• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat

Pada penelitian ini menggunakan alat-alat yang digunakan antara lain sebagai berikut :

1. Ayakan No. 200

Digunakan untuk pemeriksaan clay lump di agregat halus. 2. Ayakan

a. Untuk mengetahui gradasi agregat halus dan cangkang kelapa sawit digunakan ayakan. Ayakan yang diperlukan lubang berturut-turut dengan No.4 ukuran 4.75mm, No.8 ukuran 2.36mm, No.30 ukuran 1.18mm, No.50 ukuran 0.60mm, No.100 ukuran 0.30mm dan No.200 ukuran 0.15mm dan pan dilengkapi dengan penutup ayakan dan alat sieve shaker.

b. Pemakaian alat dengan disusun ayakan sesuai ukuran lubang besar kecilnya dan ditempat paling bawah adalah tempat menampung sisa ayakan pan, lalu diguncang dengan alat sieve shaker.

3. Timbangan Digital

Pengujian pasir dan cangkang kelapa sawit dibutuhkan ketelitian saat menimbang dan timbangan digital juga mempunyai kapasitas 5 kg. 4. Piknometer

Untuk pemeriksaan berat jenis pasir dan cangkang kelapa sawit digunakan piknometer dengan kapasitas 500 cc.

5. Oven

Pada pengujian berat jenis, kadar air, diperlukan oven untuk penelitian ini

6. Cetakan Batako Manual

Cetakan digunakan untuk cetakan batako. Cetakan ini dibuat secara manual dengan plat besi.

(2)

Alat ini digunakan untuk memotong batako dengan bentuk mortar yang diperlukan dalam penelitian ini.

8. Tongkat Baja

Digunakan untuk memadatkan adonan. 9. Sendok Semen

Untuk menuang pasir, semen atau cangkang kelapa sawit pada saat pemindahan material.

10. Sieve Shaker

Alat ini digunakan untuk pengujian gradasi agregat halus dan gradasi cangkang sawit.

11. Los Angeles

Alat ini biasanya digunakan untuk pengujian keausan agregat kasar, namun dalam penelitian ini digunakan untuk menghaluskan cangkang kelapa sawit.

12. Timbangan Air untuk Berat Jenis

Pada pengujian berat jenis batako dan mortar menggunakan alat ini. Alat yang dilengkapi dengan timbangan, bak perendam dan keranjang air untuk benda uji saat di timbang dalam air.

3.2 Bahan-Bahan

Bahan atau material yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Air

Air bersih digunakan dalam penelitian ini, air tidak mengandung minyak garam atau zat kimia lainnya yang dapat merusak beton atau batako.

2. Semen

Semen yang digunakan dalam penelitian adalah semen dengan merek Gresik 50 kg, dengan jenis semen portland I.

3. Pasir

Pasir yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir lumajang. 4. Cangkang Kelapa Sawit

(3)

Cangkang kelapa sawit diambil dari limbah industri yang terletak di Balikpapan, limbah cangkang sawit hasil dari olahan perkebunan kelapa sawit.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian untuk pemeriksaan bahan dan pengujian berat jenis, uji tekan dilaksanakan di laboratorium beton Fakultas Teknik Sipil Muhammadiyah Malang. Proses pembuatan batako dilakukan di kabupaten Malang, kecamatan Tumpang, Jawa Timur.

3.4 Data dan Benda Uji

Data adalah hasil dari pengujian dalam penelitian ini. Benda uji adalah sampel yang digunakan dalam penelitian ini.

3.4.1 Jumlah Sampel dan Pengujian

Sampel dan pengujian dari penelitian ini antara lain :

Tabel 3.1 Tabel Sampel Benda Uji Batako

No Jenis

sampel Ukuran Jumlah

1 Batako 22cm x 11cm x 6cm 25

sampel

Tabel 3.2 Tabel Sampel Benda Uji Mortar

No Jenis

sampel Ukuran Jumlah

1 Mortar 5cm x 5cm x 5cm 25

sampel

Sampel dengan variasi persentase dalam pengujian ini sebagai berikut :

Tabel 3.3 Tabel Sampel Benda Uji dengan Penambahan Variasi Cangkang Kelapa Sawit

Benda uji CKS (Cangkang Kelapa

Sawit) Agregat Halus

Jumlah Benda uji Batako Mortar CKS 0% 0 Kg 2,7 Kg 5 5 CKS 5% 0,13 Kg 2,57 Kg 5 5 CKS 10% 0,27 Kg 2,43 Kg 5 5 CKS 15% 0,40 Kg 2,3 Kg 5 5 CKS 20% 0,54 Kg 2,16 Kg 5 5

(4)

3.5 Pengujian

Digunakan campuran pasir dan semen dengan limbah cangkang kelapa sawit. Variasi batako dengan campuran cangkang sawit substitusi agregat halus adalah 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan dilakukan uji tekan dan berat jenis pada umur 28 hari. Dibuat 25 sampel untuk batako, dan 5 batako di circle gerinda (dipotong) menjadi mortar sebanyak 25 benda uji. 1 batako didapat 5 mortar di luar 25 sampel batako itu sendiri, yang artinya 25 batako dan mortar 25 benda uji. Total ada 50 benda uji masing-masing sampel dilakukan pengujian berat jenis dan kuat tekan pada umur 28 hari.

3.6 Metode Penelitian

Pengujian pada batako membandingkan kuat tekan batako normal dengan batako yang diberikan variasi cangkang kelapa sawit yang masing-masing variasi persentase 0%, 5%, 10%, 15%, 20%. Sama dengan halnya mortar, pengujian dilakukan dengan membandingkan dari mortar normal dengan mortar campuran dengan variasi persentase 0%, 5%, 10%, 15%, 20%. Metode digunakan adalah eksperimen dengan batako campuran limbah cangkang kelapa sawit.

(5)

3.7 Diagram Alir

Gambar 3.1 Diagram Alir Persiapan Alat & Pemeriksaan Bahan Studi Pustaka Semen Tipe I portland Cangkang kelapa sawit Berat Jenis Gradasi Kadar Air Agregat Halus Kadar Lumpur Berat Jenis Gradasi Kadar Air Berat isi Air Bersih Cangkang Kelapa Sawit Penghalusan dengan mesin Los Angeles

Di ayak dengan ayakan No. 4 ukuran

4.75 mm

Mulai

Pembuatan Batako & Mortar

Kuat Tekan Batako dan Berat jenis

(0%, 5%, 10%, 15%, 20%

Kuat Tekan Mortar dan Berat jenis

(0%, 5%, 10%, 15%, 20%

Analisa & Pembahasan

Kesimpulan & Saran

Selesai Perencanaan Proposi

(6)

Penelitian yang dilakukan penulis digunakan material-material utama batako yang umum digunakan. Semen digunakan semen type I merek gresik 50 kg, pasir jenis pasir lumajang, serta campuran yaitu limbah cangkang kelapa sawit. Berikut tahapan-tahapan persiapan :

a. Tahapan I : Persiapan Bahan dan Alat

Persedian bahan dan alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yang dilakukan di laboratorium.

b. Tahapan II : Pemeriksaan Bahan Campuran dan Identifikasi

Pengujian dan identifikasi bahan campuran yang digunakan dalam penelitian, untuk pasir dilakukan pemeriksaan kadar air, kadar lumpur, berat jenis dan gradasi. Cangkang kelapa sawit dilakukan pemeriksaan gradasi, berat jenis. Untuk semen dan air dilakukan pemeriksaan dengan visual saja.

c. Tahapan III : Perencanaan Campuran

Perencanaan campuran untuk batako menggunakan perbandingan semen dan agregat halus. Berikut perencanaan dalam campuran batako sebagai berikut :

1. Memeriksa gradasi, kadar air, berat jenis dan kadar lumpur terhadap agregat halus.

2. Memeriksa gradasi, dan berat jenis cangkang kelapa sawit.

3. Menghaluskan cangkang kelapa sawit sampai pada cangkang kelapa sawit masuk kategori agregat halus.

4. Menghitung faktor air semen yang dibutuhkan untuk penelitian ini. 5. Menghitung untuk batako dengan perbandingan 1 semen : 6 pasir

dengan variasi 0%, 5%, 10%, 15%, 20%.

d. Tahapan IV : Pembuatan Adonan Batako dan Benda Uji

Di tahap ini dilakukan proses adukan batako sesuai perencanaan campuran yang telah dibuat sesuai proporsi masing-masing bahan. Adonan dimasukan kedalam cetakan batako, setelah itu dipress dengan cetakan batako lalu dikeluarkan dari cetakan tersebut. Untuk benda uji

(7)

mortar, batako yang sudah di umur 28 hari di proses pemotongan dengan circle gerinda sesuai ukuran dan kebutuhan benda uji.

e. Tahapan V : Pengujian Berat jenis Pada Batako dan Mortar

Pengujian berat jenis dilakukan terhadap batako dan mortar. Pengujian ini hampir sama dengan pengujian berat jenis agregat kasar mengacu pada (SNI 03-1969-1990) diantaranya :

1. Benda uji batako dan mortar ditimbang setiap sampel. 2. Batako dan mortar direndam air suling selama 24 jam.

3. Batako dan mortar lalu diangkat dan dilap dengan kain sampai kering permukaan jenuh lalu ditimbang kembali.

4. Setelah itu batako dan mortar ditimbang kedalam keranjang yang berisi air dan dicatat sesuai datanya.

f. Tahapan V : Pengujian Benda uji Tekan dan berat jenis Batako dan mortar.

Pengujian kuat tekan batako diuji pada umur 28 hari. Acuan pengujian ini sesuai prosedur (SNI 03-1974-2000) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Benda uji ditimbang.

2. Benda uji dimasukan kedalam mesin uji tekan secara centris. 3. Pada penambahan beban terhadap mesin uji tekan berkisar antara 2

sampai 4 kg/cm² per detik.

4. Dilakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan catat nilai yang dihasilkan.

Rumus 3.1

F’c = Kuat tekan maksimum pada beton (kg/cm²) P = Beban maksimum

(8)

g. Tahapan VI : Analisis Data dan Kesimpulan

Analisis data dan kesimpulan diambil dari hasil pengujian kuat tekan dan berat jenis dalam penelitian ini yang nilai rata-ratanya dari 5 sampel benda uji.

3.8 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini mengetahui kelayakan bahan penyusun yang digunakan dalam perencanaan pembuatan batako dengan variasi cangkang kelapa sawit sebagai substitusi agregat halus terhadap kuat tekan dan berat jenis, penelitian ini yang dikerjakan di laboratorium Muhammadiyah Malang. Pemeriksaan bahan penyusunnya antara sebagai berikut:

3.8.1 Pemeriksaan Air

Pemeriksaan pada air dengan cara pengamatan visual terhadap air itu sendiri. Sifat air yang tidak mengandung lumpur, tidak berbau, tidak mengandung zat-zat yang merusak air dalam penelitian ini sehingga air dapat digunakan dalam penelitian ini.

3.8.2 Pemeriksaan Semen

Semen diperiksa dengan cara visual. Dilihat dengan keadaan semen tidak berbutir halus, menggumpal, sehingga dapat digunakan dalam bahan susunan batako.

3.8.3 Pemeriksaan Agregat Halus

Pengujian kandungan lumpur, pemeriksaan berat jenis, dan pemeriksaan gradasi dilakukan pada agregat halus. Untuk jelasnya diuraikan sebagai berikut :

1. Pengujian Kandungan Lumpur

Pemeriksaan ini tujuannya adalah untuk mengetahui kandungan lumpur di agregat halus, langkah pemeriksaan bisa dilihat sebagai berikut :

a. Menyediakan sampel pasir masing-masing sebanyak 500gr.

b. Pasir dikeringkan dengan dimasukan kedalam oven dengan suhu 110° selama 24 jam.

(9)

c. Keluarkan pasir dari oven, lalu didinginkan sampai mencapai suhu ruangan.

d. Pasir kemudian ditimbang yang telah kering. e. Pasir dicuci kembali hingga air menjadi jernih.

f. Pasir yang telah dicuci bersih kemudian dimasukan ke dalam cawan atau loyang lalu masukan kembali ke oven dengan suhu 110° selama 24 jam.

g. Keluarkan pasir dari oven dan dinginkan sampai mencapai suhu ruangan lalu timbang kembali beratnya.

Rumus 3.2

Persentase lumpur = 𝑊1−𝑊2

𝑊1 x 100%

W1 (gr) = Berat kering semula W2 (gr) = Berat kering setelah dicuci

W3 = Berat butir yang lewat ayakan No. 200 W3 = (W1 - W2)

Tabel 3.4 Kadar Lumpur Pasir Lumajang

Sumber : Hasil pengujian dari laboratorium Muhammadiyah Malang

Sesuai dengan acuan (SNI S-04-1989-F) untuk kadar lumpur agregar halus normalnya sebesar 5%. Untuk pasir lumajang yang digunakan dalam penelitian ini masuk dalam syarat kadar lumpur agregat halus. 2. Pengujian Berat jenis Pasir

Pada pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis pasir (Bulk

specific gravity), berat jenis jenuh kering permukaan jenuh (SSD),

berat jenis semu (Apparent specific gravity ) dan penyerapan (Absorption). Langkahnya sebagai berikut :

(10)

a. Keringkan sampel pasir di dalam oven dengan suhu 110° C selama 24 jam.

b. Sampel dikeluarkan dari oven dan dinginkan selama 1 - 3 jam. c. Rendam sampel selama 24 jam.

d. Air dibuang jangan sampai butir sampel pasir hilang. e. Sampel diletakan ke dalam talam.

f. Bolak balik sampel dan keringkan di udara panas.

g. Pengeringan dilakukan hingga sampel dalam keadaan permukaan jenuh.

h. Benda uji dimasukan ke dalam kerucut terpancung dan periksa sampel sampai keadaan permukaan jenuh.

i. Tumbuk sebanyak 25 kali dan padatkan dengan batang penumbuk, kemudian kerucut tersebut diangkat.

j. Jika keadaan permukaan jenuh (SSD) telah tercapai sampel akan runtuh namun tetap dalam keadaan berbentuk.

k. Masukan sampel 500 gr ke dalam piknometer, lalu masukan air suling mencapai 90%.

l. Guncang piknometer hingga tidak terlihat gelembung udara didalam piknometer.

m. Tambah air ke dalam piknometer hingga batas tanda di piknometer. n. Timbang sampel dan piknometer yang berisi air (BT).

o. Keluarkan benda uji dari piknometer dan masukan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110°C.

p. Dinginkan sampel dengan suhu ruangan dan timbang sampel. q. Tambah air suling sampai tanda batas piknometer (BK).

r. Bersihkan piknometer dengan air sampai tanda batas yang telah ditentukan (B).

Perhitungan rumus untuk berat jenis dan penyerapan diantaranya sebagai berikut :

(11)

Rumus 3.3

Keterangan :

B = Berat piknometer + air (gr)

BT = Berat piknometer + air + pasir (gr) BK = Berat kering oven (gr)

a. Dari hasil pengujian sampel I, pemeriksaan agregat halus didapat: BK = Berat benda uji kering oven (485 gr)

B = Berat jenis piknometer berisi air (660 gr)

BT = Berat piknometer berisi air dan benda uji (942 gr) PK = Berat piknometer kosong (162 gr)

SSD = Berat benda uji kering permukaan jenuh (500 gr) Adapun rumus sebagai berikut :

Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵+𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑇)

=

485 (660+500−942)= 2.22 gr Berat jenis SSD = 𝑆𝑆𝐷 (𝐵+𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑇)= 500 (660+500−942)= 2.29 gr

Berat jenis semu = 𝑆𝑆𝐷

(𝐵+𝐵𝐾−𝐵𝑇)= 500 (660+485−942) = 2.39 gr Penyerapan = (𝑆𝑆𝐷−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 x 100% = (500−485) 485 x 100% = 3,09%

Dengan hasil yang telah diketahui dari pengujian berat jenis dan penyerapan. Hasil tersebut adalah hasil dari percobaan sampel I yang

(12)

dilakukan di laboratorium Muhammadiyah Malang. Hasilnya berat jenis bulk 2.22 gr, berat jenis SSD dengan nilai 2.29 gr, berat jenis semu 2.39 gr dan penyerapan didapat 3.09%.

b. Dari hasil pengujian sampel II pemeriksaan agregat halus didapat: BK = Berat benda uji kering oven (489 gr)

B = Berat jenis piknometer berisi air (660 gr)

BT = Berat piknometer berisi air dan benda uji (949 gr) PK = Berat piknometer kosong (162 gr)

SSD = Berat benda uji kering permukaan jenuh (500 gr) Adapun rumus sebagai berikut :

Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵+𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑇)

=

489 (660+500−949)= 2.32 gr Berat jenis SSD = 𝑆𝑆𝐷 (𝐵+𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑇)= 500 (660+500−949)= 2.37 gr

Berat jenis semu = 𝑆𝑆𝐷

(𝐵+𝐵𝐾−𝐵𝑇)= 500 (660+489−949) = 2.45 gr Penyerapan = (𝑆𝑆𝐷−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 x 100% = (500−489) 489 x 100% = 2.25%

Dengan hasil yang telah diketahui dari pengujian berat jenis dan penyerapan. Hasil tersebut adalah hasil dari percobaan sampel II yang dilakukan di laboratorium Muhammadiyah Malang. Hasilnya berat jenis bulk 2.32 gr, berat jenis SSD dengan nilai 2.37 gr, berat jenis semu 2.45 gr dan penyerapan didapat 2.25%.

Pada hasil pemeriksaan berat jenis pasir lumajang dengan sampel I dan sampe II yang dilakukan di laboratorium Muhammadiyah Malang, disimpulkan dengan rata-rata berat jenis bulk didapat nilai sebesar 2.27 gr, berat jenis SSD 2.33 gr, berat jenis semu 2.41 gr dan yang terakhir penyerapan didapat dengan nilai 2.67%. Untuk standar penyerapan 3%. Dengan hasil tersebut berat jenis dan penyerapan masuk dalam standar dengan acuan Standar nasional indonesia (SNI 03-2834-2000).

(13)

Tabel 3.5 Berat Jenis Pasir Lumajang

Sumber : Hasil pengujian dari laboratorium Muhammadiyah Malang

3. Kadar Air

Pengujian kadar air ini digunakan untuk pemeriksaan pasir lumajang. Dari hasil 3 sampel didapat nilai rata-rata dengan hasil 3.509 % dilihat pada gambar berikut.

Rumus 3.4

W1 = Cawan kosong W2 = Cawan berisi

W3 = Cawan setelah dioven

𝑊2−𝑊1

𝑊3 x 100%

Tabel 3.6 Kadar air Pasir Lumajang

Sumber : Hasil pengujian dari laboratorium Muhammadiyah Malang

4. Pengujian Gradasi Pasir

Gradasi pasir adalah pemeriksaan untuk mengetahui modulus butir agregat halus. Langkahnya sebagai berikut :

(14)

a. Sampel pasir kering disiapkan masing-masing sebanyak 850 gr. b. Sampel masukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu

110°C kemudian ditimbang

c. Saringan sesuai dengan ukuran lubang terdiri dari : 9.50mm, 4.75mm, 2.36mm, 1.18mm, 0.6mm, 0.30mm, 0.15mm, dan pan. d. Pasir kemudian dimasukan kedalam ayakan, lalu ayakan digetarkan

dengan sieve shaker selama 15 menit.

e. Setelah itu diamkan selama 5 menit dan timbang pasir di masing-masing ayakan secara kumulatif.

Berikut rumus-rumus yang digunakan untuk pemeriksaan gradasi pasir Rumus 3.5

Tabel 3.7 Gradasi Agregat Halus Pasir Lumajang

(15)

Dari hasil penelitian dari gradasi pasir lumajang, didapat zona karakteristik pasir lumajang pada gambar grafik 3.2 terlihat pada pasir lumajang masuk di zona I, yang artinya pasir lumajang di zona pasir kasar.

Gambar 3.2 Grafik Zona Pasir Lumajang 4. Pemeriksaan Berat Isi Pasir

Langkah yang digunakan dalam pemeriksaan berat isi pasir sebagai berikut :

a. Sampel pasir dimasukan ke dalam silinder baja dengan 3 lapisan. Masing-masing lapisan diisi ⅓ dari tinggi silinder dan ditumbuk sebanyak 25 kali.

b. Permukaan diratakan dan ditimbang.

Adapun rumus yang digunakan dalam volume berat satuan sebagai berikut :

(16)

Tabel 3.8 Berat Isi dengan cara lepas

Sumber : Hasil pengujian dari laboratorium Muhammadiyah Malang

Tabel 3.9 Berat Isi dengan cara penusukan

Sumber : Hasil pengujian dari laboratorium Muhammadiyah Malang

Tabel 3.10 Berat Isi dengan cara penggoyangan

Sumber : Hasil pengujian dari laboratorium Muhammadiyah Malang

Dari hasil penelitian berat isi dengan tiga cara yaitu dengan cara lepas, penusukan dan penggoyanngan. Hasil didapatkan berat isi pasir lumajang dengan cara lepas 1.56 kg, untuk cara berat isi penusukan didapat dengan hasil 1.60 kg dan untuk cara penggoyangan didapat 1.61 kg.

3.8.4 Pemeriksaan Cangkang Kelapa Sawit

Pengujian berat jenis, dan pemeriksaan gradasi dilakukan pada cangkang kelapa sawit. Untuk jelasnya diuraikan sebagai berikut :

1. Pengujian Berat jenis Cangkang Kelapa Sawit

Pada pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis pasir (Bulk

specific gravity), berat jenis jenuh kering permukaan jenuh (SSD),

berat jenis semu (Apparent specific gravity ) dan penyerapan (Absorption). Langkahnya sebagai berikut :

(17)

a. Keringkan sampel cangkang kelapa sawit di dalam oven dengan suhu 110° C selama 24 jam.

b. Sampel dikeluarkan dari oven dan dinginkan selama 1 - 3 jam. c. Rendam sampel selama 24 jam.

d. Air dibuang jangan sampai butir sampel cangkang kelapa sawit hilang.

e. Sampel diletakan ke dalam talam.

f. Bolak balik sampel dan keringkan di udara panas.

g. Pengeringan dilakukan hingga sampel dalam keadaan permukaan jenuh.

h. Benda uji dimasukan ke dalam kerucut terpancung dan periksa sampel sampai keadaan permukaan jenuh.

i. Tumbuk sebanyak 25 kali dan padatkan dengan batang penumbuk, kemudian kerucut tersebut diangkat.

j. Jika keadaan permukaan jenuh (SSD) telah tercapai, sampel akan runtuh namun tetap dalam keadaan berbentuk.

k. Masukan sampel 500 gr ke dalam piknometer, lalu masukan air suling mencapai 90%.

l. Guncang piknometer hingga tidak terlihat gelembung udara didalam piknometer.

m. Tambah air ke dalam piknometer hingga batas tanda di piknometer. n. Timbang sampel dan piknometer yang berisi air (BT).

o. Keluarkan benda uji dari piknometer dan masukan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110°C.

p. Dinginkan sampel dengan suhu ruangan dan timbang sampel. q. Tambah air suling sampai tanda batas piknometer (BK).

r. Bersihkan piknometer dengan air sampai tanda batas yang telah ditentukan (B).

Perhitungan rumus untuk berat jenis dan penyerapan diantaranya sebagai berikut :

(18)

Rumus 3.7

Keterangan :

B = Berat piknometer + air (gr)

BT = Berat piknometer + air + pasir (gr) BK = Berat kering oven (gr)

a. Dari hasil pengujian sampel I, pemeriksaan cangkang kelapa sawit didapat:

BK = Berat benda uji kering oven (485 gr) B = Berat jenis piknometer berisi air (670 gr)

BT = Berat piknometer berisi air dan benda uji (739 gr) PK = Berat piknometer kosong (162 gr)

SSD = Berat benda uji kering permukaan jenuh (500 gr) Adapun rumus sebagai berikut :

Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵+𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑇)

=

485 (670+500−739)= 1.13 gr Berat jenis SSD = 𝑆𝑆𝐷 (𝐵+𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑇)= 500 (660+500−739)= 1.16 gr

Berat jenis semu = 𝑆𝑆𝐷

(𝐵+𝐵𝐾−𝐵𝑇)= 500 (660+485−739) = 1.17 gr Penyerapan = (𝑆𝑆𝐷−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 x 100% = (500−485) 485 x 100% = 3,09%

Dengan hasil yang telah diketahui dari pengujian berat jenis dan penyerapan. Hasil tersebut adalah hasil dari percobaan sampel I yang dilakukan di laboratorium Muhammadiyah Malang. Hasilnya berat

(19)

jenis bulk 1.13 gr, berat jenis SSD dengan nilai 1.16 gr, berat jenis semu 1.17 gr dan penyerapan didapat 3.09%.

b. Dari hasil pengujian sampel II pemeriksaan cangkang kelapa sawit didapat:

BK = Berat benda uji kering oven (480 gr) B = Berat jenis piknometer berisi air (670 gr)

BT = Berat piknometer berisi air dan benda uji (738 gr) PK = Berat piknometer kosong (162 gr)

SSD = Berat benda uji kering permukaan jenuh (500 gr) Adapun rumus sebagai berikut :

Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵+𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑇)

=

480 (670+500−738)= 1.11 gr Berat jenis SSD = 𝑆𝑆𝐷 (𝐵+𝑆𝑆𝐷−𝐵𝑇)= 500 (670+500−738)= 1.16 gr

Berat jenis semu = 𝑆𝑆𝐷

(𝐵+𝐵𝐾−𝐵𝑇)= 500 (670+480−738) = 1.17 gr Penyerapan = (𝑆𝑆𝐷−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 x 100% = (500−480) 480 x 100% = 4.17%

Dengan hasil yang telah diketahui dari pengujian berat jenis dan penyerapan. Hasil tersebut adalah hasil dari percobaan sampel II yang dilakukan di laboratorium Muhammadiyah Malang. Hasilnya berat jenis bulk 1.11 gr, berat jenis SSD dengan nilai 1.16 gr, berat jenis semu 1.17 gr dan penyerapan didapat 4.17%

(20)

Tabel 3.11 Berat Jenis Cangkang Sawit

Sumber : Hasil pengujian dari laboratorium Muhammadiyah Malang

Pada hasil pemeriksaan berat jenis cangkang kelapa sawit dengan sampel I dan sampe II yang dilakukan di laboratorium Muhammadiyah Malang, disimpulkan dengan rata-rata berat jenis bulk didapat nilai sebesar 1.12 gr, berat jenis SSD 1.15 gr, berat jenis semu 1.65 gr dan yang terakhir penyerapan didapat dengan nilai 3.63%. Untuk standar penyerapan untuk agregat halus adalah 3% sesuai acuan dengan (SNI 03-2834-2000). Dengan hasil yang diketahui nilai penyerapan diatas nilai cangkang kelapa sawit lebih banyak nilai penyerapan dikarenakan cangkang kelapa sawit mengandung banyak serat yang menyerap dan menyimpan air.

2. Kadar air

Pengujian kadar air ini digunakan untuk pemeriksaan cangkang kelapa sawit. Dari hasil 3 sampel didapat nilai rata-rata dengan hasil 23.839% dilihat pada tabel berikut.

Rumus 3.8

W1 = Cawan kosong W2 = Cawan berisi

W3 = Cawan setelah dioven

𝑊2−𝑊1

(21)

Tabel 3.12 Kadar Air Cangkang Kelapa Sawit

Sumber : Hasil pengujian dari laboratorium Muhammadiyah Malang

3. Pengujian Gradasi Cangkang kelapa Sawit

Gradasi cangkang kelapa sawit pemeriksaan untuk mengetahui modulus butir cangkang kelapa sawit. Langkahnya sebagai berikut : a. Sampel cangkang sawit kering disiapkan masing-masing sebanyak

1000 gr.

b. Sampel masukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 110°C kemudian ditimbang

c. Saringan sesuai dengan ukuran lubang terdiri dari : 9.50mm, 4.75mm, 2.36mm, 1.18mm, 0.6mm, 0.30mm, 0.15mm, dan pan. d. Cangkang kelapa sawit kemudian dimasukan kedalam ayakan, lalu

ayakan digetarkan dengan sieve shaker selama 15 menit.

e. Setelah itu diamkan selama 5 menit dan timbang cangkang kelapa sawit di masing-masing ayakan secara kumulatif.

Berikut rumus-rumus yang digunakan untuk pemeriksaan gradasi cangkang kelapa sawit.

(22)

Tabel 3.13 Gradasi Cangkang Kelapa Sawit

Sumber : Hasil pengujian dari laboratorium Muhammadiyah Malang

Dari hasil penelitian dari gradasi cangkang, didapat zona karakteristik cangkang kelapa sawit pada gambar grafik 3.3 terlihat pada cangkang kelapa sawit masuk di zona I, yang artinya cangkang sawit di zona kasar.

(23)

3.8.5 Pembuatan Persentase Variasi Cangkang Kelapa Sawit

Limbah cangkang kelapa sawit yang tidak digunakan diambil dari limbah hasil industri. Kemudian diolah untuk bahan campuran pada penelitian ini, adapun langkah-langkah sebagai berikut :

a. Agar cangkang kelapa sawit bersih dan tidak ada kotoran yang mengganggu, dibersihkan dicuci dan dijemur sampai tidak ada kotoran dan kadar airnya.

b. Dengan menggunakan Los angeles, cangkang kelapa sawit dihancurkan dan dihaluskan untuk substitusi agregat halus.

c. Cangkang kelapa sawit yang telah dihaluskan dan dihancurkan kemudian diayak dengan ayakan No. 4.75mm. Digunakan ayakan No. 4.75mm dikarenakan lubang ayakan tersebut adalah batasan antara agregat kasar ke halus.

Gambar 3.4 Cangkang Kelapa sawit

3.8.6 Perencanaan Campuran Batako

Perencanaan batako menggunakan perbandingan jumlah proporsi antara semen dan agregat halus. Perbandingan yang digunakan 1 semen : 6 pasir dengan faktor air semen 0.5 dan penambahan variasi persentase cangkang kelapa sawit 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Ukuran batako 22 cm x 11 cm x 6 cm. Tahap perencanaan menggunakan (SNI 03-2834-2000). Setelah tahap perencanaan dilakukan, lalu diuji berat jenis batako dan mortar, kemudian diuji tekan di masing-masing sampel.

(24)

Tabel 3.14 Mix Design per 1 sampel

Sumber : Hasil pengujian dari laboratorium Muhammadiyah Malang

Dari hasil diatas dapat dilihat sebagai mix design untuk per 1 sampel, Adapun rumus untuk hasil koreksi mix design, dilihat dibawah sebagai berikut :

Diketahui :

Perbandingan 1 : 6

Berat pasir diketahui dengan ditimbang dalam cetakan isi penuh = 2.7 kg Semen = Pasir : 6

Semen = 0.45 kg Faktor air semen = 0.5

Faktor air semen = 0.45 x 0.5 = 0.225 Air = 225 ml

Rumus untuk mendapatkan berat cangkang kelapa sawit per persentase campuran sebagai berikut :

1. Rumus 3.10 untuk 0% Diketahui : Pasir = 2.7 kg Semen = 0.45 kg Air = 225 ml 2.7 x 0% = 2.7 kg

Cangkang kelapa sawit = 0 kg

Jadi untuk persentase 0% diketahui pasir 2.7 kg, semen 0.45 kg, air 225 ml dan cangkang kelapa sawit = 0 kg

2. Rumus 3.11 untuk 5%

(25)

Diketahui : Pasir = 2.7 kg Semen = 0.45 kg Air = 225 ml 2.7 x 5% = 0.13 kg

Cangkang kelapa sawit = 0.13 kg

Cangkang kelapa sawit sebagai substitusi agregat halus = 2.7 - 0.13 = 2.57 kg.

Jadi untuk persentase 5% diketahui pasir 2.57 kg, semen 0.45 kg, air 225 ml dan cangkang kelapa sawit = 0.13 kg

3. Rumus 3.12 untuk 10% Diketahui : Pasir = 2.7 kg Semen = 0.45 kg Air = 225 ml 2.7 x 10% = 0.27 kg

Cangkang kelapa sawit = 0.27 kg

Cangkang kelapa sawit sebagai substitusi agregat halus = 2.7 - 0.27 = 2.43 kg.

Jadi untuk 10% diketahui pasir 2.43 kg, semen 0.45 kg, air 225 ml dan cangkang kelapa sawit = 0.27 kg

4. Rumus 3.13 untuk 15% Diketahui : Pasir = 2.7 kg Semen = 0.45 kg Air = 225 ml 2.7 x 15% = 0.40 kg

(26)

Cangkang kelapa sawit sebagai substitusi agregat halus = 2.7 - 0.40 = 2.30 kg.

Jadi untuk persentase 15% diketahui pasir 2.30 kg, semen 0.45 kg, air 225 ml dan cangkang kelapa sawit = 0.40 kg

5. Rumus 3.14 untuk 20% Diketahui : Pasir = 2.7 kg Semen = 0.45 kg Air = 225 ml 2.7 x 20% = 0.54 kg

Cangkang kelapa sawit = 0.54 kg

Cangkang kelapa sawit sebagai substitusi agregat halus = 2.7 - 0.54 = 2.16 kg.

Jadi untuk persentase 20% diketahui pasir 2.16 kg, semen 0.45 kg, air 225 ml dan cangkang kelapa sawit = 0.54 kg

Untuk mix design mortar sama seperti batako, namun pada saat pengadonan tetap dengan cetakan batako. Setelah kering umur 28 hari dilakukan pemotongan dengan circle gerinda ukuran mortar 5 cm x 5 cm.

3.8.7 Pembuatan sampel

Masing-masing benda uji variasi cangkang kelapa sawit untuk batako sebanyak 25 buah dan mortar sebanyak 25. Sehingga total benda uji untuk umur 28 hari semuanya sebanyak sebanyak 50 buah dari batako dan mortar.

Berikut cara pembuatan sampel, antara lain sebagai berikut : a. Mempersiapkan Alat Batako

Pada tahap ini mempersiapkan alat untuk sampel, dari cetakan manual batako yang sudah dilumuri oli, timbangan, tongkat baja, ember, circle gerinda yang diletakan dalam satu lokasi.

(27)

Selanjutnya dilakukan tahap penimbangan ke material yang akan digunakan seperti semen, pasir lumajang, air dan cangkang kelapa sawit.

c. Mencampur Material

Semen, pasir, air, dan cangkang kelapa sawit yang telah ditimbang di campur satu sama lain dengan menggunakan sekop pasir secara perlahan dan merata. Pengadukan adonan terus menerus hingga adukan tercapai batako yang homogen, lalu dituang ke dalam cetakan. d. Adukan Adonan

Adonan dimasukan kedalam cetakan batako. Pada pengisian adonan dilakukan dengan ⅓ lapisan cetakan. Lapisan dipadatkan di masing-masing lapisan dan ditumbuk dengan tongkat baja agar pemadatan merata di setiap ujung cetakan. Setelah adonan selesai padat dengan permukaan rata, adonan perlahan dikeluarkan dari cetakan.

e. Pengerasan Adonan

Setelah adonan telah dikeluarkan dilakukan penjemuran agar adonan mengeras, adonan dikeringkan sampai 28 hari.

f. Benda Uji Mortar

Setelah kering batako untuk mortar dipisah. Jadi dalam pembuatan batako ada 30 sampel, lalu masing-masing variasi persentase diambil 1 batako yang untuh untuk mortar. Untuk 1 batako didapat 5 mortar saat pemotongan dengan circle gerinda sesuai ukuran mortar 5 x 5 cm. Keadaan dengan bagian adonan runtuh sehingga berbentuk miring itu terjadi dikarenakan adukan tidak rata, keadaan ini disebut Shear. Adonan yang terlalu banyak air akan menghasilkan adonan runtuh sempurna, keadaan ini biasanya disebut Collapse.

(28)

Gambar 3.5 Batako setelah di cetak

Gambar 3.6 Batako umur 28 hari

(29)

Gambar 3.8 Benda Uji Mortar

3.8.8 Pengujian Berat Jenis Batako

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis benda uji itu sendiri. Berat jenis tersebut berat jenis (Bulk specific gravity), berat jenis kering permukaan (SSD), berat jenis semu (Apparent specific gravity). Adapun langkah pengerjaannya sebagai berikut :

a. Benda uji ditimbang (BK).

b. Rendam benda uji selama 24 jam.

c. Keluarkan benda uji, dan benda uji dikeringkan dengan lap kain sehingga benda uji mencapai kering permukaan (B).

d. Setelah itu benda uji dimasukan ke dalam keranjang dan timbang benda uji yang ada di dalam air (C).

Rumus 3.16

Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵−𝐶)

Berat jenis SSD = 𝐵

(𝐵−𝐶)

Berat jenis semu = 𝐵𝐾

(𝐵𝐾−𝐶)

Penyerapan = (𝐵−𝐵𝐾)

𝐵𝐾 x 100%

1. Dari hasil pengujian berat jenis batako persentase 0% didapat dengan nilai rata-rata :

(30)

BK = Berat benda uji awal = (2930 Kg/m³) Berat kering permukaan ( B ) = (3120 Kg/m³) Berat dalam air (C) = (1660 Kg/m³)

Adapun rumus sebagai berikut : Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵−𝐶)

=

2.93 (3.12 − 1.66)= 2.01 gr Berat jenis SSD = 𝐵 (𝐵−𝐶)= 3.12 (3.12−1.66)= 2.14 gr

Berat jenis semu = 𝐵𝐾

(𝐵𝐾−𝐶)= 2.93 (2.93−1.66) = 2.32 gr Penyerapan = (𝐵−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 x 100% = (3.12 − 2.93) 2.93 x 100% = 6.48%

2. Dari hasil pengujian berat jenis batako persentase 5% didapat dengan nilai rata-rata :

BK = Berat benda uji awal = (2810 Kg/m³) Berat kering permukaan ( B ) = (3000 Kg/m³) Berat dalam air (C) = (1510 Kg/m³)

Adapun rumus sebagai berikut : Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵−𝐶)

=

2.81 (3.00 − 1.51)= 1.88 gr Berat jenis SSD = 𝐵 (𝐵−𝐶)= 3.00 (3.00−1.51)= 2.01 gr

Berat jenis semu = 𝐵𝐾

(𝐵𝐾−𝐶)= 2.81 (2.81−1.51) = 2.16 gr Penyerapan = (𝐵−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 x 100% = (3.00−2.81) 2.81 x 100% = 6.78%

3. Dari hasil pengujian berat jenis batako persentase 10% didapat dengan nilai rata-rata :

BK = Berat benda uji awal = (2790 Kg/m³) Berat kering permukaan ( B ) = (3020 Kg/m³) Berat dalam air (C) = (1560 Kg/m³)

Adapun rumus sebagai berikut : Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵−𝐶)

=

2.79

(31)

Berat jenis SSD = 𝐵

(𝐵−𝐶)=

3.02

(3.02−1.56)= 2.07 gr

Berat jenis semu = 𝐵𝐾

(𝐵𝐾−𝐶)= 2.79 (2.79−1.56) = 2.27 gr Penyerapan = (𝐵−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 x 100% = (3.02−2.79) 2..79 x 100% = 8.25%

4. Dari hasil pengujian berat jenis batako persentase 15% didapat dengan nilai rata-rata :

BK = Berat benda uji awal = (2630 Kg/m³) Berat kering permukaan ( B ) = (2830 Kg/m³) Berat dalam air (C) = (1330 Kg/m³)

Adapun rumus sebagai berikut : Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵−𝐶)

=

2.63 (2.83−1.33)= 1.75 gr Berat jenis SSD = 𝐵 (𝐵−𝐶)= 2.83 (2.83−1.33)= 1.88 gr

Berat jenis semu = 𝐵𝐾

(𝐵𝐾−𝐶)= 2.63 (2.63−1.33) = 2.02 gr Penyerapan = (𝐵−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 x 100% = (2.83−2.63) 2.63 x 100% = 7.62%

5. Dari hasil pengujian berat jenis batako persentase 20% didapat dengan nilai rata-rata :

BK = Berat benda uji awal = (2440 Kg/m³) Berat kering permukaan ( B ) = (2710 Kg/m³) Berat dalam air (C) = (1250 Kg/m³)

Adapun rumus sebagai berikut : Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵−𝐶)

=

2.44 (2.71−1.25)= 1.67 gr Berat jenis SSD = 𝐵 (𝐵−𝐶)= 2.71 (2.71−1.25)= 1.85 gr

Berat jenis semu = 𝐵𝐾

(𝐵𝐾−𝐶)= 2.44 (2.44−1.25) = 2.04 gr Penyerapan = (𝐵−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 x 100% = (2.71−2.44) 2.44 x 100% = 11.07%

(32)

3.8.9 Pengujian Berat Jenis Mortar

Dalam pengujian berat jenis mortar dilakukan di laboratorium Muhammadiyah Malang. Pengujian ini sama halnya dengan pengujian berat jenis batako, yang membedakan dari sebelumnya ialah ukuran benda uji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai berat jenis (Bulk specific gravity) , berat jenis kering permukaan (SSD), berat jenis semu (Apparent specific gravity), penyerapan (Absorption) dan memperbandingkan nilai berat jenis dari batako dengan komposisi yang sama. Adapun langkah pengerjaannya sebagai berikut :

a. Benda uji ditimbang (BK).

b. Rendam benda uji selama 24 jam.

c. Keluarkan benda uji, dan benda uji dikeringkan dengan lap kain sehingga benda uji mencapai kering permukaan (B).

d. Setelah itu benda uji dimasukan ke dalam keranjang dan timbang benda uji yang ada di dalam air (C).

Rumus 3.17

Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵−𝐶)

Berat jenis SSD = 𝐵

(𝐵−𝐶)

Berat jenis semu = 𝐵𝐾

(𝐵𝐾−𝐶)

Penyerapan = (𝐵−𝐵𝐾)

𝐵𝐾 x 100%

1. Dari hasil pengujian berat jenis mortar persentase 0% didapat dengan nilai rata-rata :

BK = Berat benda uji awal mula = (276 gr) Berat kering permukaan ( B ) = (300 gr) Berat dalam air (C) = (140 gr)

Adapun rumus sebagai berikut : Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵−𝐶)

=

0.276 (0.30 − 0.14)= 1.7 gr Berat jenis SSD = 𝐵 (𝐵−𝐶)= 0.30 (0.30−0.14)= 1.89 gr

(33)

Berat jenis semu = 𝐵𝐾 (𝐵𝐾−𝐶)= 0.28 (0.28−0.14) = 2.05 gr Penyerapan = (𝐵−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 x 100% = (0.30 − 0.28) 0.28 x 100% = 8.70%

2. Dari hasil pengujian mortar persentase 5% didapat dengan nilai rata-rata :

BK = Berat benda uji awal mula = (260 gr) Berat kering permukaan ( B ) = (282 gr) Berat dalam air (C) = (127 gr)

Adapun rumus sebagai berikut : Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵−𝐶)

=

0.260 (0.282 − 0.127)= 1.67 gr Berat jenis SSD = 𝐵 (𝐵−𝐶)= 0.282 (0.282−0.127)= 1.81 gr

Berat jenis semu = 𝐵𝐾

(𝐵𝐾−𝐶)= 0.260 (0.260−0.127) = 1.95 gr Penyerapan = (𝐵−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 x 100% = (0.282 − 0.260) 0.260 x 100% = 8.5%

3. Dari hasil pengujian berat jenis mortar peresentase 10% didapat dengan nilai rata-rata :

BK = Berat benda uji awal mula = (258 gr) Berat kering permukaan ( B ) = (277 gr) Berat dalam air (C) = (122 gr)

Adapun rumus sebagai berikut : Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵−𝐶)

=

0.258 (0.277 − 0.122)= 1.67 gr Berat jenis SSD = 𝐵 (𝐵−𝐶)= 0.277 (0.277−0.122)= 1.79 gr

Berat jenis semu = 𝐵𝐾

(𝐵𝐾−𝐶)= 0.258 (0.258−0.122) = 1,90 gr Penyerapan = (𝐵−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 x 100% = (0.277 − 0.258) 0.258 x 100% = 7.52%

4. Dari hasil pengujian berat jenis mortar persentase 15% didapat dengan nilai rata-rata :

(34)

BK = Berat benda uji awal mula = (220 gr) Berat kering permukaan ( B ) = (250 gr) Berat dalam air (C) = (110 gr)

Adapun rumus sebagai berikut : Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵−𝐶)

=

0.220 (0.250 − 0.111)= 1.60 gr Berat jenis SSD = 𝐵 (𝐵−𝐶)= 0.250 (0.250−0.111)= 1.79 gr

Berat jenis semu = 𝐵𝐾

(𝐵𝐾−𝐶)= 0.220 (0.220−0.111) = 1,99 gr Penyerapan = (𝐵−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 x 100% = (0.250 − 0.220 0.220 x 100% = 12.2%

5. Dari hasil pengujian berat jenis batako persentase 20% didapat dengan nilai rata-rata :

BK = Berat benda uji awal mula = (188 gr) Berat kering permukaan ( B ) = (209 gr) Berat dalam air (C) = (85 gr)

Adapun rumus sebagai berikut : Berat jenis bulk = 𝐵𝐾

(𝐵−𝐶)

=

0.188 (0.209 − 0.085)= 1.5 gr Berat jenis SSD = 𝐵 (𝐵−𝐶)= 0.209 (0.209−0.085)= 1.69 gr

Berat jenis semu = 𝐵𝐾

(𝐵𝐾−𝐶)= 0.188 (0.188−0.085) = 1,83 gr Penyerapan = (𝐵−𝐵𝐾) 𝐵𝐾 x 100% = (0.209 − 0.188 0.188 x 100% = 11.38%

3.8.10 Pengujian Kuat Tekan Batako

Sesuai dengan perencanaan campuran untuk mengetahui kuat tekan batako dicari dengan pengujian kuat tekan, dengan cara sebagai berikut :

a. Benda uji ditimbang sebelum diuji tekan.

b. Benda uji diletakan di dalam mesin uji, benda uji harus diposisi

(35)

c. Mesin benda uji dinyalakan, dan pengkaji membaca besar nilai kuat tekan di mesin uji.

d. Pada saat pembebanan akan berhenti saat beban maksimum terhadap benda uji.

Rumus 3.15

F’c = Kuat tekan maksimum pada batako P = Beban maksimum

A= luas permukaan benda uji (m²)

Dalam pengujian uji tekan dilakukan di laboratorium Muhammadiyah Malang. Pengujian ini untuk mengetahui nilai kuat batako dengan variasi persentase cangkang kelapa sawit sebagai substitusi agregat halus. Variasi persentase cangkang kelapa sawit tersebut 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dengan perbandingan 1 semen : 6 pasir. Berikut hasil dari pengujian kuat tekan dari batako dengan campuran cangkang kelapa sawit.

1. Dari hasil pengujian uji tekan batako persentase 0% didapat dengan nilai rata-rata :

F’c = Kuat tekan maksimum pada batako P = 269.44 kN/m²

A= 0.0242 m²

1 Kn/m² = 0.001 Mpa

Adapun rumus sebagai berikut : F’c = 𝑃 𝐴

=

269.44 0.0242= 11133.88 kN/m² = 11133.88 x 0.001 = 11.13 Mpa

2. Dari hasil pengujian uji tekan batako persentase 5% didapat dengan nilai rata-rata :

(36)

P = 292.24 kN/m² A= 0.0242 m²

1 Kn/m² = 0.001 Mpa

Adapun rumus sebagai berikut : F’c = 𝑃 𝐴

=

292.24 0.0242= 12076.03 kN/m² = 12076.03 x 0.001 = 12.08 Mpa

3. Dari hasil pengujian uji tekan batako persentase 10% didapat dengan nilai rata-rata :

F’c = Kuat tekan maksimum pada batako P = 239.10 kN/m²

A= 0.0242 m²

1 Kn/m² = 0.001 Mpa

Adapun rumus sebagai berikut : F’c = 𝑃 𝐴

=

239.10 0.0242= 9880.16 kN/m² = 9880.16 x 0.001 = 9.88 Mpa

4. Dari hasil pengujian uji tekan batako persentase 15% didapat dengan nilai rata-rata :

F’c = Kuat tekan maksimum pada batako P = 179.08 kN/m²

A= 0.0242 m²

1 Kn/m² = 0.001 Mpa

Adapun rumus sebagai berikut : F’c = 𝑃 𝐴

=

179.08 0.0242= 7400 kN/m² = 7400 x 0.001 = 7.4 Mpa

5. Dari hasil pengujian uji tekan batako persentase 20% didapat dengan nilai rata-rata :

(37)

F’c = Kuat tekan maksimum pada beton P = 81.68 kN/m²

A= 0.0242 m²

1 Kn/m² = 0.001 Mpa

Adapun rumus sebagai berikut : F’c = 𝑃 𝐴

=

81.68 0.0242= 3375.20 kN/m² = 3375.20 x 0.001 = 3.38 Mpa

3.8.11 Pengujian Kuat Tekan Mortar

Sesuai dengan perencanaan campuran untuk mengetahui kuat tekan mortar dicari dengan pengujian kuat tekan, dengan cara sebagai berikut :

a. Benda uji ditimbang sebelum diuji tekan.

b. Benda uji diletakan di dalam mesin uji, benda uji harus diposisi

centris.

c. Mesin benda uji dinyalakan, dan pengkaji membaca besar nilai kuat tekan di mesin uji.

d. Pada saat pembebanan akan berhenti saat beban maksimum terhadap benda uji.

Rumus 3.16

F’c = Kuat tekan maksimum pada beton P = Beban maksimum

A= luas permukaan benda uji (m²)

Dalam pengujian uji tekan dilakukan di laboratorium Muhammadiyah Malang. Pengujian ini untuk mengetahui nilai kuat mortar dengan variasi persentase cangkang kelapa sawit sebagai substitusi agregat halus. Variasi persentase cangkang kelapa sawit tersebut 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dengan

(38)

perbandingan 1 semen : 6 pasir. Berikut hasil dari pengujian kuat tekan dari mortar dengan campuran cangkang kelapa sawit.

1. Dari hasil pengujian uji tekan batako persentase 0% didapat dengan nilai rata-rata :

F’c = Kuat tekan maksimum pada mortar P = 13.30 kN/m²

A= 0.0025 m²

1 Kn/m² = 0.001 Mpa

Adapun rumus sebagai berikut : F’c = 𝑃 𝐴

=

13.30 0.0025= 5320 kN/m² = 5320 x 0.001 = 5.32 Mpa

2. Dari hasil pengujian uji tekan batako persentase 5% didapat dengan nilai rata-rata :

F’c = Kuat tekan maksimum pada mortar P = 10.70 kN/m²

A= 0.0025 m²

1 Kn/m² = 0.001 Mpa

Adapun rumus sebagai berikut : F’c = 𝑃 𝐴

=

10.70 0.0025= 4280 kN/m² = 4280 x 0.001 = 4.28 Mpa

3. Dari hasil pengujian uji tekan batako persentase 10% didapat dengan nilai rata-rata :

F’c = Kuat tekan maksimum pada mortar P = 10.50 kN/m²

A= 0.0025 m²

1 Kn/m² = 0.001 Mpa

(39)

F’c = 𝑃 𝐴

=

10.50 0.0025= 4200 kN/m² = 4200 x 0.001 = 4.20 Mpa

4. Dari hasil pengujian uji tekan batako persentase 15% didapat dengan nilai rata-rata :

F’c = Kuat tekan maksimum pada mortar P = 7.40 kN/m²

A= 0.0025 m²

1 Kn/m² = 0.001 Mpa

Adapun rumus sebagai berikut : F’c = 𝑃 𝐴

=

7.40 0.0025= 2960 kN/m² = 2960 x 0.001 = 2.96 Mpa

5. Dari hasil pengujian uji tekan batako persentase 20% didapat dengan nilai rata-rata :

F’c = Kuat tekan maksimum pada mortar P = 6.30 kN/m²

A= 0.0025 m²

1 Kn/m² = 0.001 Mpa

Adapun rumus sebagai berikut : F’c = 𝑃 𝐴

=

6.30 0.0025= 2520 kN/m² = 2520 x 0.001 = 2.52 Mpa

Gambar

Tabel 3.1 Tabel Sampel Benda Uji Batako
Gambar 3.1 Diagram Alir Persiapan Alat &
Tabel 3.5 Berat Jenis Pasir Lumajang
Gambar 3.2 Grafik Zona Pasir Lumajang  4.  Pemeriksaan Berat Isi Pasir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketika daya yang dihasilkan generator tidak mencapai/kurang dari daya yang dibutuhkan maka akan dilakukan pengulangan tahap mencari debit dan head pada lokasi lain,

Minyak kelapa yang digunakan untuk menggoreng dapat mengalami reaksi oksidasi yang disebabkan oleh suhu tinggi (±175-180ºC) mengakibatkan kerusakan dengan menghasilkan

Adapun jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh unit penelitian tahun 2014 adalah : Mengkoordinir pelaksanaan penelitian mandiri dosen Poltekkes Kemenkes Mataram tahun

Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif, Untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam

Aspek Baik Sekali (4) Baik (3) Cukup (2) Perlu Pendampingan (1) Kesesuaian pantun yang dibuat dengan ciri-ciri pantun Memenuhi 4 ciri-ciri pantun Memenuhi 3

Sementara itu, tingkat inflasi Swiss pada bulan Juni 2013 sebesar -0,6% dimana mengalami peningkatan dibanding bulan Mei tahun 2013.. Sedangkan, bila dibandingkan dengan

Berdasarkan analisis SWOT telah diketahui posisi pengembangan perikanan budidaya ikan nila di kolam air tenang di Kecamatan Sinjai borong terletak pada Kuadran III yang

Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan sebagian besar responden (81 %) adalah berjumlah kurang dari 5 orang. Dengan melihat pada data demografi responden dapat dikatakan