• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan kesejahteraan umum bagi rakyat Indonesia. Perlu. kepada eksekutif untuk kesejateraan rakyat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan kesejahteraan umum bagi rakyat Indonesia. Perlu. kepada eksekutif untuk kesejateraan rakyat."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Masalah

Demi terciptanya pembangunan nasional bagi seluruh rakyat Indonesia perlu adanya dana perimbangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) karena dalam anggaran tahunan APBN disebutkan program-program pelaksanaan pembangunan kesejahteraan umum bagi rakyat Indonesia. Perlu dicermati bahwa anggaran tersebut merupakan amanah rakyat yang dititikkan kepada eksekutif untuk kesejateraan rakyat.

Sektor perdagangan dan industri di daerah yang memiliki aset bernilai tinggi yaitu tembakau. Tanaman tembakau dan produk olahannya merupakan salah satu komoditas perdagangan dan industri terpenting di Indonesia. Komoditi ini adalah salah satu dari hanya sedikit dari komoditi rakyat dan industri nasional di Indonesia yang mampu bertahan, bahkan terus berkembang dan membesar selama puluhan tahun, bahkan sejak zaman kolonial.

Salah satu penyebabnya adalah karena komoditi ini memiliki keunggulan perbandingan yang tinggi, terutama oleh keunikan produk yang dihasilkannya yakni kretek sebagai rokok khas Indonesia yang tidak diproduksi oleh negara lain dan memiliki pangsa pasar tradisional dalam negeri yang luar biasa besar. Tembakau tersebut diolah menjadi barang produksi yang bernilai tinggi bagi cukai. Cukai sebagai pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik sesuai dengan

(2)

undang-undang merupakan penerimaan negara guna mewujudkan kesejahteraan bangsa.1

Industri tembakau memberikan kontribusi besar bagi pemerintah dengan memperoleh dana dari masyarakat bagi kas negara untuk pembiayaan belanja pemerintah. Penerimaan cukai tembakau hampir setiap tahunnya mengalami kenaikan. Industri hasil tembakau selain sebagai sumber penerimaan negara juga memiliki sumbangan yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Meskipun industri hasil tembakau memberikan kontribusi positif bagi ekonomi nasional, akan tetapi industri hasil tembakau juga memberikan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat dan kondisi lingkungan, hal tersebut yang menjadikan alasan produk hasil tembakau dikenakan cukai untuk pengurangan konsumsi rokok dan perbaikan taraf kesehatan sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat.

Cukai merupakan salah satu sumber penerimaan negara dan memiliki peran penting yaitu sangat berkontribusi dalam APBN, terutama sektor Penerimaan dalam negeri. Cukai merupakan salah satu pungutan tidak langsung, namun ternyata pungutan cukai memiliki karakteristik yang berbeda, dia memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki pajak lainnya, bahkan tidak serupa dengan jenis pajak tidak langsung lainnya. Pengenaan cukai terhadap (tiga) jenis barang kena cukai diantaranya etil alkohol atau etanol, minuman yang mengandung etil alkohol, dan hasil tembakau. Penerimaan

      

1

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai.

(3)

cukai tembakau merupakan penerimaan yang paling besar diantara pungutan cukai lainnya.

Setiap tahun, pemerintah meningkatkan tarif cukai tembakau. Kenaikan tarif cukai tembakau tiap tahun ini menyebabkan dampak negatif tersendiri bagi konsumen yaitu semakin naiknya pula harga rokok. Disini tembakau adalah bahan dasar rokok, sementara cukai berlaku setelah tembakau berubah menjadi rokok dan dijual. Artinya, cukai menjadi beban pabrik rokok. Cukai bahkan tidak ditanggung oleh pabriknya, tetapi cukai dibebankan kepada konsumen. Sesuai dengan Filosofi Pengenaan Cukai yaitu pungutan cukai mendasarkan kepada sifat dan karakteristik dari produk itu sendiri dan dipandang dari segi akibat penggunaannya.

Cukai dipungut atas konsumen akhir (end consumer), yang menikmati hasil suatu produk. Namun demikian, para konsumen tetap saja membeli tidak menghiraukan kenaikan harga dari rokok itu sendiri.   Berbanding terbalik akibat dari kenaikan cukai tembakau tersebut bagi petani tembakau. Dengan terus meningkatnya cukai tembakau membuat pemerintah Indonesia harus membuat suatu peraturan khusus yaitu dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. Dalam pasal 66A ayat (1) Undang-Undang Cukai tersebut menyebutkan bahwa Penerimaan negara dari cukai hasil tembakau yang dibuat di Indonesia dibagikan kepada Provinsi penghasil cukai hasil tembakau sebesar 2% (dua persen) yang digunakan untuk mendanai peningkatan kualitas bahan

(4)

baku, pembinaan industri, pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan barang kena cukai ilegal.

Pembagian dana cukai hasil tembakau tersebut yang selanjutnya resmi dikenal sebagai Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT). Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau merupakan dana bagi hasil yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah hasil dari pembayaran pajak berupa cukai tembakau. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau yang disalurkan Kabupaten Klaten digunakan untuk pembinaan kemampuan dan ketrampilan kerja masyarakat di lingkungan industri hasil tembakau dan/atau daerah penghasil bahan baku industri hasil tembakau.2 Dapat diketahui betapa pentingnya penyaluran Dana Hasil Bagi Cukai Hasil Tembakau untuk kesejahteraan masyarakat Kabupaten Klaten terutama yang disekitar pabrik rokok.

Pada intinya dampak dari kenaikan cukai tembakau bagi konsumen sangat berbanding terbalik terhadap petani tembakau, semakin tinggi cukai tembakau tersebut semakin banyak pula dana bagi hasil cukai tersebut yang dikembalikan ke daerah sentra-sentra penghasil tembakau dan petani tembakau itu sendiri. Dengan adanya Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau sebagai bantuan untuk para petani tembakau sangat bermanfaat karena petani tembakau merasakan sendiri manfaat dari dana tersebut khususnya di Kabupaten Klaten.

Agar pengalokasian DBH-CHT dapat dialokasikan secara maksimal dan menghindari penyalahgunaan penggunaan DBH-CHT oleh pemerintah       

2

Pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.07/2008 Tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau dan Sanksi Atas Penyalahgunaan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau.

(5)

daerah maka Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau digunakan untuk mendanai kegiatan, antara lain: 3

a. Peningkatan kualitas bahan baku; b. Pembinaan industri;

c. Pembinaan lingkungan sosial;

d. Sosialisasi ketentuan dibidang cukai; dan/atau e. Pemberantasan barang kena cukai ilegal.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian lebih mendalam mengenai dampak kenaikan tarif cukai tembakau terhadap DBH-CHT kepada petani tembakau yang ada di Kabupaten Klaten karena pentingnya CHT bagi petani tembakau. Kegunaan DBH-CHT tersebut diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat, sehingga dana yang diperoleh dari hasil cukai kemudian dikembalikan kepada masyarakat untuk kesejahteraan rakyat.  Oleh karena itu, penulis akan menyajikan pembahasan ini dalam sebuah skripsi dengan judul: “Dampak Kenaikan Tarif Cukai Tembakau Terhadap Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Kepada Petani Tembakau Di Kabupaten Klaten Ditinjau Dari Asas Keadilan.”

      

3

Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.07/2008 Tentang Penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau dan Sanksi Atas Penyalahgunaan Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau.

(6)

B. Rumusan Masalah

1. Permasalahan hukum empiris:

Bagaimana dampak dari kenaikan tarif cukai tembakau terhadap petani tembakau di Kabupaten Klaten?

2. Apakah peraturan terkait Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau di Kabupaten Klaten telah sesuai dengan Asas Keadilan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui dampak dari diberlakukannya kenaikan tarif cukai tembakau terhadap Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau kepada petani tembakau di Kabupaten Klaten.

b. Untuk mengetahui kesesuaian Kebijakan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau di Kabupaten Klaten jika ditinjau dari Asas Keadilan.

2. Tujuan Subjektif

a. Untuk memperoleh data dan bahan yang relevan dengan topik yang diteliti dalam rangka penyusunan penulisan hukum sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

(7)

c. Untuk mendalami ilmu hukum yang dikaji dalam teori dan praktek.

D. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan oleh penulis tepatnya di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penelitian yang berkaitan dengan Cukai tembakau pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, antara lain:

1. Apriyas Munik, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada yang diungkapkan dalam judul penulisan hukum, yaitu : “Kebijakan Intensifikasi Cukai Hasil Tembakau Dalam Sistem Keuangan Negara”. Penulisan hukum yang dituliskan oleh Apriyas Munik memiliki beberapa rumusan masalah yaitu:

a. Permasalahan hukum empiris

1. Bagaimana pelaksanaan Kebijakan Intensifikasi Cukai Hasil Tembakau ?

2. Bagaimana peranan penerimaan Cukai dalam Sistem Keuangan Negara ?

b. Permasalahan hukum normatif

1. Apakah pengaturan Harga Dasar dan Tarif Cukai Hasil Tembakau telah sesuai dengan Filosofi Pengenaan Cukai ?

2. Apakah Prinsip Pengenaan Cukai telah sesuai dengan Asas Bertindak Cermat ?

(8)

2. Rike Handrivany Burhanuddin, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada yang diungkapkan dalam judul penulisan hukum, yaitu : “Pemberlakuan Tarif Cukai Rokok Spesifik dalam Sistem Hukum Bisnis di Kota Yogyakarta”. Penulisan hukum yang dituliskan oleh Rike memiliki beberapa rumusan masalah yaitu:

a. Permasalahan hukum empiris

Bagaimana realisasi pemberlakuan tarif cukai rokok spesifik dalam sistem hukum bisnis ?

b. Permasalahan hukum normatif

1. Apakah kebijakan tarif cukai rokok spesifik telah sesuai dengan Sistem Pengamanan Rokok bagi Kesehatan ?

2. Apakah permberlakuan tarif cukai rokok spesifik telah sesuai dengan fungsi mengatur pajak ?

Penelitian yang berkaitan dengan “Dampak Kenaikan Tarif Cukai Tembakau Terhadap Petani Tembakau Di Kabupaten Klaten Ditinjau Dari Asas Keadilan” belum pernah dilakukan dan dalam kesempatan ini peneliti akan meneliti masalah tersebut, dengan demikian penelitian ini adalah asli. Apabila terdapat penelitian di luar yang mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi satu sama lain.

(9)

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk kepentingan akademik maupun kepentingan praktis.

1. Manfaat Akademis

a. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya, terlebih dalam bidang hukum pajak mengenai Dampak kenaikan Tarif Cukai Tembakau terhadap Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau kepada Petani Tembakau ditinjau dari Asas Keadilan serta bermanfaat bagi penelitian-penelitian ilmu hukum selanjutnya.

b. Dapat digunakan sebagai salah satu kelengkapan dalam persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Universitas Gadjah Mada. 2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat pada umumnya dan memberikan kontribusi pemikiran kepada Pemerintah dalam konteks Dampak kenaikan tarif cukai tembakau terhadap petani tembakau ditinjau dari Asas Keadilan.

Referensi

Dokumen terkait

nasional untuk memberikan identitas kepada masyarakat dengan menggunakan sistem biometrik yang ada di dalamnya, maka setiap pemilik E-KTP dapat terhubung kedalam

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tekanan darah berdasarkan nilai sistole dan diastole berhubungan dengan nilai ABI akan tetapi

BAN SM | KALIMANTAN TIMUR | HASIL ANALISIS DATA AKREDITASI TAHUN 2016 3 Dari gambar di samping nampak bahwa dari tiga status akreditasi (A, B, dan C), tidak

Tahap Dokumentasi, beberapa informasi yang dilakukan diperoleh dari hasil observasi pada Kampung Kauman antara lain: ruang (tempat), pelaku, aktivitas, Obyek, perbuatan,

Kebijakan; (3) Metode Elektik, metode Elektik lebih memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mendesain sendiri program homeschooling yang sesuai; (4) Metode Montessori,

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut, Sekretariat Daerah harus menjadi teladan, panutan kepada semua unit kerja yang ada di lingkungan

Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok perlakuan signifikansinya lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol, hal ini selaras dengan Tabel 2 yang memperlihatkan adanya

Dari ketiga fungsi yang dimiliki oleh KPK, yaitu pencegahan, penindakan, dan supervisi, masyarakat paling banyak menganggap bahwa ketiga fungsi yang KPK miliki saat ini