STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA An. I
DENGAN POST OPERASI APPENDECTOMY
DI RUANG KANTIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
ANDRIAS WIBOWO
NIM. P.09065
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
i
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA An. I
DENGAN POST OPERASI APPENDECTOMY
DI RUANG KANTIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
ANDRIAS WIBOWO
NIM. P.09065
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI
KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ŝŝ
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama
Nim
Program Studi
Judul Karya Tulis Ilmiah : : : : ANDRIAS WIBOWO P.09065 DIII Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA An. I DENGAN POST OPERASI
APPENDECTOMY DI RUANG KANTHIL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, ...April 2012
Andrias Wibowo NIM P.09065
ŝŝŝ
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : ANDRIAS WIBOWO
NIM : P.09065
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA An. I DENGAN POST OPERASI APPENDECTOMY DI RUANG KANTHIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR
Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Sabtu, 28 April 2012
Pembimbing : Joko Kismanto, S.Kep., Ns (...) NIK. 200670020
ŝǀ
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama : ANDRIAS WIBOWO
NIM : P.09065
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA An. I DENGAN POST OPERASI APPENDECTOMY DI RUANG KANTHIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperewatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal :Sabtu, 12 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji 1 : Joko Kismanto, S.Kep., Ns ( ) NIK. 200670020
Penguji II : Amalia Senja, S.Kep., Ns ( ) NIK. 201189090
Penguji III :Fakhrudin Nasrul S., S.Kep., Ns ( ) NIK. 201187065
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan STikes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns NIK. 201084050
ǀ
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA An. I DENGAN POST OPERASI APPENDECTOMY DI RUANG KANTHIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR.“
Penyusunan studi kasus ini merupakan tugas akhir sebagai syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Selama menyusun studi kasus ini, penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak, akhirnya semua bisa berjalan lancar dan laporan studi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktunya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Setiyawan, S.Kep., Ns selaku Ketua Progran Studi DIII Keperawatan Kusuma Husada yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
ǀŝ
3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnaanya studi kasus ini.
4. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
5. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
6. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Dalam laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan studi kasus ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan untuk memperbaiki laporan studi kasus ini. Harapan dari penulis adalah laporan studi kasus ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca semuanya.
Surakarta, April 2012
ǀŝŝ DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ………
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………. LEMBAR PERSETUJUAN ………. LEMBAR PENGESAHAN ………. KATA PENGANTAR ……….. DAFTAR ISI ……… BAB I PENDAHULUAN ……….
A. Latar Belakang Masalah ….………. B. Tujuan Penulisan ………..………... C. Manfaat Penulisan ………... BAB II LAPORAN KHUSUS ………..
A. Identitas Klien ………. B. Pengkajian ………... C. Daftar Perumusan Masalah ………. D. Rencana Keperawatan ………. E. Implementasi Keperawatan ………. F. Evaluasi Keperawatan ……… BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN ………
A. Pembahasan ………. 1. Pengkajian ………. i ii iii iv v vii 1 1 4 5 6 6 7 10 11 11 14 15 15 15
ǀŝŝŝ 2. Diagnosa Keperawatan ……….. 3. Intervensi ………... 4. Implementasi ………. 5. Evaluasi ………. B. Simpulan ……….. C. Saran ……… DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
18 19 20 21 22 23
ŝdž
dž
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : ANDRIAS WIBOWO
Tempat, tanggal Lahir : Klaten, 11 April 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Rumah : Jebugan, Kujon, Ceper, Klaten
Riwayat Pendidikan : - SD Negeri 1 Kujon Lulus 2003 - SMP Negeri 2 Ceper Klaten Lulus 2006 - SMA Negeri 1 Ceper Klaten Lulus 2009 Riwayat Pekerjaan : -
Riwayat Organisasi : - Publikasi : -
1
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara umum di Indonesia apendiksitis masih merupakan penyokong terbesar untuk pasien operasi setiap tahunnya (Depkes RI, 2007). Berdasarkan hasil survey data di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang khususnya di ruang Anggrek yang dilakukan pada bulan Mei 2011 diketahui terdapat 10 (27,7%) klien apendisitis dari 36 tempat tidur yang ada diruangan. Dari data tersebut di ketahui bahwa 5 (13,8%) klien di lakukan pembedahan apendiktomi, 4 (11,1%) klien di lakukan pembedahan laparatomy, dan 1 (2,8%) klien tidak di lakukan pembedahan. Sedangkan yang terjadi komplikasi perforasi dalam 1 bulan ada 1(2,8%) klien.
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks, suatu bagian seperti
kantung yang non fungsional dan terletak di bagian inferior sekum (Ester,2002). Apendisitis dapat terjadi pada setiap usia, namun yang paling sering terjadi pada usia dewasa dan remaja muda. Angka mortalitas penyakit ini tinggi sebelum era antibiotik (Price & Wilson, 2006). Laki-laki lebih sering terkena apendisitis dari pada wanita dan remaja, lebih sering pada orang dewasa. Meskipun apendisitis dapat terjadi pada semua usia, apendisitis paling sering terjadi pada usia 10 – 30 tahun (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi akut pada kuadran bawah kanan abdomen adalah penyebab paling umum untuk bedah darurat. Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami
2
apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka (Smeltzer
&Bare, 2002).
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang menjadi abses, peritonitis bahkan shock dan perforasi. Insiden
perforasi adalah 10% - 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia.
Perforasi terjadi secara umum 24 jam pertama setelah awitan nyeri. Angka
kematian yang timbul akibat terjadinya perforasi adalah 10% - 15% dari kasus yang ada, sedangkan angka kematian klien apendisitis akut adalah 0,2% -0,8% yang berhubungan dengan komplikasi penyakitnya dari pada akibat intervensi tindakan (Akhyar Yayan, 2008).
Pengobatan apendisitis dapat melalui dua cara yaitu operasi dan non operasi. Pada kasus ringan apendisitis bisa sembuh hanya dengan pengobatan tetapi untuk apendisitis yang sudah luas infeksinya maka harus segera dilakukakan operasi apendiktomi. Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks yang meradang (Smeltzer & Bare, 2002).
Pembedahan segera di lakukan untuk mencegah rupture, terbentuknya
abses atau peradangan pada selaput rongga perut (peritonitis) (smeltzer
&Bare, 2002). Hasil akhir operasi pun berbeda tergantung dari tingkatan keparahan, komplikasi setelah operasi antara lain perdarahan, perlengketan organ dalam, atau infeksi pada daerah operasi. Masalah yang muncul pada klien post apendiktomi cukup komplek, seperti masalah nyeri, intoleransi aktivitas dan infeksi. Masalah ini jika tidak segera ditangani akan mengganggu kondisi tubuh klien, sehingga peran perawat sangat di butuhkan dalam
3
pemberi asuhan keperawatan yang dapat di lakukan dengan memperhatikan kebutuhan dasar klien melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan (Alimul Azis, 2004).
Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun. Manajemen nyeri merupakan suatu proses atau tindakan keperawatan yang dilakukan baik secara kolaboratif ataupun secara individu pada pasien pasca pembedahan guna mengontrol atau mengurangi nyeri serta mengendalikan rasa nyeri yang di rasa oleh pasien. Manajemen nyeri penting dilakukan dan paling tidak harus mendapat perhatian dari petugas perawat atau petugas kesehatan lainnya untuk mengurangi keluhan nyeri pada pasien. Pengendalian nyeri pada pasien pasca pembedahan dapat mengurangi keluhan serta resiko lain akibat dari nyeri. Manajemen secara individu dapat dilakukan dengan cara mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi berupa nafas dalam dan teknik pengalihan perhatian guna mengurangi resiko nyeri pada pasien. (Alimul, A. 2006 ).
Faktor penyebab nyeri biasanya muncul karena luka post operasi yang masih basah atau matur dan belum lepas dari 2 x 24 jam sebagai ukuran pantauan untuk mengkaji status nyeri. Nyeri juga ditimbulkan karena gerak atau mobilisasi dini pada pasien post operasi. Untuk mencegah atau mengontrol nyeri perlu perhatian atau monitoring dan evaluasi serta kaji status
4
nyeri pasien. Pada dasarnya pelayanan kesehatan dari suatu tim terpadu yang terdiri dari dokter, perawat, fisioterapis, ataupun tenaga kesehatan lainnya diperlukan agar terapi yang dilakukan pada pasien berjalan dan dilakukan optimal oleh penderita atau pasien itu sendiri. Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu pasien dalam mengontrol nyeri ataupun memanajemen nyeri secara optimal, mengurangi resiko lanjut dari efek samping nyeri tersebut, yang pada akhirnya pasien mampu mengontrol ataupun nyeri yang dirasa tersebut hilang. (Alimul, A. 2006 ).
Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam membuat karya tulis ilmiah dengan judul asuhan keperawatan nyeri akut pada An. I dengan post apendiks di ruang kanthil RSUD karanganyar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri akut pada An. I dengan post operasi appendictomy di RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Karanganyar. 2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan mampu:
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. I dengan post operasi appendictomy.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. I dengan post operasi appendectomy.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan kepeawatan pada An. I dengan post operasi appendictomy.
5
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada An. I dengan post operasi appendictomy.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan An. I post operasi appendictomy.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri akut yang terjadi pada An. I dengan post operasi appendictomy.
C. Manfaat penelitian
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai data dasar di keperawatan dan menjadi informasi tambahan pada pembuatan intervensi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada penatalaksanaan nyeri akut dengan post-operasi appendectomy.
1. Bagi Rumah Sakit
Untuk menambah referensi mengenai nyeri akut dengan post operasi appendectomy.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan ini dapat sebagai masukan dalam pengembangan ilmu keperawatan dimasa yang akan datang pada kasus nyeri dengan post operasi appendectomy.
3. Bagi penulis
Penulis dapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu keperawatan ke dalam praktik keperawatan dengan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan kasus nyeri akut dengan post operasi appendectomy.
ϲ
BAB II LAPORAN KASUS
Bab ini berisi tentang asuhan keperawatan nyeri akut pada An. I dengan post appendectomy di ruang Kanthil RSUD Karanganyar. Asuhan keperawatan tersebut terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Data yang penulis dapatkan pada kasus ini berasal dari pasien, keluarga pasien, catatan keperawatan pasien, dan tim kesehatan lain.
A. Identitas Klien
Pengkajian di lakukan hari kamis tanggal 5 april 2012 pukul 08.30 WIB, dengan metode alloanamnesa dan autoanamnesa. Data yang di peroleh dari pengkajian ini adalah nama pasien An. I, umur 8 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama islam, suku bangsa jawa, pendidikan SD, alamat: Bajang Wetan 02/06, Petung, Jatioso, pasien masuk Rumah sakit pada tanggal 4 april 2012, No. Rekam Medik 801965 dengan diagnosa medis appendiksitis. Penanggung jawab terhadap pasien: nama ny. A, jenis kelamin perempuan, pendidikan SMA, alamat: Bajang Wetan 02/06, Petung, Jatioso, hubungan pasien ibu kandung.
ϳ
B. Pengkajian
Keluhan utama: setelah operasi pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah, nyeri terasa senut-senut dengan skala 5 pada saat di gerakkan.
Riwayat penyakit sekarang bahwa kurang lebih 2 minggu sebelum masuk RS pasien mengeluh nyeri pada bagian perut bawah kanan, nyeri terasa senut-senut, pasien meringis kesakitan, oleh keluarga pasien di bawa untuk di periksakan ke puskesmas terdekat, dari puskesmas di rujuk ke RSUD Karanganyar, kemudian pada tanggal 4 april 2012 pasien masuk IGD Karanganyar, oleh dokter disarankan untuk mondok, setelah di lakukan pemeriksaan oleh dokter pada tanggal 5 april 2012 di lakukan operasi
appendectomy pada jam 08.30 WIB.
Riwayat kesehatan dahulu bahwa pasien belum pernah mondok di Rumah Sakit. Riwayat kesehatan keluarga mengatakan di dalam anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti Appendiksitis, Diabetus Melitus, hipertensi, TBC.
Pada pengkajian fungsional didapatkan pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan sebelum sakit: keluarga pasien mengatakan kesehatan itu mahal biayanya dan harus dipelihara dengan baik, selama sakit: pasien mengatakan kondisi sakit adalah suatu yang tidak menyenangkan dan pasien berharap untuk cepat sembuh. Pola nutrisi dan metabolisme sebelum sakit: pasien mengatakan makan 3 kali sehari, habis 1 porsi dengan menu nasi, lauk dan sayur-sayuran, minum air putih 4-5 gelas per hari, selama sakit: pasien mengatakan selama
ϴ
dirawat di rumah sakit makan 3 kali sehari dengan menu, bubur dan sup, minum air putih 3-4 gelas per hari. Pola eliminasi sebelum sakit: pasien mengatakan buang air besar 1-2 kali per hari dengan konsistensi lunak, warna kuning, bau khas, buang air kecil 3-5 kali per hari warna kuning jernih, bau khas, selama sakit: pasien mengatakan buang air besar 1-2 kali per hari dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas, buang air kecil 3-5 kali per hari warna kuning jernih, bau khas. Pola aktivitas dan latihan sebelum sakit: pasien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri (0), selama sakit: pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri makan, minum, buang air kecil, buang air besar dibantu oleh keluarga (2).
Pola istirahat tidur sebelum sakit: pasien mengatakan tidur malam kurang lebih 8 jam (21.00-05.00) kadang-kadang tidur siang kurang lebih 2 jam, selama sakit: pasien mengatakan tidur malam kurang lebih 6 jam (22.00-04.00) dan tidur siang 1 jam dan sering terbangun karena nyeri, skala nyeri 5. Pola kognitif perceptual sebelum dan selama sakit: pasien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik dan pasien tidak mempunyai gangguan pendengaran dan pengecapan. Pola persepsi konsep diri, identitas diri: pasien mengatakan dirinya seorang laki-laki yang masih bersekolah, gambaran diri: pasien mengatakan dirinya tetap baik walaupun di saat ini terbaring lemah di rumah sakit dan di tempat tidur, pasien yakin pasti sembuh, ideal diri: pasien mengatakan berharap lekas sembuh, harga diri: pasien mengatakan tidak mau dengan penyakit atau keadaannya sekarang, peran diri: pasien mengatakan
ϵ
sebagai seorang pelajar pasien tidak bias bermain dengan temannya, pola hubungan peran sebelum sakit: pasien mengatakan hubungan dengan keluarga, saudara dan tetangga serta masyarakat sekitar baik, selama sakit: pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik dan saudaranya banyak yang menjenguk, pola seksual reproduksi: tidak mengalami gangguan pada alat genetalianya, pola mekanisme koping sebelum sakit: pasien mengatakan dalam menghadapi masalah selalu bercerita dengan keluarganya, selama sakit: pasien mengatakan pasien tetap bercerita dengan keluarganya ketika menghadapi masalah, pola nilai dan keyakinan: pasien adalah seorang yang beragama islam dan taat menjalankan ibadah sholat 5 waktu.
Pada pemeriksaan keadaan umum didapatkan kesadaran composmentis, keadaan umum sedang, tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 90 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 36,5°C. Pada pemeriksaan fisik kepala: rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak ada nyeri tekan, mata: bola mata simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, hidung: simetris, tidak ada secret, penciuman masih bagus, mulut: mukosa bibir kering, gigi bersih, tidak ada stomatitis, telinga: simetris, serumen cukup, pendengaran masih bagus, leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada kaku kuduk. Pada paru: pengembangan dada kanan sama dengan kiri, datar, tidak ada kelainan bentuk dada, pada jantung: ictus cordis tidak tampak, ictus cordis teraba di SIC V, jantung tidak melebar, bunyi jantung I-II terdengar, pada abdomen: datar, terdapat luka pada perut, panjang kurang lebih 6 cm, bising usus 10 kali per menit, terdapat nyeri tekan disebelah kanan bawah, suara tympani. Ekstermitas tangan kanan dapat di gerakkan dengan bebas, tangan
ϭϬ
kiri terpasang infus RL 16 tetes per menit, dan untuk kedua kaki kanan dan kiri dapat di gerakkan bebas, tidak ada oedema, genetalia normal. Data penunjang pada tanggal 5 April 2012 adalah WBC 25,4H 103/Ul, RBC 4,44 106/Ul, HGB 12,5 g/dl, HCT 36,9 %, MCV 83,1 Fl, MCH 28,2 Pg, McHc 33,9 g/dl, RDW 13,8 %, MPV 4,8L fl dan PDW 19,3H %. Terapi obat cefotaxim 2x500 mg, Ranitidin 2x500 mg, Progesol 2x500 mg, Metronidazol 2x500 mg
Pengkajian pada tanggal 5 april 2012 didapatkan data-data fokus yang dibedakan menjadi data subjektif dan data objektif. Untuk data subjektif didapatkan bahwa pasien mengatakan perutnya terasa nyeri “senut-senut” pada luka operasi dengan skala nyeri 5, pada saat di gerakkan. Data objektif, terdapat luka diperut kanan bawah, ekspresi wajah tampak menahan nyeri dan meringis.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah keperawatan pada kasus diatas dapat diambil perumusan masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post apendiks), tanggal ditemukan 5 april 2012 dan tanggal teratasi tanggal 7 april 2012. Untuk data subjektif didapatkan bahwa pasien mengatakan perutnya terasa nyeri “senut-senut” pada luka operasi dengan skala nyeri 5, pada saat di gerakkan. Data objektif terdapat luka diperut kanan bawah, ekspresi wajah tampak menahan nyeri dan meringis.
ϭϭ
D. Rencana Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan utama pada An. I penulis dapat melakukan tindakan keperawatan dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil: pasien mengatakan nyeri berkurang, wajah rileks, pasien tidak tampak meringis, skala nyeri 0-1. Intervensi keperawatan yang direncanakan kaji karakteristik nyeri (PQRST), dengan rasional untuk mengetahui skala nyeri, observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui keadaan pasien, berikan posisi semi fowler dengan rasional dengan posisi itu membuat nyeri berkurang, latih nafas dalam atau teknik relaksasi dengan rasional untuk mengurangi nyeri dan kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dengan rasional untuk mempercepat penyembuhan. .
E. Implementasi Keperawatan
Sebagai tindak lanjut dari proses keperawatan telah dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan pada diagnosa dan intervensi yang telah direncanakan.
Pada tanggal 5 april 2012 telah dilakukan implementasi yaitu pada jam 09.00 WIB mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital dengan respon secara subjektif pasien mengatakan sudah merasa nyaman dan secara objektif tekanan darah 100/80 mmHg, pernafasan 18 kali per menit. Jam 09.15 WIB mengkaji karakteristik nyeri (PQRST) dengan respon subjektif
ϭϮ
pasien mengatakan nyeri terasa “senut-senut” dengan skala 5, pada perut bagian bawah kanan, pada saat digerakkan dan secara objektif pasien kelihatan tampak menahan nyeri.
Pada jam 09.30 WIB memberikan posisi semi fowler dengan respon secara subyektif pasien mengatakan agak nyaman bila bantalnya agak ditinggikan atau posisi setengah duduk dan secara obyektif pasien terlihat nyaman tidurnya. Pada jam 10.00 WIB memberikan injeksi cefotaxim 2x500 mg, ranitidin 2x500 mg, progesol 2x500 mg dan metronidazol 2x500 mg, dengan respon secara subyektif pasien mengatakan badan terasa lemas dan secara objektif tidak ada tanda-tanda alergi. Pada jam 10.30 WIB menganjurkan nafas dalam dengan respon secara subyektif pasien mengatakan agak lega dan nyerinya berkurang dan secara obyektif pasien tampak melakukanya.
Pada tanggal 6 April 2012, pada jam 09.00 WIB mengkaji karakteristik nyeri (PQRST) dengan respon secara subyektif pasien mengatakan nyeri sudah agak berkurang dengan skala nyeri menjadi 3, pada perut bagian bawah kanan, nyeri terasa pada saat duduk dan secara obyektif pasien tampak sedikit rileks. Pada jam 09.30 WIB mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital dengan respon secara subyektif pasien mengatakan mau untuk ditensi dan secara objektif dengan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 88 kali per menit, suhu 36,5 C, pernafasan 20 kali per menit, secara objektif pasien terlihat nyaman tidurnya. Pada jam 09.45 WIB memberikan posisi semi fowler dengan respon data subyektif pasien
ϭϯ
mengatakan agak nyaman bila bantalnya ditinggikan atau posisi setengah duduk dan pada jam 10.00 WIB memberikan injeksi cefotaxim 2x500 mg, ranitidin 2x500 mg, progesol 2x500 mg dan metronidazol 2x500 mg. Dengan respon secara subjektif pasien mengatakan badan terasa lemas dan secara objektif tidak ada tanda-tanda alergi. Pada jam 10.30 WIB menganjurkan nafas dalam dengan respon data subjektif pasien mengatakan agak lega dan nyerinya berkurang dari 5 menjadi 3 dan data objektif pasien tampak melakukanya.
Pada tanggal 7 April 2012, pada jam 08.00WIB mengobservasi keadaan umum tanda-tanda vital dengan respon data subyektif pasien mengatakan mau untuk diperiksa dan data obyektif tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90 kali per menit, suhu 36,5 C, pernafasan 18 kali per menit,pada jam 09.00 WIB mengkaji karakteristik nyeri (PQRST) dengan respon secara subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan skala nyeri berkurang menjadi 2, pada perut bagian bawah kanan, pada saat untuk bduduk dan secara objektif pasien tampak tenang atau rileks, wajah pasien tampak segar, pada jam 10.00 WIB memberikan injeksi cefotaxim 2x500 mg, ranitidin 2x500 mg, progesol 2x500 mg dan metronidazol 2x500 mg, dengan respon secara subjektif pasien mengatakan badan terasa sedikit agak lemas dan secara objektif tidak ada tanda-tanda alergi, pada jam 10.30 WIB menganjurkan nafas dalam dengan respon secara subjektif pasien mengatakan agak lega dan nyerinya berkurang menjadi 2 dan secara objektif pasien tampak melakukanya, pada jam 11.00 WIB
ϭϰ
memberikan posisi semi fowler dengan respon secara subjektif pasien mengatakan agak nyaman bila bantalnya ditinggikan atau posisi setengah duduk, pada jam 11.30 WIB menganjurkan nafas dalam dengan respon secara subjektif pasien mengatakan agak lega dan nyerinya berkurang menjadi 2 dan secara objektif pasien tampak melakukanya.
F. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 5 april 2012 jam 13.00 WIB dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi appendectomy). Data subjektif pasien mengatakan masih terasa nyeri pada bagian perut kanan bawah, skala nyeri 5, dan secara objektif pasien masih meringis dan tampak menahan nyeri, masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan: Kaji karakteristik nyeri (PQRST), berikan posisi yang nyaman, latih nafas dalam atau teknik relaksasi, kolaborasi dalam pemberian obat analgetik.
Pada tanggal 6 april 2012 jam 13.00 WIB didapatkan data subjektif pasien mengatakan nyeri sudah berkurang, skala nyeri 3, dan secara objektif pasien tampak sedikit rileks, masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan: Kaji karakteristik nyeri, berikan posisi yang nyaman, latih nafas dalam atau teknik relaksasi, kolaborasi dalam pemberian obat analgetik.
Pada tanggal 7 april 2012 jam 13.00 WIB didapatkan data subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang, skala nyeri 2, dan secara objektif pasien tampak tenang atau rileks, wajah tampak tenang, masalah sudah teratasi, intervensi dihentikan.
15
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab ini merupakan pembahasan dari kasus yang diambil dari BAB II mengenai asuhan keperawatan nyeri akut pada An. I dengan Post Appendectomy di ruang kanthil RSUD karanganyar. Pembahasan ini akan mencoba membandingkan antara teori dengan asuhan keperawatan dalam kasus dengan melihat kesenjangan-kesenjangan yang ada. Adapun pembahasan kasus ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang terorganisir yang meliputi tiga aktivitas besar yaitu mengumpulkan data secara sistematis, mengatur data yang dikumpulkan secara mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali (Doenges, 2002: 14).
Data dasar pasien adalah komplikasi data yang dikumpulkan dari pasien. Data dasar pasien terdiri dari riwayat keperawatan, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan diagnostik. Data subjektif adalah apa yang dilaporkan atau dirasakan pasien. Data objektif adalah data yang dapat
16
diobservasi, contohnya tanda-tanda vital, tingkah laku dan pemeriksaan diagnostic (Doenges, 2002: 14).
Pengkajian terhadap An. I penulis menggunakan metode
alloanamnesa dan autoanamnesa. Metode alloanamnesa adalah metode
untuk mendapatkan informasi yang subjektif dengan berbicara kepada pasien dan orang-orang terdekat serta mendengarkan respon mereka. Pemeriksaan fisik adalah metode yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang objektif dengan menggunakan alat yang sesuai (Doenges, 2002: 14).
Metode wawancara dengan An. I dan keluarga yang diwawancarai secara langsung, dalam hal ini penulis tidak menemukan hambatan yang berarti. Selama melakukan wawancara An. I dapat bekerja sama dengan baik dan memberikan keterangan tentang penyakit yang dialami.
Metode lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi. Dalam metode ini terdapat kesulitan untuk melakukan observasi langsung dalam 24 jam, karena penulis hanya dibatasi pada shift pagi (jam 07.00-14.00), sehingga untuk shift berikutnya penulis mendelegasikan pada perawat ruangan.
Menurut Doenges (2002: 508) pengkajian data dasar pada pasien post operasi appendectomy meliputi: aktivitas dan istirahat, sirkulasi, eliminasi, makanan dan cairan, nyeri atau ketidaknyamanan, keamanan, penyuluhan atau pembelajaran. Tetapi pada asuhan keperawatan yang dilakukan pada An. I berdasar pada pengkajian menurut Gordon dengan
17
menggunakan 11 komponen pokok yaitu, persepsi dan pemeliharaan kesehatan, nutrisi dan metabolisme, eliminasi, aktivitas dan latihan, istirahat tidur, kognitif perseptual, persepsi konsep diri, hubungan peran, seksualitas reproduksi, mekanisme koping, nilai dan keyakinan (Carpenito, 2000). Tetapi pada dasarnya kedua pola pengkajian pada intinya adalah sama.
Secara umum data fokus yang ditemukan dalam kasus nyata tidak jauh berbeda dengan data fokus dalam bab ini. Namun masih ada beberapa kesenjangan yang perlu dibahas satu parsatu dari data fokus tersebut.
Data yang ada dalam teori dan ditemukan dalam kasus nyata yang pertama adalah nyeri. Nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan (Carpenito, 2002: 45). Pengkajian nyeri pada kasus ini menggunakan metode PQRST. P: Provokatif, mengacu pada penyebab nyeri, Q: Quality atau Quantity, menjelaskan kualitas dan kuantitas nyeri, R: Region, menjelaskan lokasi nyeri, S: Severity, menjelaskan tingkat keparahan nyeri dan T: Timing, menjelaskan waktu terjadinya nyeri. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan (Marton, 2003: 8). Nyeri yang ditemukan dalam kasus ini adalah nyeri sedang yang berada didaerah abdomen. Skala nyeri 5 didapatkan setelah dijelaskan pada pasien, menurut pasien nyeriterasa senut-senut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara teori dengan kasus nyata terdapat kesinambungan di mana
18
nyeri merupakan rasa ketidaknyamanan yang pada pemeriksaan rasa nyeri tersebut melalui pengkajian nyeri tersebut diatas.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah pasien serta penyebab yang dapat dipecah atau diubah melalui prosedur tindakan keperawatan dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
Dalam teori tersebut bahwa pada pasien post appendectomy ada lima masalah keperawatan yaitu: kekurangan volume cairan, gangguan rasa nyaman, resiko infeksi, ansietas (Doenges, 2002: 510), intoleransi aktivitas (Tucker 2002: 952). Sedangkan pada kasus di atas diambil satu masalah keperawatan yaitu: nyeri.
Secara umum antara diagnosa keperawatan dalam teori dengan kasus nyata tidak jauh berbeda. Namun masih ditemukan beberapa kesenjangan yang perlu dibahas dari diagnosa keperawatannyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Diagnosa keperawatan yang ada dalam teori dan terdapat dalam kasus nyata.
Diagnosa tersebut adalah, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi appendectomy). Menurut (Capenito, 2002: 45) gangguan rasa nyaman nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan. Diagnosa ini ditegakkan karena didukung oleh
19
data subjektif yaitu pasien mengatakan perutnya terasa nyeri “senut-senut” dengan skala 5, pada perut bagian bawah kanan, pada saat digerakkan dan secara objektif pasien kelihatan tampak menahan nyeri dan meringis kesakitan.
Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri ini sebagai diagnosa yang utama, karena nyeri ini memerlukan penanganan lebih dahulu, daripada diagnosa yang lain, jika nyeri tidak segera ditangani dapat menyebabkan syok neurogenik yang akan berpengaruh pada organ-organ lain, selain itu nyeri berkaitan dengan kenyamanan pasien. Menurut Hirarki Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologi, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (Potter, 2005: 615). Masalah yang perlu diatasi diantaranya adalah nyeri, kenyamanan adalah kebutuhan dasar manusia yang menempati urutan kedua dalam Hirarki Maslow, jika kenyamanan terpenuhi akan mudah untuk mengatasi masalah-masalah yang lain, jadi prioritas ini disesuaikan dengan kondisi pasien.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan meliputi penentuan prioritas masalah, tujuan kriteria hasil dan intervensi pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi appendectomy). Dimana intervensi itu sendiri adalah diskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
20
pasien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat (Doenges, 2002: 10).
Berikut adalah pembahasan intervensi yang meliputi tujuan, tindakan dan rasional dari tindakan untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post apendiks), pada kasus ini nyeri merupakan keluhan utama yang dirasakan oleh pasien. Sehingga untuk tujuan utama yang diharapkan adalah rasa nyaman terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, karena dalam jangka waktu tersebut diharapkan cukup untuk mengatasi gangguan rasa nyaman nyeri dengan harapan rasa nyeri hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil nyeri berkurang, skala nyeri 0-1, ekspresi wajah rileks dan tenang. (Doenges, 2002: 509). Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler yang diharapkan. Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang (Doenges, 2002: 512). Meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping (Doenges, 2002: 512) Berikan analgetik sesuai indikasi yang tersedia dengan harapan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien. (Doenges, 2002: 508).
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan tindakan yang telah disusun (Doenges, 2002: 10) Pembahasan implementasi meliputi tindakan yang
21
dapat dilaksanakan dan tindakan yang tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi pada diagnosa tersebut.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post apendiks). Tindakan yang telah dilaksanakan adalah mengkaji skala nyeri, lokasi nyeri, kualitas nyeri dan waktu terjadinya nyeri dengan cara menjelaskan persepsi nyeri, memberikan posisi yang nyaman, mengobservasi tanda-tanda vital, memberikan latihan nafas dalam, memberikan injeksi analgetik sesuai dosis dari tindakan yang penulis lakukan adalah penulis mampu mengetahui skala dan karakteristik nyeri yang dirasakan oleh pasien. Kelemahan dari tindakan yang penulis lakukan adalah jika pasien tidak dapat memfokuskan kembali perhatian dan rasa kontrol, pasien tidak dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri (Doenges, 2002: 765).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah asuhan yang dicatat dalam catatan kemajuan dan atau rencana perawatan (Doenges, 2002: 11). Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang digunakan untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan bekerja dengan meninjau respon pasien. Berikut adalah evaluasi dari diagnosa tersebut.
Pada evaluasi diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post apendiks). Penulis menetapkan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil pasien mengatakan nyeri
22
berkurang, menunjukkan tindakan santai, menunjukkan keterampilan menggunakan teknik relaksasi. Sedangkan pada pasien didapatkan data subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang dan secara objektif skala nyeri 2, wajah pasien tampak rileks dan tenang. Dengan demikian nyeri teratasi sebagian serta rasa nyaman belum terpenuhi, karena pasien tidak mempunyai pengalaman untuk mengatasi nyeri. Dengan pengalaman nyeri bisa diatasi secara optimal. Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan maka tindak lanjut dari masalah ini adalah melanjutkan intervensi yaitu kaji karakteristik nyeri, menganjurkan pasien pada posisi yang nyaman, mengajarkan pasien untuk mengatasi nyeri dengan nafas dalam, mempertahankan istirahat dengan posisi semi fowler, memberikan injeksi analgetik, tindak lanjut dari masalah ini adalah dengan mendelegasikan kepada para medis.
B. Kesimpulan
1. Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data klien. Hasil pengkajian pada An. I dengan nyeri akut akibat post operasi apendektomi adalah klien mengeluh nyeri pada luka post operasi dengan skala nyeri 5, nyeri terasa senut-senut dan terasa saat badan digerakkan.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi appendectomy) didukung dengan keluhan nyeri yang dirasakan klien. Pengertian dari diagnosa nyeri akut adalah pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial dengan
23
intensitas ringan sampai berat yang dapat diantisipasi atau di prediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan.
3. Rencana Asuhan Keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah nyeri adalah kaji tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah), kaji karakteristik nyeri (PQRST), berikan posisi yang nyaman, ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
4. Implementasi yang telah dilakukan adalah mengkaji tanda vital, mengkaji karakteristik nyeri, memberikan posisi yang nyaman (supinasi), berkolaborasi dengan dokter dalam pemberianan algesik.
5. Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah masalah sudah teratasi.
6. Analisa kondisi An. I yaitu kaji nyeri (PQRST) dengan hasil P: nyeri akibat post operasi, Q: senut-senut, R: perut, S: skala nyeri 5, T: pada saat di gerakkan.
C. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan post apendiks, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain :
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien post
24
apendiks khususnya. Dan diharapkan rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih maksimal, khususnya pada klien dengan post operasi appendectomy. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan profesional dan komprehensif. 3. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, (2002), Diagnosa Keperawatan, (terjemahan), EGC, Jakarta.
Depkes RI, (2007), Hubungan Perilaku Makan dengan Kejadian Apendisitis, Diunduh 12 April 2012 from http://www.askep-askepcz.cc/2010/03 hubungan-perilaku-akan-dengan kejadian.html.
Doenges, Marilyn E, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan, (terjemahan), EGC, Jakarta.
Ester, Monica, (2002), Keperawatan Medikal-Bedah: Pendekatan Sistem
Gastrointestinal, Jakarta: EGC.
Hidayat, A. AzizAlimul, (2004), Pengantar Kebutuhan Manusia: Aplikasi Konsep
dan Proses keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Morton, Patricia G. (2003), Critical Care Nursing a Holistic Approach
Eight Edition. Philadelphia, J.B. Lippincott
Potter, P.A, Perry, A .G, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan, (Edisi4),vol.1, Jakarta:EGC.
Price, S.A & Wilson, L.M, (2006), Fundamental Keperawatan : konsep,proses,
dan praktik, (Edisi6), Alih Bahasa : Asih Yasmin, Editor Monica Ester, Jakarta: EGC-9.
Smeltzer, C. Suzane & Bare, G. Brenda, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth, Edisi8, Volume2, Alih Bahasa:Waluyo Agung, dkk, EditormonicaEster, Jakarta : EGC
Tucker dkk, (2002), Standart Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.
Yayan Akhyar, (2008), Appendisitis untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3, Editor Monica Ester, Jakarta: EGC.