• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : penerimaan diri, kompetensi interpersonal, remaja panti asuhan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci : penerimaan diri, kompetensi interpersonal, remaja panti asuhan."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 PERBEDAAN PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI

INTERPERSONAL ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI PANTI ASUHAN YATIM MUHAMMADIYAH GUBUG

Sri Indah Purwani Budiarti1, Ns. M. Fatkhul Mubin, M. Kep, Sp. Jiwa2, Ns. Tri Nur Hidayati, S.kep, M. Med Ed3

Abstrak

Salah satu faktor keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan ditentukan oleh kesanggupan individu dalam menerima keadaan dirinya sendiri. Kenyataannya tidak semua lingkungan sosial dapat menerima individu dengan baik. Remaja yang tinggal di panti asuhan sangat kaku dalam berhubungan sosial dengan orang lain dan sebagian dari mereka mengalami kesulitan dalam menjalin kompetensi interpersonal. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan penerimaan diri dengan kompetensi interpersonal antara remaja laki-laki dan perempuan di panti asuhan yatim Muhammadiyah Gubug. Jenis penelitian metode komparatif dengan pendekatan cross sectional (silang), data terkait variabel dikumpulkan secara bersamaan. Penelitian ini di lakukan pada remaja laki-laki dan perempuan di panti asuhan yatim Muhammadiyah Gubug sebanyak 40 responden pada tanggal 15 Februari 2012 dengan menggunakan tehnik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata umur 15,3 tahun, jenis kelamin terbanyak perempuan 25 responden. Rata-rata penerimaan diri sedang 22 responden 55%, rata-rata kompetensi interpersonal 106,9, rata-rata nilai kompetensi interpersonal sedang 22 responden 55%. Tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05) penerimaan diri antara remaja laki-laki dan perempuan . tidak ada perbedaan yang signifikan (p> 0,05) kompetensi interpersonal antara remaja laki-laki dan perempuan di panti asuhan. Berdasar hasil tersebut disebabkan remaja masih dalam tahap remaja awal dan remaja tengah yang melakukan penilaian terhadap tingkah laku dan masih menemukan diri sendiri atau jati dirinya, pengasuh di panti memberikan pengasuhan tanpa syarat dan tanpa memandang latar belakang anak asuh, remaja di panti ini masih mempunyai karakteristik yang sama.

(2)

2 Abstract

One of factor of someone’s success in adapting themselves with the environment is established by the capability of an individual in accepting themselves conditions. In fact, not all of social environment can accept an individual well. The juveniles that stays in orphanage were very clumsy in social relation with others. And, some of them felt difficult to compose interpersonal competence. The objective of this research is to know the difference of the self acceptance and interpersonal competence between male juveniles and female juveniles in Muhammadiyah Gubug Orphanage. This research used comparative method with cross-sectional approach, related variable data were collected together. This research was realized on 40 respondents of the male and female juveniles in Muhammadiyah Gubug Orphanage on 15th februari 2012 by using total sampling technique. The result of this research showed the general means is 15,3 year. Most of them are female that consist of 25 respondents. The means of the self acceptance is 119,9. It includs medium value, 22 respondents including 55 %. While, the means of interpersonal competence is 106,9. It includs medium value, 22 repondents including 55 %. So, there are not any significances of the self acceptance between male juveniles and female juveniles ( P > 0,05 ). And, there are not any significances of the interpersonal competence between male juveniles and female juveniles ( P > 0,05 ) in Muhammadiyah Gubug Orphanage. Based on the result, it is caused by the juveniles are still at the preliminary and medium stages so that they still evaluate the attitude and try to find out themselves. Meanwhile, the nursemaid in the orphanage give full care without prerequirement and not seeing the background of the children. And, the juveniles in the orphanage still have the same characteristics.

Key words : the self acceptance, interpersonal competence, the juveniles orphanage.

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak dan masa dimana mereka ingin tahu tentang segala sesuatu yang mereka belum tahu, termasuk di dalamnya adalah tentang bagaimana mereka melakukan hubu ngan interpersonal yang baik agar mereka bisa diterima oleh lingkungan mereka. Menurut Buhrmaster dan Reis (1998) kompetensi interpersonal adalah

ketrampilan atau kemampuan yang dimiliki individu untuk membina hubungan yang baik dan efektif dengan orang lain atau antar individu, kemampuan ini sangat dibutuhkan oleh individu tak terkecuali para remaja yang tinggal di panti asuhan.

(3)

3 Individu yang mempunyai kompetensi interpersonal yang tinggi akan mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, mampu berempati secara baik, mampu mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain dan dapat dengan cepat memahami temperamen, sifat dan kepribadian orang lain, mampu memahami suasana hati, motif dan niat orang lain semua kemampuan ini akan membuat individu tersebut lebih berhasil dalam berinteraksi dengan orang lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Patterson (Berkowitz, 1995) selama lebih dari satu dekade melakukan observasi dalam hubungan keluarga, hasil penelitian memaparkan bahwa keluarga dengan anak-anak yang tinggal di asrama atau di panti asuhan memiliki kekurangan dalam empati. Kekurangan ini muncul secara bersamaan, sehingga kegagalan orang tua tertentu sering disertai kekurangan lainnya. Situasi yang tidak menyenangkan biasanya akan memunculkan reaksi atau perilaku yang menyimpang dalam diri remaja terhadap lingkungannya. Hal ini seperti yang terjadi pada anak-anak di panti asuhan.

Schultz (1995) mengungkapkan bahwa orang yang memiliki penerimaan diri, mampu memahami kelemahan serta kelebihan tanpa mengeluh. Sikap-sikap tersebut pada dasarnya merupakan perwujudan dari rasa puas terhadap dirinya sendiri. Jersild (dalam Hurlock, 1974) menjelaskan bahwa penerimaan diri adalah derajat dimana individu memiliki kesadaran terhadap karakteristiknya, kemudian ia mampu dan bersedia untuk hidup dengan karakteristik tersebut.

Menurut Asih (2001), secara umum, budaya memiliki gambaran bahwa peran laki-laki lebih mandiri, percaya diri, kuat, sementara perempuan lebih tergantung, tidak percaya diri, lemah, dan sebagainya. Menurut Hurlock (2000) terdapat dampak negatif panti asuhan terhadap pola perkembangan kepribadian anak asuhnya, di mana mereka tidak dapat menemukan lingkungan pengganti keluarga yang benar-benar dapat menggantikan fungsi keluarga yaitu :

(4)

4 terbentuknya kepribadian anak yang inferior, pasif apatis, menarik diri, mudah putus asa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan, sehingga anak akan sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain, di samping itu mereka menunjukkan perilaku yang negatif, takut melakukan kontak dengan orang lain, lebih suka sendirian, menunjukkan rasa bermusuhan dan lebih egosentrisme.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan penelitian komparatif, dengan menggunakan pendekatan cross sectional (silang). Sampel adalah remaja laki-laki dan perempuan yang berada di panti asuhan yatim Muhammadiyah Gubug sejumlah 40 orang (perempuan 25 orang dan laki-laki 15 orang), dengan metode sample jenuh / total populasi, penelitian dilakukan di wilayah panti asuhan yatim Muhammadiyah Gubug. Proses penelitian berlangsung pada tanggal 15 Februari 2012. Data dianalisis secara univariat, bivariat (korelasi, product moment, alpha cronbach, kolmogorrov spirnov, uji T- independent).

HASIL

Hasil penelitian diperoleh usia responden rata-rata adalah usia 15,3 tahun, jenis kelamin responden baik pada penerimaan diri dengan kompetensi interpersonal terbanyak adalah remaja perempuan 25 responden dari pada laki-laki 15 responden.

Diperoleh hasil ada gambaran bahwa penerimaan diri antara remaja laki-laki dan perempuan di panti asuhan yatim Muhammadiyah Gubug rata-rata 119,9, nilai median 116,0, nilai modus 114, standart deviasi 17,352, maksimal angka 143 dan minimal 83. A.sig 0,004, sehingga (p<0,05) data tidak normal. Data penerimaan diri terbesar pada penerimaan diri sedang 22 responden. Kompetensi interpersonal remaja laki-laki dan perempuan di panti asuhan yatim Muhammadiyah Gubug rata-rata 106,9, median 112,5, modus 98, standart deviasi 19,340, maksimal 140 dan minimal 76, nilai A. Sig. 0,020,

(5)

5 sehingga (p<0,05) data tidak normal. Nilai kompetensi interpersonal sedang 22 responden.

Tabel 1

Analisis Perbedaan Rata-Rata Penerimaan Diri antara Remaja Laki-laki dan Perempuan di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Gubug Bulan Februari

2012.

Penerimaan Diri Mean Sum of Ranks P.Value Laki-laki 19,70 295,50 0,740 Perempuan 20,98 524,50

Tabel 2

Kompetensi interpersonal Mean Sum of Ranks P.Value Laki-laki 19,47 292,00 0,679 Perempuan 21,12 528,00

PEMBAHASAN

Hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa penerimaan diri antara remaja laki-laki dan perempuan di panti asuhan yatim Muhammadiyah Gubug (p>0,05), penerimaan diri terbesar pada penerimaan diri sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian Kartika N (2007), menyatakan bahwa ada korelasi yang signifikan antara penerimaan diri dengan stres, semakin tinggi penerimaan diri semakin rendah stres, dan sebaliknya semakin rendah penerimaan diri, maka semakin tinggi stres. Menurut Schultz (1995) mengungkapkan bahwa orang yang memiliki penerimaan diri, mampu memahami kelemahan serta kelebihan tanpa mengeluh, sikap-sikap tersebut pada dasarnya merupakan perwujudan dari rasa puas terhadap dirinya sendiri. Peneliti berpendapat bahwa penerimaan diri pada remaja laki-laki dan perempuan di panti asuhan yatim Muhammadiyah Gubug

(6)

6 berkeyakinan akan kemampuan diri dalam menghadapi persoalan, anggapan berharga terhadap diri sendiri sebagai manusia dan sederajat dengan orang lain, ada keberanian memikul tanggung jawab atas perilaku sendiri, tidak ada

penyalahan atas keterbatasan yang ada, ataupun pengingkaran kelebihan.

Hasil penelitian diperoleh ada gambaran kompetensi interpersonal rata-rata antara remaja laki-laki dan perempuan di panti asuhan yatim Muhammadiyah Gubug dengan nilai kompetensi interpersonal sedang. Menurut peneliti

kompetensi interpersonal berperan penting dalam membentuk perilaku remaja demi mencapai perkembangan yang maksimal.

Lunandi (1997) mengatakan adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

kompetensi interpersonal yaitu: (1) faktor psikologis; (2) faktor fisik; (3) faktor sosial; (4) faktor budaya; (5) faktor waktu, individu yang memiliki kesempatan untuk dapat berinteraksi dengan orang lain akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan perkembangan emosi serta lebih mudah dalam membina kemampuan interpersonal.

Penelitian Idrus (2007), yang mengatakan ada hubungan / gambaran yang signifikan antara interaksi teman sebaya baik laki-laki dan perempuan dengan kompetensi interpersonal yang berarti semakin baik interaksi yang terjadi antara individu dengan teman sebayanya, akan semakin tinggi kompetensi interpersonalnya yang dimiliki individu yang bersangkutan.

Remaja laki-laki dan perempuan diharapkan lebih meningkatkan penerimaan diri dan kompetensi interpersonal yang tergolong sedang dengan cara tetap menjalin interaksi dan komunikasi serta bersosialisasi dengan semua anggota panti dan dengan lingkungan sekitarnya, mengikuti dan menekuni kegiatan ketrampilan yang diajarkan di panti agar memiliki bekal yang cukup dalam menyongsong masa depannya.

(7)

7 Hasil penelitian diperoleh tidak ada perbedaan antara penerimaan diri dengan kompetensi interpersonal antara remaja laki-laki dan perempuan di panti asuhan yatim Muhammadiyah Gubug. Penelitian ini didukung oleh teori Kartono (1990) yang menjelaskan bahwa remaja laki-laki dan perempuan dalam tahap remaja awal (12-15 tahun) dan remaja tengah (15-18 tahun), kepribadian remaja masih bersifat kekanak-kanakan, kesadaran akan

kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri, perasaan yang penuh keraguan pada usia remaja awal maka pada usia remaja tengah melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang telah dilakukannya dan menemukan diri sendiri atau jati dirinya.

Peneliti berpendapat bahwa pengasuhan yang diterima oleh remaja panti asuhan ini secara tidak langsung mempengaruhi kepercayaan diri pada remaja dalam penerimaan diri dan kompetensi interpersonalnya. Pengasuh di panti asuhan ini memberikan pengasuhan tanpa syarat tanpa memandang latar belakang setiap anak asuh, responden dalam penelitian ini dari remaja yang hidupnya di desa yang masih satu wilayah daerah kabupaten, jadi masih mempunyai karakteristik yang sama.

Meskipun dari data penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan penerimaan diri dengan kompetensi interpersonal antara remaja laki-laki dan perempuan, bukan berarti variabel penerimaan diri dengan kompetensi interpersonal tidak penting. Menurut Simanjutak (1990) masa remaja merupakan masa kritis, masa untuk berjuang melepaskan ketergantungan pada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Keberhasilan remaja baik laki-laki maupun perempuan melalui transisi ini dipengaruhi oleh faktor biologis, kognitif, psikologis, maupun faktor lingkungan.

Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini meliputi instrumen penelitian yang dikembangkan peneliti sendiri dan hanya satu kali uji coba, jumlah sampel penelitian terbatas, variabel hanya dua yaitu penerimaan diri dengan

(8)

8 kompetensi interpersonal, sehingga kurang dapat mengontrol perbedaan antar variabel penerimaan diri dan kompetensi interpersonal.

PENUTUP

Hasil penelitian yang dilakukan pada remaja laki-laki dan perempuan dalam penerimaan diri dengan kompetensi interpersonal di panti asuhan yatim

Muhammadiyah Gubug diperoleh hasil rata-rata umur 15,3 tahun, dengan jenis kelamin terbanyak pada responden perempuan dari pada responden laki-laki. Hasil uji statistik diperoleh ada gambaran / hubungan penerimaan diri antara remaja laki-laki dan perempuan di panti asuhan yatim Muhammadiyah Gubug, rata-rata nilai penerimaan diri adalah penerimaan diri sedang. Uji statistik kompetensi interpersonal diperoleh ada gambaran / hubungan kompetensi interpersonal remaja laki-laki dan perempuan di panti asuhan yatim

Muhammadiyah Gubug dengan nilai rata-rata kompetensi interpersonal sedang. Hasil analisis tidak ada perbedaan antara penerimaan diri dengan kompetensi interpersonal antara remaja laki-laki dan perempuan di panti asuhan yatim Muhammadiyah gubug, dikarenakan remaja masih dalam tahap remja awal dan remaja tengah, serta pengasuhan yang baik tidak memandang latar belakang anak asuh.

Mengingat hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap penerimaan diri dengan kompetensi interpersonal remaja di panti asuhan yatim Muhammadiyah Gubug, sehingga peneliti menyarankan bagi remaja untuk tetap menjalin interaksi dan komunikasi serta bersosialisasi dengan baik antar penghuni panti, pengelola panti diharapkan dapat mempertahankan programnya serta terus menerus melakukan pembinaan secara komprehensif dan inovatif sesuai perkembangan dan kemajuan jaman, bagi orang tua yang memiliki remaja di panti asuhan, diharapkan tetap melaksanakan semua tanggung jawabnya sebagai orang tua. Bagi poemerintah bidang sosial dan kesejahteraan sosial, diharapkan dapat memberikan bantuan baik secara materi maupun bekal ketrampilan kepada remaja panti asuhan sehingga meningkatkan kualitas

(9)

9 pembinaan panti dan dapat membentuk remaja panti sebagai pribadi yang kuat, mandiri dan dapat memberi kontribusi yang positif bagi negara.

1 Sri Indah Purwani Budiarti : Mahasiswa Program Studi SI Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang.

2 Ns. M. Fatkhul Mubin, M. Kep, Sp. Jiwa : Dosen Kelompok Keilmuan Jiwa Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

3 Ns. Tri Nur Hidayati, S. Kep, M. Med Ed : Staf Dosen Jurusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang.

(10)

10

DAFTAR PUSTAKA

Asih. (2001). Perempuan Dalam Kemelut Gender.

http://usupress,usu.ac.id/PEREMPUAN DALAM KEMELUT GENDER_final_normal_bab 1.pdf

Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (6th ed).

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bierman, & Suchy,S. (2000). Personal Change and Leadership Development: A process of Learning How To Learn. Paper presented to ICTOP Annual Victoria, Canada. Retrieved From

:http://www.city.ac.uk/ictop/suchy.2000.html. 15 Oktober 2006. BKPA. (1979). Pedoman Panti Asuhan. Jakarta

Buhrmester, D., Furman, W., Wittenberg, M.T., & Reis, D. (1998). Five Domain of Interpersonal Competence in Peer Relationship. Journal of

Personality and Social Psycology.

Chappelow, C. and Leslie, J. B. (2001). Throwing the Right Switches: How to Keep Your Executive Career on Track. Leadership and Action. Chickering, Arthur, & Reisser, linda. (1993). Educational and Identity. Josey

Bass: san Francisco, CA.

Citra, H. (2007). Gambaran Penerimaan Diri Pada Penderita SLE Dewasa Muda. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

http://www.lontar.ui.ac.id.

Corsini. J.R. (2000). The Dictionary of Psychology, New York : Brunner/Rout. Cronbach, L. J. (1963). Educational Psychology. New York: Harcourt, Brace &

World, Inc.

De Vito, J. A. (1999). The International Communication Book, 7th ad. New York,

(11)

11 Dina, Y. (2010). Hubungan Penerimaan Diri Dengan Kompetensi Interpersonal

Remaja Panti Asuhan. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://etd.eprints.ums.ac.id/7833/. Elsayed-Elkhouly, Sayed M (2001). Core Competency as a Competitive

Advantage in Service Operations Management: A Comparative Study. Source: global Competitiveness American Society for Competitiveness. http//www.accessmyalibbarary.com/com-com/browse JJ_G07.

Hanfield, R. (2006). Faith in The Moral Integrity of Others.

http.//www.careersuperstar.com/interpersonal competence/. Hurlock, E. B. (1974). Personality development. New delhi; Mc Graw-Hill. Hurlock, E. B, & Izzaty, R. E. (1996). Penerimaan Diri dan Toleransi Terhadap

Stres pada Wanita Berperan Ganda. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Hurlock, E. B. (2000). Psikologi Perkembangan : suatu Pendekatan Sepanjang Rentang kehidupan (terjemahan: Istiwidayati). Jakarta: Erlangga. Idrus, M. (2007). Hubungan Antara Teman Sebaya dengan Kompetensi

Interpersonal Mahasiswa. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : dosen PAI

UII.idrus_ibnutarmidzi@yahoo.com&muhammadidrus@fiai.uii.ac.id

Jerving, J. (2001). Managing Through Motivation. e-book: a Summary of M35. Managing Condensed from Management Enrichment Training Program (Merit) Module M35 Managing Through Motivation, published by CUNA,s Center for Profesional. www.cuna.org.

Junior, B.H. (1997). Strategic Leadership Development: An Operation Domain Aplication. A Research Paper Presented To The Research Department Air Command and Staff College. In Partial Fulfillment of the Graduation Requirements of ACSC. AU/ACSC/97-0607M/97-March 1997.

Kartika, N. (2007). Penerimaan Diri dan Stres pada Penderita Diabetes Melitus. Skripsi. Fakultas Psikologi dan Sosial budaya Universitas Islam

Indonesia. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. http://www.dvdskripsi.com/skripsi/

Kartono, k. & Gulo, D. (1987). Kamus Psikologi. Bandung: Pionei Jaya. Kartono, Kartini. (1990). Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju.

(12)

12 Kuntari, S. (2005). Studi Tentang Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Pada

Anak-Anak Di Panti Asuhan Anak-Anak Misi Nusantara Surakarta. Skripsi. Surakarta; fakultas psikologi UMS. Tidak diterbitkan.

http://repository.upi.edu/operator/upload/s.psi.0700411.bibliography.pdf

Larasati, B. (1992). Komunikasi Efektif. Makalah disampaikan dalam Pelatihan Public Relation yang dilaksanakan Lembaga pendidikan Abisheka Yogyakarta.

Lunandi, A.G. (1987). Komunikasi Mengena: Meningkatkan Afektifitas Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.

Lusiastuti, N. (2006). Gaya kelekatan dan Kompetensi Interperpersonal dengan Teman Sebaya pada Remaja. Skripsi. Yogyakarta: fakultas Psikologi UGM.

http://www.google.com/search?ie=utf_8&0e=vtf_8&sourceid=navclient &9fns.

Mc Gaha, V. & Fitzpatrick, J. (2005). Personal and Social Contributors to

Dropout Risk for Undergraduate Students. College Student Journal, June, 2005. http://www.findarticles.com/p/articles/mimofcr/is 2 39/ai

n14703156/pg?.

Monks, F.J., S.R, Koers, A.M.D. (1990). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta:Gajah mada University Press. Nazir. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Notoadmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta; PT. Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta; PT. Rineka Cipta.

PAKYM. (1997). Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Patterson, Berkowitz L. (1995). Social Norms, and Others Factors Affecting Helping and Altruisme. Advances in Experimental Social Psychology, vol.6. Academic Press, New York.

Pearlman, D. & Cosby, P.C. (1983). Social Psychology. New York: Holt, Rinehart & Winston.

(13)

13 Rahmad H. (2008). Meningkatkan Kepercayaan Diri (Self Confident) pada Anak

Panti Asuhan Melalui Terapi Bermain. Skripsi. Yogyakarta fakultas Psikologi UGM. Tidak diterbitkan. (http://amal-mulia.com/id/panti.htm). Salmah, D. (2007). Perbedaan Kompetensi Interpersonal pada Remaja

Berdasarkan Pola Asuh. Jurnal Psikologi, Vol XI/23/2007. Jakarta: Universitas Tarumanegara.

Sarwono, S.W. (2000). Psikologi Remaja. Jakarta:Rajawali.

Schultz, D. (1995). Psikologi Pertumbuhan: Model-Model Kepribadian Sehat (terjemahan: supraktinya). Yogyakarta: kanisus.

Sears, D.O., Freedman, J. L., & Peplau, L.A. (1991). Psikologi Sosial. Terjemahan M. Adiyanto & S. Soekresno. Jakarta: Airlangga.

Simanjutak, B. (1990). Pengantar Psikologi Perkembangan. Bandung: Tarsito. Soekanto, S. (1982). Remaja dan Masalah-Masalahnya. Jakarta: BPK Gunung

Mulia.

Soemantri. (2012). Hubungan Antara Penerimaan Diri Dengan Kompetensi Interpersonal Remaja Tuna Netra di PSBN Nyata Guna Bandung. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Psikologi

Bandung.http://repository.upi.edu/operator/upload/s_psi_0700411_chap ter4.pdf.

Stephenmarks. (2006). Interpersonal Competence.

http://www.stephenmarks.com/interpersonal-competence.htm. Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Sumhudi. (1995). Departemen Sosial Republik Indonesia. Kesejahteraan Anak Dan Keluarga Direktorat Jendral Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Memiliki Kemampuan Dasar (KD) sebesar sekurang-kurangnya sama dengan nilai total HPS;Memiliki kemampuan dasar pada bidang pekerjaan yang sejenis dan kompleksitas yang setara (KD =

Hasil penelitian ini dilihat dari angket atau kuisioner yang terdiri dari 15 pertanyaan yang dijawab oleh responden mengenai keluarga pra sejahtera. Angket atau

Bidang Koperasi pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Kampar mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten

( market-based view ); (4) Masukan bagi konsumen jasa pendidikan tinggi swasta sebagai bahan evaluasi apakah keinginan mereka ( voice of the customers ) telah

Khusus untuk calon peserta yang mengajukan permohonan tugas belajar secara mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, menyampaikan bukti kelulusan seleksi yang

Pembelajaran berjalan dengan lancer, yang diawali dengan presentasi kelompok yang bertugas dalam menjadi pemateri, kemudian ada sesi tanya jawab sekaligus diluruskan oleh

Komplikasi hipertensi pada kehamilan dianggap kronis jika pasien yang bersangkutan telah terdiagnosis hipertensi sebelum kehamilan terjadi, jika hipertensi terjadi

Dengan demikian, tujuan dari studi ini adalah menerapkan Distribution Requirements Planning (DRP) di CV Karya Mandiri Sejahtera untuk mengendalikan ketersediaan