• Tidak ada hasil yang ditemukan

* +!,-!* " #./ 0 1 2& 3 + ' /!" #

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "* +!,-!* " #./ 0 1 2& 3 + ' /!" #"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Dinul Islam yang kita yakini mengajarkan apa yang seharusnya kita lakukan dan kembangkan dalam bermasyarakat, terutama yang berhubungan dengan masalah mu’amalat atau kemanusiaan. Islam sangat memperhatikan hal ini, sebab pada hakikatnya ajaran Islam, bersifat universal dan memperhatikan kemaslahatan umat dengan penekanan pada masalah kebaikan dan kebajikan sesama umat manusia. Allah berfirman dalam Surat Al-Qashash ayat: 77

!

"

# $ % &'()

* +! ,-!

* "

#

./0 1 2&3 + '

/!

"

#

4 5 6 7 88 9

Artinya: “Carilah dari yang diberikan Allah kepadamu pahala akhirat, dan jangan lupa bagianmu dari kehidupan dunia, berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah menimbulkan kerusakan di bumi. Allah sungguh tidak senang kepada orang yang menimbulkan kerusakan. 1

Islam adalah agama kaffah (sempurna), yang memiliki aturan dan kepedulian kepada manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Misi utamanya adalah menjadi rahamatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Salah satu aspek ajaran Islam adalah fiqih, yakni sebuah produk ijtihad atau pemikiran

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya, UII Press, Yogyakarta, 1999,

(2)

ulama terhadap dalil-dalil pokok (Al-Qur’an dan Sunnah) mengenai masalah amaliyah praktis.

Fiqih, sebagai hasil karya pemikiran ulama dipengaruhi oleh faktor sejarah, tentu saja dalam bahasannya sangat terkait dengan waktu, kondisi sosio-kultural dan letak geografis suatu masyarakat tertentu. Dengan demikian karakteristik fiqih sangat responsive terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Karakteristik yang demikian ini, sepenuhnya dapat dipahami oleh masyarakat di belahan dunia muslim.

Salah satu realisasi ketentuan dinul Islam adalah dengan jalan memberikan dan menyumbangkan sebagian dari harta kekayaan yang kita miliki untuk kemanusiaan dan kemakmuran bersama, terutama berupa amal jariyah yang pahalanya tidak pernah putus selagi dapat dirasakannya memberikan pahala, dan jika berkehendak menahan harta kita untuk jalan Allah dan kemanusiaan. Perbuatan seperti itu dalam Islam disebut “Wakaf”.2

Wakaf merupakan suatu perbuatan kebajikan yang diajarkan oleh Islam, dengan pengertian, diharapkan kelak memperoleh pahala yang besar di sisi Allah, perbuatan tersebut berwujud melepaskan hak atas benda atau harta yang dimiliki secara sah oleh seseorang atau lebih, dengan tujuan beramal sepanjang tuntutan Islam, agar manfaat yang ditimbulkan oleh harta wakaf dapat dipergunakan sesuai dengan yang dikehendaki oleh wakif (pemberi wakaf).

(3)

Adapun ciri wakaf ini adalah amal kebajikan itu diharapkan mempunyai nilai pahala yang abadi. Nabi Muhammad SAW, bersabda:

":2 ; < 2=

*>2) :

?

@#

A "#

:< 2#

B < CDA E

.

CF

7

GHI

"#:JK6 .

L

M

7

N* ONFB

?

@#

:

")J+(*

?

"D:*P B

4 @# Q 9

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah SAW. Bersabda: “Apabila anak Adam meninggal dunia, putuslah segala ‘amalnya, kecuali yang tiga macam: Shadaqah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak shaleh yang mendo’akan kepadanya”. (HR. Muslim).3

Melihat pahala yang besar dan penting dari wakaf, Rasulullah SAW menghimbau dan membimbing para sahabat agar senantiasa bersemangat menyedekahkan manfaat hartanya bagi kepentingan sosial dan kemasyarakatan, dengan berbagai contoh dan tauladan baik langsung atau hanya kehendak dan suruhannya saja.

Langkah Rasul itu oleh para sahabat seperti Umar Ibnu Al-Khattab, atas petunjuk Rasul mewakafkan tanah yang paling dicintainya di Khaibar, dengan ketentuan bahwa tanah wakaf itu tidak akan dijual, diwariskan dan dihibahkan, dan hasilnya diperuntukkan bagi fakir miskin, ahli kerabat, budak sahaya, sabilillah, ibnu sabil, serta para tamu.

Dalam Islam wakaf tidak terbatas pada tempat-tempat ibadah saja dan hal-hal yang menjadi prasarana dan sarananya saja, tetapi diperbolehkan dalam semua macam sedekah. Seperti sedekah kepada kaum fakir dan orang-orang yang membutuhkannya, memerdekakan hamba sahaya, join venture

3 Al-Hafidh Ibnu Hajar Asqalany, Bulughul Maram, Muh. Syarief Sukandi, Al-Ma’arif,

(4)

yang baik, dan semua kegiatan yang bermaksud mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah), seperti pemberian kepada keluarga dan lain-lain, yang hal ini belum ada dalam tatanan sebelum Islam.4

Selanjutnya, semangat berwakaf yang dicontohkan oleh Rasul dan diikuti para sahabat dilaksanakan pula oleh para tabi’in, tabi’ut tabi’in, terus menerus dari generasi umat Islam, disetiap kesempatan mempertaruhkan hartanya bagi kemaslahatan, maka tersebarlah berbagai bentuk dan kelembagaan wakaf di seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang mayoritas adalah beragama Islam.

Semangat dan kegairahan umat Islam di Indonesia dalam berwakaf, kini terlihat tiada terhitung banyaknya dan luas tanah-tanah milik yang berstatus tanah wakaf dimanfaatkan untuk masjid, mushallah, sekolah, pondok-pesantren, rumah sakit, panti asuhan yatim piatu, dan tanah-tanah yang diperuntukkan hasilnya bagi fakir miskin dan kepentingan umum.

Namun akhir-akhir ini, sebagaimana ketentuan hukum Islam lainya, ketentuan wakaf pun, mengalami perkembangan dan pengaktualisasian, seiring dengan dinamika hukum Islam itu sendiri. Hal ini terlihat dari pengakuan dan tata cara perwakafan yang terjadi di masyarakat kita. Ada semacam asumsi masyarakat sekarang ini bahwa harta yang dapat diwakafkan (subyek wakaf) bukan hanya berupa uang. Masyarakat beranggapan, walaupun pada kenyataannya yang diberikan itu berupa uang untuk pembangunan masjid misalnya, hakikatnya menurut mereka adalah wakaf.

4 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, PT. Raja Grafindo, Ed. 1, Cet. 3, Jakarta:

(5)

Hal semacam ini banyak terjadi pada masa sekarang, mereka merasa yakin bahwa sumbangan uang yang mereka berikan untuk pembangunan masjid, sekolah, rumah sakit, pondok-pesantren dan masih banyak lagi yang lainya, mereka anggap sebagai wakafnya. Pada sisi lain praktek yang dicontohkan nabi dan para sahabat serta ulama terdahulu seakan-akan terdapat suatu kontradiksi, yang memerlukan penjelasan lebih kongkrit.

Bagi masyarakat Indonesia, perwakafan tidak asing lagi, sudah dikenal dan dipraktekkan bersama dengan masuknya agama Islam ke Indonesia. Menyadari manfaat yang besar dan menarik bagi wakif terutama bagi kehidupannya di kemudian hari dan memberikan kesejahteraan bagi kepentingan umum, maka orang-orang Islam yang telah mampu menyisihkan sebagian hartanya untuk diwakafkan. Ada dua bentuk praktek perwakafan di Indonesia, yaitu wakaf ahli (keluarga), wakaf khairy (wakaf umum), namun yang banyak dilakukan oleh masyarakat Islam Indonesia adalah bentuk wakaf khairy. Pemerintah telah berusaha untuk mengamankan dan melestarikan harta wakaf agar manfaat wakaf dapat dinikmati, baik oleh wakif maupun oleh semua umat Islam, sesuai dengan tujuan wakif dalam mewakafkan harta wakafnya.

Harta wakaf adalah amanah Allah yang terletak di tangan nadzir, oleh sebab itu, nadzir adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap harta wakaf yang di pegangnya, karena harta wakaf bukanlah milik si nadzir. Nadzir hanya berhak sekedar jerih payahnya dalam mengurus harta wakaf, penyimpangan dari itu berarti sudah mengkhianati amanah dari Allah. Oleh

(6)

karena itu begitu pentingnya kedudukan nadzir dalam perwakafan, maka pada diri nadzir perlu terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Diperlukannya hal tersebut karena dalam melaksanakan wakaf, persyaratan seperti disebutkan dalam buku-buku fiqih belum sepenuhnya mendapatkan perhatian masyarakat pada umumnya dan khususnya pada pihak yang berwakaf. Pada diri wakif yang amat menonjol adalah sisi dari ibadah wakaf. Oleh karena itu bisa jadi seorang wakif mewakafkan hartanya tanpa memperhitungkan nadzir yang ditunjuknya apakah memenuhi syarat atau tidak.

Praktek wakaf di Indonesia, setidaknya pada masa-masa terdahulu terkesan sulit dan berat sekali. Hanya orang kaya atau orang yang punya tanah luas yang bisa melakukan wakaf. Sementara orang-orang yang berpenghasilan rendah seolah tidak punya peluang untuk berwakaf. Untunglah belakangan di Tanah Air sudah mulai dikembangkan wakaf uang/tunai (cash waqf), sehingga siapa saja tak peduli berpenghasilan rendah atau tinggi berpeluang memperoleh pahala dari wakaf itu.

Meskipun masih tergolong baru di Indonesia, praktek wakaf tunai sebenarnya telah berjalan di beberapa negara muslim seperti Mesir dan Tunis. Salah satu faktor keunggulan Universitas Al-Azhar di Kairo Mesir, yang telah berusia lebih dari 1.000 tahun itu terletak pada wakafnya yang teramat besar. Bukan hanya wakaf tanah, gedung dan lahan pertanian, tetapi juga wakaf uang tunai atau cash.

(7)

Dengan wakaf yang amat besar itu, Al-Azhar mampu membiayai operasional pendidikannya selama berabad-abad tanpa bergantung pada pemerintah maupun memberikan beasiswa kepada ribuan mahasiswa dari seluruh penjuru dunia selama berabad-abad.

Melihat akan pentingnya perwakafan di Indonesia, khususnya wakaf uang/tunai maka Komis Fatwa Majelis Ulama Indonesia, memandang perlu menetapkan fatwa tentang hukum wakaf uang untuk dijadikan pedoman oleh masyarakat. Dengan melihat bahwa wakaf uang itu memiliki fleksibilitas (keluwesan) dan kemaslahatan besar yang tidak dimiliki oleh benda lain.

Disamping itu uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita sehari-hari. Dan ada pula yang berpendapat bahwa “uang” merupakan “darah”-nya perekonomian, karena di dalam masyarakat modern dewasa ini, di mana mekanisme perekonomian berdasarkan lalu lintas barang dan jasa semua kegiatan-kegiatan ekonomi tadi akan memerlukan uang sebagai alat pelancar guna mencapai tujuannya. Demikian juga dalam bidang produksi, penukaran barang-barang atau jasa-jasa, pembagian pendapatan dan lain-lainya akan berjalan lancar dengan mempergunakan uang sebagai perantara.5

B. Permasalahan

Adapun yang menjadi fokus pokok permasalahan dalam pembahasan skripsi ini, adalah merumuskan beberapa permasalahan yang perlu mendapatkan pembahasan dan pemecahannya.

(8)

Adapun pokok permasalahan yang akan dikaji dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kedudukan atau status hukum wakaf uang?

2. Sejauh mana kekuatan dalil istimbath hukum yang dilakukan MUI tentang wakaf uang?

C. Tujuan Penulisan Skripsi

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan memahami, serta mendapatkan gambaran yang komprehensif mengenai syari’at Islam tentang wakaf uang.

b. Untuk menganalisis istimbath hukum Majelis Ulama Indonesia dalam fatwanya tentang wakaf uang

Manfaat yang ingin diperoleh adalah:

1. Masyarakat mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang wakaf uang atau wakaf tunai, sehingga mendapat gambaran yang jelas menurut ketentuan hukum Islam.

2. Masyarakat mengetahui mengenai kedudukan wakaf uang menurut hukum Islam

D. Telaah Pustaka

Untuk lebih mendalami kajian tentang permasalahan wakaf khususnya pada wakaf tunai (cash waqf), yang pada umumnya kebanyakan masyarakat hanya mengetahui bahwasanya harta yang boleh diwakafkan itu

(9)

berupa benda tidak bergerak (tanah), padahal sesungguhnya harta atau subyek wakaf itu bisa berupa benda yaitu uang atau benda-benda yang manfaatnya bisa tahan lama. Sudah barang tentu benda yang diwakafkan tersebut sudah lepas dari hak kepemilikannya atau semua ahli warisnya. Maka perlu adanya penalaahan terhadap buku-buku yang membahas tentang masalah tersebut. Adapun sumber referensi yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Prof. DR. Ahmad Rofiq, M.A. dalam bukunya Hukum Islam Di Indonesia, menerangkan bahwa dalam konsideran Peraturan Pemerintah 28 Tahun 1977 dijelaskan bahwa wakaf adalah suatu lembaga keagamaan yang dapat dipergunakan sebagai salah satu sarana guna pengembangan kehidupan keagamaan, dalam rangka mencapai kesejahteraan yang adil dan makmur berasarkan Pancasila. Sampai dengan tahun 1977, peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perwakafan tanah milik, selain belum memenuhi kebutuhan akan cara-cara perwakafan, juga membuka kemungkinan timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan disebabkan tidak adanya data-data yang nyata dan lengkap mengenai tanah-tanah yang diwakafkan. Karena itulah, diperlukan adanya peraturan yang mengatur tata cara dan pendaftaran perwakafan tanah milik.6

Mohammad Daud Ali, dalam bukunya Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf. Menerangkan, di Indonesia wakaf pada umumnya berupa benda-benda konsumtif, bukan barang-barang yang produktif. Ini dapat dilihat pada

6 Ibid, hlm. 487

(10)

masjid, mushallah, sekolah-sekolah, panti asuhan, rumah sakit dan sebagainya. Ini disebabkan karena beberapa hal, di antaranya adalah (di Jawa misalnya) tanah telah sempit dan di daerah-daerah lain, menurut hukum adat (dahulu), hak milik perorangan atas tanah dibatasi oleh hak masyarakat hukum adat, seperti hak ulayat misalnya. Dan oleh karena harta yang diwakafkan itu pada umumnya adalah barang-barang konsumtif, maka terjadi masalah mengenai biaya pemeliharaanya. Untuk mengatasi kesulitan itu, perlu dicari sumber dana tetap melalui wakaf produktif.7

Ahmad Azhar Basyir, M.A, dalam bukunya Hukum Islam Tentang Wakaf, Ijarah, Syirkah, menerangkan bahwa betapa besar manfaat hasil harta wakaf itu bila dikembangkan, tidak hanya dinikmati orang-orang yang beragama Islam, tetapi juga yang beragama lain. Untuk itu seharusnya perwakafan di Indonesia dikembangkan, jangan hanya terbatas pada barang-barang pakai, tetapi juga hendaknya juga berupa barang-barang-barang-barang yang menghasilkan, agar manfaatnya bisa dinikmati oleh masyarakat banyak demi kemakmuran yang adil dan merata.8

E. Metode Penulisan Skripsi

Jenis penelitian yang penulis teliti adalah penelitian tentang hasil deskripsi dari obyek-obyek yang diamati dengan situasi yang diteliti. Penulisan skripsi ini berdasarkan pada suatu penelitian melalui studi kepustakaan (library research) yang relevan dengan pokok-pokok

7 Mohammad Daud Ali Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta: UI-Press,

1988, hlm. 96

(11)

permasalahan dan diupayakan pemecahannya. Agar skripsi ini memenuhi kriteria karya tulis ilmiah yang bermutu dan mengarah pada obyek kajian serta sesuai dengan metode pendekatan, dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan sumber data dan analisis data sebagai berikut:

a. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data

Karena penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian literer (library research) atau studi teks, maka dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan dan menelusuri buku-buku atau tulisan-tulisan yang relevan dengan tema kajian.9

2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer, penulis ambil dari kitab yang dijadikan obyek dalam penelitian ini yaitu kitab Al-Qur’an, Al-Sunnah, pendapat para ulama, dan data-data dalam bentuk fatwa MUI. Sedang data sekunder diperoleh dari buku-buku atau tulisan-tulisan lain yang ada relevansinya dengan kajian penelitian ini.

9 Anton Bakker dan Achmad Charis Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat,

(12)

b. Metode Analisis Data

Analisis data dalam skripsi ini penulis menggunakan analisis kualitatif dengan metode deskriptif analisis.10 Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan adalah:

1. Analisis deduktif-induktif, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dengan bertitik tolak dari pengamatan secara umum kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus (deduktif).11

2. Pendekatan Hermeneutik12 yaitu suatu aktivitas interpretasi terhadap

suatu obyek yang mempunyai makna dengan tujuan untuk menghasilkan kemungkinan pemahaman yang obyektif.13

Tradisi hermeneutik mengingatkan kita bahwa wacana yang membentuk obyek penelitian merupakan wacana tentang sebuah subyek.14

10 Ibid. hlm. 63

11 Lihat Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, Jilid I, 1989.

hlm. 36

12 Kata Hermeunetik diderivasi dari bahasa Yunani hermeneuein yang berhubungan

dengan kata benda hermeneus. Kata ini berkaitan dengan nama dewa Yunani Hermes. Ia adalah penghubung antara Sang Maha Dewa langit dengan yang membawa pesan kedua kepada manusia di bumi, sehingga hermeneuin, berarti menyampaikan pesan dan menyampaikan berita kepada manusia di bumi. Lihat Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama, Sebuah Kajian Hermeunetika, Jakarta: Paramadina, Cet. I, 1996, hlm. 13

13 E. Sumaryono, Hermeneutik sebuah Metode Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, cet. II,

1995, hlm. 23-25

14 Hubungan antara subyek dengan obyek adalah suatu proses bergerak menjadi suatu

sintesa teratur yang disebut “mengetahui tentang sesuatu”. Dalam sintesa ini, subyek dan obyek memainkan peran yang jelas. Lihat Roy J. Howard, Three Faces of Hermeneutics; An introduction to Current Theories of Understunding, University of California Press, Berkeley, Los Angeles, 1982. Alih Bahasa oleh Kusmana dan M.S. Nasrullah dalam Pengantar Atas Teori-teori Pemahaman Kontemporer: Hermeneutika; Wacana Analitik, Psikososial, dan Ontologis, Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, Cet. I, 2000, hlm. 30

(13)

3. Metode Komparatif, yaitu metode yang digunakan untuk memperoleh konklusi dengan meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi atau fenomena-fenomena yang diselidiki dan membandingkan antara pendapat para ulama dengan buku-buku atau kitab-kitab fiqih lainya. Sehingga dapat dihasilkan suatu kesimpulan secara lengkap.15 4. Metode Dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legger, agenda dan sebagainya.16

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Bab Pertama : Pada Bab ini berisi abstraksi isi pokok permasalahan yang meliputi, pendahuluan, latar belakang permasalahan, tujuan penulisan skripsi, telaah pustaka, metode penulisan skripsi, sistematika penulisan skripsi.

Bab Kedua : Pada Bab ini berisi pengertian umum tentang wakaf dan dasar hukumnya, rukun dan syarat wakaf, hikmah disyari’atkannya wakaf, pembahasan tentang pengertian fatwa secara umum dan proses penetapan fatwa

Bab Ketiga : Bab ini berisi tentang Majelis Ulama Indonesia dan fatwa, fatwa tentang wakaf uang, wakaf uang dalam pandangan

15 Sutrisno Hadi, Op. Cit., Jilid III, hlm. 42.

16 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,

(14)

Ulama, gambaran umum tentang wakaf uang/tunai (cash waqf).

Bab Keempat : Pada Bab ini merupakan pokok dari pada skripsi yang di dalamnya mencakup tantang analisis terhadap kebolehan wakaf uang tunai dan analisa kedudukan fatwa MUI dalam penetapan hukum.

Bab Kelima : Pada Bab ini merupakan bab terakhir dan penutup dari keseluruhan rangkaian pembahasan skripsi ini, maka penulis mengungkapkan beberapa kesimpulan hasil studi analisis permasalahan. Pada bagian akhir dikemukakan rekomendasi dan saran-saran, dan diakhiri dengan penutup.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis yang sudah ditemukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelincahan dengan keterampilan menggiring bola bola

Penelitian ini hanya berkisar pada pembahasan mengenai tinjauan teoritik tentang novel dan pendidikan islam yang meliputi: kajian teori mengenai nilai-nilai pendidikan islam

Dapatan kajian menunjukkan bahawa faktor penyumbang kepada wujudnya masalah membaca dalam kalangan murid darjah enam sekolah rendah kerajaan di Brunei Darussalam disebabkan oleh

Tujuan kajian ini adalah mengkaji kesediaan pelajar politeknik terhadap minat menggunakan dan keupayaan mengaplikasi elemen mobile dalam proses pembelajaran dan pengajaran

Selanjutnya nilai yang dimasukkan dikalikan dengan hasil normalisasi bobot kriteria kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan nilai judul skripsi (v) dari setiap dosen

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah melakukan beberapa kegiatan dalam mendukung pemasaran dan pengembangan objek wisata di

2) Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantumendanai kegiatan khusus