• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RISIKO FAKTOR TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI USIA DEWASA MUDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENU-BENUA TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RISIKO FAKTOR TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI USIA DEWASA MUDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENU-BENUA TAHUN 2016"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISIS RISIKO FAKTOR TIPE KEPRIBADIAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI USIA DEWASA MUDA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENU-BENUA TAHUN 2016 Ratih Dewi Angraeni1 Ruslan Majid2 Ainurafiq3

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo123

Ratihdewiangraeni17@gmail.com1 rus.majid@yahoo.com2 izainurafiq@gmail.com3 ABSTRAK

Hipertensi adalah penyebab kematian ketiga di Indonesia. Seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik 140 mmHg dan 90 mmHg diastolik. Peningkatan tekanan darah seseorang akan meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung koroner. Tipe kepribadian berpengaruh terhadap kekambuhan hipertensi karena dilihat dari cara seseorang menggunakan koping stresnya. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan rancangan penelitian case control study dengan prosedur non matching yang bertujuan untuk menganalisis risiko faktor tipe kepribadian. Populasi dari penelitian ini semua penduduk yang berada tempat tinggal di wilayah kerja puskesmas Benu-Benua Kota Kendari tahun 2016 yang berjumlah 25.105 jiwa. sampel dalam penelitian terdiri dari 50 sampel kasus dan 50 sampel kontrol. Dianalisis dengan menggunakan uji Odds Ratio (OR) pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian diperoleh tipe kepribadian A dengan OR sebesar 12,571, CI 95% (3,434-46,018) setelah membandingkan dengan tipe kepribadian B yang artinya responden dengan tipe kepribadian A memiliki risiko 12,571 kali lebih besar untuk menderita hipertensi dibanding dengan tipe kepribadian B, tipe kepribadian C diperoleh OR sebesar 2,154, CI 95% (0,562-8,253) setelah membandingkan dengan tipe kepribadian B yang artinya responden dengan tipe kepribadian C memiliki risiko 2.154 kali lebih besar untuk menderita hipertensi dibanding dengan tipe kepribadian B, karena nilai CI 0.562-8.253, mencakup nilai 1 maka dianggap tidak bermakna, dan tipe kepribadian D diperoleh OR sebesar 6,400, CI 95% (1,818-22,536) setelah membandingkan dengan tipe kepribadian B yang artinya responden dengan tipe kepribadian D memiliki risiko

6.400 kali lebih besar untuk menderita hipertensi dibanding dengan tipe kepribadian B.

Kata kunci : Hipertensi, tipe kepribadian A, tipe kepribadia B, tipe kepribadian C, tipe kepribadian D. ABSTRACT

Hypertension is the third leading cause of death in Indonesia. Someone said to hypertension if the systolic blood pressure of 140 mmHg and 90 mmHg diastolic. Increased blood pressure will increase a person's risk of stroke and coronary heart disease. Personality types affect the recurrence of hypertension as seen from the way a person uses coping stress. Type of research is an analytic study with case control study research design with non-matching procedure that aims to analyze the risk factors of personality types. The population of this study all the residents who are dwelling in the working area of Puskesmas Benu-Continent Kendari in 2016 which amounted to 25 105 people. samples in the study sample consisted of 50 cases and 50 control samples. Test were analyzed using Odds Ratio (OR) at the 95% confidence level. The results obtained by personality type A with an OR of 12.571, 95% CI (3.434 to 46.018) after comparing with the personality type B, which means respondents with personality type A have a risk 12.571 times more likely to suffer from hypertension than personality type B, type C personality OR obtained amounted to 2.154, 95% CI (0.562 to 8.253) after comparing with the personality type B, which means respondents with personality type C have a risk 2,154 times more likely to suffer from hypertension than personality type B, since the value of CI 0562-8253, includes the value 1 then considered to be meaningful, and personality type D obtained OR of 6.400, 95% CI (1.818 to 22.536) after comparing with the personality type B, which means respondents with type D personality had a risk 6,400 times more likely to suffer from hypertension than personality type B.

(2)

2 PENDAHULUAN

Penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian utama di dunia adalah penyakit kardiovaskuler (17 juta kematian dari kematian akibat penyakit tidak menular). Lebih dari 80% kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berpendapatan menengah ke bawah. Kasus kematian akibat penyakit tidak menular tertinggi, salah satunya berada di kawasan Asia Tenggara. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa hipertensi diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian atau 12,8% dari total kematian tahunan. Seseorang dikatakan hipertensi jika memiliki tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. Tingginya angka mortalitas disebabkan oleh faktor risiko utama, yaitu peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah seseorang akan meningkatkan risiko terkena stroke dan penyakit jantung koroner 1.

Diperkirakan pada tahun 2025 di negara berkembang terjadi peningkatan kasus hipertensi sekitar 80% dari 639 juta kasus di tahun 2000 menjadi 1,15 milyar2. Data National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES) 2005-2008 di Amerika Serikat memperlihatkan kurang lebih 76,4 juta orang berusia ≥20 tahun adalah penderita hipertensi, berarti 1 dari 3 orang dewasa menderita hipertensi dan sepertiganya tidak menyadari hal tersebut 3. Padahal sekitar 40% kematian pada usia < 65 tahun bermula dari tekanan darah tinggi. Hipertensi pada umumnya mulai pada usia muda, sekitar 5-10% terjadi pada usia 20-30 tahun 4.

Hipertensi merupakan penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur (6,8%), setelah stroke (15,4%) dan tuberkulosis (7,5%) 5.

Data Dinas Kesehatan Kota Kendari, penderita hipertensi pada tahun 2012 sebanyak 5778 kasus (19,9%), pada tahun 2013 sebanyak 11.615 kasus (39,2%), pada tahun 2014 sebanyak 9.811 kasus (29,2%), pada tahun 2015 sebanyak 13.137 kasus (38,5%)6.

Puskesmas Benu-Benua termasuk salah satu dari tiga besar puskesmas dengan kunjungan hipertensi terbanyak di Kota Kendari. Pada tahun 2013 jumlah penderita hipertensi sebanyak 1145 kasus, tahun 2014 sebanyak 1231 kasus dan pada tahun 2015 sebanyak 1929 kasus. Selain itu, jumlah kasus hipertensi pada usia dewasa muda (18-45 tahun) terbilang cukup tinggi. Pada tahun 2013 sebanyak 104 kasus, tahun 2014 sebanyak 134 kasus dan pada tahun 2015 sebanyak 139 kasus 7.

Berbagai faktor risiko hipertensi meliputi genetik, ras, usia, jenis kelamin, merokok, obesitas, kafein, dan natrium, serta stres psikologis (Yogiantoro, 2006). Hipertensi juga dapat dipengaruhi oleh tipe kepribadian. Tipe kepribadian berpengaruh terhadap kekambuhan hipertensi karena dilihat dari cara seseorang menggunakan koping stresnya 8.

Kepribadian memiliki hal yang lebih mendasar, yaitu terdiri dari aspek-aspek yang masing-masing menunjukkan suatu ciri/trait tertentu yang menentukan tingkah laku suatu individu. Perbedaan faktor individu (kepribadian) mempengaruhi perilaku dan gaya hidup. Hal-hal tersebut mempengaruhi tingkat atau derajat hipertensi pasien. Tipe kepribadian berpengaruh terhadap kekambuhan hipertensi karena dilihat dari cara seseorang menggunakan koping stresnya.

tipe kepribadian A memiliki ciri-ciri, sebagai berikut: memiliki tingkat kesabaran rendah, tergesa-gesa dalam melakukan segala sesuatu, memiliki harapan yang tinggi untuk mencapai kesuksesan, memiliki keinginan yang tinggi untuk bersaing, agresif, dan mudah marah. tipe kepribadian B memiliki kecenderungan orang yang tertutup, tingkat kesabaran yang tinggi, bekerja dengan lamban, bicara dengan teratur dan santai, sabar dan memiilki daya saing yang rendah, memiliki keinginan yang rendah untuk bersaing, kurang agresif, dan tidak mudah marah9. Tipe kepribadian C adalah orang yang menyenangkan namun tertekan, yang

(3)

3 cenderung menginternalisasikan kemarahan

dan kecemasannya dan sulit mengungkapkan emosi10. kepribadian tipe D yang berasal dari kata “Distressed” yang merupakan kombinasi dari Negative Affectivity (NA) dan Social Inhibition (SI). Kepribadian tipe D ini telah dilaporkan dalam berbagai studi terkait akan hubungannya dengan peningkatan angka kejadian berbagai penyakit kardiovaskular dan penurunan kualitas hidup pada pasien-pasien tersebut11.

METODE

Jenis penelitian menggunakan rancangan Case Control Study. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua penduduk yang berada tempat tingal di wilayah kerja Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari tahun 2016 yang berjumlah 25.098 jiwa. Sampel dalam penelitian ini terbagi dua yaitu kasus (yang menderita hipertensi) dan kontrol (yang tidak menderita hipertensi) masing-masing sebanyak 50 orang yang diperoleh dengan menggunakan teknik teknik purposive sampling.

HASIL

A. Analisis Univariat 1. Tipe Kepribadian

Kepribadian mempunyai pengaruh dengan daya tahan seseorang dalam menghadapi stress. Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang kompleks dari individu yang tampak dari tingkah lakunya yang unik. Distribusi responden berdasarkan tipe kepribadian di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-benua tahun 2016 disajikan pada tabel 1 berikut.

No. Tipe Kepribadian Jumlah

n % 1 Tipe Kepribadian A 29 29 2 Tipe Kepribadian B 25 25 3 Tipe Kepribadian C 20 20 4 Tipe Kepribadian D 26 26 Total 100 100 B. Analisis bivariate

Risiko Faktor tipe kepribadian dengan Kejadian Hipertensi Usia Dewasa Muda di Puskesmas Benu-benua Kota Kendari Tahun 2016. Hasil analisis uji chi-square dapat dilihat pada tabel 2 berikut. No. Tipe Kepribadian Hipertensi

Jumlah

Kasus Kontrol Nilai p

n % n % n % 1 Tipe Kepribadian A 22 44 7 14 29 29 0,000 2 Tipe Kepribadian B 5 10 20 20 25 26 3 Tipe Kepribadian C 7 14 13 26 20 20 4 Tipe Kepribadian D 16 32 10 40 26 25 Total 50 100 50 100 100 100

Berdasarkan hasil analisis uji chi-square tipe kepribadian A, tipe kepribadian B, tipe kepribadian C dan tipe kepribadian D terhadap kejadian hipertensi diperoleh nilai p = 0,000 dengan demikian terdapat hubungan

antara tipe kepribadian dengan kejadian hipertensi.

Tipe kepribadian B memiliki tipe kepribadian yang santai tanpa merasa bersalah, bekerja tanpa menjadi nafsu,

(4)

4 mereka tidak tergesa-gesa, dan tidak mudah

marah. Tipe kepribadian B juga cenderungan orang yang tertutup, tingkat kesabaran yang tinggi, bicara dengan teratur dan santai, memiilki daya saing yang rendah, dan kurang agresif. (Atkinson et al. 2000 dalam Septiyani,2010). Berdasarkan hasil penelitian terdapat 5 kasus dengan tipe kepribadian B, Sehingga tipe kepribadian B dijadikan pembanding untuk mendapatkan nilai OR dalam penelitian ini dikarena tipe kepribadian

B memiliki risiko rendah terhadap kejadian hipertensi.

Hasil analisis statistik Risiko Faktor tipe kepribadian dengan Kejadian Hipertensi Usia Dewasa Muda di Puskesmas Benu-benua Kota Kendari Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

No. Tipe

Kepribadian Hipertensi Jumlah

Kasus Kontrol Nilai p OR (CI 95%)

n % n % n % 1 Tipe Kepribadian A 22 44 7 14 29 29 0,000 (3,434-46,018) 12.571 2 Tipe Kepribadian C 7 14 13 26 20 20 0,258 (0,562-8,253) 2.154 3 Tipe Kepribadian D 16 32 10 40 26 25 0,003 (1,818-22,536) 6.400 4 Tipe Kepribadian B 5 10 20 20 25 26 Pembanding Total 50 100 50 100 100 100

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 50 responden kasus, terdapat 22 orang (44%) dengan tipe kepribadian A, 5 orang (10%) dengan tipe kepribadian B, 7 orang (14%) dengan tipe kepribadian C dan 16 orang (32%) dengan tipe kepribadian D sedangkan dengan kelompok kontrol terdapat 7 orang (14%) dengan tipe keperibadian A, 20 orang (40%) dengan tipe kepribadian B, 13 orang (26%) dengan tipe kepribadian C dan 10 orang (20%) dengan tipe kepribadian D.

Hasil analisis besar risiko faktor tipe kepribadian A terhadap kejadian hipertensi diperoleh OR sebesar 12,571 setelah membandingkan antara tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B. artinya responden yang memiliki tipe kepribadian A mempunyai risiko menderita hipertensi 12,571 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang

memiliki tipe kepribadian B. karena rentang nilai pada tingkat kepercayaan 95% CI dengan lower limit (batas bawah) = 3,434 dan upper limit (batas atas) = 46,018 tidak mencakup nilai 1 maka besar risiko dianggap bermakna dengan demikian tipe kepribadian A merupakan faktor risiko kejadian hipertensi.

Hasil analisis besar risiko faktor tipe kepribadian C terhadap kejadian hipertensi diperoleh OR sebesar 2,154 setelah membandingkan antara tipe kepribadian C dan tipe kepribadian B. artinya responden yang memiliki tipe kepribadian C mempunyai risiko menderita hipertensi 2,154 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki tipe kepribadian B. karena rentang nilai pada tingkat kepercayaan 95% CI dengan lower limit = 0,562 dan upper limit = 8,253 mencakup nilai 1 maka besar risiko dianggap

(5)

5 tidak bermakna dengan demikian tipe

kepribadian C bukan merupakan faktor risiko kejadian hipertensi.

Hasil analisis besar risiko faktor tipe kepribadian D terhadap kejadian hipertensi diperoleh OR sebesar 6,400 setelah membandingkan antara tipe kepribadian D dan tipe kepribadian B. artinya responden yang memiliki tipe kepribadian D mempunyai risiko menderita hipertensi 6,400 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki tipe kepribadian B. karena rentang nilai pada tingkat kepercayaan 95% CI dengan lower limit = 1,818 dan upper limit = 22,536 tidak mencakup nilai 1 maka besar risiko dianggap bermakna dengan demikian tipe kepribadian D merupakan faktor risiko kejadian hipertensi.

DISKUSI

Dari hasil analisis besar risiko faktor tipe kepribadian A terhadap kejadian hipertensi diperoleh OR sebesar 12,571 setelah membandingkan antara tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B. artinya responden yang memiliki tipe kepribadian A mempunyai risiko menderita hipertensi 12,571 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki tipe kepribadian B. rentang nilai pada tingkat kepercayaan 95% CI dengan lower limit (batas bawah) = 3,434 dan upper limit (batas atas) = 46,018 tidak mencakup nilai 1 maka besar risiko dianggap bermakna dengan demikian tipe kepribadian A merupakan faktor risiko kejadian hipertensi.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa dari jumlah sampel pada kelompok kasus, mayoritas penderita hipertensi memiliki tipe kepribadian A (44%). Berdasarkan ciri-cirinya, manusia dengan tipe kepribadian A rentan stres. Stres dalam kaitanya dengan kejadian hipertensi merupkan salah satu faktor yang mempenagruhinya. Stress adalah salah satu keadaaan dimana emosi maupun fisik individu yang timbul sebagai reaksi untuk mempertahankan diri terhadap adanya

interaksi dari lingkungan yang dianggap dapat membahayakan atau menganggu.

Ada hubungan antara faktor stress dengan kejadian hipertensi. Diduga melalui saraf simpatis. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intetmitten. Stress dapat memicu peningkatan hormone adrenalin dan kartisol, juga sering membuat orang memiliki kebiasaan makan yang kurang baik, dan merokok. Keadaan-keadaan tersebut jika tidak ditanggulangin berpotensi menjadi faktor hipertensi. Pengendalian stress berdampak besar pada penurunan tekanan darah.

Pola perilaku tipe kepribadian A adalah memiliki sikap kompetitif yang tinggi, serius dalam mengerjakan tugas, mengerjakan tugas dengan cepat, selalu terpacu dengan waktu, tidak sabar menunggu, rentan terhadap stres, sering tergesa-gesa, agresif, mau menentang terhadap yang lain untuk mendapatkan apa yg diinginkan, terburu-buru dalam menentukan sesuatu, asertif, perfeksionis, polyphasic, ambisius, dan memiliki standart yang sangat tinggi terhadap dirinya sendiri. Individu yang berkepribadian tipe A merupakan korban dari perasaan keraguan diri yang terus menerus, mereka memaksa diri untuk mencapai lebih banyak hal dalam waktu yang cepat.

Hasil analisis besar risiko faktor tipe kepribadian C terhadap kejadian hipertensi diperoleh OR sebesar 2,154 setelah membandingkan antara tipe kepribadian C dan tipe kepribadian B. artinya responden yang memiliki tipe kepribadian C mempunyai risiko menderita hipertensi 2,154 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki tipe kepribadian B. karena rentang nilai pada tingkat kepercayaan 95% CI dengan lower limit = 0,562 dan upper limit = 8,253 mencakup nilai 1 maka besar risiko dianggap tidak bermakna dengan demikian tipe kepribadian C bukan merupakan faktor risiko kejadian hipertensi.

Tipe kepribadian C adalah orang yang menyenangkan namun tertekan, yang

(6)

6 cenderung menginternalisasikan kemarahan

dan kecemasannya dan sulit mengungkapkan emosi. Tipe keperibadian C ini bisa tiba-tiba berubah dari senang langsung sedih dan juga sebaliknya. Mereka tidak menilai hal-hal pada nilai nominal dan tertarik untuk mencari tahu persis bagaimana segala sesuatunya bekerja. Seseorang dengan tipe kepribadian C mungkin saja menimbulkan marah dengan cepat, emosi yang labil dan sulit untuk memaafkan orang lain sehingga dapat menyebabkan berujung pada kejadian hipertensi. Namun pada penelitian ini, walaupun responden memiliki tipe kepribadian C kemarahanya selalu timbul dengan cepat namun hal ini rupanya tidak membuat responden menjadi stress yang dapat memicu naiknya tekanan darah, karena responden masih dapat mengontrol dirinya agar tidak mudah stres, sehingga peningkatan tekanan darah pun dapat teratasi.

Berdasarkan hasil analisis tipe kepribadian C (CI=0,562-8,253) mencakup nilai 1 maka dianggap tidak bermakna dengan demikian tipe kepribadian C bukan merupakan faktor risiko kejadian hipertensi. Hal ini juga dikarenakan terdapatnya variabel lebih bermakna signifikan dibandingkan dengan tipe C. Hal ini dibuktikan pada saat wawancara secara langsung untuk kepribadian kategori tipe C lebih sedikit pada kelompok kasus yaitu 7 responden yang berarti responden dengan tipe kepribadian lain lebih dominan.

Hasil analisis besar risiko faktor tipe kepribadian D terhadap kejadian hipertensi diperoleh OR sebesar 6,400 setelah membandingkan antara tipe kepribadian D dan tipe kepribadian B. artinya responden yang memiliki tipe kepribadian D mempunyai risiko menderita hipertensi 6,400 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki tipe kepribadian B.

Individu dengan tipe kepribadian D dihubungkan dengan peningkatan kadar hormon kortisol akibat stres berkepanjangan yang dialami oleh individu tersebut12.

Kepribadian tipe D adalah gambaran sebagai suatu kecendrungan berhubungan ke arah afek negatif yaitu khawatir, iritabilitas, kemurungan dan hambatan sosial yaitu bersikap diam dan kurangnya percaya diri (Denollet, 2005). Individu Tipe D dengan melalui pengalaman emosi negatif (seperti cemas, kesedihan, marah) sepanjang waktu dan situasi serta hambatan emosi berekspresi dalam interaksi sosial takut terhadap bagaimana orang lain bereaksi.

SIMPULAN

1. Tipe Kepribdian A merupakan faktor risiko kejadian hipertensi dengan nilai OR 12.571 atau 12.571 kali lebih berisiko dibandingkan dengan tipe kepribadian B. 2. Tipe Kepribdian C bukan merupakan faktor

risiko kejadian hipertensi dengan nilai OR 2.154 (CI 0.562-8.253) maka dianggap tidak bermakna.

3. Tipe Kepribdian D merupakan faktor risiko kejadian hipertensi dengan nilai OR 6.400 atau 6.400 kali lebih berisiko dibandingkan dengan tipe kepribadian B.

SARAN

1. Diharapkan kepada masyarakat untuk mengenali tipe kepribadian masing-masing, agar dapat mengendalikan atau mengontrol emosi dan faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi sebagai

upaya untuk mencegah hipertensi sedini mungkin.

2. Diharapkan Bagi Puskesmas dan Instansi terkait dapat meningkatkan upaya promosi kesehatan khususnya masalah hipertensi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, diantaranya Tipe Kepribadian dan hal-hal lain yang menyangkut faktor risiko hipertensi. Memberi promosi kesehatan pun tidak cukup. Selain itu, pihak puskesmas bersama instansi terkait lainnya diharapkan dapat membuat upaya pencarian kasus hipertensi (skrining), karena cukup banyak masyarakat yang

(7)

7 tidak mengetahui bahwa dirinya

menderita hipertensi.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan studi dengan desain lain, untuk mengetahui dengan lebih pasti bagaimana hubungan antara tipe kepribadian dan hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO, 2013. A global brief on hypertension. Geneva.

2. Armilawaty et al. 2007. Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam kajian Epidemiologi. Epidemiologi FKM Unhas. Makassar.

3. Pradana, Tedjasukmana. 2012. Tatalaksana Hipertensi. CDK-192/ vol. 39 no. 4, Jakarta.

4. Kusmana, Dede. 2009. Hipertensi : Definisi, prevalensi, farmakoterapi dan latihan Fisik. Journal Cermin Dunia Kedokteran 169/vol.36 no.3. Jakarta. 5. Depkes RI. 2008. Laporan Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia 2007. Depkes RI. Jakarta.

6. Dinkes Kota Kendari. 2015. Profil Dinas Kesehatan Kota Kendari. Kendari. 7. Puskesmas Benu-Benua. 2015. Profil

Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari. Kendari.

8. Wolff, Hans P. 2006. Hipertensi-Cara Mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini. Buana Ilmu Populer. Jakarta.

9. Denollet, Johan. 2005. DS14: Standard Assessment of Negative Affectivity, Social Inhibition, and Type D Personality. Psychosomatic Medicine 67:89–97 (2005). Amerika.

10. Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi. Penerbit Kansius. Yogyakarta.

11. Puskesmas Benu-Benua. 2015. Laporan Bulanan Puskesmas Benu-Benua. Kendari.

12. Ratnaningtyas, Yosefin. 2011. Hubungan Kepribadian Tipe D Dengan Kejadian Hipertensi Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo. Jurnal Mandala of

Health Volume 5, Nomor 2. Purwekerto.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan secara parsial lingkungan kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Motivasi secara parsial berpengaruh

Tidak hanya menghubungi langsung customer service dan ada juga pelanggan yang menyampaikan keluhannya melalui media cetak seperti koran dan media elektronik mengenai keluhan

Dari penjabaran definisi tersebut  dapat ditarik kesimpulan bahwa Studi Kasus ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang

Maya Food Industries mempunyai luas tanah sebesar 23.000 m 2 yang terdiri dari unit produksi ikan mackerel dan sardines, unit produksi rajungan, unit pengolahan limbah

KONTRIBUSI INDUSTRI EKPLORATIF TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI DAN SOSIAL DI KABUPATEN KUTAI BARAT.. (STUDI KASUS PT

Aturan yang sudah sama adalah : metode akuntansi penggabungan, pencatatan investasi, penyusutan asset, penilaian persediaan, akuntansi kemungkinan kerugian, pajak yang

Pengembangan Program Parent Support Group (PSG) untuk Meningkatkan Kualitas Cara Pengasuhan Orangtua terhadap Anak dengan Gangguan Autisme di SLB X Kota Bandung Universitas

Berdasarkan kutipan dalam jurnal Internasional tersebut, dapat diartikan kurang lebih bahwa seorang anak yang dilahirkan oleh “unmarried woman” atau sebutan bagi wanita