• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI BIODIESEL DARI CPO MELALUI VARIASI PARAMETER TAHAPAN TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS CaO DARI CANGKANG KERANG DARAH KALSINASI 900 o C

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRODUKSI BIODIESEL DARI CPO MELALUI VARIASI PARAMETER TAHAPAN TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS CaO DARI CANGKANG KERANG DARAH KALSINASI 900 o C"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Repository FMIPA 1 PRODUKSI BIODIESEL DARI CPO MELALUI VARIASI PARAMETER TAHAPAN TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS CaO DARI

CANGKANG KERANG DARAH KALSINASI 900 oC

Diah Erma Putri1, Nurhayati2, Amilia Linggawati2

1

Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2

Bidang Kimia Fisika Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau KampusBinaWidyaPekanbaru, 28293, Indonesia

diahermaputri@gmail.com ABSTRACT

Biodiesel is a mixture of monoalkyl esters of long chain fatty acids. Biodiesel is one of alternative fuel to replace diesel engines. In this research, biodiesel was produced from CPO (crude palm oil) raw material through by two step reaction is esterification and transesterification. The esterification reaction by 2% (w/w) H2SO4 catalyst, temperature 65 oC, reaction time 3 hours, mol ratio of oil:methanol 1:24 and transesterification reaction catalyzed with CaO from blood cockle calcined at 900 oC for 10 hours. The parameters varied are the reaction transesterification which weight of CaO catalyst and mol ratio of oil:methanol. The maximum biodiesel produced was 87,17%, by the optimum condition of transesterification was weight of CaO catalyst 3% (w/w) and the mole ratio of oil:methanol was 1:6.n

ctionu

Keywords: biodiesel, blood cockle, esterification, transesterification ABSTRAK

Biodiesel merupakan campuran monoalkil ester dari asam-asam lemak rantai panjang. Biodiesel adalah satu di antara bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar mesin diesel. Pada penelitian ini biodiesel diproduksi dari CPO (crude palm oil) melalui dua tahapan reaksi yaitu esterifikasi dan transesterifikasi. Reaksi esterifikasi menggunakan katalis H2SO4 2% (b/b), temperatur 65oC, waktu reaksi 3 jam, perbandingan minyak:metanol 1:24 dan reaksi transesterifikasi menggunakan katalis CaO dari cangkang kerang darah dikalsinasi pada 900 oC selama 10 jam. Parameter yang divariasikan adalah reaksi transesterifikasi yaitu berat katalis CaO dan rasio molar metanol:minyak. Hasil biodiesel maksimum didapatkan sebesar 87,17% dengan kondisi optimum dari reaksi transesterifikasi tersebut pada berat katalis 3% (b/b) dan rasio mol minyak:metanol 1:6.

(2)

Repository FMIPA 2 PENDAHULUAN

Biodiesel merupakan satu di antara solusi yang tepat untuk menggantikan bahan bakar fosil karena biodiesel termasuk bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petrol pada mesin.Biodiesel (FAME = fatty acid methyl ester) sebagai sumber energi alternatif pengganti solar dapat dibuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel adalah bahan bakar ramah lingkungan karena emisi gas buang dan hidrokarbonnya lebih rendah dibandingkan solar murni dan bersifat biodegradable. Selain itu, keunggulan penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar memiliki efek pelumasan dan angka setana yang tinggi (>50), sehingga dapat memperpanjang umur mesin.

Bahan baku yang mempunyai prospek untuk dijadikan biodiesel adalah bahan baku olahan kelapa sawit yang dikenal dengan CPO (crude palm oil). Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan komoditas yang menonjol dari subsektor perkebunan.

CPO mengandung asam lemak bebas yang relatif tinggi (lebih besar dari 4%). Oleh karena itu, untukproduksi biodiesel dari CPO melibatkan dua tahap reaksi, yaitu esterifikasi dan transesterifikasi. Tahapan esterifikasi diperlukan suatu katalis asam kuat seperti H2SO4 bertujuan untuk mengkonversi asam lemak bebas menjadi metil ester atau biodiesel. Tahapotransesterifikasi diperlukan suatu katalis basa bertujuan untuk mengkonversi trigliserida menjadi biodiesel, sehingga hasil dari biodiesel yang didapat bisa optimal.

Pada penelitian ini bahan baku yang digunakan dalam produksi biodiesel adalah CPO dan metanol sebagai sumber alkohol. Biodiesel dibuat dengan melalui reaksi esterifikasi

menggunakan kondisi optimum penelitian Dewi (2015) yaitu pada berat katalis H2SO4 2% (b/b), temperatur reaksi 60±2o˚C, waktu reaksi 3 jam danrasio mol minyak: metanol 1:24 diperoleh hasil produksi biodiesel sebesaro77,93% dan parameter tahapantransesterifikasi menggunakan katalis CaO cangkang kerang darah (Anadara granosa) yang dikalsinasi 900oC selama 10 jam pada kondisi reaksi berat katalis 2, 3, 4, dan 5% (b/b) dan rasio minyak:metanol 1:6; 1:9; 1:12 dan1:15.

METODE PENELITIAN a. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah hotplate stirrer (REXIM RSH- IDR L120), neraca analitik (Mettler Toledo AL204), buret dan statip, lumpang, cawan porselen, Oven (Haraeus Instrument D63450), furnace (Nabertherm tipe L31 R), krusibel, desikator (CSN Simax), pengaduk magnetik, labu leher tiga, kondensor, ayakan 200 Mesh (W.S Tyler Incorporated U.S.A), termometer, corong pemisah, stopwatch, sumbat gabusdan peralatan gelas standar lainnya.

Bahan-bahan yang digunakan adalah minyak kelapa sawit mentah (CPO), metanol p.a, cangkang kerang darah (Anadara granosa), KOH (Merck), isopropil alkohol, indikator phenolphtalein, potassium hydrogen pthalat (PHP), akuabides dan akuades. a. Prosedur Kerja

(i) Preparasi katalis

Cangkang kerang darah dibersihkan menggunakan air untuk

(3)

Repository FMIPA 3 menghilangkan kotoran dan pasir,

selanjutnya dibilas dengan akuades hingga bersih. Cangkang kerang yang sudah bersih ditumbuk kasar menggunakan lumpang dan dikalsinasi pada temperatur 900 oC selama 10 jam. Cangkang kerang yang telah dikalsinasi digerus serta diayak menggunakan ayakan 200 mesh kemudian yang lolos pada ayakan 200 mesh diambil dan disimpan dalam desikator.

(ii) Pencucian CPO

Pada penelitian ini CPO terlebih dahulu disaring untuk memisahkan kotorannya sebelum dilakukan proses esterifikasi. Sampel ditimbang 200 g dan akuades ditimbang 200 g. Akuades dipanaskan pada temperatur 50 oC dalam beaker glass. Sampel dimasukkan ke dalam corong pemisah dan ditambahkan dengan akuades (temperatur 50 oC) dan dihomogenkan.Sampel didiamkan lebih kurang sehari sehingga terbentuk dua lapisan.Lapisan bawah berupa air dan lapisan atas berupa CPO yang telah dicuci. CPO yang telah dicuci, ditimbang sebanyak 100 g dan dipanaskan pada temperatur 105 oC selama ±1 jam untuk menghilangkan kadar air.

(ii) Penentuan kandungan asam lemak bebas ( ALB) CPO

Analisis awal sampel CPO adalah menentukan kandungan asam lemakbebas dengan cara menimbang 20 g CPO dan dipanaskan pada temperatur 60 oC di dalam Erlenmeyer 250 mL. Sampel CPO yang telah dipanaskan kemudian ditambahkan 50 mL isopropil alkohol panas (temperatur 50-60 oC). Campuran dikocok dan ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein dan dihomogenkan. Setelah

itu campuran dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N (yang telah distandarisasi) sampai berwarna merah muda. Volume titran yang terpakai dicatat (V mL). Jumlah asam lemak bebas dihitung dengan menggunakan persamaan 1:

𝐴𝐿𝐵 = mlxN KOH x 256

g sampel x 1000 x 100% (iii) Penentuan kandungan air

Cawan porselin dibersihkan, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 60 menit.Cawan kemudian didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang sampai beratnya konstan.Selanjutnya, didalam cawan yang telah konstan dimasukkan 10 g minyak dan dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam. Cawan tersebut kemudian didinginkan dalam desikator pada suhu kamar, lalu ditimbang sampai beratnya konstan. Kandungan air dalam sampel ditentukan dengan persamaan 2 :

Kandungan air (%) = a−b

sampel (g)x 100% Keterangan:

a = berat cawan porselin dan sampel sebelum pemanasan (g)

b = berat cawan porselin dan sampel sesudah pemanasan (g)

1. Produksi Biodiesel

Produksi biodiesel dilakukan dengan menggunakan dua tahapan reaksi yaitu esterifikasi dan transesterifikasi. Pada tahapan esterifikasi menggunakan kondisi optimum penelitian Dewi

(2015). CPO yang telah dicuci sebanyak

100 g dipanaskan pada temperatur 105 oC selama ±1 jam. Temperatur CPO diturunkan menjadi 50 oC. Pada tempat terpisah, katalis H2SO4 sebanyak 2%

(4)

Repository FMIPA 4 (b/b) ditambahkan perbandingan

minyak:metanol 1:24 kemudian dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang telah berisi CPO. Campuran direfluks sambil diaduk dengan stirrer selama 3 jam pada temperatur 65 oC (Dewi, 2015). Setelah bereaksi, campuran dimasukkan ke dalam corong pemisah dan dicuci dengan akuades hangat (50–60 oC) dengan perbandingan berat minyak dan akuades 1:1. Campuran kemudian dihomogenkan lalu didiamkan hingga terbentuk dua lapisan. Air cucian bagian bawah dibuang dan bagian atasnya dimasukkan ke dalam beaker glass untuk digunakan kembali ke proses transesterifikasi. Proses transesterifkasi menggunakan katalis CaO dari Cangkang kerang darah temperatur 900 oC selama 10 jam. Hasil esterifikasi yang telah dicuci, dipanaskan diatas titik didih air pada temperatur 105oC selama ± 1 jam.Kemudian temperatur hasil esterifikasi diturunkan menjadi 50 oC. Reaksi transesterifikasi dimulai dengan mereaksikan katalis CaO dari cangkang kerang darah dengan rasio molar minyak dan metanol adalah 1:6 selama ±3 jam pada temperatur 60 oC direfluks sambil diaduk dengan pengaduk magnetikdi dalam labu leher tiga. Hasil reaksi dimasukkan ke dalam beaker gelas dan dibiarkan pada temperatur kamar selama semalam sehingga akan terbentuk dua lapisan. Lapisan atas berupa biodiesel mentah dan lapisan bawah berupa gliserol dan katalis kedua lapisan dipisahkan. Biodiesel mentah yang terbentuk, di masukkan ke dalam corong pemisah dan

dicuci dengan akuades hangat (50–60 oC) dengan perbandingan berat

biodiesel dan akuades 1:1. Campuran kemudian dikocok untuk melarutkan metanol dan sabun yang terdapat pada biodiesel mentah. Campuran didiamkan

kembali selama satu malam hingga terbentuk tiga lapisan. Lapisan atas berupa biodiesel, lapisan tengah berupa sabun dan lapisan bawah berupa air. Hasil biodiesel dipanaskan pada temperatur 105 oC untuk menghilangkan kadar airnya dan disaring menggunakan kertas saring whatman 42.

Perlakuan diatas diulang untuk variasi berat katalis (2, 3, 4,dan 5% (b/b) dan rasio mol minyak:metanol (1:6; 1:9; 1:12 dan 1:15). Hasil optimum pada variasi berat katalis digunakan untuk pengamatan selanjutnya yaitu variasi variasi rasio mol.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hasil penentuan kandungan air dan asam lemak bebas (ALB) dari CPO

Besarnya kandungan air dan ALB dari bahan baku yang digunakan merupakan faktor penentu keberhasilan pada produksi biodiesel. Apabila kandungan air setelah tahapan esterifikasi 0,05%, dan kandungan ALB >2% (Ramadhas dkk., 2005) maka pada transesterifikasi reaksi tidak akan berlangsung secara baik dan tidak akan mendapatkan hasil yang optimal karena akan terbentuknya emulsi pada reaksi, selain itu adanya kandungan ALB akan bereaksi dengan katalis dan menyebabkan terbentuknya sabun (proses saponifikasi) (Ketaren, 1986).

Tabel 1 menunjukkan hasil penentuan kandungan asam lemak bebas dan air dalam sampel CPO yang digunakan sebagai bahan baku produksi biodiesel. ALB yang diperoleh sebesar 4,28% dan kandungan air 0,19%. Oleh karena itu dilakukan tahapan esterifikasi bertujuan untuk menurunkan asam lemak bebas. Pada tahapan esterifikasi

(5)

Repository FMIPA 5 asam lemak bebas dikonversikan

menjadi metil ester.

Hasil dari esterifikasi didapatkan kandungan ALB sebesar 0,41% dan kandungan air sebesar 0,03%, hasil ini menunjukkan bahwa tahap esterifikasi berhasil menurunkan kandungan ALB pada sampel CPO, sehingga diharapkan dengan rendahnya ALB, produksi biodiesel bisa optimal. Namun setelah dilakukan pencucian kandungan ALB menyebabkan peningkatan kandunganair menjadi 0,84%. Kandungan air yang tinggi diturunkan terlebih dahulu yaitu

900 ºC selama 10 jam. Variasi berat katalis CaO yang digunakan adalah 2, 3, 4 dan 5% (b/b) dengan variabel tetap temperatur reaksi 60 oC, selama 3 jam, rasio mol minyak: metanol 1:6.

Jika berat katalis ditingkatkan maka produk yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada berat katalis 2 hingga 3% (b/b) meningkatkan hasil biodiesel dari 71,97% ke 79,23% karena penambahan katalis menyebabkan jumlah yang

Tabel 1. Hasil analisis asam lemak bebas, kandungan air pada CPO sebelum dan setelah esterifikasi

No Parameter Sebelum Esterifikasi Setelah Esterifikasi sebelum dicuci (%) setelah dicuci+di panaskan (%) sebelum dicuci (%) setelah dicuci (%) setelah dipanaskan (%) 1 Kandungan asam lemak bebas 4,28 4,01 0,41 0,84 1,20 2 Kandungan air 0,19 0,19 0,03 0,84 0,02

dengan cara memanaskan hasil esterifikasi diatas titik didih air pada temperatur 105 oC selama ±1 jam. Hasil dari kandungan air setelah dilakukan pencucian dan pemanasan adalah sebesar 0,02% dan kandungan ALB sebesar 1,20%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metil ester yang terbentuk dapat dilanjutkan ketahapan transesterifikasi.

b. Produksi Biodiesel

1. Pengaruh variasi berat katalis Penelitian ini menggunakan katalis CaO yang merupakan hasil kalsinasi cangkang kerang darah pada temperatur

Gambar 1. Grafik pengaruh variasi berat katalis CaO terhadap hasil biodiesel

tersedia pada situs dasar yang aktif akan meningkat dan terjadi peningkatan

71,97 79,23 77,28 77,04 69 71 73 75 77 79 81 1 3 5 7 Ha sil biodi se l (% ) Berat katalis (%)

(6)

Repository FMIPA 6 konversi (Lee dkk., 2015), sedangkan

pada berat katalis 4% (b/b) mengalami penurunan karena menurut Nurhayati (2015) penambahan katalis yang berlebih akan menyebabkan katalis terakumulasi di dinding reaktor kaca dan akan mempengaruhi kesetimbangan reaksi, sehingga pada saat akhir reaksi akan menghasilkan produk samping yang lebih banyak.

2. Pengaruh variasi rasio mol minyak:metanol

Variasi rasio mol minyak:metanol yang digunakan adalah 1:6, 1:9, 1:12 dan 1:15 dengan variabel tetap berat katalis 3% (b/b), temperatur 60 oC, selama 3 jam.

Hasil optimum yang diperoleh yaitu pada rasio mol minyak metanol 1:6 sebesar 87,17%. Konversi biodiesel menurun dengan peningkatan lebih lanjut metanol terhadap minyak

Gambar 2. Pengaruh rasio mol minyak metanol terhadap hasil biodiesel

Hal ini dapat dijelaskan karena menurut Wahyuni (2008) kelebihan atau kekurangan metanol hanya akan mengakibatkan pembentukan gliserol dan emulsidan menurut Buasri dkk.

(2013) mengatakan bahwa gliserol larut dengan kelebihan metanol kemudian akan menghambat reaksi metanol pada reaktan dan katalis, sehingga mengganggu pemisahan gliserol karena akan sebagian besarlarut dalam metanol yang berlebihan dan akan menurunkan konversi dengan menggeser kesetimbangan ke arah sebaliknya. Selain itu dengan jumlah metanol yang berlebih akan membutuhkan energi yang tinggi dan akibatnya akan meningkatkan biaya produksi biodiesel (Hayyan dkk., 2010). Selanjutnya, jika mengurangi jumlah metanol akan menghambat reaksi metanol reaktan dan katalis, menghasilkan konversi biodiesel yang lebih rendah. Selain itu, kelompok hidroksil polar dalam metanol bersifat sebagai emulsifier sehingga lebih sulit untuk memisahkan biodiesel produk dan gliserol, akhirnya mengurangi hasil metal ester.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, biodiesel optimum yang dihasilkan dari bahan baku CPO pada variasi parameter kondisi reaksi transesterifikasi optimum penelitian ini adalah berat katalis 3% (b/b) dan rasio mol minyak:metanol 1:6, menghasilkan biodiesel sebesar 87,17%. UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih diberikan kepada Ibu Dr. Nurhayati, M.Sc dan Ibu Dr. Amilia Linggawati, M.Si yang telah memberikan motivasi, bimbingan, waktu dan saran atas keberhasilan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga diberikan kepada DIKTI melalui Lembaga Penelitian Universitas Riau atas bantuan dana penelitian melalui SKIM Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi tahun 2015.

87,17 82,51 80,18 80,69 75 77 79 81 83 85 87 89 4 9 14 Hasi l b iod isel (% )

(7)

Repository FMIPA 7 DAFTAR PUSTAKA

Buasri, A., Chaiyut, N., Loryuenyong, V., Worawanitchaphong, P., dan Trongyong, V. 2013. Calcium Oxide Derived from Waste Shells of Mussel, Cockle, and Scallop as the heterogeneous Catalyst for Biodiesel Production. The Scientific World Journal, Article ID 460923. Dewi, T. R. P. S.2015. Produksi

Biodiesel dari CPO dengan Proses Esterifikasi dengan Katalis H2SO4 dan Transesterifikasi dengan Katalis CaO dari Cangkang Kerang Darah. Skripsi.Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Riau, Pekanbaru.

Hayyan, A., Alam, Md.Z., Mirghani, M.E.S., Kabbashi, N.A., Hakimi, N.I.N.M, Siran, Y.M., dan Tahiruddin, S. 2010. Sludge Palm Oil As Renewable Raw Material For Biodiesel Production by Two Step- Processes.BioresourseTechnolog y. 101 : 7804- 7811.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Lee, S.L.,Wong, Y.C., Tan, Y, P., dan

Yew, S.Y. 2015.

Transesterification of palm oil to biodisel by using waste obtusa horn shell-derived CaO catalyst.Journal Energy Conversion andManagement.93: 282-288.

Nurhayati., Mukhtar, A., Gapur, A. Transesterifikasi Crude Palm Oil (CPO) Menggunakan Katalis Heterogen CaO Dari Cangkang Kerang Darah (Anadara Granosa) Kalsinasi 900oC.Jurnal Indonesian Chemia Acta.ISSN : 2385-0050. 5 (1) : 23-29.

Ramadhas, A.S., Jayaraj, S., Muraleedharan, C., 2005. “Biodiesel production from high FFA rubber seed oil”. Fuel.84 : 335-340.

Wahyuni 2008. Pengaruh Kalsinasi Katalis Kalsium Oksida (CaO) Pada Produksi Biodiesel Degan Bahan Baku Crude Palm Oil

(CPO) Dan Proses

Pemurniannya. Skripsi.FMIPA Universtas Riau.

“Biodiesel production from high FFA rubber

Gambar

Tabel  1.  Hasil  analisis    asam  lemak  bebas,  kandungan  air  pada  CPO  sebelum  dan  setelah esterifikasi
Gambar  2.  Pengaruh  rasio  mol  minyak  metanol  terhadap  hasil  biodiesel

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, pada saat kerjasama itu dilakukan, tidak berjalan sesuai dengan apa yang telah disepakati, dimana pengelola melakukan tindakan yang tidak sesuai

Kehadiran web 2.0 semakin membuat semua pengguna saling berinteraksi dan bertukar informasi dengan cepat, dengan teknologi share, collaborate dan exploit web 2.0 semakin banyak

Sebagai bentuk kearifan lokal dalam rangkaian upacara dan upakara yang dilaksanakan masyarakat petani mulai dari awal sebelum menanam padi sampai masa panen menunjukan

Berdasarkan hasil wawancara dari informan tersebut menjelaskan bahwa program Sistem Informasi Jejaring Rujukan Expanding Maternal and Newborn Survival (Si Jari Emas) adalah

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Surat Edaran Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perjalanan Orang Dalam Negeri Dalam Masa

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat dan ridhonya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh

Nilai budaya memberi nasihat terdapat pada semua baris data (21).Gurindam tersebut bermakna memberikan nasihat berupa anjuran, petunjuk, teguran maupun peringatan

Notaris bertanggung jawab dan wajib untuk memberikan kesaksian terkait dengan hal-hal yang tercantum dalam awal atau kepala akta dan hal-hal yang terkait dengan