• Tidak ada hasil yang ditemukan

22/07/2010 TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Sandra Widya Setia P.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "22/07/2010 TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Sandra Widya Setia P."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Sandra Widya Setia P.

3606 100 008

Dosen Pembimbing :

Putu Gde Ariastita, ST, MT

TUGAS AKHIR TUGAS AKHIR‐‐ PW09 1333PW09 1333

TUGAS AKHIR

Surabaya, 07 Juli 2010

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Lahan bekas  tambang terlantar Tidak ada penanganan  pada  lahan bekas tambang  (ditinggalkan) 1. Degradasi Lingkungan (perubahan  topografi, penurunan produktifitas  lahan,  erosi, longsor, penurunan citra  kawasan) 2. Terjadi penyerobotan lahan Pada saat ini upaya yang dilakukan pemerintah Kab.  Tuban belum bisa mengatasi terlantarnya lahan bekas  tambang di Kab. Tuban

BAB I PENDAHULUAN

1.2 RUMUSAN MASALAH

PERTANYAAN PENELITIAN

1. Faktor‐faktor apa saja yang menyebabkan  lahan  bekas tambang  terlantar?

Upaya yang dilakukan  pemerintah saat ini belum bisa mengatasi  terlantarnya lahan  bekas tambang  di Kab. Tuban Adanya lahan  bekas tambang yang terlantar menyebabkan  terjadinya penurunan  kualitas lingkungan,  produktifitas  lahan 

menurun dan penyerobotan  lahan (okupasi  ilegal)

BAB I PENDAHULUAN

1.3 TUJUAN & SASARAN

TUJUAN : merumuskan prioritas penggunaan lahan pada lahan bekas  tambang di Kabupaten Tuban SASARAN : 1. Identifikasi karakteristik lahan bekas tambang. 2. Menentukan tipologi lahan bekas tambang. 3. Merumuskan prioritas penggunaan lahan bekas tambang untuk  masing‐masing tipologi. 4. Merumuskan instrument penanganan lahan bekas tambang  terlantar berdasarkan penyebabnya. 5. Merumuskan arahan pemanfaatan lahan bekas tambang

BAB I PENDAHULUAN

1.4 MANFAAT PENELITIAN MANFAAT  PENELITIAN

TEORITIK Dapat memberikan pengetahuan mengenaipananganan lahan bekas tambang yang terlantar.

PRAKTIS

Sebagai rujukan kpd pemerintah Kab. Tuban untuk menyempurnakan arahan yang berkaitan dengan pengelolaan lahan bekas tambang di Kabupaten Tuban.

Memberikan informasi kpd masyarakat,  khusunya  pemilik lahan  bekas tambang bahwa lahan  tambang  tidak hanya dapat memberikan  manfaat pada saat  kegiatan pertambnagan  berlangsung  tetapi juga  setelah selesai.

BAB I PENDAHULUAN

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup wilayah studi: Seluruh lahan bekas tambang di Kabupaten Tuban.

Ruang lingkup Pembahasan: •Mengidentifikasi karakteristik lahan bekas tambang

•Menentukan tipologi lahan bekas tambang

•Merumuskan prioritas penggunaan lahan bekas tambang

Ruang lingkup Substansi: •Pertambangan •Lahan bekas tambang.

•Lahan bekas tambang yang terlantar •Reklamasi tambang

•Penggunaan lahan •Penanganan lahan terlantar.

(2)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERTAMBANGAN LAHAN BEKAS TAMBANG YANG  TERLANTAR PENGGUNAAN LAHAN PENGGUNAAN LAHAN BEKAS  TAMBANG INSTRUMEN PENANGANAN  LAHAN TERLANTAR SUBSTANSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TEORI:

Lahan bekas tambangLahan bekas tambang yang

terlantarPenggunaan lahanPenggunaan lahan bekas

tambang

Indikator penelitian untuk mengidentifikasi karakteristik lahan bekas tambang dan tipologi lahan bekas tambang:

•Kondisi fisik lahan •Kesuburan tanah •Faktor pertimbangan ekonomi •Resiko kerusakan lingkungan •Lokasi

•Ukuran lahan bekas tambang Disintesakan

SINTESA TEORI 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TEORI:

Penggunaan  lahanPenggunaan  lahan bekas 

tambangLahan Bekas tambang

terlantar Indikator penelitian untuk  merumuskan  prioritas penggunaan  lahan bekas tambang  :Alternatif penggunaan  lahan  bekas tambang •Kemampuan  ekonomi  kota •Ketersediaan sumberdaya  mineral •Investasi dan fasilitas usaha  tambang •Kondisi fisik lahan •Lokasi lahan •Status kepemilikan  lahan •Modal •Ijin uasaha  tambang •Fungsi dokumen  arahan •Instrumen penanganan Disintesakan SINTESA TEORI 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TEORI:Instrumen penanganan  lahan bekas tambang  terlantar Indikator penelitian untuk  merumuskan  instrumen  penanganan  lahan  bekas tambang  :Instrumen insentif

Instrumen disinsentif Disintesakan

SINTESA TEORI 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TEORI:Penggunaan  lahanPenggunaan  lahan bekas  tambangLahan Bekas tambang  terlantarInstrumen penanganan  lahan bekas tambang  terlantar Indikator penelitian untuk  merumuskan  arahan  penggunaan  lahan bekas tambang  :Alternatif penggunaan  lahan 

bekas tambang •Kemampuan  ekonomi  kota •Ketersediaan sumberdaya  mineral •Investasi dan fasilitas usaha  tambang •Kondisi fisik lahan •Lokasi lahan •Status kepemilikan  lahan •Modal •Ijin uasaha  tambang •Fungsi dokumen  arahan •Instrumen penanganan •Instrumen insentif •Instrumen disinsentif Disintesakan SINTESA TEORI 4

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 PENDEKATAN  PENELITIAN

Positivistik : suatu pendekatan  yang memiliki kebenaran  berdasarkan empiri sensual  yakni kebenaran  yang bersumber dari empiri fakta pada suatu obyek yang spesifik untuk  melakukan analisis terhadap obyek yang spesifik pula.

3.2 JENIS PENELITIAN

• Deskriptif → untuk membuat  deskripsi secara sistematis, factual, dan akurat  mengenai karakteristik lahan bekas tambang di Kabupaten Tuban  → dilakukan untuk  mengidentifikasi tipologi pada lahan bekas tambang.

• Perskriptif → digunakan untuk merumuskan  langkah atau tindakan untuk  memecahkan masalah → merumuskan  arahan  penggunaan  pada lahan  bekas  tambang yang sesuai untuk dilakukan berdasarkan karakteristiknya dan kemampuan  serta permintaan yang ada di wilayah studi.

(3)

BAB III METODE PENELITIAN

No. SASARAN YANG INGIN DICAPAI INDIKATOR

VARIABEL VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Identifikasi karakteristik kawasan bekas tambang

kondisi fisik lahan jenis tambang jenis tambang galian C yang dapat berupa batu kapur, tanah liat, fosfat, pedel, pasir kuarsa, atau jenis tambang golongan C lainnya. Luas lahan bekas

tambang

luasan yang dimiliki oleh lahan bekas tambang

jenis kerusakan lingkungan

berbagai jenis kerusakan/ gangguan lingkungan yang dialami lahan bekas tambang.

tingkat kesuburan tanah

Tingkat kesuburan tanah pasca tambang.

• Kesuburan rendah jika lapisan top soil telah hilang dan tidak memiliki kelembaban tanah (gersang) dan struktur lapisan t h t di i d i b b t VARIABEL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

No.

SASARAN YANG INGIN

DICAPAI

INDIKATOR

VARIABEL VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

2 Menentukan tipologi lahan bekas tambang

kondisi fisik lahan jenis tambang jenis tambang galian C yang dapat berupa batu kapur, tanah liat, fosfat, pedel, pasir kuarsa, atau jenis tambang golongan C lainnya. Luas lahan bekas

tambang

luasan yang dimiliki oleh lahan bekas tambang

jenis kerusakan lingkungan

berbagai jenis kerusakan/ gangguan lingkungan yang dialami lahan bekas tambang.

tingkat kesuburan tanah

Tingkat kesuburan tanah pasca tambang.

• Kesuburan rendah jika lapisan top soil telah hilang dan tidak memiliki kelembaban tanah (gersang) dan struktur lapisan tanahnya terdiri dari bebatuan.

K b d di i ik

BAB III METODE PENELITIAN

No.

SASARAN YANG INGIN

DICAPAI

INDIKATOR

VARIABEL VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

3 Perumusan prioritas pemanfaatan lahan bekas tambang jenis peruntukan lahan berdasarkan tipologi

jenis pemanfaatan lahan berbagai jenis pemanfaatan lahan berdasarkan tipologinya yang dapat berupa permukiman, industri, wisata, waduk, tempat penimbunan barang tambang, pertanian, kawasan militer, fasum, perdagangan, maupun habitat satwa liar. Perubahan struktur

ekonomi kota

Ketersediaan sumber daya mineral

kandungan sumber daya pada lahan bekas tambang

Kegagalan pasar lahan

kondisi fisik lahan terhadap kegiatan pemanfaatan lahan

Dukungan kondisi fisik lahan bekas tambang Lokasi lahan Lokasi lahan bekas tambang Kendala Status kepemilikan Keterkaitan antara status

BAB III METODE PENELITIAN

No. SASARAN YANG INGIN DICAPAI INDIKATOR

VARIABEL VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

4 Perumusan instrumen penanganan lahan bekas tambang terlantar instrumen pemanfaatan lahan

insentif tindakan pemerintah yang sifatnya mendorong ke arah perkembangan yang diinginkan seperti mempromosikan lahan, pemabngunan lahan terpadu, revitalisasi,rehabilitasi, pengurangan pajak, bantuan dana dan pemberian kredit, kemudahan administrasi.

disinsentif tindakan pemerintah yang sifatnya membatasi hal-hal yang bertentangan atau tidak mendukung kea rah perkembangan, seperti memperketat perijinan usaha tambang, jaminan reklamasi, pencabutan hak atas lahan, teguran dan peringatan tertulis, keharusan menyewakan lahan,

BAB III METODE PENELITIAN

No.

SASARAN YANG INGIN

DICAPAI

INDIKATOR

VARIABEL VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

5 Perumusan arahan pemanfaatan lahan bekas tambang jenis peruntukan lahan berdasarkan tipologi

jenis pemanfaatan lahan berbagai jenis pemanfaatan lahan berdasarkan tipologinya yang dapat berupa permukiman, industri, wisata, waduk, tempat penimbunan barang tambang, pertanian, kawasan militer, fasum, perdagangan, maupun habitat satwa liar. Perubahan struktur

ekonomi kota

Ketersediaan sumber daya mineral

kandungan sumber daya pada lahan bekas tambang

Kegagalan pasar lahan

kondisi fisik lahan terhadap kegiatan pemanfaatan lahan

Dukungan kondisi fisik lahan bekas tambang Lokasi lahan Lokasi lahan bekas tambang

BAB III METODE PENELITIAN

SASARAN ALAT ANALISA

Identifikasi karakteristik lahan bekas tambang

Analisa deskriptif Merumuskan tipologi lahan bekas

tambang

Analisa kluster Merumuskan prioritas 

penggunaan  lahan  bekas tambang  pada masing‐masing  tipologi

Analitical Hierarchy Proses (AHP)

Merumuskan instrumen  penanganan  lahan  bekas tambang

Analisa skoring likert

Merumuskan arahan pemanfaatan  lahan bekas tambang

Analisa Deskriptif METODE ANALISIS DATA

(4)

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 GAMBARAN UMUM

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

(5)

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

PENYEBAB LAHAN BEKAS TAMBANG DI KAB. TUBAN  TERLANTAR:

1. Habisnya sumber daya pada  lahan bekas tambang  sehingga hasilnya tidak mampu  untuk mendukung  proses/kegiatan  selanjutnya.

2. Kondisi fisik lahan tidak mendukung untuk digunakan kembali karena terjadi  perubahan kondisi topografi.

3. Lokasi lahan bekas tambang  jauh dari pusat kota.

4. Status kepemilikan  lahan  sebagai hak milik menyebabkan  sulitnya pemerintah  memaksa pengusaha  tambang untuk melakukan kewajibannya  mereklamasi lahan  bekas tambang.

5. Keterbatasan modal

6. Kemudahan  dalam proses ijin usaha  tambang.

7. Kurang optimalnya  fungsi dokumen  AMDAL, RKl, dan RPL sebagai dokumen  arahan  dan pengendalian  kegiatan pertambangan. 

8. Belum ada instrument penanganan  lahan bekas tambang  yang terlantar sehingga  semakin banyak lahan bekas tambang yang terlantar.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.2 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.2.1 Karakteristik Lahan Bekas Tambang

4.2.1.1  Jenis Tambang

Berdasarkan jenis tambangnya,  lahan bekas tambang di Kabupaten Tuban dapat dikelopmpokkan menjadi 3 katagori: • Lahan bekas tambang pasir kwarsa • Lahan bekas tambang tanah liat • lahan bekas tambang golongan batu

kapur (batu kapur, batu gamping,  pedel, tanah urug, dan dolomite) 0 10 20 pasir  kwarsa tanah liat batu  gamping batu  kapur tanah  urug dolomit pedel 16 12 5 4 1 6 2 JU MLAH LAHAN BEKAS  TAMBANG JUMLAH LAHAN BEKAS TAMBANG BERDASARKAN JENIS TAMBANGNYA Jenis tambang terbanyak yang  ada di Kab. Tuban

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.2.1.2 Luas Lahan Bekas Tambang dikelopmpokkan menjadi 3 katagori: • Luas 0‐6 ha • Luas 6,1‐12,1 ha • Luas >  12,1 ha 82% 9% 9% PROPORSI LAHAN BEKAS TAMBANG  BERDASARKAN  LUASANNYA 0‐6 ha 6.1‐12.1 ha lebih dari 12.1 ha

4.2.1.3 Lokasi Lahan Bekas Tambang dikelopmpokkan menjadi 2 katagori: • Dekat dengan pusat kota (apabila

terletak di Kec. 

Tuban, Jenu, Merakurak,  Semanding,  Pal ang)

• Jauh dengan pusat kota (bila terletak pada kec. Selain yang telah disebutkan) (dapat dilihat pada peta persebaran)

67% 33%

PROPORSI JUMLAH LAHAN BEKAS TAMBANNG BERDASARKAN  JARAKNYA DENGAN PUSAT KOTA

jauh dekat

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.2.1.2 Luas Lahan Bekas Tambang dikelopmpokkan menjadi 3 katagori: • Luas 0‐6 ha • Luas 6,1‐12,1 ha • Luas >  12,1 ha 82% 9% 9% PROPORSI LAHAN BEKAS TAMBANG  BERDASARKAN  LUASANNYA 0‐6 ha 6.1‐12.1 ha lebih dari 12.1 ha

4.2.1.3 Lokasi Lahan Bekas Tambang dikelopmpokkan menjadi 2 katagori: • Dekat dengan pusat kota (apabila

terletak di Kec. 

Tuban, Jenu, Merakurak,  Semanding,  Pal ang)

• Jauh dengan pusat kota (bila terletak pada kec. Selain yang telah disebutkan) (dapat dilihat pada peta persebaran)

67% 33%

PROPORSI JUMLAH LAHAN BEKAS TAMBANNG BERDASARKAN  JARAKNYA DENGAN PUSAT KOTA

jauh dekat

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.2.1.4 Tingkat Kerusakan

dikelopmpokkan menjadi 3 katagori tingkatan berdasarkan jenis kerusakannya: • Tingkat kerusakan ringan yaitu lahan bekas tambang yang mengalami perubahan

topografi saja.

Tingkat kerusakan sedang yaitu lahan bekas tambang yang mengalami perubahan topografi dan berkurangnya jenis flora fauna

Tingkat kerusakan berat yaitu lahan bekas tambang yang mengalami perubahan topografi, berkurangnya jenis flora fauna dan memiliki potensi longsor.

0 5 10 15 20

rendah sedang berat 18 12 16 JU M LA H JUMLAH LAHAN BEKAS TAMBANG BERDASARKAN TINGKAT KERUSAKANNYA tingkat kerusakan

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.2.1.5 Tingkat Kesuburan Tanah Pasca Tambang dikelopmpokkan menjadi 2 katagori: • Tingkat kesuburan sedangTingkat kesuburan rendah

24% 76% PROPORSI JUMLAH LAHAN BEKAS TAMBANG  BERDASARKAN TINGKAT KERUSAKANNYA sedang rendah 4.2.1.6 Akses

Ketersediaan akses pada lahan bekas tambang di Kab. Tuban telah terpenuhi semua (100%)

(6)

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.2.2 Tipologi Lahan Bekas Tambang

Penentuan tipologi lahan bekas tambang dilakukan dengan mengelompokkan lahan bekas tambang berdasarkan karakteristiknya. Pengelompokkan ini dilakukan dengan alat analisa cluster hirarkhi.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

HASIL CLUSTER   (DENDOGRAM)

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

HASIL CLUSTER   (DENDOGRAM)

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

HASIL CLUSTER   (DENDOGRAM)

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

• Berdasarkan dendogram (hasil analisa cluster) dengan memotong dendogram pada jarak 0‐5 maka tipologi lahan bekas tambang yang terbentuk ada 8 tipologi. • Pada jarak 0‐5 ini karakteristik lahan bekas tambang masing‐masing anggota dalam

cluster (tipologi)  telah sesuai (spesifik)

• Adapun tipologi hasil analisa cluster yang terbentuk adalah sbb: TIPOLOGI I: Lahan Bekas Tambang  Pasir Kwarsa Luasan Kecil‐SedangMerupakan Lahan Bekas tambang pasir Kwarsa

Memiliki luasan 0‐6 ha dan 6,1‐12,1 haTerletak pada lokasi yang Jauh dari Pusat KotaMemiliki tingkat kesuburan rendahMemiliki tingkat kerusakan beratAkses telah tersedia

Anggota tipologi : lahan bekas tambang dengan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 28,  29, 39, 40, 41, 42, 43, dan 44 

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

TIPOLOGI II: Lahan Bekas Tambang  Tanah  Liat Dengan Luasan Kecil Jauh dari  Pusat Kota

Merupakan Lahan Bekas tambang tanah liatMemiliki luasan 0‐6 ha

Terletak pada lokasi yang jauh dari pusat kotaMemiliki tingkat kesuburan sedangMemiliki tingkat kerusakan sedangAkses telah tersedia

Anggota tipologi : lahan bekas tambang dengan nomor 6, 11, 19, dan 26 

TIPOLOGI III: Lahan Bekas Tambang Golongan Batu Kapur Dengan Luasan  Kecil Jauh dari Pusat Kota

Merupakan Lahan Bekas tambang batu gamping, batu kapur, pedel, dan 

dolomit yang merupakan golongan batu kapur

Memiliki luasan 0‐6 ha

Terletak pada lokasi yang jauh dari pusat kotaMemiliki tingkat kesuburan rendahMemiliki tingkat kerusakan ringanAkses telah tersedia

Anggota tipologi : lahan bekas tambang dengan nomor 7, 8, 9, 10, 27, 30, 

(7)

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

TIPOLOGI IV: Lahan  Bekas Tambang  Pasir Kuarsa Dengan Luasan  Sedang‐Besar 

Merupakan Lahan Bekas tambang pasir kwarsaMemiliki luasan 6,1‐12,1 ha dan >12,1 haTerletak pada lokasi yang jauh dari pusat kotaMemiliki tingkat kesuburan rendahMemiliki tingkat kerusakan beratAkses telah tersedia

Anggota tipologi : lahan bekas tambang dengan nomor 12, 13, dan 36  TIPOLOGI V: Lahan Bekas Tambang  Tanah  Liat Luasan Sedang‐Besar 

Dekat dari Pusat KotaMerupakan Lahan Bekas tambang tanah liatMemiliki luasan 6,1‐12,1 ha dan >12,1 haTerletak pada lokasi yang dekat dari pusat kotaMemiliki tingkat kesuburan sedangMemiliki tingkat kerusakan sedangAkses telah tersedia

Anggota tipologi : lahan bekas tambang dengan nomor 14, 15, dan 46

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

TIPOLOGI VI: Lahan Bekas Tambang Golongan batu Kapur Dengan Luasan Kecil Dekat dari  Pusat Kota

Merupakan Lahan Bekas tambang batu gamping, tanah urug, dan pedel yang merupakan 

golongan batu kapur

Memiliki luasan 0‐6 ha

Terletak pada lokasi yang dekat dari pusat kotaMemiliki tingkat kesuburan rendahMemiliki tingkat kerusakan ringanAkses telah tersedia

Anggota tipologi : lahan bekas tambang dengan nomor 16, 22, 23, 24 dan 25 

TIPOLOGI VII: Lahan Bekas Tambang Tanah Liat Dengan Luasan Kecil Dekat dari  Pusat Kota

Merupakan Lahan Bekas tambang tanah liatMemiliki luasan 0‐6 ha

Terletak pada lokasi yang dekat dari pusat kotaMemiliki tingkat kesuburan sedangMemiliki tingkat kerusakan sedangAkses telah tersedia

Anggota tipologi : lahan bekas tambang dengan nomor 17, 18, 20, 21, dan 45 

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

TIPOLOGI VIII: Lahan Bekas Tambang Batu Kapur Dekat dari Pusat KotaMerupakan Lahan Bekas tambang batu Kapur

Memiliki luasan 0‐6 ha, 6,1‐12,1 ha dan >12,1 haTerletak pada lokasi yang dekat dari pusat kotaMemiliki tingkat kesuburan rendahMemiliki tingkat kerusakan ringanAkses telah tersedia

Anggota tipologi : lahan bekas tambang dengan nomor 37 dan 38 

Untuk proses selanjutnya ditetapkan tiga tipologi yaitu Tipologi IV, Tipologi V, dan Tipologi VIII. Ketiga tipologi ini ditetapkan untuk proses selanjutnya dengan dasar bahwa masing‐masing tipologi dapat menunjukkan karakteristik yang berbeda satu sama lain dan juga pada tipologi ini memiliki besaran luas sedang‐besar sehingga lebih utama untuk diselesaikan daripada tipologi lainnya. Adapun tipologi ini selanjtnya akan dinamai berdasarkan karakteristik yang dimiliki sebagai berikut: •Tipologi IV disebut sebagai Tipologi A : Lahan Bekas Tambang  Pasir Kwarsa. •Tipologi V disebut sebagai Tipologi B : Lahan Bekas Tambang  Tanah  Liat. •Tipologi VIII disebut sebagai Tipologi C : Lahan Bekas Tambang  Batu Kapur.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.2.3 Prioritas Penggunaan Lahan Bekas Tambang  Pada Masing‐masing Tipologi Analisa yang digunakan adalah analisa AHP

Pada penentuan  prioritas penggunaan  lahan ini, variabel yang akan di analisa yaitu jenis  penggunaan  lahan dan faktor penyebab  lahan bekas tambang terlntar.

Tahap AHP 1. Penyusunan  hirarki

2. Penilaian kriteria dan alternatif yang dilakukan melalui kuisioner dan diujikan kepada  stakeholder (3 instansi pemerintahan  dan 6 pemilik lahan).

3. Penentuan  prioritas yang akan dilakukan melalui expert choice.

(8)

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

Untuk mencari prioritas penggunaan  lahan terlebih dahulu ditentukkan  alternatif  penggunaan  lahan yang sesiai dengan karakteristik  masing‐masing tipologi lahan  bekas tambang.

Alternatif penggunaan  lahan ini ditentukkan  berdasarkan studi terkait , rencana tata  ruang wil. Kab. Tuban dan juga karakteristik  lahan bekas tambang.

NO. TIPOLOGI ALTERNATIF

PENGGUNAAN LAHAN

1

Tipologi A : Lahan Bekas Tambang Pasir Kwarsa

o Perumahan o Peternakan o Pertanian o Tempat penimbunan bahan

tambang

2

Tipologi B : Lahan Bekas Tambang Tanah Liat

o Waduk o Tempat rekreasi

3

Tipologi C : Lahan Bekas Tambang Batu Kapur

o Tempat rekreasi o Perumahan

Sumber : Hasil Analisis, 2010

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

HASIL  ANALISA  TIPOLOGI A

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

HASIL  ANALISA  TIPOLOGI B

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

HASIL  ANALISA  TIPOLOGI C

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.2.4 Instrumen Penanganan Lahan Bekas Tambang  Terlantar

Untuk menganalisa instrumen penanganan lahan bekas tambang yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan lahan bekas tambang terlantar berdasarkan penyebabnya digunakan analisa skoring likert, 

Tahap analisa skoring

1. Kuisioner Æ 9 stakeholder  (3 instansi pemerintahan dan 6 pemilik lahan tambang) 2. Penghitungan tingkat kemungkinannya

Pada analisa ini tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena respondennya merupakan stakeholder (ahli) yang memiliki kepentingan dan pengaruh terhadap permasalahn lahan bekas tambang di Kab. Tuban.

(9)

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

4.2.5 Arahan Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang  Mineral Non Logam

Untuk merumuskan

arahan pemanfaatan lahan bekas tambang

dilakukan dengan

analisis deskriptif

.

Dengan prioritas penggunaan lahan (hasil analisis AHP) serta instrumen penanganan lahan bekas tambang terlantar (hasil analisis skoring likert)  sebagai input‐nya.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

arahan Pemanfaatan  Lahan Bekas  Tambang Tipologi A

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

arahan Pemanfaatan  Lahan Bekas  Tambang Tipologi B

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

arahan Pemanfaatan  Lahan Bekas  Tambang Tipologi C

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,  maka dapat  disimpulkan bahwa:

1. Sebagian besar lahan bekas tambang  bahan  galian golongan  C di Kabupaten Tuban  merupakan lahan  bekas tambang pasir kwarsa, memiliki luas kecil (0‐6 ha), terletak  pada lokasi yang jauh  dari pusat kota, memiliki tingkat kerusakan rendah,  memiliki  tingkat kesuburan  rendah,  dan telah terpenuhi akses untuk menuju lokasi lahan bekas  tambang.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 KESIMPULAN

2. Berdasarkan karakteristiknya, pada lahan  bekas  tambang bahan  galian golongan  C di Kabupaten Tuban  ditemukan 8 (delapan)   tipologi lahan  bekas tambang. Dan dari 8 tipologi ini ditentukan tipologi  IV, V, dan VIII  yang akan dirumuskan  arahan  pemanfaatan  lahannya  karena masing‐masing  tipologi dapat menunjukkan  karakteristik yang berbeda satu sama lain dan juga pada  tipologi ini memiliki besaran  luas sedang‐besar  sehingga  lebih utama untuk diselesaikan daripada  tipologi lainnya

(10)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 KESIMPULAN 3. Instrument/perangkat penanganan lahan bekas  tambang terlantar digunakan untuk menangani  lahan bekas tambang terlantar sesuai dengan  penyebabnya pada masing‐masing tipologi yang  terbagi antara instrument regulasi yaitu jaminan  reklamasi, teguran dan peringatan tertulis,  memperketat perijinan usaha tambang, keharusan  menyewakan lahan, pengurangan pajak,  pemberian kemudahan administrasi dan perijinan  dan instrument teknis yang dapat digunakan untuk  mengatasi lahan bekas tambang terlantar adalah  revitalisasi kawasan. 

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 KESIMPULAN

4. Arahan  pemanfaatan  lahan  bekas tambang  tipologi A yang merupakan  lahan bekas tambang  pasir kuarsa luas sedang besar adalah  sebagai  pertanian. Arahan  pemanfaatan  lahan bekas tambang  tipologi B yang  merupakan lahan  bekas tambang tanah liat luas sedang besar adalah  sebagai waduk, dan arahan  pemanfaatan  lahan bekas tambang  tipologi C  yang merupakan  lahan  bekas tambang  batu kapur adalah  sebagai  perumahan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 REKOMENDASI

Rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan  hasil temuan yang telah dilakukan  dalam  penelitian ini sebagai berikut:

1. Perumusan ARAHAN pemanfaatan  lahan bekas tambang  mineral non logam di  Kabupaten Tuban  pada penelitian ini dapat dijadikan  sebagai acuan  dalam  merumuskan  kebijakan  terkait perencanaan  pertambangan  sebagai arahan  dan  pengendalian  kegiatan pertambangan  di Kabupaten Tuban,  serta diterapkan  secara  tegas agar lahan bekas tambang  di Kabupaten Tuban tidak semakin banyak. 2. Perlu adanya kajian terhadap kebijakan  formal dalam  penerapan  instrument 

penanganan  lahan  bekas tambang  terlantar.

3. Perlu adanya penelitian serupa dengan lokasi yang berbeda atau dengan jenis bahan  galian tambang yang berbeda (golongan  A dan B).

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

a) Siswa lebih aktif dan lebih banyak berlatih soal-soal terutama mengenai lingkaran, agar dapat melatih keahlian dalam berhitung, dan menambah ingatan siswa.

bahwa pengaturan pelayanan pemasangan dan pengawasan alat-alat pencegahan dan pemadam kebakaran di Kota Pangkalpinang telah diatur dengan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat

Perhitungan biaya tenaga kerja berdasarkan metode harga pokok pemesanan dalam menentukan harga pokok produksi perusahaan dengan menggunakan sistem upah

Dana pinjaman ini berasal dari zakat dan infaq beberapa pihak yang digulirkan oleh pengelola kepada masyarakat, atas dasar ini penulis menduga bahwa model

Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) bersumber dari pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong

Dengan keahlian yang terbatas, implementasi kegiatan rehabilitasi ditemukan masalah yaitu rumah yang direhabilitasi tidak sesuai dengan kriteria fisik dan non fisik

anita usia subur - cakupan yang tinggi untuk semua kelompok sasaran sulit dicapai ;aksinasi rnasai bnntuk - cukup potensial menghambat h-ansmisi - rnenyisakan kelompok