VI. SIMPULAN DAN SARAN

(1)

6.1. Kesimpulan

1) Hutan kota yang terdapat di Kabupaten Belu saat ini secara kuantitas masih mencukupi kebutuhan yang disyaratkan, namun dari aspek letak atau penyebaran masih diperlukan upaya pembenahan karena sebagian besar hutan kota berada di pinggir kota. Penambahan kawasan hutan kota sangat diperlukan khususnya di ibu kota Kecamatan Kota Atambua, dengan tipe pengembangan hutan kota bentuk jalur hijau menuju bandara, terminal Lolowa dan jalur menuju Wekatimun. Bentuk selanjutnya adalah taman kota untuk dikembangkan di kawasan lapangan umum. Sedangkan untuk kecamatan lainnya dapat dikembangkan hutan kota Pemukiman, industri konservasi dan jalur hijau selebar 2 m di Ibu kota 11 Kecamatan; 2) Berdasarkan hasil Analisis Hirarchy Process (AHP) diketahui bahwa

prioritas alternatif program yang harus dikembangkan yaitu; hutan kota pemukiman sebagai prioritas terpenting.

6.2. Saran

1) Pengembangan hutan kota perlu dilakukan di daerah–daerah pusat kota baik pusat ibu kota Kabupaten, Kecamatan dan Kelurahan/Desa yang merupakan pusat aktifitas dan kawasan padat penduduk, padat kendaraan bermotor dan kawasan industri yang produksi karbondioksidanya tinggi; 2) Pemerintah Daerah perlu memperhatikan keadaan hutan kota dan juga

usaha untuk pengembangan hutan kota di Kabupaten Belu;

3) Masih perlu adanya sosialisasi oleh instansi yang berkompoten kepada masyarakat mengenai pentingnya peranan hutan kota;

4) Perlu adanya pengembangan jenis tanaman Eucaliptus urophilla yang merupakan endemik bagi Kabupaten Belu;

5) Perlu adanya penelitian selanjutnya mengenai perhitungan kebutuhan hutan kota yang ditinjau dari segi ketersediaan air tanah, penyerap polutan dan sebagainya.

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 1987. Penyusunan Konsepsi Pengembangan Hutan Kota. Kerjasama Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan dengan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Affandi, M. J. 1994. Pengembangan Hutan Kota dalam Kaitannya dengan Pembangunan Wilayah di Kotamadya Bandar Lampung [Tesis]. Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Belu. 2003. Belu Dalam Angka Tahun 2002. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah . Kabupaten Belu dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Belu.

Dahlan, E. N. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden city) bernuansa Hutan Kota. IPB Press. Bogor.

__________. 2005. Hutan Kota, untuk Pengelolaan dan Peningkatan kualitas Lingkungan Hidup.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Belu. 2003. Rencana Ruang Terbuka Hijau Kota Atambua. Laporan Hasil Survey. Pemerintah Kabupaten Belu. Fakuara, Y. 1987. Hutan Kota Ditinjau dari Aspek Nasional. Seminar Hutan Kota DK1

Jakarta. Jakarta.

Fakuara,Y., N. E. Dahlan, Y. A. Husin, I. Ekarelawan, A. S. H. Danur, Pringgodigdo dan Sigit. 1990. Studi Toleransi Tanaman terhadap Pencemar Udara dan

Kemampuannya dalam Menyerap Timbal dari Kendaraan Bermotor. Makalah Seminar Hasil Penelitian di Universitas Trisakti 30 Nopember 1990. Jakarta. 52 p. Fakultas Kehutanan IPB. 1987. Konsepsi Pengembangan Hutan Kota. Bogor. 81 P. Gasman. 1984. Peranan Tumbuh-Tumbuhan dalam Menghasilkan Oksigen. Harian A.B.

Jakarta.

Grey, G.W., and F. J. Deneke. 1978. Urban Foresty. John Wiley and Sons. New York. Haeruman, H. 1985. Debur Lautan Kita. Kantor Kependudukan dan Lingkungan Hidup

Jakarta. Jakarta.

Irwan, Z. D. J. 1996. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Cidesindo. Jakarta.

Jaya, N. S. 1997. Penginderaan Jauh Satelit untuk Kehutanan. Laboratorium Inventarisasi Hutan Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor.

Marianah, A. 2006. Estimasi Kebutuhan Hutan Kota Menggunakan Citra Ikonos dan Spot: Studi Kasus di Kota Depok dan Sekitarnya [Skripsi]. Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor.

Pemerintah Kabupaten Belu. 2003. Data Pokok Pembangunan Daerah Kabupaten Belu. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.Belu.

Pemerintah Kabupaten Belu. 2004. Profil Lingkungan Hidup Kabupaten Belu. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah. Belu.

(3)

Puraomohadi. 1987. Kota dan Masalah Lingkungan Hidup dalam Diskusi Penjabaran Pembangunan Berlanjut untuk Kabupaten Situbondo, Kerjasama Tim Teknis Tata Lingkungan KLH, Fakultas Kehutanan IPB, Pemda Tingkat 1 Jawa Timur, dan Pemda Tingkat II Situbondo. Situbondo.

Salim, E. 1985. Lingkungan Hidup dan Lingkungan. Mutia Sumber Widya. Jakarta. Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran Lingkungan. RinekaCipta. Jakarta.

Septriana, D. 2005. Perencanaan Pengembangan Hutan Kota di Kota Padang, Sumatra Barat [Tesis]. Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Smith, W.H. 1981. Air Pollution and Forest. Interaction Between Air Contaminants and Forest Ecosystems. Springer-Verlag. New York. 379

_________. 1985. Forest and Air Quality. J. Forestry. New York. 84-92 p.

Soekotjo, W. 1976. Silvika. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi. IPB. Bogor.

Soeriaatmaja, R.E. 1977. Ilmu Lingkungan. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Soerjanegara, I., Indrawan, A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Stasiun Meteorologi Sukabitet. 2002. Data-Data Klimatologi Kabupaten Belu.

Supriadi, M., L. D. Sri, W. Handari W, dan Ichsan,. 1991. Kemungkinan pendekatan hayati dalam pembangunan hutan kota untuk menanggulangi dampak hujan asam di DKI Jakarta. Lingkungan dan Pembangunan. Jurnal Pusat Studi Lingkungan Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia. Jakarta.

Suwardi, H. 1987. Berbagai Manfaat Hutan Kota. Harian Umum Sinar Harapan. Jakarta. Lasasmita. 1989. Masalah Pemukiman dan Ekosistemnya dalam Edisi Khusus Publikasi

Lembaga Studi Hukum Kanaka. Bandung.

Wisesa, S.P.C. 1988. Studi Pengembangan Hutan Kota di Wilayah Kotamadya Bogor [Tesis]. Fakultas Kehutanan 1PB. Bogor.

(4)

85

Lampiran 1. Kuisioner AHP.

PETUNJUK PENGISIAN

Untuk formulasi strategi Kebijakan Pengembangan Hutan Kota (Studi Kasus di Kabupaten Belu Propinsi NTT) dilakukan dengan menggunakan teknik

Analysis Hierarchy Process (AHP). Untuk pengisian kuesioner dilakukan dengan cara membandingkan faktor satu dengan fakor lainnya dengan melihat faktor mana yang lebih berperan di antara faktor-faktor tersebut dalam penentuan tingkat di atasnya. Skala yang digunakan dalam pengisian kuesioner ini ialah skala perbandingan berpasangan Saaty,sebagai berikut,

No Penilaian Verbal Intensitas kepentingan

Keterangan

1 Sama pentingnya 1

2 Sedikit lebih penting 3

3 Penting 5

4 Jelas lebih penting 7

5 Sangat penting 9

6 Nilai antara atau pertengahan 2,4,6,8 Contoh:

Kebijakan Pengembangan Hutan Kota (Studi Kasus di Kabupaten Belu Propinsi NTT).

Contoh :

Kebijakan Pengembangan Hutan Kota (Studi Kasus di Kabupaten Belu Propinsi NTT) harus mempertimbangkan kriteria ekologi, sosial, dan ekonomi. Bandingkan intensitas kepentingan kriteria tersebut. Jika intensitas kepentingan kriteria ekonomi sedikit lebih penting dari pada ekologi, maka di beri nilai 3, jika ekonomi jelas lebih penting dari pada social, maka diberi nilai 7 dan jika ekologi penting dari pada sosial, maka diberi nilai 5.

No Kriteria Intensitas Kepentingan

Kri- te-ria 1 Ekono-mi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Eko logi 2 Ekono-mi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sos ial 3 Ekolo-gi 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Soc ial

(5)

1=EQUAL 3=MODERATE 5=STRONG 7=VERY STRONG 9=EXTREME 1 EKL 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 EKN 2 EKL 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SOSBUD 3 EKL 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KBJKN 4 EKN 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SOSBUD 5 EKN 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KBJKN 6 SOSBUD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KBJKN

1=EQUAL 3=MODERATE 5=STRONG 7=VERY STRONG 9=EXTREME

1 PEMRTH 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MASY 2 PEMRTH 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LSM 3 PEMRTH 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LEG 4 PEMRTH 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PT 5 MASY 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LSM 6 MASY 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LEG 7 MASY 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PT 8 LSM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LEG 9 LSM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PT 10 LEG 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PT

KUESIONER PENGEMBANGAN HUTAN KOTA DI KAB. BELU PROP. NTT

Untuk mempermudah pengisian, berikut dilampirkan maksud istilah-istilah yang ada dalam kuesioner.

ABBREVATION DEFINITION

PHUTK PENGEMBANGAN HUTAN KOTA

EKL EKOLOGI

EKN EKONOMI

SOSBUD SOSIAL BUDAYA

KBJKN KEBIJAKAN

PEMRTH PEMERINTAH

MASY MASYARAKAT

LSM LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT

PT PERGURUAN TINGGI

HKP HUTAN KOTA PEMUKIMAN

HKI HUTAN KOTA INDUSTRI

HKR/W HUTAN KOTA REKREASI/WISATA

HKK HUTAN KOTA KONSERVASI

HKPKSK HUTAN KOTA PUSAT SOSIAL

COMMUNITY

1. Bandingkan intensitas kepentingan aktor pada kebijakan Pengembangan Hutan Kota berikut:

2. Bandingkan intensitas kepentingan Kriteria pada kebijakan Pengembangan Hutan Kota berikut:

(6)

87

1 EKL 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 EKN 2 EKL 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SOSBUD 3 EKL 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KBJKN 4 EKN 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SOSBUD 5 EKN 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KBJKN 6 SOSBUD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KBJKN

b. Compare the relative PREFERENCE with respect to: MASY < GOAL

c. Compare the relative PREFERENCE with respect to: LSM < GOAL

d. Compare the relative PREFERENCE with respect to: LEG < GOAL

(7)

1=EQUAL 3=MODERATE 5=STRONG 7=VERY STRONG 9=EXTREME 1 HKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKI 2 HKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKR/W 3 HKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKK 4 HKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKPKSK 5 HKI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKR/W 6 HKI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKK 7 HKI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKPKSK 8 HKR/W 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKK 9 HKR/W 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKPKSK 10 HKK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKPKSK

1 HKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKI 2 HKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKR/W 3 HKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKK 4 HKP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKPKSK 5 HKI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKR/W 6 HKI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKK 7 HKI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKPKSK 8 HKR/W 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKK 9 HKR/W 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKPKSK 10 HKK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 HKPKSK

3. Bandingkan intensitas kepentingan alternatif pada kebijakan Pengembangan Hutan Kota berikut:

a. Compare the relative PREFERENCE with respect to: EKL < PEMRTH < GOAL

b. Compare the relative PREFERENCE with respect to: EKN < PEMRTH < GOAL

c. Compare the relative PREFERENCE with respect to: SOSBUD < PEMRTH < GOAL

(8)

89

d. Compare the relative PREFERENCE with respect to: KBJKN < PEMRTH < GOAL

e. Compare the relative PREFERENCE with respect to: EKL < MASY < GOAL

(9)

g. Compare the relative PREFERENCE with respect to: SOSBUD < MASY < GOAL

h. Compare the relative PREFERENCE with respect to: KBJKN < MASY < GOAL

(10)

91

j. Compare the relative PREFERENCE with respect to: EKN < PT < GOAL

k. Compare the relative PREFERENCE with respect to: SOSBUD < PT < GOAL

l. Compare the relative PREFERENCE with respect to: KBJKN < PT < GOAL m. Compare the relative PREFERENCE with respect to: EKL < LSM < GOAL

(11)

n. Compare the relative PREFERENCE with respect to: EKN < LSM < GOAL o. Compare the relative PREFERENCE with respect to: SOSBUD < LSM < GOAL

(12)

93

q. Compare the relative PREFERENCE with respect to: EKL < LEG < GOAL

r. Compare the relative PREFERENCE with respect to: EKN < LEG < GOAL

(13)

(14)

Lampiran 2. Jenis- jenis Tanaman yang ada di RTH Kabupaten Belu

NO Nama Umum Nama Ilmiah

1 Aisuli Accasia auraria

2 Akasia Accasia auricori Fornis

3 Asam Tamarindus indika

4 Bambu Duri Bambusa sp

5 Cemara Casuarna yongnomiama

6 Cendana Santalum album

7 Beringin Ficus benjamina

8 Gaharu Eucaliptus urophilla

9 Johar Cassia siamea

10 Jati Tectonia grandis

11 Buni Cassa javanica

12 Johar Timor Cassia timorencis

13 Kapuk Hutan Cassambicas malabarica ALST

14 Kemiri Aleurites muluccans

15 Kenari Canaurium eleosum ENGL

16 Kusambi Schleichera cleosa

17 Ketapang Terninalia catappa

18 Kayu Putih Meleleuca leucandedron

19 Lontar Borracens flebilliffer G

20 Mahoni Swittenir mahagoni

21 Kabesar Accasia leucopholea Wild

22 Kom Ziziphus sp

23 Kayu Putih Malakuka pencandindron

24 Lontar Bonasus aleliliffer G.

25 Rotan Calamus sp

26 Lamtoro gung Leucaena Leucocephala

27 Damar Agathis alba

28 Bogenvile Bougenville spectabilis Wild

29 Palm CrysalidocarpusiIndicus

30 Pisang- pisangan Heliconia indica Lamk.

31 Glodongan Polyalthia longifolia Benth

Sumber : Dinas Kehutanan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Belu Tahun 2004.

(15)

Lampiran 3. Jumlah Kendaraan penumpang Kabupaten Belu Per Kecamatan Tahun 2001, 2002, 2003, 2004, dan 2005

Jumlah Kendaraan Penumpang

N0 Kecamatan 2001 2002 2003 2004 2005 1 Lamaknen 10 10 10 12 12 2 TASTIM 9 9 10 10 12 3 RAIHAT 6 6 6 7 7 4 TASBAR 64 70 71 77 73 5 Kakaluk Mesak 12 14 14 12 12 6 Kota Atambua 289 387 410 460 469 7 Malaka Timur 10 14 15 17 17 8 Kobalima 11 11 10 10 10 9 Malaka Tengah 56 61 61 65 68 10 Sasitamean 1 1 2 2 2 11 Malaka Barat 27 27 27 29 32 12 Rinhat 1 1 1 1 1 TOTAL 496 611 637 702 715

(16)

91

Lampiran 4. Jumlah Kendaraan Bus Kabupaten Belu Per Kecamatan Tahun 2001, 2002, 2003, 2004, dan 2005

JUMLAH Kendaraan Bus

N0 Kecamatan 2001 2002 2003 2004 2005 1 Lamaknen 7 7 8 8 8 2 TASTIM 9 9 10 10 12 3 RAIHAT 6 6 6 7 7 4 TASBAR 8 8 9 9 9 5 Kakaluk Mesak 1 1 1 1 1 6 Kota Atambua 59 59 60 62 64 7 Malaka Timur 59 59 60 62 64 8 Kobalima 4 5 5 6 6 9 Malaka Tengah 6 6 7 7 7 10 Sasitamean 1 1 1 1 1 11 Malaka Barat 12 14 15 16 16 12 Rinhat 1 1 1 1 1 TOTAL 173 176 183 190 196

(17)

Lampiran 5. Jumlah Kendaraan Beban Kabupaten Belu Per Kecamatan Tahun 2001, 2002, 2003, 2004, dan 2005

Jumlah Kendaraan Beban N0 Kecamatan 2001 2002 2003 2004 2005 1 Lamaknen 4 4 5 5 5 2 TASTIM 7 7 3 1 1 3 RAIHAT 2 2 3 3 3 4 TASBAR 115 126 129 130 130 5 Kakaluk Mesak 12 12 13 14 14 6 Kota Atambua 255 335 374 492 540 7 Malaka Timur 4 5 5 6 6 8 Kobalima 2 3 3 3 3 9 Malaka Tengah 135 139 140 161 161 10 Sasitamean 2 2 2 2 2 11 Malaka Barat 53 54 65 68 68 12 Rinhat 1 1 1 1 1 TOTAL 592 690 743 886 934

(18)

93

Lampiran 6. Jumlah Kendaraan Sepeda Motor Kabupaten Belu Per Kecamatan Tahun 2001, 2002, 2003, 2004, dan 2005

Jumlah sepeda Motor

N0 Kecamatan 2001 2002 2003 2004 2005 1 Lamaknen 54 54 78 165 167 2 TASTIM 54 69 131 221 228 3 RAIHAT 45 45 67 131 134 4 TASBAR 445 630 775 1016 1031 5 Kakaluk Mesak 40 45 73 143 145 6 Kota Atambua 1249 2009 2319 3894 3942 7 Malaka Timur 105 106 123 279 283 8 Kobalima 34 36 61 146 151 9 Malaka Tengah 319 519 585 827 847 10 Sasitamean 43 44 69 172 174 11 Malaka Barat 320 420 485 710 725 12 Rinhat 49 52 69 160 163 TOTAL 2757 4029 4835 7864 7990

(19)

Lampiran 7. Jumlah Industri yang menggunakan bahan bakar Bensin Kabupaten Belu Per Kecamatan Tahun 2003, 2004, dan 2005 Tahun NO Wilayah 2003 2004 2005 1 Lamaknen 0 0 0 2 TASTIM 0 1 0 3 Raihat 0 0 0 4 TASBAR 1 2 0 5 Kakuluk Mesak 0 0 3 6 Kota Atambua 12 32 36 7 Malaka Timur 0 0 0 8 Kobalima 0 0 0 9 Malaka Tengah 1 3 6 10 Sasitamean 0 0 0 11 Malaka Barat 1 3 7 12 Rinhat 0 0 0 TOTAL 15 41 52

(20)

95

Lampiran 8. Jumlah Industri yang menggunakan bahan bakar Solar Kabupaten Belu Per Kecamatan Tahun 2003, 2004, dan 2005

Jumlah Industri ( unit )

NO Wilayah 2003 2004 2005 1 Lamaknen 0 1 1 2 TASTIM 0 0 1 3 Raihat 1 1 1 4 TASBAR 2 2 3 5 Kakuluk Mesak 0 0 1 6 Kota Atambua 3 6 8 7 Malaka Timur 0 0 1 8 Kobalima 0 0 1 9 Malaka Tengah 1 1 2 10 Sasitamean 0 0 0 11 Malaka Barat 0 1 2 12 Rinhat 0 0 0 TOTAL 7 12 21

(21)

Lampiran 9. Jumlah Industri yang menggunakan bahan bakar Minyak Tanah Kabupaten Belu Per Kecamatan Tahun 2003, 2004, dan 2005 Tahun NO Wilayah 2003 2004 2005 1 Lamaknen 0 1 1 2 TASTIM 0 0 1 3 Raihat 1 1 1 4 TASBAR 1 2 4 5 Kakuluk Mesak 0 1 2 6 Kota Atambua 4 6 7 7 Malaka Timur 0 1 2 8 Kobalima 0 1 2 9 Malaka Tengah 0 2 3 10 Sasitamean 0 1 2 11 Malaka Barat 1 2 3 12 Rinhat 0 1 1 TOTAL 7 19 29

(22)

97

Lampiran 10. Jumlah dan Karbondioksida yang dihasilkan oleh Penduduk Per Kecamatan Tahun 2003

Penduduk Produksi CO2

N0 Kecamatan 1 Lamaknen 19181 18,413.76 2 TASTIM 23528 22,586.88 3 RAIHAT 13457 12,918.72 4 TASBAR 23964 23,005.44 5 Kakaluk Mesak 14975 14,376.00 6 Kota Atambua 67416 64,719.36 7 Malaka Timur 34043 32,681.28 8 Kobalima 22455 21,556.80 9 Malaka Tengah 32324 31,031.04 10 Sasitamean 18684 17,936.64 11 Malaka Barat 53339 51,205.44 12 Rinhat 13114 12,589.44 TOTAL 336480 323,020.80

(23)

Lampiran 11. Perkiraan Jumlah Total Kendaraan Bermotor Kabupaten Belu Tahun 2003, 2006, 2010, 2015, dan 2020

Jumlah Kendaraan Bermotor (unit) N0 Kecamatan 2003 2006 2010 2015 2020 1 Lamaknen 101 259 908 4,634 24,146 2 TASTIM 154 363 1,620 11,071 76,690 3 Raihat 82 201 662 3,079 14,580 4 TASBAR 984 1,500 3,307 9,364 27,249 5 Kakaluk Mesak 101 235 898 5,220 31,052 6 Kota Atambua 3,163 6,627 20,942 92,999 425,683 7 Malaka Timur 203 477 1,447 6,434 29,760 8 Kobalima 79 253 1,355 11,755 103,310 9 Malaka Tengah 793 1,347 3,418 11,874 42,837 10 Sasitamean 74 271 1,439 11,778 96,694 11 Malaka Barat 592 1,021 2,266 6,348 18,136 12 Rinhat 72 236 983 5,890 35,383 TOTAL 6,398 12,790 39,245 180,446 925,519

(24)

99

Lampiran 12. Perkiraan Jumlah Penduduk kabupaten Belu Per Kecamatan Tahun 2006, 2010, 2015 dan 2020

Jumlah Penduduk ( jiwa )

N0 Kecamatan 2006 2010 2015 2020 1 Lamaknen 20399 17175 13851 11171 2 TASTIM 24675 22905 20870 19015 3 Raihat 17934 35727 84551 200100 4 TASBAR 22195 17928 13729 10513 5 Kakuluk Mesak 16805 27214 49716 90822 6 Kota Atambua 73616 106523 169058 268305 7 Malaka Timur 33296 28503 23470 19326 8 Kobalima 23361 26917 32132 38358 9 Malaka Tengah 31919 28259 24268 20841 10 Sasitamean 16818 10977 6440 3778 11 Malaka Barat 51222 38049 26239 18095 12 Rinhat 22384 29112 40432 56154 TOTAL 354625 389289 504757 756479

(25)

Lampiran 13. Perkiraan Karbondioksida yang dihasilkan Penduduk Per Kecamatan Tahun 2006, 2010, 2015, dan 2020

Karbondioksida yang Dihasilkan (kg/hari) N0 Kecamatan 2006 2010 2015 2020 1 Lamaknen 19,583.42 16,487.93 13,297.28 10,724.07 2 TASTIM 23,688.43 21,988.97 20,035.05 18,254.76 3 RAIHAT 17,217.05 34,297.45 81,169.04 192,096.33 4 TASBAR 21,307.39 17,211.23 13,179.96 10,092.91 5 Kakaluk Mesak 16,132.79 26,125.62 47,726.91 87,188.65 6 Kota Atambua 70,671.07 102,262.34 162,296.16 257,573.25 7 Malaka Timur 31,963.98 27,362.87 22,531.38 18,552.99 8 Kobalima 22,426.54 25,840.14 30,846.82 36,823.57 9 Malaka Tengah 30,642.40 27,128.68 23,297.60 20,007.53 10 Sasitamean 16,145.41 10,538.35 6,182.68 3,627.28 11 Malaka Barat 49,173.00 36,526.70 25,189.25 17,370.81 12 Rinhat 21,488.91 27,947.22 38,814.49 53,907.50 TOTAL 340,440.39 373,717.50 484,566.62 726,219.66

(26)

Lampiran 14. Perkiraan Jumlah Karbondioksida yang dihasilkan Kendaraan Bermotor Per Kecamatan Tahun 2003, 2006, 2010, 2015, dan 2020

Prediksi CO2 Kendaraan Bermotor

N0 Kecamatan 2003 2006 2010 2015 2020 1 Lamaknen 1,511.80 1,766.69 2,512.58 5,516.11 19,377.12 2 TASTIM 1,648.16 2,084.91 3,543.94 11,069.89 57,298.04 3 Raihat 1,041.20 1,320.93 1,915.03 4,044.37 12,584.27 4 TASBAR 10,778.86 11,594.09 14,275.74 20,494.86 35,125.75 5 Kakaluk Mesak 1,369.60 1,461.07 2,045.76 5,183.00 22,986.44 6 Kota Atambua 42,977.36 64,584.68 126,050.16 318,341.99 893,969.32 7 Malaka Timur 6,961.74 7,943.48 9,922.78 15,829.13 35,968.87 8 Kobalima 1,098.96 1,393.78 2,562.91 10,528.51 74,360.24 9 Malaka Tengah 10,595.38 12,827.29 16,652.20 26,123.75 51,870.03 10 Sasitamean 328.64 482.30 1,420.64 8,950.03 68,216.27 11 Malaka Barat 6,189.58 7,332.67 10,084.38 16,054.58 28,498.44 12 Rinhat 237.94 349.68 857.14 4,194.26 24,249.54 TOTAL 84,739.22 113,141.59 191,843.26 446,330.47 1,324,504.33

(27)

Jumlah CO2 yang dihasilkan industri (kg/hr) No. Kecamatan 2003 2006 2010 2015 2020 1 Lamaknen 0,00 1.100.542,08 2.201.084,16 3.576.761,76 4.952.439,36 2 TASTIM 0,00 550.271,04 1.650.813,12 3.026.490,72 4.402.168,32 3 Raihat 550.271,04 550.271,04 550.271,04 550.271,04 550.271,04 4 TASBAR 1.025.607,92 2.343.739,20 4.830.133,44 7.938.126,24 11.046.119,04 5 Kakuluk Mesak 0,00 2.329.312,64 5.751.954,08 10.166.020,32 14.308.557,68 6 Kota Atambua 5.255.622,72 19.208.028,24 36.358.272,72 57.796.078,32 79.233.883,92 7 Malaka Timur 0,00 1.243.197,12 3.036.665,28 5.278.500,48 7.520.335,68 8 Kobalima 0,00 1.243.197,12 3.036.665,28 5.278.500,48 7.520.335,68 9 Malaka Tengah 475.336,88 4.312.162,24 9.513.845,28 16.151.713,52 22.518.052,88 10 Sasitamean 0,00 1.039.389,12 2.425.241,28 4.157.556,48 5.889.871,68 11 Malaka Barat 617.991,92 4.712.564,96 10.171.995,68 16.996.284,08 23.820.572,48 12 Rinhat 0,00 692.926,08 1.385.852,16 2.252.009,76 3.118.167,36 Total 7.924.830,48 39.325.600,88 80.912.793,52 133.168.313,20 184.880.775,12

(28)

Lampiran 16. Jumlah Prediksi Total Karbondioksida di Kabupaten Belu Per Kecamatan Tahun 2003, 2006, 2010, 2015, dan 2020. total co2 N0 Kecamatan 2003 2006 2010 2015 2020 1 Lamaknen 19925.56 1121892.194 2220084.669 3595575.15 4982540.55 2 TASTIM 24235.04 576044.3894 1676346.035 3057595.67 4477721.12 3 RAIHAT 564230.96 568809.0271 586483.5174 635484.449 754951.644 4 TASBAR 1059392.2 2376640.681 4861620.409 7971801.06 11091337.7 5 Kakaluk Mesak 15745.6 2346906.497 5780125.459 10218930.2 14418732.8 6 Kota Atambua 5363319.4 19343284 36586585.21 58276716.5 80385426.5 7 Malaka Timur 39643.02 1283104.58 3073950.933 5316860.99 7574857.55 8 Kobalima 22655.76 1267017.442 3065068.325 5319875.8 7631519.49 9 Malaka Tengah 516963.3 4355631.936 9557626.163 16201134.9 22589930.4 10 Sasitamean 18265.28 1056016.834 2437200.268 4172689.19 5961715.23 11 Malaka Barat 675386.94 4769070.623 10218606.76 17037527.9 23866441.7 12 Rinhat 12827.38 714764.6657 1414656.519 2295018.51 3196324.4 TOTAL 8332590.5 39779182.87 81478354.28 134099210 186931499

(29)

kebutuhan hutan kota (ha) N0 Kecamatan 2003 2006 2010 2015 2020 1 Lamaknen 22.140 1,246.547 2,466.761 3,995.083 5,536.156 2 TASTIM 26.928 640.049 1,862.607 3,397.329 4,975.246 3 RAIHAT 626.923 632.010 651.648 706.094 838.835 4 TASBAR 1,177.102 2,640.712 5,401.800 8,857.557 12,323.709 5 Kakaluk Mesak 17.495 2,607.674 6,422.362 11,354.367 16,020.814 6 Kota Atambua 5,959.244 21,492.538 40,651.761 64,751.907 89,317.141 7 Malaka Timur 44.048 1,425.672 3,415.501 5,907.623 8,416.508 8 Kobalima 25.173 1,407.797 3,405.631 5,910.973 8,479.466 9 Malaka Tengah 574.404 4,839.591 10,619.585 18,001.261 25,099.923 10 Sasitamean 20.295 1,173.352 2,708.000 4,636.321 6,624.128 11 Malaka Barat 750.430 5,298.967 11,354.008 18,930.587 26,518.269 12 Rinhat 14.253 794.183 1,571.841 2,550.021 3,551.472 TOTAL 9,258.434 44,199.092 90,531.505 148,999.123 207,701.666

(30)

105

Lampiran 18. Jumlah Rasio Hutan Kota di Kabupaten Belu Per Kecamatan Tahun 2003, 2006, 2010, 2015, dan 2020

rasio kebutuhan hutan kota (ha)

N0 Kecamatan 2003 2006 2010 2015 2020 1 Lamaknen 0.103 56.304 1.979 1.620 1.386 2 TASTIM 0.098 23.769 2.910 1.824 1.464 3 RAIHAT 7.189 1.008 1.031 1.084 1.188 4 TASBAR 4.138 2.243 2.046 1.640 1.391 5 Kakaluk Mesak 0.093 149.052 2.463 1.768 1.411 6 Kota Atambua 106.074 3.607 1.891 1.593 1.379 7 Malaka Timur 0.123 32.366 2.396 1.730 1.425 8 Kobalima 0.116 55.925 2.419 1.736 1.435 9 Malaka Tengah 3.405 8.425 2.194 1.695 1.394 10 Sasitamean 0.118 57.816 2.308 1.712 1.429 11 Malaka Barat 2.662 7.061 2.143 1.667 1.401 12 Rinhat 0.001 55.722 1.979 1.622 1.393 TOTAL 124.121 453.298 25.759 19.690 16.696

(31)

Lampiran 19. Jenis- jenis Tanaman yang dapat Dikembangkan di Taman Kota

NO Nama Daerah Nama Latin

1 Asoka Daun Besar Ixora Japonica Linn 2 Asoka Daun Kecil Ixora Javanica Linn.

3 Bogenvile Bougenville Spectabilis Wild.

4 Bayam Merah Amaranthus sp.

5 Kembang Kupu- kupu Bauhinia Purpurea Linn. 6 Kembang Sepatu Hibiscus rosasinensis Linn.

7 Melati Kecil Jasmin pubescens Wild.

8 Palm Ptyhosperma macarthurii Miq.

9 Pisang- pisangan Heliconia indica Lamk

(32)

107

Lampiran 20. Jenis- jenis Tanaman yang dapat Dikembangkan di RTH Pekarangan

1 Belimbing Averrhoa carambola

2 Jambu Air Eugenia cuminii Linn.

3 Jambu Monyet Anacardium occidentale.

4 Jeruk Citrus aurantifolia ( Christm. Dan Panz ).

5 Kedondong Spondias rarak

6 Kopi Coffea arabica

7 Mangga Mangifera indica Linn.

8 Nangka Artocarpus integra Merr.

9 Bunga Kupu- kupu Bauhinia purpurea Linn.

10 Dadap Erythrina varigate Linn.

11 Sirsak Annona muricata Linn.

(33)

Lampiran 21. Jenis Tanaman yang dapat dikembangkan di Jalur Hijau

1 Angsana Pterocarpus indicus Wild.

2 Asam Jawa Tamarindus indicus Linn.

3 Cemara Angin

Casuaria equisetifolia J.R. dan Forst.

4 Flamboyan Delonix regia Rafin

5 Glondongan Polyathia longfolia Benth

6 Jati Tectona grandis Linn.

7 Mahoni Swietenia mahogani (L.) JACQ.

(34)

109

Lampiran 22. Jenis- jenis Tanaman yang dapat dikembangkan di Taman Hutan

1 Angsana Pterocarpus indicus Wild.

2 Asam Tamarindus indica Linn.

3 Beringin Ficus benjamina Linn.

4 Flamboyan Delonix regia Rafin

5 Eucallyptus

6 Johar Cassia siamea

7 Damar Agathis damara ( Lamb.) L.C.Rich

8 Gelodongan Polyathia longifolia Benth.

(35)

Lampiran 23. Ruang Terbuka Hijau yang Dikelola Dinas Kebersihan dan Pertamanan

NO Komponen Ruang Terbuka Hjau Luas ( m2 )

1 Jalur Hijau Tugu Gerbades 1500

2 Jalur Hijau Rumah Jabatan 1700

3 Jalur Hijau Bandara 1000

4 Taman Makam Pahlawan Seroja 10.000

5

Taman Kantor Bupati DATI II

(36)

(37)

Lampiran 24. Tutupan lahan per land use di Kabupaten Belu

Landcover

Landuse Badan

Air

Semak

Belukar Ladang Perkebunan Awan

Sawah Irigasi

Bayangan

Awan Mangrove Hutan

Mangrove 37.74 299.21 1,138.94 - 43.23 602.63 - 3,290.54 428.02 Perkebunan 2.94 3,778.27 2,335.24 625.43 58.59 1,580.99 3.90 2.51 534.54 Kolam Air 214.20 161.15 967.68 0.50 355.38 1,497.01 0.25 169.34 10.02 Lahan Kosong 34.22 7,750.50 13,463.97 1,546.46 702.22 10,178.00 7.01 9.05 55.54 Areal Pemukiman 0.39 345.06 1,893.05 10.02 24.61 1,173.27 3.43 - 0.38 Semak Belukar 61.08 75,907.87 22,602.00 5,606.75 2,518.11 45,682.68 396.46 48.21 921.70 Sawah Irigasi 2.41 102.45 23.46 6.07 9.01 885.29 - - - Badan Air 2.72 - 0.01 - - 2.02 - 0.02 - Hutan - 1,471.75 858.05 50.58 265.84 835.46 16.05 3.44 2,464.75

Sawah Tadah Hujan 9.14

444.29 920.11 36.90 61.24 1,141.09 2.12 - 14.75