• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PERKUATAN STRUKTUR BANGUNAN ATAS GEDUNG ASRAMA PESANTREN INSHAFUDDIN (STUDI KASUS KEGAGALAN AKIBAT GEMPA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PERKUATAN STRUKTUR BANGUNAN ATAS GEDUNG ASRAMA PESANTREN INSHAFUDDIN (STUDI KASUS KEGAGALAN AKIBAT GEMPA)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 1412-0976

STRATEGI PERKUATAN STRUKTUR BANGUNAN ATAS

GEDUNG ASRAMA PESANTREN INSHAFUDDIN

(STUDI KASUS KEGAGALAN AKIBAT GEMPA)

Halida Yunita1)

1)Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Jl. Tgk. Syech. Abdul Rauf No.7 Darussalam – Banda Aceh, NAD.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi struktur bangunan yang mengalami kerusakan akibat gempa dan gelombang tsunami, lalu ditentukan strategi perkuatan dan perbaikan yang sesuai dengan kerusakan yang terjadi. Bangunan yang dievaluasi adalah Gedung Asrama Pesantren Inshafuddin di Kota Banda Aceh. Bangunan tersebut terdiri atas dua bagian, yaitu bangunan asrama putri dan bangunan asrama putra, direncanakan berlantai tiga, namun hanya bangunan asrama putra yang telah rampung, sedangkan bangunan asrama putri baru selesai hingga lantai dua. Penelitian ini diawali dengan evaluasi bangunan eksisting yang terdiri atas investigasi awal (preliminary investigation) dan investigasi lengkap (detailed investigation). Hasil evaluasi bangunan eksisting menunjukkan adanya retak lentur dan retak geser pada struktur bangunan serta terkelupasnya selimut beton (spalling). Kuat tekan beton karakteristik yang diperoleh dari hammer test pada bangunan asrama putri adalah 177,437 kg/cm2 dan pada bangunan asrama putra adalah 132,392 kg/cm2. Kuat tarik baja yaitu 3000 kg/cm2 untuk tulangan

ulir diameter 12 mm dan 2400 kg/cm2 untuk tulangan polos. Selanjutnya dilakukan analisis struktur menggunakan Program

SAP2000. Hasil analisis struktur menunjukkan bangunan asrama putri memerlukan perkuatan pada kolom lantai 1, kolom lantai 2, dan balok 25cm x 40cm serta pada bangunan asrama putra memerlukan perkuatan pada kolom lantai 1, kolom lantai 2, balok 20cm x 30cm, balok 25cm x 40cm, balok 25cm x 60cm. Pada kolom dilakukan perbesaran tampang, sedangkan pada balok dilakukan perbesaran tampang dan alternatif lainnya adalah perkuatan dengan menggunakan Carbon Fibre Sheet (CFS). Perbaikan struktur balok dan kolom yang berupa Injeksi Epoxy dan Patching dilakukan pada elemen balok dan kolom yang mengalami retak-retak halus.

Kata kunci: Bangunan eksisting, perkuatan dan perbaikan, CFS. Abstract

The aim of this research is to evaluate damage structural buildings caused by the earthquake and tsunami on December 24, 2006, so then could be determined the most suitable strengthening and rehabilitation of them. The buildings were the boy dormitory and girl dormitory of Pesantren Inshafuddin, located in Banda Aceh. They were designed for three floors, but only boy dormitory had been built completely, when the disaster happened. The girl dormitory was built until the second floor by then. This research was started by evaluating the existing buildings consist of preliminary investigation and detailed investigation. The evaluation showed that there were flexure and shear crack, and spalling at the existing building. The characteristic concrete strength was gotten from hammer test; it was 177,437 kg/cm2 for the girl dormitory and 132,392 kg/cm2 for

the other one. The yield strength was 3000 kg/cm2 for the 12 mm deform bar and 2400 kg/cm2 for plain bar. The next step was analyzing the

structure by the software of SAP2000. The results of the analysis of the girl dormitory were that it needs strengthening at first and second floor columns and the 25cm x 40cm beam. From the boy dormitory analysis known that it need strengthening at first and second floor, beams, which size: 20cm x 30cm, 25cm x 40cm, 25cm x 60cm. Strengthening of columns were suggested by enlarging its size, mean while the strengthening of beam could be done by enlarging its size and also by using/wrapping Carbon Fiber Sheet (CFS). Beams and columns repairmen such as epoxy injection and patching could be done at the cracking beams and columns.

Keywords: Existing building; strengthening and rehabilitation; CFS

1. PENDAHULUAN

Bencana alam gempa bumi dan gelombang Tsunami yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu, telah mengakibatkan hancurnya sarana dan prasarana fisik yang telah ada. Salah satunya adalah Gedung Asrama Pesantren Inshafuddin yang terletak di Jalan Taman Ratu Safiatuddin, Kota Banda Aceh.

Pembangunan Gedung Asrama Pesantren

Inshafuddin direncanakan terdiri atas bangunan asrama putri dan bangunan asrama putra, kedua bangunan tersebut direncanakan berlantai tiga. Saat terjadinya gempa dan Tsunami, bangunan asrama putra telah selesai dibangun hingga lantai tiga, namun bangunan asrama putri baru selesai hingga lantai dua. Gedung ini mengalami kerusakan pada struktur balok

(2)

117 dan kolom berupa retakan-retakan akibat getaran gempa bumi dan benturan bongkahan-bongkahan gedung yang terbawa oleh gelombang Tsunami. Pihak yayasan selaku pemilik Gedung Asrama Pesantren Inshafuddin ingin menambah bangunan asrama putri menjadi tiga lantai. Sehingga perlu dievaluasi kelayakan bangunan lantai satu dan lantai dua asrama putri bila ditambah satu lantai di atasnya.

Kerusakan akibat bencana alam yang terjadi pada struktur gedung tersebut tentu saja berpengaruh besar terhadap kekuatan balok dan kolom yang telah ada dan kemampuan untuk mendukung beban dari lantai tiga. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan investigasi terhadap bangunan tersebut dan dianalisis kemampuan struktur Gedung Asrama Pesantren Inshafuddin yang berlantai tiga, khususnya pada balok dan kolom.

Menurut ACI 364.1R-94 langkah awal yang harus dilaksanakan untuk mengevaluasi bangunan eksisting adalah investigasi awal (preliminary investigation). Tujuannya adalah untuk memperoleh informasi awal tentang kondisi bangunan dan tingkat kerusakannya, kemungkinan perbaikan serta informasi tentang kebutuhan investigasi yang lebih jauh. Tahap selanjutnya adalah investigasi lengkap (detailed investigation), yang terbagi menjadi lima tahapan, yaitu

dokumentasi, observasi kondisi lapangan,

pengambilan dan pengujian sampel, serta evaluasi. Kekerasan beton atau kekuatan beton dapat diuji dengan menggunakan alat yang diciptakan oleh Ernest Schmids, populer dengan nama Schmids Concrete Hammer, atau Palu Beton. Menurut Amri (2005)[1], alat ini menggunakan prinsip bahwa suatu benda bila dilemparkan pada permukaan benda yang lain akan memantul kembali, hal ini tergantung pada sifat kekerasan benda yang dilempar dan sifat kekerasan serta tekstur permukaan benda yang dilempar. Pengujian kerapatan massa beton dapat diuji dengan Alat Uji Pulsa Ultrasonic atau dikenal dengan pengujian ultrasonic. Alat ini menggunakan prinsip rambatan suara. Penggunaan pada beton yang telah mengeras dimaksudkan untuk pengujian kepadatan, mengetahui kedalaman retak, penurunan mutu, modulus elastisitas, dan kuat tekan. Pengujian dapat dilakukan dengan metoda langsung, semi langsung, dan tidak langsung.

Analisis struktur adalah suatu proses untuk memprediksi kemampuan struktur yang ada di bawah kondisi pembebanan yang diberikan. Jenis-jenis kemampuan yang biasa ditinjau adalah tegangan-tegangan seperti gaya aksial, gaya geser, dan momen lentur; defleksi; dan reaksi perletakan [2].

Anonim (2007) [3] mengklasifikasikan kerusakan struktur ke dalam 3 kategori kerusakan, yaitu:

a. Kerusakan berat yaitu kerusakan berat pada struktur bangunan dan terjadi deformasi atau perpindahan permanen seperti keruntuhan total, kolom yang patah atau miring, balok yang melengkung yang tidak mungkin diperbaiki lagi.

b. Kerusakan sedang berupa kerusakan bangunan struktural ringan seperti retak pada balok, kolom, dan elemen struktur lainnya tanpa deformasi permanen yang masih mungkin diperbaiki dan tidak mempengaruhi keseimbangan struktural bangunan secara keseluruhan.

c. Kerusakan ringan yaitu kerusakan elemen bangunan non struktural, kelengkapan ornamen interior dan eksterior, seperti pintu, jendela, plafond, dan dinding yang masih dapat diperbaiki atau diganti dengan elemen yang baru tanpa berpengaruh sama sekali terhadap struktural bangunan.

Menurut ACI 224.1R-15, retak perlu diperbaiki jika mengurangi kekuatan, kekakuan, dan keawetan struktur.

Fibre Reinforced Polymers (FRP) telah banyak digunakan sebagai salah satu material perkuatan. Keuntungannya antara lain dapat meningkatkan kekuatan struktur, materialnya ringan, tahan terhadap korosi, dan dapat

dibentuk sesuai dengan bentuk permukaan.

Kelemahannya antara lain harganya yang mahal, terutama jenis CFRP, dan bersifat anisotropis dimana sifat materialnya tidak sama pada setiap arahnya.

Purwanto,dkk (2002) [4] menyatakan bahwa

pengguna-an CFS pada bagian tarik menaikkan kekuatan balok, kuat lentur, dan kuat geser. Perkuatan lentur dan geser juga akan menyebabkan lebar retak akhir yang lebih kecil.

Fibre Reinforced Plastic (FRP) memberikan

keuntungan antara lain memberikan kuat tarik yang tinggi, sangat ringan, pelaksanaan lebih cepat, tidak memerlukan area kerja yang luas, dan tidak mengalami korosi [5].

Perbaikan pada beton dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

a. Perbaikan dengan cara grouting

Dilakukan pada beton yang mengalami retak dengan kedalaman yang cukup dalam dan lebar retakan lebih dari 20 mm.

b. Perbaikan dengan cara Patching / Rendering (penambalan beton)

Pada struktur beton yang mengalami kerusakan retakan dengan kedalaman kurang dari 20 mm atau kerusakan terjadi pada selimut beton. c. Perbaikan dengan cara Patchrock (penambalan

(3)

Dilakukan pada pelat yang membutuhkan kekuatan tinggi dan membutuhkan waktu setting yang cepat.

d. Perbaikan dengan Injeksi Epoxy

Dilakukan terhadap permukaan beton yang mengalami retak rambut atau retak dengan lebar kurang dari 10 mm.

2. METODE

Penelitian diawali dengan evaluasi bangunan eksisting yang terdiri atas investigasi awal (preliminary investigation) dan investigasi terperinci (detailed investigation)

Investigasi awal (preliminary investigation) merupakan langkah awal dalam mengevaluasi bangunan eksisting. Investigasi awal bertujuan untuk memperoleh informasi awal tentang kondisi bangunan dan tingkat kerusakannya, kemungkinan perbaikan serta informasi tentang kebutuhan investigasi yang lebih jauh.

Kondisi bangunan diamati secara visual dan dilakukan pengambilan gambar dengan menggunakan kamera digital. Bagian-bagian struktur bangunan yang mengalami kerusakan diamati dan difoto. Pengamatan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kerusakan dan memutuskan kebutuhan investigasi yang lebih jauh.

Investigasi lengkap (detailed investigation) meliputi : 1) Dokumentasi

Terdiri dari gambar denah, potongan, dan pondasi.

2) Observasi kondisi lapangan

Hal-hal yang harus diidentifikasi antara lain: a. Lebar, panjang, dan kedalaman retak, baik

pada bagian struktural maupun

nonstruktural, lokasi dan jenis retak. b. Spalling, scaling, honeycombing, dan

kerusakan pada permukaan lainnya turut dicatat dan direkam

c. Korosi pada tulangan 3) Pengambilan dan pengujian sampel

Berupa pengujian nondestructive di lapangan untuk mengetahui kekuatan beton dan pengujian tarik baja di laboratorium.

4) Evaluasi

Pada tahapan ini dilakukan evaluasi terhadap dimensi dan geometri bangunan, evaluasi kekuatan dan kualitas material dan evaluasi struktural. Evaluasi struktural yang dilakukan pada penelitian ini adalah secara analisis dan pengujian beban di lapangan. Analisis struktur

dilakukan dengan menggunakan Program

SAP2000.

Data bangunan asrama putri yang diperoleh dari evaluasi bangunan eksisting yang diinput ke dalam program SAP2000 adalah sebagai berikut:

a. Jenis bangunan : beton bertulang (2 lantai, akan ditambah menjadi 3 lantai)

b. Luas bangunan 8m x 30m

c. Ukuran kolom 28cm x 32cm, tinggi 3,50 m d. Ukuran balok utama lantai I : 25cm x 60cm e. Ukuran balok utama lantai II : 25cm x 70cm f. Ukuran balok anak 25cm x 40cm

g. Panjang stik kolom tersisa: sekitar 50 cm (kondisi sudah korosi)

h. Panjang stik balok tersisa: sekitar 50 cm (kondisi sudah korosi)

i. Tulangan kolom: 10 Ø 12 mm (BJTD, ulir) j. Tulangan balok lantai: 8 Ø 12 mm (BJTD, ulir) k. Jarak antar kolom: 3m, 4m dan 8m

l. Lebar selasar: 1,80m

m. Kuat tekan karakteristik beton : 177,437 kg/cm2

n. Kuat tarik baja : 3055,3774 kg/cm2

o. Modulus elastisitas beton (Ec) : 197979 kg/cm2

Data bangunan asrama putra yang diinput adalah sebagai berikut:

a. Jenis bangunan : beton bertulang (3 lantai) b. Luas bangunan 8m x 30m

c. Ukuran kolom 30cm x 40cm, tinggi 3,50 m d. Ukuran balok utama 25cm x 60cm e. Ukuran balok anak 20cm x 30cm f. Ukuran balok pinggir 25cm x 40cm

g. Jarak antar kolom/bentang balok: 3m dan 8m h. Kuat tekan karakteristik beton : 132,392 kg/cm2

i. Kuat tarik baja : 3055,3774 kg/cm2

j. Modulus elastisitas beton (Ec) : 171013 kg/cm2

Hasil output yang didapatkan dari SAP2000 berupa luas tulangan memanjang dan luas tulangan geser. Elemen kolom dan elemen balok yang tidak memenuhi kondisi aman akan keluar pernyataan berikut dalam output tabulasi penulangan sebagai berikut:

2.1. Contoh ouput hasil desain kolom dan balok C O N C R E T E D E S I G N O U T P U T (ACI 318-99)

BIAXIAL P-M INTERACTION AND SHEAR DESIGN OF COLUMN-TYPE ELEMENTS

ELEM SECTION STATION <---REQUIRED REINFORCING--->

ID ID ID LONG COMBO SHEAR22 COMBO SHEAR33 COMBO

305 KOLOM1 0.000 Reinforcing required exceeds maximum allowed

305 KOLOM1 2.000 Shear stress exceeds maximum allowed

305 KOLOM1 4.000 Reinforcing required exceeds maximum allowed

(4)

119 221 BI25X60 0.000 Shear stress exceeds maximum

allowed

221 BI25X60 0.400 Shear stress exceeds maximum allowed

221 BI25X60 0.800 Shear stress exceeds maximum allowed

221 BI25X60 1.200 Shear stress exceeds maximum allowed

221 BI25X60 1.600 Shear stress exceeds maximum allowed

Pernyataan di atas maksudnya adalah luas tulangan memanjang kolom yang dibutuhkan melampaui syarat maksimum yang diizinkan dan tegangan geser pada balok melebihi syarat maksimum yang diizinkan. 2.2. Perkuatan Balok dan Kolom

Balok dan kolom yang tidak mencapai kondisi aman, harus diperkuat baik dengan perbesaran penampang maupun perkuatan dengan Carbon Fibre Sheet. Perbesaran penampang balok dan kolom dianalisis dengan menggunakan program SAP2000, selanjutnya ukuran penampang yang dihasilkan dari program SAP2000 digunakan sebagai ukuran penampang balok dan kolom yang baru. Perbesaran penampang balok dilakukan dengan menambahkan tulangan-tulangan di sekeliling balok eksisting lalu diangker dan dibuat cetakan sebesar luas penampang yang baru lalu dicor. Perhitungan jumlah tulangan tambahan dilakukan dengan menggunakan Program Excel.

Alternatif lain adalah balok diperkuat dengan menggunakan Carbon Fibre Sheet pada bagian lentur. Carbon fibre yang digunakan adalah produksi dari negara United Emirates Arab. Permukaan balok dihaluskan terlebih dahulu, kemudian dioles dengan perekat dasar yaitu campuran Nitowrap Primer Base dan Nitowrap Primer Hardener, dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu dberikan perekat utama dengan mencampurkan Nitowrap Encapsulation Base dan

Nitowrap Encapsulation Hardener kemudian

ditempelkan carbon fibre sheet pada permukaan yang telah diberikan perekat tersebut.

2.3. Perbaikan Struktur Beton

Balok maupun kolom yang mengalami retak halus kurang dari 10 mm dilakukan perbaikan, baik berupa patching maupun injeksi epoxy.

Perbaikan terhadap kerusakan beton dengan metode patching dilakukan pada struktur (kolom, balok, maupun dinding) yang mengalami kerusakan retakan dengan kedalaman kurang dari 20 mm atau kerusakan terjadi pada selimut beton. Tahapan-tahapan pelaksanaan patching adalah sebagai berikut:

a. Pada permukaan beton yang mengalami retak dilakukan chipping (pengupasan selimut beton); b. Setelah pengupasan selimut beton selesai

dilakukan, maka pada permukaan beton tersbut

dilapisi dengan bahan perekat untuk merekatkan beton lama dengan beton baru.

c. Material Micro Concrete yang digunakan untuk patchng dimixing terlebih dahulu dengan menggunakan hand mixer.

d. Kemudian material yang telah selesai dimixing diaplikasikan pada permukaan beton secara lapis demi lapis dengan menggunakan tangan, dengan ketebalan 10 – 20 mm setiap lapisan sampai tercapai ketebalan yang direncanakan.

e. Lalu dilakukan finishing dengan menggunakan hand trowel.

Perbaikan dengan cara injeksi epoxy diaplikasikan pada permukaan beton yang mengalami retak rambut atau retak dengan lebar kurang dari 10 mm. Pada pelaksanaan perbaikan dengan cara ini digunakan material pengisi dari jenis Epoxy. Pengisian material Epoxy tersebut dilakukan dengan menggunakan alat Low Pressure Injection (LPI) melalui Packer yang dipasang sepanjang retakan. Pengisian dilakukan sampai seluruh retakan tersebut penuh. Ada beberapa kondisi dan material yang dipergunakan yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan injeksi yaitu: a. Retak yang mengakibatkan kebocoran tanpa

membutuhkan strength yang tinggi biasanya diinjeksi dengan PU (Polyurethan) yang berfungsi menghambat air.

b. Retak yang mempengaruhi kondisi struktur, dipakai material Conbextra EP 10 TG karena membutuhkan strength lebih

Retak dengan lebar kurang dari 5 mm dilakukan injeksi semen ditambah Conbex 100 yang berfungsi mengembangkan semen untuk menutup celah (retak yang bukan retak rambut).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data-data yang diperoleh dari hasil investigasi awal ke lokasi Gedung Asrama Pesantren Inshafuddin adalah seperti terlihat pada Tabel 1.

Pada gambar 1 terlihat bangunan asrama putra yang telah dibangun sebanyak tiga lantai. Tulangan kolom dan plat lantai terlihat dilebihkan untuk penambahan bangunan di sebelahnya.

Gambar 2 adalah bangunan asrama putri yang baru dibangun dua lantai, terdapat tulangan kolom dan balok yang dilebihkan. Tulangan-tulangan tersebut mengalami korosi akibat terkena udara dan air asin yang berasal dari gelombang Tsunami.

Kondisi bangunan yang diamati secara visual menunjukkan terjadinya retak-retak pada balok dan kolom, adanya spalling, serta tulangan mengalami korosi (Gambar 3).

Tahapan investigasi lengkap menghasilkan data kuat tekan beton karakteristik, kuat tarik baja, serta lebar retak.

(5)

Tabel 1. Data Hasil Investigasi Awal

Asrama Pesantren Inshafuddin Bangunan Asrama Putra Bangunan Asrama Putri Jenis Struktur Bangunan Penampang Kolom Tinggi Kolom Tulangan Kolom Penampang Balok Lantai I Penampang Balok Lantai II Penampang Balok Anak Tul. Balok Tul. Plat Lantai

Beton Bertulang Berlantai 3 30cm x 40cm 3,50m 10 Ø 12 mm (BJTD, ulir) 25cm x 60cm - 20cm x 30cm 8 Ø 12mm Ø 8mm – 10cm Bet. Bertulang Berlantai 2 28cm x 32cm 3,50m 10 Ø 12 mm (BJTD, ulir) 25cm x 60cm 25cm x 70cm 25cm x 40cm 8 Ø 12mm Ø 8mm–10cm

Gambar 1. Bangunan asrama putra

Gambar 2. Bangunan asrama putri

Gambar 3. Kerusakan pada struktur bangunan

Hasil pengamatan secara visual kerusakan yang terjadi berupa retak-retak rambut pada selimut beton kolom serta retak lentur dan retak geser pada balok utama dan balok anak. Pada beberapa kolom selimut beton terkelupas (spalling).

Dimensi kolom eksisting bangunan asrama putra yang diperoleh dari hasil pengukuran pada saat investigasi lapangan adalah 30 cm x 40 cm dan tinggi kolom 3,5 m. Ukuran balok utama eksisting adalah 25 cm x 60 cm dan balok anak eksisting berukuran 20 cm x 30 cm. Kerusakan yang terjadi berupa retak lentur dan retak geser pada balok utama dan balok anak, serta terkelupasnya selimut beton (spalling) pada kolom. Pengujian kuat tekan beton pada bangunan eksisting dengan alat Concrete Hammer, menghasilkan kuat tekan karakteristik gedung asrama putri adalah 150,70 kg/cm2 dan gedung asrama putra adalah 103,17

kg/cm2.

Pengujian kuat tarik baja dilakukan dengan mengambil sampel tulangan dari Gedung Asrama Pesantren Inshafuddin dan diuji tarik di Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik UNSYIAH. Hasil uji tarik menunjukkan bahwa mutu baja tulangan ulir diameter 12 mm tegangan lelehnya adalah 3055,775 kg/cm2, tulangan polos diameter 10,

8, dan 6 berturut-turut 2801,127 kg/cm2, 3183,009

kg/cm2, dan 2829,421 kg/cm2. Pada analisis struktur

digunakan mutu baja yaitu 3000 kg/cm2 untuk

tulangan ulir diameter 12 mm dan 2400 kg/cm2 untuk

tulangan polos.

Lebar retak pada balok adalah 1,6 mm dan pada kolom adalah 2,2 mm. Kedalaman retak pada balok dan kolom adalah 9 mm dan 2 mm.

Hasil analisis struktur yang dilakukan dengan menggunakan program SAP2000 menunjukkan adanya kegagalan pada kolom lantai 1, kolom lantai 2, dan balok berukuran 25 cm x 40 cm di bangunan asrama putri. Bangunan asrama putra mengalami kegagalan pada kolom lantai 1, kolom lantai 2, beberapa elemen balok berukuran 20 cm x 30 cm, balok berukuran 25 cm x 40 cm, dan balok berukuran 25 cm x 60 cm. Sehingga perlu dilakukan strategi perkuatan berupa perbesaran tampang pada kolom dan pada balok dapat dilakukan dua alternatif perkuatan yaitu perbesaran penampang dan perkuatan dengan carbon fiber sheet.

Perbaikan pada beton dilakukan pada kolom maupun balok yang mengalami pengelupasan selimut beton (spalling). Perbaikan ini dapat berupa penambalan (patching/rendering) maupun injeksi epoxy.

4. SIMPULAN

Hasil analisis struktur menunjukkan bahwa bangunan asrama putri mengalami kondisi tidak aman pada elemen kolom lantai 1, kolom lantai 2, dan balok 25

(6)

121 cm x 40 cm. Bangunan asrama putra mengalami kondisi tidak aman pada kolom lantai 1, kolom lantai 2, beberapa elemen balok berukuran 20 cm x 30 cm, balok berukuran 25 cm x 40 cm, dan balok berukuran 25 cm x 60 cm, serta RB1 dan RB2.

Kolom lantai 1 dan kolom lantai 2 pada bangunan asrama putri diperkuat dengan memperbesar penampang kolom masing-masing menjadi ukuran 40cm x 50cm dan 40cm x 40cm. Sedangkan perkuatan pada balok terdapat dua alternatif yaitu memperbesar balok menjadi 25cm x 45cm dan alternatif lainnya adalah menambahkan Carbon Fibre Sheet (CFS) sepanjang balok sebanyak 2 lapisan pada elemen balok dengan kondisi tidak aman.

Strategi perkuatan yang dilakukan pada kolom lantai 1 dan kolom lantai 2 pada bangunan asrama putra yaitu dengan memperbesar penampang kolom menjadi 50cm x 50cm untuk kolom lantai 1 dan 40cm x 40cm untuk kolom lantai 2. Balok diperbesar menjadi 25cm x 45cm, 25cm x 50cm, dan 30cm x 70cm.. Alternatif lainnya adalah dengan menambahkan Carbon Fibre Sheet (CFS) sebanyak 1 lapis, 2 lapis dan 3 lapis, sehingga momen tahanan dapat meningkat dan balok pada struktur yang telah mengalami dampak gempa dan gelombang tsunami masih mampu memikul beban.

Perbaikan struktur balok dan kolom yang berupa Injeksi Epoxy dan Patching dilakukan pada elemen balok dan kolom yang mengalami retak-retak halus dan spalling.

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Taufiq Saidi, M.Eng dan Ibu Nora Abdullah, ST, M.Eng,Sc atas saran-saran yang diberikan.

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Amri. S., 2005, “Teknologi Beton A-Z”, Yayasan John Hi-Tech Idetama, Yakarta.

[2] Kassimali, A., 1999, “Matrix Analysis of Structures”, Brooks Cole Publishing Company, Southern Illinois University Carbondale.

[3] Anonim, 2007, ”Laporan Hasil Investigasi Gedung Asrama Pesantren Inshafuddin Banda Aceh”, Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan, Banda Aceh.

[4] Purwanto, Suhendro, dan Triwiyono, “Perkuatan Lentur dan Geser Balok Beton Bertulang Pasca Bakar dengan Carbon Fibre Strip dan Carbon Wrapping”, Forum Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil Fak. Teknik Universitas Gajah Mada, Vol.XI/1 Januari 2002.

[5] Hartono, “Perkuatan Struktur Beton dengan FRP”, Proceeding Advances on Concrete Technology and Structures, Universitas Andalas Padang 8 Mei 2003.

Gambar

Tabel 1. Data Hasil Investigasi Awal

Referensi

Dokumen terkait

Mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa Untuk Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2013 Seperti Yang Tersebut di Bawah Ini

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara

Lahan gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh adanya penimbunan/akumulasi bahan organik di lantai hutan yang berasal dari reruntuhan vegetasi di

Untuk bilangan 0,646464… jika dinyatakan dalam pecahan biasa adalah …a. Bentuk persamaan yang dapat dikembangkan menjadi

Hasil Penelitian: Hasil penelitian bivariat memperlihatkan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Pleret

Pada abad ke-6 SM orang Yunani mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Kepmenpan) Nomor 81 tahun 1993 yang kemudian disempurnakan menjadi Kepmenpan Nomor 63 tahun 2003 tentang Pedoman

Hal ini terlihat pada tujuan multikulturalisme, yaitu pertama, perekat sosial ( social cohesion ), yang bertujuan agar aneka kelompok dapat berinteraksi dengan