• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menapak Jalan Kehidupan. Penciptaan Alam Semesta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Menapak Jalan Kehidupan. Penciptaan Alam Semesta"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Menapak Jalan Kehidupan

Hidup dapat diibaratkan suatu perjalanan, yaitu perjalanan lahiriah maupun perjalanan batiniah. Sebagai suatu perjalanan tentu ada awal dan ada akhir.

Perjalanan lahiriah berawal sejak kelahirannya dan berakhir sejak kematiannya. Sedangkan perjalanan batiniah berawal sejak Sang Atman mengambil wujud sebagai manusia atau sejak diciptakan sebagai manusia dan berakhir sang atman lepas dari kungkungan badan, menyatu kembali dengan sumbernya yaitu Tuhan.

Penciptaan Alam Semesta

Keberadaan alam semesta beserta segala isinya termasuk manusia merupakan kehendak dari Tuhan.

Sebelum alam semesta ini tercipta, yang ada hanya satu zat yang maha sadar yang memenuhi seluruh ruang yang tak terukur luasnya dan memenuhi seluruh waktu yang tak terhitung lamanya.

Tuhan yang maha sadar dengan kesadaranNya menciptakan alam semesta dengan segala isinya termasuk manusia dari dirinya sendiri dalam satu sisi sebagai Purusa dan Predana pada sisi yang lain.

Purusa adalah zat kerohanian yaitu Tuhan itu sendiri yang penuh kesadaran dengan sifat-sifatNya antara lain kekal, terang, suci dan merupakan kebenaran yang sejati.

Predana yang juga disebut Prakerti adalah zat kebendaan atau materi tanpa kesdaran dengan sifat-sifat antara lain tidak kekal, gelap, tidak suci, tidak benar atau maya dari pertemuan zat yang dualisme itu terciptalah alam semesta dengan segala keaneka ragamannya.

Benda-benda angkasa seperti matahari, bintang, bulan dan bumi termasuk kehidupannya seperti tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia yang mengandung unsur-unsur rwa bhineda berpotensi terjadi gesekan, benturan atau konflik yang bisa mengakibatkan kehancuran.

Tuhan yang maha sadar menyadari penuh hal itu karenanya bersamaan dengan penciptaan Tuhan juga berkehendak melakukan pemeliharaan, dengan sabda-sabdaNya yang dibukukan menjadi kitab suci (weda) memberi petunjuk, bimbingan dan tuntunan agar manusia

(2)

dalam menjalani kehidupannya hanya melakukan yang benar dan menjauhkan hal yang tidak benar dengan memberi pahala atas perbuatan yang baik atau yang dianjurkan dan perbuatan yang tidak baik atau yang dilarang yang lazim disebut sebagai hokum karma pala.

Seperti telah dikemukakan manusia terdiri atas dua unsur yaitu unsur badan atau materi dan unsur batin yang masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda.

Unsur badan dengan indra-indranya mempunyai keinginan yang tidak terbatas dari objek-objek materi di dunia luar, sedangkan batin mempunyai hanya satu keinginan atau kehendak yaitu agar Sang Atman lepas dari kungkungan badan menyatu kembali kepada sumbernya yaitu para atman (Tuhan).

Menyinggung masalah kehendak dan keinginan perlu mempunyai pemahaman tentang artinya masing-masing. Dalam buku Sai Meditasi (sebuah petinjuk praktis) yang disusun oleh Drs. Gede Arsa Dana dan Prof.Dr. I Wayan Jendra, SH. dijelaskan :

“Kehendak atau sifat Tuhan dan disebut juga sebagai Hukum Tuhan. Kehendak berhubungan ciri asasi atma. Keinginan berhubungan vasanas atau kebiasaan yang tertanam dalam manas. Keinginan berarti ketagihan untuk memperoleh sesuatu. Kehendak adalah ketetapan hati atau kebutuhan tekad untuk mendapatkannya.”

Tuhan tidak mampunyai keinginan karena semua yang ada adalah dirinya. Bagi Tuhan apapun kehendakNya bisa terjadi karena Tuhan Maha Kuasa. Secara garis besar kehendak Tuhan ada 3 yaitu : Penciptaan, Pemeliharaan, dan Pralina / Peleburan.

Posisi indra-indra yang berhadapan langsung dengan dunia luar lebih mudahdan lebih cepat mendapat pengaruhdari dunia luar yang menjanjikan kenikmatan dan kepuasan lahiriah. Kondisi yang demikian membuat pikiran condong memilih jalan lahiriah untuk mencari dan mengejar kepuasan lahiriah yang berada didunia luar yang dipercaya hal itu membuat dirinya berbahagia, ternyata kepuasan yang diperoleh hanya bersifat sementara. Kegagalan pencapaian kebahagiaan ini tidak mambuat surut dalam pencarian, yang dicari kepuasan dan kepuasan yang diproyeksikan didepan dalam khayal yang jauh dari saat sekarang, sehingga apa yang semestinya dicari di sini dan saat ini terlupakan. Bahwa sesungguhnya apa yang mau dicari ada disini dan ditemukan saat ini yaitu suatu yang kekal penuh damai itulah atman diri sejati yang merupakan kebenara tertinggi, sedangkan badan tempat Sang Atman bersemayam merupakan diri yang tidak sejati karena bersifat sementara yang tidak kekal tidak benar atau maya.

Dalam mengarungi kehidupan dijalan lahiriah sering kita dihadapkan dengan adanya peristiwa-peristiwa baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Saat peristiwa yang menyenangkan terjadi segera disambut dan diterima dengan suka cita dengan gelak tawa yang riang. Sebaliknya saat peristiwa yang tidak menyenangkan terjadi segera pikiran menyikapi dengan penolakan disertai penilaian dan penghakiman mencari sumber

(3)

penyebab dengan mempersoalkan siapa yang bersalah. Sementara suasana kehidupan diliputi rasa duka, penyesalan dan keresahan diikuti isak tangis kesedihan.

Dapat dipastikan utamanya bagi mereka yang menempuh jalan lahiriah hampir semuanya mengalami pasang surut suka-duka atau derita, bahwa suka yang sesaat disusul duka atau derita yang berkepanjangan. Ternyata hidup dijalan lahiriah tidak ada ujungnya, yang ada hanya kepedihan dan kepedihan. Bahkan pada waktu inkarnasi dalam kelahiran berikutnya kepedihan terus dibawa sebagai karma buruk.

Pengalaman yang pahit dan derita yang berkepanjangan membuat orang bertanya-tanya dalam perenungan, menyelam di kedalaman batin mencari akan permasalahan menemukan jawaban bagaimana memandang dan menyikapi hidup yang benar agar suka yang didapat bisa dipertahankan tanpa diikuti duka atau penderitaan yang dalam. Bahasa Bali dikenal dengan ungkapan “suka tan mewali duka” itulah kebahagiaan yang abadi. Di sini, di hati yang paling dalam ada jawabannya seperti yang dinyatakan dalam Bhagawat Gita Sloka 2, 66 sebagai berikut :

“Orang yang tidak mempunyai hubungan dengan Yang Maha Kuasa tidak mungkin memiliki kecerdasan rohani maupun pikiran yang mantap; Tanpa kecardasan rohani dan pikiran yang mantap tidak mungkin ada kedamaian; Tanpa kedamaian mana mungkin ada kebahagiaan ?”

Menyimak Sloka 2, 66 tersebut ternyata bahwa tiada kebahagiaan tanpa kedamaian, tiada kedamaian tanpa kecerdasan dan pikiran yang mantap, tiada kecerdasan dan pikiran yang mantap ada hubungan dengan Yang Maha Kuasa. Jadi kuncinya untuk mendapatkan kebahagiaan kita harus ada hubungan dengan Yang Maha Kuasa.

Pertanyaannya :

“Dimana dan kapan kita bisa mengadakan hubungan dengan Tuhan?” Jawabannya :

“Disini dan saat ini.”

Yang dimaksud disini adalah di dalam badan, di hati tempat Sang Atman bersemayam. Caranya dengan menerobos masum melewati 21 lapisan tubuh yang menyekat antara Tuhan dan Sang Atman. 21 lapisan tubuh dimaksud adalah :

1. Panca Jnandria (lidah, hidung, mata, telinga dan kulit),

2. Panca Taumatra (ganda / bau, rasa / lidah, rupa / warna, apasa / sentuhan, sabda /

bunyi),

(4)

4. Panca Maya Kosha (anna maya kosha / badan wadah, prana maya kosha / badan etherik, mono maya kosha / badan mental, jnana maya kosha/ badan kecerdasan, Ananda maya kosha / badan kebahagiaan) murnikan jiwa.

Lapisan-lapisan tersebut adalah lapisan kegelapan. Menyingkirkan kegelapan ialah dengan cara menghadirkan terang, karena gelap tidak pernah mau bersanding dengan terang. Menghadirkan terang adalah dengan cara mengucapkan om kara 21 kali.

Yang dimaksud saat ini adalah sekarang yaitu batas antara masa lalu dan masa depan. Pada saat ini atau sekarang Tuhan sebagai sang pencipta sedang bekerja melaksanakan tugas pemeliharaan terhadap ciptaannya yaitu alam semesta beserta segala isinya termasuk manusia berdasarkan Rta (hukum). Saat ini Tuhan menetapkan pahala atas karma-karma masa lalu yang baik maupun yang buruk.

Dengan mengadakan hubungan dengan Yang Maha Kuasa seseorang akan mendapat kecerdasan secara rohani karena sang atman bertemu dengan sumbernya Yang Maha Cerdas.

Seseorang dapat dikatakan cerdas secara rohani apabila ia dapat memahami dan menyadari bahwa dirinya yang sejati bukanlah badan, bahwa dirinya yang sejati adalah Atman (percikan Tuhan). Orang yang cerdas secara rohani memiliki pengetahuan wiweka, yaitu bisa memilah dan memilih adanya dua hal yang berbeda (ruwa bineda) yang satunya adalah sifat-sifat Tuhan (Sang Pencipta) seperti kekal, benar suci, terang dan damai. Satunya lagi sifat-sifat-sifat-sifat ciptaannya seperti tidak kekal, tidak benar, tidak suci, gelap dan resah.

Dengan memiliki kecerdasan secara rohani kita bisa memandang dan menyikapi hidup ini secara benar.

Tentang pikiran kiranya hampir semua orang mengetahui bagaimana sifat pikiran yang tidak pernah mau diam selalu bergerak seperti kera, melompat kesana kemari, tidak mau tinggal di tempat walau hanya sesaat. Kadang-kadang pikiran bergerak kemasa lalu, kemudian bergerak kemasa depan, jarang betah tinggal disaat sekarang. Perginya pikiran kemasa lalu mengundang rasa bersalah dan penyesalan karena dimasa lalu dilihat adanya keadaan sebagai penyebab timbulnya nasib buruk yang dialami saat ini. Perginya pikiran kemasa depan mengundang adanya perasaan resah, gelisah atau takut akan bayangan-bayangan seperti kehilangan harta benda karena dicuri atau terbakar, ditinggal oleh orang-orang yang dicintai dan terutama takut akan kematian. Dengan mengetahui sifat-sifat pikiran seperti itu maka pikiran harus dikendalikan agar mau tinggal di sini dan saat ini sudah tentu itu bukan hal yang mudah. Dibutuhkan suatu ketetapan hati yang mantap, disertai tekad yang kuat dan disiplin yang tinggi serta keyakinan yang penuh. Salah satu caranya ialah dengan penyerahan diri sepenuhnya dan seutuhnya kepada Tuhan sebagaimana halnya dalam Bhagawat Gita Arjuna menyerahkan diri kepada Krisna yaitu sebagai kusir keretanya dan memegang tali kendali kuda-kudanya. Kemanapin kereta dibawa dan apapun yang terjadi adalah kehendaknya.

(5)

Pikiran yang selalu menerima apa adanya disertai keyakinan bahwa apapun yang terjadi adalah kehendak-Nya dan kehendak-Nya adalah yang terbaik pasti membawa kedamaian.

Apabila kepuasan disertai kedamaian itulah kebahagiaan tujuan hidup dijalani batiniah.

Daftar Pustaka

Kasturi N. 1987, Sadhana Spiritual (terjemahan I Dewa Gede Malih), Paramita Surabaya. Agast I. B. G. Eksistensi Sadhaka, Pustaka Mank Gede, 2001.

Eckharl Tolle, The Power of Nan, Pedoman Menuju Pencerahaan Spiritual, BIP, 2004. Arsa Dana Drs Gede, Jendra, Prof Dr I Wayan, Sai Meditasi (Sebuah Petunjuk Praktis) 2003. Suanbha Drs I B P. Om Pranawa, Dharmapadesa Pusat 2004.

Referensi

Dokumen terkait

Dari ketiga kategori penilaian simulasi (korelasi, RMSE dan kesalahan relatif), maka simulasi 1 adalah simulasi terbaik dibandingkan simulasi 2 dan simulasi 3 dengan

Pemerintahan Daerah namun dalam perjalanannya dengan masih terlalu kompleksnya pengarturan tentang pemerintahan daerah dalam UU tersebut maka pengaturan tentang Pilkada, Desa,

Telah dilakukan penelitian tentang fenomena dielektroforesis menggunakan sel khamir (Saccharomyces cerevisiae) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi terhadap

CIPUTAT RAYA NO.2G RT.009/08, KELURAHAN KEBAYORAN LAMA UTARA, KECAMATAN KEBAYORAN LAMA, KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN, DKI JAKARTA, TELP.. ALFIR

Oleh karena itu kurikulum pendidikan bagi anak dengan hambatan intelektual dalam memberi pelayanan pendidikan khusus pada jenjang pendidikan menengah dapat bermakna

Skripsi berjudul; Pengaruh Human Relationship, Disiplin Kerja dan Lingkungan Kerja Fisik terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus pada karyawan PT. Benih Citra Asia

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa

Sa pananaliksik na ginawa ni Ferrer, 2012 na pinamagatang”” natuklasan na ang sobrang pag-lalaro ng “online games” ay nakakalikha ng hindi magandang resulta sa atin katulad na