• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH DI KABUPATEN ROKAN HULU ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH DI KABUPATEN ROKAN HULU ABSTRAK"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH

TERHADAP BELANJA DAERAH

DI KABUPATEN ROKAN HULU

Afriyanto1, Harnita2

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Pasir Pengaraian Jl. Tuanku Tambusai-Kumu, Desa Rambah, Kec. Rambah Hilir

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Analisis Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pada Kecamatan yang ada di Kabupaten Rokan Hulu dalam hal ini yaitu Retribusi Daerah

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 15 Kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu. Metode pengambilan sampel digunakan metode purposive sampling. Objek yang diteliti adalah data keuangan dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kecamatan tahun 2009 dan 2011. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dan Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan bantuan program SPSS versi 17.00.

Hasil pengujian hipotesis dilakukan dengan uji parsial (uji t) dengan t hitung ˃ t tabel atau 2,086 ˃ 2,048, dan signifikansi 0,05 ˃ 0,046. Dari hasil uji regresi menunjukkan bahwa retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah di Kecamatan pada Kabupaten Rokan Hulu.

Kata kunci: Belanja Daerah dan Retribusi Daerah

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam desentralisasi ini tentunya harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan.

Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah merupakan penerimaan yang diperoleh dari sumber-sumber dalam

wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) antara lain terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

(2)

2 Pemberian sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi daerah ini bertujuan untuk memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah. Pemerintah daerah dituntut mampu membiayai penyelenggaraan pemerintahnya sendiri, sehingga tidak terlalu bergantung dari dana perimbangan yang dikirim oleh pemerintah pusat. Hal ini menandakan bahwa pemerintah daerah harus berusaha mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan tolak ukur bagi daerah dalam menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah. Pada prinsipnya semakin besar sumbangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maka akan menunjukkan semakin kecilnya ketergantungan daerah kepada pusat, begitu juga sebaliknya.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, salah satu ciri utama daerah mampu dalam melaksanakan otonomi daerah adalah terletak pada kemampuannya menggali secara optimal sumber-sumber keuangan, mengelola, menggunakan keuangannya sendiri untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat mempunyai proporsi yang semakin mengecil dan diharapkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian terbesar dalam memobilisasi dana penyelenggaraan pemerintah daerah.

Dalam UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 14 menyebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Di sisi lain dalam UU No. 33 tahun 2004 pasal 1 ayat 17 mendefinisikan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mengandung unsur pendapatan dan belanja, pendapatan yang dimaksud adalah sumber-sumber penerimaan untuk membiayai daerah tersebut, sedangkan belanja adalah pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

Kabupaten Rokan Hulu merupakan hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Kampar, yang kemudian menjadi sebuah Kabupaten sendiri dengan ibukota terletak di Pasir Pengaraian. Kabupaten Rokan Hulu memiliki wilayah cukup luas yang terdiri dari 16 Kecamatan dengan Sumber Daya Alam yang potensial untuk dipergunakan mensejahterakan masyarakatnya. Dengan pemberlakuan otonomi daerah, maka masyarakat daerah dapat menjadi lebih dekat dengan pemerintah daerah yang memiliki wewenang lebih luas dalam mengatur urusan rumah tangga sendiri.

Kabupaten Rokan Hulu salah satu wilayah yang dikaruniai limpahan potensi daerah yang sangat besar, beberapa potensi daerah yang dimiliki Kabupaten Rokan Hulu dan saat ini sedang dikembangkan antara lain adalah pertanian, perkebunan, industri, pertambangan, konstruksi

(3)

3 dan perdagangan. Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu menyadari bahwa daerahnya memiliki beragam potensi, sehingga mampu memberikan pemasukan bagi Pendapatan Asli Daerah.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, ”Analisis Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Daerah di Kabupaten Rokan Hulu.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah retribusi daerah berpengaruh terhadap belanja daerah Kecamatan yang ada di Kabupaten Rokan Hulu?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh retribusi daerah terhadap belanja daerah kecamatan yang ada di Kabupaten Rokan Hulu.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, melalui penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan berpikir yang dilandasi konsep ilmiah khususnya ilmu akuntansi sektor publik.

2. Bagi pemerintah daerah, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan kepada pemerintah daerah sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.

3. Bagi pihak lain atau pembaca, diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

1.5 Pembatasan Masalah dan Originalitas

Agar dapat terfokus dalam pembahasannya maka penelitian ini dibatasi pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Belanja Daerah Tahun 2009 dan 2011 hanya pada 15 Kecamatan yang ada di Kabupaten Rokan Hulu.

Penelitian ini menggunakan data asli yang bersumber dari Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hulu, sehingga terhindar dari unsur plagiat atau penjiplakan.

2. LANDASAN TEORI 2.1 Deskripsi Konseptual

Pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah.

Belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah yang menjadi beban daerah dalam satu periode anggaran. Alokasi belanja daerah

(4)

4 terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Sedangkan belanja langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal.

2.2.Kerangka Teoretik 2.2.1 Otonomi Daerah

Seorang pakar otonomi daerah Rodendinelli (Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu: 2010) mendefenisikan otonomi daerah sebagai proses pelimpahan wewenang perencanaan, pengambilan keputusan atau pemerintah dari pemerintah pusat kepada organisasi semi otonom ataupun kepada pemerintah daerah.

Gustav dan Steward (Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu: 2010) memberikan tiga makna berbeda dari otonomi daerah yaitu: pertama, dekonsentrasi, dimana pemerintah pusat menempatkan para pengawalnya di level pemerintah daerah, kedua, pendelegasian, dimana pemerintah pusat mendelegasikan kekuasaannya kepada pemerintah daerah dengan tetap memiliki kesanggupan untuk mengambil kekuasaan atas pemerintahan daerah; dan yang ketiga adalah devolution dimana pemerintah pusat secara aktual

menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah daerah.

Tujuan otonomi adalah mencapai efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan kepada masyarakat. Pelaksanaan otonomi daerah pada

hakekatnya merupakan

pengejawantahan dari

penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur dan merata, dimana pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional harus mengedepankan prinsip otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

Adapun tujuan pemberian otonomi daerah yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, mendorong untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Widjaja (2004) menyatakan bahwa tujuan utama otonomi daerah adalah meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Ukuran keberhasilan otonomi daerah adalah terwujudnya kehidupan yang lebih baik, lebih adil dalam memperoleh penghasilan/pendapatan,

terlindungnya dari segala gangguan, dan tercipta rasa aman serta lingkungan hidup yang lebih nyaman.

(5)

5 2.2.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daearah (APBD)

Dalam Pasal 1 angka 17 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Menurut Halim (2012) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana kegiatan pemerintah daerah yang dituangkan dalam bentuk angka dan menunjukkan adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal dan beban yang merupakan batas maksimal untuk suatu periode anggaran. Lebih lanjut menurut Saragih (2003) dalam Ayu Pridasari (2009) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah. Artinya, jika perekonomian daerah mengalami pertumbuhan, maka akan berdampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak-pajak daerah.

APBD merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Tugas utama dari anggaran adalah mengendalikan aktivitas fiskal pemerintah, mengkaji tindakan sebelumnya dan

mengetahui program pemerintah dimasa yang akan datang.

Bentuk APBD pada era reformasi mengalami perubahan, yang didasari oleh Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah, serta tata cara penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

2.2.3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan keuangan daerah yang digali dari potensi-potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Lebih lanjut Ahmad Yani (2002) dalam Panggabean (2009) menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, meliputi;

a. Pajak daerah; b. Retribusi daerah;

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

(6)

6 d. Lain-lain Pendapatan asli

daerah yang sah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah yang harus terus menerus dipacu pertumbuhannya. Pendapatan asli daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. PAD memiliki peran penting dalam rangka pembiayaan pembangunan di daerah.

Berdasarkan pada potensi yang dimiliki masing-masing daerah, peningkatan dalam penerimaan PAD ini akan dapat meningkatkan kemampuan keuangan daerah.

PAD dapat dijadikan sebagai indikator dalam menilai tingkat kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuangan daerahnya, makin tinggi rasio PAD dibandingkan dengan total pendapatan makin tinggi tingkat kemandirian suatu daerah.

2.2.4. Pajak Daerah

Adriani (Zain: 2007) Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.

Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah, pajak daerah adalah iuran wajib pajak yang dilakukan oleh orang

pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

Jenis-jenis pajak propinsi dan Kabupaten/Kota menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 adalah sebagai berikut:

a. Jenis Pajak Propinsi

1) Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air 2) Bea balik nama kendaraan

bermotor dan kendaraan atas air

3) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

4) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan a. Jenis Pajak Kabupaten/ Kota

1) Pajak hotel 2) Pajak restoran 3) Pajak reklame

4) Pajak penerangan jalan 5) Pajak pengambilan bahan

galian golongan C

6) Pajak parkir dan lain-lainnya.

Pajak daerah yang baik merupakan pajak yang akan mendukung pemberian kewenangan kepada daerah dalam rangka pembiayaan desentralisasi dan otonomi daerah.

2.2.5. Retribusi Daerah

Retribusi menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah

(7)

7 untuk kepentingan pribadi atau badan. Retribusi yang dapat disebut sebagai pajak daerah dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda).

Retribusi Daerah (Adisasmita: 2011) adalah pungutan daerah sebagai pembayaran memakai atau karena memperoleh jasa layanan langsung usaha milik daerah untuk kepentingan umum atau karena diberikan layanan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu retribusi merupakan pembayaran atas penggunaan barang atau jasa yang disediakan untuk umum oleh pemerintah daerah, maka penarikan dilakukan umumnya ditempat pemakaian.

Mardiasmo (2011) yang menjadi Objek Retribusi Daerah terdiri dari tiga macam, yaitu sebagai berikut:

1. Retribusi Jasa umum

Retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

2. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh pihak swasta.

3. Retribusi Perizinan Tertentu Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,

prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

2.2.6 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:

a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD.

b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/ BUMN.

c. Bagaian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

2.2.7. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Lain-lain pendapatan daerah yang sah merupakan penerimaan lain-lain yang bukan berasal dari klasifikasi Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan. Menurut jenisnya lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah mencakup :

(8)

8 a. Hibah yang berasal dari

pemerintah, pemerintah

daerah lainnya,

badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok

masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat, baik dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali;

b. Dana darurat dari pemerintah

dalam rangka

penanggulangan

korban/kerusakan akibat bencana alam;

c. Dana bagi hasil pajak dari pemerintah propinsi kepada pemerintah kabupaten/kota; d. Dana penyesuaian dan

otonomi khusus; dan

e. Bantuan keuangan dari pemerintah propinsi atau dari pemerintah daerah lainnya. 2.2.8. Belanja Daerah

Belanja daerah (Sumarsono: 2010) adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum Negara/

Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 belanja adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

Belanja daerah berdasarkan pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dikelompokkan kedalam belanja langsung dan belanja tidak langsung.

a. Belanja langsung

Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan

b. Belanja tidak langsung

Kelompok belanja tidak langsung, merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan

2.3. Perumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya dengan melihat hasil analisis penelitian. Adapun hipotesisnya bahwa retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah.

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Belanja Daerah yang bersumber dari Laporan Realisasi APBD tahunan

Kecamatan pada Kabupaten Rokan Hulu.

(9)

9 3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Deskriptif Kuantitatif dimana penelitian ini akan mendeskripsikan tentang Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Belanja Daerah Kecamatan Kabupaten Rokan Hulu dan menganalisisnya secara kuantitatif.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek-objek (satuan/individu) yang mempunyai karakteristik tertentu, Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud peneliti (Kuncoro: 2009). Adapun kriteria penarikan sampel dalam penelitian ini yaitu:

1. Berupa data-data mengenai Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Belanja Daerah pada

Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kecamatan. 2. Kecamatan yang selalu

memberikan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) selama periode penelitian.

Dari kriteria diatas maka kecamatan yang menyampaikan Laporan Realisasi APBD tahun 2009 dan 2011 kepada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset sebanyak 15 Kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2009 dan 2011 dengan data penelitian sebanyak 30 Laporan Realisasi APBD, dimana jumlah tersebut diperoleh dengan rumus: (Rahmawati: 2010),

Keterangan:

N= 15 X 2 tahun N=30

Tabel 3. 1

Kecamatan yang ada di Kabupaten

Rokan Hulu

No Kecamatan

1 Kecamatan Rambah 2 Kecamatan Rambah Samo 3 Kecamatan Rambah Hilir 4 Kecamatan Tandun

5 Kecamatan Tambusai Utara 6 Kecamatan Bangun Purba 7 Kecamatan Kepenuhan 8 Kecamatan Ujungbatu 9 Kecamatan Rokan IV Koto 10 Kecamatan Kunto Darussalam 11 Kecamatan Kabun

12 Kecamatan Bonai Darussalam 13 Kecamatan Pagaran Tapah 14 Kecamatan Pendalian 15 Kecamatan Kepenuhan Hulu 3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu dokumen data yang sudah jadi berbentuk laporan PAD dan Belanja Daerah yang bersumber dari Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPKA).

3.5.Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, dokumentasi

(10)

10 merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membuat salinan atau menggandakan arsip dan catatan-catatan yang diberikan. 3.6. Defenisi Operasionalisasi

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini dibedakan kedalam dua kategori yaitu variabel terikat (Dependent Variable) dan Variabel Bebas (Independent Variable).

1. Variabel Terikat (Variable dependent)

Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti (Sekaran: 2009). Adapun Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Belanja Daerah yaitu:

a. Belanja Daerah (Y).

Semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. (UU No.32 Tahun 2004). 2. Variabel Bebas (Variable Independent)

Variabel Bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat entah secara positif/negatif (Sekaran: 2009). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini yaitu:

a. Retribusi Daerah (X)

Retribusi Daerah yaitu pungutan sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah. Retribusi daerah dalam penelitian ini dapat

diketahui dari pos Pendapatan Asli Daerah dalam laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Rokan Hulu.

3.7. Teknik Analisis Data

Adapun teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Deskriptif yaitu menganalisis data secara benar dan teliti berdasarkan teori yang relevan dengan permasalahan kemandirian diambil suatu kesimpulan.

2. Analisis Kuantitatif yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis data yang berhubungan dengan masalah pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah dengan cara perhitungan

dengan menggunakan alat statistik yaitu Software Statistical Product Service Solution (SPSS) versi 17.00.

Analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier sederhana, analisis ini digunakan untuk menganalisis hubungan linear antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. (Priyatno: 2009).

Persamaan regresi untuk regresi linear sederhana adalah sebagai berikut.

Keterangan:

𝑌= Belanja Daerah 𝑎= Konstanta

𝑏= Koefisien Regresi

𝑋= Jumlah Retribusi Daerah 𝑌′ = 𝑎 + 𝑏𝑋

(11)

11

4.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Tabel 4.1.

Deskripsi Data Penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation Retribusi daerah 30 .00 56622850.00 14672555.0000 1.39650E 7 Belanja Daerah 30 759601821.00 2106029562.00 1.3469E9 3.72793E

8 Valid N

(listwise)

30

Sumber: Data olahan tahun 2013

Dari data 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa dari sampel 30 yang ada :

1. Retribusi daerah

a. Retribusi daerah memiliki nilai terendah sebesar 0.00

yaitu Kecamatan Pendalian IV Koto pada tahun 2009. b. Retribusi daerah memiliki

nilai tertinggi sebesar 56.622.850 yaitu di c. Kecamatan Ujungbatu pada

tahun 2011.

d. Retribusi daerah memiliki nilai rata-rata (mean) selama dua tahun yaitu tahun 2009 dan 2011 sebesar Rp. 14.672.555. dan memiliki nilai standar deviasi sebesar Rp 13.964.950.

2. Belanja Daerah

a. Belanja daerah memiliki nilai terendah sebesar Rp 759.601.821 yaitu Kecamatan Kepenuhan Hulu pada tahun 2009.

b. Belanja daerah memiliki nilai tertinggi sebesar Rp 2.106.029.562 yaitu di Kecamatan Kabun pada tahun 2011.

c. Belanja daerah memiliki nilai rata-rata (mean) selama

dua tahun yaitu tahun 2009 dan 2011 sebesar Rp.1.346.943.559 . dan

memiliki nilai standar deviasi sebesar Rp 372.792.830.

4.2.Pengujian Normalitas Data Hasil uji normalitas dengan P-P plots dengan regresi dapat ditunjukkan gambar 4.1 :

(12)

12 Gambar. 4.1 Grafik Histogram

Hasil Uji Normalitas

Sumber: Data olahan tahun2013

Selain dengan menggunakan histogram, bisa kita lihat uji normalitas dengan menggunakan grafik P-P Plots. Berdasarkan keterangan grafik dapat dilihat nilai P-P Plot tidak menyimpang jauh dari garis diagonal, sehingga bisa diartikan bahwa distribusi data belanja daerah adalah normal. Grafik P-P Plot dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Grafik Normal Plot Hasil Uji Normalitas

Sumber: Data olahan tahun 2013 Uji normalitas grafik dapat menyesatkan jika tidak berhati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik belum tentu normal. Oleh karena

itu dilakukan pengujian statistik dengan cara melakukan uji one sample tes Kolmogorov-Smirnov. Uji ini digunakan untuk menghasilkan angka yang lebih detail, apakah suatu persamaan regresi yang akan dipakai lolos normalitas. Suatu

persamaan regresi dikatakan lolos normalitas apabila nilai signifikasi uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.2

(13)

13 Tabel 4.2

Hasil Uji Kolmogorov –Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Retribusi Daerah

N 30

Normal Parametersa,b Mean 1.4673E7 Std. Deviation 1.39650E7 Most Extreme Differences Absolute .224

Positive .224

Negative -.147

Kolmogorov-Smirnov Z 1.224

Asymp. Sig. (2-tailed) .100

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: data olahan tahun 2013

Dari tabel 4.2 Dapat kita lihat bahwa signifikansi 0,100 dengan nilai lebih besar dari 0,05, hal ini

berarti hipotesis data terdistribusi normal.

4.3. Pengujian Asumsi Klasik 4.3.1. Pengujian Multikolinearitas Tabel 4.3

Hasil uji Multikolinearitas

Sumber: Data olahan tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.3 di atas terlihat bahwa variabel independen yaitu Retribusi Daerah memiliki angka Tolerance Value sebesar 1,000 dan Variance Inflation Factors (VIF) sebesar 1,000. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model yang terbentuk tidak terdapat adanya gejala multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

4.3.1.2.Pengujian Autokorelasi Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji statistik Durbin Watson (DW-test). Bila angka Durbin-Watson diantara -2 sampai +2 ini menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.Uji autokorelasi dilakukan untuk mengidentifikasikan apakah terdapat autokorelasi error yang terjadi antar periode yang diujikan dalam model regresi

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standar dized Coefficie nts T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleranc e VIF 1 (Constant) 1.203E9 9.431E7 12.759 .000

Retribusi daerah

9.789 4.693 .367 2.086 .046 1.000 1.00 0 a. Dependent Variable: Belanja Daerah

(14)

14 (Ghozali dalam Rahmawati,2010). Hasil uji autokorelasi dapat dilihat

pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson dimensi

on0

1 .367a .134 .104 3.52963E8 1.039

a. Predictors: (Constant), Retribusi daerah b. Dependent Variable: Belanja Daerah

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson 1,039, artinya nilai tersebut terletak di antara -2 dan +2, dengan demikian tidak terjadi autokorelasi.

4.3.1.3. Pengujian

Heteroskedastisitas

Hasil heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, dimana dasar analisisnya dapat dilihat dimana:

a. jika titik-titik yang memebentuk pola teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengidentifikasikan telah terjadi heterokedastisitas

b. jika tidak ada pola yang jelas serta tititk menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu-y maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Adapun grafik scatterplots dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Scatterplot Hasil Uji

Heteroskedastisitas

Berdasarkan hasil gambar 4.3 dapat terlihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka nol pada sumbu –y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

(15)

15 4.4. Analisis Regresi Linaer

Sederhana

4.4.1. Hasil Koefisien Determinasi (R2)

Sebelum melakukan uji hipotesis, maka perlu kita ketahui

seberapa besar pengaruh variabel independen menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen. Ini dapat dilihat dalam tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson dimensi

on0

1 .367a .134 .104 3.52963E8 1.039

a. Predictors: (Constant), Retribusi daerah b. Dependent Variable: Belanja Daerah Sumber: data olahan tahun 2013

Hasil perhitungan menghasilkan nilai R sebesar 0,367 dan nilai koefisien determinasi Rsquare (R2) sebesar 0,134 (ini adalah pengkuadratan dari koefisien korelasi, atau 0,367 x 0,367 = 0,134). Hal ini menunjukkan pengertian bahwa belanja daerah (Y) di pengaruhi sebesar 36,7% oleh variabel retribusi daerah (x), sedangkan sisanya (100% - 36,7% = 63,3%) di pengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model ini. Rsquare berkisar pada

angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka Rsquare, semakin lemah hubungan kedua variabel ( Riduwan, 2012).

4.5.Pengujian Hipotesis

4.5.1. Uji Parsial (Uji Statistik t) Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dan 2 sisi, dengan dk atau df (derajat kebebasan) = jumlah data – 2 atau 30 – 2 = 28. Tabel 4.6 Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficien ts T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolera nce VIF 1 (Constant) 1.203E9 9.431E7 12.75

9

.000 Retribusi

daerah

9.789 4.693 .367 2.086 .046 1.000 1.000 a. Dependent Variable: Belanja Daerah

(16)

16 Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji signifikan t diperoleh perhitungan yaitu t hitung sebesar 2,086, sedangkan t tabel sebesar 2,048 dan juga nilai signifikan sebesar 0,046 dan (α) 0,05. sehingga t hitung ˃ t tabel atau 2,086 ˃ 2,048, dan 0,05 ˃ 0,046 maka Ha diterima atau dapat disimpulkan bahwa retibusi daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah di kecamatan yang ada di Kabupaten Rokan Hulu.

Berdasarkan tabel 4.6. dapat dilihat nilai konstanta (a) = 1,203 dan beta 0,367 serta harga t-hitung dan tingkat signifikan 0.046. dari tabel diatas dapat diperoleh persamaan perhitungannya adalah Y= 1,203 + 9.789X.

4.6 Pembahasan

Dari hasil penelitian diperoleh persamaan regresi dan dapat diartikan konstanta sebesar 1.203.315.456,77 menyatakan bahwa jika retribusi daerah bernilai nol, maka belanja daerah sebesar 1.203.315.456,77. sedangkan koefisien regresi retribusi daerah sebesar 9.789 satuan menyatakan bahwa setiap penambahan 1 satuan. maka retribusi daerah akan meningkatkan belanja daerah sebesar 9.789 satuan, sebaliknya jika biaya retribusi daerah turun sebesar 1 satuan, maka belanja daerah juga mengalami penurunan sebesar 9.789 satuan.

Dengan melihat hasil pengujian hipotesis diatas yang menyatakan retribusi daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah Kecamatan yang ada di Kabupaten Rokan Hulu sebaiknya lebih melakukan langkah-langkah dalam usaha peningkatan pendapatan

asli daerah. Dengan meningkatkan pendapatan asli daerah sudah tentu pendapatan asli daerah akan meningkat yang pada akhirnya juga akan diikuti dengan peningkatan belanja daerah sehingga berdampak pada kemakmuran rakyat.

5. PENUTUP 5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil perhitungan menghasilkan nilai R sebesar 0,367 dan nilai koefisien determinasi Rsquare (R2) sebesar 0,134. Ini menunjukkan bahwa belanja daerah (Y) di pengaruhi sebesar 36,7% oleh variabel retribusi daerah (x), sedangkan sisanya (100% - 36,7% = 63,3%) di pengaruhi oleh variabel lain, sehingga hubungan kedua variabel tersebut dapat dikatakan lemah

2. Melalui hasil regresi linear sederhana dengan Uji t dimana t hitung ˃ t tabel atau 2,086 ˃ 2,048, dan dimana signifikan 0,05 ˃ 0,046 diketahui bahwa retribusi daerah memiliki pengaruh signifikan terhadap belanja daerah.

Keterbatasan Penelitian:

a. Peneliti hanya mengambil 1 variabel independen yaitu Retribusi Daerah

b. Periode penelitian ini dibatasi hanya tahun 2009 dan 2011, karena tahun 2010 data yang diminta tidak lengkap.

(17)

17 c. Sampel penelitian hanya 15

Kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu.

5.1.2. Saran

Beberapa saran atau rekomendasi sehubungan dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk memperbanyak variabel yang digunakan dalam penelitian dan periode penelitiannya digunakan dalam jangka waktu yang cukup panjang. 2. Bagi pemerintah daerah

diharapkan dapat menjadi masukan untuk dapat

mengelola dan

mendokumentasikan data dengan lebih baik dan lengkap, karena mengingat pentingnya peran data bagi suatu penelitian.

3. Pemerintah daerah juga perlu meningkatkan dan mengembangkan pendapatan asli daerah yakni retribusi daerah. Upaya dilakukan dengan cara memberikan pelayanan publik secara profesional dan mampu memberikan kepuasan kepada setiap penerima pelayanan. DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2011. Pembiayaan Pembangunan Daerah. Graha Ilmu. Yogyakarta

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengatar. Jakarta:Erlangga

HAW. Widjaja, 2004,

Penyelenggaraan otonomi Di Indortesia (Dalam Rangka

Sosialisasi UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas Hertianti. 2010. Akuntansi Sektor Publik. Edisi ke dua. Salemba Empat. Jakarta.

Mardiasmo.2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011.Andi Yogyakarta. Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu,

2010. Menuju Kabupaten Terbaik di Provinsi Riau, Konsep dan Implementasi Good Governance Serta Pemberdayaan Masyarakat di Rokan Hulu. Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 65 tahun 2001 Tentang Pajak daerah. Peraturan Pemerintah Dalam Negeri,

Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

---, Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, sertta Tata cara Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(18)

18 Priyatno, Duwi, 2009. 5 Jam Belajar

Olah Data dengan SPSS. Andi: Yogyakarta

Ruswandi, Rina Rahmawati, 2010. Analisis Pengaruh Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sumedang. Skripsi

Riduwan dan Sunarto. 2012. Pengantar STATISTIKA untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan Bisnis. Alfabeta. Bandung

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. ---, Undang-undang Nomor

33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

---, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

---, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Sumarsono, Sonny. 2010. Manajemen Keuangan Pemerintahan. Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Sasana, Hadi. 2011. Analisis Determinan Belanja Daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat dalam era Otonomi dan Desentralisasi Fiskal. JBE. Vol 18 No 1.

Sekaran, Uma. 2009. Research Methods for Bussines, Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta.

Zain, Mohammad, 2007, Manajemen Perpajakan, edisi ketiga, Salemba Empat, Jakarta.

Gambar

Gambar 4.2. Grafik Normal Plot  Hasil Uji Normalitas
Gambar 4.3    Scatterplot  Hasil Uji

Referensi

Dokumen terkait

Kewenangan tersebut selanjutnya dijabarkan dalam Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris, ordonansi Staatblad 1860 Nomor 3 yang berlaku mulai 1 Juli 1860 yang kemudian diperbaharui

Penulisan ilmiah ini membahas tentang pembuatan aplikasi messenger menggunakan software bahasa pemrograman Java2 dan menggunakan text editor Edit Plus2. Aplikasi messenger yang

When you hear self-publishing, perhaps you think about writing a book and taking it to a printer, paying for copies and doing all of the footwork to get your new work listed with

Gedung AI dilingkungan Fapet UNUD lantai 3 (kapasitas 100 0rang) Keterangan.. Gedung AS dilingkungan FMIPA UNUD lantai satu (kapasitas 100

pelayanan kesehatan yang diberikan, akan tetapi dengan software yang. sifatnya tailor-made (bisa diubah-ubah sesuai kebutuhan)

This 1 ml prime dose contained 500 m g of antigen prepa- ration as follows: Group 1 (control) in year 1, physiological saline in complete Freund’s adjuvant (CFA); in year 2, with

1) Changes in the governance of borders in globalization: The significant changes from state control to greater supra-national and sub-national, and public and private

How to objectively evaluate the results of the segmentation, obtain optimal segmentation scale and avoid the influence of subjective factors are becoming