• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...64

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...64"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...64 TUMPANG SARI KACANG TANAH (Arachis hypogeae L.) DENGAN WIJEN (Sesamum indicum L.) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

LAHAN KERING Oleh: Sri Rahayu (1) Luluk Sulistiyo Budi (2) 1

dan 2 adalah Dosen Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun Abstract

The important strategy to increase peanut and sesame production by using intensification programe are the application of planting . Field trial was conducted in Sugihwaras , Saradan , Madiun, from April until August 2007. The research is to get the correct application of planting to increase peanut, sesame and corn production. The research use factorial randomized block design with three replications. The application of planting, consist of eight level, i.e. : A. Monoculture system 1) peanut monoculture and 2 ) sesame monoculture. B. Intercropping system peanut – sesame i.e : 3). four side row Model, 4).single row model, 5). Doble row Model C. Intercroppping peanut – maize i.e : 6). four side row model, 7). Single row model. 8). doble row model . Measured peubah of growth and production of peanuts, sesame and corn i.e : plant height, leave area, fresh and dry weight of plant, ear weight ha-1 , seed weight ha-1 and 1000 seed weight. Intercropping parameters i.e : LER, Relative Crowding and Competition index. Low under intercropping system on growth and Yield of peanut monoculture system along cropping system peanut-sesame and peanut-maize single row for all observation paramaters there are positive correlation between growth and yield parameters ie : seed weight ha-1 of leave area, seed weight ha-1 of dry weight of plant for peanut, sesame and corn .Height LER of Single Row Model intercropping = 1.42 , height domination plant of Kba ( seed peanut-sesame)=1.35 and height competition plant of Crb( seed sesame)=1.75. In economic view P( peanut-sesame) intercropping system height R/C Ratio=1.37 and peanut-corn. Intercropping system more benefit than corn monoculture system.

Key words : peanut, sesame, corn , multiple cropping.

PENDAHULUAN

Komoditas kacang tanah (Arachis

hipogeae L) di Indonesia sangat

diandalkan sebagai tanaman palawija yang dapat meningkatkan pendapatan petani (Kasno, ddk., 1993). Namun demikian, semakin meningkatnya kebutuhan industri menyebabkan sebagian harus impor, mencapai 30.000 ton/ tahun sebagai akibat dari luas panen yang tidak menentu, (739,3 ribu hektar tahun 1995 berkurang menjadi 613,7 ribu hektar tahun 1999) dengan sistem tanam monokultur rata-rata

produktivitas 10,45 kwintal per hektar (BPS,1999). Hal tersebut berarti bahwa produktivitas lahan kacang tanah di Indonesia masih tergolong rendah sehingga berpengaruh langsung terhadap rendahnya pendapatan petani. Kondisi ini seharusnya tidak dapat dibiarkan terus berlangsung, namun harus segera mencari alternatif pemecahannya melalui kajian dan penerapan paket teknologi.

Pilihan utama peningkatan produktivitas lahan kering adalah penerapan sistem pertanaman tumpangsari dengan pemilihan komoditas yang sesuai

(2)

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...65 dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Sistem

pertanaman tumpangsari dapat memberikan pendapatan petani yang lebih baik dari pada monokultur. Diketahui bahwa jagung monokultur memiliki R/C ratio 1,47 sedangkan jagung tumpangsari kacang tanah dapat mencapai R/C ratio 1.85 (Rahayu, 2003). Namun masih banyak komoditi yang cocok untuk di tumpangsarikan dengan kacang tanah. Sehubungan dengan itu komoditas yang sesuai atau cocok untuk tumpangsari di lahan kering adalah wijen, di Nusa Tenggara menunjukkan bahwa wijen yang ditumpangsari dengan jagung, kedelai dan jewawut bisa mencapai R/C ratio 2,5 (Nurheru et al., 1995).

TINJAUAN PUSTAKA

Kacang tanah merupakan tanaman semusim yang tergolong dalam jenis palawija dan banyak dibutuhkan manusia dengan banyak kegunaanya, secara garis besar kacang tanah dapat dibedakan menjadi dua macam tipe pertumbuhan, yaitu tipe tegak dan mejalar.

Kacang tanah merupakan tanaman legum yang mampu menyediakan sendiri kebutuhan hara nitrogen, bahkan diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi penyediaan hara N bagi tanaman lainnya. Pada tanaman kacang tanah ada hubungan dalam penggunaan cahaya baik antar tanaman antar spesies. Populasi tanaman yang tinggi efisien penggunaan cahaya secara maksimum pada awal pertumbuhan, akan tetapi pada akhirnya penampilan masing-masing tanaman secara individu sangatlah dipengaruhi tingkat kompetisi antar tanaman maupun antar spesies dalam hal penyerapan cahaya, unsur hara dan air (Suprapto,1985; Sumarno, 1986; Palaniappan, 1988).

Penambatan N dari udara bebas merupakan salah stu faktor yang mempengaruhi produktivitas tanah, karena udara mengandung kurang lebih 80% unsur nitrogen yang merupakan unsur kimia esensial bagi kehidupan makhluk hidup (Soemarwoto, 2000; Giller 2001; Utomo dan Arsyadi 1989)

Sistem Pertanaman tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu jenis pada waktu dan tempat yang sama dengan susunan barisan yang teratur. Dimana Sistem pertanaman menentukan tingkat populasi tanaman, efisiensi dalam pemanfaatan tanah Dauly dan Singh (1982). Kacang tanah cocok jika ditumpangsarikan dengan wijen, karena wijen sangat respon terhadap jumlah N selama pertumbuhannya, sehingga memiliki hubungan yang erat dengan karakteristik pertumbuhan tanaman kacang tanah yang mampu menambat unsur N dari udara, sehingga ada korelasi pertumbuhan dan tingginya hasil panen dengan banyaknya bintil akar yang efektif

tanaman kacang tanah

(Dwidjoseputro,1988; Mareno, 1982; Budi,2003).

Sebaliknya tanaman kacang tanah memerlukan ruang tumbuh dan pencahayaan yang cukup, sementara wijen memiliki daun luas yang relatif sempit dan jumlah yang sedikit, serta mendekati pematangan biji daun rontok hingga tinggal polong-polongnya (Budi, 2003). Sistem pertanaman tumpangsari wijen dengan kacang tanah merupakan usaha untuk memodifikasi keadaan fisik dan atmosfir pada lingkungan pertanaman, udara serta suhu tanah sehingga menguntungkan pada kedua jenis tanaman yang sekaligus merupakan upaya pengembalian tingkat konservasi dan kesuburan tanah (Anonim, 1995).

Berdasarkan karakterisik dan sifat fisiologi kacang tanah dan wijen

(3)

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...66 penerapan sistem pertanaman tumpangsari

dalam peningkatan produktivitas lahan kering dapat tercapai yaitu diperoleh produksi untuk masing-masing komoditi secara maksimal sehingga secara ekonomi akan meningkatkan R/C ratio di banding sistem pertanaman secara monokultur ataupun tumpangsari kacang tanah dengan jenis tanaman lainnya.

Peranan sistem pertanaman tumpangsari dipandang dari aspek fisika, kimia dan tingkat erosi memberikan input yang besar untuk menjamin laju keberhasilan pengembangan budidaya pertanian tertentu secara berkesinambungan. Adapun faktor teknologi menentukan sumber daya setempat untuk dapat dimanfaatkan secara produktif dan berkelanjutan. Keadaan sosial ekonomi akan mempengaruhi suatu sistem pertanaman dapat diterima dan diterapkan oleh petani (Susanto, 1995). METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering di Desa Sugihwaras, Kec. Saradan, Kab. Madiun pada musim kemarau bulan April – September 2007 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dan diulang 3 kali. Perlakuan tersebut adalah A (perlakuan kontrol) meliputi : P1 (kacang tanah monokultur) dan P2 (wijen monokultur); B (perlakuan utama) : P3 (kacang tanah tumpangsari dengan wijen model segiempat), P4 (kacang tanah tumpangsari dengan wijen model single

row), P5 (kacang tanah tumpangsari dengan wijen model double row ); C (perlakun pembanding) P6 (kacang tanah dengan jagung model segiempat), P7 (kacang tanah tumpangsari dengan jagung model single row ), P8 (kacang tanah tumpangsari dengan jagung model double

row ); Luas petak percobaan 2 X 3 m sebanyak 81 petak dengan jarak antara

petak 20 X 40 cm. penempatan petak percobaan sebagaimana pada denah percobaan. Data dianalisis dengan Analisis Ragam dilanjutkan uji Duncan dan analisis regresi serta diskriptif sesuai keperluan, pada peubah pengamatan pertumbuhan dan produksi baik kacang tanah, wijen, dan jagung, serta aspek ekonomi R/C ratio. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Sistem Tumpangsari (P) terhadap parameter Pertumbuhan Tanaman Jagung

Hasil analisis statistik sistem Tumpangsari (P) menunjukkan adanya pengaruh nyata pada parameter pertumbuhan Tanaman Kacang Tanah yang meliputi Tinggi Tanaman (76 hst), Luas Daun umur 76 hst , Berat Segar Tanaman, Berat Kering Tanaman umur 91 hst, rerata masing – masing peubah pertumbuhan ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel. 1 menunjukkan rerata parameter pertumbuhan tanaman kacang tanah tinggi tanaman 76 hst, luas daun 76 hst, berat segar tanaman 91 hst dan berat kering tanaman 91 hst.

. Perlakuan sistem pertanaman monokultur kacang tanah (P1) berbeda nyata terhadap perlakuan sistem tumpangsari kacang tanah – wijen (P3,P4,P5) dan sistem tumpangsari kacang tanah – jagung (P6,P7,P8) baik model Doble row, Single row maupun model segi empat. Perlakuan sistem pertanaman tumpangsari Single row (P4 dan P7) berbeda nyata terhadap perlakuan sistem pertanaman tumpangsari Doble row (P5 dan P8) dan model segi empat (P3 dan P6). Rerata tertinggi dicapai pada perlakuan sistem pertanaman monokultur kacang tanah (P1) tinggi tanaman 76 hst = 61.18 cm, luas daun 76 hst = 874.01 cm2 , berat segar tanaman 91 hst = 159.67 gram, berat kering tanaman 91 hst = 63.93 gram

(4)

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...67 Tabel. 1 : Rerata Tinggi Tanaman, Luas Daun, Berat Segar Tanaman, dan Berat

Kering Tanaman Tanaman Kacang Tanah. Perlakuan Tinggi Tan.

(cm) 76 hst LuasDaun (cm2) 76 hst Berat Segar Tan. (gram) 91 hst Berat Kering Tan. (gram) 91 hst P1 61.18 e 874.01 d 159.67 d 63 93 f P3 57.93 cd 780.62 b 130.80 bc 38.27 bc P4 6.77 e 841.87 cd 142.73 c 57.47 e P5 55.58 b 784.93 b 128. 21 b 40.93 c P6 56.72 bc 766.03 b 128.73 b 36.53 b P7 58.63 d 794.27 bc 135.27 b 52.13 d P8 53.19 a 678.93 a 108 27 a 31.20 a

Keterangan : Huruf sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%.

Pengaruh sistem Tumpangsari (P) terhadap Peubah Produksi Tanaman Kacang Tanah

Hasil analisis statistik sistem tumpangsari (P) menunjukkan adanya pengaruh nyata pada peubah produksi tanaman kacang tanah meliputi , berat

polong kering ha-1, berat kering biji ha-1 dan berat kering 1000 biji . Rerata masing-masing parameter produksi ditunjukkan pada Tabel. 2 .

Tabel. 2 menunjukkan rerata parameter produksi tanaman kacang tanah berat polong kering ha , berat kering 1000 biji, dan berat kering biji ha

Tabel 2 : Rerata berat kering polong ha-1, berat kering biji ha-1 dan berat 1000 biji Kacang Tanah.

Keterangan : Huruf sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%. Perlakuan sistem pertanaman

monokultur kacang tanah (P1) berbeda nyata terhadap perlakuan sistem tumpangsari kacang tanah – wijen (P3,P4,P5) dan sistem tumpangsari kacang tanah – jagung (P6,P7,P8) baik model doble row, single row maupun model segi empat. Perlakuan sistem pertanaman tumpangsari

single row (P4,P7) berbeda nyata terhadap perlakuan sistem pertanaman tumpangsari doble row (P5,P8) dan perlakuan model segi empat (P3,P6). Rerata tertinggi dicapai pada perlakuan sistem pertanaman monokultur kacang tanah (P1), berat polong kering = 2.77 ton ha-1 dan berat kering 1000 biji = 456.07 gram.

Perlakuan Berat Kering Polong ha-1 (ton)

Berat Kering Biji ha-1 (ton)

Berat Kering 1000 Biji (gram)

P1 2.77 c 2.03 d 456.07 f P3 1.74 ab 1.04 a 311.23 cd P4 2.07 b 1.57 c 377.36 e P5 1.47 a 1.05 a 284.98 bc P6 1.33 a 0.99 a 253.23 ab P7 2.16 b 1.27 b 328.47 d P8 1.23 a 0.99 a 215.87 a

(5)

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...68 Hubungan antara parameter

pertumbuhan luas daun, berat kering tanaman dengan parameter produksi berat

1000 biji dan produksi ha-1 ditunjukkan pada gambar regresi Linier (Gambar. 1 - 3 ). 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 2.20 650.00 700.00 750.00 800.00 850.00 900.00 950.00 LD76 Y = -2.3368 + 0.0046 X1 r = 0.617 Observed Linear BKBJHA

Gambar 1. Hubungan antara Luas Daun dengan Berat Biji Kering ha-1 Tanaman Kacang Tanah

0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 2.20 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 BKT Y = -0.0695 + 0.294 X1 r = 0.860 Observed Linear BKBJHA

Gambar 2. Hubungan antara Berat Kering Tanaman 91 hst dengan Berat Kering Biji ha-1

0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 2.20 200.00 300.00 400.00 500.00 BK1000BJ Y = -0.1085 + 0.0044 X1 r = 0.867 Observed Linear BKBJHA

Gambar 3. Hubungan antara Berat Kering 1000 Biji dengan Berat Kering Biji ha-1

Gambar 1 - 3 menunjukan bentuk hubungan linier positif antara peubah luas daun dengan berat kering biji ha-1 nilai r = 0,617 ; berat kering tanaman dengan berat kering biji ha-1 nilai r = 0,860 ; berat kering 1000 biji dengan berat kering biji ha-1 nilai r = 0,867.

Pengaruh Sistem Tumpangsari (P)

terhadap Parameter Pertumbuhan

Tanaman Wijen

Hasil analisis statistik sistem tumpangsari (P) menunjukkan adanya pengaruh nyata pada parameter pertumbuhan tinggi tanaman umur 80 hst, luas daun umur 66 hst, berat segar tanaman umur 80 hst, berat kering tanaman umur 80 hst. Rerata masing-masing peubah pertumbuhan ditunjukkan pada Tabel. 3

(6)

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...69 Tabel. 3 : Rerata tinggi tanaman 80 hst, luas daun 66 hst, berat segar tanaman 80

hst, berat kering 80 hst Tanaman Wijen. Perlakuan Tinggi Tan.

80 hst (cm) Luas Daun 66 hst (cm2) Berat Segar Tan. 80 hst (gram) Berat Kering Tan. 80 hst (gram) P2 159.13 b 1469.59 d 295.18 b 75.56 b P3 132.73 a 1241.09 b 221.89 a 51.58 a P4 158.87 b 1338.36 c 293.49 b 72.71 b P5 127.25 a 1210.64 a 133.59 a 59.06 a Keterangan : Huruf sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%.

Tabel. 3 menunjukkan rerata parameter pertumbuhan tanaman wijen tinggi tanaman 80 hst, luas daun 66 hst, berat segar tanaman 80 hst, berat kering tanaman 80 hst . Perlakuan sistem pertanaman monokultur kacang tanah (P1)

berbeda nyata terhadap perlakuan sistem pertanaman tumpangsari kacang tanah – wijen (P3,P4,P5) , baik model single row

(P4) , model doble row (P5) maupun model

segi empat (p3). Rerata tertinggi dicapai

pada perlakuan sistem pertanaman monokultur kacang tanah dengan nilai rerata tinggi tanaman 80 hst = 159.13 cm ,

luas daun 66 hst = 1469.59 cm2 , berat segar tanaman 80 hst = 295.18 gram , berat kering 80 hst = 75.56 gram .

Pengaruh Sistem Tumpangsari (P) terhadap Parameter Produksi Wijen

Hasil analisis statistik sistem tumpangsari (P) menunjukkan pengaruh nyata pada parameter produksi tanaman wijen meliputi berat kering 1000 biji dan berat biji kering ha-1.berat kering Polong ha-1 Rerata masing-masing peubah ditunjukkan pada Tabel. 4

Tabel. 4 : Rerata , berat kering 1000 biji , berat kering biji ha-1 , berat kering polong ha-1 ,tanaman wijen.

Perlakuan Berat Kering 1000 Biji (gram)

Berat Biji Kering ha -1 ton

Berat

Polong Kering ha-1 ton

P2 3.92 b 1.17 c 1.36 c

P3 2.93 a 0.63 a 0.89 a

P4 3.86 b 0.89 b 0.98 b

P5 2.99 a 0.75 ab 0.92 ab

Keterangan : Huruf sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%. Tabel. 4 menunjukkan rerata

masing-masing parameter produksi tanaman wijen, jumlah bunga umur 66 hst, jumlah polong 80 hst , berat kering 1000 biji, berat biji kering ha-1, berat polong kering ha-1. Perlakuan sistem pertanaman monokultur tanaman wijen (P2) berbeda nyata terhadap perlakuan sistem pertanaman tumpangsari Kacang tanah - wijen (P3,P4,P5) baik model single row (P4), model doble row (P5) maupun model

segi empat (P3). Rerata tertinggi dicapai pada sistem monokultur kacang tanah dengan nilai rerata , berat kering 1000 biji = 3.92 gram, berat biji kering ha-1 = 1.17 ton , berat kering polong per ha-1 = 1.36 ton.

Hubungan antara parameter

pertumbuhan dan produksi Tanaman Wijen

(7)

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...70 Hubungan antara parameter

pertumbuhan luas daun, berat kering tanaman dengan parameter produksi berat

1000 biji dan produksi ha-1 ditunjukkan pada gambar regresi (Gambar. 4 - 6 ).

0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 1.10 1.20 1.30 1200.00 1250.00 1300.00 1350.00 1400.00 1450.00 1500.00 LD Y = -1,6181 + 0.0019 X1 r = 0.760 Observed Linear BKBJHA1

Gambar 4. Hubungan antara Luas Daun 66 HST dengan Berat Kering Biji ha-1

0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 1.10 1.20 1.30 50.00 60.00 70.00 80.00 BKT Y = - 0.3570 + 0.0188 X1 r = 0.742 Observed Linear BKBJHA1

Gambar 5. Hubungan antara Berat Kering Tanaman 80 HST dengan Berat Kering Biji ha-1

0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 1.10 1.20 1.30 2.80 3.00 3.20 3.40 3.60 3.80 4.00 BK1000BJ Y = - 0.4091 + 0.3702 X1 r = 0.624 Observed Linear BKBJHA1

Gambar 6. Hubungan antara Berat Kering 1000 Biji dengan Berat Kering Biji ha-1

Gambar. 4 - 6 menunjukkan hubungan Regresi linier positif antara parameter luas daun dengan berat kering biji ha-1 nilai r = 0,760 ; berat kering

tanaman dengan berat kering biji ha-1 nilai r = 0,742 ; berat kering 1000 biji dengan berat kering biji ha-1 nilai r = 0, 624

(8)

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...71 Hasil analisis statistik sistem

tumpangsari (P) menunjukkan pengaruh nyata pada parameter pertumbuhan tanaman jagung tinggi tanaman 66 HST , luas daun umur 66 HST ,berat segar

tanaman umur 100 HST dan berat kering tanaman umur 100 HST . Rerata masing-masing peubah pertumbuhan ditunjukkan pada Tabel. 5

Tabel. 5 : Rerata tinggi tanaman, luas daun umur 66 hst, berat segar dan berat kering tanaman umur 100 hst Tanaman Jagung

Perlakuan Tinggi Tan. (cm) 66 hst

Luas Daun (cm2) 66 hst

Berat Segar Tan. (gram) 100 hst

Berat Kering Tan. (gram) 100 hst P6 196.17 a 2845.56 a 403.91 a 135.89 a

P7 229.88 c 3677.23 c 598.84 c 152.43 b

P8 26.25 b 314.15 b 454.69 b 130.98 a

Keterangan : Huruf sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%. Tabel. 5 menunjukkan rerata parameter

pertumbuhan tanaman jagung tinggi tanaman 66 hst, Luas daun 66 hst, Berat Segar Tanaman 100 hst, Berat Kering Tanaman 100 hst. Perlakuan sistem pertanaman tumpangsari kacang tanah – jagung model single row (P7) berbeda

nyata terhadap sistem pertanaman model doble row (P8) dan model segi empat (P6)

. Rerata tertinggi dicapai pada perlakuan sistem pertanaman tumpangsari kacang tanah – jagung model single row (P4)

tinggi tanaman umur 66 HST = 229.88 , luas daun = 3845,56 cm2 berat segar

tanaman 100 HST = 598.84 gram , berat kering tanaman 100 HST = 152.43 gram.

Pengaruh sistem tumpangsari (P) terhadap parameter produksi jagung.

Hasil analisis statistik sistem tumpangsari (P) menunjukkan perbedaan nyata pada parameter produksi tanaman jagung berat kering 1000 biji , berat tongkol kering ha-1 berat kering biji ha-1 . Rerata masing – masing peubah produksi tanaman ditunjukkan Tabel. 6.

Tabel. 6 : Rerata berat kering 1000 biji, berat tongkol kering ha-1, berat kering biji ha-1 Jagung

Perlakuan Berat Kering 1000 biji (gram)

Berat Tongkol Kering ha-1 ton

Berat Kering Biji ha-1 ton

P6 262.33 a 6.61 a 4.79 a

P7 363.53 c 8.61 c 7.54 c

P8 289.33 b 7.57 b 6.92 bc

Keterangan : Huruf sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5% Tabel. 6 menunjukkan rerata

masing – masing parameter produksi jagung berat kering 1000 biji , berat tongkol kering ha-1 ,berat kering biji ha -1

.Perlakuan sistem tumpangsari model single row (P7) berbeda nyata terhadap sistem tumpangsari model doble row (P8)

dan model segi empat (P9). Rerata tertinggi dicapai perlakuan sistem tumpangsari model single row (P7) berat kering 1000 biji = 363.53 gram, berat tongkol kering ha-1= 8.61 ton , berat kering biji ha-1= 6.92 ton.

(9)

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...72 Hubungan antara peubah pertumbuhan

dan parameter produksi Tanaman Jagung

Hubungan antara parameter pertumbuhan luas daun, berat kering tanaman dengan parameter produksi berat 1000 biji dan produksi ha-1ditunjukkan pada gambar regresi linier (Gambar.7–9 ).

2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 2800.00 3000.00 3200.00 3400.00 3600.00 3800.00 LDJ66 Y= - 6.7204 + 0.0042 X1 r = 0.623 Observed Linear BKBJHA1

Gambar 7 . Hubungan antara Luas Daun 66 HST dengan Berat Kering Biji ha-1

2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 125.00 130.00 135.00 140.00 145.00 150.00 155.00 BKTJ100 Y = - 5.7231 + 0.0892 x1 r = 0.284 Observed Linear BKBJHA1

Gambar 8. Hubungan antara Berat Kering Tanaman 100 HST dengan Berat Kering Biji ha-1

2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 240.00 260.00 280.00 300.00 320.00 340.00 360.00 380.00 BKJ1000 Y = - 2.2306 + 0.0294 X1 r = 0.501 Observed Linear BKBJHA1

Gambar 9. Hubungan antara Berat Kering 1000 Biji dengan Berat Kering Biji ha-1

Gambar. 7 - 9 menunjukkan bentuk hubungan regresi linier positif antara parameter luas daun dengan berat kering biji ha-1 nilai r = 0,623 ; berat

kering tanaman dengan berat kering biji ha-1 nilai r = 0,284 ; berat kering 1000 biji dengan berat kering biji ha-1 nilai r = 0,501

(10)

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...73 Tabel. 1 - 6 Gambar. 1 - 9

menunjukan rerata dan bentuk hubungan regresi kuadratik linier positif antara parameter pertumbuhan dan produksi tanaman . Jika nilai r > 0,5 menunjukkan bentuk hubungan yang kuat, berarti tanaman mempunyai laju akumulasi karbohidrat lebih cepat dan diikuti dengan meningkatnya produk sintesa dan metabolisme tanaman. Luas daun mencerminkan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan cahaya matahari dalam berfotosintesis guna mencapai proses assimilasi optimal sehingga menghasilkan produk fotosintat yang secara keseluruhan tidak terlepas dari faktor lingkungan . Menurut Eussen ( 1979 ), dinyatakan bahwa modifikasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sebagai akibat hubungan antara tanaman dengan semua faktor yang terpadu dalam proses kompetisi. Tingkat kompetisi tanaman suatu tanman tergantung

kemampuan tanaman dalam

memanfaatkan faktor lingkungan . Jika nilai r < 0,5 menunjukkan bahwa sistem pertanaman menentukan tingkat populasi tananaman maupun antar spesies . Populasi tanaman yang tinggi sistem penggunaan cahaya secara maksimum pada awal pertumbuhan, akan tetapi pada akhirnya penampilan masing-masing tanaman secara individu sangatlah dipengaruhi antara spesies dalam hal penyerapan cahaya , unsur hara dan air. Yao dan Shaw (1964), bahwa mengutarakan bahwa populasi tanamn wijen ataupun jagung perlu diperhatikan bila ditumpangsarikan dengan kacang tanah , karena hanya 16 % radiasi surya yang dapat ditransmisikan kelapisan bawah bila populasi wijen ataupun jagung 100% dengan jumlah populasi 100.000 tanaman per hektar dan akan meningkat 25

% radiasi surya bila menggunakan populasi 50 % dengan jumlah populasi 50 .000 tanaman per hektar. Diperkuat pendapat Berg (1968), persaingan beberapa tumbuhan akan berinteraksi negatif apabila spesies itu mereduksi faktor-faktor pertumbuhan seperti unsur hara , air dan cahaya . Hal ini tergantung pada kecepatan tumbuh tahap permulaan dari pertanaman, kompetisi penyerapan unsur hara dan air sangat ditentukan oleh distribusi akar dalam sistem perakaran tanaman. Moenandir ( 1988 ), mengatakan bahwa tingkat pengaruh pertanaman ditentukan oleh beberapa faktor yang meliputi faktor fisik, biologi dan kultur teknis. Faktor fisik mencakup kelembaban tanah , intensitas cahaya, temperatur, kesuburan tanah dan curah hujan. Faktor-faktor biologi mencakup komposisi dan kerapatan koloni , tipe tanaman, serangga dan patogen, faktor-faktor tersebut menentukan apakah keseimbangan suatu pertanaman akan bergeser kearah tanaman pokok atau kearah tanaman tumpangsari.

Peubah Tumpangsari LER, Kab, Kba, Cra, Crb Tongkol Kering – Polong Kering

Hasil analisis statistik menunjukkan parameter tumpangsari LER, Kab, Kba,Cra, Crb tongkol kering – polong kering menunjukkan perbedaan nyata . Rerata masing-masing peubah tumpangsari ditunjukkan Tabel. 7 .

Tabel. 7 menunjukkan rerata masing - masing parameter tumpangsari LER, Kab, Kba, Cra, Crb Tongkol kering – Polong kering. Nilai rerata >I dicapai perlakuan P4 (sistem tumpangsari kacang tanah - wijen Model Single Row) untuk parameter LER =1.61, Kab = 1.27, Kba : 1.51, Cra = 1.22, Crb =1.29.

(11)

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...74 Tabel 7 : Rerata LER, Kab, Kba, Cra, Crb Tongkol kering – Polong kering

perlakuan LER Kab Kba Cra Crb

P3 0.86 ab 0.92 a 0.94 a 0.94 b 0.97 ab P4 1.61 c 1.27 c 1.55 c 1.33 d 1.29 c P5 0.94 ab 0.95 a 0.91 a 0.96 b 1.04 b P6 0.76 a 0.91 a 0.89 a 0.89 a 0.91 a P7 1.49 bc 1.21 b 1.13 b 1.22 c 1.28 c P8 0.92 ab 0.93 a 0.95 a 0.94 b 0.94 a

Keterangan : Huruf sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5%. Perlakuan P7 (Sistem tumpangsari

kacang tanah - wijen Model Single Row) untuk parameterLER = 1.31, Kab = 1.21, Kba = 1.13, Cra = 1.17, Crb = 1.28. Perlakuan P5 (Sistem Tumpangsari

Kacang tanah - Wijen Model Doble Row) untuk peubah Crb = 1.04 dan perlakuan P8 (Sistem Tumpangsari kacang tanah -

jagung Model Doble Row) untuk parameter LER = 1.02. Rerata tertinggi dicapai perlakuan P4 (Sistem

Tumpangsari Wijen kacang tanah - wijen

Model Single Row) untuk peubah Kba = 1.51.

LER, Kab, Kba, Kba, Cra , Crb Kering Pipil – Biji Kering

Hasil analisis statistik menunjukkan parameter tumpangsari LER, Kab, Kba, Cra, Crb kering pipil – biji kering menunjukkan perbedaan nyata. Rerata masing - masing parameter tumpangsari ditunjukkan Tabel. 8

Tabel 8 : Rerata LER, Kab, Kba, Cra, Crb Kering pipil – biji kering.

Perlakuan LER Kab Kba Cra Crb

P3 0.95 ab 0.81 a 0.92 ab 0.96 a 0.92 ab P4 1.42 d 1.31 c 1.35 d 1.49 c 1.75 d P5 0.99 ab 0.91 ab 0.95 b 1.11 bc 1.07 b P6 0.83 a 0.81 a 0.85 a 0.91 a 0.80 a P7 1.31 c 0.96 b 1.23 c 1.31 c 1.26 c P8 1.02 b 0.92 a 0.90 ab 0.97 ab 0.91 ab

Keterangan : Huruf sama pada kolom sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan 5% Tabel. 8 menunjukkan rerata

masing – masing parameter tumpangsari LER, Kab, Kba, Cra, Crb kering pipil – biji kering. Nilai rerata >I dicapai perlakuan P4 (sistem tumpangsari kacang tanah - wijen Model Single Row) untuk parameter LER = 1.42, Kab = 1.31, Kba = 1.35, Cra : 1.49, Crb = 1.75. Perlakuan P7 (sistem tumpangsari kacang tanah - jagung Model Single Row) untuk parameter LER = 1.31, Kba = 1.23, Cra = 1.37, Crb = 1.26. Perlakuan P5 (sistem tumpangsari kacang tanah - wijen Model Doble Row) untuk tumpang sari Cra = 1.11 dan Crb =

1.07. Nilai rerata tertinggi dicapai perlakuan P4 (sistem tumpangsari kacang tanah – wijen) menunjukkan bahwa perlakuan sistem tumpangsari model singgle row tanaman kacang tanah - wijen ataupun kacang tanah - jagung mempunyai nilai LER, Kab, Kba, Cra dan nilai Crb > 1. Dikatakan Palainapan (1988), bahwa nilai LER > 1 berarti tumpangsari kacang tanah - wijen ataupun kacang tanah - jagung memberi pengaruh yang cukup berarti terhadap pertumbuhan dan perkembangan kedua jenis tanaman yaitu wijen ataupun jagung yang tinggi

(12)

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...75 dan kacang tanah yang lebih rendah akan

membentuk turbulensi angin sehingga sehingga terjadi distribusi CO2 yang baik. Kacang tanah sebagai tanaman C3 relatif tahan terhadap naungan.

Perlakuan sistem pertanaman tumpangsari model singgle row pada tumpangsari kacang tanah - wijen ataupun kacang tanah - jagung secara umum memberikan nilai Kab dan Kba > 1. Jika nilai Kab > 1 berarti bahwa dominasi tanaman dicapai oleh tanaman wijen ataupun jagung yang ditumpangsarikan pada tanaman kacang tanah dan jika Kba > 1 berarti dominasi tanaman dicapai oleh tanaman dicapai oleh tanaman kacang tanah tumpangsari wijen, ataupun kacang tanah tumpangsari jagung. Hal ini dimungkinkan bahwa tanaman legum mampu menyediakan kebutuhan nitrogennya dengan kemampuan simbiosis yang tidak menjadi pesaing bagi tanamn pokok dalam penyerapan nitrogen dan dapat memberikan kontribusi baik N maupun air dan cahaya.

Rerata Cra dan Crb tertinggi dicapai pada perlakuan sistem pertanaman tumpangsari model Single row tanaman kacang tanah - wijen dan tanaman kacang tanah - jagung . Jika Cra > 1 berarti bahwa tingkat kompetisi didominasi tanaman wijen yang ditumpangsarikan pada tanaman kacang tanah ataupun tanaman jagung yang ditumpangsarikan pada tanaman kacang tanah. Jika rerata Crb > 1 berarti bahwa tingkat kompetisi didominasi oleh tanaman kacang tanah . Hal ini diduga bahwa tanaman wijen maupun jagung mampu memanfaatkan 6 % radiasi surya yang diterima permukaan bumi, sedang tanaman kacang tanah relatif tahan terhadap naungan

Secara keseluruhan tumpangsari kacang tanah - wijen ataupun kacang tanah - jagung dengan model singgle row dapat memberikan pengaruh komplementer terhadap pertumbuhan dan perkembangan kedua jenis tanaman .Diperkuat pendapat pendapat Lovellus (1991), bahwa tanaman C3 pada umumnya tumbuh dibawah kanopi tanaman lain dan mampu beradaptasi pada kondisi ternaungi dengan cara memiliki titik kompensasi yang rendah . Suhu rendah akan menyebabkan menurunnya aktivitas respirasi yang menyebabkan menurunnya aktivitas yang menyebabkan peningkatan hasil fotosintesis bersih karena kehilangan karbondioksida dapat ditekan, sehingga pembentukan polong menjadi meningkat. Naungan akan memberikan kelembaban, sehingga air dapat tersedia lebih baik. Pada daerah terbuka tanaman golongan C3 dengan intensitas cahaya yang tinggi akan dapat menyebabkan penutupan stomata yang merupakan alasan utama pengurangan fotosintesis , sehingga karbohidrat yang dihasilkan menjadi berkurang. Kekurangan air juga akan dapat menghambat translokasi hasil fotosintesis ke seluruh bagian tanaman oleh jaringan floem dan sebaliknya pengangkutan unsur hara dari tanah melalui jaringan xylem juga terhambat. Selanjutnya apabila suhu menurun, maka tanaman akan menjadi mempunyai laju akumulasi karbohidrat yang lebih cepat sehingga akan mempengaruhi produk sintesa dan metabolisme tanaman.

Tinjauan Ekonomi

Nilai ekonomi sistem pertanaman tumpangsarikacang tanah – wijen dan kacang tanah – jagung ditunjukkan pada tabel. 9

(13)

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...76

Tabel 9. Nilai ekonomi produksi sistem pertanaman tumpangsari kacang tanah –wijen dan kacang tanah - jagung

Berat Kering Biji ha-1 (ton) Bruto Biaya Netto R/C

P e rla k u a n K a c a n g .T W ije n J a g u n g P ro d u k s i R a tio U$ U$ U$ U$ P1 1.87 1.876 594 1.482 1.26 P2 1.17 0.758 318 559 1.31 P3 1.95 0.63 1.291 525 967 1.33 P4 1.26 0.89 1.919 581 1.396 1.37 P5 0.96 0.75 1.374 537 1.121 1.25 P6 0.91 4.79 1.534 795 1.132 1.35 P7 1.17 8.54 2.178 927 1697 1.28 P8 0.91 6.92 1.836 813 1.473 1.19 Keterangan :

- Penentuan harga berdasar pada harga di tingkat petani dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kota Madiun - Harga kacang tanah per ton 0.922 U$

- Harga Wijen per ton 0.533 U$ - Harga jagung per ton 0.133 U$

Tabel 9. menunjukkan nilai ekonomi produksi tanaman sistem pertanaman tumpangsari kacang tanah – wijen dan kacang tanah – jagung, Nilai R/C Rasio tertinggi dicapai pada perlakuan P4 ( sistem pertanaman tumpangsari kacang tanah –wijen model singgle row ) = 1,37 dan terendah pada perlakuan P8 ( sistem pertanaman tumpangsari kacang tanah-jagung model doble row ) = 1.19. Nilai R/C Ratio > 1 menunjukkan bahwa sistem tumpangsari menguntungkan . Menurut pendapat Suharjo (1992), bahwa nilai R/C ratio > 1 menunjukan usaha yang lebih baik dari suatu usaha tani.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Sistem pertanaman tumpangsari menentukan tingkat populasi tanaman, efisiensi penggunaan cahaya dan tingkat kompetisi baik antar tanaman maupun antar spesies. Hal ini ditunjukkan oleh perlakuan sistem pertanaman tumpangsari model single row kacang tanah – wijen (P4) maupun kacang tanah – jagung (P7)

merupakan tingkat populasi ideal bagi sistem pertanaman lahan kering yang memberikan pengaruh nyata pada semua parameter pengamatan .

Secara keseluruhan menunjukkan adanya hubungan nyata antara parameter pertumbuhan dan peubah produksi tanaman kacang tanah, Wijen maupun jagung diantaranya hubungan antara peubah luas daun dengan berat kering biji ha-1, berat kering tanaman dengan berat kering biji ha-1, berat kering 1000 biji dengan berat kering biji ha-1.

Ditinjau dari segi ekonomi sistem tumpangsari kacang tanah – Wijen maupun kacang tanah – jagung menguntungkan dalam usaha tani. Keberhasilan sistem pertanaman tumpangsari ditunjukkan oleh adanya peningkatan produktivitas lahan yang mampu meningkatkan produksi tanaman secara optimum.

Saran

Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat jika dilakukan penelitian lanjutan dengan Peran Inokulasi

(14)

Agritek Volume 12 Nomor I maret 2011 TUMPANGSARI KACANG TANAH...77 Rhizobium dan Model Tumpangsari dalam

penyediaan lengas dan Substitusi Hara N dengan tujuan agar diperoleh tingkat efektivitas penggunaan tanaman dan peningkatan kadar nitrogen tanah dan aktivitas mikro organisme dalam tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Budi, L.S. 2003. Identifikasi Sifat

Agronomis Plasma Nutfah

Tanaman Wijen. Thesis Program

Pascasarjana Unej. Jember. Bps. 1999 Statistik Indonesia 1999,

Jakarta

Dauley and Singh. 1982. Affect of N and P

Rates and Plant Densities on

Yield of Rainfed Sesame. Indian Journal of Agric. Sciences 53 (3) 166 -169.

Dwidjoseputra, D., 1988. Pengantar

Fisiologi Tumbuhan. PT

Gramedia Jakarta.

Giller, K.E., (2001) Nitrogen Fixation

Intropical Cropping System. 2nd Edition. CABI Publishing.

Kasno, A., Achmad, dan Sunardi, 1993,

Kacang Tanah. Balai Penelitian

Tanaman Pangan Malang. 315 P. Kaul and Das. 1986. Oil seeds in

Bangladesh. Bangladesh Canada

Agric.Sector.Team Ministry of Agric .GOV.OF The People Rep.of Bangladesh.13.P.

Mareno, R.A.,1982.Intercropping with

sweet potato ( I Pomoea batatas )

incontrol America. Pp 243 – 254.

In RL. Villarcat and T.D. Graggi (Eds). Proc. Lst Inl. Symp. Sweet Potato AVRDC.

Nurheru, SH, Isdijoso, Soenardi dan T. Basuki. 1993. Prospek

Pengembangan Jarak dan Wijen

di daerah baru. Laporan

Penelitian ARMP 1992/1993. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, Malang.

Palaniappan, S.P., 1998. Cropping Systems

in the Tropics. Principles and

Management. Willey Limited

and Tamir Nadu Agricultural University Coimbatore. 215 p Rahayu, S.2003. Pertumbuhan dan

Produksi Jagung (Zea mays L.)

dan kacang Tanah (Arachis

hypoaea L.) dalam Sistem

Monokultur dan Tumpangsari di

Bawah Persaingan Gulma.

Thesis Program Pascasarjana Unej. Jember.

Rismunandar, 1976. Bertanaman Wijen. Penerbit Terate. Bandung Soemarwoto, O., 2000. Ekologi.

Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jembatan,Jakarta. Soeprapto, S., 1988. Konsep Pengusahaan

Lahan sebagai Acuan

Pendekatan Penanganan

Terpadu. Makalah Simposium

Peningkatan Peran dan Fungsi Lahan Kering dengan Pengelolaan Terpadu STIPPER. Yogyakarta.

Utomo dan Arsyadi., 1989. Buried Weed Seed Population in Crabel Soils,proc. 11 th APWSS Cont. Taipei, ROC, P 45 – 55

Vaughan. 1986. Sesame or Beniseed (

Sesamum indicum L. ) The

Structure and Utilization of Oil Seeds. Chapman and Hall, London. P. 201.

Weiss, E.A. 1971. Castor Sesame and

Safflower. Leonard II ill. London. P. 311-332.

Gambar

Tabel 2 : Rerata berat kering polong ha -1 , berat kering biji ha -1  dan  berat 1000 biji   Kacang Tanah
Gambar 3.   Hubungan antara Berat Kering 1000 Biji dengan Berat Kering Biji ha -1
Gambar  5.   Hubungan antara Berat Kering Tanaman 80 HST dengan Berat  Kering Biji ha -1
Gambar 9.   Hubungan antara Berat Kering 1000 Biji dengan Berat Kering Biji ha -1
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tingginya biaya pemasaran ini akan dibebankan kepada produsen dengan menekan tingkat harga dan menaikkan harga dikonsumen, sehingga produsen dan konsumen akan

Kompos jamur tiram (SMC) mampu menghilangkan diazinon 100% pada konsentrasi larutan umpan yang tinggi. Hasil penelitian ini, bakteri dari SMC mampu mendegradasi

Manakah di antara teknik cerita berantai dan berandai-andai yang lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi pada siswa SDN Adireja Wetan 01.

Sejak edisi Oktober 2014 hingga sekarang, jurnal TAWARIKH dikelola oleh para Dosen dari Jurusan Sejarah FIB UNHAS (Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin) Makassar dan

Ragam tafsir bermunculan ke dalam tradisi keilmuan Islam -khususnya al-Qur’ān- sebenarnya berangkat dari asumsi bahwa mufassir atau si pembaca teks tidak diatur

Proses metabolite profiling menunjukkan sejumlah 34 predictable compounds dan 28 unknown compounds , sedangkan studi in silico menunjukkan 7 senyawa yang

Pekerjaan para perempuan muslim di bidang dakwah di desa Sananwetan pada dasarnya memperkuat kerja dakwah para pendakwah laki-laki yang ada. Sangat menyedihkan bahwa

Penyusunan lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Penilaian Siswa (LPS) Penyusunan LKS dan LPS dilakukan peneliti bersama guru bahasa Indonesia. Hasil catatan yang