• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN METODE PENGUKURAN KERJA SECARA LANGSUNG PADA BAGIAN PENGEMASAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN METODE PENGUKURAN KERJA SECARA LANGSUNG PADA BAGIAN PENGEMASAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN METODE PENGUKURAN

KERJA SECARA LANGSUNG PADA BAGIAN PENGEMASAN PT JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk

Analysis of Work Time Measurement With Direct Method on The Packaging Section PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk

Novita Sukma1*, Arif Hidayat2, Sakunda Anggarini2 1

Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya Jl. Veteran-Malang 65145

2

Staff Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya Jl. Veteran-Malang 65145

*Penulis Korespondensi: email vita.isvisena@gmail.com

ABSTRAK

Bagian pengemasan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk adalah bagian produksi yang mesinnya masih menggunakan bantuan tenaga manusia atau semi otomatis sehingga membutuhkan pengukuran waktu kerja untuk mengetahui waktu baku yang dihasilkan oleh tiap operator bagian pengemasan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hasil pengukuran waktu kerja bagian pengemasan dengan menggunakan metode langsung dan mengetahui perbedaan metode pengukuran kerja menggunakan metode jam henti dan work sampling. Pengukuran waktu diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak manajemen dan perusahaan tentang metode pengukuran kerja secara langsung. Hasil waktu siklus yang didapatkan menggunakan metode jam henti sebesar 14,05 detik. Waktu normal yang dihasilkan sebesar 15,15 detik. Waktu baku yang dihasilkan sebesar sebesar 19,77 detik. Hasil waktu siklus yang dihasilkan dengan metode work sampling sebesar 8,91 detik, waktu normal sebesar 9,62 detik, dan waktu baku sebesar 11,56 detik. Hasil waktu baku yang dihasilkan jam henti lebih lama dibanding dengan work sampling. Metode yang direkomendasikan kepada perusahaan adalah jam henti karena jenis pekerjaan bagian pengemasan lebih sesuai dengan metode jam henti, biaya yang lebih hemat dan kemudahan dalam teknik pengukuran.

Kata Kunci: Metode jam henti, Metode work sampling, Pengukuran kerja, Pengemasan. ABSTRACT

Packaging section in PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk is part of the production where the machines still use human labor assistance or called as semi-automatic. Therefore it requires a measurement of working time to determine the resulting standard time of each operator in the packaging section of PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. The purpose of this study is to determine the results of the work time measurement of packaging section using direct method and to knowing the differences of work measurement methods using stopwatch method and work sampling method at packaging section of PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. This research is expected to provide information for the company about directly work measurement method. The result of cycle time using stopwatch method is 14,05 seconds. The normal time result over 15,15 seconds and the standard time is 19,77 seconds. The result of cycle time that was obtained by work sampling method is 8,91. The normal time result over 9,62 seconds and the standard time is 11,56 seconds. The result of standard time using stopwatch method is longer than the standard time result using worksampling method. The recommended method for the company is stopwatch method, because that method according to the type of work in packaging section, the cost is more efficient and the measurement technique is easier.

(2)

PENDAHULUAN

Kebutuhan pakan terus meningkat seiring dengan peningkatan permintaan terhadap produk-produk peternakan, khususnya komoditas unggas (daging ayam dan telur). Menurut Dinas Peternakan Jawa Timur dari keseluruhan pakan ternak yang diproduksi di Indonesia, sekitar 70-80% adalah jenis pakan yang dikonsumsi oleh unggas. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk harus lebih meningkatkan kualitas proses produksi agar tetap dapat menghasilkan produk dengan kualitas baik dan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan sejenis. Tenaga kerja merupakan sumber daya yang penting selain bahan baku, modal, metode, dan mesin. Menurut Nurachmat (2009) tenaga kerja merupakan aset utama perusahaan yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Kualitas dan kuantitas tenaga kerja harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan, upaya efektif dan efisien menunjang tercapainya tujuan.

Bagian pengemasan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk adalah bagian produksi yang mesinnya masih menggunakan bantuan tenaga manusia atau semi otomatis, dimana bagian-bagian lain sudah menggunakan mesin secara otomatis dengan operator pada bagian panel (operator mesin). Apabila salah satu dari dua operator tidak bekerja dengan baik (bermain hp saat proses pengemasan berlangsung, terlalu lama saat mengemas, dan meninggalkan lokasi saat proses berlangsung) akan menimbulkan berhentinya proses pengemasan. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk membutuhkan pengukuran waktu kerja untuk mengetahui waktu baku yang dihasilkan oleh tiap operator bagian produksi, khususnya pada bagian pengemasan. Menurut Chen (2005) pengukuran kerja pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator atau pekerja yang terlatih untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik pada tingkat kecepatan kerja yang normal, dan dalam lingkngan kerja yang terbaik pada saat itu

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran waktu kerja yang akan

dilakukan menggunakan mtode pengukuran waktu kerja secara langsung. Pengukuran waktu kerja secara langsung dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu metode jam henti (stopwatch) dan work sampling. Menurut Kumar (2006) Pengukuran waktu kerja dengan menggunakan jam henti (stopwatch time study), metode ini utamanya diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang-ulang. Selanjutnya metode work sampling sangat cocok untuk digunakan dalam melakukan pengamatan atas pekerjaan yang relative panjang (Miner, 2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil pengukuran waktu kerja dengan metode jam henti dan work

sampling dan mengetahui perbedaan metode pengukuran kerja bagian pengemasan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Margomulyo, Surabaya, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan januari 2013 sampai dengan selesai. Pengolahan data dilakukan di Laboratotium Manajemen Agroindustri, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Metode untuk pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan metode jam henti (stopwatch) dan work

sampling. Metode jam henti terdiri dari

pengambilan data waktu kerja selama pengemasan berlangsung kemudian mengolah data pengamatan dengan cara Sutalaksana (2006) :

1. Menghitung rata-rata sub grup yang diperoleh dari data pengamatan

2. Menghitung standar deviasi

3. Menghitung standar deviasi rata-rata sub grup

4. Melakukan Uji Keseragaman data menggunakan peta kontrol kemudian memplotkan data kedalam grafik, sehingga dapat diketahui data yang berada diluar batas kontrol

5. Melakukan uji kecukupan data

6. Melakukan perhitungan waktu normal 7. Melakukan perhitungan waktu baku

(3)

Pada tahapan pengolahan data work

sampling dilakukan beberapa langkah yang

harus dilaksanakan, yaitu (Wigjosuebroto, 2003):

1. Melakukan perhitungan kegiatan produktif dan non produktif

2. Melakukan uji keseragaman data kemudian memplotkan data kedalam grafik, sehingga dapat diketahui data yang berada diluar batas kontrol

3. Melakukan uji kecukupan data 4. Melakukan Uji waktu normal 5. Melakukan Uji Waktu Baku

Batasan masalah pada penelitian ini pengukuran waktu kerja yang dilakukan menggunakan metode secara langsung. Pengukuran waktu kerja hanya dilakukan pada bagian produksi khususnya bagian pengemasan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk

PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.Unit

Margomulyo adalah salah satu pabrik pakan ternak dari 12 pabrik pakan ternak yang dimiliki oleh PT Japfa Comfeed Indonesia (JCI) di Indonesia. Pada awalnya PT Japfa Comfeed Indonesia. Tbk unit Margomulyo adalah pabrik pakan ternak milik PT Artacitra Tepadu Feedmill. Pada tahun 2003 aset PT Artacitra Tepadu Feedmill dibeli oleh PT Multi Agro Persada dan tercatat sebagai PT Bintang Terang Gemilang Cabang Surabaya. Pada tanggal 12 Oktober 2009 PT Multi Agro Persada Tbk diakuisisi oleh PT Japfa Comfeed Indonesia. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit Margomulyo berlokasi di Jalan Raya Margomulyo No. 38 Surabaya, Propinsi Jawa Timur.

Standar waktu kerja yang digunakan oleh perusahaan adalah 8 jam kerja/ hari atau 40 jam kerja dalam seminggu. Waktu kerja yang ditetapkan oleh perusahaan bertujuan agar tenaga kerja bekerja lebih efektif. Waktu kerja yang diberlakukan oleh PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk kepada seluruh karyawan selama 8 jam kerja. Pembagian waktu kerja dilakukan dengan pembagian shift kerja yaitu 2 shift yaitu jam 07.00-15.00 dan jam 23.00-07.00. Alasan

perusahaan menggunakan 2 shift kerja adalah untuk menghindari beban puncak biaya listrik yang meningkat pada pukul 18.00-22.00.

Sistem kerja PT japfa Comfeed Indonesia Tbk

Komponen-komponen sistem kerja yang dimiliki oleh PT Japfa Comfeed Indonesia: 1. Komponen Material

Pembelian bahan baku lebih banyak di luar negeri dibanding dalam negeri dengan alasan kualitas dari bahan, agar produk yang dihasilkan berkualitas karena didapat dari bahan-bahan yang berkualitas. Bahan baku yang digunakan oleh PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk adalah jagung. Adapula bahan pendukung yang diberikan yaitu MBM (Meat & Bone Meal) yang berupa tepung tulang bercapur daging yang sudah melalui proses penggilingan, HCFM (Hidrolisachicken feather Meal) merupakan bulu ayam yang sudah diolah, PBPM (Poultry By Product Meal) merupakan bagian-bagian ayam gagal produksi yang dipotong, seperti kepala, kaki, telur yang gagal dan isi perut, CGM (Corn Gluten Meal) merupakan tepung yang berasal dari ikan.

2. Komponen Mesin

Mesin dan peralatan merupakan salah satu faktor penting di dalam proses produksi pakan ternak unggas yang berlangsung di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Oleh karena itu, pemilihan serta penempatan mesin dan peralatan yang sesuai sangat menunjang kelancaran proses produksi. Secara umum jenis mesin dan peralatan yang dipergunakan di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk bersifat otomatis yaitu mesin yang digunakan dalam kegiatan produksi dikendalikan dengan sistem pengendalian otomatis, serta kegiatan sistem produksi terkendali dengan ruang pengendalian khusus yang disebut Ruang

Pannel.

3. Komponen Manusia

Pekerjaan bagian pengemasan PT Japfa Comfeed Indonesia yang dilakukan yaitu memegang karung saat pengisian pakan dan menjahit. Pekerja yang dibutuhkan tidak perlu memiliki syarat pendidikan yang tinggi, karena pekerja dibagian pengemasan

(4)

A B C D E F G Keterangan : A : Tempat Karung B : Operator 1 C : Operator 2 D : Belt Conveyor E : Mesin Cronos F : Mesin Jahit Karung G : pallet

lebih membutuhkan kemampuan fisik. Operator baru dibagian pengemasan dilatih ketika mereka bekerja di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, pelatihan (training)

dilakukan kurang lebih selama 3 bulan agar tiap operator mampu menguasai semua kegiatan pengemasan. Operator bermula dari sebagai kuli panggul, kemudian belajar memasukkan pakan kedalam karung, dan terakhir belajar menjahit karung.

4. Komponen lingkungan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja, diantaranya:

a. Temperatur

Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal pada saat bekerja. Apabila udara terlalu panas, maka mengakibatkan tubuh lebih banyak membuang cairan tubuh melalui keringat dan membuat tidak nyaman saat bekerja karena kaos yang mereka kenakan basah. Suhu ruang produksi PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk adalah 30oC, sehingga pekerja sering berkeringat pada saat melakukan kegiatan.

b. Pencahayaan

Pencahayaan di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk dirasa cukup pada bagian produksi karena dekatnya ruang produksi dengan pintu keluar, tetapi dibagian gudang bahan baku perlu ditambahkan penerangan agar tidak terlalu gelap. Pencahayaan yang terlalu suram, mengakibatkan mata semakin cepat lelah karena berkerja dengan keras untuk melihat, dimana kelelahan mata mengakibatkan kelelahan mental.

c. Kebisingan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor:KEP-51/MEN/1999 Nilai Ambang Batas (NAB) adalah sebesar 85 dB per8jam kerja (Fredianta, 2003). Intensitas kebisingan yang terjadi pada PT. Japfa Comfeed Indonesia sebesar 100dB (Desible) yang menunjukkan besarnya arus energi persatuan luas. Peralatan produksi seperti hamermil yang mengeluarkan suara sangat keras sehingga mengganggu para pekerja. Pada PT Japfa sudah menggunakan pelindung telinga bagi karyawan yang bekerja dibagian produksi. Alat yang digunakan adalah ear plug atau alat

pelindung telinga agar dapat meminimasi kebisingan.

d. Bau-bauan

Bau-bauan yang dihasilkan oleh bahan baku pembuatan pakan ternak dikarenakan sebagian besar bahan baku pakan ternak berasal dari hewan. Bau busuk menyengat sangat mengganggu indra penciuman yang mengharuskan para pekerja menggunakan masker pada saat bekerja.

e. Warna

Warna ruangan tempat kerja juga mempengaruhi terhadap mata untuk melihat obyek. Pabrik PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk berwarna putih dan kuning, dimana warna tersebut memberi kesan luas dan bersih dalan suatu ruangan.

Tata Letak Stasiun Kerja

Tata letak kerja berhubungan dengan urutan-urutan gerakan yang dibentuk. Kecepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan berhubungan dengan tata letak stasiun suatu pekerjaan. Penempatan bahan dan peralatan dapat memepengaruhi kecepatan waktu. Aliran bahan yang digunakan pada bagian pengemasan adalah

straight line atau garis lurus. Tata letak

fasilitas bagian pengemasan tergolong dalam tipe produk layout, dimana proses mengemas berjalan dari proses 1 ke proses ke 2 menggunakan belt conveyer sesuai dengan urutan operasi. Tata letak stasiun pengemasan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.

Aliran bahan yang digunakan pada bagian pengemasan adalah straight line atau garis lurus. Tata letak fasilitas bagian pengemasan tergolong dalam tipe produk layout. Menurut Herjanto (2003), product

layout atau production line layout, adalah

(5)

kerja berdasarkan urutan operasi dari sebuah produk.

Waktu Baku Jam henti

Pengamatan jam henti dibagi menjadi 3 sub grup, dimana pengamatan 1 dilakukan pada pagi hari, pengamatan kedua dilakukan pada siang hari, dan pengamatan ke 3 dilakukan pada sore hari. Dari 60 sampel yang di ambil terdapat 29 data yang berada diantara batas kendali. Data yang berada diluar batas kendali terdiri dari 31 data, dimana 18 data melebihi batas kendali atas, dan 13 data berada dibawah batas kendali bawah.

Data yang berada di luar batas kendali akan dibuang, sedangkan 29 data yang berada diantara batas kendali akan dilakukan uji kecukupan data. Nilai N’ sebesar 1, maka 29 data sudah mampu mewakili untuk melakukan perhitungan pengukuran waktu menggunakan jam henti. Faktor penyesuaian menggunakan

Westinghouse sebesar 1,08. Dan nilai

kelonggaran sebesar 30,5% didapatkan dari penjumlahan nilai kelonggaran tetap dan kelonggaran variabel. Ringkasan waktu baku pengemasan pakan ternak dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Waktu Baku Metode Jam Henti

Waktu Baku Work Sampling

Pengamatan work sampling dilakukan dari pukul 08.00-15.00 selama 5 hari. Tabel pengamatan didapatkan berdasarkan tabel acak yang sudah disesuaikan dengan jam pengamatan. Selang waktu pengamatan diasumsikan 15 detik. Jumlah pengamatan yang diambil sebanyak 345 kali pengamatan tiap harinya. Hasil persen produktif pada hari pertama sebesar 82,90% dengan jumlah pengamatan produktif sebanyak 286. Hasil persen produktif pada hari kedua sebesar 85,80% dengan jumlah pengamatan produktif sebanyak 296. Hasil persen produktif pada hari ketiga sebesar 79,71% dengan jumlah pengamatan

produktif sebanyak 275. Hasil persen produktif pada hari keempat sebesar 79,71% dengan jumlah pengamatan produktif sebanyak 277. Hasil persen produktif pada hari kelima sebesar 81,16% dengan jumlah pengamatan produktif sebanyak 280.

Dari sampel yang di ambil tidak terdapat data diluar batas atau semua data berada didalam batas kendali. Hasil uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% nilai N’ sebesar 352, maka 1725 data yang diambil mampu mewakili untuk melakukan perhitungan menggunakan metode work sampling. Faktor penyesuaian menggunakan

Westinghouse sebesar 1,08. Dan nilai

kelonggaran sebesar 30,5% didapatkan dari penjumlahan nilai kelonggaran tetap dan kelonggaran variabel. Ringkasan waktu baku pengemasan pakan ternak dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Waktu Baku Metode Work Sampling

Perbedaan Pengukuran Waktu Menggunakan Metode Jam henti dan Work Sampling

Analisa perbedaan dari kedua metode tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mekanisme Pengukuran

Pengukuran waktu dengan metode jam henti menggunakan stopwatch sebagai alat utama. Kegiatan pengambilan data waktu kerja dilakukan pada saat pengemasan sedang berlangsung. Pengukuran waktu kerja dilakukan dalam satu siklus dengan menghitung lama waktu mengemas tiap produk dari awal hingga akhir mengemas. Menurut Gasperz (2005), waktu siklus adalah pengerjaan satu unit produk pada waktu pengamatan.

Pengambilan data dengan metode work

sampling dilakukan menggunakan tabel

acak. Pengamatan waktu dilakukan secara No Keterangan Waktu (detik)

1 Waktu Siklus 14,05 2 Waktu Normal 15,15 3 Waktu Baku 19,77

No Keterangan Waktu (detik) 1 Waktu Siklus 8,20 2 Waktu Normal 9,26 3 Waktu Baku 11,56

(6)

acak. Penilaian dilakukan dengan memberi keterangan produktif atau tidak produktif pada tabel pengamatan sesuai jam kunjungan. Operator dapat dikatakan produktif apabila sedang melangsungkan proses pengemasan saat pengamat berkunjung. Dan dikatakan tidak produktif apabila operator tidak melakukan apapun pada saat pengamat berkunjung. Menurut Lind (2007), operator atau mesin dapat dinyatakan produktif pada saat sedang melakukan pekerjaan, dan dikatakan tidak produktif pada saat operator atau mesin sedang tidak bekerja

2. Dampak Bagi Pekerja

Dilihat dari segi cara pengamatan yang dilakukan work sampling lebih minimum memberi gangguan pada pekerja dibanding dengan jam henti. Metode work sampling hanya mencatat apakah operator sedang bekerja atau tidak pada saat kunjungan tanpa mempertimbangkan gerakan operator. Pengamatan harus mengamati gerakan operator secara langsung pada saat pengambilan data waktu. Dan tidak menutup kemungkinan pengamat memperbaiki gerakan operator sesuai dengan gerakan yang baku, hal tersebut memberikan gangguan bagi pekerja.

3. Efisiensi

Dalam penelitian ini pengamat melakukan sendiri pengukuran menggunakan metode jam henti karena mahalnya biaya yang akan dikeluarkan untuk menyewa tenaga ahli. Dan biaya lembur untuk pelatihan operator ditanggung sepenuhnya oleh pihak perusahaan. Pengamat hanya mengeluarkan biaya dari segi transportasi. Dari segi transportasi biaya lebih besar dikeluarkan pada pengamatan work sampling. Hal ini dikarenakan lama waktu pengamatan yang berbeda. Pengamatan menggunakan jam henti hanya dilakukan selama 1 hari. Pengamatan work sampling dilakukan selama 5 hari, sehingga biaya yang dikeluarkan lebih besar. Akumulasi waktu pengukuran yang dihabiskan menggunakan metode jam henti sebesar 844 detik atau kurang lebih selama 15 menit. Waktu pengukuran yang dihabiskan untuk melakukan pengamatan menggunakan work

sampling sebesar 25875 detik atau kurang

lebih selama 432 menit. 4. Hasil

Perbedaan hasil waktu baku yang dihasilkan oleh kedua metode pengukuran waktu menggunakan jam henti dan work

sampling terdapat selisih waktu sebesar

8,21 detik. Waktu baku lebih lama pada pengukuran waktu kerja menggunakan jam henti. Faktor pertama perbedaan hasil pengukuran waktu kerja pada bagian pengemasan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk karena melibatkan jumlah produk yang dihasilkan pada metode work sampling. Jumlah output produksi yang tidak diketahui pasti oleh pengamat dapat mengakibatkan perbedaan hasil yang didapatkan.

Faktor kedua penyebab perbedaan hasil didalam metode work sampling ketidak produktifan operator atau mesin berpengaruh terhadap perhitungan work

sampling. Semakin tinggi kegiatan yang

tidak produktif maka harga persen produktif akan semakin kecil, sehingga menyebabkan nilai waktu siklus menurun. Berbeda dengan jam henti dimana perhitungannya tidak dipengaruhi oleh ketidak produktifan operator atau mesin, karena metode ini hanya mengukur pada saat kegiatan berlangsung atau pada saat produktif. Faktor ketiga penyebab perbedaan hasil adalah pengamat dalam penelitian ini bukan tenaga ahli dan terlatih dalam melakukan pengukuran waktu kerja. Penguraian elemen-elemen gerakan kerja yang dilakukan juga membutuhkan revisi dari tenaga ahli. Keterbatasan pengamat inilah yang dapat menyebabkan data yang diambil bisa saja terjadi kesalahan. Kesalahan dalam melakukan pengamatan akan berdampak pada hasil perhitungan yang perlu diuji lagi kebenarannya.

SIMPULAN

Hasil waktu siklus yang didapatkan menggunakan metode jam henti sebesar 14,05 detik. Waktu normal yang dihasilkan sebesar 15,15 detik. Waktu baku yang dihasilkan sebesar sebesar 19,77 detik. Hasil waktu siklus yang dihasilkan dengan metode work sampling sebesar 8,91 detik,

(7)

waktu normal sebesar 9,62 detik, dan waktu baku sebesar 11,56 detik. Hasil waktu baku yang dihasilkan jam henti lebih lama dibanding dengan work sampling.

Perbedaan antara metode jam henti dan

work sampling dari segi pengambilan data,

jam henti menggunakan stopwatch

sedangkan metode work sampling

dilakukan secara acak berdasarkan tabel acak. Dampak yang diberikan kepada pekerja lebih banyak kepada jam henti karena dilakukan secara terus menerus dibanding dengan work sampling yang hanya sesaat saat berkunjung. Biaya yang dikeluarkan lebih mahal menggunakan

work sampling dibanding jam henti. Waktu

pengukuran lebih lama dilakukan menggunakan work sampling dibanding dengan jam henti. Metode yang direkomendasikan kepada perusahaan adalah jam henti karena jenis pekerjaan bagian pengemasan lebih sesuai dengan metode jam henti, biaya yang lebih hemat dan kemudahan dalam teknik pengukuran.

DAFTAR PUSTAKA

Chen, B. 2005. Manajemen Biaya. Salemba Empat. Jakarta. Hal. 15-25. Fredianta, D. 2013. Analisis Tingkat

Kebisingan untuk Mereduksi Dosis Paparan Bising PT. XYZ. Jurnal teknik Industri Sumatra Utara 2(1): 1-8. Gaspersz, V. 2005. Production Planning

and Inventory Control.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal. 209-215

Herjanto, E. 2003. Manajemen Produksi. Gramedia. Jakarta. Hal. 109-113.

Kumar, S. A. 2006. Production and

Operation Management. New

Age International. New Delhi. Hal. 8-15.

Lind. 2007. Teknik-Teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global. Salemba Empat. Jakarta. Hal. 33-38.

Nurachmat, M. 2009. Tanya Jawab Seputar Hak-Hak Tenaga Kerja Kontrak. Visimedia. Jakarta. Hal 1-5.

Miner, J. B. 2007. Organizational Behavior

4. M.E. Sharpe, Inc. New

York. Hal. 80-94.

Sutalaksana, I.Z. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hal. 2-5. Wignjosoebroto, S. 2003. Teknik Tata Cara

dan Pengukuran Kerja. Guna Widya. Surabaya. Hal. 169-180.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dilakukan dengan menggunakan taksonomi komparatif yaitu menganalisis hasil tes keterampilan menulis peserta diklat yang terdapat pada HSK 3 yang

Die Ursache für die Straftat von den Studierenden verpflichtet fehlerhaft (Interlanguage- Fehler) durch Störungen und Fehler (intralanguage Fehler) durch die

Penilaian kinerja merupakan alat yang bermanfaat tidak hanya untuk mengevaluasi kinerja dari kepala dinas, tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivasi

Prakerin dilaksanakan agar dapat menghasilkan peserta didik yang benar- benar dapat membangun bangsa ini di masa yang akan datanag dan memiliki kreatifitas untuk mengembangkan

Hitung PV arus kas yang dihasilkan usulan proyek investasi dengan menggunakan tingkat suku bunga yang

166 Modul guru pembelajar paket keahlian analis kesehatan sekolah menengah kejuruan (SMK) Pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan kerusakan organ ginjal

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

Berdasarkan tinjauan terhadap kedua prosedur AOAC, tahap pem- buatan deret standar untuk kurva kalibrasi AOAC 980.17 dan isolasi asam benzoat dalam sampel pada AOAC 960.38 rumit