• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPESIES KATAK (ANURA) YANG DITEMUKAN PADA KEBUN KARET DESA TRIMULYA KENAGARIAN PANYUBRANGAN KECAMATAN TIMPEH KABUPATEN DHARMASRAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SPESIES KATAK (ANURA) YANG DITEMUKAN PADA KEBUN KARET DESA TRIMULYA KENAGARIAN PANYUBRANGAN KECAMATAN TIMPEH KABUPATEN DHARMASRAYA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

SPESIES KATAK (ANURA) YANG DITEMUKAN PADA KEBUN KARET DESA TRIMULYA KENAGARIAN PANYUBRANGAN KECAMATAN TIMPEH

KABUPATEN DHARMASRAYA Desi Anita1, Meliya Wati2, Ria Kasmeri3

Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

Email : desianita947@gmail.com

ABSTRAC

The rapid rate of growth and development of the plantation sector lead over the land, causing loss of habitat, as well as the use of pesticides and herbicides on rubber plantations can cause a decrease in the number of species even loss amphibia species. In connection with it has done research on Anura Species Found In the Rubber Garden Village Trimulya Kenagarian Panyubrangan District of Timpeh Dharmasraya, with the aim to determine the species of frogs (Anura) found in the rubber plantation village Trimulya. This study is expected to be the information and consideration in forest conversion. The study was conducted in May-June 2016. Data was collected by Visual Method Ecounter Survey (VES), namely observation and survey runs directly against amphibian species were obtained by using a point location. The study was conducted at two points. The first point on the rubber plantation production yet, the second point on the rubber plantation production already. The results of such studies Anura found in the Rubber Garden Village Trimulya Kenagarian Panyubrangan District of Timpeh Dharmasraya namely Anura with four families are Bufonidae (Duttaprynus melanoctictus, Prhynoidis asper), Ranidae (Rana hosii), Dicroglosidae (Fejerfarya cancrivora, Fejervarya limnocraris, limnonectes shompenorum), Rhacophoridae (Polypedates leucomystax). Physical factors (temperature and humidity) are measured in the production of rubber plantation yet with temperature 29-32 ° C and humidity of 8192%, whereas in the rubber plantation production already with the air temperature 30 ℃ -32 ℃ with humidity of 76% -90%.

Key word: Anura, description, species, rubber plantation. PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki cakupan luas yang bervariasi, dari yang sempit hingga yang luas, dari yang datar, berbukit serta bergunung tinggi, di dalamnya hidup flora, fauna dan mikroba yang beranekaragam. Data IBSAP (2003) memperkirakan terdapat 38.000 jenis tumbuhan (55% endemik) di Indonesia, sedangkan untuk keanekaragaman hewan bertulang belakang, di antaranya 515 jenis hewan menyusui (39%

endemik), 511 jenis reptilia (30% endemik), 1531 jenis burung (20% endemik) dan 270 jenis Amphibia (40% endemik) (Walujo, 2011).

Manusia secara langsung maupun tidak langsung adalah penyebab dari kepunahan Amphibia (Rahman, 2009). Menurut Kusrini (2007) salah satu faktor yang dapat menurunkan kepunahan Amphibia adalah kerusakan habitat. Pesatnya laju pertumbuhan dan berkembang sektor perkebunan

(2)

2 mengakibatkan alih fungsi hutan dan lahan, sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah spesies atau hilangnya satu spesies akibat peralihan fungsi lahan tersebut.

Selain dari alih fungsi lahan, penggunaan pestisida, herbisida ke dalam lingkungan juga dapat mempengaruhi keberadaan dari Amphibia. Akibat penggunaan pestisida dan herbisida yang berlebihan pada lahan menyebabkan terjadinya pencemaran terhadap tanah, air dan udara (Sambel, 2010). Sehingga memungkinkan dapat merusak tempat hidup berbagai jenis Amphibia.

Karet merupakan salah satu tanaman komoditas perkebunan di Indonesia sehingga memiliki prospek yang cerah. Adanya penambahan kebun karet menyebabkan perubahan ekosistem karena rawa yang biasanya berair dan lembab sekarang menjadi kering, selain itu aktifitas dalam pengolahan lahan akan berpengaruh terhadap keanekaragaman jenis Amphibia.

Penelitian mengenai spesies Amphibia telah dilakukan salah satunya oleh Eujenius (2013) tentang Spesies Amphibia yang ditemukan di Sungai Batmara Desa Muntei Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Mentawai mendapatkan 10 spesies Anura dari 71 individu, Vella (2014) tentang jenis Amphibia yang ditemukan dikebun kelapa sawit Kunangan Parik Rantang Kabupaten Sijunjung mendapatkan 13 spesies Anura dari 91 individu, Riski (2015) tentang Spesies Amphibia yang ditemukan dikebun Gambir Masyarakat Kenagarian Siguntur Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan mendapatkan 12 spesies Anura dari 92 individu.

Penelitian ini hanya meneliti spesies Amphibia khususnya ordo Anura yang ditemukan pada kebun karet desa Trimulya Kecamatan Timpeh Kabupaten Dharmasraya secara ilmiah belum

diketahui pasti dan potensinya dapat dimanfaatkan sebagai pengendalian hama serta dapat digunakan sebagai sarana penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis telah melakukan penelitian tantang Spesies Katak (Anura) Yang Ditemukan Pada kebun Karet Desa Trimulya Kenagarian Panyubrangan Kecamatan Timpeh Kabupaten Dharmasraya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui spesies Anura apa sajakah yang ditemukan pada kebun karaet serta untuk mengetahui bagaimana faktor fisika lingkungan pada kebun.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016. Pengambilan sampel dilakukan di kebun karet desa Trimulya.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini plastik, karung, tali rafia, karet gelang, kantong spesimen, parang, jaring, sarung tangan, kompas, lampu atau senter, alat tulis, label ganda dan kertas label, jangka sorong. Bahan yang digunakan dalam pembiusan dan pengawetan adalah kloroform, alkohol 96% dan alkohol 70%.

Metode

Metode yang digunakan adalah metode visual ecounter survey (VES) merupakan metoda tangkap secara langsung, jenis yang terlihat yang ditangkap, teknik yang digunakan adalah purposive random sampling.

Cara kerja

pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan pada malam hari yaitu antara pukul 19.00 sampai 23.00 WIB semua Amphibia yang terlihat disinari matanya dengan senter agar buta sesaat. Penangkapan dilakukan dari bagian

(3)

3 depan, selain itu penangakapan katak juga dilakukan dari bagian belakang. Pegambilan sampel difokuskan pada tempat yang diperkirakan sebagai sarang atau tempat persembunyian Amphibia, yaitu dibawah serasah daun, genangan air dan vegetasi yang rimbun.

Pencarian dilakukan 2 kali dalam seminggu dengan 4 kali pengulangan. Pengambilan sampel Amphibia (Anura) dilakukan dengan cara menyisir pada jalur/titik pencarian yang telah ditentukan. Jalur pertama yaitu dilakukan pada kebun karet yang belum produksi sepanjang 600 meter dengan lebar 25 meter. Jalur kedua pada kebun karet yang sudah produksi sepanjang 600 meter dan lebar 25 meter.

Selanjutnya spesimen dibius dengan cara menyuntikkan alkohol 96% kedalam perut katak, kemudian sampel

yang lemas diikat dengan lebel koleksi. Spesimen yang sudah lemas diatur posisi seluruh tubuh dengan baik. Kaki depan membentuk sudut kaki depan dilipat dengan melipat tumit bertemu dengan kaki belakang. Jari-jari dibuka sehingga selaput renang terlihat jelas. Spesimen yang sudah diatur dengan baik disusun dalam kotak plastik sampai tubuhnya kaku sehingga posisinya tidak berubah. Agar posisi tubuh spesimen tetap basah dan tidak rusak maka direndam menggunakan alkohol 70%.

Identifikasi dilakukan dengan menggunakan panduan buku karangan Iskandar (1998), Mistar (2008) dan Kusrini (2013) jurnal Das Indraneil (1998) dan jurnal Kurnianti Helen (2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil penelitian mengenai Spesies Katak (Anura) Yang Ditemukan Pada Kebun Karet Desa Trimulya Kenagarian Panyubrangan Kecamatan Timpeh Kabupaten Dharmasraya Dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan pengukuran faktor lingkungan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Spesies Katak (Anura) Yang Ditemukan Pada Kebun Karet Desa Trimulya Kenagarian Panyubrangan Kecamatan Timpeh Kabupaten Dharmasraya

Famili Spesies Nama Indonesia

Jumlah individu stasiun 1 Jumlah individu stasiun 2 Total Individu Bufonidae 1. Duttaprynus melanoctictus 2. Phrynoidis asper 1. Kodok puru 2. Kodokbuduk 7 2 1 0 8 2

Ranidae 3. Rana hosii 3. Kongkang kolam

4 0 4

Dicroglossidae 4. Fejervarya cancrivora

5. Fejervarya limnocharis 6. Limnonectes shompenorum 4.Katak sawah 5.Katak tegalan 6. Kata kraksasa 10 15 1 5 14 0 15 29 1

Rhacophoridae 7. Polypedates leucomystax 7.katakpohon 3 0 3

TOTAL 42 20 62

Keterangan: Stasiun I: Kebun karet yang belum produksi. Stasiun 2: kebun karet yang sudah produksi.

(4)

4

Tabel 2. pengukuran suhu dan kelembaban lingkungan

No

Stasiunpenelitian

Rata- rata Suhu

Rata-rata kelembaban

1

Stasiun 1 karet belum produksi

29-32℃

81-91 %

2

Stasiun 2 karet sudah produksi

30 ℃

76-90 %

Pembahasan

Jumlah spesies Amphibia yang ditemukan di kebun karet desa Trimulya Kenagarian Panyubrangan Kecamatan Timpeh Kabupaten Dharmasraya relatif sedikit yaitu 4 famili dengan jumlah 6 genus, 7 spesies dari 62 individu. Jika dibandingkan dengan penelitian Eujenius (2013) tentang spesies Amphibia yang ditemukan di sungai Batmara Desa Muntai Kacamatan Siberut Selatan Kabupaten Mentawai mendapatkan 4 famili 6 genus dan 12 spesies, penelitian Rizki (2015) tentang spesies Amphibia yang ditemukan dikebun gambir masyarakat kenagarian Siguntur kecamatan koto XI Tarusan kabupaten Pesisir Selatan mendapatkan 4 famili 6 genus dan 12 spesies.

Rendahnya tingkat keragaman spesies yang ditemukan pada kebun karet dengan luas secara keseluruhan 6 hektar dibandingkan dengan tingkat keragaman spesies yang ditemukan Wanda (2012) di Hutan Harapan Jambi yakni 19 spesies, penelitian wanda (2012) hal ini disebabkan habitat pada kebun karet relatif seragam (monokultur). Selain itu penyebab rendahnya spesies Anura adalah kerusakan habitat yang dilakukan oleh masyarakat seperti pembukaan lahan yang menyebabkan berkurangnya lahan basah dan penggunaan bahan kimia diantaranya pestisida dan herbisida. Sama halnya seperti pernyataan Kusrini (2007) hilangnya lahan basah dan penggunaan senyawa kimia dapat menghilangkan populasi Amphibia, menurut Rahman (2009) perubahan habitat hutan seperti adanya pembalakan liar atau aktifitas lainnya dapat mengurangi kemampuan satu jenis Amphibia untuk bertahan hidup. Di hutan yang masih sedikit mengalami gangguan memiliki keragaman jenis

lebih banyak dari pada kawasan hutan yang sudah terganggu seperti hutan sekunder, kebun dan pemukiman penduduk. Hal ini sesuai dengan pernyataan UI-Hassanah (2006) dalam Kusrini (2007) menyatakan keanekaragaman Amphibia bekas tebangan dan hutan yang belum ditebang sangat berbeda nyata. Hutan bekas tebangan memiliki jumlah lebih sedikit dari pada hutan yang masih alami. Berubahnya komposisi jenis Amphibia di hutan yang masih baik dan hutan yang telah rusak.

Hasil penelitian ini diperoleh empat famili yaitu; famili Bufonidae, Ranidae, Dicroglossidae dan rhacoporide. Famili Bufonidae yang ditemukan terdiri dari 2 spesies yaitu; Duttaprynus melanoctictus, Phrynoidis asper. Duttaprynus melanostictus merupakan kodok puru berukuran sedang panjang badan betina 65-85 mm jantan 55-80 mm dengan tekstur relatif berkerut, dengan bintil-bintil atau bonteng yang jelas dan jari-jari memiliki sedikit selaput renang sehingga talah beradaptasi pada habitat teresterial. Menurut Mistar, (2003) habitat utama dari Duttaprynus melanostictus adalah selalu dekat dengan hunian manusia atau wilayah yang terganggu, biasanya selalu berburu serangga dibawah lampu, tidak dekat dari hutan hujan tropis atau hutan primer.

Phrynoidis aspera juga ditemukan pada kebun karet yang belum produksi. Phrynoidis aspera merupakan kodok berukuran besar dan kuat. Menurut Mistar, (2008) kelenjar paratoid berbentuk bulat atau oval, panjang tidak sampai dua kali lebarnya, semua jari kaki belakang berselaput hingga ujung kecuali jari keempat yang merupakan jari terpanjang. Iskandar (1998) mengatakan bahwa Phrynoidis aspera

(5)

5 biasanya terdapat disepanjang alur tepi sungai, sejumlah spesies besar kadang-kadang ditemui berendam di air pada siang hari, bersembunyi di bawah bebatuan dan baru keluar pada malamhari. Menurut Ario, (2010) Phrynoidis aspera pada umumnya hidup di hutan dataran rendah hingga pegunungan.

Family ranidae yang ditemukan yaitu Rana hosii merupakan katak ramping berukuran sedang sampai sangat besar, kaki belakang panjang dan ramping, jari kaki dan tangan terdapat piringan datar yang jelas, jari kaki berselaput sampai kedasarnya sehingga Rana hosii talah beradaptasi pada habitat aquatik. Rana hosii ditemukan pada area persawahan. Hal ini dikarenakan daerah ini dulunya adalah area persawahan, walaupun cuma meninggalkan sedikit area persawahan yang belum dijadikan kebun karet habitat ini cocok dengan katak jenis ini. Menurut Mistar ( 2008) Rana hosii dapat hidup di hutan primer, hutan sekunder, sampai hutan terganggu, dapat dijumpai pada ranting semak atau bebatuan dipinggiran sungai beraliran sedikit deras dengan dasar sungai berbatu dan jernih.

Famili yang paling banyak ditemukan yaitu dicroglosidae Fejervarya cancrivora ukuran panjang antara 51-82 mm, jari kaki belakang berselaput hingga setengah bagian. Tekstur, bagian belakang dan tepi mempunyai lipatan kulit pendek dan berbintil. Umumnya dijumpai pada habitat yang sudah terganggu. Warna seperti lumpur yang kotor dengan bercak-bercak tidak simetris berwarna gelap. Namun pada umumnya berwarna coklat. Menurut Mistar, (2003) Jenis ini menempati habitat yang telah terganggu pada daerah dataran rendah, di sawah-sawah, juga dapat ditemukan pada tepian sungai.

Fejerverya limnocharis

ditemukan dekat dengan area persawahan dan rawa, memiliki selaput

renang sebagian sehingga talah beradapatasi aquatik dibanding teresterial. Menurut Mistar,(2003) habitat dari spesies ini yaitu berada pada daerah yang terganggu pada daerah dataran rendah sampai pegunungan dataran rendah. Menghuni sawah dan padang rumput, hutan sekunder.

menurut kurnianti (2008) panjang tubuh maksimum Limnonectes shompenorum adalah 120 mm, spesies ini ditemukan dekat dengan area persawahan. Habitat spesies ini kerap dijumpai di sungai berbatu berarus deras dan persawahan di daerah dataran rendah. Habitat asal dari spesies ini adalah sungai, sedangkan persawahan adalah habitat pilihan kedua.

Family Rhacoporidae yang ditemukan yaitu polypedates leucomystax menurut Mistar (2008) katak pohon ini berukuran panjang antara 37-75 mm, hidup dalam hutan sekunder sampai pemukiman kadang-kadang masuk sekitar rumah karena tertarik akan kehadiran serangga dibawah lampu, umumnya hidup diatas pohon (arboreal). Menurut Iskandar, (1998) habitat dari Polypedates leucomystax yakni diantara tetumbuhan atau disekitar rawa dan bekas tebangan hutan sekunder, spesies ini sering mendekati hunian manusia.

PENUTUP Kesimpulan

Anura yang ditemukan di Kebun Karet Desa Trimulya Kenagarian Panyubrangan Kecamatan Timpeh Kabupaten Dharmasraya yaitu Anura dengan empat famili yaitu Bufonidae ( Duttaprynus melanoctictus, phrynoidis asper), Ranidae (Rana hosii), Dicroglosidae (Fejerfarya cancrivora, Fejervarya limnocraris, Limnonectes

shompenorum) Rhacophoridae

(Polypedates leucomystax).

Faktor fisika (suhu dan kelembaban) yang terukur di kebun karet yang belum

(6)

6 produksi dengan suhu 29-32 oC dan kelembaban 81-92 %, sedangkan pada kebun karet yang sudah produksi dengan suhu udara 30℃ ℃ dengan kelemababan 76%-90%.

Saran

Dari kesimpulan diatas, maka disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai spesies Anura di daerah lain, atau diperkebunan yang lain seperti kebun kopi dan cacao, sehingga data yang di dapat bisa menjadi pembanding, perlunya melakukan pengelolaan perkebunan yang baik agar kebun tetap dapat menjadi tempat hidup bagi Amphibia diantaranya dengan tidak mengganggu habitat Amphibia.

DAFTAR PUSTAKA

Eujenius. 2012. Spesies Ampbihia Yang Ditemukan Disungai Batmara Desa Muntai Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Skripsi Sarjana Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengethuan Alam STKIP PGRI Sumatera Barat: Padang Iskandar, T,Djoko. 1998. The

Amphibions of Java and Bali. Terjemahan oleh martodirhardjo 1998. Puslitbang Biologi-Lipi. Kurniati, Hellen. 2008. Jenis-Jenis

Kodok Berukuran Besar Yang Dapat Dikonsumsi Dan Mampu Beradaptasi Dengan Habitat Persawahan Di Sumatera. Jurnal fauna Indonesia. Vol 8(1). Kusrini, Mirza. 2007. Konservasi Amfibi

Di Indonesia: Masalah Global Dan Tantangan. Jurnal media konservasi.vol.XII.Hlm.89-9

_____. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi Amfibi Jawa Barat. Bogor: fakultas kehutanan IPB Mistar. 2003. Panduan Lapangan

Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser. PILI-NGO Movement: Bogor

______. 2008. Panduan Lapangan Amfibi Dan Reptile Di Area Mawas Propinsi Kalimantan Tengah ( Cacatan Di Hutan Lindung Berseatus). Kalimantan tengah : Yayasan Penyelamatan Orangutan Boneo.

Rahman, Lutfiah nuraini. 2009. Penurunan Populasi Amphibia : Apa Penyebab Dan Upaya Pencegahannya. Bandung : Depertemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Kehutanan IPB anggota sylva Indonesia IPB.

Riski, Patrianti. 2015. Spesies Amphibia Yang Ditemukan Di Kebun Gambir Masyarakat Kenagarian Siguntur Muda Kecamatan Koto Xi Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi Sarjana Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengethuan Alam STKIP PGRI Sumatera Barat: Padang.

Vella, Selfiana,. 2014. Jenis-Jenis Amphibian Yang Ditemukan

Dikebun Kelapa Sawit

Kenagarian Kunangan Parik Rantang Kabupaten Sinjunjung. Skripsi Sarjana Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengethuan Alam STKIP PGRI Sumatera Barat: Padang.

Sembel, T,Dantje. 2010. Pengendalian Hayati. Yogyakarta: CV andi offset.

(7)

7 Walujo, B,Eko. 2011. Keanekaragman

Hayati Untuk Pangan. Jakarta : Pusat Penelitian Biologi LIPI

Referensi

Dokumen terkait

Ada 5 bentuk dasar dari alat musik Chordophone yaitu Bows (berbentuk busur), Lyra, Harp, Lute dan Zithers. Di sini, alat musik Bows adalah yang tertua dan paling

Kajian ini yang bertumpu kepada kaum 'Jawi Peranakan' di Pulau Pinang, cuba memaparkan bagaimana proses etnogenisis yang berlaku sejak daripada generasi ketiga atau

Kelompok ini mencakup usaha perkebunan mulai dari kegiatan pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan tanaman rumput-rumputan semusim lainnya

Pay" terhadap Pekerja/Buruh Perempuan yang Sakit pada Hari Pertama dan Kedua Masa Haidnya pada Perusahaan Makanan di Kota Palembang.. 13 Sopiyan A.r.,

Metode angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya untuk dijawab oleh responden terpilih dan merupakan suatu mekanisme pengumpulan data

Perikehidupan Lepidiota stigma pada Tanaman di Sekitar Lahan Tebu di Purworejo.. Efisiensi Penggunaan Air pada Budidaya Tebu Lahan

Terdapat hubungan yang signifikan di antara penilaian pembelajaran dari segi maklumat yang diperoleh daripada temu seru dengan penilaian tingkah laku peserta yang

Alat ini digunakan sebagai kendali posisi benda yang di pasang pada meja putar (rotaring table) agar benda dapat di sinari berkas neutron dari berbagai sudut yang diinginkan