• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Guru memerlukan perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat oleh karena itu pemerintah mengatur peningkatan kualitas tenaga pendidik atau guru secara nasional melalui Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional. Dalam rangka melaksanakan Undang-undang tersebut pemerintah megeluarkan peraturan PP No 19 Tahun 2004 tentang standart Nasional Pendidikan.

Guru atau pendidik dalam Pasal 1 Ayat 6 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.

Komponen yang selama ini sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan adalah komponen guru. Hal ini memang wajar karena guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek pembelajaran. Bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana

(2)

pendidikan maupun idealnya kurikulum tanpa diimbangi oleh kemampuan guru dalam mengimplementasikan pada proses pembelajaran maka semua itu menjadi tidak bermakna. Untuk dapat mengimplementasikan dalam proses pembelajaran secara baik, guru memerlukan bantuan untuk memperbaiki proses pembelajaran oleh kepala sekolah melalui supervisi pembelajaran.

Guru adalah seseorang yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi sentral di dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan itu, maka guru akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, dan tentunya tidak lain berkaitan dengan kinerja dan totalitas dedikasi dan loyalitas pengabdiannya Sorotan tersebut lebih bermuara kepada ketidakmampuan guru didalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga bermuara kepada menurunnya mutu pendidikan. Kalaupun sorotan itu lebih mengarah kepada sisi-sisi kelemahan pada guru, hal itu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan mungkin ada system yang berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan berpengaruh terhadap permasalahan tadi, Isjoni (2007: 1).

Kepala sekolah juga harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga pendidikan di sekolahnya agar bisa tercapai tujuan progam pendidikan. Program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan pada kepentingan yang mengacu pada

(3)

kemajuan ilmu pengetahuan (Iptek) dan dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan (Imtaq), Mulyasa (2007: 4).

Banyak hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan kita, bagaimana kinerja guru akan berdampak kepada pendidikan bermutu. Kita melihat sisi lemah dari sistem pendidikan nasional kita, dengan gonta ganti kurikulum pendidikan, maka secara langsung atau tidak akan berdampak kepada guru itu sendiri. Sehingga perubahan kurikulum dapat menjadi beban psikologis bagi guru, dan mungkin juga akan dapat membuat guru frustasi akibat perubahan tersebut. Hal ini sangat dirasakan oleh guru yang memiliki kemampuan minimal, dan tidak demikian halnya guru professional.

Selain itu, kinerja guru juga sangat ditentukan oleh output atau keluaran dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), sebagai institusi penghasil tenaga guru, LPTK juga memiliki tanggungjawab dalam menciptakan guru berkualitas, dan tentunya suatu ketika berdampak kepada pembentukan SDM berkualitas pula. Oleh sebab itu LPTK juga memiliki andil besar di dalam mempersiapkan guru seperti yang disebutkan diatas, berkualitas, berwawasan serta mampu membentuk SDM mandiri, cerdas, bertanggungjawab dan berkepribadian (Isjoni 2007: 2).

Untuk membantu keberhasilan sekolah baik dalam penyeleggaraan pembelajaran maupun pengelolaan sekolah, dan untuk menjamin sekolah

(4)

melaksanakan aktivitasnya sesuai standar, di perlukan supervisi secara periodik dan berkesinambungan dengan perencnaan yang baik. Hal itu dikarenakan apabila kompetensi guru tidak terkontrol oleh kepala sekolah dikhawatirkan akan mengganggu proses kegiatan belajar mengajar yang dapat berakibat menurunnya mutu pembelajaran (prestasi siswa) serta guru yang mengajar semaunya sendiri tanpa memperhatikan silabus dan RPP yang ada. Oleh karena itu diperlukan adanya control secara terus menerus dari kepala sekolah atau pengawas pendidikan agar kompetensi guru terus di tingkatkan salah satunya adalah dengan kegiatan supervisi.

Sebagai seorang pimpinan, kepala sekolah perlu bekerja sama dengan para karyawan dan guru-guru agar tugas-tugas pendidikan dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan, sehingga produktivitas sekarang meningkat, baik kuantitas maupun kualitas. Sebagai penyelenggara pendidikan, kepala sekolah perlu mengelola kegiatan-kegiatan di sekolah, termasuk mengorganisasikan, menggerak-kan, dan mengawasi para guru dan karyawan agar proses penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan secara teratur.

Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan mempunyai kewajiban membimbing dan membina guru atau staf lainnya. Pembinaan dan bimbingan guru akan berpengaruh besar terhadap kelangsungan dan kelancaran proses belajar mengajar. Di samping

(5)

itu kepala sekolah juga bertanggung jawab terhadap kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh para guru di sekolah yang dipimpinnya. Kegiatan kepala sekolah dalam supervisi akademik adalah mempersiapkan, mengamati dan mencatat pelaksanaan pembelajaran, memberikan umpan balik, melakukan kegiatan sebagai tindak lanjut dari hasil supervisi.

Dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang kompetensi kepala sekolah, dimensi kompetensi supervisi terdiri atas tiga kompetensi, yaitu: (1) merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; (2) melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; dan (4) menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

Supervisi akademik bukan menilai kinerja guru, dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan profesionalismenya. Kegiatan supervisi yang baik harus mampu menciptakan guru yang berkompeten, yaitu guru harus semakin menguasai kompetensinya, baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Pelaksanaan supervisi akademik diharapkan mampu meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui proses pembelajaran yang baik.

(6)

Menurut Arikunto (2009: 54) yang dimaksud dengan kunjungan kelas atau classroom visitation adalah kunjungan yang dilakukan oleh pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas, baik ketika kegiatan sedang berlangsung untuk melihat atau mengamati guru yang sedang mengajar, ataupun ketika kelas sedang kosong, atau sedang berisi siswa tetapi guru sedang tidak mengajar. Kelebihan kunjungan kelas menurut Arikunto adalah apabila dalam kunjungan tersebut dijumpai hal-hal yang baik atau kurang pada tempatnya, maka pengawas atau kepala sekolah dapat mengundang guru atau siswa untuk diajak berdiskusi menggali lebih dalam tentang kejadian tersebut.

Pentingnya pelaksanaan supervisi kunjungan kelas juga di benarkan oleh Kholis (2009: 29) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Supervisi Kunjungan Kelas Oleh Kepala Madrasah Dan Peran Komite Madrasah Terhadap Kinerja Guru PAI MTs. Se-Kabupaten Demak”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi kunjungan kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru.

Berdasarkan data awal di lapangan dapat diketahui bahwa kinerja guru di SD Karangrejo 1 Kecamatan Dempet masih rendah. Hal itu terlihat dari data dokumentasi hasil supervisi kepala sekolah tahun pelajaran 2013/2014, 62,5% guru masih dibawah standart (kategori cukup), 37,5% katagori baik kemampuan guru dalam membuka pelajaran misalnya

(7)

dalam memberikan motivasi belajar kepada siswa. Guru biasanya langsung memberikan materi pelajaran kepada siswa. selain itu guru juga mengalami kesulitan dalam mengelola kelas.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Supervisi Akademik melalui kunjungan kelas untuk meningkatkan kinerja mengajar guru dalam proses pembelajaran di SD Negeri Karangrejo 1 Dempet Demak.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah supervisi akademik melalui kunjungan kelas dapat meningkatkan kinerja mengajar guru dalam proses pembelajaran di SDN Karangrejo 1 Kecamatan Dempet?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja mengajar guru dalam proses pembelajaran melalui supervisi akademik kunjungan kelas di SD Karangrejo 1 Dempet Demak.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis.

(8)

1. Manfaat Teoritis

Bagi pengambil kebijakan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pelaksanaan supervisi akademik untuk meningkatkan kinerja guru.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Pendidikan sebagai bahan masukan untuk merumuskan konsep mengenai peningkatan kinerja guru melalui kegiatan supervisi akademik pada tingkat sekolah dasar.

b. Bagi kepala sekolah dan guru dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan bahan tambahan bagi perbaikan dan pengembangan pembelajaran di tingkat sekolah dasar.

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Beban-beban dalam laporan ini adalah beban-beban yang dikeluarkan oleh bank syariah sebagai institusi keuangan syariah sendiri, tidak ada kaitannya dengan pengelolaan

Faktor pendukung dalam pemanfaatan permainan tradisional untuk kegiatan kelompok B2 di TK Bumi Warta Yogyakarta, yaitu: halaman sekolah yang luas, antusiasme dari

Tabel 4.100 Tabel Hasil Penelitian Portfolio Aktif Berdasarkan Growth Value Map, Markowitz dan FCFF Valuation ...126. Tabel 5.1 Tabel Hasil Penelitian Portfolio

Perbedaan nilai R/C Ratio yang diperoleh antara usaha budidaya lebah madu di Dusun Sidomukti dengan Dusun Selingkut Hulu dipengaruhi oleh jumlah pakan yang masih tersedia

Ini adalah yang paling lazim dari desain khusus ,dimana Soemitra menghasilkan karya kerajinan tangan bagi pelanggan yang memungkinkan mereka untuk membuat desain

Membuat alternatif lain media promosi merupakan tujuan utama perancangan ini dibuat berupa buku pop-up dengan tampilan desain yang menarik, informatif dan komunikatif