• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. keridhaan Allah SWT, Oleh karena itu pembangunan merupakan jalan untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. keridhaan Allah SWT, Oleh karena itu pembangunan merupakan jalan untuk"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. Latar Belakang

Tujuan sebenarnya manusia di atas bumi ini adalah memperoleh keridhaan Allah SWT, Oleh karena itu pembangunan merupakan jalan untuk sampai kepada tujuan itu. Pembangunan tersebut meliputi hubungan vertikal dan hubungan horizontal. Hubungan vertikal meliputi penyucian diri, yaitu iman dan takwa. Sedangkan hubungan horizontal meliputi sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem sosial dan sebagainya. Allah SWT sudah memberi petunjuk, hanya sejauh mana muslim mampu mengamalkan dalam kehidupannya.

}§øŠ©9 §É9ø9$# βr& (#θ—9uθè? öΝä3yδθã_ãρ Ÿ≅t6Ï% É−Îô³yϑø9$# É>Ìøóyϑø9$#uρ £⎯Å3≈s9uρ §É9ø9$# ô⎯tΒ z⎯tΒ#u™ «!$$Î/ ÏΘöθu‹ø9$#uρ ÌÅzFψ$# Ïπx6Íׯ≈n=yϑø9$#uρ É=≈tGÅ3ø9$#uρ z⎯↵Íh‹Î;¨Ζ9$#uρ ’tA#u™uρ tΑ$yϑø9$# 4’n?tã ⎯ÏμÎm6ãm “ÍρsŒ 4†n1öà)ø9$# 4’yϑ≈tGuŠø9$#uρ t⎦⎫Å3≈|¡yϑø9$#uρ t⎦ø⌠$#uρ È≅‹Î6¡¡9$# t⎦,Î#Í←!$¡¡9$#uρ ’Îûuρ ÅU$s%Ìh9$# uΘ$s%r&uρ nο4θn=¢Á9$# ’tA#u™uρ nο4θŸ2¨“9$# šχθèùθßϑø9$#uρ öΝÏδωôγyèÎ/ #sŒÎ) (#ρ߉yγ≈tã ( t⎦⎪ÎÉ9≈¢Á9$#uρ ’Îû Ï™!$y™ù't7ø9$# Ï™!#§œØ9$#uρ t⎦⎫Ïnuρ Ĩù't7ø9$# 3 y7Íׯ≈s9'ρé& t⎦⎪Ï%©!$# (#θè%y‰|¹ ( y7Íׯ≈s9'ρé&uρ ãΝèδ tβθà)−Gßϑø9$# ∩⊇∠∠∪

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah

(2)

orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa (Q.S. al-Baqarah (2): 177).

Salah satu ibadah yang mencakup hablum minallah dan hablum minannas adalah wakaf. Wakaf merupakan salah satu ibadah sunnah yang dilakukan seorang muslim untuk mendekatkan dirinya kepada sang Khalik, selain itu ibadah wakaf merupakan bentuk muamalah yang bersifat kebendaan dan diperuntukan untuk kepentingan kemaslahatan umat. Islam sangat menganjurkan untuk berderma dengan harta yang kita miliki, karena di dalam harta kita terdapat hak orang miskin, terutama kerabat dan tetangga dekat, serta orang-orang yang berhak menerimanya. þ’Îûuρ öΝÎγÏ9≡uθøΒr& A,ym È≅Í←!$¡¡=Ïj9 ÏΘρãóspRùQ$#uρ ∩⊇®∪

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian” (QS. ad-Dzariyat (51) :19).

ÏN#u™uρ #sŒ 4’n1öà)ø9$# …çμ¤)ym t⎦⎫Å3ó¡Ïϑø9$#uρ t⎦ø⌠$#uρ È≅‹Î6¡¡9$# Ÿωuρ ö‘Éj‹t7è? #·ƒÉ‹ö7s? ∩⊄∉∪

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros (QS. al-Isra’ (17): 26).

ÏN$t↔sù #sŒ 4’n1öà)ø9$# …çμ¤)ym t⎦⎫Å3ó¡Ïϑø9$#uρ t⎦ø⌠$#uρ È≅‹Î6¡¡9$# 4 y7Ï9≡sŒ ×öyz š⎥⎪Ï%©#Ïj9 tβρ߉ƒÌムtμô_uρ «!$# ( y7Íׯ≈s9'ρé&uρ ãΝèδ tβθßsÎ=øßϑø9$# ∩⊂∇∪

Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih

(3)

baik bagi orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka Itulah orang-orang beruntung (ar-Ruum (30): 38).

Pentingnya pengembangan wakaf sebagai institusi dalam Islam serta legetimasinya dapat disimpulkan dari banyaknya ayat al-Quran yang menyebutnya, seperti tertuang dalam surat al-Baqarah ayat 261, 262, 273, 215, 254, al-An’am ayat 141, ali-Imran ayat 92 dan masih banyak lagi. Para ulama memandang wakaf sebagai sadaqah jariah. Selain itu ada hadist Nabi tentang keutamaan berderma sebagaimana berikut;

“Harta tidak akan berkurang karena sadaqah, dan tidaklah Allah menambah bagi hamba yang pemaaf kecuali kemuliaan...”(HR. Muslim).

Dalam sejarahnya, wakaf merupakan instrumen maliyah, yang sebagai ajaran ia tergolong pada syariah yang bersifat sakral dan suci, tetapi pemahaman dan implementasi wakaf tersebut tergolong pada fikih (upaya yang bersifat kemanusiaan); karena itu, bisa dipahami bahwa praktik dan realisasi wakaf tersebut terkait erat dengan realitas dan kepentingan umat di masing-masing negara muslim termasuk Indonesia (Minhaji, 2005: xxi). Institusi wakaf juga terus mengalami perkembangan paradigma yang cukup signifikan seiring dengan penyesuaian berbagai aturan yang bersifat ijtihadi dan penerapan wakaf di wilayah tertentu dengan dimensi sejarah yang selalu berubah (Isfandiar, 2008: 51-52).

Peranan wakaf di beberapa negara menunjukkan hal yang menggembirakan, bahkan wakaf berperan sebagai salah satu mata rantai potensi ekonomi umat yang menghasilkan dana kesejahteraan umum serta dijadikan

(4)

sumber pendanaan negara dalam menyejahterakan rakyatnya, seperti di Mesir, Turki, Yordania, Arab Saudi, dan Bangladesh. Sebagai contoh misalnya Universitas al-Azhar yang dibangun di atas tanah wakaf tidak hanya mampu menyediakan pendidikan agama Islam yang bermutu dan bertaraf international, melainkan juga dapat menyediakan beasiswa bagi tiga puluh ribu mahasiswa asing yang belajar disana (Tanjung, 2010: vii). Kemudian di Bangladesh, wakaf uang yang diperkenalkan oleh Mannan melalui pendirian Social Invesment Bank Limited (SIBL) telah menancapkan tonggak sejarah dalam dunia perbankan dengan mengenalkan Sertifikat Wakaf Tunai (Mannan, 2005: 24-29). Melalui sertifikat tersebut SIBL mengelola harta sikaya kemudian mendistribusikan keuntungannya kepada dhuafa, sehingga dapat menumbuhkan tanggung jawab sosial mereka kepada masyarakat sekitarnya yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan umat.

Perkembangan wakaf di Indonesia terus mengalami kemajuan dengan terbitnya Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 yang telah membuka paradigma baru perwakafan di Indonesia. Wakaf tidak harus dengan tanah dan masjid, akan tetapi boleh dengan barang bergerak seperti uang tunai, cek, giro, saham, dan surat-surat berharga lainnya, untuk dikelola secara produktif, karena wakaf bukan lagi semata-mata persoalan ibadah melainkan sebagai pranata keagamaan yang berperan sebagai indikator ekonomi. Pondok Pesantren Gontor Jawa Timur merupakan salah satu contoh lembaga yang dibiayai dari wakaf, kemudian ada layanan kesehatan Cuma-Cuma (LKC) yaitu lembaga otonom Dompet Dhuafa Republika yang memberikan fasilitas permanen untuk kaum dhuafa, ini adalah

(5)

obyek wakaf tunai yang efektif dan akan memberikan secercah harapan semangat hidup sehat kaum dhuafa.

Wakaf uang tidak kalah besar potensinya dengan zakat, infaq, dan shadaqah, jika dikelola dengan baik. Nilai strategis wakaf bisa dilihat dari sisi pengelolaan, jika zakat ditujukan untuk menjamin keberlangsungan pemenuhan kebutuhan pokok kepada delapan golongan, wakaf lebih dari itu, hasil pengelolaan wakaf bisa dimanfaatkan bagi berbagai lapisan masyarakat, tanpa batasan golongan untuk kesejahteraan sosial. Sejarah telah mencatat, penyediaan fasilitas publik, pengentasan kemiskinan, dan pemberdayaan masyarakat banyak dibiayai dari dana ini ( P3EI, 2011: 467). Keutamaan wakaf terletak pada hartanya yang utuh dan manfaatnya yang terus berlipat dan mengalir abadi, atau biasa disebut sadaqah jariyah.

Perkembangan wakaf uang diharapkan dapat menjadi sarana bagi rekonstruksi sosial dan pembangunan, di mana mayoritas penduduk dapat ikut berpartisipasi. Ini sejalan dengan program penanggulangan kemiskinan yang masih terus digalakkan sebagai tujuan pembangunan Millinium (Millinium Development Goals/ MDG’s) yaitu upaya pengurangan kemiskinan yang terjadi di dunia hingga mencapai 50% pada tahun 2015 (Hadinoto dan Retnadi, 2006: 204). Untuk mewujudkan partisipasi tersebut, maka berbagai upaya pengenalan tentang arti penting wakaf uang sebagai sarana mentransfer tabungan dari kelompok the have kepada kelompok the have not atau para entrepreneurs dan anggota masyarakat dalam mendanai berbagai kegiatan perlu dilakukan secara intensif (Syauqi dan Hafidhuddin, 2005: 71). Ekonomi Islam menawarkan keterlibatan

(6)

umat dalam proses peredaran keuangan, sebuah sistem yang sekaligus menjalankan program pemberdayaan masyarakat dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan. Dalam keterlibatannya itu, termasuk memberikan kontrol terhadap proses yang ada (Azizy, 2004: 144). Ajaran Islam sendiri sangat mengecam konsentrasi kekayaan ditangan segelintir kelompok kaya dan elite penguasa. Islam mendorong kebijakan pemerataan dan distribusi pendapatan yang memihak rakyat (Donna, 2007: 86).

ö’s1 Ÿω tβθä3tƒ P's!ρߊ t⎦÷⎫t/ Ï™!$uŠÏΨøîF{$# öΝä3ΖÏΒ 4

“…supaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu..” (Q.S al-Hasyr (59): 7).

Badan Wakaf Uang Tunai Majelis Ulama Indonesia (BWU-T MUI) D.I. Yogyakarta yang berdiri tahun 2008, telah bekerjasama dengan BPD DIY syariah dalam hal mengumpulkan, mengelola serta menyalurkan manfaat dana wakaf tunai kepada masyarakat miskin dan para usahawan untuk mengembangkan usaha kecil yang selama ini sulit mengakses dana perbankan. Masyarakat merasa terbantu dengan bantuan modal tanpa agunan dan biaya, sekaligus pembinaan dan pelatihan yang dapat meningkatkan usaha mereka. Dengan begitu, dana akan bergulir, sehingga pemberdayaan dapat berkesinambungan serta coverage dan terjadi asset reform. Penyebaran asset dan sumber daya modal, yang semula hanya terkonsentrasi pada aghniya’ mulai menyebar luas lagi kepada masyarakat kecil. Dengan begitu harapannya masyarakat yang telah terbantu dan berhasil akan menjadi wakif-wakif selanjutnya.

(7)

1.2. Rumusan Masalah

Jumlah keluarga muslim miskin di Indonesia tergolong banyak,oleh karena itu perlu adanya pemberdayaan yang berkelanjutan serta membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Pengabaian atau ketidakseriusan penanganan terhadap nasib kaum dhuafa yang tersebar di seluruh tanah air merupakan sikap yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap persaudaraan dan keadilan sosial.

Rasulullah SAW menegaskan dalam haditsnya;

“ Wahai manusia, takutlah akan kezaliman (ketidakadilan) sebab sesungguhnya ia akan menjadi kegelapan di hari akhirat” (HR. Imam Ahmad).

Kemiskinan dan kesenjangan sosial di sebuah negara yang kaya dengan sumber daya alam dan mayoritas penduduknya beragama Islam merupakan suatu keprihatinan, sehingga kehadiran lembaga wakaf merupakan salah satu dari sekian banyak program yang bisa dikembangkan untuk bisa memperbaiki taraf hidup keluarga muslim miskin tersebut.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, dan rumusan masalah tersebut maka dapat dikemukakan pertanyaan penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah;

1. Berapa pendapatan sebelum dan sesudah mendapat pinjaman dana dari BWU-T MUI DIY?

(8)

2. Berapa rata-rata proporsi yang dialokasikan untuk tabungan sebelum dan sesudah adanya program pemberdayaan?

3. Berapa rata-rata proporsi yang dialokasikan untuk infaq dan shadaqah sebelum dan sesudah program pemberdayaan?

4. Bagaimana keefektifan program pemberdayaan tersebut?

1.4. Pembatasan Masalah

Batasan penelitian difokuskan pada optimalisasi program dari Badan Wakaf Uang-Tunai Majelis Ulama Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta, selanjutnya disebut BWU-T MUI DIY dalam hal menyalurkan manfaat dana wakaf untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat binaan di daerah Patuk, Gunungkidul periode 2010 dan 2011. Peningkatan kesejahteraan dalam penelitian ini dibatasi pada rata jumlah pendapatan, rata jumlah tabungan, dan rata-rata jumlah infaq masyarakat binaan sebelum dan sesudah program pemberdayaan.

1.5. Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui penggunaan manfaat dana wakaf uang dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat binaan melalui program microfinance berbasis pada masyarakat dengan menganalisis rata-rata jumlah pendapatan, rata-rata jumlah tabungan, dan rata-rata infaq dan shadaqah sebelum dan sesudah program pemberdayaan.

(9)

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan sinergi positif yang signifikan antara BWU-T MUI DIY atau badan wakaf lainnya dengan umat muslim di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, dimana BWU-T MUI DIY mampu menghasilkan peningkatan manfaat dana wakaf untuk disalurkan kepada mauquf alaih, sedangkan bagi umat muslim Indonesia khususnya Yogyakarta diharapkan dapat menyalurkan wakafnya dalam benda bergerak ataupun tidak bergerak untuk dikelola secara produktif untuk memberdayakan masyarakat yang kurang mampu.

1.7. Studi-studi Sebelumnya

1. Thoha (2003) dengan judul “ Pemberdayaan Ekonomi Umat Pada Pondok Pesantren Tremas Arjosari Pacitan Jawa Timur”. Metode kualitatif dengan pendekatan historis sosiologis, analisis deskriptif kualitatif. Kesimpulannya bahwa pondok pesantren memiliki peranan penting dalam memberdayakan ekonomi umat dengan tiga fungsi utama: sebagai mediator, fasilitator, dinamisator.

2. Jacobus Manuoka (2008) “Dampak Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bantuan Modal Usaha Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat Penerima Bantuan di Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang” metode yang digunakan regresi model logit dan regresi linear berganda dengan metode kuadrat terkecil (OLS). Hasil penelitian dengan menggunakan model regresi logit menunjukkan bahwa program

(10)

pemberdayaan masyarakat melalui pemberian modal bantuan usaha mampu meningkatkan pendapatan masyarakat penerima bantuan. Peningkatan pendapatan. dipengaruhi oleh besarnya bantuan yang diberikan, jenis usaha dagang dan tingkat pendidikan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari peran pengelola, ketepatan sasaran penyaluran, tingkat pembagian modal usaha dan persepsi terhadap program berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keberhasilan. 3. Sugeng Riyadi (2009) “Pemberdayaan Wakaf Tunai Nahdlatul Ulama”.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. Hasilnya adalah bahwa pemberdayaan wakaf tunai di PWNU DIY masih berorientasi konsumtif, pengelolaannya juga masih stagnan dan kurang optimal dikarenakan dampak dari pengangkatan nadzir dari kalangan akademisi dan pengusaha sehingga mempunyai mobilitas tinggi selain mengelola wakaf.

4. Marwini. (2010) “Keefektifan Penyaluran Bantuan Modal Usaha Wakaf Tunai Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Miskin. Penelitian yang dilakukan di kecamatan Berbah dan Kulon progo ini menggunakan skala pengukuran Rating scale meliputi prosedur, manfaat bantuan, modal, dan manfaat pendampingan. Menggunakan uji statistik deskriptif dan uji beda dua rata-rata. Hasilnya adalah penyaluran dana wakaf dilihat dari perspektif masyarakat binaan adalah sangat efektif dan memberi dampak

(11)

positif terhadap usaha mereka. Walaupun peningkatan secara kuantitatif kurang baik, akan tetapi secara kualitatif baik.

5. Royyan Ramdhani Djayusman. (2011) “Investasi Zakat dan Pengaruhnya terhadap Peningkatan Pendapatan dan Produktivitas Dhuafa Buruh Tani”. Penelitian ini menggunakan data-data kualitatif dan kuantitatif, sedangkan analisis data dilakukan dengan deskriptif, uji beda dua rata-rata dan regresi. Penelitian ini menyimpulkan tiga kesimpulan, pertama gambaran umum tentang model investasi zakat yang dipraktekkan BMD dan persepsi peserta terhadap program investasi BMD, (baitul mal desa) kedua adanya peningkatan pendapatan dhuafa buruh tani sebelum dan sesudah mengikuti program BMD, ketiga diantara variabel independen (luas lahan, pengelolaan, pendampingan, dan total biaya) didapat bahwa variabel independen luas lahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi padi dhuafa buruh tani peserta program BMD.

6. Arif Pujiono, (2011) “Pemberdayaan Perempuan Miskin Melalui Program Keuangan Mikro Syariah Berbasis Masyarakat, Program Misykat DPU-DT”. Penelitian menggunakan data kuantitatif menggunakan uji pangkat tanda Wilxoson sebagai uji beda, dan uji Chi-Square digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel yaitu kepercayaan diri, ketrampilan, keilmuan dan keyakinan sukses usaha dengan program pendampingan. Hasilnya terdapat peningkatan pendapatan, jumlah keuntungan, dan tabungan sebelum dan sesudah program, walaupun setelah dilakukan analisis regresi ternyata modal dari ZIS tidak mempengaruhi tingkat

(12)

pendapatan mereka. Hasil uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang nyata antar variabel dengan program pendampingan.

7. Mukhlisin Muzarie (2011) “Hukum Perwakafan dan Implikasinya terhadap Kesejahteraan Masyarakat” (Implementasi Wakaf di Pondok Modern Darussalam Gontor) kajian normative historis, menunjukkan bahwa peran wakaf dalam sejarah telah banyak memberikan lapangan pekerjaan dibidang pertanian, perdagangan, dan kemajuan dibidang pendidikan.

8. Doddy Affandi Firdaus (2011) “Pemanfaatan Wakaf Tunai untuk Kebutuhan Hidup Keluarga Miskin di Domper Dhuafa Bandung”. Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan pendekatan fenomenologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan wakaf tunai masih terbatas pada kebutuhan sehat saja dengan adanya layanan kesehatan Cuma-Cuma untuk kaum dhuafa. Sehingga diharapkan kedepannya maanfaat wakaf tunai lebih luas lagi cakupannya.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada, adalah bahwa peranan wakaf dalam memberdayakan ekonomi masyarakat kecil, dan pentingnya lembaga mikrofinance dalam meningkatkan produktifitas baik melalui zakat ataupun wakaf. Sedangkan untuk melihat perbedaannya dapat dijelaskan sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan Thoha dan Mukhlisin menekankan peran wakaf dan pondok pesantren dalam memberdayakan ekonomi dan kemandirian umat. Sedangkan penelitian Arief, Jakobus, dan Royyan menyatakan bahwa program pemberdayaan masyarakat melalui pemberian modal bantuan

(13)

usaha mampu meningkatkan pendapatan masyarakat penerima bantuan, jika penelitian Arief dan Royyan menggunakan sumber zakat, penelitian Marwini menggunakan sumber wakaf dalam upaya pemberdayaan masyarakat miskin dengan menggunakan skala pengukuran Rating scale untuk melihat keefektifan program. Sedangkan Penelitian ini menekankan pemberdayaan masyarakat melalui wakaf tunai dengan membandingkan rata jumlah pendapatan, rata-rata jumlah tabungan dan rata-rata-rata-rata jumlah infak sebelum dan sesudah program pemberdayaan, dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis Uji Beda Dua Rata-Rata.

1.7. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian akan dibuat dengan sistematika sebagai berikut:

• BAB I. Pendahuluan. Pada pendahuluan dari penelitian ini akan dibahas latar belakang, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, studi sebelumnya dan sistematika penulisan.

• BAB II. Landasan teori. Pada landasan teori akan dibahas tentang dasar teori yang terkait dengan penelitian.

• BAB III. Metodologi Penelitian. Pada metodologi penelitian akan dibahas tentang penggunaan metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian serta tahapan-tahapan yag dilakukan.

• BAB IV. Hasil Analisis dan Pembahasan. Pada analisis dan pembahasan akan dijelaskan dengan terperinci hasil analisis terhadap data yang telah

(14)

dikumpulkan serta uraian yang menjelaskan tentang hasil analisis tersebut.

• BAB V. Kesimpulan dan Saran. Pada kesimpulan dan saran akan menyajikan kesimpulan yang diperoleh dari keseluruhan penelitian, serta akan memberikan saran yang bermanfaat bagi semua pihak yang bermaksud memanfaatkan penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

dunia ini, supaya orang-orang yang percaya kepada-Nya berubah status, dari yang tidak berpengharapan lagi menuju pengharapan, dari yang binasa menuju hidup yang

R Square sebesar 0,322 menunjukkan bahwa 32,2% Opini Auditor di BPK RI Perwakilan Jawa Timur dipengaruhi oleh Pemeriksaan Interim, Lingkup Audit dan Independensi

Pengecualian dari instrumen ekuitas tersedia untuk dijual, jika, pada periode berikutnya, jumlah penurunan nilai berkurang dan penurunan dapat dikaitkan secara obyektif dengan sebuah

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai evaluasi proses inventarisasi barang milik daerah di dalam mendukung pengelolaan barang milik daerah yang efektif dan efisien

MENYEPAKATI HARGA JUAL DI TINGKAT PASAR KEDELE BERSUBSIDI DI SETIAP KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN KESEPAKATAN ANTARA PIHAK IMPORTIR, PRIMKOPTI, DISTRIBUTOR YANG DIFASILITASI OLEH

Kurang sadarnya sikap terhadap Tuhan YME, hubungannya dengan diri sendiri adalah belum ada tenaga pengajar untuk menumbuhkan bakat dan minat anak panti oleh

BAN SM | KALIMANTAN TIMUR | HASIL ANALISIS DATA AKREDITASI TAHUN 2016 3 Dari gambar di samping nampak bahwa dari tiga status akreditasi (A, B, dan C), tidak

1) Nilai dari Porositas tertinggi terdapat pada spesimen kaleng dengan densitas 2,58 gr/cm3 yaitu sebesar 11,94%, kemudian disusul Limbah velg dengan densitas 2,61 yang