• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGGALAN KOLONIAL DI KABUPATEN TELUK BINTUNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGGALAN KOLONIAL DI KABUPATEN TELUK BINTUNI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGGALAN KOLONIAL DI KABUPATEN TELUK BINTUNI

Bau Mene

(Balai Arkeologi Jayapura) Abstract

Colonial relics found in Teluk Bintuni Regency is the oil tank, warehouse logistics, housing, oil wells, oil pump, housing, health department offi cials, teacher housing, cottages, housing authorities, airports, harbors and swimming pool. From the results of research conducted showed that the remnants of colonial buildings built by the Dutch government is to support the smooth operation of petroleum exploration in Teluk Bintuni Regency. Exploration conducted in Kampung Mogoi and Wasian. Petroleum exploration undertaken by the company NNGPM, which is a joint of some famous international companies owned by the Netherlands and the United States.

Keyword: colonial relic, colonial buildings, the Dutch government

Latarbelakang

Penelitian arkeologi di Kabupaten Teluk Bintuni pernah dilakukan oleh Balai Arkeologi Jayapura pada 2002. Penelitian dilakukan di Kecamatan Babo guna mendata tinggalan arkeologi Islam yang ada di wilayah tersebut. Pada saat itu Kecamatan Babo masih dalam wilayah Kabupaten Manokwari. Data yang berhasil dikumpulkan adalah makam-makam kuno, sumur tua yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk mengambil air wudhu dan naskah-naskah kuno (Tim Peneliti, 2002). Selain itu tim peneliti berhasil mengumpulkan data dari informan bahwa di Pulau Modan dan Pulau Nusmawar terdapat masjid tua yang pertama kali didirikan di wilayah tersebut, tim peneliti tidak berhasil sampai ke lokasi karena tempatnya sangat jauh.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat bahwa di Kampung Wamesa, Kabupaten Teluk Bintuni terdapat gua-gua yang didalamnya terdapat tulang-tulang manusia dan di Distrik Bintuni terdapat bangunan kolonial Belanda. Berdasarkan informasi tersebut maka diadakan penelitian di Kabupaten Teluk Bintuni, untuk mendapatkan gambaran tentang tinggalan arkeologi yang ada di wilayah ini, perlu

(2)

dilakukan penelitian yang bersifat eksploratif untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang ada di wilayah tersebut.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, adapun permasalahan yang akan dibahas adalah (1) Peninggalan-peninggalan dan konteks arkeologi apa saja yang terdapat pada Kabupaten Teluk Bintuni ? (2) Apa fungsi peninggalan arkeologi yang ditemukan di Kabupaten Teluk Bintuni?

Tujuan Penelitian

Arkeologi mempunyai tujuan untuk mengungkapkan kehidupan manusia masa lalu berdasarkan hasil-hasil kebudayaannya yang dapat ditemukan hingga saat ini. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga tujuan arkeologi yaitu merekonstruksi sejarah kebudayaan, merekonstruksi cara hidup dan merekonstruksi proses-proses perubahan suatu kebudayaan. Adapun tujuan diadakannya penelitian ini tidak terlepas dari tiga tujuan arkeologi tersebut yaitu untuk mengungkapkan dan merekonstruksi peninggalan-peninggalan arkeologi dan mengetahui benda-benda arkeologi apa saja yang terdapat pada situs tersebut serta apa fungsi benda-benda yang terdapat pada situs tersebut.

Kerangka Pemikiran

Kehadiran pemerintah kolonial Belanda di Papua tentunya memiliki berbagai tujuan dan kepentingan. Salah satu tujuannya adalah untuk menguasai kekayaan alam yang terkandung di Papua. Bulan Juli 1828 pertama kali diadakan usaha oleh penguasa Belanda untuk sungguh-sungguh menguasai Papua. Di pantai selatan, tepat di sebelah utara Kepulauan Aru, dua buah kapal Belanda, Triton dan Iris, berlabuh di teluk yang terbentang di kaki Gunung Lamenciri, sebuah gunung yang tinggi tegak menjulang ke angkasa. Kapal Triton membawa A.J.Van Delden, seorang komisaris pemerintah yang dikirim oleh gubernur Belanda di Maluku, khusus untuk membangun suatu perbentengan

(3)

yang dapat diduduki oleh suatu kesatuan militer Belanda di Papua sebagai bukti bahwa Belandalah yang memiliki daerah pantai selatan mulai pada garis meridian 1400 sebelah

timur Greenwich sampai semenanjung Goede Hoop di pantai utara, kecuali daerah-daerah yang dikuasai oleh Sultan Tidore (Thamrin, 2001).

Papua kaya akan minyak bumi yang tentunya akan membawa keuntungan yang sangat besar jika Belanda bisa menguasai wilayah ini dan mengolah minyak bumi tersebut salah satu wilayah yang kaya akan minyak bumi adalah Teluk Bintuni. Eksplorasi minyak bumi di Kabupaten Teluk Bintuni dilakukan oleh perusahaan NNGPM. Perusahaan NNGPM merupakan gabungan dari beberapa perusahaan minyak terkenal dan berskala internasional milik Belanda dan Amerika Serikat. Eksplorasi minyak di wilayah Teluk Bintuni dilakukan di wilayah Mogoi-Wasian (Rahman, 2006).

Untuk mendukung kelancaran aktivitas pengeboran minyak dibangun jalan yang menghubungkan kawasan Distrik Tembuni dan Distrik Bintuni, sebagai sarana pendukung dibangun pula perumahan untuk para pegawai, pejabat, gudang logistik, rumah peristirahatan, gereja, sekolah, lapangan sepak bola, rumah sakit, pelabuhan dan bandara.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tidak terlepas dari metode penelitian arkeologi yaitu metode pengumpulan data dan metode pengolahan data. Metode pengumpulan data meliputi: (1) studi pustaka yaitu mengumpulkan literature berupa buku-buku, jurnal dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan obyek kajian (2) survei yaitu pengamatan langsung terhadap obyek kajian berupa pencatatan, pendeskripsian, pengukuran terhadap bangunan-bangunan yang ditemukan pemotretan, terhadap lingkungan sekitar serta benda-benda arkeologis yang ditemukan tujuan survei untuk memperoleh benda arkeologi atau situs arkeologi yang belum pernah ditemukan sebelumnya (3) wawancara yaitu tanya jawab terhadap informan yang dianggap memiliki pengetahuan dan mampu memberikan informasi yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung. Metode pengolahan data, dilakukan dengan cara mendeskrispsikan temuan yang ada untuk dianalisis kemudian ditarik kesimpulan.

(4)

Hasil dan Pembahasan

Secara geografi s wilayah Kabupaten Teluk Bintuni berada antara 10 57’50”

LS – 3011’26” LS dan 132044’59” – 134014’49” BT dengan luas wilayah 18.637 km2

terdiri atas 24 distrik, 115 kampung dan dua buah kelurahan. Kabupaten Teluk Bintuni berbatasan dengan sebelah utara Kabupaten Manokwari, sebelah selatan Kabupaten Kaimana, sebelah timur Teluk Wandama dan sebelah barat Kabupaten Sorong Selatan (Badan Pusat Statistik Kabupaten Teluk Bintuni, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada beberapa distrik di Kabupaten Teluk Bintuni, yang meliputi Distrik Tembuni, dan Distrik Bintuni maka didapatkan beberapa tinggalan-tinggalan arkeologi. Adapun hasil temuan tersebut berupa tinggalan kolonial Belanda yang meliputi tangki minyak, rumah pejabat, rumah pegawai dinas kesehatan, perumahan guru, bangunan sekolah, gereja, rumah sakit, rumah peristirahatan, kolam renang, gudang logistik, kantor polisi, sumur minyak, mesin penggerak untuk mengolah minyak mentah, pelabuhan dan bandara

Untuk lebih jelasnya gambaran situs dan tingggalan arkeologi yang ditemukan dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Distrik Tembuni

Distrik Tembuni dengan ibukota Tembuni mempunyai luas wilayah 1.326 km2 yang terdiri atas 4 desa yaitu Desa Tembuni, Desa Arainsum, Desa Mogoi Baru

dan Desa Bangun Mulya. Survei dilakukan pada Desa Tembuni, dan Desa Mogoi, adapun temuan yang terdapat pada distrik ini adalah tangki minyak, gudang logistik, bekas bangunan sekolah, perumahan pegawai, sumur minyak dan mesin pompa. Untuk lebih jelasnya akan dideskripsikan sebagai berikut:

(5)

Tangki minyak

Tangki Minyak (dokumentasi Balar Jayapura 2011)

Tangki minyak yang terdapat di Distrik Tembuni ada 4 buah, yaitu dua buah terletak di Kampung Mogoi yang biasa disebut dengan tangki Mogoi dan 2 buah terletak di Desa Tembuni dekat Sungai Wasian yang biasa disebut tangki Wasian. Ukuran tangki minyak tersebut tidak diketahui karena tidak dilakukan pengukuran disebabkan kondisi lingkungan sekitar tempat tangki tersebut berada tidak memungkinkan untuk dilakukan pengukuran karena posisi tangki jauh dari jalan raya dan juga kondisi jalanan licin karena hujan lebat pada saat penelitian berlangsung.

Gudang Logistik

Gudang terletak di Desa Tembuni, Distrik Tembuni, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Gudang ini merupakan penampungan logistik para pegawai NNGPM. Untuk lebih jelasnya gudang ini dapat dideskripsikan sebagai berikut: Denah bangunan gudang berbentuk persegi empat, atap gudang terbuat dari asbes, pembagian ruangan ada 5. Adapun ukuran gudang tersebut adalah panjang 31,10 m lebar 28 m. Terdapat dua pintu yaitu pada bagian depan dan belakang pintu berdaun ganda, ukuran pintu adalah tinggi pintu 4,90 m dan lebar 7 m pintu terbuat dari kayu. Jendela berjumlah 40 buah terbuat dari kaca tebal, 14 buah jendela terdapat disamping

(6)

kanan dan 14 buah disamping kiri, 6 buah di bagian depan dan 6 buah di bagian belakang. Ukuran jendela lebar 1,13 m tinggi 2 m terbuat dari besi baja. Lantai terbuat dari campuran semen dan pasir yang dilapisi kawat tebalnya 11 cm, dinding gudang terdiri atas 4 bagian pada bagian paling bawah terdiri dari campuran batu dan semen yang tebalnya 16 cm, pada bagian kedua terbuat dari kaca yang sangat tebal, bagian ketiga terbuat dari asbes dan bagian paling atas adalah rang yang terbuat dari besi.

Kondisi gudang tidak terpelihara ini terlihat dari banyaknya semak belukar yang tumbuh pada dinding gudang tersebut dan pada bagian dalam terdapat banyak pecahan botol yang berserakan. Pada bagian dalam gudang terdapat mesin katrol untuk mengangkut bahan makanan

Perumahan pegawai

Perumahan pegawai terletak di Kampung Tembuni, Distrik Tembuni, Provinsi Papua Barat. Perumahan ini dibangun pada tahun 1942, perumahan tersebut saat ini hanya tersisa berupa rangka bangunan yang terbuat dari besi. Dilihat dari rangka bangunan yang ada bentuk denah bangunan persegi empat. Kondisi rangka bangunan tidak terpelihara sehingga ditumbuhi semak belukar.

Atap terbuat dari asbes ini dapat kita ketahui dari banyaknya kepingan-kepingan atap yang ditemukan di sekitar lokasi. Rangka bangunan berjumlah sekitar 70 buah, tetapi kami hanya mengambil satu buah sampel dan melakukan pengukuran dengan melihat bahwa ukuran semua rangka bangunan yang ada sama besar. Untuk lebih jelasnya bangunan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Denah bangunan berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang 13,25 meter lebar 7,71 m tinggi bangunan 2,95 m. Rangka bangunan terlihat sangat kokoh ini terlihat dari banyaknya besi yang digunakan sebagai tiang dan rangka atap, bahan pembuatan dinding rumah tidak diketahui karena tidak nampak adanya sisa-sisa dinding di sekitar lokasi. Dinding bagian depan dipasang agak masuk ke dalam sehingga pada bagian depan nampak seperti ada beranda. Perumahan ini mulai digunakan pada tahun 1945-1965.

(7)

Sumur Minyak

Sumur ini terletak di Kampung Mogoi, Distrik Tembuni, Kabupaten Bintuni, Provinsi Papua Barat. Sumur berjumlah 25 buah yang tersebar di sekitar kampung tersebut. Letak sumur kurang lebih 2000 m diatas permukaan laut, dengan kedalaman masing-masing sumur bervariasi mulai dari 2000 m hingga 5000 m. Sumur ini berisi minyak mentah yang akan dialirkan melalui pipa-pipa ke dalam tangki penampungan yaitu tangki Mogoi yang selanjutnya akan dialirkan ke tangki Wasian.

Sumur minyak dan pompa minyak (dokumentasi Balar Jayapura)

Pompa Minyak

Pompa minyak terletak di Kampung Mogoi. Pompa minyak terdiri atas 25 buah yang tersebar pada sumur-sumur minyak yang ada di sekitar Kampung Mogoi. Pompa terbuat dari besi, tidak dilakukan pengukuran pada pompa tersebut karena pada saat penelitian berlangsung pompa tersebut sedang digunakan memompa minyak yang terdapat pada sumur-sumur minyak tersebut.

2. Distrik Bintuni

Distrik Bintuni terdiri atas 6 desa yaitu Desa Bintuni Barat, Bintuni Timur, Beimes, Iguriji, Tuasai, Wesiri, Argosimerai dan Masina. Survei dilakukan di Desa Bintuni Barat, Desa Bintuni Timur dan Desa Tausai. Luas wilayah Distrik Bintuni adalah 1.318 km2. Adapun hasil temuan berdasarkan survei yang dilakukan adalah,

(8)

perumahan pejabat, perumahan pegawai dinas kesehatan, perumahan guru, gudang logistik, pelabuhan, rumah peristirahatan, kolam renang, gedung DRRD dan tangki minyak. Untuk lebih jelasnya temuan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Perumahan pejabat

Perumahan terletak di Jalan kompleks Telkom RT 1 RW 3 Distrik Bintuni. Perumahan ini terdiri atas 5 buah bangunan, yang dijadikan sampel 1 buah. Untuk lebih jelasnya bangunan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: Denah rumah berbentuk empat persegi panjang, dengan ukuran panjang 12,80 m sedangkan lebar 7,72 m. Rangka bangunan terbuat dari besi yang terlihat sangat kokoh. Pembagian ruangan ada 5 yang terdiri atas 3 kamar tidur 1 ruang tamu dan 1 dapur. Ruang tamu terletak dibagian depan dekat pintu utama, pintu kamar tidur semuanya menghadap ke ruang tamu. Bentuk jendela berdaun ganda, jumlah jendela pada bagian depan ada 3 buah dengan ukuran tinggi jendela 1,56 m dan lebar 1,20 m, jendela pada bagian belakang ada 2 buah, pintu utama terletak dibagian depan dengan ukuran tinggi pintu 2,13 m dan lebar 86 m, atap terbuat dari asbes konstruksi dinding bangunan terbuat dari asbes yang bagian dalamnya dilapisi direkatkan menggunakan lem. Dinding pada bagian belakang terbuat dari campuran pasir dan semen yang diplester yang pada bagian dalamnya dilapisi anyaman bambu. Dinding bagian depan, samping dan belakang dibuat pas dengan atap sehingga tidak tampak adanya beranda. lantai rumah terbuat dari campuran semen dan pasir.

Perumahan perwira

Perumahan terletak di Jalan Kompleks Telkom RT1 RW3 Distrik Bintuni. Jumlah keseluruhan bangunan 11 buah yang dijadikan sampel 1 buah. Untuk lebih jelasnya bangunan tersebut akan dideskripsikan sebagai berikut: Denah bangunan berbentuk empat persegi panjang tampak dari depan seolah ada 2 buah bangunan. Adapun ukurannya sebagai berikut: bangunan sebelah kiri ukuran panjangnya 7,5 m, lebar 4,43 m sedangkan bangunan yang sebelah kanan panjangnya 6,60 m dan lebar 3,36 m. Pintu utama terletak dibagian depan bangunan sebelah kiri pintu terbuat

(9)

dari kayu tinggi pintu 1,96 m lebar 96 cm , pembagian dalam ruangan ada 6. Ruang tamu terletak di bagian depan, pada bagian tengah terdapat ruang keluarga dan 3 buah kamar tidur yang menghadap ke ruang keluarga. Pintu kamar tidur terbuat dari kayu dengan ukuran tinggi 2 m dan lebar 93 cm. Pada ruang keluarga terdapat pintu menuju gudang pada bagian samping rumah ukuran pintu tinggi 2 m lebar 1,53 m bentuk pintu berdaun ganda terbuat dari kayu. Pada bagian depan terdapat jendela dengan ukuran tinggi 1,37 m lebar jendela 98 cm. Jendela bagian samping berdaun ganda dengan ukuran lebar 1,30 m tinggi 1,37 m. Pada bagian depan terdapat teras dengan ukuran panjang 8,15 m lebar 1,37 m. Dinding rumah pada bagian luar terbuat dari campuran semen dan pasir diplester sedangkan pada bagian dalam dinding rumah terbuat dari asbes yang dilapisi, dinding bagian depan, samping dan belakang dibuat agak masuk sehingga pada bagian depan, samping dan belakang ada sisa sedikit yang dijadikan beranda. Pada bagian atas jendela terdapat banyak ventilasi udara.

Perumahan pegawai Dinas Kesehatan

Perumahan teletak di Jalan Raya Bintuni. Perumahan ini dibangun pada tahun 1952 dengan jumlah bangunan secara keseluruhan ada sembilan buah. Yang dijadikan sampel ada 1 buah untuk lebih jelasnya bangunan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: Denah bangunan berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran lebar 8,90 m panjang 4,75 m tinggi rumah 2,70 m. Terdapat 4 buah jendela pada bagian depan dengan ukuran tinggi 1,30 m lebar 90 cm jendela terbuat dari kaca. Pintu utama terletak di bagian depan terbuat dari kayu adapun ukuran pintu 220 cm dan lebar 90 cm. Pembagian ruangan ada 5 dengan jumlah kamar tidur ada 3 ruang tamu 1 dan gudang pada bagian belakang. Terdapat teras pada bagian depan dengan ukuran lebar teras 8,9 m dan panjang 2,6 m.

Terdapat umpak pada rumah ini, sehingga untuk naik keatas rumah dibuatkan tangga. Tangga terbuat dari kayu, umpak terbuat dari campuran pasir dan semen, dinding rumah terbuat dari papan yang disusun, atap terbuat dari asbes.

Perumahan ini pada jaman Belanda diperuntukkan untuk para pegawai kesehatan, saat ini perumahan ini juga digunakan untuk para pegawai dinas kesehatan.

(10)

Perumahan guru

Perumahan ini terletak di Jalan Raya Bintuni, Desa Bintuni Barat RT 01, Distrik Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Perumahan terbagi atas 5 petak/ kopel, yang dijadikan sampel ada 1 buah. Untuk lebih jelasnya bangunan tersebut akan dideskripsikan sebagai berikut:Denah bangunan berbentuk empat persegi panjang dengan bentuk ruangan yang satu bersambung dengan ruangan lainnya (kopel/ petak). Pembagian ruangan ada 4. Ruang tamu terdapat pada bagian depan, 2 buah kamar tidur terdapat pada bagian dalam ruang tamu, posisi kamar saling berhadapan sehingga untuk menuju dapur nampak seperti lorong-lorong karena melewati kamar yang berhadapan. Dapur terdapat pada bagian belakang,untuk menuju kamar terdapat 1 buah pintu yang terbuat dari kaca yang dibingkai kayu dengan ukuran tinggi 2 m dan lebar 86 cm. Pintu utama terbuat dari kayu dengan ukuran tinggi pintu 2 m lebar pintu 91 cm, jendela pada bagian depan ada 2 buah terbuat dari rang dengan ukuran 1,04 m lebar 83 cm. Atap terbuat dari asbes, konstruksi dinding terbuat dari campuran semen dan pasir yang diplestr dan pada bagian dalam dilapisi anyaman bambu. Tidak terdapat umpak pada rumah ini.

Gudang logistik

Gudang logistik terletak di Jalan Raya Bintuni dalam kompleks pelabuhan. Pada jaman Belanda kemungkinan gudang ini digunakan sebagai tempat penampungan sementara barang-barang logistik yang berasal dari daerah Babo dan sekitarnya sebelum barang-barang tersebut diangkut ke tempat tujuan. Untuk lebih jelasnya dapat dideskripsikan sebagai berikut: denah bangunan berbentuk empat persegi panjang, atap dan dindingnya terbuat dari seng tebal, tidak terdapat jendela. Pada bagian belakang terdapat banyak ventilasi udara yang terbuat dari kawat.

Pelabuhan

Pelabuhan terletak di Jalan Raya Bintuni, Distrik Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni. Panjang pelabuhan 27, 25 m lebar 14,85 m. Pelabuhan ini dibangun oleh

(11)

pemerintah Belanda untuk kelancaran sarana transportasi laut. Pemda Kabupaten Teluk Bintuni telah melakukan pelebaran pada pelabuhan tersebut, ukuran panjang dan lebar sebelum dilkukan pelebaran tidak diketahui. Pelabuhan berfungsi sebagai tempat bongkar muat barang yang datang dari berbagai daerah disekitar wilayah tersebut.

Gedung DPRD

Gedung terletak di Jalan Raya Bintuni dalam kompleks pelabuhan. Pada jaman Belanda gedung ini digunakan sebagai gudang logistik. Saat ini gedung tersebut digunakan sebagai kantor DPRD, untuk lebih jelasnya bangunan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: denah bangunan berbentuk empat persegi panjang, bangunan tersebut sudah direnovasi sehingga tidak kelihatan bentuknya yang asli. Atap terbuat dari seng tebal. Konstruksi dinding terbuat dari campuran semen dan pasir.

Tangki minyak

Tangki minyak terletak di Kampung Tuasai, Distrik Bintuni, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat. Adapun temuan yang ada di kampung tersebut adalah 2 buah tangki minyak. Keletakan astronomis tangki minyak berada pada koordinat S: 02005’098” dan E: 133038’591”.

Untuk mencapai tangki minyak tersebut dapat ditempuh dengan jalan kaki dari Jalan Raya SP IV. Kondisi situs tidak terpelihara dengan baik, banyak semak belukar dan pohon-pohon tumbuh di sekitar tangki dan pipa-pipa. Tangki bentuknya seperti drum besar, dindingnya terbuat dari campuran baja dan besi. Adapun ukuran tangki minyak tersebut adalah tinggi kurang lebih 18 m dengan diameter 43,64 m.

Pada bagian bawah tangki terdapat 3 buah pipa yang berukuran besar, sedang dan kecil. Pipa besar dengan ukuran diameter 1,94 cm, pipa ini berfungsi untuk mengalirkan minyak siap pakai menuju kapal-kapal tangker yang berlabuh di pelabuhan. Minyak tersebut berasal dari tangki Wasian yang terdapat di Distrik

(12)

Tembuni. Pipa sedang yang berukuran diameter 70 cm, pipa ini adalah pipa untuk mengalirkan minyak yang berasal dari Tembuni untuk ditampung dalam tangki, sedangkan pipa kecil yang berukuran diameter 29 cm adalah pipa pembuangan.

Perumahan peristirahatan

Perumahan peristirahatan terletak di Jalan Palapa, Distrik Bintuni. Untuk lebih jelasnya perumahan ini dapat dideskripsikan sebagai berikut: Bentuk denah bangunan persegi empat panjang bentuk ruangan bersambung antara ruangan yang satu dengan ruangan lainnya ( kopel/petak) terdiri atas 6 petak, ini dapat diketahui dari jumlah pintu yang terdapat pada bagian depan. Ukuran panjang bangunan 30 m lebar, bangunan ini didirikan sebagai tempat peristirahatan bagi pemerintah Belanda.

Kolam renang

Kolam renang terletak di Jalan Palapa Kampung Distrik Bintuni. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut: Kolam renang berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang 18,85 m lebar 7,85 m dan tinggi 2,40 m. Kolam terbuat dari batu kali yang disusun campur semen dan pasir. Kondisi kolam tidak terpelihara ini dapat dilihat dari banyaknya semak belukar yang tumbuh disekitar kolam dan banyaknya rumput yang tumbuh pada bagian lantai.

Selain bangunan-bangunan tersebut diatas pemerintah Belanda juga membangun gereja, rumah sakit dan sekolah serta jalan darat untuk menghubungkan Kota Bintuni dengan daerah Tembuni sebagai daerah pusat eksploitasi minyak bumi. Bangunan sekolah, gereja dan rumah sakit tersebut tidak dilakukan pengukuran karena sudah direnovasi sehingga tidak terlihat lagi bentuk bangunan yang masih asli.

Kehadiran Belanda di Papua telah meninggalkan jejak-jejak tinggalan materi. Di kabupaten Teluk Bintuni kehadiran pemerintah Kolonial Belanda meninggalkan jejak-jejak berupa bangunan-bangunan tempat tinggal, rumah peristirahatan, kolam, pelabuhan, bandara dan tangki-tangki minyak yang tersebar di beberapa wilayah yang ada di wilayah tersebut.

(13)

Tangki minyak yang terdapat di Kabupaten Teluk Bintuni tersebar di beberapa tempat yaitu di wilayah Mogoi, Wasian dan Tausai. Tangki minyak yang terdapat di Kampung Mogoi adalah tempat pengolahan minyak mentah yang berasal dari sumur-sumur minyak yang terdapat di sekitar wilayah tersebut yang kemudian dialirkan ke tangki-tangki yang terdapat di Kampung Wasian. Minyak yang ditampung di tangki Wasian diolah kemudian dipisahkan lumpur dan air hingga yang tersisa adalah minyak yang selanjutnya dialirkan ke tangki yang terdapat di Kampung Tausai.

Tangki minyak yang terdapat di Kampung Tausai, Distrik Bintuni pada masa kolonial Belanda digunakan sebagai tempat penampungan minyak yang sudah siap untuk dialirkan ke kapal-kapal pengangkut minyak yang berlabuh di pelabuhan. Saat ini kilang minyak tersebut tidak bisa digunakan lagi karena pada saat Belanda akan meninggalkan tempat tersebut mereka mengunci tangki minyak tersebut sehingga tidak bisa digunakan lagi.

Bahan-bahan pembuatan tangki minyak tersebut adalah 75% baja dan 25% besi. Semua bahan-bahan pembuatan tangki minyak diimpor dari Belanda. Pada tahun 1944 produksi minyak diberhentikan untuk sementara karena pecah perang Dunia II, pada tahun 1947 baru beroperasi kembali.

Untuk memperlancar arus pengiriman minyak dibangun sebuah pelabuhan khusus sebagai tempat berlabuh kapal-kapal tanker yang akan mengangkut minyak ke daerah tujuan yaitu Singapura dan Kalimantan. Pelabuhan tersebut tidak diketahui ukurannya karena pada saat mengadakan penelitian tidak dilakukan pengukuran karena letaknya yang berada di tengah lautan sehingga untuk melalukan pengukuran harus menggunakan perahu atau speedboat.

Tidak jauh dari lokasi tambang minyak dalam wilayah Distrik Tembuni dibangun perumahan untuk para pegawai NNGPM. Perumahan ini tidak dapat kita saksikan lagi yang tersisa hanya berupa rangka-rangka bangunan yang terbuat dari besi. Tujuan pendirian rumah yang tidak jauh dari lokasi adalah untuk memudahkan pegawai dalam melaksanakan tugasnya

Selain mendirikan rumah untuk para pegawai NNGPM pemerintah Belanda juga membangun fasilitas perumahan untuk para pejabat Belanda, perumahan yang

(14)

dibangun untuk pejabat Belanda dindingnya menggunakan konstruksi campuran pasir dan semen yang didalamnya dilapisi anyaman bambu. Alasan penggunaan anyaman bambu pada lapisan dinding adalah untuk memperkokoh konstruksi dinding, selain itu karena bambu banyak tumbuh di daerah tersebut.

Kompleks perumahan perwira dibangun oleh pemerintah Belanda untuk digunakan sebagai tempat tinggal para tentara Belanda. Saat ini bangunan tersebut digunakan oleh penduduk setempat sebagai tempat tinggal, rangka bangunan terlihat sangat kokoh terbuat dari besi. Kemungkinan besi-besi yang digunakan diimport dari negeri Belanda.

Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan rumah, baik rumah tinggal pegawai, pejabat dan perwira sebagian berasal dari lingkungan sekitar misalnya bambu, kayu dan pasir. Untuk atap yang terbuat dari asbes, dan rangka-rangka bangunan yang terbuat dari besi dan kaca untuk jendela kemungkinan diimport dari Belanda.

Semua perumahan yang dibuat oleh pemerintah Belanda menggunakan ventilasi udara yang sangat banyak hal ini untuk memperlancar sirkulasi udara dalam ruangan. Pada kompleks rumah dinas kesehatan dibuat umpak, kemungkinan pembuatan umpak tersebut untuk mencegah banjir karena letak rumah tersebut dibagian tanah yang agak datar juga karena lingkungan sekitar adalah bekas rawa-rawa.

Untuk menghilangkan kejenuhan akibat kerja maka dibangun café dan bioskop sebagai fasilitas hiburan. Selain itu dibangun rumah peristirahatan yang dilengkapi dengan fasilitas kolam renang, rumah peristirahatan yang terletak diatas bukit sangat cocok dijadikan sebagai tempat istirahat karena tempatnya yang jauh dari keramaian dengan pemandangan sekitar yang indah.

Sebagai sarana olahraga pemerintah Belanda juga membangun lapangan sepak bola, lapangan golf dan lapangan tenis yang terletak di Distrik Tembuni tidak jauh dari kompleks perumahan pegawai NNGPM.

Untuk memperlancar pengangkutan logistik NNGPM, Belanda mendirikan pelabuhan, pelabuhan ini berfungsi sebagai pelabuhan tempat bongkar muat barang dan tempat berlabuh kapal-kapal yang membawa logistik dari Babo maupun dari

(15)

tempat-tempat lain. Pada saat ini pelabuhan tersebut masih berfungsi sebagai tempat bongkar muat barang dan tempat berlabuh kapal-kapal penumpang. Konstruksi asli dari pelabuhan tersebut masih dapat kita lihat walaupun pemerintah daerah Teluk Bintuni sudah melakukan penambahan dengan memperluas pelabuhan tersebut, tetapi masih dapat disaksikan bentuk tiang-tiangnya yang masih asli.

Selain membangun sarana transportasi laut pemerintah Belanda juga membangun bandara untuk membantu kelancaran transporasi udara. Bandara dibangun dengan panjang landasan 600 m dan lebar 18 m, saat ini pemda Kabupaten Teluk Bintuni sudah memperluas bandara tersebut dengan menambah lebar bandara menjadi 22 m. Bandara ini didarati oleh pesawat sejenis Cessna, twin otter, maskapai penerbangan yang beroperasi merpati, susi Air, avia star dengan melayani rute Bintuni-Sorong, Bintuni-Manokwari.

Selain mendata tinggalan kolonial didapatkan informasi dari penduduk sekitar tentang temuan kapak batu di Bukit Steyrita (bukit tinggi), kapak batu tersebut tidak sengaja ditemukan oleh penduduk pada saat pembuatan jalan setapak. Adapun ukuran kapak batu tersebut adalah panjang 4,5 cm lebar 3 cm dan tebalnya 2 cm warna hitam terbuat dari batu kali.

Selain dirumah penduduk didapatkan piring gambar naga, menurut keterangan yang diperoleh piring tersebut pada masa lampau digunakan untuk menyimpan tengkorak yang ditaruh di depan mulut gua.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada beberapa distrik di Kabupaten Teluk Bintuni, adapun tinggalan kolonial Belanda yang berhasil dilakukan pendataan adalah tangki minyak, perumahan pegawai NNGPM, perumahan pejabat, perumahan perwira, rumah dinas kesehatan, perumahan guru, pelabuhan, gudang logistik gedung DPRD, rumah peristirahatan, kolam renang dan bandara.

Berdasarkan fungsinya bangunan kolonial yang ada berfungsi sebagai berikut:

(16)

1. Tangki minyak yang ditemukan berfungsi untuk menampung minyak sebelum dialirkan ke kapal-kapal tanker

2. Bangunan perumahan pegawai NNGPM difungsikan untuk tempat tinggal para pegawai

3. Perumahan Pejabat berfungsi untuk tempat tinggal pejabat Belanda

4. Perumahan dinas kesehatan berfungsi untuk tempat tinggal pegawai dinas kesehatan 5. Perumahan guru berfungsi untuk tempat tinggal para guru

6. Gudang logistik berfungsi untuk menyimpan logistik para pegawai 7. Pompa minyak untuk memompa minyak kedalam tangki penampungan

8. Rumah peristirahatan berfungsi sebagai tempat beristirahat pada hari-hari libur setelah berhari-hari disibukkan oleh aktivitas kerja

9. Kolam renang berfungsi sebagai tempat rekreasi karena tempatnya berdekatan dengan rumah peristirahatan

10. Pelabuhan berfungsi sebagai tempat bongkar muat barang 11. Bandara berfungsi untuk memperlancar sarana transportasi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Teluk Bintuni. 2008. Teluk Bintuni dalam angka 2008. BPS Kabupaten Teluk Bintuni.

Tim Redaksi. 1999. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Rahman, Abdul. dkk. 2008. “Sejarah Teluk Bintuni awal pemerintahan kolonial Belanda di Papua hingga terbentuknya Pemerintahan defi nitif Kabupaten Teluk Bintuni pasca pemekaran”. Yogyakarta: Lanarka.

Soejono, P.S. 1963. Prehistori Irian Barat dalam Koentjaraningrat dan Harsja W. Bachtiar (ed.). Penduduk Irian Barat. Jakarta: PT. Penerbit Universitas. Hlm. 39-52. Thamrin, Tarmidzy. 2001. Boven Digul Lambang Perlawanan Terhadap Kolonialisme.

Surabaya: Ciscom.

Tim Penelitian. 2002. Laporan Survei Arkeologi Islam di Kecamatan Babo, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua. Balai Arkeologi Jayapura.

Referensi

Dokumen terkait

Katika wilaya ya Mjini ambayo inajumuisha mji mkongwe na maeneo ya ng‟ambo (angalia picha nambari 1 ukurasa wa 3) wakaazi wake wengi ni vijana ambao umri wao ni kati ya miaka 15 –

[r]

927 Hasil dari penelitian dan pembahasan di atas mengenai pengaruh kompetensi dan disiplin kerja terhadap kinerja telah di paparkan, maka dengan ini dapat

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : untuk mengetahui pengaruh yang signifikan secara simultan dan

Save As : Menyimpan lembar kerja aktif ke dalam disk dengan nama lain Save All : Menyimpan semua file program pada jendela yang aktif ke dalam disk Print : Mencetak lembar

Penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0.19 persen diakibatkan penurunan pada subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,39 persen sedangkan indeks

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!.. Ekologi Tumbuhan sebagai ilmu pengetahuan alam yang masih baru memerlukan ilmu

Analisis data dilakukan menggunakan analisi faktor untuk mengetahui faktor-faktor apa saja dan faktor dominan apa yang mempengaruhi kinerja karyawan pada PT.. Dari