• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sri Rahayu 1), Luluk Sulistiyo Budi 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sri Rahayu 1), Luluk Sulistiyo Budi 2)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1) 2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Merdeka Madiun.

1) Jl. Serayu, Tromol Pos 12. Taman, Madiun, 63137, Telp. 081335340615, Fax : 0351-495551, MACAM GENOTIPE TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

TANAMAN WIJEN

Aplication of The Part Interaction Population Number per Hole and Genotype to Growth and Production Sesame

Sri Rahayu 1), Luluk Sulistiyo Budi 2)

Abstract : The purpose of this research was to know the part interaction population number per hole and genotype to growth and production sesame. The research was conduced in The important strategy to increase the part interaction population number per hole and genotype to growth and and sesame production by using intensification programe are the application of planting and . Field trial was conducted in Klumutan , Saradan , Madiun, from pebruari until Mei 2006. The based on Randomized Complete Block Design With three replication. The first factor was populasi number per hole which consisted of three levels, i.e : population number one per hole, two per hole, and three per hole. The second factor of three genotype ( local variety ), namely which Magetan, Kediri and Bojonegoro. The result of the analysis undicated that there were interaction between population number per hole and genotype in parameters of leaves number, diameters stem, number flower , 1000 seeds weight and no interaction in parameters of plant height, number of node, number of pod , fresh and dry weight and production weight ha-1.

Key words : Populasi, Genotype, Local Variety, Sesame.

Komoditas perkebunan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi adalah tanaman wijen. Tanaman wijen memiliki multiguna terutama berupa minyak wijen yang bermanfaat bagi dunia kesehatan, biogas maupun pupuk. Tanaman wijen selain mudah diusahakan juga tahan terhadap iklim kering. Produktivitas tanaman wijen masih tergolong rendah dalam skala terbatas di tingkat petani. Rendahnya produktivitas wijen di Indonesia karena sistem budidaya masih secara ekstensif belum melakukan intensifikasi, sedangkan benih yang digunakan tidak jelas asal usulnya dan tidak pernah dilakukan pemuliaan maupun perbaikan bahan tanam. Upaya peningkatan produktivitas wijen di tingkat petani diperlukan adanya program ekstensifikasi dan intensifikasi. Salah satunya adalah pemilihan varietas dan sistem pertanaman dalam menentukan jumlah populasi tanaman per satuan luas.

Pemilihan varietas dan jumlah populasi tanaman per satuan luas secara tepat sangat penting berkaitan dengan produksi yang dihasilkan persatuan luas dan upaya pemuliaan tanaman. Program pemuliaan tanaman wijen dapat terlaksana, jika didukung oleh tersedianya plasma nutfah dalam jumlah banyak agar mudah dalam merakit varietas unggul baru dengan sifat-sifat yang diinginkan. Keragaman genetik yang semakin banyak maka kita tahu tempat atau daerah mana yang cocok dengan varietas tertentu. Beech (1995), mengemukakan variasi

(2)

genetik pada plasma nutfah wijen yang ada dirasa masih sangat kurang .Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas wijen di Indonesia yang hanya sekitar 300-400 kg ha-1, sedangkan di Australia mampu menghasilkan wijen 1 ton ha-1. Menurut Kaul dan Das, (1986), bahwa populasi dasar yang beragam dapat ditimbulkan dengan beberapa cara yaitu dengan penambahan koleksi dari varietas lokal atau varietas liar, introduksi dari luar negeri dan mutasi Keragaman genetik yang semakin banyak maka kita tahu tempat atau daerah mana yang cocok dengan varietas tertentu dengan produktivitas tinggi.

Penerapan populasi merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman wijen. Jumlah populasi perlubang bermanfaat mengefisienkan benih persatuan luas dan mengetahui sejauh mana pengaruh dari persaingan dalam mendapatkan ruang tumbuh, unsur hara, air dan sinar matahari terhadap masing-masing populasi (Rahayu,2003) . Kerapatan populasi yang tepat, tanaman dapat memperoleh ruang tumbuh yang seragam, distribusi perakaran dalam hal penyerapan air optimum, evaporasi air tanah berkurang sehingga lebih banyak air yang tersedia bagi tanaman dan serangan dan penyebaran penyakit terhambat. Aucland (1981), mengemukakan tingkat kerapatan tanaman sampai batas tertentu produksi meningkat, kemudian produksi akan menurun dengan bertambahnya populasi tanaman. Menurut Heyne (1987), bahwa semakin tinggi tingkat keragaman akan terjadi persaingan yang tinggi, baik antar individu tanaman atau kelompok tanaman tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan faktor yang tersedia seperti air, cahaya, unsur hara dalam kondisi tidak seimbang untuk tiap-tiap tanaman, akan menghambat pertumbuhan tanaman. Prinsip bahwa populasi berpengaruh terhadap keefisienan tanaman dalam menggunakan faktor lingkungan sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Pemilihan varietas dan penentuan tingkat populasi tanaman akan menentukan tingkat produktifitas tanaman wijen persatuan luas. Berdasar permasalahan dan kenyataan tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang penerapan jumlah populasi per lubang dan macam genotype terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman wijen.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di lahan tegal jenis tanah gromosol dengan fisik tanah berat, dengan kemiringan 3 % (datar), ketinggian tanah 68 meter diatas permukaan air laut, suhu rata-rata 29 - 320 C . Penelitian dilakukan pada bulan pebruari – Mei 2006 di Desa Klumutan, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi benih wijen (varietas lokal), pupuk organik (bokasi), pupuk anorganik meliputi Nitrogen (Urea), Pospor (TSP) dan insektisida. Alat cangkul, alat ukur, timbangan.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial, terdiri dari 2 (dua) faktor dengan 3 (tiga) kali ulangan.Faktor I : jumlah populasi perlubang (P) terdiri dari 3 (tiga) taraf yaitu : P1 = 1 tanaman perlubang, P2 = 2 tanaman perlubang, P3 = 3 tanaman

perlubang. Faktor II macam genotipe (G) terdiri dari 3 (tiga) macam genotipe yaitu :G1 =

Magetan (MGT – G14), G2 = Kediri (KDR – G15), G3 = Bojonegoro ( BJN – G16 ).

Pengamatan pada parameter Tinggi tanaman, Diameter batang, Jumlah cabang, Jumlah daun, Jumlah bunga, Berat segar tanaman, Berat kering tanaman, Jumlah polong, Berat 1000 biji dan Berat produksi per hektar.

HASIL

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan jumlah populasi perlubang (P) dan perlakuan macam genotipe (G) terhadap parameter jumlah daun, Diameter batang, Jumlah bunga, berat 1000 biji.

(3)

Jumlah Daun

Perlakuan antara jumlah populasi perlubang (P) dan perlakuan macam genotipe (G) terhadap parameter jumlah daun umur 11 MST. Rata-rata jumlah daun pada Gambar. 1

19,73 75,2 88 79,9 32,77 19,73 19,4 25,6 51,9 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 G1 G2 G3 J u m la h D a u n P1 P2 P3

Gambar. 1 Interaksi antara perlakuan jumlah populasi perlubang (P) dan perlakuan macam genotipe (G) terhadap parameter jumlah daun.

Gambar. 2 menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan jumlah populasi perlubang (P) dan perlakuan macam genotipe (G) terhadap jumlah daun umur 11 minggu setelah tanam. Respon kombinasi perlakuan populasi 1 tanaman perlubang dengan genotipe 14 (P1G1)

menunjukkan jumlah daun tertinggi = 88,00. Perlakuan tersebut (P1G1), berbeda nyata dengan

semua kombinasi perlakuan yang lain yaitu (P1G2), (P1G3), (P2G1), (P2G2), (P2G3), (P3G1), (P3G2)

dan (P3G3). Nilai rata-rata interaksi jumlah daun terendah pada kombinasi perlakuan populasi 1

tanaman perlubang dengan perlakuan macam genotipe 16 (P1G3) = 18,73.

Diameter Batang

Perlakuan antara jumlah populasi perlubang (P) dan perlakuan macam genotipe (G) terhadap parameter diameter batang umur 11 minggu setelah tanam. Rata-rata jumlah daun pada Gambar. 2

(4)

8.87 9.45 8.2 8 6.6 7.67 7.57 6.13 7 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 G1 G2 G3 D ia m e te r B a ta n g P1 P2 P3

Gambar. 2 Interaksi ntara perlakuan jumlah populasi perlubang (P) dan perlakuan macam genotipe (G) terhadap parameter Diameter Batang.

Gambar. 2 menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan jumlah populasi perlubang (P) dan perlakuan macam genotipe (G) terhadap diameter batang umur 11 minggu setelah tanam. Respon kombinasi perlakuan 1 populasi perlubang dan perlakuan genotipe 2 (P1G2)

menunjukkan rata-rata tertinggi = 9,43 mm. Sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada kombinasi perlakuan 3 populasi perlubang dan perlakuan genotipe 2 (P3G2) = 6,13 mm.

Jumlah Bunga

Perlakuan antara antara jumlah populasi perlubang (P) dan perlakuan macam genotipe (G) terhadap parameter Jumlah Bunga umur 7 minggu setelah tanam. Rata-rata jumlah daun pada Gambar. 3

Gambar. 3 Interaksi antara perlakuan jumlah populasi perlubang (P) dan perlakuan macam genotipe (G) terhadap parameter Jumlah Bunga.

Gambar. 3 menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan jumlah populasi perlubang (P) dan perlakuan macam genotipe (G) terhadap parameter jumlah bunga umur 7 minggu setelah tanam. Respon kombinasi perlakuan populasi 1 tanaman perlubang dengan perlakuan genotipe 15 (P1G2) menunjukkan jumlah bunga tertinggi = 26,07 pertanaman. Nilai rata-rata terendah

terdapat pada kombinasi perlakuan 2 populasi perlubang dan perlakuan genotipe 1 (P2G1) = 9,20.

Berat 1000 Biji

Perlakuan jumlah populasi perlubang (P) dan perlakuan macam genotipe (G) terhadap parameter Berat 1000 Biji. Rata-rata jumlah daun pada Gambar. 4

(5)

Gambar. 4 menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan jumlah populasi perlubang (P) dan perlakuan macam genotipe (G) terhadap parameter berat 100 biji. Respon kombinasi perlakuan populasi 2 tanaman perlubang dengan perlakuan genotipe 2 (P2G2)

menunjukkan berat 1000 biji tertinggi = 3,08 gram dan rata-rata terendah terdapat pada kombinasi perlakuan populasi 3 tanaman perlubang dengan perlakuan genotipe 3 (P3G3) = 2,78

gram.

2.87

3.05

2.97

2.79

3.08

2.85

2.75

3.05

2.78

2.5

2.6

2.7

2.8

2.9

3

3.1

3.2

G1

G2

G3

B e ra t 1 0 0 0 B ij i

P1

P2

P3

Gambar. 4 Interaksi antara perlakuan jumlah populasi perlubang (P) dan perlakuan macam genotipe (G) terhadap parameter Berat 1000 Biji.

Secara terpisah perlakuan jumlah populasi perlubang (P) berpengaruh nyata pada parameter umur 11 minggu setelah tanam , jumlah cabang umur 11 minggu setelah tanam, jumlah polong umur 11 minggu setelah tanam, berat segar tanaman, berat kering tanaman, sedangkan perlakuan macam genotipe (G) menunjukkan pengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman umur 11 minggu setelah tanam, dan jumlah cabang umur 11 minggu setelah tanam. Nilai rata-rata hasil pengamatan beberapa parameter sebagaimana pada Tabel. 1

(6)

Tabel 1. Nilai rata-rata hasil pengamatan pengaruh perlakuan terhadap beberapa parameter pada beberapa umur pengamatan

Tinggi Jumlah Jumlah Berat Segar Berat kering Berat Perlakuan Tan. (cm) Cabang Polong Tan. (gram) Tan. (gram) Produksi

11 MST 11 MST 11 MST (ton ha-1) P1 134,91 3,75 b 87,56 b 119,72a 39,89a 0,75 P2 128,52 3,36 b 69,92 b 194,44 b 57,68 b 0,83 P3 122,56 2,67a 46,20a 176,00 b 57,59 b 0,68 BNT 5% tn 0,45 21,85 47,60 13,30 tn G1 139,13 b 3,67 b 66,94 173,78 54,44 0,74 G2 126,2 a 3,20a 75,81 164,24 48,73 0,81 G3 120,65a 2,92a 60,92 152,14 51,98 0,70 BNT 5% 11,85 0,45 tn tn tn tn

Keterangan : MST = minggu setelah tanam tn = tidak nyata

Angka yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada uji BNT 5%.

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan jumlah populasi per lubang (P) terdapat perbedaan yang nyata pada jumlah cabang. Nilai rata-rata tertinggi jumlah cabang dicapai pada perlakuan populasi 1 (P1) = 3,75 dan terendah dicapai pada perlakuan populasi 3 (P3) = 2,67.

Nilai rata-rata tertinggi jumlah polong dicapai pada perlakuan populasi 1 (P=) = 87,56 dan terendah pada perlakuan populasi 3 (P3) = 46,2. Nilai rata-rata tertinggi berat segar tanaman

dicapai pada perlakuan populasi 2 (P2) = 194,44 gram dan terendah pada perlakuan populasi 3

(P3) = 119,72. Nilai rata-rata tertinggi berat kering tanaman pada perlakuan populasi 2 (P2) =

57,68 gram dan terendah pada perlakuan populasi 1 (P1) = 39,89 gram. Untuk perlakuan macam

genotipe (G) terdapat beda nyata pada parameter tinggi tanaman umur 11 minggu setelah tanam. Nilai rata-rata tertinggi dicapai pada perlakuan genotipe 1 (G1) = 139,13 cm dan

terendah pada perlakuan genotipe 3 (G3) = 120,65 cm. Nilai rata-rata tertinggi jumlah

cabangumur 11 minggu setelah tanam dicapai pada perlakuan genotipe 1 (G1) = 3,67 dan nilai

rata-rata terendah pada perlakuan genotipe 3 (G3) = 2,92.

Pembahasan

Hasil analisis statistik menunjukkan adanya interaksi atau hubungan nyata pada kombinasi perlakuan jumlah populasi perlubang dan macam genotipe terhadap parameter jumlah daun, diameter batang, jumlah bunga dan berat 1000 biji. Hal ini rata-rata ditunjukkan pada umur pengamatan 11 minggu setelah tanam. Berarti bahwa kombinasi perlakuan jumlah populasi dan macam genotipe berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, karena genotipe yang digunakan mempunyai tingkat respon yang berbeda terhadap jumlah populasi per lubang. Sebagaimana yang dikatakan Budi (2003) bahwa tanaman wijen mempunyai karakteristik yang sangat berbeda sehingga dimungkinkan memiliki tingkat respon terhadap faktor lingkungan yang berbeda. Perbedaan yang nyata pada kombinasi perlakuan jumlah populasi per lubang dan macam genotipe dapat dikatakan bahwa perlakuan yang digunakan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman wijen. Hal ini sesuai dengan pendapat Jumin (1989) yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan organ penyimpanan (storage) dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi laju fotosintesis. Faktor lingkungan meliputi suhu, kelembaban, temperatur, cahaya matahari, pengairan dan tingkat kesuburan tanah.

(7)

Faktor genetik meliputi sifat kegenjahan, percabangan, panjang ruas, jumlah polong, ruang polong, panjang polong, warna biji, berat 1000 biji, kadar minyak dan ketahanan terhadap hama dan penyakit.

Pada genotipe 2 menunjukkan interaksi yang nyata pada beberapa pengamatan, karena tipe perakarannya cenderung menyebar akan lebih leluasa dalam penyerapan bahan organik yang merupakan bahan dasar dari proses fotosintesis. Bahan organik bersama-sama air diserap akar tanaman masuk melalui pembuluh xylem menuju daun dengan bantuan sinar matahari. Hal ini sesuai yang diungkapkan Franklin (1991), bahwa daun merupakan organ penting karena daun merupakan pusat kegiatan metabolisme tanaman yang menghasilkan fotosintat hasil fotosintesis. Fotosintat yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk pembentukan komponen dan hasil tanaman.

Perlakuan jumlah populasi perlubang memberikan pengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang, jumlah polong, berat segar tanaman dan berat kering tanaman. Hal ini dimungkinkan bahwa tingkat kebutuhan tanaman dapat terpenuhi dan dapat dimanfaatkan tanaman secara optimal untuk pembentukkan jumlah cabang yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan jumlah polong, berat segar tanaman dan berat kering tanaman. Pada berat produksi ha-1 tidak menunjukkan pengaruh nyata dimungkinkan terdapat kesalahan dalam penanganan panen yang kurang sempurna dan waktu panen yang terlambat, sehingga mengurangi produksi wijen secara keseluruhan.

Hasil analisis terhadap perlakuan macam genotipe memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan jumlah cabang. Hal ini disebabkan bahwa genotipe tanaman wijen memiliki karakteristik, perbedaan tersebut ditunjukkan dari sifat morfologi tanaman yaitu tipe perakaran. Sebagaimana yang dikatakan Budi (2003), bahwa tanaman wijen mempunyai dua tipe perakaran yaitu memanjang dan menyebar, bentuk daun yang memanjang dan melebar, tipe percabangan bercabang dan tidak bercabang.

Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa antara perlakuan jumlah populasi perlubang (P) dan perlakuan macam genotipe (G) menunjukkan interaksi nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman wijen. Perlakuan jumlah populasi perlubang (P) menunjukkan pengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun, diameter batang, jumlah cabang, jumlah bunga, jumlah polong, berat basah tanaman dan berat kering tanaman. Perlakuan macam genotipe (G) menunjukkan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah cabang .

DAFTAR RUJUKAN

Auckland, A.K., 1981. Sesame Breeding and Selection in East Afrika. Sesame Status and Improvement. Proc. of Expert Cosultation. FAO. Rome. Italy. Hal 129 – 131.

Berger, J., 1962. Maize Prodoction and Manuring of Maize. Center Dutade de Lozok Geneva. P. 75 Sesame An Agronomic

Beech, D.F., 1981. Approach to Yield Improvement. Sesame Status and Improvement. Proc. of

Expert Consultation. 8 – 12 December 1980. FAO. Rome. Italy. P. 121 – 126 Budi, L.S. 2003. Identifikasi Sifat Agronomis Plasma Nutfah Tanaman Wijen. Thesis Program

Pascasarjana Unej. Jember

Frank B. Salisbury dan Cleon W. Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. ITB Bandung. Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Terjemahan Badan Litbang Kehutanan.

Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta. Hal 1747 – 1751.

Kaul, A.K. and M.L Das, 1986. Qilseeds in Bangladesh. Bangladesh–Canada Agric Sector. Team Ministry of Agric. Gov. of the People Rep.of Bangladesh. P-13.

(8)

Poespodarsono, S., 1986. Pemuliaan Tanaman I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.

Rahayu, S.2003. Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays L.) dan kacang Tanah

(Arachis hypoaea L.) dalam Sistem Monokultur dan Tumpangsari di Bawah Persaingan Gulma. Thesis Program Pascasarjana Unej. Jember.

Romli, M., Soenardi dan A. Sastrosupadi, 1995. Pengaruh Populasi Tanaman Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Wijen. Hasil Penelitian Jarak dan Wijen. Balittas. Malang. 19

hal.

Van Rheenen, H.A, 1981. Genetic Resources of Sesame in Afrika : Collection and

Exploration. Sesame Status and Improvement. Proc. of Expert Consultation. 8 – 12

Gambar

Tabel 1. Nilai rata-rata hasil pengamatan pengaruh perlakuan terhadap beberapa parameter pada  beberapa umur pengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Data pada table I.1 juga diketahui bahwa tingkat literasi keuangan mahasiswa berada pada level yang masih masuk dalam kategori belum maksimal atau tidak memuaskan, sehingga

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada beberapa distrik di Kabupaten Teluk Bintuni, adapun tinggalan kolonial Belanda yang berhasil dilakukan pendataan adalah tangki

Jaringan pipa minyak di Tarakan dibedakan atas dua bagian, yaitu pertama jaringan pipa yang berfungsi sebagai saluran distribusi minyak dari sumur-sumur ladang minyak disatukan

Proses diagnosa penyakit diikuti dengan tersedianya lebih dari satu pilihan yang memenuhi kriteria tertentu adalah termasuk permasalahan fuzzy logic, fuzzy logic

Dimensi tersebut perlu ditanamkan pada calon pendidik dan tenaga kependidikan atau calon manajer yang menjadi suri tauladan bagai peserta didik dan anak buahnya ke

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pencahayaan dan waktu penyimpanan yang tepat terhadap kualitas fisik dan kimia umbi kentang varietas Medians yang ditanam

PT Sinarmas Sekuri- tas or its affiliates may be involved in transactions contrary to any opinion herein or have positions in the securities recommended herein and may seek or will

Teori yang digunakan untuk menganalisis pola adaptasi yang dilakukan oleh perempuan muda pasca bercerai di Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah adalah teori