• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kehidupan sehari-hari semua orang selalu berbicara tentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kehidupan sehari-hari semua orang selalu berbicara tentang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Ruang Lingkup Komunikasi.

Dalam kehidupan sehari-hari semua orang selalu berbicara tentang komunikasi atau paling tidak menggunakan kata komunikasi. Namun demikian tidak banyak yang benar-benar mengerti makna kata-kata komunikasi yang selalu dibicarakan atau bahkan pernah dilaksanakan. Secara sederhana Arifin (1988) mengemukakan bahwa dalam percakapan banyak orang selalu menggunakan kalimat-kalimat yang didalamnya mengandung kata komunikasi, dengan makna yang berbeda satu dengan yang lainnya. Misalnya dalam kalimat-kalimat berikut ini :

1. Saya belajar tentang komunikasi ; komunikasi berarti disiplin ilmu

2. Tulisan anda kurang komunikatif ; komunikatif berarti dimengerti atau dipahami

3. Antara dosen dengan mahasiswa terdapat jurang komunikasi ; komunikasi berarti hubungan.

4. Hal itu telah saya komunikasi-kan dengan anaknya ; komunikasi berarti pesan

5. Ia mampu berkomunikasi, karena itu banyak temannya ; komunikasi berarti keterampilan, seni ataupun proses.

2.1.1. Pengertian komunikasi secara etimologis.

Kata komunikasi dan publisistik di Indonesia sering kali dipergunakan secara bergantian dengan menyamakan pengertian satu terhadap yang lainnya

(2)

(sinonim). Padahal ada perbedaan yang mendasar dalam kedua kata komunikasi maupun publisistik.

Susanto (1977a) mengemukakan sebenarnya kata publisistik yang berasal dari perkataan latin populus (=penduduk) memiliki kata sifat publicus yang berarti kepada masyarakat luas.

Kata komunikasi sendiri berasal dari perkataan La Communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitakan. Kata communis berarti milik bersama ,

communis opinio mempunyai arti pendapat umum atau mayoritas.

Dengan demikian kata publisistik lebih menekankan pada sifat atau kegiatan dari seseorang atau kelompok, sedangkan komunikasi lebih menitikberatkan segi sosialnya yaitu usaha menjadi milik bersama, ataupun diketahui bersama.

Setelah mengetahui asal kata komunikasi dan perbedaannya dengan kata publisistik maka kita akan melihat definisi dari komunikasi antar pribadi, dimana komunikasi antar pribadi termasuk jenis dari kegiatan komunikasi. Adapun jenis-jenis dari komunikasi itu sendiri ialah komunikasi antar pribadi, komunikasi massa dan komunikasi kelompok/organisasi.

Menurut Effendy di dalam bukunya yang berjudul “Komunikasi Teori dan Praktek” (Effendy, 2005:6-9) ruang lingkup komunikasi adalah sebagai berikut :

1. Bentuk Komunikasi

a. Komunikasi Personal

1. Komunikasi intra personal, yaitu dengan diri sendiri, proses mengambil keputusan apakah menerima atau menolak suatu pesan yang disampaikan komunikator.

(3)

2. Komunikasi inter personal (antar pribadi), yaitu komunikasi antar manusia secara tatap muka dan umpan baliknya biasanya bersifat langsung.

b. Komunikasi Kelompok

1. Komunikasi kelompok kecil, seperti diskusi panel, simposium, seminar dan sejenisnya.

2. Komunikasi kelompok besar, biasanya bersifat akbar, kampanye atau tabligh akbar.

c. Komunikasi Massa, yaitu komunikasi yang menggunakan sarana media untuk meneruskan suatu pesan kepada para komunikan yang jauh lokasinya dan banyak jumlahnya atau keduanya, melalui media seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain sebagainya. 2. Sifat komunikasi a. Verbal 1. Lisan 2. Tulisan b. Non Verbal

1. Gerakan Tubuh (gesture) 2. Gambar (pictorial) 3. Teknik komunikasi

a. Jurnalistik, yaitu keterampilan atau kegiatan mengelola berita dari mulai peliputan sampai siap dikonsumsi khalayak

(4)

b. Hubungan masyarakat, yaitu keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara hubungan baik dan saling pengertian antara satu organisasi dengan khalayaknya.

c. Periklanan, yaitu kegiatan merancang pesan persuasif yang paling tepat dan efektif terhadap suatu produk barang dan jasa.

d. Propaganda, yaitu kegiatan mempengaruhi orang lain melalui cara bujukan.

e. Pameran f. Publisitas.

g. Perang urat saraf (psychological warfare) h. Penerangan 4. Metode komunikasi a. Memberitahukan (informatif) b. Membujuk (persuasif) c. Memaksa (koersif) d. Memerintah (instruktif)

e. Menciptakan niat baik antara organisasi dengan khalayak (hubungan manusiawi)

5. Fungsi komunikasi

a. Menginformasikan (to inform) b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertaint) d. Mempengaruhi (to influence)

(5)

6. Tujuan komunikasi

a. Mengubah sikap (attitude change) b. Mengubah opini (opinion change)

c. Mengubah masyarakat (behavior change) 7. Model komunikasi

a. Komunikasi satu arah (one step flow communication) b. Komunikasi dua arah (two step flow communication) c. Komunikasi banyak arah (multi step flow communication) 8. Bidang komunikasi

a. Komunikasi sosial (social communication)

b. Komunikasi manajemen (management communication) c. Komunikasi bisnis (business communication)

d. Komunikasi politik (political communication) e. Komunikasi budaya (cultural communication)

f. Komunikasi internasional (development communication) g. Komunikasi tradisi (traditional communication)

9. Sistem komunikasi

a. Sistem tanggung jawab social (social responsibility system) b. Sistem otoriter (authoritarian system)

c. Sistem liberal (liberal system) d. Sistem komunis (communist system)

(6)

2.2. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih yang memiliki keterlibatan emosi yang erat, komunikasi antar pribadi bersifat dinamis, atau selalu berubah-ubah. Komunikasi antar pribadi terjadi ketika dua orang saling mengirimkan pesan yang memiliki kekuatan bermakna dan mengandung nilai informatif. Pemahaman terhadap pesan dipengaruhi pula oleh faktor denotatip dan konotatip suatu pesan (Reardon, 1987).

Semua pesan terdiri atas sekumpulan lambang-lambang. Lambang-lambang itu merupakan kata-kata verbal gerakan anggota tubuh, berbagai bunyi dan bau yang disebut nonverbal. Lambang-lambang itu diucapkan, diperagakan sehingga bermanfaat kalau seseorang menggunakannya untuk melukiskan persetujuannya terhadap pikirannya, pendapatnya, perasaannya, sikapnya terhadap suatu objek, orang lain, kejadian yang ditujukannya.

Atas dasar tersebut maka suatu pesan harus dipersiapkan dalam arti jika hendak ditulis atau diucapkan harus benar-benar disusun dengan benar-benar memperhatikan beberapa faktor penting. Karena itu Effendy (1986b) mengemukakan bahwa kita sangat memerlukan suatu strategi dan perencanaan komunikasi untuk mengidentifikasi isi pesan. Didalamnya kita harus menentukan jenis pesan apa yang disampaikan. Bisa merupakan pesan yang mengandung informasi (informational message), pesan yang mengandung perintah (instructional message), pesan yang berusaha mendorong (motivational message).

Mengutip pendapat Schramm, Effendy (1986a) mengemukakan untuk itu maka pesan-pesan harus disusun secara baik, misalnya 1. pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian

(7)

komunikan ; 2. pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dengan komunikan, sehingga sama-sama mengerti ; 3. pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut ; 4. pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Dalam komunikasi antar pribadi, demikian Nimmo (1989) pesan merupakan unsur primer. Pembicaraan, percakapan merupakan bentuk komunikasi antar pribadi yang tidak bermedia. Hal itu harus mengandung unsur-unsur seperti : 1. lambang; 2. hal yang dilambangkan; (rujukan) dan 3. interpretasi yang menciptakan lambang bermakna.

Dalam kehidupan manusia ada begitu banyak pesan yang diwakilkan dalam lambang kata-kata, gerakan anggota badan, berbagai bunyi dan bau-bauan yang menjelaskan suatu rujukan yang harus diinterpretasikan. Misalnya gerakan mata/arah pandangan mata pada saat berbicara bisa menyatakan hal-hal seperti sedang berfikir, bingung atau ragu-ragu. Hanya dengan suatu pesan yang utuh, pesan yang mewakili sesuatu dalam perlambangan maka kebersamaan makna dapat diinterpretasikan secara lebih mengena dalam komunikasi antar pribadi.

Berdasarkan pendapat Miller dan Steinberg maka kedudukan komunikator yang dapat bergantian dengan komunikan pada tahap lanjutan harus menciptakan suasana hubungan antar manusia yang terlibat didalamnya. Pada tahap ini maka komunikasi antar manusia harus benar-benar manusiawi sehingga orang-orang

(8)

yang saling tidak mengenal satu sama lain lebih kurang mutu komunikasinya daripada komunikasi antar pribadi pihak-pihak yang sudah mengenal sebelumnya.

Komunikasi antar pribadi orang-orang yang saling mengenal lebih bermutu karena setiap pihak mengetahui secara baik tentang liku-liku hidup pihak lain, pikiran dan pengetahuannya, perasaannya maupun menanggapi tingkah laku. Kesimpulannya jika hendak menciptakan suatu komunikasi antar pribadi yang lebih bermutu maka harus didahului dengan keakraban.

Ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi antar pribadi dan bukan komunikasi lainnya yang terangkum dari pendapat-pendapat Reardon (1987), ,Effendy (1986a), Porter dan Samovar (1982). Sifat-sifat Komunikasi antar pribadi itu dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Komunikasi antar pribadi melibatkan didalamnya perilaku verbal maupun nonverbal.

Jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh maka setiap hari sebenarnya setiap orang dalam berkomunikasi antar pribadi telah melaksanakan pengiriman pesan-pesan yang bersifat verbal maupun nonverbal. Misalnya jika kita mengatakan kata “ saya menyayangimu” dengan senyuman dibibir dan tatapan lembut, menunjukkan bahwa kita telah mengirimkan pesan dalam perilaku verbal (mengucapkan kata-kata) diikuti dengan perilaku nonverbal (bantuan suara dan gerakan mata). Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku nonverbal sebagai penguat pesan-pesan verbal yang diucapkan.

(9)

Goffman (1971), De Lozier (1976) dan Little John (1978) merinci perilaku verbal tersebut atas 1. bahasa jarak atau proksemik 2. bahasa gerak anggota tubuh atau kinesik dan 3. perilaku yang terletak antara verbal dan nonverbal atau paralinguistik.

2. Komunikasi antar pribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted dan

contrived.

Spontan maksudnya ialah kata-kata atau gerakan yang terjadi tidak direncanakan terlebih dahulu, bersifat refleks, karena didasarakan oleh situasi, perasaan dan emosi, sesuai dengan ciri dari komunikasi antar pribadi itu sendiri.

Scripted , yaitu reaksi dari emosi terhadap pesan yang diterima jika pada

taraf yang terus menerus membangkitkan suatu kebiasaan untuk belajar, dan akhirnya perilaku ini dilakukan karena didorong oleh faktor kebiasaan. Misalnya jika bertemu dengan orang dari etnis batak kita selalu menyebutkan kata horas !. hal ini menjadi kebiasaan dan setiap bertemu orang dari etnis batak maka kita akan selalu menyebutkan kata horas.

Contrived, perilaku ini merupakan perilaku yang sebagian besar

didasarkan pada pertimbangan kognitif. Jadi seseorang berperilaku karena ia berpendapat, atau percaya bahwa apa yang dilakukan benar-benar rasional dan masuk akal. Perilaku contrived akan selalu memikirkan untung rugi dari sebuah keputusan yang diambil.

3. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu proses yang berkembang. Sifat ketiga dari komunikasi antar pribadi adalah sifat yang terlihat sebagai suatu proses yang berkembang, gambaran mana menunjukkan bahwa

(10)

komunikasi antar pribadi sebenarnya tidak statis melainkan dinamis, demikian Miller dan Steinberg.

4. Komunikasi antar pribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi dan koherensi.

Agar komunikasi antar pribadi dikatakan sukses maka para pesertanya harus berpartisipasi satu terhadap yang lain baik dengan pesan-pesan yang verbal maupun nonverbal.suatu komunikasi antar pribadi harus ditandai dengan adanya umpan balik. Hal ini terjadi karena dalam komunikasi antar pribadi fungsi dari komunikator dan komunikan saling bergantian.

5. komunikasi antar pribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ektrinsik

Dengan intrinsik dimaksudkan adalah suatu standar dari perilaku yang dikembangkan oleh seorang sebagai pandu bagaimana mereka melaksanakan komunikasi.

Dengan ektrinsik dimaksudkan dengan adanya standar atau tata aturan lain yang ditimbulkan karena adanya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi harus diperbaiki atau dihentikan. 6. Komunikasi antar pribadi menunjukkan adanya suatu tindakan

Kedua pihak yang terlibat komunikasi harus melakukan tindakan tanda mereka memang melakukan komunikasi.

7. Komunikasi antar pribadi merupakan persuasi antar manusia

komunikasi antar pribadi melibatkan usaha yang bersifat persuasif, bukan membujuk, karena untuk mencapai sukses harus dikenal latar belakang psikologis, sosiologis seseorang. Seorang komunikator harus menyiapkan

(11)

pesan yang baik sehingga mampu mengena keadaan, lapangan psikologis dan sosiologis komunikan.artinya memanfaatkan pengetahuan, pendapat, perasaan serta kebiasaan seseorang dari mana pesan itu perlu disesuikan agar dapat diterima.

Adapun ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi menurut Evert M.Rogers dalam Depari (1988) adalah :

1. Arus pesan cenderung dua arah 2. Konteks komunikasinya tatap muka

3. Tingkat umpan balik yang terjadi cukup tinggi

4. Kemampuan mengatasi tingkat selektifitas (selective exposure) yang tinggi 5. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat

6. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap.

Setelah mengetahui ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi maka kita juga harus mengetahui bagaimana susunan suatu pesan yang tepat agar dapat dijadikan sebagai lambang bersama yang dapat secara bersama dipahami. Maka Reardon (1987) mengemukakan bahwa untuk menyusun pesan perlu diperhatikan antara lain ketiga faktor, yaitu (1) tatabahasa (2) mengetahui dan mengenal orang lain (3) mengetahui situasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Memperhatikan tatabahasa

Meskipun setiap orang tidak perlu mempelajari aturan-aturan berbahasa sebagaimana seharusnya namun santun berbahasa dapat dipahami dalam batas-batas tertentu sehingga bahasa dapat dijadikan alat untuk berkomunikasi antar pribadi. Tatabahasa tidak lain merupakan

(12)

aturan-aturan yang digunakan dalam berbahasa sebagai alat beerkomunikasi, terutama komunikasi antar pribadi. Aturan-aturan itu mengatur bagaimana setiap orang berbahasa secara baik dan benar sehingga dapat terjalin komunikasi. Beberapa syarat sederhana yang harus diperhatikan dalam berbahasa antara lain memilih kata dan menyusun kalimat yang baik dan benar, menggunakan ejaan dengan tepat, memakai imbuhan yang beraturan. Apalagi dalam komunikasi antar pribadi yang biasanya dilangsungkan dengan tatap muka secara langsung sehingga aksi dan reaksi verbal maupun nonverbal terdengar dan terlihat secara langsung. Jika hal ini kurang diperhatikan maka komunikasi tidak akan berlangsung dengan sukses, pesan yang disampaikan tidak ada manfaatnya karena tidak dimengerti oleh lawan bicara.

2. Pengetahuan tentang orang lain

Pengetahuan tentang tatabahasa saja tidaklah cukup. Tatabahasa hanya merupakan salah satu syarat dan bukan satu-satunya. Pengetahuan berbahasa dan menggunakannya dapat disesuaikan dengan santun terhadap siapa komunikasi antar pribadi dilakukan. Jika kita hendak berdialog dengan seseorang sebagai contoh maka kita harus mengetahui kebiasaan-kebiasaan orang itu, apa yang kira-kira disenanginya. Artinya kita harus mempunyai gambaran awal atau pengetahuhan awal tentang orang yang kita ajak bicara. Mengenal orang lain begitu penting supaya kita mampu memberikan perbedaan dengan cara apa kebiasaan berkomunikasi itu harus dilakukan.

(13)

Selain syarat bertatabahasa, mengenal orang lain maka syarat berikutnya ialah mengenal situasi. Hal ini perlu pula diingat karena akan mempengaruhi pesan yang tersusun untuk mengajak pihak lain berpartisipasi dalam pembicaraan. Yang dimaksud dengan situasi menurut Bierens de Haan dalam Susanto (1977a) adalah totalitas dari hubungan masyarakat yang mempengaruhi/dapat mengarahkan keadaan menuju suatu arah dilihat dari kepentingan seseorang, golongan ataupun bangsa. Situasi adalah keadaan sekeliling saja, ia dibentuk oleh masa lampaunya suatu masyarakat, yaitu masyarakat yang hidup lebih lanjut dalam masa sekarang ; situasi adalah keseluruhan dari pengaruh masyarakat, situasi merupakan keseluruhan huubungan kekuasaan dan hubungan-hubungan yang mencakupi juga kesadaran akan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Susanto (1977a) sendiri juga merumuskan bahwa situasi merupakan kenyataan sosial tentang hal-hal yang mempengaruhi situasi sosial selanjutnya. Ia merupakan kenyataan dari hasil faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sebaliknya juga akan mempengaruhi jalannya persoalan itu sendiri. Karena komunikasi antar pribadi melibatkan orang lain maka dari pandangan Susanto dan Bierens di atas dapat disimpulkan setiap orang harus memeperhatikan konteks situasi dalam berkomunikasi, bagaimanapun juga karena pesan-pesan itu umumnya bermakna sosialisasi wujud interaksi. Situasi tidak hanya menunjukkan tempat tetapi juga bermakna suasana. Situasi tidak saja bermakna tempat melainkan gambaran suatu; suasana kebatinan yang dimiliki manusia.

(14)

2.3. Psikologi komunikasi

Psikologi melihat komunikasi dimulai dengan dikenainya masukan kepada organ-organ pengindraan kita yang berupa data. Stimuli berbentuk pesan, suara , warna, segala hal yang mempengaruhi kita. Sapaan, hai apa kabar merupakan satuan stimuli yang terdiri dari berbagai stimuli; pemandangan, suara, penciuman dan sebgainya. Stimuli ini kemudian diolah dalam jiwa kita, dan kita akhirnya mengambil kesimpulan atas apa yang terjadi. Kita mengetahui jika seseorang tersenyum, tepuk tangan dan meloncat-loncat , pasti ia dalam keadaan gembira.

Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi maka terjadilah proses belajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif ( aspek berfikir dan merasa), proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang dan mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi.

Komunikator dapat menganalisa karakter komunikasi komunikan sebagai sumber informasi. Bagaimana komunikan mengartikan pesan yang disampaikan. dapat diteliti kerangka rujukan yang dipakai dan dapat dilacak pola komunikasi interpersonal yang dilakukan. Psikolog komunikasi berusaha memahami peristiwa komunikasi dengan menganalisa keadaan internal, “suasana batiniah “ individu, akan diteliti bagaimana suasana perasaan, motif atau cara individu mendefinisikan situasi yang dihadapinya.

2.4.Teori Kinesik dari Ray Birdwhistell

Yang dimaksudkan dengan kinesik ialah studi yang mempelajari gerakan-gerakan anggota tubuh. Ray Birdwhistell menganggap bahwa komunikasi nonverbal merupakan suatu proses yang sinambung karena sebenarnya tidak ada satu saluranpun yang digunakan secara tetap. Yang pasti lebih dari satu

(15)

saluranpun digunakan. Kegiatan komunikasi telah banyak menggunakan saluran sensoris manusia, yaitu aktifitas tubuh. Penyelidikan terhadap berbagai komponen dari bentuk-bentuk gerakan tubuh yang ama kompleks dapat menjadi lebih jelas, bahwa perilaku tubuh yang fungsinya berhubungan nyata dengan berbagai ucapan dalam bahasa sebagaimana ditunjukkan dalam kesederhanaan maupun kerumitan kata-kata. Menurut penyelidikan Birdwisthell paling tidak ada 1000 gerakan tubuh yang dapat diamati selama periode komunikasi tertentu, ia memastikan bahwa semua gerakan itu mempunyai fungsi yang pasti dalam komunikasi.

Beberapa gerakan disebutnya dengan kines. Suatu gerakan atau kine sebenarnya merupakan abstraksi dari arah perilaku seseorang yang diwariskan oleh kelompoknya kepada orang lain dalam satu kelompok yang sama yang menggambarkan perilaku yang berbeda dengan kelompok lain.

Gerakan mata ataupun tangan merupakan contoh dari apa yang disebut

kines itu. Dan kines akhirnya dapat dibedakan dari satu kelompok dengan

kelompok lain.

Tujuh anggapan dasar atas teori yang dibangunnya, yaitu :

1. Seperti banyak kejadian alam lainnya, maka tidak ada gerakan tubuh atau suatu pernyataan manusia tanpa membawa arti tertentu dalam konteks penampilan dirinya.

2. Seperti juga aspek-aspek lain dari perilaku manusia, maka sebenarnya penampilan tubuh, gerakannya dan pengungkapannya dalam wajah merupakan suatu pola yang merupakan subyek yang ditelaah secara sistematis.

3. Sebagaimana juga adanya kemungkinan bahwa pemahaman gerak tubuh itu sebagiannya dapat diterangkan secara biologis namun dengan cara lainpun

(16)

sistimatik gerakan tubuh anggota suatu masyarakat tertentu juga bisa diterangkan sebagai suatu fungsi dari system sosial yang dimiliki suatu kelompok tertentu. 4. Aktifitas tubuh yang nyata seperti aktivitas gelombang suara yang didengar, secara sistematis mempengaruhi perilaku orang lain yang menjadi anggota suatu kelompoknya.

5. Demikian juga masih ada cara lain yang dipertunjukkan seorang sebagai perilaku maka hal itupun bisa diterangkan melalui suatu penyelidikan fungsi komunikasinya.

6. Suatu pengertian sebenarnya ditarik dari fungsi-fungsi perilaku seseorangdan apa yang dilaksanakannya.

7. Sebagian sistem biologis dan pengalaman hidup yang khusus dari setiap orang akan memberikan kontribusi pada sistem kinesik yang dimilikinya.

2.5. Teori Paralinguistik dari Trager

Pengelompokan yang termasuk kepada perilaku nonverbal adalah paralingustik atau disebut juga dengan isyarat-isyarat vokal dalam berkomunikasi. Paralinguistik ini merupakan batas antara interaksi verbal dan nonverbal. Suara yang kita buat dalam proses pengucapan berkaitan dengan bahasa ucapan tetapi tidak berkaitan langsung dengan bahasa. Jadi kita memberikan tekanan tertentu dalam tanda-tanda verbal suatu bahasa, tanpa tekanan kata-kata itu tidak mendapatkan suasana peneguhan tertentu. Trager membagi tanda-tanda paralinguistik atas empat bentuk :

1. Kualitas suara ; termasuk tanda-tanda tinggi atau rendahnya suatu letupan suara, kualitas dari tekanan (keras,lembut,serius,santai) dan irama tertentu.

(17)

2. Ciri-ciri vokal ; termasuk bunyi suara waktu orang sedang tertawa, ,menangis, berteriak, menguap, meludah, mengisap sesuatu.

3. Pembatasan vokal ; misalnya ragam yang terlihat dalam setiap kata dan frase. Contohnya sebuah kata mungkin bisa diucapkan dengan nada suara yang halus, letupan kasar. Demikian pula suatu frase mungkin diucapkan secara perlahan-lahan atau juga menguat, makin cepat dan mengeras.

4. Pemisahan vokal ; termasuk faktor-faktor yang mengandung irama yang mempunyai kontribusi pada tahap pembicaraan misalnya menyebutkan “Uh! Atau Um!”, bertepuk tangan, maupun irama selaan lainnya waktu orang berkomunikasi

2.6.Pendekatan Neuro-Linguistic

Sebagai manusia, kita berinteraksi dengan dunia kita melalui panca indera kita. Kelima indera kita mengacu pada sistem representasi, penamaan, mengatur, menyimpan dan menghubungkan kita dengan alat penyaring persepsi kita. Sistem ini terdiri dari lima subsistem : visual, auditori, olfaktori (penciuman), gustatori (pengecapan) dan kinestetik (perasaan).

Meskipun kelima indera kita bekerja tanpa henti, salah satu indera bekerja lebih dominan daripada yang lain, berbeda pada tiap-tiap orang.

Berikut ciri-ciri nonverbal yang bisa diamati pada masing-masing tipe menurut teori Neuro-Linguistic yang diteliti oleh salah satu pakarnya yaitu Dr.Ibrahim Elfiky dalam bukunya “Terapi NLP (Neuro Linguistic Programming): Menciptakan Master Komunikasi yang Komunikatif”, (Elfiky, 2007).

(18)

Tipe Visual

Tipe dengan dominasi sistem representasi visual, cenderung bernafas pendek-pendek lewat dada, berbicara cepat, secepat mereka memvisualisasikan pengalaman mereka dan menggunakan gerakan tubuh. Mereka suka menyela pembicaraan orang lain, bergerak cepat, makan cepat, penuh energi dan berbicara dengan nada tinggi. Mereka juga tipe orang yang cepat mengambil keputusan dengan resiko tinggi. Berkomunikasi dengan tipe visual, kita harus memvisualisasikan keadaan, harus dibuat mereka melihat apa yang dikatakan.

Tipe visual lebih peduli dengan apa yang mereka lihat. Jika bertanya pada tipe visual hal-hal yang sudah ada dalam ingatannya maka mata mereka akan bergerak keatas lalu kekiri. Jika pertanyaan pada hal-hal yang belum ada dalam ingatan mereka maka arah pandangan mata akan bergerak keatas lalu kebawah meangkes informasi.

Tipe Auditori

Tipe dengan dominasi sistem representasi auditori cenderung bernapas lewat diafragma. Mereka lebih suka mendengarkan daripada berbicara. Dan ketika berbicara, mereka menggunakan variasi warna suara. Kemampuan mendengarnya luar biasa tanpa kegemaran menyela. Tipe Auditori banyak mendengar, berbicara dan membuat keputusan berdasarkan analisis teliti. Berkomunikasi dengan tipe auditori haruslah berbicara pelan dan teratur. Ubah-ubah warna suara dan jelaskan situasinya dengan detail, picu diskusi lebih lanjut dengan mengajukan pertanyaan.

(19)

Tipe Auditori lebih peduli dengan apa yang mereka dengar. Jika kita menanyakan sesuatu yang tidak dapat mereka jawab secara langsung maka mata akan bergerak lurus kedepan lalu kekanan.

Tipe Kinestetik

Tipe dengan dominasi sistem representasi kinestetik cenderung bernapas dalam dan tenang. Mereka lebih mengutamakan perasaan. Oleh karena itu, keputusan yang diambil banyak didasari oleh perasaan dan emosi. Berkomunikasi dengan tipe kinestetik harus bisa membuat mereka “merasakan” apa yang dikatakan.

Tipe Kinestetik lebih peduli dengan apa yang mereka rasakan. Pada tipe kinestetik jika kita menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan perasaannya maka tipe kinestetik akan mencari jawabannya dengan gerakan mata kebawah lalu kekanan.

Tipe Kinestetik tidak memerlukan penjelasan panjang lebar dalam berbagai hal, mereka tidak memerlukan penjelasan panjang, karena mereka lebih suka untuk melihat masalah dari perasaan, maka hal-hal/kata-kata yang diperhatikan oleh tipe kinestetik cenderung kata-kata yang merujuk pada perasaan. Maka frase/pilihan kata yang tepat untuk membuat tipe kinestetik memahami/mengerti haruslah yang menyentuh perasaan, misalnya kata “prihatin”, “senang’.

Dapat kita ketahui bahwa frase/pilihan kata-kata yang dipilih lebih banyak memakai kata sifat (adjective).

Referensi

Dokumen terkait

Sujet, yang disebut juga sebagai plot, adalah urutan peristiwa seperti terlihat dalam teks itu, yang mungkin berupa urutan kronologis- normal (urut dari awal hingga akhir,

Muhammad Noor Ilmi, 2021, Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Untuk Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Milenial Di MTsN 2 Kota Banjarmasin, Skripsi, Jurusan Manajemen

Proses penempelan primer pada utas DNA yang sudah terbuka memerlukan suhu optimum, sebab suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan amplifikasi tidak terjadi atau

Kurva respon tumbuh $FRQYXOXWXV terhadap pH yang berbentuk fungsi normal sejalan dengan anggapan sebelumnya, bahwa faktor pH merupakan faktor non- sumber daya yang pada

“Tema dan Variasi Gundul-gundul Pacul menggunakan Tangga Nada Pentatonik untuk Solo Flute” merupakan sebuah komposisi tema variasi yang mengangkat tema dari lagu

Sistem pengambilan keputusan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode Electre (Elimination and Choice Translation Reality), yang diharapkan dapat

Punk sendiri bukan hanya sebuah komunitas sosial tetapi mencakup di dalamnya ideologi, politik, musik dan gaya hidup yang terangkum dalam sebuah subkultur yang menjadi

Ketidaksetaraan akibat pendidikan meningkatkan peluang unmetneed, KTD dan kehamilan remaja serta pemanfaatan akses layanan maternal yang lebih banyak oleh kelompok