• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS SENAM REMATIK DAN TERAPI BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI OSTEOARTHRITIS PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS SENAM REMATIK DAN TERAPI BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI OSTEOARTHRITIS PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS SENAM REMATIK DAN TERAPI BACK

MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI

OSTEOARTHRITIS PADA LANJUT USIA

DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI

SURAKARTA

ARTIKEL ILMIAH

Oleh :

DESSTY INTAN PERMATA SARI S12.008

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

(2)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Dessty Intan Permata Sari

EFEKTIVITAS SENAM REMATIK DAN TERAPI BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI OSTEOARTHRITIS PADA LANJUT

USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA

ABSTRAK

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana terjadi perubahan patologis pada struktur sendi. 70-90% lansia yang berusia diatas 75 tahun menderita Osteoarthritis dengan keluhan utama nyeri persendian yang dapat menurunkan aktivitas harian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan antara senam rematik dan dalam menurukkan nyeri Osteoarthritis pada lansia.

Penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan Cross over design. Populasi penelitian adalah lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta yang mengalami nyeri osteoarthritis sebanyak 22 lansia dengan jumlah sampel 18 orang. Senam rematik dan

back massage diberikan dengan metode persilangan, dengan teknik purposive sampling.

Instrumen penelitian menggunakan NRS (Numerical Rating Scale). Analisis data menggunakan uji Wilcoxon dan Mann Whitney.

Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai p=0,000, sehingga senam rematik dan back massage berpengaruh terhadap nyeri osteoarthritis. Hasil uji beda efektivitas Mann Whitney diperoleh nilai p=0.383 dengan beda rata-rata sebesar 9.36% lebih besar pada back

massage, sehingga secara persentase back massage lebih berpengaruh dalam penurunan

nyeri jika dibandingkan dengan senam rematik. Tetapi perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini, disebabkan karena adanya cross over design dimana responden yang diberikan perlakuan memiliki karakteristik yang sama.

Kesimpulan penelitian adalah tidak terdapat perbedaan efektivitas setelah dilakukan senam rematik dan back massage.

Kata kunci : Senam rematik dan back massage, nyeri osteoarthritis, lansia Daftar pustaka : 52 (2005-2015)

(3)

BACHELOR OF NURSING PROGRAM (S-1) SCHOOL OF HEALTH SCIENCES OF KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Dessty Intan Permata Sari

THE EFFECTIVENESS OF RHEUMATIC GYMNASTIC AND BACK MASSAGE THERAPY ON OSTEOARTHRITIS PAIN REDUCTION IN

THE ELDERLY IN DHARMA BAKTI NURSING HOME IN SURAKARTA

ABSTRACT

Osteoarthritis is a degenerative joint disease, in which pathological changes in joint structures occur. Approximately 70%-90% elder people above 75-year-old suffer from osteoarthritis with main complaint of pain in joints which reduces daily activities. This study aims at investigating the difference between rheumatic gymnastic and back massage in reducing osteoarthritis pain in elder people.

This study belongs to quasi-experimental research with crossover design. The research populations were 22 elder people in Dharma Bakti Nursing Home in Surakarta with osteoarthritis, with 18 people as samples. Rheumatic gymnastic and back massage were provided with crossover method using purposive sampling technique. The research instrument was NRS (Numerical Rating Scale). Data were later analyzed using Wilcoxon and Man Whitney tests.

Test on group receiving using Wilcoxon test results in p value of 0.000, and therefore, rheumatic gymnastic and back massage put an effect on osteoarthritis pain. The analysis of the difference of effectiveness using Mann Whitney test, and p value is 0.383 with average of difference is 9.36%, that the back massage has a higher score. However, this deference is statistically insignificant. This indicates that back massage gives more contribution to pain reduction than rheumatic gymnastic does. This is because with crossover, the respondents have the same characteristics.

In conclusion, there is no any difference in effectiveness between rheumatic gymnastic and back massage.

Keywords : Rheumatic gymnastic and back massage, osteoarthritis pain, the elderly. Bibliography : 52 (2005-2015)

(4)

PENDAHULUAN

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Osteoarthritis disebabkan karena kekurangan cairan synovial lapisan kartilago yang saling bergesekan dan mengikis satu sama lain, menyebabkan lapisan tipis dan menimbulkan rasa nyeri (Guyton dan Hall, 2008). Penyakit osteoarthritis pada lansia didunia kebanyakan diderita oleh lansia diatas 75 tahun sebanyak 70-90%. Sedangkan di Indonesia jumlah penderita osteoarthritis cukup tinggi yaitu 30,3% (Badan penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI 2008). Prevalensi osteoarthritis di Jawa Tengah sebesar 16,7% pada usia 45-54 tahun, sebesar 20,9% pada usia 55-64, sebesar 24,5% Pada usia 65-74, sebesar 26,6% usia lebih dari 75 (Riskesda, 2013).

Nyeri persendian merupakan gejala yang sering terjadi pada osteoarthritis, yang dapat mengakibatkan gangguan aktivias sehari-hari. Gangguan ini jika dibiarkan semakin lama akan menimbulkan perlengketan atau kontraktur. Orang yang berusia 50 tahun keatas hampir 8% mempunyai keluhan pada sendinya, terutama linu, pegal dan kadang-kadang terasa sangat nyeri. Bagian yang terkena osteoarthritis biasanya adalah persendian pada jari-jari, tulang punggung,

sendi penahan berat tubuh (lutut dan panggul) (Nugroho, 2008).

Senam rematik adalah terapi non farmakologi yang bertujuan untuk mempertahankan lingkup gerak sendi secara maksimal, mempertahankan pergerakan sendi dan jaringan lunak, yang akan meminimalkan kontraktur. Gerakan-gerakan aktif dalam senam rematik bertujuan untuk meningkatkan stabilitas sendi dan kekuatan otot-otot sekitar lutut, mengurangi resiko cidera dan mencegah timbulnya nyeri lutut pada penderita osteoartritis lutut (Soeroso, 2006).

Terapi non farmakologi lainnya pada osteoarthritis adalah Back Massage yaitu tehnik memberikan tindakan massage pada punggung dengan usapan secara perlahan. Usapan dengan lotion/balsem memberikan sensasi hangat dengan mengakibatkan dilatasi pada pembuluh darah lokal. Vasodilatasi pembuluh darah akan meningkatkan peredaran darah pada area yang diusap sehingga aktivitas sel meningkat dan akan mengurangi rasa sakit serta menunjang proses penyembuhan luka (Kusyati E, 2006).

Hasil studi pendahuluan di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta, didapatkan bahwa, jumlah lansia yang menderita osteoarthritis di panti tersebut sebanyak 22 lansia. Lansia yang menderita osteoarthritis sering melakukan gerakan-gerakan kecil untuk mengurangi nyeri dan

(5)

2

kekakuan, yang timbul pada saat bangun tidur, dan juga melakukan pemijatan sendiri diarea yang sakit. Nyeri yang dirasakan oleh lansia menetap setelah pemijatan yang dilakukan sendiri, kekakuan mengalami penurunan setelah diberi gerakan-gerakan kecil.

Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas senam rematik dan terapi back massage terhadap penurunan nyeri osteoarthritis pada lanjut usia.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif,

desain quasi experiment. Rancangan

penelitian adalah cross over design. Populasi penelitian ini adalah seluruh lansia di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta yang mengalami Osteoarthritis, yang berjumlah 22 lansia. Sampel sebanyak 18 responden dengan Kriteria inklusi Usia ≥60 tahun, Lansia dengan nyeri osteoarthritis dengan skala ringan (1-3)-sedang (4-6), Kooperatif, Tidak mengalami keterbatasan fisik. Kriteria ekslusi meliputi Lansia dengan disorientasi, Lansia yang sedang sakit.. Tehnik pengumpulan sampel menggunakan Purposive Sampling.

Tempat Penelitian dilaksanakan di Panti Wredha Dharma Bakti Surakarta pada bulan Mei-Juni 2016.

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah NRS (Numerical

Rating Scale) dan alat penelitian kursi

senam rematik dan minyak urut atau balsam untuk back massage Analisa Bivariat menggunakan Uji wilcoxon dan Mann Withney.

HASIL PENELITIAN Karakteristik responden Usia dan Jenis kelamin

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dan usia pada penelitian di Panti Werdha Darma Bakti Surakarta (n = 36)

Jenis kelamin Kelompok Senam rematik Kelompok Back massage F % F % Laki-laki 0 0 0 0 Perempuan 18 100.0 18 100.0 Usia 60-74 11 61.0 11 61.0 85-90 7 39.0 7 39.0 Total 18 18

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa seluruh responden perempuan, perlakuan yang diberi kepada kelompok senam rematik mayoritas berusia 60-74 sebanyak 11 responden (61%). Kelompok back massage mayoritas berusia 60-74 sebanyak 11 responden (61%).

Intensitas nyeri sebelum dan sesudah perlakuan

Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberi

(6)

terapi pada penelitian di Panti Werdha Darma Bakti Surakarta (n = 36)

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa intensitas nyeri responden sebelum diberi senam rematik dan back massage mayoritas mengalami nyeri kategori sedang masing-masing 94,0% dan 78,0%. Dan penurunan nyeri responden sesudah diberi back massage dan senam reumatik mayoritas mengalami nyeri kategori ringan masing-masing 67,0% dan 78,0%.

Analisis Bivariat

Perbedaan nyeri osteoarthritis kelompok senam rematik dan back massage

Tabel 3 Perbedaan nyeri osteoarthritis kelompok senam rematik dan back massage antara sebelum dan sesudah diberi terapi pada penelitian di Panti Werdha Darma Bakti Surakarta (n = 18)

Berdasarkan tabel 3 diperoleh data bahwa nilai rata-rata intensitas nyeri responden sebelum diberi terapi senam rematik sebesar 4.27 dan setelah diberi senam rematik sebesar 3.05. Hasil uji dengan Wilcoxon Test diperoleh nilai Z

score =-3.508 dengan p-value = 0,000 dan

nilai rata-rata intensitas nyeri responden sebelum diberi terapi back massage sebesar 4.72 dan setelah diberi back massage sebesar 3.16. Hasil uji dengan

Wilcoxon Test diperoleh nilai Z score =

-3.859 dengan p-value = 0,000. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan artinya ada perbedaan nyeri osteoarthritis kelompok senam rematik dan back

massage antara sebelum dan sesudah

diberi terapi di Panti Werdha Darma Bakti Surakarta

Perbandingan Efektivitas Senam Reumatik dan Terapi Back Massage terhadap Perubahan Intensitas Nyeri

Tabel 4. Hasil uji beda efektivitas terapi senam rematik dan back massage terhadap perubahan intensitas nyeri pada penelitian di Panti Werdha Darma Bakti Surakarta (n = 36)

Berdasarkan tabel 4 diperoleh data nilai beda rata-rata intensitas nyeri nyeri post test terapi senam rematik sebesar 3,05 dan

back massage sebesar 3,16. Hasil uji Mann Whitney dengan diperoleh nilai Z score = -0.872 dengan p-value = 0.383.

Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan artinya tidak ada beda efektivitas antara senam rematik dan terapi back massage terhadap penurunan nyeri osteoarthritis pada lanjut usia. Namun dari hasil

(7)

4

perbandingan hasil rata-rata dan persentese terdapat beda efektivitas antara senam rematik dan terapi back massage terhadap penurunan nyeri osteoarthritis pada lanjut usia.

Senam Rematik = 4,27 – 3,05 = 1,22 : 3,05 x 100% = 40 %

Back Massage = 4,73 – 3,16 = 1,55 : 3,16 x 100% = 49, 36%

Berdasarkan perhitungan tersebut, disimpulkan bahwa ada beda efektivitas antara senam rematik dan terapi back massage mencerminkan terapi back massage lebih efektif dari senam rematik. Persentase posttest yang membandingkan intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberi terapi didapatkan hasil bahwa back

massage lebih efektif dari senam rematik

dengan tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 5. Perbandingan persentase senam rematik dan back massage

Kategori Senam Rematik Back massage Ringan 67% 78% Sedang 33% 22%

Tabel 5 diperoleh hasil perbandingan persentase dari posttest senam rematik dan

back massage terhadap penurunan nyeri

osteoarthritis bahwa kelompok back massage mengalami penurunan skala nyeri ringan 78%, sedangkan senam rematik mengalami penurunan skala ringan sebesar 67%. Berdasarkan hasil persentase tersebut selisih antara back massage dan senam rematik yaitu 11% lebih efektif

back massage dari senam rematik.

PEMBAHASAN Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian diketahui semua responden penelitian adalah perempuan (100%). Menurut Similar (2009) salah satu faktor resiko berhubungan dengan rematik adalah Jenis kelamin. Perempuan lebih sering sering terkena rematik lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering terkena rematik pada paha, pergelangan tangan dan leher. Corwin (2009) bahwa frekuensi rematik lebih banyak pada wanita dari pada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis rematik. Penelitian Putri (2014) menyebutkan dari 82 responden penelitian (57,3%) adalah perempuan yang mengalami osteoarthritis di Desa Mancasan wilayah kerja Puskesmas I Baki Sukoharjo.

Hasil penjabaran tersebut beserta keadaan yang terjadi di Panti Werdha Dharma Bakti Surakarta bahwa dari total penghuni Panti sebanyak 84 orang lansia, 20 orang lansia laki-laki dan 64 orang lansia perempuan. Menurut peneliti responden perempuan lebih rentan terhadap penyakit osteoarthritis karena akibat tidak diproduksinya hormone esterogen pada wanita menopause, sehingga menyebabkan penurunan dari densitas tulang dan persendian. Jumlah responden perempuan di Panti Werdha

(8)

Dharma Bakti Surakarta lebih banyak yang mengalami osteoarthritis.

Usia

Berdasarkan hasil penelitian diketahui umur responden mayoritas berumur 60-74 tahun baik dari kelompok terapi senam rematik maupun kelompok back massage masing-masing 61%. Hasil penelitian Pranyana (2015) menyebutkan dari 30 responden lansia yang mengalami reumatik 73,3% berumur antara 60-70 tahun.

Partojo, 2007 Makin bertambah usia seseorang maka proses degenerative akan semakin nyata, hal ditandai dengan menurunnya kualitas dari kartilago persendian. Kartilago ini berfungsi sebagai bantalan penahan tekanan yang akan menurun elastisitasnya bila usia semakin tua.

Responden lanjut usia lebih rentan mengalami osteoarthritis yang menyebabkan nyeri dan mengakibatkan keterbatasan aktivitas pada lansia, untuk mengurangi nyeri osteoarthritis pada lansia perlu diberikan senam rematik dan

back massage.

Pengaruh terapi senam rematik terhadap penurunan intensitas nyeri Hasil penelitian menunjukan nyeri osteoarthritis responden pada kelompok nyeri senam rematik sebelum diberi terapi

mayoritas mengalami intensitas nyeri sedang sebanyak 94%. Intensitas nyeri kelompok senam rematik setelah diberi terapi dalam kategori nyeri ringan sebesar 67%.

Penelitian Rahmawati (2014) yang meneliti pengaruh senam ergonomis terhadap penurunan skala nyeri sendi pada lanjut usia Di wilayah kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta menunjukkan penurunan intensitas nyeri, pada kelompok perlakuan pada saat pre

test intensitas nyeri rata-rata sebesar 4 dan

setelah dilakukan terapi menurun dengan rata-rata intensitasn nyeri sebesar 1. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh terapi senam rematik terhadap intensitas nyeri lansia dengan rematik di Panti Werdha Darma Bakti Surakarta dengan p=0,000 dan disimpulkan ada perbedaan nyeri osteoarthritis pada kelompok terapi senam rematik. Terdapat 14 responden yang mengalami penurunan nyeri osteoarthritis setelah dilakukan terapi senam rematik, selain itu terdapat juga 4 responden yang tidak mengalami penurunan nyeri osteoarthritis setelah diberikan terapi senam rematik. Penelitian Nahariani (2012) menjelaskan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan intensitas nyeri sendi pada lansia di Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto, dengan nilai p =0,039.

(9)

6

Gerakan-gerakan aktif dalam senam rematik bertujuan untuk meningkatkan stabilitas sendi dan kekuatan otot-otot sekitar lutut yaitu Quadriceps terutama pada otot vastus medialis karena gerakan ini berguna untuk mengurangi iritasi yang terjadi pada permukaan kartilago artikularis patella, memelihara dan meningkatkan stabilitas aktif pada sendi lutut juga dapat memelihara nutrisi pada synovial menjadi lebih baik. Dengan gerakan yang berulang pada senam rematik ini akan terjadi peningkatan kerja otot-otot sekitar sendi sehingga mempercepat aliran darah sehingga metabolisme juga ikut meningkat sehingga sisa metabolisme akan ikut terbawa aliran darah sehingga nyeri berkurang. Otot vastus medialis sendiri berperan sebagai ekstensor sendi juga berperan dalam menjaga stabilisasi posisi patella pada alurnya bersama-sama dengan ligamen sendi patelofemoral. Kemampuan kontrol otot penting untuk menstabilisasi sendi, di mana penurunannya dipengaruhi oleh adanya nyeri dan patologi sendi.

Nyeri akibat adanya suatu injury atau patologi dapat mempengaruhi kemampuan otot untuk menjaga stabilitas sendi. Gerakan aktif pada senam rematik diharapkan dapat mengembalikan patella pada alur yang tepat serta mengurangi stress mekanis pada ruang sendi patellofemoralis. Bila peningkatan

kekuatan otot vastus medialis proporsional terhadap otot quadriceps yang menyeimbangkan gaya tarikan yang bekerja pada patella akan menjadi stabil kembali sehingga diharapkan alur dari patella akan kembali normal, dengan demikian maka gesekan yang terjadi pada kartilago artikularis patella dangan femur yang menimbulkan rangsangan pada nociseptor atau serabut afferent nyeri akan berkurang.

Senam rematik dapat menurunkan nyeri dengan gerakan aktif dan teratur akan mempertahankan lingkup gerak sendi dan jaringan lunak yang mencegah timbulnya nyeri osteoarthritis.

Pengaruh terapi back massage terhadap penurunan intensitas nyeri

Hasil penelitian diketahui nyeri osteoarthritis pada responden kelompok nyeri back massage banyak dalam dalam intensitas nyeri sedang sebanyak 78%. Intensitas nyeri kelompok back massage setelah diberi terapi dalam kategori nyeri ringan sebesar 78%. Perry & Potter (2005) efek massage memberikan rasa ringan pada saraf yang terganggu disebabkan oleh ketidaknyamanan akibat nyeri rematik, insomnia, tegang, sakit kepala,dan kondisi stress lainnya yang berhububgan dengan beban pikiran. Aktifitas massage meningkatkan aktifitas otot, pembuluh darah, dan kelenjar.

(10)

Penelitian terkait tentang massage telah dilakukan oleh Kristanto dan Maliya (2012) di dapatkan hasil ada perbaikan setelah dilakukan massage, derajat nyeri lansia banyak dalam kategori sedang dan setelah diberi terapi back massage derajat nyeri lansia banyak dalam ketegori ringan.

Hasil penelitian ini mennjukkan adanya pengaruh terapi back massage terhadap intensitas nyeri lansia dengan reumatik di Panti Werdha Darma Bakti Surakarta dengan p = 0,000, sehingga dapat disimpulkan terjadi perbedaan nyeri osteoarthritis pada responden sebelum dan setelah terapi back massage. Penurunan nyeri osteoarthritis setelah dilakukan terapi back massage sebanyak 17 responden dan 1 responden tidak mengalami penurunan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Mukhoirotin (2010) yang menyebutkan terdapat pengaruh stimulasi kutaneus (slow stroke

back massage) terhadap penurunan intensitas nyeri haid (dismenorea). Menurut Corwin (2001) salah satu cara yang digunakan untuk menurunkan nyeri rematik adalah dengan cara back massage (Guyton & Hall, 2007). Stimulus nyeri yang mencapai ambang nyeri akan menyebabkan aktivasi reseptor dan terjadi penjalaran impuls nyeri oleh serabut saraf A delta dan C. Adanya impuls ini akan menyebabkan gerbang nyeri di substansia

gelatinosa terbuka. Namun dengan pemberian stimulasi kutan berupa usapan punggung, dimana stimulus ini direspons oleh serabut A beta yang lebih besar, maka stimulus ini akan mencapai otak lebih dahulu, dengan demikian akan menutup gerbang nyeri sehingga persepsi nyeri tidak timbul.

Penelitian Adhyati (2011) menunjuka adanya pengaruh yang signifikan antara sebelum dan sesudah stimulasi slow stroke

back massage terhadap intensitas nyeri

pada penderita low back pain pada lanjut usia. Menurut peneliti back massage dapat menurunkan nyeri osteoarthritis dapat menurukkan nyeri dengan pijatan dan minyak hangat yang dapat mengakibatkan pembuluh darah mengalami vasodilatasi sehingga aktivitas sel meningkat dan akan mengurangi rasa nyeri.

Perbedaan Efektivitas Senam Rematik Dan Terapi Back Massage Terhadap Nyeri Osteoartritis Pada Lanjut Usia Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan efektivitas Senam Rematik Dan Terapi Back Massage Terhadap Nyeri Osteoartritis Pada Lanjut Usia dengan nilai p = 0.383 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Puloo (2014) yang menyebutkan ada Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Lansia Dengan Arthritis Reumatoid Di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota

(11)

8

Gorontalo, dan penelitian Rahmawati (2013) yang menyebutkan ada Pengaruh Pijat Punggung terhadap Adaptasi Nyeri Persalinan Fase Aktif Lama Kala II dan Perdarahan Persalinan pada Primigravida di Puskesmas Magelang Selatan.

Terapi back massage dapat menurunkan nyeri. Hal ini sejalan dengan penelitian Thomas Kristanto (2011) yang menyebutkan ada pengaruh antara terapi

back massage terhadap penurunan intensitas nyeri reumatik pada lansia.. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa terapi back massage mampu menurunkan intensitas nyeri responden dilihat dari nilai skala nyeri. Hasil pre test menunjukkan 4.72 dan setelah perlakuan menurun menjadi 3.16.

Hasil yang penelitian pada kelompok senam reumatik diketahui pada pre test rata-rata intensitas nyeri sebesar 4.27 dan setelah diberi senam rematik sebesar 3.05. Berdasarkan hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kedua terapi yang dilakukan untuk mengurangi intensitas nyeri pada lansia rematik ternyata tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Hasil analisis statistik menunjukkan p = 0.383. Data ini juga mempunyai arti bahwa masing-masing terapi yang diberikan oleh responden mampu menurunkan intensitas nyeri, namun dilihat dari nilai rata-rata penurunan intensitas nyeri ternyata terapi

back massage lebih dapat menurunkan

intensitas nyeri sebesar 49,36% dimana pada pre test sebesar 4,72 menjadi 3,16 pada post test, sedangkan pada terapi senam rematik terjadi penurunan sebesar 40% dari pada pre test sebesar 4,27 menjadi 3,05 saat post test.

Dari hasil wawancara kepada lansia, yang dilakukan saat observasi sebelum dan setelah terapi sebagian lansia yang diberikan terapi senam rematik dan back

massage mengatakan bahwa lebih memilih back massage karena merasa rileks dan

merasakan penurunan skala nyeri setelah diberikan back massage, sedangkan pada saat lansia melakukan gerakan senam rematik, gerakannya tidak maksimal karena merasakan nyeri yang dialami dan ada sebagian lansia yang mengalami kenaikan skala nyeri dan skala nyeri yang menetap. Massage adalah stimulasi kulit tubuh, dipusatkan pada punggung dan bahu dilakukan pada satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan 10 menit pada masing-masing bagian tubuh untuk hasil relaksasi yang maksimal (Tamsuri, 2007). Menurut peneliti back massage lebih berpengaruh karena responden dalam keadaan rileks yang diberi pijatan/usapan dengan minyak urut memberikan sensasi hangat, mengakibatkan pembuluh darah mengalami vasodilatasi, akan meningkatkan peredaran darah pada area yang diusap sehingga aktivitas sel

(12)

meningkat dan akan mengurangi rasa nyeri.

Dari kedua intervensi, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dari back massage antara lain: pijat punggung bekerja memberikan pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang singkat, untuk mengatasi nyeri intensif hanya berlangsung beberapa menit (Rahmawati, 2013). Dan kelebihan dari senam dapat meningkatkan rentang gerak sendi, pencegahan dan meringankan gejala-gejala rematik dapat dilakukan secara mandiri namun bagi lansia yang mengalami penurunan daya tahan tubuh dapat meningkatkan beban aktivitas (Pranyana, 2015). Sedangkan untuk kekurangan dari back massage dilakukan dengan bantuan orang lain (Rahmawati, 2013). Dan untuk senam apabila dilakukan dengan waktu yang lama dapat mengakibatkan peningkatkan beban aktivitas pada persendian, sehingga dapat memicu peningkatan intensitas nyeri (Pranyana, 2015). Kesimpulan dari penelitian ini, walaupun secara statistic senam rematik dan back massage tidak menunjukkan perbedaan keefektifan secara signifikan, tetapi secara persentase terdapat selisih 11%.

Simpulan

1. Sebagian besar responden penelitian berusia 60-74 tahun (61%).

2. Kelompok terapi senam rematik sebelum diberi terapi 94% mengalami nyeri intensitas sedang dan 67% mengalami nyeri intensitas ringan setelah diberikan terapi. Ada pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri osteoarthritis pada lanjut usia. 3. Kelompok terapi back massage

sebelum diberi terapi 78% mengalami nyeri intensitas sedang. Setelah diberi terapi 78% mengalami nyeri intensitas ringan. Ada pengaruh back massage terhadap penurunan nyeri osteoarthritis pada lanjut usia.

4. Dilihat dari uji statistic tidak ada perbedaan efektivitas antara terapi senam rematik dan terapi back

massage dalam menurunkan nyeri

osteoarthritis, tetapi secara persentase terdapat selisih 11% back massage lebih berpengaruhdari senam rematik.

Saran

1. Bagi petugas Panti Werdha Darma Bakti Surakarta

Diharapkan para petugas dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai manfaat terapi senam rematik dan terapi back massage sehingga para lansia dapat merasakan manfaat dari terapi senam rematik dan terapi back massage dan menurunkan intensitas nyeri osteoarthritis.

(13)

10

2. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan dapat menambah keterampilan menambah jam pelajaran terapi senam rematik dan terapi back massage sehingga mahasiswa memiliki banyak keterampilan dalam asuhan keperawatan khususnya dalam melakukan terapi senam dan pijat. 3. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah variabel lain yang berhubungan dengan nyeri osteoarthritis seperti membandingkan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, menggunakan responden heterogen serta melakukan penelitian dengan memperhatikan factor perancunya misalnya : ansietas, keletihan dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Adhyati, S (2011). Pengaruh Stimulus Kutaneus Stroke Back Massage terhadap Intensitas Nyeri pada Penderita Low Back Pain (LBP) di Kelurahan Aek Gerger Sidodadi, naskah publikasi. FIK USU Medan.

Balitbang Kemenkes RI.( 2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI Corwin, J.E. (2009). Buku Saku

Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Depsos RI. (2007). Kepmensos RI Nomor: 4/PRS-3/KPTS/2007 Tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lansia Dalam Panti: Jakarta

Guyton dan Hall. (2008). Buku Ajar Fisiologis Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC

Kristanto, Thomas & Arina Maliya. (2011). Pengaruh Terapi Back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Reumatik Pada Lansia Di Wilayah Puskemas Pembantu Karang Asem. 110-116.

Kusyati. (2006). Ketrampilan dan Prosedur Laboraturium Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC Maryam, R. Siti. (2008). Mengenal Usia

Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Mukhoirotin1, Z. (2010) pengaruh stimulasi kutaneus (slow stroke

back massage) terhadap penurunan intensitas nyeri haid (dismenorea). Nakah publikasi Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang

Nahariani Pepin (2012) hubungan antara aktivitas fisik dengan intensitas nyeri sendi pada lansia di Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto, naskah publikasi.Program Studi S1 Keperawatan STIKES Pemkab Jombang

Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi ke 3. Jakarta: EGC

Partojo (2007) Parjoto Slamet, 2007; Assesment Fisioterapi pada Osteoarthritis Sendi Lutut; TITAFI XV, Semarang

(14)

Potter and Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktek, Volume 2. Jakarta: EGC

Pranyana (2015) Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Keluhan Nyeri Dan Peningkatan Rentang gerak pada lansia yang mengalami nyeri reumatikdi panti wreda dharma bhakti Surakarta. Naskah

publikasi. Fakultas ilmu kesehatan

universitas uhammadiyah surakarta

Puloo Yulika Murni Lestari (2014) Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada LansiaDengan Arthritis Reumatoid Di Panti Tresna Werdha Ilomata Kota Gorontalo,Naskah publikasi.

Jurusan Ilmu

Keperawatan,Program Studi S1

Ilmu Keperawatan FIKK Universitas Negeri Gorontalo Putri (2014) hubungan antara tingkat

pengetahuan Tentang diet hipertensi dengan kejadian Kekambuhan hipertensi lansia di desa mancasan Wilayah kerja puskesmas baki sukoharjo Naskah

publikasi. Fakultas ilmu kesehatan

universitas uhammadiyah Surakarta

Rahmawati Afiani Septina (2014) Pengaruh Terapi Aktivitas Senam Ergonomis terhadap Penurunan Skala Nyeri Sendi Pada Lanjut Usia dengan Degeneratif Sendi di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta, Naskah Publikasi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bangsa kelinci yang dijadikan sebagai penghasil daging diantaranya California, Flemish giant, Satin dan New Zealand White karena sifat produksinya yang tinggi,

Pelayanan paien tahap terminal merupakan hal berbeda dengan pelayanan pasien pada umumnya, baik dari segi tatalaksana pengobatan maupun asuhan yang diberikan. Pengobatan yang

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Dampak Keberadaan Pelabuhan Belawan Terhadap Sosial Ekonomi

1)Variabel LDR, IPR, NPL, APB, IRR, PDN, dan BOPO secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public periode

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu, status pekerjaan ibu, tingkat ekonomi keluarga, peran petugas kesehatan, dan pengaruh

Setelah melakukan 5 kali percobaan pada sampel mobil karburator dengan tingkat pembakaran sempurna, maka diperoleh nilai rata-rata magnitude sensor KE-50 dan

Tinjauan perancangan ini meliputi tangga, pelat, balok, kolom, hubungan balok kolom (HBK) atau joint, dan dinding struktur dengan struktur beton bertulang. Sistem