Perempuan di DPRD Kota Kupang)

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu pertama, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan masyarakat memberi peluang yang sedikit kepada caleg perempuan dalam pemilihan umum legislatif tahun 2014 di Kota Kupang; kedua, apa peran anggota legislatif perempuan untuk meningkatkan jumlah keterpilihan caleg perempuan di DPRD Kota Kupang. Oleh karena itu, maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisa faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat memberi sedikit peluang kepada caleg perempuan pada pemilihan umum legislatif tahun 2014 di Kota Kupang-NTT serta mendeskripsikan dan menganalisa peran anggota legislatif perempuan terhadap faktor-faktor tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah keterpilihan caleg perempuan dalam legislatif di DPRD Kota Kupang-NTT.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan nilai akademis dalam pengembangan ilmu bagi fakultas Teologi/Program Studi Magister Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya Wacana. Hasil penelitian ini juga kiranya dapat memberi kontribusi

(7)

7

pemikiran dan kesadaran atas dinamika politik terhadap jumlah keterwakilan perempuan yang dialami masyarakat Kota Kupang sehingga dengan dinamika politik tersebut, para anggota legislatif terkhususnya anggota legislatif perempuan dapat menggunakan hak dan kewajiban mereka untuk meningkatkan akses perempuan dalam arena politik. Hasil penelitian ini juga diharapkan membawa suatu perubahan kesadaran politik masyarakat Kota Kupang serta diharapkan dapat menghasilkan pembuatan kebijakan atas akses perempuan dalam arena legislatif di Kota Kupang.

1.2 METODE PENELITIAN

Mengacu pada pentingnya kontribusi hasil penelitian, maka penulis akan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode alamiah.16

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan Focus Group

Discussion (FGD). Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.17 Lincoln dan Guba menegaskan bahwa

tujuan diadakan wawancara adalah mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,

perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dll.18

Teknik pengumpulan data yang pertama, yaitu wawancara dilakukan terhadap 5 orang anggota legislatif perempuan di DPRD Kota Kupang periode 2014-2019 yaitu Theodora Ewalda Taek, S.Pd, Maria Magdalena Salouw, Jenly Ndaumanu, SH, Maudy Jeanneta

16 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 6. 17

Ibid., 186.

(8)

8

Dengah, ST dan Agnes B.D Haan-Hayon. Ke-5 narasumber dianggap dapat memberi informasi yang valid tentang peran mereka sebagai anggota legislatif untuk meningkatkan jumlah keterpilihan perempuan di DPRD Kota Kupang-NTT.

Sedangkan teknik pengumpulan data kedua yaitu Focus Group Discussion (FGD). FGD adalah sebuah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkapkan pemaknaan dari suatu kelompok

berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.19 Untuk penelitian

ini, maka peneliti akan melibatkan 50 orang masyarakat sebagai pemilih tetap dalam pemilihan umum legislatif tahun 2014 di 5 Daerah Pemilihan Kota Kupang. Masing-masing dapil diwakili oleh 10 orang pemilih tetap yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Dengan demikian, lokasi pengumpulan data ini akan dilaksanakan di Kantor DPRD Kota Kupang dan di 5 daerah pemilihan (Dapil) Kota Kupang yaitu Dapil Kota Kupang I Kec.Kelapa Lima/Kota Lama, Dapil Kota Kupang II Kec. Oebobo, Dapil Kota Kupang III Kec. Maulafa, Dapil Kota Kupang IV Kec. Alak dan Dapil Kota Kupang V Kec.Kota Raja.

Alasan peneliti memilih tempat penelitian di Kota Kupang karena berdasarkan data yang telah disebutkan pada bagian latar belakang bahwa adanya peningkatan jumlah anggota legislatif perempuan dari periode yang lalu namun hal ini belum menunjukan adanya kesetaraan dalam kepemimpinan serta adanya kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan di Kota Kupang yang membuat peneliti merasa perlu adanya tindakan politis dari anggota legislatif untuk memberi peluang baru bagi para perempuan dalam pengambilan dan pembuatan keputusan yang mempu menyelamatkan kaumnya melalui badan legislatif.

19

H.M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya (Jakarta: Penada Media Grup, 2007), 231.

(9)

9

Mengacu pada pentingnya kontribusi hasil penelitian ini maka peneliti akan bekerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum Kota Kupang-NTT, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Kupang-NTT, Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTP) Prov. NTT, Ketua dan anggota DPRD Kota Kupang-NTT serta Camat dan/atau RT di daerah pemilihan Kota Kupang.

1.3 GARIS BESAR PENULISAN Bab I PENDAHULUAN

Pada bab ini, penulis akan mendeskripsikan mengenai latar belakang masalah, rumusan pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian serta metode penelitian dan garis besar penulisan.

Bab II KAJIAN TEORI PARTISIPASI POLITIK dan KONSEP-KONSEP PERAN ANGGOTA LEGISLATIF

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan tentang teori partisipasi politik dan konsep-konsep peran anggota legislatif. Pada bagian ini juga dideskrispsikan mengenai hal-hal terkait perempuan dan politik seperti teori politik, partisipasi politik masyarakat, partai politik, badan legislatif, partisipasi politik perempuan, kendala keterpilihan perempuan dan peran anggota legislatif perempuan.

Bab III HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, penulis akan mendeskripsikan temuan data berupa faktor-faktor penyebab pemilih memberi peluang yang sedikit bagi caleg perempuan pada pemilihan umum legislatif tahun 2014 di Kota Kupang serta peran anggota legislatif perempuan untuk meningkatkan jumlah keterpilihan caleg perempuan di DPRD Kota Kupang.

(10)

10

Bab IV PERAN ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN TERHADAP FAKTOR-FAKTOR MINIMNYA PELUANG KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH KETERPILIHAN PEREMPUAN di DPRD KOTA KUPANG

Pada bab ini, penulis melakukan analisa terhadap data lapangan dengan menggunakan kerangka konseptual yang dipaparkan pada bab II sehingga mencapai tujuan penelitian. Bab V PENUTUP

Bab ini merupakan refleksi dan kesimpulan dari hasil analisa penulis serta saran bagi pemerintah Kota Kupang-NTT, anggota legislatif perempuan, masyarakat serta kaum perempuan

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Pedoman Penilaian Pembelajaran Anak Usia Dini,

Studi literatur dilakukan untuk memperoleh data atau dokumen serta arsip yang digunakan sebagai pelengkapdata, dengan teknik ini informasi serta data bisa dijabarkan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji keampuhan kombinasi bakteri rhizosfir dan jamur endofitik spesifik lokasi lahan pasang surut terhadap tingkat ketahanan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kecenderungan berita mengenai isi pesan kegiatan-kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh PT Unilever

Pada langkah mundur, sisi bagian kiri piston akan m enekan fluida keoutlet ( katup buang ), sedangkan pada sisi bagian kanan piston akan menghisap fluida darisisi inlet

Kita dapat membayangkan jika ada suatu sasaran tembak, dan jika kita melakukan tembakan terhadap sasaran tembak tersebut sebanyak 6 kali dan ternyata hasil dari pengulangan

Peningkatan kompetensi peserta PEDAMBA: Kelas Pemanfaatan Software Tracker dalam pelajaran Fisika Tahap ke-I” dapat dilihat dari hasil evaluasi pelaksanaan

Dalam pelaksanaannya kegiatan P2ISPA mengacu kepada pendekatan Manajemen Pemberantasan Penyakit Menular Berbasis Wilayah atau dengan kata lain diarahkan menanggulangi